Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENELITIAN

MK METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH ELEMEN ESTETIKA INTERIOR

TERHADAP FENOMENA SWAFOTO PADA

CAFE KOFINARY : ESPRESSO BAR

Shafira Mayla Suwarno


NIM 1812122023

Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa


Institut Seni Indonesia Yogyakarta
2020
STUDI PENGARUH ELEMEN ESTETIKA INTERIOR TERHADAP FENOMENA
SWAFOTO PADA CAFE KOFINARY : ESPRESSO BAR

I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi pada saat ini terutama perkembangan pada gawai (ponsel)
serta penambahan teknologi kamera pada gawai merubah gaya hidup orang saat ini.
Penggabungan kedua teknologi tersebut memunculkan fenomena perilaku swafoto pada
masyarakat dari lintas generasi, sosial-budaya, dan strata ekonomi. Saat ini swafoto sangat
digemari oleh setiap kalangan orang bukan hanya orang biasa, bahkan para selebriti dan
sosok hebat juga menggemari kegiatan ini.

Trend swafoto sendiri berkembang pesat dimulai dengan adanya media sosial. Dalam
menggunakan media sosial, seseorang memiliki berbagai motif tujuan atau motivasi
tersendiri. Untuk berkomunikasi dengan orang lain, mencari tahu perkembangan sesuatu,
berbagi informasi serta salah satu yang menjadi trend saat ini adalah penggunaan media
sosial sebagai bentuk eksistensi diri. Karena media sosial tersebut menjadi wadah informasi
dan komunikasi berkembang tanpa batas, hal tersebut memungkinkan siapapun untuk bisa
bersinteraksi secara bebas dan terbuka.

Mengenai swafoto pada area wisata/ publik, hal ini juga tidak terlepas dari perubahan
gaya hidup generasi muda yang kini gemar melakukan travelling. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), terdapat peningkatan jumlah mobilitas masyarakat keluar negeri untuk
travelling pada Februari 2013 sebesar 16,295 yang didominasi oleh kaum muda, dimana hal
ini mengindikasikan travelling sebagai sesuatu yang familiar dilakukan oleh generasi masa
kini. Wisawan juga cenderung menjatuhkan pilihan pada area wisata yang menarik, murah,
atau khusus, dikarenakan jenis wisata seperti ini dapat memberikan suatu pengalaman baru
dan memori yang berkesan (Cahyanti & Anjaningrum, 2017).

Swafoto saat ini juga tidak hanya dilakukan pada area wisata saja. Para pelaku bisnis
pun tampaknya telah menanggapi fenomena tersebut sebagai alternatif media promosi
bisnisnya, terutama yang berkaitan dengan bisnis ramah-tamah (hospitality) yang berfokus
pada pengalaman pengunjung. Saat ini swafoto banyak juga dilakukan di area bisnis makanan
terutama cafe atau coffee shop yang digandrungi oleh kawula muda. Karena itu menyebabkan
perkembangan kafe dan coffee shop di daerah sekitar meningkat pesat. Banyak sekali kafe
baru dengan berbagai gaya dan desain yang unik dan tentunya estetik dan cocok untuk
swafoto. Salah satunya adalah kafe Kofinary : Espresso Bar.

Kofinary : Espresso Bar ini beralamat di Jalan Banjarsari Selatan nomor 20-32,
Bulusan, Tembalang, Semarang. Kafe ini cukup unik sebab berani mengambil konsep yang
berbeda dari kafe yang ada di sekitarnya. Rata - rata kafe di sekitar daerah tersebut memiliki
gaya dan konsep tidak jauh dari Industrial, sehingga itu membuat Kofinary cukup menarik
perhatian kaum muda. Bedasarkan observasi penulis, kafe ini memiliki suasana warm dengan
gaya modern bohemian. Hal ini ditunjukan dengan penggunaan tone warna pastel yang warm
dan penggunaan kain bermotif mencolok serta komposisi aksesoris dinding yang tampak
penuh.

Gaya Modern Bohemian sendiri merupakan perkembangan dari gaya bohemian.


Budaya bohemian muncul sudah cukup lama, yaitu setelah revolusi perancis. Setelah
beberapa kali mengalami perubahan jenis gaya, saat ini yang menjadi tren adalah modern
bohemian. Modern bohemian adalah pengkombinasian gaya modern dengan warna - warna
hangat dan lembut yang dipadukan dengan berbagai aksesoris ruang yang bernuansa vintage,
sehingga membentu suasana yang hangat dan elegan.

Dalam membentuk suatu suasana dan menciptakan area swafoto yang menarik
penggunaan elemen estetis pada ruangan sangatlah penting. Sebuah elemen estetis membuat
nuansa sebuah tempat hingga dapat dikatakan dan dirasakan memiliki karakter-karakter yang
manusiawi, terkesan hangat, akrab, nyaman, terasa adanya nafas kehidupan, memiliki makna
tertentu. Pada cafe Kofinary penggunaan elemen estetis sangatlah berpengaruh besar pada
penciptaan suasana ruangannya. Dalam penelitian ini akan didapatkan data keterhubungan
antara swafoto terhadap proses aplikasi elemen estetis interior komersial khususnya di
Kofinary : Espresso Bar.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penataan elemen estetis yang dapat menarik minat masyarakat untuk
berswafoto ke kafe Kofinary?
2. Elemen estetis seperti apakah yang disukai oleh masyarakat, serta faktor apa saja yang
mempengaruhinya sehingga membuat mereka ingin berswafoto pada kafe Kofinary?

III. TINJAUAN PUSTAKA

Dwi Ajeng Rindayu Oktavia dan Edy Sudaryanto (2018) Dalam jurnal ini meneliti
tentang motif penggunaan foto selfie sebagai bentuk eksistensi diri dalam media sosial
Instagram, karena kegiatan selfie kini telah menjadi tren bagi masyarakat yang gemar
mengunggah foto ke media sosial, khususnya Instagram, sehingga dapat dilihat oleh para
pengguna lain dan terdapat rasa ke ingintahuan tentang berapa banyak orang yang akan
menyukai dan mengomentari hasil selfie mereka.
Cahyanti, M. M., dan Anjaningrum, W. D. (2017) kemudian menyatakan bahwa
swafoto pada area wisata/ publik, hal ini juga tidak terlepas dari perubahan gaya hidup
generasi muda yang kini gemar melakukan travelling. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
terdapat peningkatan jumlah mobilitas masyarakat keluar negeri untuk travelling pada
Februari 2013 sebesar 16,295 yang didominasi oleh kaum muda, dimana hal ini
mengindikasikan travelling sebagai sesuatu yang familiar dilakukan oleh generasi masa kini.
Wisatawan juga cenderung menjatuhkan pilihan pada area wisata yang menarik, murah, atau
khusus, dikarenakan jenis wisata seperti ini dapat memberikan suatu pengalaman baru dan
memori yang berkesan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ira Audia Agustina dan Yongkie Angkawijaya
(2019) menyatakan bahwa fenomena swafoto menggunakan kamera gawai dengan
meningkatnya budaya visual sebagai salah satu bentuk komunikasi relasi sosial dan eksistensi
diri. Pada kelompok profesional designer, fenomena swafoto telah membuat kelompok ini
mempertimbangkan suatu proyek perancangan ruang publik komersial yang dapat
mengakomodasi kebutuhan swafoto generasi muda, dimana aplikasinya dapat berupa konsep
keseluruhan perancangan ruang interior yang didesain dengan tema-tema khusus, ataupun
hanya berupa sebuah lokasi pada salah satu sudut ruangan yang di khususkan untuk swafoto
pengunjung.
Sriti Mayang Sari (2005) pernah juga menyatakan bahwa bahwa dalam ruang,
manusia tidak hanya bergerak tetapi juga melihat bentuk -bentuk, warna, mendengar berbagai
suara, merasakan hembusan angin dan sebagainya. Manusia dengan segala kelengkapan fisik
dan psikis memungkinkannya untuk menanggapi, merespon berbagai macam bentuk dan
pengolahan ruang, serta secara emosional memberi pengalaman ruang. Implementasi
berbagai macam variabel pembentuk dan pengisi ruang yang sesuai dengan fasilitas ruang
akan meningkatkan nilai ruang, dan melalui indera mereka secara emosional memberikan
berbagai macam pengalaman ruang yang berbeda-beda pada manusia.
S.P.Honggowidjaja (2003) pernah menyatakan bahwa aksesoris sesungguhnya
memang dibutuhkandan berpotensi besar dalam pembentukan karakter serta makna suatu
tempat, yang berikutnya juga akan berdampak pada pemunculan sebuah suasana. Sebab tidak
menghadirkan aksesoris secara berlebihan akan menimbulkan kejenuhan visual.

IV. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN


Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus.Tempat yang dipilih sebagai studi kasus adalah Kofinary :
Espresso Bar, yang terletak di daerah Jalan Banjarsari Selatan nomor 20-32, Bulusan,
Tembalang, Semarang.
Data primer didapatkan melalui observasi lapangan dan wawancara. Data yang
didapatkan melalui observasi lapangan antara lain data foto dan video keadaan sekitar,
sedangkan wawancara dilakukan kepada beberapa orang narasumber yang merupakan
pelanggan kafe tersebut. Data sekunder berupa data tambahan yang diperoleh melalui media
sosial resmi, serta riset literatur yang berhubungan dengan swafoto dan elemen aksesoris
interior.
Metode analisa menggunakan deskriptif-analitis dengan memberikan gambaran secara
deskriptif mengenai korelasi antara fenomena swafoto dengan pengaruh elemen estetika di
cafe Kofinary pada masyarakat. Analisa dilakukan dengan menanyakan kepada responden
pengguna ruang alasan pemilihan area tempat duduk di kafe tersebut, seberapa banyak
responden melakukan swafoto pada suatu area dengan elemen estetika tertentu di kafe
tersebut, dan jenis elemen estetika seperti apa yang menarik pemgguna untuk melakukan
swafoto.
V. DAFTAR PUSTAKA

[1].Agustina, I. A., & Angkawijaya, Y. (2019). Fenomena Swafoto Dan Pengaruhnya


Terhadap Budaya Visual Pada Estetika Interior Ruang Komersial. Jurnal Desain
Interior, 4(1), 37-48.
[2].Ajeng, D., & Oktavia, R. (2018). Motif Penggunaan Swafoto Sebagai Bentuk
Eksistansi Diri Dalam Akun Instagram (Studi Deskriptif Kualitiatif Penggunaan
Swafoto Dalam Media Sosial Instagram Sebagai Bentuk Eksistensi Diri Pada
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya). Representement, 1–9.
[3].Cahyanti, M. M., & Anjaningrum, W. D. (2017). Meningkatkan niat berkunjung pada
generasi muda melalui citra destinasi dan daya tarik kampung wisata. JIBEKA, 11(1),
35–41.
[4].Honggowidjaja, S. P. (2003). Menyadari Potensi Aksesoris Dalam Upaya
Penghadiran Sebuah Tempat. Dimensi Interior, 1(2), 127-140.
[5].Sari, S. M. (2005). Implementasi Pengalaman Ruang dalam Desain Interior. Dimensi
Interior, 3(2), 165-176.

Anda mungkin juga menyukai