Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah kebangsaan manusia dalam membentuk suatu Negara, keberhasilan ekspansi
wilayah, kemenangan peperangan, ditentukan oleh perangkat Intelijennya. Informasi Intelijen
merupakan salah satu pedoman yang sangat penting agar dapat mengambil langkah yang tepat
dalam pengambilan keputusan. Aktifitas Intelijen yang masih terus berlangsung hingga sekarang,
menempatkan Intelijen sebagai unsur yang penting bagi suatu Negara. Menurut Shulsky dan
Schmitt, Intelijen mengacu pada informasi yang relevan bagi formulasi dan implementasi
kebijakan pemerintah untuk mengejar kepentingan-kepentingan keamanan nasionalnya dan
untuk menghadapi ancaman dari actual and potential adversaries. Intelijen bukan sekedar
informasi saja, intelijen adalah produk dari suatu proses analitis yang mengevaluasi informasi
yang dikumpulkan dari berbagai sumber, dan mengintegrasikan informasi-informasi yang
relevan menjadi paket, dan memproduksi suatu kesimpulan atau pra-kiraan mengenai
dinamika keamanan nasional dengan menggunakan metode pemecahan ilmiah.

Sebuah badan intelijen memiliki fungsi dasar melakukan deteksi dini terhadap berbagai
macam ancaman yang mungkin muncul melalui kegiatan spionase sehingga dapat melakukan
pengamanan terhadap negara dan penduduknya. Tentu tidak mudah untuk menjadi seorang
mata-mata (Spy) pada suatu Lembaga Intelijen Negara. Butuh Kecerdasan, kemampuan khusus,
strategi cerdik dan keberanian yang dipadukan menjadi satu kesatuan, apalagi agen intelijen yang
beroperasi pada masa peperangan, dimana butuh kecerdasan dan kehati-hatian ekstra, berusaha
agar tidak tertangkap oleh pihak lawan demi menjaga rahasia negara.

Hingga saat ini, Perang Dunia II dipandang sebagai perang yang luar biasa yang telah
menyebabkan kerusakan di berbagai belahan dunia. Namun, selain mengenai perang senjata, alat
perang yang tidak kalah penting dan sangat menentukan strategi perang adalah intelijen.
Ratusan mata-mata tersebar di medan perang untuk mengumpulkan informasi demi informasi
untuk memudahkan jalannya perang dan bagaimana usaha untuk mengakhirinya. Dari sisi uni
soviet, Richard Sorge termasuk mata-mata yang paling diandalkan. Dia mulai sebagai agen
intelijen di tahun 1920an. Sorge menjadi salah satu jantung skandal mata-mata terbesar di Jepang
selama Perang Dunia II berlangsung. Awalnya, ia menjadi kepala mata-mata Jerman dan telah
berjuang untuk Blok Sentral dalam Perang Dunia I, tetapi kemudian ia menjadi seorang komunis
dan berlatih dalam spionase intelijen militer Soviet. Tulisan ini berfokus pada biografi dan
perjalanan Dr. Richard Sorge menjadi mata-mata Uni Soviet yang paling terkenal dalam sejarah
dan salah satu mata-mata ikonis yang pernah ada.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Richard Sorge


1. Kehidupan awal

Richard Sorge adalah seorang jurnalis Jerman dan perwira intelijen militer Soviet yang aktif
sebelum dan selama Perang Dunia II dan bekerja menyamar sebagai jurnalis Jerman di Nazi
Jerman dan Kekaisaran Jepang. Nama kodenya adalah "Ramsay". Richard Sorge lahir pada
tanggal 4 Oktober 1895 di pemukiman Sabunchi, pinggiran Baku, Kegubernuran Baku Kekaisaran
Rusia yang sekarang berada di Azerbaijan. Dia adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara dari
Gustav Wilhelm Richard Sorge (1852 - 1907) dan dan ibunya Nina Semionovna Kobieleva dari
Rusia. Ayahnya adalah seorang insinyur pertambangan Jerman yang dipekerjakan oleh Deutsche
Petroleum-Aktiengesellschaft (DPAG) dan perusahaan minyak Kaukasia Branobel. Sorge dan
keluarganya pindah ke Jerman pada tahun 1906. Mereka merupakan keluarga yang kaya secara
financial.

Sorge mendaftar di Angkatan Darat Kekaisaran Jerman pada Oktober 1914, Sorge ikut
berperang dalam Perang Dunia pertama bersama dengan pasukan Jerman. Pada usia yang masih
18 tahun, ia ditempatkan di batalyon artileri lapangan dengan Divisi Pengawal ke-3. Dia bertugas
di Front Barat. Ia terluka parah pada Maret 1916, pecahan peluru mematahkan tiga jarinya dan
kedua kakinya patah sehingga ia mengalami pincang seumur hidup. Dia dipromosikan menjadi
kopral, menerima Salib Besi dan kemudian diberhentikan karena alasan medis. Selama masa
pemulihannya, dia membaca Marx terkena doktrin komunis saat berada di rumah sakit terutama
karena pengaruh oleh dokter dan perawatnya yang kenetulan merupakan sosialis radikal.

Sorge menghabiskan sisa perang untuk belajar ekonomi di universitas Berlin, Kiel dan
Hamburg. Sorge menerima gelar doktor dalam ilmu politik (Dr. rer. Pol). Ia juga bergabung dengan
Partai Komunis Jerman pada 1919. Pandangan politiknya membuatnya dia dipecat baik dari
pekerjaan mengajar dan pekerjaan pertambangan batubara. Kemudian ia beremigrasi ke Uni
Soviet, di mana dia menjadi agen junior Komintern di Moskow.
2. Perjalanan selama menjadi Agen intelijen militer Soviet
Sorge direkrut sebagai agen intelijen Soviet. Dengan sampul jurnalis, dia dikirim ke
berbagai negara Eropa untuk menilai kemungkinan revolusi komunis.

Tahun 1920 sampai 1922


Sorge tinggal di Solingen (sekarang Rhine-Westphalia Utara, Jerman). Di sana, dia
bergabung dengan Christiane Gerlach, mantan istri Kurt Albert Gerlach, seorang komunis kaya
dan profesor ilmu politik di Kiel, yang pernah mengajar Sorge. Kemudian Sorge dan Christiane
menikah pada Mei 1921. Pada 1922, dia dipindahkan ke Frankfurt, tempat dia mengumpulkan
informasi intelijen tentang komunitas bisnis.

Tahun 1923
Sorge ikut serta dalam Konferensi Erste Marxistische Arbeitswoche ("Minggu Kerja
Marxis Pertama") di Ilmenau. Sorge melanjutkan pekerjaannya sebagai jurnalis dan juga
membantu mengatur perpustakaan Institute for Social Research, sebuah wadah pemikir
Marxis baru di Frankfurt.

Tahun 1924
Sorge dan Christiane pindah ke Moskow, di mana dia secara resmi bergabung dengan
Divisi Intelijen Comitern (Organisasi Komunis Internasional), yang juga merupakan badan
pengumpulan intelijen OGPU. Rupanya, dedikasi Sorge pada tugasnya menyebabkan
perceraian dengan istrinya.

Tahun 1929
Sorge menjadi bagian dari Departemen Keempat Tentara Merah (yang kemudian
disebut GRU, atau intelijen militer). Dia tetap di Departemen selama sisa hidupnya. Pada
tahun ini juga ia pergi ke Inggris untuk mempelajari pergerakan buruh, status Partai Komunis
Inggris Raya dan kondisi politik ekonomi negara tersebut. Dia diperintahkan untuk tetap
menyamar dan menjauhi politik. Pada November 1929, Sorge dikirim ke Jerman. Dia
diperintahkan untuk bergabung dengan Partai Nazi dan tidak bergaul dengan aktivis sayap kiri
mana pun. Dia mendapatkan pekerjaan di koran pertanian Deutsche Getreide-Zeitung sebagai
model sampulnya.
Cina 1930

Melihat kemampuannya dalam hal Spionase, Pihak Moskwa mengirim dia


ke Tiongkok untuk menyusun jejaring mata-mata di sana. Sebagai seorang jurnalis, Sorge
membuktikan dirinya sebagai seorang ahli pertanian Tiongkok. Dalam peran itu, dia
melakukan perjalanan ke seluruh negeri dan menghubungi anggota Partai Komunis China.
Pada Januari 1932, Sorge melaporkan pertempuran antara pasukan Cina dan Jepang di jalanan
Shanghai. Selama di Tiongkok, Richard Sorge berhasil menanamkan kesan kuat sebagai
seorang Jerman yang loyal. Bahkan ia masuk Partai Nazi pada tahun 1933, tanpa ada yang
pernah tahu bahwa sesungguhnya dia seorang Komunis. Dalam menjalankan tugasnya
sebagai spionase, ia selalu menyamar sebagai seorang jurnalis atau wartawan

Moskow 1933

Sorge kembali ke Moskow, di mana dia menulis buku tentang pertanian Tiongkok. Dia
juga menikahi Yekaterina Maximova ("Katya"), seorang wanita yang dia temui di China dan
membawanya kembali ke Rusia.

Jepang 1933

Pada Mei 1933, GRU memutuskan agar Sorge mengatur jaringan intelijen di Jepang.
Dia diberi nama kode "Ramsay". Dia pertama kali pergi ke Berlin, untuk memperbarui kontak
di Jerman dan untuk mendapatkan tugas untuk menjadi sampul surat kabar baru di Jepang
karena hinggs pertengahan 1930-an, Jepanglah yang dianggap sebagai ancaman utama
Moskow, bukan Jerman. Ia pergi ke Jepang melalui Amerika Serikat, melewati New York pada
bulan Agustus 1933. Sorge tiba di Yokohama pada 6 September 1933. Setelah mendarat di
Jepang, Sorge menjadi koresponden Jepang untuk Frankfurter Zeitung karena itu adalah surat
kabar paling bergengsi di Jerman. Reputasi Sorge sebagai jurnalis Nazi yang membenci Uni
Soviet menjadi sampul yang sangat bagus untuk pekerjaan spionasenya. Sorge diberitahu oleh
atasan GRU-nya bahwa misinya di Jepang adalah untuk "memberikan studi yang sangat
cermat terhadap pertanyaan apakah Jepang berencana untuk menyerang Uni Soviet atau
tidak".

Ketika militerisme di Jepang semakin menguat dan ketegangan antara Soviet dan
Jepang makin terasa, pihak Moskwa menugaskan dirinya ke Tokyo sebagai atase pers
kedutaan Jerman. Dalam balutan samaran sebagai seorang jurnalis dan atase pers kedutaan
Jerman di Tokyo, Sorge mengendalikan sebuah lingkaran mata-mata di ibu kota Jepang
tersebut. Dari sana Sorge memberi laporan ke Moskwa tentang rencana perang Jepang.
Karena Sorge juga dikenal sebagai wartawan Jerman yang cerdas dan paham betul persoalan
politik, Kedutaan Besar Jerman di Tokyo, yaitu Jenderal Eugen Ort, mengangkat dirinya
sebagai penasihat politik. Posisi ini memberikan Sorge keleluasaan dalam memahami
kebijakan Jerman dan membuatnya menjadi sumber informasi penting bagi Soviet terkait
kekuatan militer Jerman. Dengan demikian aksesnya di Kedutaan Besar Jerman pun semakin
leluasa. Dalam posisinya yang begitu bagus, Sorge dapat memperoleh, mengolah, dan
mengirimkan berbagai informasi penting ke Moskow tanpa pernah dicurigai, apalagi diketahui
baik oleh pihak Jerman maupun Jepang.

Tahun 1933 s.d 1934

Sorge membentuk jaringan informan. Salah satu agennya yang bernama Ozaki,
memiliki kontak dengan politisi senior dan mendapatkan informasi tentang kebijakan luar
negeri Jepang. Ozaki menjalin hubungan dekat dengan Perdana Menteri Fumimaro Konoe dan
menyalin dokumen rahasia untuk Sorge. Karena dia tampak seperti seorang Nazi yang
bersemangat, Sorge diterima di kedutaan Jerman. Sorge yang fasih berbahasa Jepang semakin
meningkatkan statusnya sebagai seorang Japanologist.

Tahun 1938

Sorge melaporkan ke Moskow bahwa Pertempuran Danau Khasan disebabkan oleh


perwira yang terlalu bersemangat di Tentara Kwantung, dan tidak ada rencana di Tokyo untuk
perang umum melawan Uni Soviet. Laporan Sorge bahwa Jepang tidak berencana untuk
menginvasi Siberia tidak dipercaya di Moskow dan pada 1 September 1939, kemudian Sorge
diserang dalam sebuah pesan dari Moskow, yang menyatakan bahwa Sorge dianggap tidak
memberikan informasi yang berarti.
B. Operasi Intelijen dan Capaian pada masa perang

Sorge memutuskan kembali ke Moskow pada Mei 1941 untuk memberikan informasi bahwa
Hitler merencanakan invasi ke Uni Soviet dan 170 divisi di Nazi akan menyerang Soviet pada 20
Juni. Namun, Stalin yang masih mempercayai pakta non agresi-nya dengan Adolf Hitler,
mengabaikan informasi berharga dari Sorge tersebut. Stalin lebih memilih untuk mengabaikan
peringatan ini karena ia telah meyakinkan kepada semua pihak bahwa perang tidak akan mungkin
terjadi sampai tahun 1942. Lebih lanjut Stalin berkata, “Semua isu perang ini hanyalah propaganda
yang sangat lucu yang dikirimkan oleh musuh-musuh Soviet.” Pernyataan ini kemudian
menyurutkan ketegangan yang terjadi di dalam setiap lini depan pasukan Rusia dan membuat
mereka tidak waspada. Padahal Jerman waktu itu memang sedang menyiapkan Operasi
Barbarossa untuk melakukan invasi terhadap Uni Soviet. Ternyata hal yang disampaikan Sorge
benar-benar terjadi, walaupun selisih dua hari dengan yang dikabarkan oleh Sorge, operasi militer
Jerman ke wilayah Soviet benar-benar dilancarkan pada tanggal 22 Juni 1941. Dengan cepat
tentara Soviet kalah dan Jerman berhasil merebut wilayah yang sangat luas, bahkan sampai di
pintu gerbang ibu kota Moskwa. Seandainya saja Stalin mempercayai laporan spionnase Sorge
dari Tokyo itu, maka tentara Soviet tidak akan kecolongan.

Pada bulan Agustus 1941, Richard Sorge kembali mengirim informasi mengenai rencana
Jepang untuk menginvasi wilayah Asia Tenggara sekaligus menghantam sasaran-sasaran di Pasifik.
Informasi ini menegaskan bahwa Jepang tidak punya rencana untuk menyerbu Soviet yang berada
di utara Jepang. Informasi ini terbukti tepat, dibuktikan dengan serangan Jepang atas Pearl
Harbour pada awal Desember, sekaligus aksinya ke Asia Tenggara dan Pasifik. Informasi penting
itu membuat Stalin memindahkan kekuatannya dari Siberia ke arah barat Rusia, tanpa harus
khawatir diserang oleh Jepang dari belakang. Langkah ini kemudian sukses membalikkan arus
invasi Jerman ke Soviet pada akhir 1941.

C. Penangkapan dan pengadilan


Saat perang berlangsung, Sorge berada dalam bahaya yang meningkat tetapi melanjutkan
pengabdiannya. Pesan radionya dienkripsi dengan pad one-time yang tidak bisa dipecahkan, yang
selalu digunakan oleh badan intelijen Soviet. Namun, meningkatnya jumlah pesan misteri
membuat Jepang mulai curiga bahwa cincin intelijen sedang beroperasi. Sorge juga semakin
dicurigai di Berlin. Pada tahun 1941, Nazi telah menginstruksikan SS Standartenführer Josef Albert
Meisinger, "Penjagal Warsawa", yang merupakan penduduk Gestapo di kedutaan Jerman di
Tokyo, untuk mulai memantau Sorge dan aktivitasnya. Kempeitai, polisi rahasia Jepang,
menyadap banyak pesan dan mulai mendekati agen Soviet Jerman. Pesan terakhir Sorge ke
Moskow pada Oktober 1941 melaporkan, "Soviet Far East dapat dianggap aman dari serangan
Jepang". Dalam pesan terakhirnya ke Moskow, Sorge meminta untuk dikirim kembali ke Jerman,
karena tidak ada bahaya serangan Jepang terhadap Uni Soviet, dan dia ingin membantu upaya
perang Soviet dengan memberikan informasi lebih lanjut tentang upaya perang Jerman.
Pada 18 Oktober 1941, di Tokyo Sorge ditangkap oleh dinas intelijen Jepang bersama Hotsumi
Ozaki, seorang agen mata-mata Soviet lainnya. Tidak sampai beberapa bulan kemudian, pihak
berwenang Jepang mengumumkan bahwa Sorge telah didakwa sebagai agen Soviet. Dia dipenjara
di Penjara Sugamo. Di bawah penyiksaan, Sorge mengaku jika ia adalah mata-mata uni soviet,
tetapi Uni Soviet menyangkal bahwa dia adalah agen Soviet. Jepang membuat tiga tawaran ke Uni
Soviet dan menawarkan untuk menukar Sorge dengan salah satu mata-mata mereka sendiri.
Namun, Uni Soviet menolak semua upaya Jepang dan menyatakan bahwa Sorge tidak mereka
kenal.

Sorge dihukum gantung pada tanggal 7 November 1944, pukul 10:20 waktu Tokyo di Penjara
Sugamo dan dinyatakan meninggal 19 menit kemudian. Tubuh Sorge tidak dikremasi karena
kekurangan bahan bakar di masa perang. Ia dimakamkan di dekat Pemakaman Zoshigaya. Setelah
memburu otoritas pendudukan Amerika, kekasih Sorge Jepang, Hanako Ishii (1911 - 1 Juli 2000),
menemukan kerangkanya pada 16 November 1949. Setelah mengidentifikasinya dengan
perawatan giginya yang khas dan patah kaki yang buruk, dia mengambil jasadnya dan
mengkremasi dia di Pusat Kremasi Shimo-Ochiai. Hampir setahun kemudian abunya dimakamkan
di Bagian 17, Area 1, Baris 21, Plot 16 di Pemakaman Tama di Fuchū, Tokyo. Dia telah mendirikan
batu nisan marmer hitam bertuliskan prasasti, yang berbunyi dalam bahasa Jepang: "Di sini
terletak seorang pahlawan yang mengorbankan hidupnya berperang melawan perang dan untuk
perdamaian dunia".

D. Pengakuan sebagai Tokoh Intelijen


20 tahun kemudian, setelah tidak diakui Uni Soviet sebagai agen intelijennya pada saat
ditangkap dan dieksekusi oleh tantara Jepang, Richard Sorge diakui dan dianugerahi gelar
Pahlawan Uni Soviet secara anumerta pada 5 November 1964. Richard Sorge disebut pengintai
sekaligus pahlawan Uni Soviet yang sangat berjasa. Ia dikenal sebagai orang yang terpelajar,
seimbang, mampu bernegosiasi. Mereka membuat film tentang prestasi Sorge dan dituliskan ke
dalam beberapa buku. Jalan-jalan, kapal, dan sekolah dinamai menurut namanya. Di Uni Soviet
dan GDR juga telah diterbitkan perangko yang bergambar foto Sorge. Ini adalah pengakuan resmi
pertama kali bahwa mereka melakukan spionase.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut penulis, Sorge merupakan tokoh intelijen yang sangat berjasa pada masa perang
dunia II berlangsung. Peran Sorge yang menjadi Jurnalis sekaligus menjalankan spionase
merupakan ide yang sangat brilian, karena seorang intelijen hampir mirip dengan peranan seorang
jurnalis, dimana orientasi awal dari keduanya sama-sama mencari informasi terbaru yang akurat.
Intelijen mempunyai segudang informasi seperti seorang jurnalis. Akan tetapi, pembeda diantara
keduanya adalah dari segi tujuan dan komersial. Jurnalis berorientasi pada nilai jual, sementara
intelijen berkewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang dimilikinya dan hanya menyampaikan
kepada pemberi misi.
Sorge menjadi salah satu tokoh intelijen yang sangat terkenal karena pengabdiannya di Jepang
pada tahun 1940 dan 1941, ketika dia memberikan informasi tentang rencana Adolf Hitler untuk
menyerang Uni Soviet. Sayangnya, Stalin mengabaikan informasi berharga dari Sorge tersebut
yang mengakibatkan Uni Soviet mengalami kekalahan besar atas operasi Barbarossa yang
diluncurkan oleh Jerman. Kemudian, pada informasi kedua yang diberikan oleh Sorge bahwa
Jepang tidak akan menyerang Uni Soviet dalam waktu dekat dapat dipercaya oleh Stalin sehingga
Uni Soviet bisa memfokuskan diri untuk melawan Jerman dan sukses membalikkan arus invasi
Jerman ke Soviet pada akhir 1941.
Seandainya tidak ada informasi dari Sorge yang diberikan ke Uni Soviet pada saat itu, Stalin
akan kecolongan dalam menghadapi dua front sekaligus, yaitu Jepang menyerang dari arah Siberia
dan Jerman yang menyerang dari arah barat Rusia. Sorge bisa dibilang sebagai tokoh paling
penting dalam intelijen Soviet selama era Stalin. Namun, setelah ditangkap oleh tentara jepang
sampai dihukum gantung, ia bahkan tidak diakui oleh uni soviet. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa peran agen intelijen sangat penting dalam mendeteksi secara dini terhadap
ancaman-ancaman yang mungkin akan muncul. Analisa Intelijen pastinya bukan hasil imajinasi
atau sebuah halusinasi semata. Sebelum menyerahkan informasi dan hasil analisanya, intelijen
tentu telah melakukan pengumpulan informasi dan bukti yang didapat dari berbagai sumber yang
terpercaya. Kemudian kumpulan Informasi tersebut diolah dengan metodologi tertentu sebelum
dihasilkan sebuah Analisa yang akan diberikan kepada pemberi misi.
DAFTAR PUSTAKA

Ikrar Nusa Bhakti, (2005), Intelijen dan Keamanan Negara: Reformasi Intelijen Negara,
Jakarta: Pacivis UI & FES

en.Wikipedia.org, “Richard Sorge”, diedit 15 October 2020


https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Sorge, diakses pada 16 Oktober pukul 20.09

INtisari.grip.id, “Sorge, Mata-mata Uni Soviet Tanpa Tandingan Namun Hidupnya Harus Berakhir
di Tiang Gantungan” , Ade Sulaeman , 1 Desember 2017, ddiakses pada tanggal 16 Oktober
pukul 22.10 WIB
https://intisari.grid.id/read/03105527/sorge-mata-mata-uni-soviet-tanpa-
tandingan-namun-hidupnya-harus-berakhir-di-tiang-gantungan?page=3

Footyclub, “Legenda intelijen Soviet. Seperti "salju" di kepala Anda. Pahlawan Intelijen Asing:
Legenda Berlanjut”, 27 September 2019, diakses pada 16 OKtober pukul 21.20
https://footyclub.ru/id/stil-i-uhod/legendy-sovetskoi-razvedki-kak-sneg-na-golovu-
geroi-vneshnei/

Anda mungkin juga menyukai