Anda di halaman 1dari 10

URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 9 - 17

ISSN 2085-6091 Terakreditasi


No : 709/Akred/P2MI-LIPI/10/2015

PERANAN SEKTOR EKONOMI KREATIF PADA PERTUMBUHAN


EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN DI KALIMANTAN SELATAN

THE ROLE OF CREATIVE ECONOMY ON THE ECONOMIC


DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT IN SOUTH KALIMANTAN
Herry A Pradana
Badan Penelitian dan Pengembangan DaerahProvinsi Kalimantan Selatan
Jl. Dharma Praja I, Kawasan Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalsel, Banjarbaru, Kalsel, Indonesia
e-mail: herry.a.pradana@gmail.com
Diserahkan: 05/04/2018, Diperbaiki: 30/04/2018, Disetujui: 25/05/2018

Abstrak
Seiring dengan berkembang pesatnya revolusi digital yang telah menjadi bagian utama kehidupan kita
sehari-hari, kontribusi sektor-sektor ini diharapkan akan terus tumbuh dan berevolusi menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan akan inovasi yang merupakan kekuatan
pendorong yang paling efektif didalam ekosistim ekonomi digital. Perekonomian global telah bergeser dari
ekonomi berbasis sumber daya alam (berbasis industri) ke ekonomi berbasis pengetahuan (ekonomi
kreatif/berbasis inovasi). Dengan demikian, sektor kreatif diharapkan akan berkontribusi terhadap
penciptaan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi regional. Tulisan ini bertujuan untuk
menganalisis peran sektor kreatif terhadap perekonomian dan penumbuhan lapangan kerja di Kalimantan
Selatan. Metode deskriptif dengan content analysis akan digunakan untuk menganalisis peranan ekonomi
kreatif di Kalimantan Selatan. Pada kajian ini, ditemukan bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi di
Kalimantan Selatan berbanding terbalik dengan perkembangan sektor ekonomi kreatif. Sedangkan peranan
sektor ekonomi kreatif terhadap penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Selatan masih tergolong tidak
efektif, bahkan cendrung tidak ada keterkaitannya.
Kata Kunci :Ekonomi Kreatif, Pertumbuhan Ekonomi, Ketenagakerjaan

Abstract
As the digital revolution continues to expand and becomes a central part of our daily lives, the contributions
of these sectors are only going to grow further. That is because, in many ways, it is the demand for great
content that is the main driving force behind the digital economy revolution. The global economy has shifted
from natural resources driven economy (industry-based) to knowledge driven economy (creative economy /
innovation driven economy). Consequently, the creative sectors contribute tremendously to job's creation
and economic growth. This paper is aimed to analyse the role of creative sector towards the economy and
employment in South Kalimantan. The descriptive methodwith content analysis is used to analyse the role of
creative economy in South Kalimantan. The result shows that the slowing down of South Kalimantan
economy inversely proportional to the rise of creative economy sector. Hence, the employment condition in
South Kalimantan has not been effectively affected by the creative economy sectors.
Keywords: Creative Economy, Economic Growth, Employment

PENDAHULUAN kekayaan dan budaya baru (Chapain 2013).


Dalam perkembangan dunia yang semakin Ekonomi Kreatif berhubungan dengan ide dan
cepat, didukung arus transfer teknologi dan informasi uang, dimana imajinasi dan kreativitaslah yang
yang semakin mudah, kita menghadapi tantangan, menentukan apa yang orang-orang ingin lakukan dan
polarisasi dan ketidaksetaraan yang kompleks dalam hasilkan. Ekonomi Kreatif didefinisikan sebagai
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi regional. penciptaan nilai tambah dari kreativitas yang
Strategi pembangunan mutlak diperlukan untuk dilindungi kekayaan intelektual, dan bersumber dari
memunculkan dan mengembangkan potensi kreatif pengelolaan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau
dunia usaha sebagai respon dari perubahan cepat yang teknologi(BEKRAF 2017). Dalam hal ini, unsur dari
terjadi(Brouder 2012). Dalam konteks ini konsep nilai tambah menjadi elemen penting yang tidak dapat
ekonomi kreatif berkembang di seluruh dunia sebagai dipisahkan dari unsur kreativitas. Ekonomi Kreatif
media pertemuan antara budaya, ekonomi dan secara khusus tidak hanya berfokus kepada penciptaan
teknologi. Sebagai dampaknya, dunia kita akan nilai tambah secara ekonomi, namun juga penciptaan
semakin didominasi oleh gambar, suara, simbol dan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan.
gagasan yang menciptakan lapangan kerja baru, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) telah menetapkan

9
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 9 - 17

16 subsektor dari industri kreatif yang menjadi fokus Kalimantan Selatan. Data awal mengenai sektor
utama untuk dikelola dan dikembangkan, yaitu: Seni ekonomi kreatif masih belum banyak dipublikasikan,
Rupa, Desain Produk, Desain Komunikasi Visual, sehingga penelitian ini hanya bersifat mendasar dan
Desain Interior, Arsitektur, Seni Pertunjukan, Kuliner, bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi,
Fotografi, Kriya (Kerajinan), Fashion, Film, Animasi data mengenai hal-hal yang belum banyak diketahui.
dan Video, Musik, Periklanan, Aplikasi dan Game Pada penelitian ini terdapat tiga variabel utama yang
Developer, Penerbitan, Televisi dan Radio. diteliti dan bertujuan untuk menjelaskan dan
Ekonomi Kreatif diyakini akan mampu menjadi menganalisis sebuah fenomena dimasyarakat terutama
poros ekonomi baru Indonesia di masa mendatang. Hal yang berkaitan dengan ekonomi kreatif, yaitu
ini dikarenakan konsep model ekonomi kreatif yang pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan dan ekonomi
cenderung tidak membutuhkan subsidi maupun kreatif.
investasi masif dari pemerintah, tetapi memiliki
dampak besar bagi perekonomian, sehingga dianggap HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat menjadi motor penggerak perekonomian yang Seiring dengan perkembangan ekonomi yang
membawa perubahan secara masif dan sistematis semakin kompetitif dan produktif, kunci sukses
(Donald 2013). ekonomi semakin bergantung pada faktor kreatifitas,
Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan inovasi dan keterampilan(Izzati and Wilopo 2018).
masih terkonsentrasi pada sektor primer, yaitu Dengan adanya penyebaran teknologi manufaktur dan
pertambangan dan pertanian, dimana kedua sektor ini keterampilan menandakan bahwa sebenarnya level
mendominasi hampir 70% perekonomian Kalimantan produksi barang dan jasa pada dasarnya bergantung
Selatan. Kedua sektor tersebut juga paling tinggi kepada fungsi biaya tenaga kerja(Herawati, et al.
dalam penyerapan tenaga kerja. Namun, seiring 2014). Hal ini bisa dilihat dari banyaknya perpindahan
dengan berjalannya waktu, kedua sektor ini terus industri dan pabrik dimana tenaga kerja murah dan
tergerus dengan terus menurunnya produktivitas banyak berada. Namun, perkembangan ekonomi di era
lahan, semakin menipisnya sumberdaya alam dan digital dan inovasi ini telah merubah tatanan baku yang
mulai banyaknya migrasi penduduk dari wilayah sudah ada, dimana fokus pengembangan sebuah ide,
pedesaan ke perkotaan untuk mencari pekerjaan. Hal kreatifitas dan inovasi perencaan menjadi hal utama
tersebut sangat mempengaruhi struktur ekonomi dan yang sangat berharga di atas faktor-faktor produksi
ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan. Atas dasar hal lain nya (Howkins 2001).
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hasil Riset dari BPS bekerjasama dengan
peranan sektor ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan BEKRAF di tahun 2016 menemukan bahwa ekonomi
ekonomi dan penyerapantenaga kerja di Kalimantan kreatif berkontribusi kepada ekonomi nasional sebesar
Selatan. 852 triliun atau 7.38% dan menyerap tenaga kerja
sebanyak 13.9% (BEKRAF 2017). Namun,
METODE PENELITIAN perkembangan ekonomi kreatif masih terfokus di
pulau jawa dengan konsentrasi sebanyak 65.37%,
Teknik Pengumpulan Data pulau sumatera 17.94%, Pulau Sulawesi, Maluku dan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini Papua 6.53%, Pulau Bali dan Nusa Tenggara 5.21%
adalah data sekunder melalui studi literatur. Sumber dan diurutan terakhir adalah Pulau Kalimantan sebesar
data diperoleh dari Creative Economy Outlookyang 4.95%. Hasil riset tersebut juga memunculkan 3 sektor
dikeluarkan oleh BEKRAF, serta data pertumbuhan ekonomi kreatif yang dominan, yaitu kuliner 43%,
ekonomi, ketenagakerjaan dan kajian ekonomi Fashion 18% dan Kriya 16%. Berdasarkan data
regional Kalimantan Selatan yang diperoleh dari tersebut, pangsa pasar untuk tenaga kerja pada sektor
Badan Pusat Statistik, Bappeda, Bank Indonesia dan ekonomi kreatif cenderung mengalami peningkatan,
Balitbangda. hingga pada tahun 2016 mencapai 14.28% (sekitar 14
sampai 15 orang dari 100 orang bekerja pada sektor
Metode Analisis Data ekonomi kreatif). Dalam periode yang sama, dari 16
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengguna- subsektor ekonomi kreatif, subsektor kuliner paling
kan analisis eksplanatori dengan pendekatan deskriptif banyak menyerap tenaga kerja, sedangkan subsektor
menggunakan analisis konten(content analysis). Jenis desain paling sedikit menyerap tenaga kerja. Jumlah
penelitian yang bertujuan untuk menemukan tenaga kerja pada 3 subsektor ekonomi kreatif tersebut
penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala secara nasional mampu menyerap tenaga kerja
terjadi. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk sebanyak 7,98 juta orang pada subsektor kuliner, 4,13
mengalisis hasil kajian awal dari BPS dan BEKRAF juta orang pada subsektor fasion, dan 3,72 juta orang
terkait peranan sektor ekonomi kreatif terhadap pada subsektor kriya.
pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan di Di Kalimantan Selatan secara khusus, sektor

10
Peranan Sektor Ekonomi Kreatif Pada Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan
(Herry A Pradana)

ekonomi kreatif masih terfokus pada sektor kerajinan Ekonomi berbasis komoditas ini, khususnya
(kriya) dan kuliner yang bersifat tradisional, namun pertanian masih menyumbang penyerapan tenaga
masih sangat minim dalam pemanfaatan teknologi kerja terbesar yaitu sebesar 34.05%. Sektor
digital. Sebagai contoh, banyak UMKM kuliner penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja
(khususnya) dengan omzet yang cukup tinggi masih berikutnya adalah perdagangan dan jasa, yaitu sebesar
menggunakan pemasaran tradisional sehingga potensi 24.5% dan 17.49%. Ketiga sektor ini menyumbang
dari bisnis UMKM belum tereksploitasi secara hampir 75.59% terhadap penyerapan tenaga kerja di
optimal. Padahal jika ditelaah lebih dalam, peran Kalimantan Selatan dan mengalami tren penurunan,
UMKM dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah sehingga tingkat pengangguran terbuka meningkat
sangat besar, terutama karena UMKM menyerap dari tahun 2013-2017 (Bank Indonesia n.d.). Berdasar-
cukup banyak sumber daya yang apabila dieksploitasi kan data diatas, dapat dilihat jika pertumbuhan
secara proporsional akan dapat memberikan multiplier ekonomi Kalimantan Selatan mengalami pertum-
effect yang mendorong pengembangan wilayah yang buhan positif namun cenderung melambat tiap
signifikan. Multiplier effect dari sektor UMKM ini tahunnya, kecuali tahun 2016 yang mengalami
terutama berasal dari jumlah unit usahanya yang peningkatan. Ada banyak faktor yang menjadi
sangat banyak di sektor ekonomi serta kontribusinya penyebab, diantaranya adalah melemahnya nilai tukar
yang besar terhadap penciptaan kesempatan kerja dan rupiah sehingga mempunyai dampak pada nilai
sumber pendapatan (G. Wilson 2012).Namun, disaat produksi berbasis komoditas, dan menurunnya belanja
yang bersamaan, keterbatasan UMKM sebagai sektor pegawai sehingga menyebabkan melambatnya
dengan keunggulan daya saing perlu dipahami perekonomian di Kalimantan Selatan.
keterbatasannya, antara lain dalam hal ukuran unit
usaha dan pengembangan kapasitas modal, teknologi Tabel 2. Tingkat Pengangguran Terbuka
produksi dan pemasaran produk (N. Wilson 2010). Hal
yang paling sering terungkap adalah keterbatasan Tahun TPT
modal fisik (finansial, struktur, dan infrastruktur) dan 2013 3.66%
kesulitan dalam pemasaran serta penggunaan dan 2014 3.80%
teknologi modern yang ternyata kurang diperhatikan 2015 4.92%
sebagai masalah yang serius bagi banyak pengusaha. 2016 5.45%
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan
tumbuh diangka 3.83%-5.33% sepanjang tahun 2013
2017 5.62%
sampai 2017, dimana persentase ini masih dibawah Sumber: BPS Kalsel (data diolah)
pertumbuhan ekonomi nasional. Perekonomian
Kalimantan Selatan secara umum masih mengalami Ekonomi kreatif diharapkan dapat menjawab
fluktuasi, khususnya ditahun 2015, dimana terjadi permasalahan yang dihadapi Kalimantan Selatan saat
penurunan yang cukup signifikan, namun hal ini juga ini, yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi dan
terjadi hampir diseluruh provinsi. Peningkatan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka. Namun,
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan banyak konsep pengambangan ekonomi kreatif ini tidak dapat
bersumber dan bertumpu kepada konsumsi berkembang secara mandiri dan terpisah dari sektor
pemerintah dan investasi (BPS 2017). Selain itu, ekonomi lainnya (C. Gibson 2015). Seiring dengan
pertumbuhan sektor berbasis komoditas juga masih berkembang pesatnya teknologi, banyak pelaku usaha
mendominasi diantaranya sektor pertanian dan baru khususnya anak muda menggeluti usaha baru
pertambangan. Kondisi ini menyebabkan perekono- yang kreatif. Banyaknya UMKM baru bermunculan di
mian Kalimantan Selatan belum bisa keluar dari Kalimantan Selatan berbasis desain, souvenir, kuliner,
perekonomian berbasis komoditas dan sangat fashion sampai bahan kerajinan yang dipasarkan
bergantung kepada konsumsi pemerintah. melalui internet, media sosial, hingga dari mulut ke
mulut. Namun, Kalimantan Selatan saat ini belum
Tabel1. Pertumbuhan Ekonomi memiliki sentra industri kreatif, baik dari lokasi,
kegiatan produksi maupun pemasaran. Sentra industri
Tahun Kalimantan Selatan Nasional kreatif dirasa penting sebagai jembatan yang
2013 5,33% 5,78% mempermudah pelaku usaha, pemerintah, maupun
2014 4,84% 5,02% pemodal untuk berkolaborasi, sehingga akan
mempermudah proses pertemuan antara pelaku usaha,
2015 3,83% 4,79%
konsumen dan pemodal (Richards 2011).
2016 4,38% 5,02% Perkembangan Ekonomi Kreatif di Kalimantan
2017 5,33% 5,10% Selatan saat ini masih belum menggembirakan, hal ini
Sumber: Bank Indonesia (data diolah) dapat dilihat dari kontribusi sektor ekonomi kreatif

11
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 9 - 17

terhadap PDB nasional masih berada dikisaran 4.95% dikelompokkan ke dalam 16 kategori, yaitu:
untuk pulau Kalimantan. Secara khusus, sektor Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi
ekonomi kreatif di Kalimantan Selatan masih Visual, Desain Produk, Film, Animasi, dan Video,
didominasi oleh kuliner dan fashion yang bermuara Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Fashion, Aplikasi
pada industri jasa dan pengolahan pada struktur PDRB dan Game Developer, Penerbitan, Periklanan, Televisi
Kalimantan Selatan. Berdasarkan Peraturan Presiden dan Radio, Seni Pertunjukan dan Seni Rupa.
(Perpres) No. 72 Tahun 2015, industri kreatif Pengelompokan subsektor ini dapat dilihat dari

Tabel 3. Klasifikasi Sub Sektor Ekonomi Kreatif

Sektor Sub Sektor Ekonomi Kreatif


 Jasa Perusahaan Arsitektur
 Jasa Perusahaan Desain Interior
 Jasa Pendidikan
 Jasa Perusahaan Desain Komunikasi Visual
 Jasa Pendidikan
 Jasa Perusahaan Desain Produk
 Jasa Pendidikan
 Industri Pengolahan Film, Animasi &Video
 Infomasi & Komunikasi
 Jasa Perusahaan Fotografi
 Jasa Pendidikan
 Industri Pengolahan Kriya
 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor
 Industri Pengolahan Kuliner
 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor
 Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
 Industri Pengolahan Musik
 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor
 Infomasi & Komunikasi
 Jasa Perusahaan
 Jasa Pendidikan
 Jasa Lainnya
 Industri Pengolahan Fashion
 Perdagangan Besar dan Ece ran; Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor
 Jasa Pendidikan
 Infomasi & Komunikasi Aplikasi dan Game
 Jasa Perusahaan Developer
 Jasa Lainnya
 Industri Pengolahan Penerbitan
 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor
 Infomasi & Komunikasi
 Jasa Perusahaan
 Jasa Lainnya
 Jasa Perusahaan Periklanan
 Infomasi & Komunikasi Televisi dan Radio
 Jasa Perusahaan Seni Pertunjukan
 Jasa Pendidikan
 Jasa Lainnya
 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil Seni Rupa
dan Sepeda Motor
 Jasa Perusahaan
 Jasa Pendidikan
Sumber: BEKRAF Outlook Ekonomi Kreatif, 2017

12
Peranan Sektor Ekonomi Kreatif Pada Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan
(Herry A Pradana)

industri yang menaunginya sebagai berikut: kerja(Harvey 2012). Dengan pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan klasifikasi di atas, Kalimantan yang berada pada jalur positif, secara kasat mata,
Selatan belum memiliki data untuk PDRB sektor kontribusi sektor kreatif juga berbanding lurus
Ekonomi Kreatif, sehingga masih sangat sulit untuk (Hatcher 2011). Namun ada banyak variabel yang
menganalisa kontribusinya terhadap pertumbuhan terkait dalam hal pertumbuhan ekonomi ini, salah
ekonomi di Kalimantan Selatan. Terkait dengan hal satunya adalah menurunnya belanja pemerintah dan
tersebut, kondisi pertumbuhan ekonomi di Kalimantan melemahnya nilai tukar rupiah. Jika berkaca pada 2
Selatan termasuk dalam kategori positif, namun variabel yang disebutkan diatas, kontribusi sektor
mengalami perlambatan di beberapa tahun terakhir, kreatif diprediksikan memiliki dampak positif,
sehingga akan sangat sulit untuk melakukan dikarenakan belanja pemerintah tidak mempengaruhi
identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi dari langsung pertumbuhan ekonomi kreatif. Selain itu,
subsektor ekonomi kreatif. Dengan pertumbuhan melemahnya nilai tukar rupiah lebih berdampak pada
ekonomi yang cendrung melambat, kontribusi sektor sektor industri pengolahan dan berbasis komoditas,
ekonomi kreatif belum dirasakan dampaknya, sehingga juga tidak berdampak pada sektor ekonomi
meskipun secara jumlah, pelaku usaha ekonomi kreatif kreatif. Dari dua hal diatas dapat ditarik kesimpulan
banyak bermunculan. awal bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi di
Pada Kawasan perkotaan seperti di Kota Kalimantan Selatan berbanding terbalik dengan
Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, para pelaku usaha perkembangan sektor ekonomi kreatif. Hal ini juga
kreatif didominasi oleh para anak muda melalui usaha didukung dengan temuan dari BEKRAF tahun 2017,
kuliner dan fashion. Hal ini cukup sejalan dengan dimana ketiga subsektor ekonomi kreatif yang paling
dengan data pelaku ekonomi kreatif secara nasional, dominan, pada periode tahun 2011-2016 mengalami
dimana pada tahun 2016 penduduk yang pekerjaan pertumbuhan yang positif. Pada periode tersebut,
utamanya di sektor ekonomi kreatif paling banyak Subsektor Kriya mengalami pertumbuhan sebesar
adalah mereka yang berumur 25-34 tahun, yaitu 1.99%. Sementara pada Subsektor Kuliner dan
26.31%, selanjutnya kelompok umur 35-44 tahun Subsektor Fashion, tenaga kerja tumbuh rata-rata
sebesar 24.98%, dan kelompok umur 15-24 tahun sebesar 7.36% dan 3.05% per tahun.
sebesar 19.02%. Jika dilihat tren perkembangannya Diatas sudah disebutkan bahwa sampai tahun
dari tahun 2011 hingga 2016, tenaga kerja ekonomi 2017, sektor pertanian masih mendominasi sumber
kreatif didominasi oleh mereka yang berumur 15-54 mata pencaharian di Kalimantan Selatan, yaitu sekitar
tahun, dengan dominasi terbesar oleh mereka yang 35.04%. Pada tabel 4 disajikan data status pekerjaan
berumur 25-34 tahun yaitu sekitar 26 hingga 30 persen. utama penduduk Kalimantan Selatan menurut status
Usia sangat berpengaruh terhadap sikap pekerjaan utama. Data status pekerjaan yang disajikan
individu dalam bersikap, baik itu dalam ranah personal dalam tabel tersebut sesuai dengan pengelompokan
maupun profesional. Tenaga kerja dengan umur muda status pekerjaan yang digunakan dalam kuesioner
biasanya baru mulai bekerja dan belum banyak Sakernas, yaitu: Berusaha sendiri, Berusaha dibantu
memiliki pengalaman. Dengan semakin bertambah buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, Berusaha dibantu
umur menjadi dewasa seseorang maka diperkirakan buruh tetap/buruh dibayar; Buruh/karyawan/pegawai;
semakin bertambah pengalaman kerjanya sehingga Pekerja bebas di pertanian; Pekerja bebas di
mempunyai produktivitas yang cukup tinggi. Akan nonpertanian; dan Pekerja keluarga/tak dibayar.
tetapi ada titik tertentu dimana semakin bertambah Berusaha sendiri menggambarkan pekerja yang
umur seseorang mendekati lansia membuat menjadi pemberi kerja untuk dirinya sendiri, tidak
produktivitas kerja akan menurun. Namun, temuan menggunakan pekerja dan bekerja sendiri, serta
pada 11 Kabupaten di Kalimantan Selatan menanggung resiko ekonomi sendiri. Berusaha
mengindikasikan bahwa para pelaku usaha ekonomi dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar adalah
kreatif lebih banyak mereka yang berusia diatas 40 pemberi kerja untuk orang lain/ bekerja dibantu
tahun yang menjalankan usaha turun temurun pada buruh/pekerja tak dibayar atau buruh/pekerja tidak
sektor kuliner, kriya dan fashion. Meskipun secara tetap dan mempunyai kewenangan dan kuasa atas
teknis, banyak usaha kreatif tidak menggunakan pekerjanya, serta bertindak sebagai penanggung risiko
teknologi modern, para pelaku usaha kreatif di daerah ekonomi. Perbedaan status tersebut dengan Berusaha
mengandalkan kearifan lokal dan teknik pengolahan dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah status ini
yang diwariskan secara turun-temurun yang pada mempekerjakan minimal satu orang buruh/pekerja
akhirnya memberikan keunikan sendiri terhadap tetap yang dibayar. Buruh/karyawan/pegawai
produk yang mereka jual. merupakan pekerja yang dibayar, yang menerima
Terkait dengan dampak sektor ekonomi kreatif upah/gaji berupa uang/barang secara berkala menurut
terhadap pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari sudut periode waktu tertentu. Pekerja bebas juga merupakan
pandang kontribusi terhadap pdrb dan serapan tenaga merupakan pekerja yang dibayar, namun bekerja pada

13
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 9 - 17

pemberi kerja yang tidak tetap/berbeda dalam sebulan usaha yang dilakukan adalah berbasis jasa,
terakhir. Lapangan pekerjaan dari pekerja bebas pengolahan, perdagangan ataupun spesifik untuk
menentukan apakah pekerja tersebut termasuk ke ekonomi kreatif, sehingga sangat sulit untuk
Pekerja bebas pertanian maupun Pekerja bebas menganalisis pembagian subkategori untuk para
nonpertanian. Terakhir, Pekerja keluarga/tidak dibayar pelaku usaha tersebut. Pada kategori kedua dan ketiga
adalah seseorang yang bekerja pada pemberi kerja, yaitu berusaha sendiri dibantu buruh tidak tetap dan
namun tidak mendapatkan upah/gaji, baik berupa uang berusaha sendiri dibantu buruh tetap, mengalami
maupun barang(BPS 2017). fluktuasi dan cenderung dalam tren penurunan.
Selanjutanya, dari tabel tersebut, persentase dari Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan
sektor ekonomi kreatif belum tergambar dengan jelas bahwa peranan sektor ekonomi kreatif terhadap
keterwakilannya, meskipun secara umum terkonsen- penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Selatan masih
trasi pada 3 kategori berusaha sendiri, berusaha sendiri tergolong tidak efektif, bahkan cendrung tidak ada
dibantu buruh tidak tetap dan berusaha sendiri dibantu keterkaitannya. Alasan utama yang melandasi
buruh tetap. Hal ini dikarenakan sektor ekonomi kesimpulan awal ini adalah data yang disajikan belum
kreatif tergolong dalam sektor ekonomi informal, menggambarkan adanya peningkatan yang signifikan,
dimana sektor tersebut terbagi menjadi beberapa status bahkan cendrung fluktuatif disemua kategori,
perkerjaan utama yang berbeda-beda pula. Namun jika sehingga belum dapat merepresntasikan peranan
dilihat dari kategori pertama, peningkatan jumlah sektor ekonomi kreatif terhadap penyerapan tenaga
pelaku usaha mandiri (berusaha sendiri), terjadi kerja di Kalimantan Selatan. Selain itu, faktor
peningkatan yang cukup kecil dan sempat mengalami ketersediaan data juga menjadi kendala mendasar yang
penurunan di tahun 2015. melatarbelakangi kesulitan peneliti dalam melakukan
Pada kategori ini, tidak dibedakan apakah jenis analisis yang komprehensif dan akurat.

Tabel 4. Persentase Penduduk Kalimantan Selatan Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama Tahun 2013 – 2017

Status Pekerjaan Utama 2013 2014 2015 2016 2017


Berusaha Sendiri 21.49% 22.49% 19.99% 21.06% 23.67%
Berusaha sendiri dibantu buruh tidak tetap 17.21% 17.12% 15.86% 18.66% 15.31%
Berusaha sendiri dibantu buruh tetap 3.38% 2.93 % 3.41% 3.41% 3.35%
Buruh / karyawan / Pegawai 
 32.88% 34.04% 38.07% 34.4% 35.64%
Pekerja bebas (pertanian & non pertanian) 7.28% 6.31% 7.3% 6.06% 6.97%
Pekerja tak dibayar 17.76% 17.11% 15.37% 16.41% 15.06%
Sumber : BPS

Berkaca dengan hal tersebut, potensi dari landmark kota/kabupaten atau kegiatan sosial seperti
ekonomi kreatif ini dirasa cukup penting dan festival sebagai venue untuk mengenalkan produk
berdampak luas terutama dalam hal penciptaan khas daerah (Gong and Hassink 2017).
lapangan pekerjaan, penciptaan iklim bisnis yang Berdasarkan analisis konten yang telah
kondusif (Magis 2010). Selain itu dengan dilakukan yang mengacu pada literatur dan sumber
pengembangan ekonomi kreatif tradisional, data skunder, peranan ekonomi kreatif di Kalimantan
diharapkan dapat melestarikan budaya dan nilai lokal. Selatan terhadap pertumbuhan ekonomi bertitik berat
Namun tidak dapat dipungkiri, tren perkembangan pada promosi nilai budaya dan sosial. Hal ini
ekonomi kreatif di dunia dan di Indonesia, dikarenakan tipologi ekonomi kreatif di Kalimantan
pengembangan ekonomi kreatif lebih berpotensi untuk Selatan masih terpusat pada aktivitas ekonomi
berkembang di kota-kota besar (C. Gibson 2015). Hal tradisional seperti kuliner, kriya, dan fashion, sehingga
ini terkait dengan ketersediaan sumber daya manusia belum terlihat dan tereksploitasi secara maksimal
yang handal dan kreatif, serta ketersediaan jaringan pemanfaatan teknologi sebagai basis utama ekonomi
pemasaran yang lebih baik dibanding kotakecil (A.I. , kretif. Selain itu, ekonomi kreatif diharapkan dapat
et al. 2016). Namun demikian, hal itu tidak menutup memainkan peran kunci dalam pertumbuhan daerah
kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia untuk khususnya perkotaan baik secara langsung maupun
mengembangkan ekonomi kreatif. Khusus untuk tidak langsung dengan menjadikannya sebagai tempat
Kalimantan Selatan, strategi pengembangan ekonomi yang lebih diminati untuk tinggal dan menarik tenaga
kreatif dapat dilakuksanakan dengan memanfaatkan kerja untuk sektor lain(S. Skerratt 2013). Hal ini

14
Peranan Sektor Ekonomi Kreatif Pada Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan
(Herry A Pradana)

membuat program kemitraan di sektor ini menjadi (S. a. Skerratt 2013).


penting dan menjadi model kolaborasi yang Namun, pemahaman tentang model kolaborasi
mendukung pertukaran ilmu pengetahuan dan ini dibatasi oleh kurangnya data mengenai sektor
teknologi antara pemerintah, akademisi, pemodal, ekonomi kreatif di Kalimantan Selatan. Selain itu,
dana pelaku usaha(Kingston University London belum ada mekanisme yang tepat untuk menganalisis
2017). Dalam hal ini, semua pihak akan mendapatkan nilai dan laba atas investasi secara komprehensif di
keuntungan dimana pelaku usaha akan mendapat sektor ini membuat analisis mengenai dampak
peluang investasi dan broker melalui kolaborasi ekonomi menjadi sangat sulit untuk dilaksanakan. Hal
dengan pemerintah dan akademisi, sedangkan pihak ini juga didukung oleh fakta bahwa taksonomi dari
akademisi akan memperoleh kesempatan untuk belajar ekonomi kreatif tidak terpengaruh oleh infrastruktur
langsung dan terlibat dalam aktivitas produktif yang penyandang dana sehingga analisis skala besar sulit
diharapkan akan membangun kohesi social dan dilakukan dan memberikan nilai banyak dampak yang
pelestarian budaya serta memperkuat kearifan lokal tak terlihat (Thomas 2013)..

Gambar 1. Model Kolaborasi Ekonomi Kreatif berbasis Budaya dan Kearifan Lokal

Dari model kolaborasi di atas dapat diambil potensi ekonomi yang dimilikinya. Pengembangan
kesimpulan awal bahwa model ekonomi berbasis ekonomi lokal juga perlu diarahkan untuk mendukung
budaya dan kearifan lokal memiliki dimensi perkembangan sektor-sektor ekonomi yang
pengembangan yang sangat luas dan melibatkan mempunyai potensi menciptakan kesempatan kerja
banyak aktor (Townsend 2013). Peluang dan potensi yang luas dan memiliki prospek yang baik dalam
pengembangan ekonomi kreatif berbasis ekonomi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu
lokal sangat besar dikarenakan Kalimantan Selatan wilayah.
memiliki kekayaan warisan budaya yang berlimpah,
sehingga sektor ekonomi kreatif dapat diharapkan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Kesimpulan
Selatan. Adanya otonomi daerah juga mengharuskan Pertumbuhan ekonomi Kreatif berdasarkan data
tiap daerah untuk selalu mengembangkan potensi- nasional menunjukan pertumbuhan yang signifikan di

15
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 9 - 17

atas pertumbuhan sektor tradisional lainnya seperti itu, diharapkan pemerintah berserta BPS proaktif
pertambangan, pertanian, peternakan, kehutanan, untuk melakukan telaahan mengenai PDRB Ekonomi
industri pengolahan dan sektor jasa lainnya. Sebagai Kreatif yang terpisah dari PDRB komoditas yang biasa
model ekonomi yang tergolong baru di Kalimantan dipublikasikan. Hal ini berkaitan dengan pengem-
Selatan, sektor ini masih sangat minim bantuan dari bangan sektor kreatif yang membutuhkan data yang
pemerintah, baik berupa kemudahan usaha, perijinan, akurat dan komprehensif.
maupun permodalan dan subsidi. Kelebihan dari
ekonomi kreatif ini adalah menawarkan pembangunan DAFTAR PUSTAKA
yang berkelanjutan yaitu iklim perekonomian yang
berdaya saing dan memiliki sumber daya yang Badan Ekonomi Kreatif. t.thn. Ekonomi Kreatif
terbarukan. Ekonomi kreatif merupakan peluang besar Outlook 2017. Jakarta: BEKRAF.
baik bagi negara maju maupun negara berkembang BEKRAF. 2017. Sebaran Ekonomi Kreatif Indonesia
untuk terus mengembangkan perekonomiannya, 2016. Jakarta: BEKRAF.
karena sumber daya utama dari ekonomi ini adalah ide, BEKRAF. 2017. Ekonomi Kreatif Outlook 2017.
talenta, dan kreatifitas. Tiga hal tersebut merupakan Jakarta: BEKRAF.
cadangan sumber daya yang selalu terbarukan dan Howkins, John. 2001. The Creative Economy - How
tidak terbatas. Di Kalimantan Selatan, pengembangan People Make Money From Ideas. London: The
industri kreatif belum optimal, terutama disebabkan Penguin Group.
kurangnya daya tarik industri, ide dan inovasi serta Herawati, Tuty , Christina Lipuring, Tyas Rudatin, dan
model bisnis yang belum matang. Selain itu, Djuni Akbar. 2014. “Potensi Kota Bandung
Kalimantan Selatan dihadapkan pada tantangan Sebagai Destinasi Incentive Melalui
kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk Pengembangan Ekonomi Kreatif.” Jurnal
dan jasa kreatif di dalam negeri. Data menujukkan, Penelitian dan Pengembangan Humaniora
dengan tren perlambatan pertumbuhan ekonomi di Epigram 11 (2): 50-62.
Kalimantan Selatan berbanding terbalik dengan Izzati, Muhammad Fakhrul , dan Wilopo. 2018.
perkembangan sektor ekonomi kreatif, hal ini “ I m p l e m e n t a s i Tr i p p l e H e l i x D a l a m
disebabkan karena sistim ekonomi kreatif adalah Mendorong PertumbuhanIndustri Kreatif di
sistem perekonomian yang mengandalkan kreativitas Kota Malang Sebagai Upaya Peningkatan Daya
individu, memiliki nilai kompetitif yang unik, dimana Saing Untuk Menghadapi Masyarakat
sistim ini secara umum tidak memerlukan modal dan EkonomiASEAN.” Jurnal Administrasi Bisnis
investasi awal yang besar, namun memiliki potensi Universitas Brawijaya 55 (1): 59-68.
keuntungan yang tinggi apabila dikelola dengan baik. A.I. , Escalona-Orcao, Escolano-Utrilla S, Sáez-Pérez
Namun, dengan berbagai potensinya, peranan sektor L.A, dan Sánchez-Valverde García B. 2016.
ekonomi kreatif terhadap penyerapan tenaga kerja di “The location of creative clusters in non-
Kalimantan Selatan masih tergolong tidak efektif, metropolitan areas: A methodological propo-
bahkan cendrung tidak ada keterkaitannya. Hal ini sition.” Journal of Rural Studies 45: 112-122.
dikarenakan, belum adanya data yang komprehensif Gibson, Chris . 2015. “Negotiating Regional Creative
dan akurat yang dapat membagi unit usaha kreatif Economies: Academics as Expert Interme-
berdasarkan jenis usaha, sehingga penggunaan data diaries Advocating Progressive Alternatives.”
BPS belum dapat maksimal dimanfaatkan untuk Journal of Regional Studies 49 (3): 476-479.
melihat peranan sektor kreatif dalam penyerapan Gong, Huiwen , dan Robert Hassink. 2017. “Exploring
tenaga kerja. the clustering of creative industries.” Journal of
European Planning Studies 25 (4): 583-600.
Rekomendasi BPS. 2017. Kalimantan Selatan Dalam Angka 2013-
Lambat dan lemahnya pertumbuhan sektor 2017. Survey, Banjarmasin: BPS.
ekonomi kreatif selain disebabkan oleh rendahnya Bank Indonesia. t.thn. Kajian Ekonomi Regional
daya tarik dan pengembangan inovasi, juga Tahun 2017 (Laporan Kajian Ekonomi
disebabkan oleh belum adanya payung hukum yang Regional). 2017, Bank Indonesia Wilayah II
mengatur tata kelola masing-masing subsektor Kalimantan, Banjarmasin: Bank Indonesia.
industri kreatif dan transaksi elektronik yang belum Kingston University London. 2017. Understanding
diregulasi dengan baik. Kalimantan Selatan sebagai Knowledge Exchange Partnerships With The
salah satu provinsi yang kaya akan kearifan lokal dan Creative Economy. Research Project, Art and
budaya memiliki potensi besar untuk mengembangkan Humanities, Kingston University London,
ekonomi kreatif diwilayahnya, namun hal ini mesti London: Art and Humanities Research Council.
didahului dengan studi dan riset mendalam mengenai Wilson, N. 2010. “Social creativity: requalifying the
potensi industri kreatif di Kalimantan Selatan. Selain creative economy.” International Journal of

16
Peranan Sektor Ekonomi Kreatif Pada Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan
(Herry A Pradana)

Cultural Policy 16 (3) pp. 367–381. practiced in the rural US South: an exploratory
Wilson, G.A. 2012. “Community resilience, survey of economic development professio-
globalization, and transitional pathways of nals.” The Review of Regional Studies 41 pp.
decision‐ making.” Geoforum 43 (6) pp. 139–159.
1218–1231. Harvey, D.C., H. Hawkins and N.J. Thomas. 2012.
Townsend, L., A. Sathiaseelan, G. Fairhurst et al. 2013. “Thinking creative clusters beyond the city:
“Enhanced broadband access as a solution to the people, places and networks. .” Geoforum43 (3)
social and economic problems of the rural pp. 529–539.
digital divide.” Local Economy 28 (6) pp. Gibson, C., C. Brennan‐ Horley, B. Laurensonet  al.
580–595. 2012. “Cool places, creative places?
Thomas, N.J., D.C. Harvey and H. Hawkins. 2013. Community perceptions of cultural vitality in
“Crafting the region: creative industries and the suburbs. .” International Journal of Cultural
practices of regional space.” Regional Studies Studies 15 (3) pp. 287–301.
47 (1) pp. 75–88. Donald, B., M.S. Gertler and P. Tyler. 2013. “Creatives
Skerratt, S. and A. Steiner. 2013. “Working with after the crash.” Cambridge Journal of Regions,
communities‐ of‐ place: complexities of Economy and Society 6 (1) pp. 3–21.
empowerment.” Local Economy 28 (3) pp. Chapain, C., N. Clifton and R. Comunian. 2013.
320–338. “Understanding creative regions: bridging the
Skerratt, S. 2013. “Enhancing the analysis of rural gap between global discourses and regional and
community resilience: evidence from national context.” Regional Studies 47 (2) pp.
community land ownership.” Journal of Rural 131–134.
Studies 31 pp. 36–46. Brouder, P. 2012. “Creative outposts? tourism's place
Richards, G. 2011. “Creativity and tourism: the state of in rural innovation.” Tourism Planning and
the art.” Annals of Tourism Research 38 (4) pp. Development 9 (4) pp. 37–41.
1225–1253. Kingston University, University Alliance. 2017. The
Magis, K. 2010. “Community resilience: an indicator Hidden Story "Understanding Knowledge
of social sustainability.” Society & Natural Exchange Partnerships with the Creative
Resources 23 (5) pp. 401–416. Economy". Research Paper, London: Arts and
Hatcher, W., M. Oyer and R. Gallardo. 2011. “The Humanities Research Council.
creative class and economic development as

17
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 9 - 17

18

Anda mungkin juga menyukai