Anda di halaman 1dari 6

Judul

Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lampung Barat melalui ‘Rumah Kreatif’

Penulis
Donna Sorenty Moza

Abstrak
Kabupaten Lampung Barat dengan segala potensi nya berpeluang menjadi icon baru Kota
Kreatif di Indonesia. Dan Pemkab Lambar sebagai perpanjangan tangan rakyat mesti
bergerak cepat mengelola potensi tersebut demi terwujud nya cita-cita bersama “Menuju
Lampung Barat Hebat”. Berdasarkan kajian dengan analisis menggunakan kajian pustaka
menunjukan bahwa model pengembangan Ekonomi Kreatif di Inggris dan Indonesia dapat
diadopsi penerapan nya di Kabupaten Lampung Barat.

Pendahuluan
Pembangunan ekonomi dan bisnis dunia saat ini mengalami pergeseran pradigma dari
pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam (SDA) ke pradigma ekonomi yang
berpijak pada ilmu pengetahuan dan kreativitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
kemudian populer dengan istilah Ekonomi Kreatif.
John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money
from Ideas pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. John Howkins
mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value as a result of idea. Dalam
sebuah wawancara bersama Donna Ghelfi dari World Intellectual Property
Organization (WIPO), Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai "kegiatan ekonomi
dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide,
tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini,
menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.".
Sejumlah kalangan (Akademisi, Ekonom, Pemimpin Negara dll) meyakini bahwa
Ekonomi Kreatif memiliki daya tahan terhadap krisis dibandingkan sektor ekonomi lain nya.
Terbukti, saat terjadi krisis ekonomi global di tahun 2008 sektor Industri kreatif menjadi
sektor industri yang mampu bertahan.
Melihat potensi dan pesat nya perkembangan Ekonomi Kreatif di tingkast global,
Pemerintah Republik Indonesia merespon hal tersebut dengan berbagai kebijakan terkait
pengembangan Ekraf di Indonesia. Di Tahun 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengeluarkan Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 6 Tahun 2009 tetang pembangunan
ekonomi kreatif di Indonesia. Selanjut nya, pada tahun 2008, dilakukan peluncuran Cetak
Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Lalu, dimasa pemerintahan Presiden Joko Widodo pengembangan Ekraf di Indonesia
makin bergerak maju. Pada 20 Januari 2015, melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif, Presiden Joko Widodo membentuk
lembaga baru non kementerian bernama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Badan ini
bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Bekraf bertugas
membantu presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi
kebijakan di bidang ekonomi kreatif.
Selanjut nya dalam konteks lokal, Kabupaten Lampung Barat yang konon tercipta
disaat tuhan tersenyum ini memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi pusat ekonomi
kreatif di Provinsi Lampung. Potensi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam (SDA),
adat istiadat, seni Budaya, Kuliner khas-Kopi Robusta, kerajinan kayu – kain dan lain
sebagai nya menjadi modal besar yang harus dioptimalkan.
Parosil Mabsus selaku Bupati Lampung Barat juga melihat potensi pengembangan
Ekraf di Lampung Barat. Beliau menelurkan gagasan ‘Rumah Kretatif’ semasa kampanye
nya di Pilkada Lambar 2017. Kemudian setelah resmi terpilih sebagai Bupati Lambar periode
2017-2022, gagasan itu diformulasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Lampung Barat. Bahkan, diawal kepemimpinan nya, Parosil
Mabsus bergerak cepat menjalin kerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui
Penandatangan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) tentang
pengembangan ekonomi kreatif di Lambar di gedung Kementerian BUMN Lantai 18 Jalan
Medan Merdeka Jakarta , Kamis (25/4/2019). Melihat hal tersebut, sudah selayaknya
Pemkab Lambar bergerak menyiapkan segala hal terkait pegembangan ekonomi kreatif di
Lambar dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama “Menuju Lampung Barat Hebat”.
Adapun permasalahan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Lampung
Barat adalah terletak pada “Apa, siapa dan bagaimana pegembangan ekonomi kreatif di
kabupaten Lampung Barat ??
Maksud dan tujuan penulisan kajian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi
faktor-faktor pendukung terkait pengembangan ekonomi kreatfif di kabupaten Lampung
Barat.
Metode Kajian
Kajian “Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lampung Barat melalui
Rumah Kreatif” bila ditinjau dari segi manfaatnya menggunakan kajian terapan. Dan
berdasarkan tujuan kajian adalah kajian deskriptif kualitatif. Kajian ini termasuk kajian yang
penekanan utamanya adalah menggunakan data kualitatif dan studi pustaka.
Data premier yang dibutuhkan meliputi data-data wawancara, diskusi dsb diperoleh
dan difasilitasi oleh Balitbangda Kabupaten Lampung Barat. Sementara data sekunder yang
meliputi data-data tentang pengertian dan konsepsi pengembangan ekonomi kreatif diperoleh
dari sumber-sumber pustaka dan situs internet.
Selanjut nya data primer dan sekunder yang telah terkumpul diolah dan disusun dalam
kriteria-kriteria tertentu dengan maksud agar mudah membacanya, memahaminya, dan
menginterpretasikan. Kemudian data-data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif
kualitatif interpretatif.

Hasil Pembahasan.
1. Pembangunan Ekonomi Kreatif di Inggris
Di awal tahun 1990, kota-kota di Inggris mengalami penurunan produktifitas
dikarenakan beralihnya pusat-pusat industri dan manufaktur ke negara-negara berkembang
yang menawarkan bahan baku, harga produksi dan jasa yang lebih murah. Menanggapi hal
tersebut, calon perdana menteri (pada waktu itu) Tony Bliar dari New Labour Party
menawarkan agenda pemerintahan yang bertujuan untuk memperbaiki moral dan kualitas
hidup warga inggris dan memastikan kepemimpinan inggris dalam kompetisi dunia di
melinium baru, salah satunya dengan mendirikan National Endowment for Science and the
Art (NESTA) yang bertujuan untuk mendanai pengembangan bakat-bakat muda inggris
seperti yang dirilis dalam situs http://citrapuspitasari.blog.stisitelkom.ac.id
Pada tahun 1997, setelah resmi menjadi PM, Tony Blair merumuskan pegembangan
Ekraf Inggris melalui dokumen Creative Industries-Mapping Document 1998 yang
dirumuskan oleh Department for Culture, Media, and Sport (DCMS), lembaga yang
menangani industri kreatif di Inggris. Dokumen tersebut memetakan 13 area aktivitas industri
kreatif, yaitu periklanan, arsitektur, seni dan antik, kerajinan, desain, fesyen, film, software
hiburan interaktif, musik, penerbitan, seni pertunjukan, software, televisi dan radio.
Seiring waktu, industri kreatif Inggris terus berkembang pesat. Sejumlah penyesuaian
dilakukan pemerintah Inggris dalam mengembangkan industri kreatif, termasuk
mengelompokkan 13 area aktivitas menjadi 12 sub sektor, diantaranya: periklanan, kerajinan,
film, IT dan software, penerbitan, musik , dan video games. Hasilnya, sejak tahun 2010,
pertumbuhan Gross Value Added (GVA) industri kreatif naik hingga 53,1%. Industri kreatif
juga menyumbang sekitar 27 miliar poundsterling (11%) bagi ekspor Inggris. Pembukaan
lapangan pekerjaan di industri kreatif terus meningkat sekitar 28,6% sejak tahun 2011. Di
tahun 2016, tercatat lebih dari 3 juta orang bekerja di sektor ini seperti yang dilansir dalam
portal media online https://kumparan.com/atu-yudhistira/mengenal-industri-kreatif-inggris
1551590771520454453

2. Pembangunan Ekonomi Kreatif di Indonesia


Dalam situs resmi Bekraf (https://www.bekraf.go.id), Presiden Joko Widodo
optimistis bahwa ekonomi kreatif kelak menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Berbeda dengan sektor lain yang sangat tergantung pada eksploitasi sumber daya alam,
kekuatan ekonomi kreatif lebih bertumpu kepada keunggulan sumber daya manusia. Karya
seni, arsitektur, buku, inovasi teknologi, dan animasi, berasal dari ide-ide kreatif pemikiran
manusia.
Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan
Ekonomi Kreatif, Presiden Joko Widodo membentuk lembaga baru non kementerian bernama
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Bekraf bertugas membantu presiden dalam merumuskan,
menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif.
Bekraf mempunyai visi membangun Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia
dalam ekonomi kreatif pada 2030 nanti.
Bekraf juga menetapkan ada 16 subsektor dari industri kreatif yang menjadi fokus
untuk dikelola dan dikembangkan. Diantara nya: Aplikasi dan pengembangan permainan,
Arsitektur, Desain Produk, Fesyen, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Seni
Pertunjukan, Film, Animasi dan Video, Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan,
Periklanan, Seni rupa, Televisi dan Radio.
Berdasarkan dokumen Laporan Kinerja Empat Tahun Bekraf., selama empat tahun
terakhir, Bekraf merealisasikan 250 program nasional dan 87 program internasional (Program
Riset, Edukasi, dan Pengembangan Ekraf, Akses Permodalan, Pembangunan dan Perbaikan
Infrastruktur, Pemasaran Produk, Memfasilitasi Sertifikasi Profesi, Hak Kekayaan Intelektual
dll dan Program kerjasama--Hubungan Antar Lembaga Dan Wilayah) di 32 negara telah
berbuah positif.
Saat ini sektor Ekonomi kreatif menunjukkan pertumbuhan PDB, tenaga kerja, dan
ekspor yang signifikan. Ekonomi kreatif menghasilkan kontribusi bagi PDB Indonesia yang
mengagumkan, yaitu senilai 922,58 triliun rupiah dan kenaikan sebesar 4,95% di tahun
2016. Jumlah yang tak kalah impresif juga ditampilkan oleh penyerapan tenaga kerja industri
kreatif indonesia. Memperkerjakan 16,9 juta orang atau total 14,28% tenaga kerja di
Indonesia, industri kreatif adalah sektor paling aktif dan inklusif di Indonesia dengan
penyerapan tenaga kerja dari berbagai kategori umur, jenis kelamin, dan latar belakang.
DenganNilai ekspor di tahun 2016 pun mencapai 20 miliar Dollar, atau 13,77% dari total
nilai ekspor Indonesia. Sebuah bukti peran penting industri kreatif sebagai sektor penghasil
ekspor terbesar di luar sektor minyak dan gas.
Tak hanya itu, peningkatan minat dan kesadaran mengenai ekonomi kreatif juga
berkembang pesat di Indonesia. Melalui kegiatan-kegiatan berkelanjutan selama empat tahun
terakhir, Bekraf telah menarik lebih dari 44.000 pelaku kreatif. Pencapaian-pencapaian
tersebut adalah bukti pertumbuhan menyeluruh ekonomi kreatif yang membawa Indonesia
menjadi salah satu dari 4 ekonomi teratas dunia. Untuk mempertahankan itu, Bekraf
berkomitmen untuk terus mendukung talenta kreatif Indonesia bergerak maju melalui
berbagai program pengembangan ekosistem kreatif yang inklusif, agar Indonesia bisa
menjadi pusat ekonomi kreatif dunia.
Berdasarkan paparan kondisi objektif dan kajian awal peneliti maka langkah-langkah
pengembangan Ekraf di Lambar dapat belajar dan mengadopsi pengembangan Ekraf di
Inggris dan Bekraf di Indonesia. Yang kemudian dikuatkan oleh hasil kajian sementara
Balitbang Lambar melalui Fokus Discussion Group (FGD) terkait pembangunan dan
pengembangan Ekraf di Lambar.
Maka berdasarkan analisis dan kajian sementara Peneliti Pemkab Lambar segera
membentuk kelembagaan Ekraf dan merumuskan program kerja dan menggalang kerjasama
dengan semua pihak terkait.

Rekomendasi
1) Dalam rangka pembangunan dan pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten
Lampung Barat, peneliti merekomdasikan alternatif kebijakan bagi Pemkab Lampung
Barat. Diantara nya:
2) Membentuk wadah ekonomi dan bisnis kreatif di Lambar melalui ‘Rumah Kreatif’.
3) Penyusunan Roadmap Pengembangan Ekraf di Lambar. Pembangunan kerjasama
berkelanjutan dengan Bekraf seperti yang tertuang dalam MOU antara Pemkab
Lambar dan Bekraf.
4) Menghidupkan kembali atau meningkatkan peran balai latihan kerja atau BLK yang
sudah ada.
5) Pembangunan sentra-sentra Ekonomi Kreatif

Daftar Pustaka
Instruksi Presiden (Ipres) Nomor 6 Tahun 2009
Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan
Ekonomi Kreatif,.
http://citrapuspitasari.blog.stisitelkom.ac.id
https://kumparan.com/atu-yudhistira/mengenal-industri-kreatif-inggris-
1551590771520454453\
Website resmi Bekraf www.bekraf.go.id

Anda mungkin juga menyukai