Diktat Desain Pondasi II-Anas Puri-2020 PDF
Diktat Desain Pondasi II-Anas Puri-2020 PDF
DIKTAT KULIAH
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan keharibaan Allah SWT yang telah memberikan nikmat akal,
kesehatan, dan kesempatan, sehingga diktat kuliah Rekayasa Pondasi II ini dapat
diselesaikan. Diktat ini dibuat bertujuan untuk membantu mahasiswa memahami materi
kuliah Desain Pondasi II. Materi yang disajikan pada diktat ini disesuaikan dengan
silabus mata kuliah Desain Pondasi II pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam
Riau, Pekanbaru. Materi tersebut mencakup pondasi dalam (pondasi tiang) dan pondasi
caisson (pondasi sumuran), yang meliputi macam pondasi tiang, kapasitas aksial tiang
tunggal dan kelompok, penurunan tiang, kapasitas lateral dan defleksi tiang, kapasitas
tiang cara dinamis, penerusan gaya pada tiang, dan kapasitas pondasi caisson. Edisi ini
merupakan edisi revisi ketiga
Mungkin masih terdapat kekurangan di sana-sini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan demi penyempurnaan diktat ini di masa datang.
Wassalam,
Anas Puri
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
DAFTAR ISI 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PONDASI TIANG 1
Pendahuluan 1
Tiang dukung ujung dan tiang gesek 3
PENURUNAN TIANG 24
Penurunan tiang apung (floating piles) 24
Penurunan tiang dukung ujung 25
PONDASI KAISON 49
Pendahuluan 49
Kuat Dukung 49
Perencanaan Kaison 53
DAFTAR PUSTAKA 56
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
1. PONDASI TIANG 3
1. PONDASI TIANG
A. Pendahuluan
Pondasi tiang (pile foundation) digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah
kuat terletak sangat dalam. Pondasi ini dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan
yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan bertingkat tinggi
yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin. Tiang-tiang juga
digunakan untuk mendukung bangunan dermaga, dalam hal ini tiang-tiang dipengaruhi
oleh gaya-gaya benturan kapal dan gelombang air.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
1. PONDASI TIANG 4
Gambar 1.2 memperlihatkan macam-macam tiang berdasarkan tipe dan bahannya, serta
menunjukkan panjang maksimum dan beban maksimum yang umum dipakai dalam
praktek (Carson, 1965).
Gambar 1.2. Panjang maksimum dan beban maksimum tiang yang umum dipakai dalam
praktek (Carson, 1965)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
1. PONDASI TIANG 5
Tiang kayu (timber piles): murah dan mudah penanganannya. Permukaan tiang dapat
dilindungi atau tidak, bergantung kondisi tanah. Dapat busuk atau rusak dimakan
serangga. Ujung tiang dilindungi sepatu tiang (dari besi) agar tidak rusak saat dipancang.
Beban maksimum tiang kayu tunggal dapat mencapai 270-300 kN.
Tiang beton pracetak (concrete precast piles): berbentuk prisma atau bulat. Dicetak di
lokasi tertentu atau pabrik, ukuran diameter 20-60 cm untuk tiang tidak berlobang, dan
mencapai diameter 140 cm untuk tiang berlobang. Panjang berkisar 20-40 m, dan
mencapai 60 m untuk tiang beton berlubang. Beban maksimum tiang tunggal 300-800
kN. Penulangan dipengaruhi oleh gaya-gaya saat pengangkatan.
Tiang beton cetak di tempat (cast in place piles): terdiri atas dua tipe, berselubung pipa
(casing) atau tidak berselubung pipa. Contoh pemakaiannya adalah tiang standar
Raimond dan tiang Franki (Gambar 1.3). Tanpa melakukan pemboran tanah.
Tiang bor (bored piles): dipasang di dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih
dahulu, kemudian diisi dengan tulangan dan dicor beton. Biasa dipakai pada tanah stabil
dan kaku. Bila tanah mengandung air, pipa baja (casing) diperlukan untuk menahan
tanah, saat pengecoran pipa ini dicabut. Dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah
kuat dukung tiang.
Tiang baja profil (steel piles): terbuat dari baja profil. Penanganan mudah dan dapat
mendukung beban pukulan yang besar saat dipancang pada lapisan tanah keras. Profil
dapat berbentuk profil H, empat persegi panjang, segi enam, dan lainnya.
Tiang komposit (composite piles): beberapa kombinasi tiang bor dengan tiang pancang.
Tiang beton dengan tiang kayu, dimana tiang beton di bagian atas dan tiang kayu di
bagian bawah zona muka air tanah, hal ini untuk mengatasi pembusukan jika tiang kayu
terletak di atas muka air tanah.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 6
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 macam, yakni:
Tiang dukung ujung (end bearing pile), yaitu tiang yang kapasitas dukungnya
ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang ini berada pada zona tanah lunak
yang berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar
atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak
menimbulkan penurunan yang berlebihan. Sepenuhnya kapasitas tiang ditentukan oleh
tahanan dukung lapisan keras yang berada di bawah ujung tiang.
Tiang gesek (friction pile), yaitu tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah di sekitarnya. Pengaruh konsolidasi
lapisan tanah di bawahnya mesti diperhitungkan pada perhitungan kapasitas tiang.
Qu muka tanah
Qu = Qb + Qs − Wp (2.1)
W Qs
Qb
Tahanan ujung ultimit qu dapat diturunkan dengan cara pendekatan dengan menggunakan
persamaan kapasitas dukung ultimit fondasi dangkal (Pers. (2.2)) berikut:
Qb
qu = = cb N c + pb N q + 0,5γdN γ
Ab (2.2)
qu= tahanan per satuan luas tiang.
Ap= luas penampang ujung tiang.
Cb= kohesi tanah ujung tiang.
pb= γ.z = tekanan “over burden” ujung tiang.
γ= berat volume tanah.
d= diameter tiang.
Nc, Nq , Nγ = faktor-faktor kapasitas, dukung (fungsi dari ϕ).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 7
Oleh karena lebar tiang d relatif kecil, maka suku 0,5γdNγ dapat dihilangkan tanpa
menimbulkan kesalahan yang berarti, sehingga:
Qb
qb = = cb N c + p b N q
Ab (2.3)
Kapasitas ujung tiang diperoleh:
Qb = Ab (cb N c + pb N q )
(2.4)
Menurut Coulomb, tahanan gesek dinding (Gambar 2.1):
Qs
τu = = cd + σ n tan φ
As (2.5a)
Dimana:
τu = tahanan geser dinding tiang.
cd=kohesi antara dinding-tanah.
σn = σh = tegangan normal pada dinding tiang.
φd = sudut gesek antara dinding tiang dan tanah.
Subscript d: adalah kondisi adhesi tanah dan dinding tiang.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 8
Karena pengambilan contoh tanah tak terganggu sulit, maka estimasi φ sering didasarkan
pada hasil uji penetrasi (SPT atau sordir).
Qb = Ab p ' b Nq
(2.7)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 9
Estimasi φ dapat ditentukan dari Gambar 2.3 (Peck dkk., (1974). Hubungan φ dan Nq
dapat ditentukan dari Gambar 2.4 (Berezantsev, 1961).
Q = A p'b N
Dari persamaan b b q
misalkan untuk tanah homogen (φ seragam) maka Qb
bertambah bila kedalaman tiang bertambah. Namun dari pengujian, Vesic (1967)
memperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.5. Terlihat bahwa tahanan
ujung/ tahanan gesek konstan pada 10d-20d (biasanya langsung diambil 20d), jadi ada
nilai maksimum rata-rata dari tahanan ujung dan tahanan gesek. Nilai maksimumnya
bergantung pada keerapatan relatif tanah (Dr) dan cara pemasangan tiang.
N
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 10
a) b)
Gambar 2.5. Hasil pengujian Vesic (1967); a) Tahanan gesek rerata, b) Tahanan ujung.
Dari pengalaman:
1. nilai tahanan ujung satuan dibatasi:
Q
q = b = 10,7 MN/m 2 = 108 kg/cm 2
Ab (2.8)
2. nilai tahanan gesek satuan dibatasi:
Q
f = s = 107 MN/m 2 = 1,08 kg/cm 2
As (2.9)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 11
Tabel 2.1. Koefisien tekanan tanah lateral pada tiang (Broms, 1965)
Bahan tiang Kd
Pasir tak padat Pasir padat
Baja 0,50 1,00
Beton 1,00 2,00
Kayu 1,50 4,00
Tabel 2.2a Sudut gesek antara tanah dan tiang (Aas, 1966)
Bahan Tiang δ = φd
Baja 20°
Beton 0,75φ’
Kayu 0,66φ’
Qu ?
+0,00
pasir N=10; γb =18,0 kN/m3; γ’=8,2 kN/m3 36 kN/m2
-2,00 zc =8 m
-21,00
pasir N=16; γsat =18,8 kN/m3; γ’=9 kN/m3
-22,00 -22,00 90 kN/m2
dianggap zc = 20d (Broms, 1965; khusus pasir) Diagram tek. vertikal
Qb = Ab p ' b N q
Menghitung tahanan ujung: Pers.(2.7)
Panjang tiang L = 22 m.
Untuk φ =32°; L/d = 22/0,4 = 55; maka dari Gambar 2.4 diperoleh Nq=22.
Tekanan overburden efektif di ujung tiang p’b = 90 kN/m2
Luas penampang tiang, Ab = (0,25πd2) =(0,25 × π × 0,42) = 0,126 m2
Qb = (0,25 × π × 0,42) × 90 × 22 = 257,40 kN
Cek terhadap tahanan ujung satuan maksimum (q=Qb/Ab):
257,40 / 0,126 = 1980 kN/m2 < 10700 kN/m2 (OK!)
sehingga kapasitas ultimit netto (Pers.(2.1)):
Qu = Qb + Qs − Wp
= 257,40 + 451,17 − 81,40 = 627,17 kN
Bila faktor keamanan (SF) = 2,5 maka:
kapasitas izin (allowable bearing capacity): Qa = 627,17 / 2,5 = 250,90 kN.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 13
Qb = Ab (Cb Nc + p'b )
(2.12)
Ab= luas penampang ujung tiang
Cb= kohesi tanah ujung tiang
Nc= faktor kapasitas (diambil Nc =9) → (Skempton, 1951)
p’b = γi.zi = tekanan “over burden” (vertikal) pada ujung bawah tiang
Qs = ∑ad cu As
(2.13)
ad= faktor adhesi (dihitung atau menggunakan grafik pada Gambar 2.6)
c u= kohesi “undrained” rata-rata
As= luas selimut tiang = keliling (p) x tinggi
Kapasitas ultimit Netto:
Qu = Qb + Qs − Wp
Bilamana tidak ada pengujian gesekan antara tanah dan tiang untuk menentukan faktor
adhesi, maka faktor adhesi dapat diambil nilai pendekatan dengan menggunakan grafik
yang diberikan oleh McClelland (1974) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.6.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 14
Gambar 2.6. Faktor adhesi untuk tiang pancang pada tanah lempung (McClelland, 1974)
Contoh C-2.2:
15 m
Lempung 2 Tanah lempung 2: γ1’ = 13 kN/m3
(5 – 25 m) c u2 = 40 kPa; φu2 = 0
-15,00
Penyelesaian:
Tahanan ujung ultimit:
Qb = AbCu 2 N c → A = 0,25 × π × (0,45)2 = 0,16 m2
b
= 0,16 × 40 × 9
= 57,6 kN
Cek tahanan ujung satuan maksimum:
57,6/0,16 = 360 kN/m2 < 10.700 kN/m2 Ok !
Tahanan gesek ultimit :
p = πd = π × 0,45 = 1,41 m (keliling)
dari grafik Mc. Clelland, 1974 (Gambar 2.6)→ kurva Tomlinson
untuk : cu1 = 30 kPa→ ad = cd / cu = 0,92. Dan cu2 = 40 kPa→ ad = 0,80.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 15
Qs = ∑ad c u As
→ lapis 1: 0,92 × 30 × 1,41 × 5 = 195,00
lapis 2: 0,80 × 40 × 1,41 × 10 = 451,20
+
Qs = 646,20 kN
Cek tahanan gesek satuan:
0,8 × 40 = 32 kN/m2 < 107 kN/m2 Ok!
Kapasitas ultimit netto:
Qu = Qb + Qs = 57,60 + 646,20 = 703,80 kN
b) Qs (komponen kohesi):
Qs1 = ad cu As (2.18)
ad= faktor adhesi (Gambar 2.6)
c u= kohesi “undrained” rata-rata
As= luas selimut tiang
c) Qs (komponen gesek):
Qs 2 = p o K d tan δ As
(2.19)
p o = tekanan vertikal efektif tanah rata-rata sepanjang tiang
K d = koefisien tekanan tanah lateral
δ = sudut gesek antara dinding tiang tanah
As = luas selimut tiang
d) Qb (tahanan ujung):
Qb = Ab (1,3cb Nc + p'b Nq + 0,4γdNγ ) (2.20)
Ab = luas ujung bawah tiang
cb = kohesi ujung bawah tiang
p’b = tekanan vertikal “overburden” efektif tanah pada dasar tiang
γ = berat volume tanah
d = diameter/lebar tiang
Nc, Nq, Nγ = faktor-faktor kapasitas dukung Terzaghi (Gambar 2.7 atau Tabel
2.3). Untuk Gambar 2.7 gunakan kurva keruntuhan geser umum.
Kapasitas tiang pada tanah c-φ dapat juga ditentukan dengan menggunakan Pers. (2.6).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 16
Contoh C-2.3:
Tiang beton berpenampang bujur sangkar, lebar 0,4 m, panjang 8 m dipancang dalam
tanah berlempung dengan c = 40 kN/m2, φ = 28o dan γ = 21 kN/m3. Muka air tanah
sangat dalam. Bila faktor aman (SF) = 2,5 dan berat volume beton 24 kN/m3, berapa
kapasitas izin?
Penyelesaian:
Tahanan gesek ultimit dari komponen kohesi:
Qs1 = ad cu As
untuk c = 40 kN/m2, maka didapat ad = 0,7 (Gambar 2.6, kurva Tomlinson).
Maka: Qs1 = 0,7 × 40 × 12,8 = 358,4 kN.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 17
p
Kd = 1 → o = 0,5 [0+(8 × 21)] = 84 kN/m2 (lihat
gambar diagram di samping)
Qs2 = 84 × 1 tg 21° × 12,8 = 412,7 kN
Tahanan gesek total,
Qs = Qs1 + Qs2 = 358,4 + 412,7 = 771,1 kN
Tahanan ujung ultimit:
φ = 28o → Nc = 30, Nq = 19, Nγ = 17 (Gambar 2.7 atau
Tabel 2.3)
maka:
Qb = Ab (1,3cb Nc + p'b Nq + 0,4γdNγ )
= (0,4) (1,3 × 40 × 30 + 21 × 8 × 19 + 0,4 × 21 × 0,4 ×17)
2
= 769,96 kN
Cek tahanan gesek satuan maksimum:
Qs 771,1
= = 60, 24 kN/m 2 < 107 kN/m 2
As 8 × 4 × 0, 4 (Ok!)
Cek tahanan ujung satuan maksimum:
Qb 769 , 46
= = 4 .908 ,13 kN/m 2 < 10 .700 kN/m 2
Ab 0, 4 × 0, 4 (Ok!)
Berat sendiri tiang: Wp = 8 × 0,4 × 0,4 × 24 = 30,72 kN
Kapasitas ultimit netto: Qu = Qb + Qs – Wp = 1.509,84 kN
Kapasitas izin tiang:
Qu 1.509,84
Qa = = = 603,96 kN
SF 2,5
Uji penetrasi konus (Cone Penetrometer Test, CPT) sering juga disebut dengan uji
kerucut statis atau yang lebih popular di tanah air dengan sebutan uji sondir. Teori lebih
rinci tentang uji sondir dapat dipelajari pada buku mekanika tanah atau pedoman
praktikum Laboratorium Mekanika Tanah UIR. Berikut ini akan diuraikan bagaimana
menentukan kapasitas tiang berdasarkan data sondir.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 18
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 19
Hati-hati bahwa uji tiang tunggal hanya mempengaruhi luasan yang kecil (Gambar 2.9)
dibanding pada kelompok tiang. Penyelidikan tanah harus lebih dalam dari panjang tiang.
Kedalaman penyelidikan minimal sebesar (2/3D+1,5B) dimana D = kedalaman tiang dan
B=lebar fondasi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 20
D
qs
qu
L
Gambar 2.9. Keruntuhan blok (Terzaghi & Peck, 1948)
Gambar 2.10. Tiang tunggal dan kelompok tiang; (a) Tiang tunggal (b) Kelompok tiang.
Gambar 2.11. Uji tiang tunggal dan pengaruhnya sebagai kelompok tiang; (a) Pengujian tiang
pada tiang tunggal. Tekanan pada lapisan tanah lunak tidak begitu besar, (b) Saat beban
struktur telah bekerja dalam kelompok tiang. Tekanan pada lapisan tanah lunak sangat besar.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 21
Lempung lunak mempunyai kuat geser undrained (cu) berkisar 12,5 – 25 kN/m2
dan tanah ini dapat dengan mudah dibentuk dengan jari tangan, sedangkan tanah
lempung sangat lunak mempunyai kuat geser kurang dari 12,5 kN/m2, bila diremas dalam
kepalan tangan akan keluar di antara jari-jari tangan (Panduan Geoteknik Indonesia,
2001).
L
Panjang (L) dan lebar (B) pada kelompok
tiang.
Gambar 2.12 Definisi ukuran pada kelompok tiang dalam tanah lempung yang bekerja
sebagai blok
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
2. KAPASITAS TIANG CARA STATIS 23
Efisinesi grup, Eg
s/d
Gambar 2.14. Efisiensi kelompok pada pasir dan lempung lunak (Meyerhof, 1960)
Contoh C-2.4.
Bilamana pondasi tiang pada Contoh C-2.3 merupakan tiang kelompok yang terdiri atas 6
buah tiang sebagaimana denah pada Gambar C-2.1, tentukanlah kapasitas izin kelompok
tiang tersebut.
1,00 m
1,00 1,00
Penyelesaian:
Dari Contoh C-2.3 diketahui: bahwa lebar tiang d = 0,40 m dan kuat dukung izin tiang
tunggal Qa = 603,69 kN.
Oleh karena kelompok tiang tidak bertumpu pada tanah lempung lunak, maka keruntuhan
kelompok tiang akan terjadi adalah keruntuhan tiang tunggal dalam kelompok. Kuat
dukung izin kelompok digunakan Pers.(2.33).
Dengan jarak antar tiang s = 1,00 m, diperoleh sudut
θ = arc tan ( d / s ) = arc tan (0,40 / 1,00) = 21,801 °
Jumlah baris tiang m = 2.
Jumlah tiang dalam satu baris n’ = 3.
Dengan menggunakan Pers.(2.32) diperoleh efisiensi tiang sebesar
(3 − 1) 2 + ( 2 − 1)3
E g = 1 − 21,801 = 0,717
90 .2.3
Dengan jumlah tiang n = 6, maka kapasitas izin kelompok tiang dengan menggunakan
Pers.(2.33), adalah
Qgizin = E g nQa = 0,717 × 6 × 603,69 = 2.597 ,07 kN .
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 24
Umumnya pondasi tiang merupakan suatu kelompok tiang dimana tiang-tiang disatukan
pada sebuah kepala tiang (pile cap atau poer). Dengan demikian beban-beban struktur
yang bekerja pada poer akan diteruskan ke masing-masing tiang. Besarnya beban yang
diterima masing-masing tiang bergantung pada besar dan jenis beban, jumlah dan jarak
antar tiang.
Beban vertikal sentris adalah beban vertikal yang bekerja melalui pusat kelompok tiang
O. Jadi sentries di sini bukan terhadap pusat poer. Oleh karena beban vertikal V melalui
O, maka gaya yang diterima masing-masing tiang P adalah sama besar yaitu:
V
P =
n (3.1)
Beban V bekerja sejauh e dari pusat berat kelompok tiang, maka dapat diurai menjadi
kombinasi beban sentris dan momen. Diasumsikan poer adalah kaku sempurna.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 25
p1 = p + p1' ; p 2 = p + p 2' ;
p3 = p + p3' ; p 4 = p + p 4'
∑xj
2
j
atau (3.2a)
n
∑x 2
j
M = p1
j
x1 (3.2b)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 26
Contoh C-3.1:
Suatu kelompok tiang seperti Gambar C-3.1 terdiri atas 6 buah tiang vertikal dari beton
bertulang pracetak. Jarak antar tiang sebagaimana ditunjukkan pada denahnya, dan
bekerja beban vertikal total sentris V = 325 t, momen terhadap sumbu X sebesar 85 tm.
sedangkan momen terhadap sumbu Y adalah 125 tm. Tentukanlah
a. Gaya yang dipikul masing-masing tiang.
b. Tiang mana yang menerima beban maksimum? Adakah tiang yang alami beban tarik?
Penyelesaian:
a. Gaya yang dipikul masing-masing tiang
Terlebih dahulu denah tiang digambar kembali dan ditentukan titik berat kelompok tiang
O, dan selanjutnya digambar pula sumbu koordinat XY sehingga dapat ditentukan
koordinat masing-masing tiang (Gambar C-3.2). Kemudian tiang-tiang diberi identitas
(diberi nomor atau angka). Karena jumlah tiang cukup banyak, maka perhitungan dapat
ditabulasikan seperti Tabel C-3.1. Diperoleh gaya yang dipikul masing-masing tiang
sebagaimana ditunjukkan pada kolom terakhir dari Tabel C-3.1 tersebut.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 27
V = 325 t
My = 125 tm
X
1,40 m
1,20 1,20
(a) (b)
Gambar C-3.1. (a) tampak tiang kelompok, (b) denah tiang
1 2 3
1,40 X
O
4 5 6
n = 6 tiang
1,20 1,20 V = 325 ton
Mx = 85 tm
Gambar C-3.2. Koordinat tiang My = 125 tm
b. Tiang mana yang menerima beban maksimum? Adakah tiang yang tertarik?
Berdasarkan hitungan pada Tabel C-3.1 di atas, tiang yang menerima beban maksimum
adalah tiang nomor 3 dan tidak ada tiang yang mengalami beban tarik.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 28
Kapasitas izin diperoleh dengan membagi kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman
tertentu. Faktor aman diberikan dengan maksud:
1. untuk memberikan keamanan terhadap ketidak-pastian metode hitungan yang
digunakan,
2. untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah,
3. untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang
bekerja,
4. untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok tiang masih dalam batas-batas toleransi,
5. untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di antara tiang-tiang masih dalam
batas-batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir 4 di atas, berdasarkan hasil banyak pengujian-pengujian
beban tiang (tiang pancang maupun tiang bor ukuran kecil hingga sedang (600 mm)),
penurunan akibat beban kerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk
faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977). Reese dan O’Neill (1989)
memberikan nilai faktor aman sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Faktor aman yang disarankan (Reese dan O’Neill, 1989)
Klasifikasi Faktor Aman (SF)
Struktur Kontrol baik Kontrol normal Kontrol jelek Kontrol sangat
jelek
Monumental 2,3 3,0 3,5 4,0
Permanen 2,0 2,5 2,8 3,4
Sementara 1,4 2,0 2,3 2,8
Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan fondasi
tiang bergantung pada jenis tiangnya, diuraiakan berikut ini:
(a). Tiang pancang
Qu
Qa =
2,5 (3.5)
Sejumlah peneliti menyarankan faktor aman yang tidak samam untuk tanahan gesek
dinding dan tahanan ujung, yang dinyatakan sebagai berikut:
Q b Qs
Qa = +
3 1,5 (3.6)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 29
Qu
Qa =
2,5 (3.7)
Untuk tiang bor tanpa perbesaran ujung:
Qu
Qa =
2 (3.8)
Untuk tiang bor dengan diameter d >2 m, kapasitas izin harus dievaluasi dari
pertimbangan penurunan tiang.
Jika suatu beban P diterapkan pada tiang, maka tiang akan bergerak ke bawah, sedangkan
tanah relatif diam (Gambar 3.3a). Pada keadaan ini tahanan ujung tiang Qb maupun
tahanan geseknya Qs akan bekerja ke atas, yakni sebagai gaya perlawanan terhadap
beban P. Akan tetapi pada kondisi tertentu, sebagian atau seluruh tanah di sepanjang
dinding tiang bergerak ke bawah relatif terhadap tiang (artinya tanah bergerak ke bawah
sedangkan tiang diam). Ini mengakibatkan arah gaya gesek dinding tiang menjadi ke
bawah, sehingga menjadi gaya atau beban tambahan yang harus dipikul tiang (Gambar
3.3b dan 3.3c). Gaya gesek dinding tiang yang bekerja ke bawah ini disebut dengan gaya
gesek dinding negatif. Gaya ini sebagai tambahan beban yang harus didukung tiang dan
harus ditambahkan dengan beban struktur.
Gambar 3.3 Tiang yang dipengaruhi gaya gesek dinding (a) positif, (b) dan (c) negatif
Bergeraknya tanah ke bawah adalah sebagai akibat dari proses konsolidasi pada tanah
lunak atau tanah timbunan, dimana tiang menumpu pada tanah keras (kompatibel). Ada
beberapa faktor yang mempengarui gesek dinding negatif (Hardiyatmo, 2001), antara
lain
1. gerakan relatif antara tanah timbunan dengan tiang;
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 30
Nilai-nilai Kd tan δ’ untuk berbagai macam tanah diberikan pada Tabel 3.2. Faktor aman
tiang dengan memperhitungkan gesek dinding negatif adalah:
Qu
SF = (3.11)
Pi + Qneg
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 31
Gaya gesek dinding negatif bertambah jika jarak tiang bertambah. Bila pengaruh
gesek dinding negatif sangat merugikan, maka pengaruh gesek dinding negatif tersebut
dapat direduksi dengan cara mengurangi jarak tiang sampai 2,5 kali diameter tiang
(Terzaghi dan Peck, 1948).
Gambar 3.4 Gesek dinding negatif pada kelompok tiang (Broms, 1976).
Jika Q adalah beban yang bekerja pada masing-masing tiang yang dipancang menembus
lapisan timbunan baru di atas tanah lempung lunak yang terletak pada lapisan tanah pasir,
bagian ujung bawah tiang akan memikul beban ultimit (Qt) dimana gesek dinding negatif
diperhitungkan:
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
3. PENERUSAN GAYA PADA TIANG 32
1
Qt = Q + [2D(L + B)cu + BLHγ ] (3.13)
n
Bilaman beban Qt > Qb (tahanan ujung tiang tunggal) maka penurunan fondasi tiang akan
menjadi berlebihan. Maka, bila fondasi tiang dimaksudkan untuk mendukung beban
bangunan yang berada di atas tanah timbunan baru, kedua nilai Qt dan Qb harus
diperhitungkan.
Untuk kapasitas tiang izin, disarankan menggunakan faktor aman sebesar 2,5 sampai 3.
Dalam hal ini, karena beban seluruhnya didukung oleh tahanan ujung tiang, maka Qu =
Qb. Maka untuk beban tiang (Q) tertentu, faktor aman dihitung dengan:
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
4. PENURUNAN TIANG 33
4. PENURUNAN TIANG
Persamaan yang disarankan oleh Poulos dan Davis (1980) dapat digunakan untuk
memperkirakan penurunan kepala tiang yang terletak pada tanah homogen dengan
modulus elastisitas dan angka Poisson yang konstan, sebagaimana berikut ini:
A.1 Untuk tiang apung (floating pile)
Besarnya penurunan tiang apung dapat ditentukan dengan persamaan berikut
QI
s= (4.1)
Es d
I= IoRkRhRµ (4.2)
Dimana: s = penurunan kepala tiang
Q = beban yang bekerja
Io = faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah mampat
(incompressible) dalam massa semi tak hingga (Gambar 4.1).
Rk = faktor koreksi kemudah-mampatan (kompressibel) tiang untuk µ = 0,5
(Gambar 4.2).
Rh = faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras
(Gambar 4.3(a)).
Rµ = faktor koreksi angka Poisson µ (Gambar 4.3(b)).
h = kedalaman total lapisan tanah.
Pada Gambar 4.1 s/d 4.4, nilai K adalah suatu ukuran kompressibilitas relatif dari tiang
dan tanah yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
Ep RA
K= = faktor kekakuan tiang
Es
Ap
RA = = rasio area tiang
1 πd 2
4 (4.3)
Ep dan Es berturut-turut adalah modulus elastisitas bahan tiang dan tanah, dan Ap adalah
luas penampang tiang. Jika tiang makin kompresibel, maka K semakin kecil.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
4. PENURUNAN TIANG 34
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
4. PENURUNAN TIANG 35
(a) (b)
Gambar 4.3. Faktor koreksi: (a) untuk kedalaman, Rh, (b) untuk angka Poisson, Rµ
Bilamana pile cap relatif fleksibel maka penurunan masing-masing tiang akan berbeda,
sebaliknya bilamana pile cap kaku (rigid), maka penurunan setiap tiang akan sama besar
harus terpenuhi (Lancellotta, 1995). Poulos (1979, dalam Lancellotta, 1995)
menyarankan bahwa penurunan suatu kelompok tiang dapat dihubungkan dengan
penurunan tiang tunggal yang menerima beban rata-rata di dalam kelompok tiang,
dengan Pers. (4.6) berikut
s grup = Rs1av (4.6)
dimana sgrup = penurunan kelompok tiang.
s1av = penurunan tiang tunggal yang menerima beban rata-rata di dalam kelompok
tiang.
R = faktor amplifikasi (amplification factor).
Faktor amplifikasi dapat ditentukan dengan Pers.(4.7) berikut (Fleming dkk, 1985 dalam
Lancellotta, 1995):
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
4. PENURUNAN TIANG 36
R = nω (4.7)
dengan n = jumlah tiang dalam kelompok. Untuk tiang apung dapat diasumsikan ω = 0,5
untuk tiang pada tanah lempung, dan ω = 1/3 untuk tiang pada pasir.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
5. KAPASITAS TIANG DARI RUMUS DINAMIS 37
Kapasitas tiang dari rumus dinamis didasarkan pada rumus tiang pancang dinamis
(driven piles), yang hanya berlaku untuk tiang tunggal dan tidak memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kelakukan tanah yang terletak di bawah dasar kelompok tiang dalam mendukung
beban struktur.
2. Reduksi tahanan gesek dinding tiang sebagai akibat pengaruh kelompok tiang.
3. Perubahan struktur tanah akibat pemancangan.
Karena itu, data hasil pengujian hanya digunakan sebagai salah satu informasi
perancangan tiang, yang selanjutnya masih harus dipertimbangkan terhadap kondisi-
kondisi yang lain agar hasilnya lebih meyakinkan.
Pemancangan tiang pada tanah plastis (lempung lunak dan lanau halus):
1. Hubungan tahanan tiang sementara (saat pemancangan) dengan tahanan tiang
permanen tidak menentu.
2. Tahanan gesek tiang saat pemancangan sangat lebih kecil dibanding tahanan gesek
sesudah waktu lama.
3. Namun tahanan tiang terhadap pukulan dinamis jauh lebih besar dibanding beban
statis (pada periode waktu lama).
4. Dapat mengakibatkan kesalahan penggunaan rumus pancang pada tanah plastis.
Rumus dinamis tidak baik diterapkan pada tiang dalam tanah kohesif, lebih tepat
pada tanah granular (pasir, kerikil).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
5. KAPASITAS TIANG DARI RUMUS DINAMIS 38
4. Pemukul diesel (diesel hammer). Terdiri silinder, ram, blok, anvil, dan sistem injeksi
bahan bakar. Ukuran kecil, ringan, dan digerakkan dengan bahan bakar minyak.
Energi total adalah jumlah benturan ram ditambah energi dari ledakan.
5. Pemukul getar (vibratory hammer). Alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
5. KAPASITAS TIANG DARI RUMUS DINAMIS 39
(a) (b)
Gambar 5.3. Pekerjaan pemancangan, (a) tiang pipa baja di darat, (b) tiang beton pracetak di
pantai
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
5. KAPASITAS TIANG DARI RUMUS DINAMIS 40
B. Rumus Pancang
Beberapa rumus pancang untuk menentukan kuat dukung ultimit diuraikan berikut ini:
1. Sanders (1851) dan Engineering News-Record (ENR)
Wr h
Qu =
s +C (5.1)
Adapun kapasitas izin tiang Qa = Qu/SF, dengan faktor aman SF = 6. Satuan h dan s
adalah cm, dan Wr dalam kg.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
5. KAPASITAS TIANG DARI RUMUS DINAMIS 41
4. Hiley (1930)
e hW r h Wr + n 2W p
Qu =
s + 1 ( k1 + k 2 + k 3 ) W r + W p
2 (5.5)
Dimana: k1= kompresi elastis blok penutup (capblock) dan pile cap.
k2 = kompresi elastis tiang, yaitu QuL/AE.
k3 = kompresi elastis tanah.
Nilai eh dan n masing-masing digunakan Tabel 5.1 dan Tabel 5.2. Nilai k1 dapat
ditentukan dengan menggunakan Tabel 5.3. Untuk memperkirakan tegangan pancang
di kepala tiang, terlebih dahulu dicoba-coba besarnya gaya Qu. Selanjutnya Qu yang
dihitung dengan Pers.(5.5) dibandingkan dengan Qu coba-coba tersebut. Bilamana
kedua Qu tersebut bernilai sama atau mendekati maka kuat dukung ultimit diperoleh
yaitu Qu hasil hitungan.
dengan,
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
5. KAPASITAS TIANG DARI RUMUS DINAMIS 42
λ
K u = C d [1 + (1 + )1 / 2 ]
Cd
C d = 0,75 + 0,15(Wp / Wr )
eh E h L
λ=
AEs 2
E h = Wr h
Pemilihan tipe pemukul untuk suatu pekerjaan tertentu bergantung pada banyak faktor,
seperti ketersediaan pemukul, berat pemukul, berat tiang, ketersediaan uap, tekanan
udara, ruang gerak, tiang miring, dan lain-lain. Umumnya ukuran lebih penting daripada
tipe pemukulnya. Tiang berat sebaiknya dipancang dengan pemukul berat sehingga dapat
memberikan energi pancang yang besar. Berat pemukul diambil paling sedikit separuh
dari berat total tiang, sedangkan energi pemancangan minimum 1 ft.lb (satu feet pound)
untuk setiap satu pound berat tiangnya.
Informasi tentang pemancangan tiang harus dilakukan dengan baik, tidak hanya untuk
pekerjaan besar, namun juga untuk pekerjaan kecil. Informasi pemancangan tiang antara
lain (Hardiyatmo, 2001):
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
5. KAPASITAS TIANG DARI RUMUS DINAMIS 43
1. Tipe dan energi pemukul, beserta peralatan pancang pendukung seperti penyemprot
air (water jet), bantalan, penutup tiang, dan lain-lain.
2. Ukuran tiang, lokasi tiang dalam kelompok dan lokasi kelompoknya.
3. Urutan pemancangan tiang dalam suatu kelompok.
4. Jumlah pukulan per satuan panjang untuk seluruh panjang tiang, dan penetrasi akhir
(set untuk 10 pukulan terakhir).
5. Elevasi akhir dari dasar dan kepala tiang.
6. Pemeriksaan tiang untuk posisi vertikalnya.
7. Keterangan lain seperti penangguhan pemancangan, kerusakan tiang, kerusakan alat,
cuaca, dan lain-lain.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
6. GAYA HORIZONTAL PADA TIANG 44
Gaya horizontal (H) terbagi rata untuk seluruh tiang, maka gaya horizontal/ lateral pada
setiap tiang Hi dihitung sebagai berikut
H
Hi = (6.1)
n
dimana: n = jumlah tiang dalam kelompok.
Gaya lateral yang bekerja didukung oleh:
1. selisih tekanan tanah aktif dan pasif;
2. dipengaruhi oleh sifat tanah dan kekuatan tiang.
H pile cap
muka tanah H
A.1 Tiang ujung jepit (fixed-end pile) dan tiang ujung bebas (free end pile)
1. tiang ujung jepit bila kepala tiang tertanam dalam pile cap/ poer beton sedalam 60
cm (McNulty, 1956);
2. bila penanaman tiang ke dalam pile cap kurang dari 60 cm, termasuk tiang ujung
bebas;
3. atau tergantung sistem sambungan antara poer dengan tiang.
1. Faktor aman terhadap keruntuhan ultimit harus sedemikian rupa sehingga tiang aman
terhadap keruntuhan daya dukung.
2. Defleksi yang terjadi akibat beban harus dalam batas toleransi.
Menurut McNulty (1956) defleksi maksimum:
a. untuk gedung 6 mm;
b. menara transmisi 12 mm atau lebih besar.
y
y
pile cap
H H
zf
Titik jepit
(a) Tiang ujung bebas (b) Tiang ujung jepit
Gambar 6.2. Tiang menonjol mengalami beban lateral
Ip = momen inersia tiang. Tampang bujur sangkar Ip = 1/12 d4, dan tampang
lingkaran Ip =1/64 πd4.
e = jarak kepala tiang di atas muka tanah.
zf = jarak titik jepit dari muka tanah.
Jarak titik jepit dari muka tanah untuk modulus tanah (subgrade modulus) konstan
menurut kedalaman (lempung terkonsolidasi berlebihan-OC clay) ditentukan dengan
persamaan (6.4):
zf = 1,4 R (6.4a)
dimana R : faktor kekakuan untuk modulus tanah yang konstan, dinyatakan oleh
R = (EpIp/K)1/4 (6.4b)
Jarak titik jepit dari muka tanah untuk modulus tanah (subgrade modulus) bervariasi
menurut kedalaman (lempung terkonsolidasi normal NC clay, pasir, kerikil) dapat
dihitung dengan Persamaan (6.5):
zf = 1,8 T (6.5a)
dimana T : faktor kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan, dinyatakan oleh
T = (EpIp/nh)1/5 (6.5b)
Persamaan (6.2) dan (6.3) dapat juga digunakan untuk menentukan gaya horizontal izin
yang boleh bekerja pada suatu defleksi izin yang direncanakan. Contoh perhitungannya
disajikan sebagaimana berikut.
Contoh C-6a.
Kelompok tiang dengan konfigurasi seperti pada Gambar C-6a, menerima beban
horizontal sebesar 1900 kN. Tiang berada pada tanah lempung terkonsolidasi berlebihan
(OC-clay). Hubungan pile cap dan tiang adalah jepit. Bila defleksi izin tiang sebesar 5
mm. berapa gaya horizontal izin pada tiang? Apakah tiang-tiang mampu memikul beban
kerja?
Penyelesaian:
Oleh karena tiang berada pada tanah lempung terkonsolidasi berlebihan (OC clay), maka
jarak titik jepit terhadap muka tanah ditentukan dengan menggunakan pers. (6.4).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
6. GAYA HORIZONTAL PADA TIANG 47
Pile cap
L = 16 m s = 1,5 m
Gambar C-6a.
H (e + z f ) 3
y=
12 E p I p
12 yE p I p 12.0,005.13000.2,133.10 −3
Ha = = = 0,3987 MN = 398,7 kN.
(e + z f ) 3 (0 + 1,61) 3
H 1900
Hi = = = 316 , 7 kN.
n 6
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
7. PONDASI KAISON 48
7. PONDASI KAISON
A. Pendahuluan
Pondasi kaison terdiri atas dua tipe (menurut cara penggalian tanah), yaitu kaison
(caisson) dan kaison bor (drilled caisson). Pondasi kaison ini di Indonesia sering dibuat
berbentuk silinder, sehingga bentuknya seperti sumur, maka umumnya disebut pondasi
sumuran. Jenis pondasi ini merupakan peralihan antara pondasi dangkal (shallow
foundations) dengan pondasi dalam (deep foundations). Pondasi kaison tidaklah selalu
berbentuk silinder, namun dapat juga berbentuk persegi, atau bentuk lainnya sesuai
kebutuhan.
Pondasi kaison yang berbentuk silinder maupun persegi/ kotak beton dibuat dengan cara
membenamkan cincin beton bersamaan dengan penggalian tanah. Cincin beton diberi
tulangan untuk mengatasi bahaya tarik. Setelah cincin beton tertanam, maka selanjutnya
diisikan material pengisi, seperti beton siklop, atau tanah granular. Selanjutnya bagian
atas cincin dicor suatu plat penutup. Beton siklop adalah beton dengan tambahan batu-
batu mangga. Gambar 7.1 memperlihatkan contoh rencana pondasi kaison.
Adapun pondasi kasion bor, sesuai dengan namanya, yaitu dilakukan dengan terlebih
dahulu membor tanah untuk lubang pondasi, yang selanjutnya diisi beton cor. Tubuh
kaison dapat pula dilindungi dengan pipa yang menjadi bagian dari pondasi, atau pipa
tersebut hanya sebagai pelindung selama pengecoran, dan kemudian ditarik kembali
setelah pengecoran. Untuk mendapatkan kuat dukung pondasi yang lebih tinggi, dasar
kaison dapat diperbesar.
Pemilihan pondasi kaison tergantung dari pertimbangan ekonomis dan kondisi tertentu
yang dipengaruhi oleh pertimbangan cara pelaksanaan konstruksi.
B. Kuat Dukung
Kuat dukung pondasi kaison sama halnya pada pondasi tiang, yaitu jumlah dari tahanan
ujung Qb dan tahanan gesek dinding kaison Qs. Namun oleh karena pertimbangan
keamanan, seringkali tahanan gesek diabaikan. Terzaghi menyarankan menggunakan
Pers.(7.1) untuk menghitung kuat dukung ultimit kaison Qu dengan Df>5B.
10 8
DISESUAIKAN
120
Ø12 - 15
20
30
Ø10
150
120 120
Ø12-15
Ø12-15
12Ø10
120
120
Ø12-15 Ø10
Ø12-15
Gambar 7.1. Rencana pondasi kaison. Insert: foto kaison yang telah dikerjakan
Tabel 7.1. Faktor gesekan dinding fs untuk berbagai jenis tanah (Terzaghi, 1943)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
7. PONDASI KAISON 50
qu = cNc (7.2)
dengan faktor kuat dukung Nc yang bergantung pada rasio Df/B diberikan pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Hubungan antara Nc dengan Df/B (Skempton, 1951, dalam Hardiyatmo, 2001)
Df/B 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 ≥4
Nc 6,2 7,1 7,7 8,1 8,4 8,6 8,8 9
Cooke dan Whitaker (1966 dalam Hardiyatmo, 2001) memberikan cara lain untuk
menghitung kuat dukung pondasi kaison yaitu dengan memperhitungkan tahanan gesek
dinding. Kuat dukung ditentukan dengan Pers.(7.3) berikut:
Qs + Qb = P + Ws + Wb (7.3)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
7. PONDASI KAISON 51
Untuk pondasi kaison pada pasir, kuat dukung izin dapat ditentukan dengan Pers.(7.5)
yang diusulkan oleh Berezantsev (1965) untuk rasio S/B = 0,2 (S = penurunan, B = lebar
pondasi kaison).
qa = γBBk (7.5)
dengan
D cosφ (π 4 +φ )tan φ cos φ (sin φ + cos φ ) 2 (π 4 +φ )tan φ
Bk = 1,67 f + e e
B 2 2 1 − (sin φ cos φ )
Nilai-nilai Bk untuk berbagai nilai Df/B diberikan pada Gambar 7.2. Untuk nilai-nilai S/B
yang lain dapat dilakukan interpolasi.
Df/B=20
1400
18
1200
16
14
1000
12
800
Bk
10
8
600 6
Df/B=4
400
200
0
24 28 32 36 40 44
o
Sudut gesek internal tanah, φ ( )
Tahanan gesek kaison dapat ditentukan dengan cara yang sama seperti pada pondasi
tiang pada tanah granular, yaitu sebagaimana Pers.(2.11):
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
7. PONDASI KAISON 52
Qs = As K d p0 ' tan δ
(2.11)
dengan As = luas selimut kaison.
Kd = koefisien tekanan tanah lateral.
δ = sudut gesek antara tanah dan dinding kaison.
p 0' = tekanan overburden efektif rata-rata di sepanjang kaison.
Penurunan pada pondasi kaison adalah kira-kira setengah dari penurunan pondasi
dangkal pada ukuran, kerapatan relatif, dan beban pondasi yang sama (Terzaghi dan
Peck, 1948).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
7. PONDASI KAISON 53
Contoh C-7.1.
Pondasi sumuran dipasang dalam tanah lempung jenuh dengan kondisi lapisan seperti
berikut:
-kedalaman 0-10 m, lempung lunak, cu = 50 kPa., φu = 0°.
-kedalaman 10-15 m, lempung sangat kaku, cu = 200 kPa., φu = 0°.
Direncanakan sumuran dengan diameter 1,20 m dan dasar sumuran diletakkan pada
kedalaman 10 m. Tentukan kuat dukung ultimit netto bila berat sendiri sumuran sebesar
Ws = 270 kN.
Penyelsaian:
Dibuat sket rencana pondasi sumuran seperti Gambar C-7.1.
Lempung lunak
Df = 10 cu = 50 kPa., φu = 0°
γ = 20 kN/m3
- 10 m
Contoh C-7.2.
Bilamana pondasi sumuran pada Contoh C-7.1 tanah permukaannya mudah tergerus,
tentukan kuat dukung ultimit pondasi tersebut.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
7. PONDASI KAISON 54
Penyelesaian:
Digunakan analisis Skempton (1951) dimana tahanan gesek diabaikan.
Kuat dukung ultimit adalah:
Qu = qu Ab
Dimana qu dihitung dengan menggunakan Pers.(7.2). Dengan nilai Nc = 9, maka
Qu = 200 × 9 × 1,13 = 2034 kN.
Contoh C-7.3.
Pondasi kaison berdiameter 1,0 m dipasang pada kedalaman 6,0 m dari permukaan tanah
pasir padat dengan φ = 42° dan c = 0 kPa. Tanah pasir mempunyai berat volume lembab
sebesar 19 kN/m3. Penurunan maksimum yang boleh terjadi sebesar 1”. Letak muka air
tanah sangat dalam. Bila faktor keamanan SF = 2,5 berapakah kuat dukung izin kaison?
Penyelesaian:
Kuat dukung ultimit kasion:
Qu = Qb + Qs – Ws
Tahanan ujung:
Dengan menganggap S/B = 0,2, untuk φ = 42°, Df/B = 6,0/1,0 = 6, dari Gambar 7.2
diperoleh nilai Bk = 370.
Dengan rasio S/B = 0,2 (untuk B = 1,0 m diperoleh nilai penurunan S = 0,2 × 1,0 = 0,2 m
= 20 cm). Tahanan ujung izin satuan untuk S = 20 cm adalah
qa = γBBk = 19 × 1,0 × 370 = 7030 kN/m2.
Dengan memperhatikan proporsi (perbandingan), untuk penurunan 1” = 2,54 cm. maka
qa = 7030 (2,54/20) = 892 kN/m2.
Luas dasar kaison, Ab = ¼ π ×1,02 = 0,785 m2.
Tahanan gesek:
Qs = As K d p0 ' tan δ
Diambil Kd = K0 = 1– sin φ = 1 – sin 42° = 0,33
Tegangan overburden efektif pada dasar kaison, p0’ = 6,0 × 19 = 114 kN/m2.
Tegangan overburden efektif rata-rata sepanjang kaison, p 0' = ½ (0+114) = 57 kN/m2.
Luas selimut kaison, As = πBD = π × 1,0 × 6,0 = 18,85 m2.
Dianggap dinding kaison sangat kasar, maka δ = φ = 42°.
Maka tahanan gesek adalah
Qs = 18,85 × 0,33 × 57 tan 42° = 319,6 kN.
Berat sendiri kaison, Ws = ¼ π ×1,02 × 6 × 25 = 117,8 kN.
Kuat dukung izin:
Karena persamaan Berezantsev sudah merupakan tahanan ujung yang diizinkan, maka
kuat dukung izin diperoleh:
Qa = qaAb + (1/SF)(Qs – Ws)
= 892 × 0,785 + (1/2,5)(319,6 – 117,8)
= 780,9 kN.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.
DAFTAR PUSTAKA 55
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, H.C., 2001, Teknik Fondasi II, Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah
Mada, Jogjakarta.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diktat Kuliah Desain Pondasi II, Dr. Anas Puri, S.T., M.T.