Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Muhammad Fahreza Putra Djumadi

NIS : 170101049
KELAS : XIII-B Analis Kimia
TANGGAL : 28 September 2020
JUDUL : Analisis Minyak Atsiri Pada Cengkeh
TUJUAN : Siswa dapat menentukan kadar minyak atsiri pada cengkeh

A. DASAR TEORI
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang
dapat ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial
dipakai karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan
murni tanpa pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan
yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya
berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah
warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan
dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh
mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara,
ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman
tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini
bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi
dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut
dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Bau dan rasa dari minyak atsiri ditimbulkan oleh senyawa oksigen yang
dikandungnya. Selain itu senyawa beroksigen dapat memberikan keuntungan,
yaitu :
1.Lebih larut dalam air
2.Lebih stabil dari pengaruh oksida
Sifat minyak atsiri sendiri ditentukan oleh gugus fungsinya yang terikat
dengan minyak atsiri tersebut, seperti:
1.Geraniol adalah turunan terpen yang mengandung gugus alkohol yang
terdapat pada minyak bunga mawar.
2.Sitronellal adalah urutan terpen yang mengandung gugus aldehid
terdapat pada minyak sereh.
3.Eugenol adalah turunan terpen siklik yang mengandung gugus alkohol,
terdapat pada minyak cengkeh.Komponen utama minyak cengkeh adalah
senyawa aromatik yang disebut eugenol (72-90%). Eugenol berupa zat cair
berbentuk minyak tidak berwarna atau sedikit kekuningan, menjadi coklat dalam
udara. Dapat larut dalam alkohol, eter, kloroform serta sedikit dalam air.Eugenol
digunakan sebagai bahan baku obat dan parfum. Eugenol mudah bersenyawa
dengan besi, oleh karena itu penyimpanannya harus dalam botol kaca. Drum
aluminium, atau drum timah putih.

1
B. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Pipet volume 5 ml
2. Pipet ukur 25ml
3. Beaker glass 100 ml
4. Labu cassia
5. Penangas air
6. Kaca arloji

Bahan :
1. Minyak cengkeh
2. NaOH 1 N

C. PROSEDUR KERJA
1. Dipipet 5,00 ml minyak cengkeh. Dimasukkan ke dalam labu cassia
2. Ditambahkan 30,00 ml NaOH 1N
3. Dikocok 5’ untuk memisahkan garam dan terpen
4. Dipanaskan di penangan air sekitar 30 menit
5. Ditambahkan kembali NaOH 1N hingga terpn berada diantara skala
6. Diputar-putar agar homogen
7. Dienapkan hingga terpen terpisah
8. Dibaca dan dicatat volum terpen

D. DATA PENGAMATAN
Contoh :
V. Sampel : 5,00 ml
v. terpen : 2,60 ml
v. eugenol : 2,40 ml
skala atas : 105,00
skala bawah : 102,60 ml

E. DATA PERHITUGAN
%Eugenol = (V. Sampel – V. Terpen) x 100%
V. sampel

2
3
% Eugenol = (V. Sampel – V. Terpen) x 100%
V. sampel
= (5,00 – 2,60) x 100%
5,00
= 48%

F. PEMBAHASAN
SNI Minyak cengkeh

Eugenol yang merupakan senyawa paling banyak terkandung dalam minyak daun
cengkeh. Dapat dipisahkan/diisolasi dari komponen minyak daun cengkeh yang lain. Penambahan
NaOH dalam minyak daun cengkeh mengubah eugenol menjadi garam Na-eugenolat. Dengan
bentuk garam yang memiliki sifat polar, maka eugenol dalam bentuk Na-eugenolat dapat dengan
mudah terpisah dari
komponen minyak daun cengkeh lain yang bersifat non polar.

Perlakuan awal adalah penambahan NaOH ke dalam minyak daun cengkeh. Pada reaksi
antara NaOH dengan minyak daun cengkeh ini timbul panas yang berarti reaksi berjalan
eksotermis yaitu melepaskan panas. Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan garam Na-
eugenolat. Reaksi penggantian gugus H dengan Na yang berasal dari NaOH melepaskan energi
+ +

yang muncul berupa panas


Dengan pengubahan struktur eugenol menjadi garam Na-eugenolat maka Na-eugenolat
dapat dipisahkan dari kariofilena maupun komponen penyusun minyak daun cengkeh lainnya
yang bersifat non polar. Lapisan atas berupa kariofilena yang berwarna kuning muda sedangkan
lapisan bawah berupa garam Na-eugenol yang berwarna coklat muda. Kariofilena berada di
lapisan atas karena massa jenis kariofilena lebih kecil daripada massa jenis eugenol dalam bentuk
garamnya. Massa jenis kariofilena adalah 0,9658 g/ml, sedangkan massa jenis eugenol adalah
1,06 g/ml. Pemisahan kedua lapisan dapat terjadi karena perbedaan tingkat kepolaran. Kariofilena
bersifat nonpolar sedangkan garam Na-eugenolat bersifat polar dan dapat larut dalam air.
Penambahan NaOH 4 N terlebih dulu dengan tujuan agar pembentukan garam Na-
eugenolat lebih optimal mengikat komponen eugenol yang ingin diubah ke bentuk garamnya
dalam minyak daun cengkeh mencapai 70-80%, sehingga konsentrasi yang dibutuhkan lebih
besar untuk mensubstitusi gugus H dari eugenol dengan Na dari NaOH
+ +

G. KESIMPULAN
.Pengadukan bertujuan untuk mempercepat reaksi terjadi. Dengan pengadukan akan
meningkatkan energi kinetik dari molekul yang bereaksi sehingga peluang dari molekul-molekul
untuk bertumbukan semakin besar dan reaksi akan lebih mudah terjadi karena adanya
kemungkinan tumbukan efektif yang terjadi. Pendiaman dengan temperatur campuran turun
bertujuan untuk memastikan reaksi pembentukan garam Na-eugenolat  telah berlangsung optimal.
Hal itu dapat dilihat dari terbentuknya 2 lapisan dan penurunan suhu campuran. Dengan
penurunan suhu dapat memberikan tanda bahwa reaksi telah berhenti dan tidak adanya energi dari
hasil reaksi yang dilepaskan lagi dalam bentuk panas.

H. DAFTAR PUSTAKA
 Andria Agusta, 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, ITB Bandung: Bandung, Halaman
2-8.
 Van Steenis, Flora. 2006 . Pegunungan Jawa, LIPI Press: Jakarta.
 Van Steenis, dkk, Flora. 2008. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
 Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II.Departemen Kesehatan : Jakarta.
 Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Departemen kesehatan : Jakarta.
 Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri.Balai Pustaka: Jakarta .
 Sastrohamidjojo Harjono. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gajah Mada Universiti Press :Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai