Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Muhammad Fahreza Putra Djumadi

NIS : 170101049
KELAS : XIII-B Analis Kimia
TANGGAL : 26 Agustus 2020
JUDUL : Penentuan kadar sakarin pada bahan pangan
TUJUAN : Dapat mempraktikkan prosedur uji pemanis sakarin

A. DASAR TEORI
Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat.
Karena strukturnya tidak sama dengan karbohidrat, sakarin tidak menghasilkan kalori.
Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400
kali lipat sukrosa. Sakarin diperkenalkan pertama kali oleh Fahlberg pada tahun 1879
secara tidak sengaja dari industri tar batubara. Penggunaannya secara komersial sudah
diterapkan sejak tahun 1884. Namun sakarin baru terkenal oleh masyarakat luas setelah
perang dunia I, di mana sakarin berperan sebagai pemanis alternatif pengganti gula pasir
sulit diperoleh. Sakarin menjadi lebih populer lagi di pasaran pada tahun 1960-an dan
1970-an. Saat itu, sifatnya sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya menjadi
faktor penarik utama dalam penggunaan sakarin. Selain itu sakarin tidak bereaksi dengan
bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami kerusakan.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada pemanasan. Sakarin
yang digunakan dalam industri makanan adalah sakarin sebagai garam natrium. Hal ini
disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin
juga tidak mengalami proses penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam, sehingga
sakarin tidak menyebabkan erosi enamel gigi.
Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes melitus, karena
sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Meskipun demikian, sakarin dapat
mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya, sehingga gula darah akan turun. Sakarin
sempat digunakan secara luas sebagai pemanis dalam produk makanan kemasan (minuman
atau buah kalengan, permen karet, selai, dan permen), bahan suplemen (vitamin dan
sejenisnya), obat-obatan, dan pasta gigi. Selain itu sakarin juga digunakan sebagai gula di
restoran, industri roti, dan bahan kosmetik.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Beaker glass
2. Tabung erlemeyer
3. Corong pemisah
4. Gelas ukur
5. Pengaduk
6. Hot plate
7. Alat titrasi
8. Pipet
9. Kaki tiga untuk penahan corong pemisah

Bahan :
1. Sampel 3 jenis @50 ml
2. HCL
3. Etanol
4. Chloroform
5. NaOH
6. Aquadest
7. BTB

C. PROSEDUR KERJA
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Member label setiap minuman sirup dan gelas beker yang akan digunakan (untuk
menghindari tercampur dengan sirup lain)
3. Menimbang 50 ml sirup yang akan digunakan untuk praktikum dengan menggunakan
timbangan analitik
4. Memasukkan 50 ml air sirup ke dalam corong pisah
5. Menambahkan 2 ml HCl kedalam corong pemisah
6. Menambahkan 15 ml etanol dan 15 ml chloroform
7. Mengocok campuran larutan dalam corong pemisah beberapa saat dengan bagian atas
ditutup dengan penutup corong pemisah
8. Membuka kran corong pemisah setelah dikocok untuk mengeluarkan gas yang timbul
dari pengocokkan
9. Memasukkan lagi 10 ml etanol dan 10 ml chloroform dan kemudian mengocoknya lagi
(mengeluarkan gas dari kran corong pemisah)
10. Mengulangi langkah enam dan tujuh
11. Membuka tutup corong pemisah
12. Membiarkan larutan yang telah dikocok tiga kali tadi sampai terbentuk dua fasa yaitu
air dan etanol dilapisan atas dan chloroform dibagian bawah
13. Memisahkan larutan yang ada dilapisan bawah dan atas dengan membuka kran corong
pemisah (ada dua larutan dalam dua gelas beker)
14. Memanaskan larutan yang ada dibagian lapisan atas (air dan etanol) dengan hot plate
15. Menunggu sampai airnya agak kering dan tersisa bagian yang kental dalam gelas beker
16. Mengangkat beker gelas setelah terbentuk larutan yang kental dan membiarkannya
hingga dingin
17. Sambil menunggu dingin, menyiapkan alat untuk titrasi asam basa dengan
menuangkan NaOH ke dalam buret sampai setinggi angka 0
18. Menambahkan aquades ke dalam beker gelas dan mengaduk larutan yang terbentuk
19. Menuangkan larutan kedalam tabung erlenmayer untuk dilakukan titrasi asam basa
20. Menambahkan BTB minimal dua tetes (jika dengan dua tetes masih kurang bisa
ditambah)
21. Meletakkan tabung erlenmayer yang berisi larutan kental berisi sakarin dibawah buret
22. Meneteskan sedikit demi sedikit NaOH kedalam tabung erlenmayer sampai mencapai
titik ekuivalen dengan ditandai perubahan warna menjadi biru
23. Menghitung selisih antara volume NaOH sebelum dan sesudah titrasi untuk
mengetahui volume ml titrasi
24. Menghitung kadar sakarin dengan rumus yang ada, yaitu :
ml Titrasi x N NaOH x 18,33
Kadar sakarin ¿ x 100 %
mg Sampel
25. Mencocokkan kadar sakarin yang didapat dari perhitungan dengan tabel SNI untuk
kadar sakarin yang diperbolehkan

D. DATA PENGAMATAN
No Berat minuman (g) ml titrasi
Jenis minuman
.
1. Sirup warna merah / sampel A 50,5829 113,5 ml
2. Sirup warna orange / sampel B 49,8919 35,5 ml
3. Sirup warna pink / sampel C 50,4581 32,9 ml

E. DATA PERHITUGAN
Ml titrasi x N NaOH x 18,33
Kadar sampel A= x 100 %
mg berat sampel
113,5 x 0,1008 x 18,33
¿ x 100 %
50582,9
209,709864
¿ x 100 %
50582,9

¿ 41,46%

Ml titrasi x N NaOH x 18,33


Kadar sampel B= x 100 %
mg berat sampel
35,5 x 0,1008 x 18,33
¿ x 100 %
49891,8
65,592072
¿ x 100 %
49891,8

¿ 0,13%

Mltitrasi x N NaOH x 18,33


Kadar sampel C= x 100 %
mgberat sampel
32,9 x 0,1008 x 18,33
¿ x 100 %
50458,1
60,7881456
¿ x 100 %
50458,1

¿ 0,12%

F. PEMBAHASAN
1. Dari ketiga sampel minuman/es sirup yang digunakan untuk praktikum ketiga-tiganya
mengandung sakarin dengan menggunakan uji kualitatif menghasilkan warna ungu violet
untuk setiap sirup yang diuji.
2. Diantara sampel A, B, C yang diuji apabila dibanidngkan dengan batas penggunaan
sakarin dalam makanan dan minuman yang telah dibuat oleh SNI yaitu dalam kategori es
kadar sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg. Padahal berdasarkan hasil yang
didapat dari pengujian diatas kadar sakarin didapatkan nilai sebagai berikut:

No Jenis Sampel Kadar dalam persen Kadar dalam mg/kg


1. Sampel A 41,46% 414567
2. Sampel B 0,13% 13028
3. Sampel C 0,12% 1189

Jadi berdasarkan standart SNI minuman yang dijual ditiga tempat tersebut mengandung
sakarin diatas kadar maksimum yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. Dan kadar sakarin
terbanyak diantara tiga tempat tersebut adalah pada sampel A yaitu minuman yang
diambil di Pasar Karang Menjangan berupa es sirup yang berwarna merah sangat
mencolok.
3. Berat sampel dengan jumlah sakarin terbanyak memiliki berat paling tinggi diantara berat
es sirup yang lainnya. Jadi penambahan sakarin mempengaruhi berat dari berat sampel
yang diuji.
4. Dari tiga organoleptik es sirup yang diuji, minuman dengan kandungan sakarin yang
banyak memiliki rasa yang pahit diakhir setelah minum dan warnanya pun juga semakin
cerah.

G. KESIMPULAN
1. Dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta
SNI 01-6993-2004 telah disebutkan bahwa produk pangan yang menggunakan pemanis
buatan harus mencantumkan jenis dan jumlah pemanis buatan dalam komposisi bahan
atau daftar bahan pada label.
2. Batas penggunaan sakarin pada minuman menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.5.1.4547 adalah berbeda menurut jenis
minumannya.
3. Pengujian dilakukan dengan dua cara yaitu metode kualitatif dan kuantitatif
4. Dari ketiga sampel minuman/es sirup dari tiga lokasi yang digunakan untuk praktikum,
semuanya mengandung sakarin dengan menggunakan uji kualitatif menghasilkan warna
ungu violet untuk setiap sirup yang diuji.
5. Kadar sakarin pada ketiga sampel A, B, C yang diuji melebihi batas penggunaan sakarin
dalam makanan dan minuman yang telah dibuat oleh SNI yaitu 300 mg/kg. Dengan
sampel A (es sirup dari Pasar Karang Menjangan) yang mengandung kadar tertinggi
414567 mg/kg.
6. Penambahan sakarin mempengaruhi berat dari berat sampel yang diuji.
7. Minuman dengan kandungan sakarin tinggi memiliki rasa yang pahit diakhir setelah
diminum dan warnanya semakin cerah.

H. DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis
Buatan dalam Produk Pangan. Diunduh dari http://www.pom.go.id/. Diakses 7 Maret
2012
Jumila. 2005. Bahan Tambahan Pangan. Diakses dari http://clubsehat.com/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=97 pada tanggal 7 Maret 2012.
Mukono, HJ. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/MENKES/ IX/88 Tentang Bahan
Makanan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh dari
http://bbihp.kemenperin.go.id/ pada tanggal 7 Maret 2012.
Simatupang, H. 2009. Analisa Penggunaan Zat Pemanis Buatan pada Sirup yang Dijual Di Pasar
Tradisional Kota Medan.Diakses dari https://repository.usu.ac.id/ pada tanggal 7 Maret
2012.

Anda mungkin juga menyukai