Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Muhammad Fahreza Putra Djumadi

NIS : 170101049
KELAS : XIII-B Analis Kimia
TANGGAL : 31 Agustus 2020
JUDUL : Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Boraks pada Sampel Bakso Tahu
TUJUAN : Melakukan identifikasi dan penetapan kadar boraks pada sampel bakso
menggunakan metode titrasi asidimetri.

A. DASAR TEORI
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu dan
tekanan normal. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat
(NaB4O710H20). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks
atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat deterjen, mengurangi
kesadarahan air dan antiseptic (Wardayati, 2012).
Boraks dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus
serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut boraks sering
disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada
makanan yang dijualnya seperti mie basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak dengan ciri-
cirinya tekstur sangat kenyal, tidak lengket, dan tidak mudah putus pada mie basah. Namun
begitu boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi manusia
karena bersifat racun (Hamdani, 2012).
Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa bebas, dan larutan garam-
garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standart asam.
Dalam proses titrasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Indikator titrasi
yaitu zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja ditambahkan pada proses titrasi untuk
mengetahui titik ekivalen. Indikator yang digunakan harus memberikan ketentuan yang jelas
saat terjadinya titik akhir titrasi, misalnya perubahan warna atau terjadinya pembentukan
endapan.
2. Titik Ekivalen/titik akhir teoritis
yaitu saat dimana reaksi tepat berlangsung sempurna. Pada saat tercapainya titik setara
atau ekivalen, di dalam larutan harus terjadi perubahan yang jelas, baik dalam sifat fisik
maupun sifat kimianya
3. Titik Akhir titrasi
yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi harus
dihentikan.
4. Reaksi harus sederhana sehingga mudah dituliskan dengan persamaan reaksi
kimianya. Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara kuantitatif dengan larutan standar
atau larutan pereaksi dalam perbandingan yang setara atau secara stokiometri.
5. Reaksi harus terjadi dengan cepat, apabila perlu untuk mempercepat reaksi dapat
ditambahkan suatu katalisator (Hamdani, 2012).

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Beaker glass
2. Blender
3. Buret
4. Cawan Porselen
5. Erlenmeyer
6. Gelas Ukur
7. Kaca arloji
8. Klem dan statif
9. Korek Api
Bahan :
1.      Air Bebas CO2
2.      Asam Klorila (HCl)
3.      Asam Sulfat (H2SO4)
4.      Boraks BPFI
5.      Indikator Metil Merah
6.      Methanol
7.      Sampel bakso tahu

C. PROSEDUR KERJA

1. Sampel bakso tahu dipotong-potong


2. Ditimbang sebanyak 1 gram secara seksama
3. Ditambahkan aquadest 50 ml
4. Sampel kemudian diblender dan disaring menggunakan kertas saring.
5. Sampel diambil sebanyak 10 ml
6. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
7. Ditambahkan indicator metal merah
8. Dititrasi dengan HCl 0.1 N

D. DATA PENGAMATAN
No V analit V titran

1 10 ml 2.7 ml

2 10 ml 2.7 ml

E. DATA PERHITUGAN
Pembakuan HCl
I.            V1 x N1   = V2 x N2
0.0998 x 25 = 18.9 x N2
                    N2    = 0.0863 N
II.         V1 x M1 = V2 x M2
 0.0998 x 10 = 11.4 x N2

                     N2    = 0.0871 N

Noramlitas rata-rata = 0.0869 N

Perhitungan Kadar
ml HCl× N HCl × 95,34
Kadar Boraks = × 100 %
mg Sampel ×0,5
2,7 ×0.0869 ×95,34
= ×100 %
1901,8 ×0,5
= 223,615 mg/50 ml

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum sebelumnya, dilakukan analisis terhadap sampel makanan yang diduga
mengandung bahan kimia natrium tetraborat, atau yang lebih dikenal dengan nama boraks.
Seperti yang kita ketahui, boraks merupakan senyawa kimia yang  biasanya digunakan untuk
mengawetkan mayat ataupun specimen-spesimen biologi lainnya. Natrium tetraborat atau
boraks, menurut BPOM sendiri,sama sekali dilarang penggunaan nya dalam makanan ataupun
minuman. Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan
namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan
menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh. Penggunaan
boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan,
demam, anuria. Dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP,
apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan bisa menimbulkan
kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet
makanan.
Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra borat, natrium biborat, natrium
piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika
dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan
asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh industri farmasi
sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan kompres, dan obat pencuci mata.
Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya
boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks bagi industri
farmasi memberikan untung yang besar. Boraks pada dasarnya merupakan bahan untuk pembuat
solder, bahan pembersih, pengawet kayu, pengontrol kecoa, dan bahan pembuatan kaca. Dengan
sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika
sudah dilarutkan dalam air.
 Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya boraks dalam makanan
secara kualitatif, dan apabila sampel makanan positif mengandung boraks, dilakukan uji
kuntitatif untuk mengetahui kadar boraks yang terkandung dalam makanan tersebut. Dalam hal
ini, sampel yang digunakan adalah sampel siomay yang didapat dari kantin Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran.
Analisis diawali dengan preparasi sampel siomay yang didapat. Preparasi sampel diawali
dengan menimbang sampel sebanyak 2 gram, ditambahkan H2O sebanyak 50 ml, kemudian
diblender. Tujuannya agar sampel tersebut dapat hancur menjadi partikel yang lebih kecil
daripada sebelumnya, sehingga memudahkan dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif nanti
nya. Setelah sampel cukup halus, maka sampel disaring dengan kertas saring, kemudian filtrate
nya dipisahkan. Tahap preparasi sampel telah selesai dilakukan dan siap untuk dianalisis secara
kualitatif maupun kuantitatif. 
Pertama-tama, dilakukan pembuatan larutan HCl 0,1 N. pembuatan larutan dilakukan
dengan mengambil larutan HCl pekat dengan konsentrasi nya sebesar 12 M sebanyak 4,14 ml,
kemudian dilarutkan dalam 900 ml aquadest, sehingga didapatlah HCl dengan konsentrasi
sebesar 0,1 N.
Selanjutnya, dilakukan  analisis kualitatif terhadap sampel yang telah menjadi liquid
tersebut (filtratnya). Analisis kualitatif diawali dengan mengambil filtrate sebanyak 5 ml,
kemudian dikisatkan dengan cara dipanaskan dengan menggunakan pemanas listrik hingga
volume filtrate berkurang dari volume asalnya, agar konsentrasi sampelnya lebih pekat seiring
dengan berkurangnya volume solvent nya (dalam hal ini aquadest), sehingga memudahkan dalam
proses analisis kualitatif nantinya. Sampel yang telah dikisatkan tersebut kemudian ditambahkan
asam sulfat (H2SO4) 0,1 N beberapa tetes, dan ditambahkan methanol secukupnya untuk
pembakaran sampel. Sampel yang telah ditambahkan methanol kemudian dibakar, dan dilihat
nyala api sampel. Apabila nyala api menunjukkan warna hijau, hal tersebut merupakan penanda
bahwa terdapat boraks dalam sampel makanan yang dianalisis. Sampel siomay yang dianalisis
ternyata tidak menunjukkan nyala api berwarna hijau, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
siomay tersebut tidak mengandung boraks. Diluar pernyataan tadi, kemungkinan sampel siomay
yang dianalisis mengandung boraks, akan tetapi dalam konsentrasi yang sangat sedikit, sehingga
saat dianalisis kualitatif, tidak menunjukkan hasil positif, sehingga menunjukkan hasil negative
palsu (false negative).   Akan tetap, akan lebih baik lagi jika analisis dilanjutkan ke tahap analisis
kuantitatifnya.
Setelah dilakukan analisis kualitatif terhadap sampel, dilakukan pembakuan larutan baku
sekunder HCl 0,1 N yang akan digunakan untuk titrasi nantinya.
Titrasi natriumtetraborat menggunakan prinsip titrasi asidimetri. Alasan penggunaan titrasi
asidimetri adalah karena sampel yang dianalisis bersifat basa, oleh sebab itu, titrant nya haruslah
merupakan suatu larutan baku sekunder yang bersifat asam (titrasi asidimetri). Pembakuan HCl
0,1 N diawali dengan membuat larutan baku primer yang tidak lain merupakan larutan boraks.
Larutan baku primer boraks dibuat dengan menimbang sebanyak 190,61 gram boraks,
dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan aquadest ad tanda batas 100 ml.
setelah larutan baku boraks dibuat, maka diambil larutan boraks tersebut sebanyak 10 ml, yang
nantinya akan digunakan sebagai analit dalam pembakuan larutan baku sekunder (HCl 0,1 N).
Larutan boraks 10 ml tadi ditambahkan indicator metil merah hingga warna larutan yang bening
berubah menjadi berwarna kekuningan. Larutan yang telah berubah warna menjadi kekuningan
tersebut kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga mencapai titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna larutan yang tadinya berwarna kuning, menjadi berwarna
merah muda. Dari hasil pembakuan larutan HCl 0,1 N, ternyata didapat konsentrasi larutan HCl
yang sebenarnya, yaitu konsentrasinya adalah sebesar 0,0869 N.
Setelah pembakuan larutan titrant (HCl), maka dilakukan analisis kuantitatif terhadap
larutan sampel yang diduga mengandung boraks. Analisis diawali dengan mengambil larutan
sampel sebanyak 10 ml, dimasukkan dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan spike
yang tidak diketahui konsentrasinya, dan ditambahkan larutan indicator metil merah beberapa
tetes hingga larutan yang berwarna bening berubah menjadi berwarna kekuningan. Kemudian
dilakukan titrasi hingga mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi asidimetri dengan
menggunakan indicator metil merah ditandai dengan berubahnya warna larutan yang tadinya
kekuningan, menjadi berwarna merah muda pada titik akhir titrasi nya. Reaksi antara Natrium
tetraborat dengan HCl akan menghasilkan garam NaCl dan asam tetraborat yang sifatnya asam.
Alasan penggunaan indicator metil merah adalah karena indicator metil merah merupakan salah
satu indicator dalam titrasi asidimetri, yang akan menunjukkan perubahan warna pada rentang
pH yang agak asam (4,5-6), sehingga cocok digunakan sebagai indicator dalam analisis
volumetric yang menggunakan metode titrasi asidimetri. Titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali
(duplo), dan volume HCl yang digunakan dalam titrasi adalah rata-rata sebanyak 2,7 ml. Volume
hasil titrasi ini kemudian dimasukkan dalam perhitungan untuk menentukan kadar boraks. Hasil
perhitungan kadarnya adalah 223,615 mg/50 ml.

G. KESIMPULAN
Analisis Kualitatif menunjukkan hasil negative untuk pemeriksaan sampel siomay yang
didapat di kantin Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Analisis kuantitatif menunjukkan
bahwa kadar boraks dalam sampel yang dispike dengan larutan baku natrium tetraborat adalah
223,615 mg/50 ml

H. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. Jakarta.
Hamdani, 2012. Boraks. Tersedia di http://catatankimia.com/catatan/ boraks-dalam-
makanan.html [diakses tanggal 25 Mei 2013]
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Roth, H. J. 1988.  Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Simpus. 2005. Bahaya Boraks. Tersedia di http://catatankimia.com/catatan/ boraks-dalam-
makanan.html [diakses tanggal 25 Mei 2013]
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Wardayati, Tatik. 2012. Boraks. Tersedia di http://intisari-online.com/read/bahan-kimia-berbahaya-
pada-makanan [diakses tanggal 25 Mei 2013]
Pertanyaan :
1. Tuliskan rumus bangun dari Boraks!

2. Tuliskan reaksi yang terjadi!


Na2B4O7·10H2O + 2 HCl → 4 B(OH)3 [atau H3BO3] + 2 NaCl + 5 H2O

3. Mengapa Boraks dilarang digunakan sebagai BTM ?


Boraks beracun terhadap semua sel, bila tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada
susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi.
Ginjal merupakan organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan orang lain.
Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g (Simpus, 2005).

Anda mungkin juga menyukai