Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan suatu sistem. Menurut W.J.S.


Purwodarminto yang dimaksud ialah sekelompok bagian-bagian ( alat-alat
dan sebagainya ) yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu
maksud. Kebudayaan dari setiap masyarakat merupakan suatu sistem
yang terdiri dari unsur-unsur besar atau kecil yang merupakan bagian-
bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Masyarakat dan
kebudayaan adalah suatu kesatuan tak terpisahkan. Setiap masyarakat
menghasilkan kebudayaan dan setiap kebudayaan pasti ada di dalam
masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan merupakan dwitunggal yakni
masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang tak berkebudayaan
dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
pendukungnya. Sedangkan unsur-unsur pokok dari kebudayaan seperti
yang dikemukakan C. Kluckhohn dalam bukunya Universal Categories of
Culture menguraikan pandangan-pandangannya, antara lain :
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia, b. Bahasa, c. Kesenian, d.
Sistem kemasyarakatan, e. Sistem pengetahuan dan f. Religi ( sistem
kepercayaan

Mengenai kebudayaan, Indonesia khususnya di bagian timur,


membedakan orang Flores dengan Ambon, Tanimbar, Ternate atau Timor
maupun Sumba, agak sulit kalau yang bersangkutan belum menyebutkan
dari mana asal suku bangsanya. Secara fisik suku bangsa-suku bangsa ini
memiliki ciri umum yang hampir sama. Tetapi secara etnis mereka
mempunyai perbedaan-perbedaan. Dalam makalah ini, kita akan
meninjau kehidupan masyarakat di pulau Sumba, salah satu pulau dari
gugusan kepulauan di Nusa Tenggara Timur. Masing-masing suku bangsa
tersebut menunjukkan kekhasan yang dimilikinya.

Kepercayaan dan keyakinan adanya kekuatan gaib, yang melebihi


kekuatan manusia biasa atau pengakuan atas wujud tertinggi di tuangkan
dalam kepercayaan Marapu. Kepercayaan ini mengutamakan unsur-unsur
kesucian, kebersihan jiwa, perdamaian, kerukunan, cinta kasih,
7

keselarasan hubungan, keserasian, dan keseimbangan dunia dan akhirat,


antara Tuhan dengan manusia, manusia dengan alam, kerukunan antara
kabihu / marapu yang di puja – puja masing – masing kabihu, serta dalam
satu kabihu. Kepercayaan Marapu adalah agama suku tradisional, yang
berisi “hukum dan ilmu suci” bagi warga penganutnya, dalam wujub
“Budaya dan Religi.”

Pengakuan adanya Yang Maha Pencipta biasannya di nyatakan


dengan kata-kata kalimat kiasan, itu pun hanya dalam upacara-upacara
tertentu atau peristiwa – peristiwa penting saja. Dalam keyakinan
Marapu, Yang Maha Pencipta tidak campur tangan dalam urusan duniawi
dan dianggap tidak mungkin diketahui hakekatnya sehingga untuk
menyebut namaNya pun dipantangkan. Sedangkan para Marapu itu
sendiri di anggap sebagai media atau perantara untuk menghubungkan
manusia dengan penciptaNya. Kedudukan dan peran para Marapu itu di
muliakan dan di percaya sebagai lindi papakalangu – ketu papojonlangu.
Yang dianut oleh masyarakat dengan kehidupan sosial budaya masyarakat
sumba.

Anda mungkin juga menyukai