Anda di halaman 1dari 7

FAKTA KERAS

1. Konferensi Asia Afrika

* Kita mengetahui bahwa KAA merupakan bagian dari fakta keras. Karena
sudah jelas sejarah terbentuknya dan sudah tidak diperdebatkan lagi. Adapun
sejarah dari KAA yaitu :

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala,
mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal
Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan
maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan
tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara tersebut. Pada
kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana
Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya
Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau
menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30
tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah
dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.

Sebagai persiapan, maka Pemerintah Indonesia mengadakan pertemuan yang


dihadiri oleh para Kepala Perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik,
bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat pada 9 – 22 Maret 1954. Pada
28 – 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para
perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India,
Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor, untuk
membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika.

Ceylon, India, Birma, Indonesia dan Pakistan menjadi sponsor Konferensi Asia
Afrika dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah pada konferensi tersebut,
yang ditetapkan akan berlangsung pada akhir minggu April tahun 1955.
Presiden Indonesia, Soekarno, menunjuk Kota Bandung sebagai tempat
berlangsungnya konferensi.
Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, dibentuk Sekretariat
Bersama yang diwakili oleh lima negara penyelenggara. Indonesia diwakili
oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, Roeslan Abdulgani, yang
juga menjadi ketua badan itu, dan 4 negara lainnya diwakili oleh kepala-kepala
perwakilan mereka masing-masing di Jakarta, yaitu Kuasa Usaha U Mya Sein
(Birma), Duta Besar M. Saravanamuttu (Ceylon), Duta Besar B.F.H.B. Tyabji
(India), dan Duta Besar Choudhri Khaliquzzaman (Pakistan).

Pemerintah Indonesia sendiri membentuk Panitia Interdepartemental pada 11


Januari 1955 yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama
dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari berbagai departemen
guna membantu persiapan-persiapan konferensi tersebut.

Di Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuklah Panitia Setempat


pada 3 Januari 1955, dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa
Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani hal-hal yang
bertalian dengan akomodasi, logistik, transportasi, kesehatan, komunikasi,
keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.

Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat


sidang-sidang konferensi. Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 hotel lainnya
serta 31 bungalow di sepanjang Jalan Cipaganti, Lembang, dan Ciumbuleuit
dipersiapkan sebagai tempat menginap para peserta yang berjumlah lebih
kurang 1.500 orang. Selain itu, disediakan juga fasilitas akomodasi untuk lebih
kurang 500 wartawan dalam dan luar negeri.

Keperluan transportasi dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan


jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton
bensin.

Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan  terakhir di Bandung pada


7 April 1955, Presiden Indonesia Soekarno meresmikan penggantian nama
Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun
menjadi Gedung Dwiwarna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan
Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih
menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai
dengan tujuannya.

Pada 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan


kepada kepala pemerintah dari 25 Negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara
yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi
Afrika Tengah, karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang
bekas penjajahnya, sedangkan 24 negara lainnya menerima baik undangan itu
Negara- negara itu antara lain :

Negara-negara Peserta Konperensi Asia-Afrika :

1. Afghanistan
2. Indonesia
3. Pakistan             
4. Birma
5. IranFilipina
6. Kamboja
7. Irak
8. Iran
9. Arab Saudi
10. Ceylon
11. Jepang
12. Sudan
13. Republik Rakyat Tiongkok
14. Yordania
15. Suriah
16. Laos
17. Thailand
18. Mesir
19. Libanon
20. Turki
21. Ethiopia
22. Liberia
23. Vietnam (Utara)
24. Vietnam (Selatan)
25. Pantai Emas
26. Libya
27. India
28. Nepal
29. Yaman

* Fakta Keras lainnya dari KAA dan peninggalannya yaitu :

1. Lahirnya Dasasila Bandung, yang berisi sebagai berikut..

1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan


prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua
negara besar dan kecil.
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri
atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.
6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif
untuk kepentingan khusus negara besar mana pun.
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan
kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara
mana pun.
8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai,
seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian
hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak
yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

2. Adanya Museum KAA yang berlokasi di Jl. Asia-Afrika No. 65, Bandung,
Jawa Barat, Indonesia. Museum KAA ini, sebagai tempat memorabilia
Konferensi Asia Afrika.

3. Mesin Tik
Mesin tik yang digunakan pada KAA 1955

Dokumen dan hasil apa saja yang ditulis sewaktu KAA di tahun 1955? Ya,
mesin tik KAA 1955, andai bicara, bisa menjelaskan secara rinci kata per kata
yang ditulisnya. Mesin tik yang digunakan untuk menuliskan segala dokumen
ketika konferensi digelar masih terawat dengan baik, walaupun ada beberapa
tombol di papan tuts yang sudah hilang. Alat tulis paling canggih pada masa itu
disimpan dalam kotak kaca di museum.

4. Gedung Merdeka

Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah gedung


bersejarah yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi
Asia-Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang
memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang
merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini
tahun 1955.

Anda mungkin juga menyukai