Anda di halaman 1dari 10

MODEL PENDEKATAN CENTER BASED

DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN ANAK


JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN
NUSANTARA

(Studi Kasus: Rumah Singgah Girlan Nusantara, Sleman,


Yogyakarta)

Disusun Oleh :
Fitri Tyas Sari
491513465

Proposal Skripsi ini Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Mengikuti Ujian Seminar Persiapan Skripsi (SPS)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS


JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1

B. Masalah Penelitian ...................................................................................5

C. Fokus Penelitian .......................................................................................6

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah amanah sekaligus karunia Allah SWT, yang senantiasa di

jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hakhak anak sebagai

manusia yang dijunjung tinggi. Anak berhak untuk tumbuh berkembang

secara wajar serta memperoleh perawatan, pelayanan, asuhan, pendidikan,

dan perlindungan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraannya.

Namun, tidak semua keluarga dapat memenuhi seluruh hak dan kebutuhan

anak, semua itu disebabkan oleh krisis ekonomi, kemiskinan dan kemerosotan

moral, maupun spiritual merupakan indikasi keputus asaan dan ketidak

berdayaan anak-anak termasuk anak jalanan beserta keluarganya akibat tidak

terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan mereka. Krisis ekonomi yang

dialami bangsa Indonesia pada tahun 1997 berdampak terhadap

meningkatnya permasalahan sosial di negeri ini, tidak terkecuali juga

permasalahan anak.

Akibat krisisnya ekonomi di Indonesia banyak permasalahan yang

muncul dengan anak, dimana anak di perlakukan salah, anak selalu menjadi

imbasnya akibat permasalahan ekonomi. Ada beberapa permasalahan

terhadap anak seperti berikut: permasalahan anak dikategorikan menjadi tiga

yaitu: perlakuan salah terhadap anak atau PSTA (child abuse atau child

3
maltreatment), penelantaran anak (child neglect), dan eksploitasi anak (child

exploitation).

Permasalahan anak yang sering ditemui di setiap negara adalah

permasalahan anak jalanan. Tidak hanya negara-negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia hal tersebut juga terjadi pada negara-negara

yang sangat maju seperti Amerika, Inggris, dan sebagainya.

Banyak sekali orang tua yang mengalami pemutusan hubungan kerja

sementara harga-harga kebutuhan pokok terus meningkat tinggi. Adapun

dampak dari krisisnya ekonomi terhadap timbulnya permasalahan anak

adalah: orang tua mendorong anaknya untuk turun ke jalan guna membantu

ekonomi keluarga, kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh

orang tua yang semakin meningkat. Anak lari ke jalanan, kehilangan hak atas

kelangsungan hidup yang layak, pendidikan, kebebasan berfikir, perlindungan

dari perlakuan kejam dan eksploitasi, serta kebebasan berpendapat dan

pengambilan keputusan untuk dirinya.

Anak jalanan adalah anak yang biasa hidup dan bekerja di jalanan.

Bagong Suyanto (2010 : 185) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak-anak

yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena

kebanyakan dalam usia yang relative dini sudah harus berhadapan dengan

lingkungan kota yang keras dan bahkan sangat tidak bersahabat. Tak bisa

dipungkiri, bahwa anak jalanan belakangan telah menjadi fenomena sosial

yang sangat penting dalam kehidupan kota besar. Kehadiran mereka

seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinan kota. Di mata sebagian

4
anggota masyarakat, keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap

sebagai “limbah” kota yang harus disingkirkan. Keberadaan mereka dirasakan

menggangu kenyamanan dan keamanan berlalu lintas dan sering kali dituduh

melakukan tindakan kriminal, seperti mencopet atau menodong. Anak

jalanan juga kerap mendapatkan tindak kekerasan, fisik maupun psikis.

Menurut Widagdo dalam buku Situasi Sosial Anak Jalanan Kota

Semarang, ada beberapa faktor pendorong anak turun ke jalan, yaitu :

1. keadaan ekonomi keluarga,

2. ketidakserasian dalam keluarga,

3. adanya kekerasan atau perlakuan yang salah terhadap anak,

4. kesulitan hidup di kampung anak melakukan urbanisasi mengikuti

orang dewasa.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) tahun 2012 mencatat jumlah anak jalanan yang tersebar di

DIY mencapai 407 anak. Untuk daerah sleman, anak jalanan tersebar dengan

komposisi daerah Gamping mencapai 15 orang, Kalasan 4 orang, Minggir 4

orang, Mlati 7 orang, Moyudan 1 orang, Ngemplak 3 orang, Prambanan 33

orang, Depok 16 orang dan di daerah Sleman mencapai 8 orang. Banyaknya

jumlah anak jalanan di DIY membuat sejumlah pihak, baik LSM, maupun

pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menangani kasus anak jalanan.

Hal ini sejalan dengan ditetapkannya Perda Provinsi DIY nomer 6 tahun 2011

tentang Perlindungan Anak Yang Hidup Di Jalan pasal 6 menyebutkan bahwa

perlindungan anak dijalan bertujuan untuk:

5
1. mengentaskan anak dari kehidupan di jalan

2. menjamin pemenuhan hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan; dan

3. memberikan perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan,

demi terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Sesuai dengan Perda diatas, salah satu upaya Pemerintah Daerah

Istimewa Yogyakarta, khususnya Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Dinas Sosnakertrans) dalam menangani masalah anak jalanan

adalah pendirian rumah singgah. Rumah singgah dianggap perlu oleh

sejumlah pihak karena melalui rumah singgah anak jalanan dapat belajar

bersosialisasi terhadap sistem nilai dan norma layaknya kehidupan pada

umumnya. Rumah singgah merupakan tahap awal bagi anak untuk

memperoleh pelayanan selanjutnya. Salah satu tujuan rumah singgah adalah

memberikan alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan

menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

Melalui rumah singgah diharapkan anak jalanan dapat menemukan cara

memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus berada di jalanan. Salah satu rumah

singgah yang masih aktif menangani kasus anak jalanan hingga sekarang

adalah Rumah Singgah Girlan Nusantara. Rumah singgah yang terletak di Jln.

Prambanan-Piyungan Ledoksari, Bokoharjo, Prambanan, Sleman ini telah

berdiri sejak 29 Agustus 1993. Jumlah anak jalanan yang bernaung di bawah

binaan Girlan Nusantara hingga tahun 2015 kemarin tercatat sekitar 2000

6
anak. Girlan Nusantara menganggap bahwa anak jalanan adalah anak yang

seharusnya mendapatkan perhatian khusus dan tidak boleh tersisihkan. Oleh

karena itu Girlan mempunyai program pemberdayaan anak jalanan yang

dianggap mampu memberikan taraf penghidupan yang lebih baik bagi anak

jalanan. Upaya pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan Girlan Nusantara

adalah pemberian berbagai bentuk ketrampilan serta pelatihan dan

penyuluhan. Penyelenggaraan berbagai kegiatan pelatihan ini merupakan

bentuk kerjasama Girlan Nusantara dengan pihak Dinas Tenaga Kerja, Dinas

Pendidikan serta pihak-pihak terkait.

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Girlan

Nusantara yang memfokuskan pada Model Pendekatan Center Based yang di

lakukan oleh Girlan Nusantara dalam melakukan pemberdayaan anak jalanan.

Hal ini tentu membantu menanggulai permaslahan anak dan mengurangi

jumlah anak jalanan di Negara kita.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian

dengan judul “MODEL PENDEKATAN CENTER BASED DALAM

UPAYA MEMBERDAYAKAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH

GIRLAN NUSANTARA”.

B. Masalah Penelitian

Membicarakan masalah anak jalanan dapat dilihat dari berbagai

faktornya akan tetapi dalam penulisan proposal skripsi ini penulis melakukan

pembatasan masalah pada Model Pendekatan Center Based Dalam Upaya

7
Memberdayakan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Girlan Nusantara. Adapun

perumusan masalahnya adalah :

a. Bagaimanakah Model Pendekatan Center Based dalam upaya

pemberdayaan anak jalanan di Girlan Nusantara?

b. Bagaimana hasil dan manfaat yang dicapai oleh Girlan Nusantara dalam

penerapan Model Pendekatan Center Based?

c. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan

Model Pendekatan Center Based ?

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan pada paparan masalah yang peneliti ungkapkan, maka

peneliti ini memerlukan spesifikasi kajian agar penelitian lebih fokus. Oleh

karena itu peneliti membatasi permasalahan yaitu Model Pendekatan Center

Based yang telah di terapkan oleh Rumah Singgah Girlan Nusantara dalam

upaya pemberdayaan anak – anak jalanan.

8
Strategi Center Based : Pendekatan center based di Rumah Singgah Girlan

Nusantara dilakukan dengan cara memusatkan usaha dan pelayanan serta adanya

tempat berlindung (drop in) yang menyediakan fasilitas asrama bagi anak

terlantar. Penanganan tersebut dilakukan secara sementara maupun permanen.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, Rumah Singgah Girlan

Nusantara memiliki 2 gedung yang digunakan untuk rumah singgah anak jalanan

dan 1 gedung yang digunakan sebagai pusat usaha, pelayanan dan kegiatan anak

jalanan. Berdasarkan hasil observasi peneliti, 1 gedung yang digunakan sebagai

pusat usaha, pelayanan dan kegiatan anak jalanan tersebut juga digunakan

pengelola sebagai tempat pemberdayaan anak jalanan dengan pendekatan

community based. Tujuannya agar anak-anak jalanan ini memiliki kegiatan yang

positif. Pendekatan community based ini seperti dijelaskan oleh “Yr” :

Centre Based
Pendekatan ini merupakan penanganan di lembaga atau panti. Anak-anak yang

masuk dalam program ini di tampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau

panti seperti pada malam hari diberikan makanan dan perlindungan, serta

perlakukan yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial. pada panti yang

permanen disedikan pelayanan pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar,

kesehatan, kesenian, dan pekerjaan. Dalam penanganan di lembaga atau di panti

terdapat beberapa jenis atau model penampungan yang bersifat sementara (drop

in centre) dan tetap (residential centre) untuk anak jalanan yang masih bolak balik

ke jalan biasanya dimasukan ke dalam drop in centre, sedangkan untuk anak-anak

9
yang sudah benar-benar meninggalkan jalanan akan di tempatkan di residential

centre.

Pendekatan centre-based menyertakan penyuluhan sebagai proses


perubahan perilaku yang akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental, sehingga sasaran dalam hal ini adalah anak jalanan
perempuan dan keluarga anak jalanan perempuan. Centre based adalah salah
satu upaya pendekatan dan penanganan terhadap anak jalanan. Realisasi
centre based ialah dalam bentuk rumah singgah. Suatu pendekatan yang
diterapkan lembaga dalam menjangkau anak jalanan melalui pengadaan
program dan pelayanan dengan cara pemberian dukungan pada kesejahteraan
dan perkembangan anak ketika mereka berada jauh dari keluarga mereka.
Konsep ini digunakan secara bergantian oleh sebuah kelompok yang mengacu
pada tempat penampungan sementara atau drop in centre yang juga
menyediakan pelayanan menetap atau residential centre bagi anak jalanan
yang terlantar.
Program ini dibuat untuk anak jalanan yang sudah teralineasi dengan
kehidupan mereka, jauh dari rumah dan sudah memutuskan hubungan dengan
keluarga. Tetapi, pada kasus tertentu, sesuai dengan fungsinya yaiu
rehabilitatif, pendekatan centre-based kerap digunakan rumah singgah untuk
membantu anak jalanan mengurangi waktunya di jalanan dan menghabiskan
waktunya di rumah singgah untuk kegiatan bermanfaat. Seorang pekerja
sosial ditempatkan di centre based guna mendampingi anak untuk
membangkitkan kesadarannya kembali tentang kehidupan yang harus
dijalaninya dan mengingatkan akan keluarganya.

10

Anda mungkin juga menyukai