Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA

(Berbagai Model Dan Pendekatan Pembelajaran


Matematika Dalam Standar Isi)

Dosen: Muhammad Turmuzi,S.Pd.,M.Pd.

OLEH:

Kelompok 6:

IMROATUL FITRIANA (E1R018035)

MOHAMMAD DIDA ARIANNOV (E1R018035)

NIRMALA SARI (E1R018036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan limpahan ramat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Berbagai Model
dan Pendekatan Pembelajaran Matematika dalam Standar Isi” untuk memenuhi tugas
mata kuliah pengembangan Kurikulum Matematika dengan tepat waktu.Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi kita, nabi Muhammad SAW yang menjadi
teladan bagi ummat manusia.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa habatan
yang kami hadapi dan kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
bukan semata-mata usaha kami sendiri. Oleh karena itu, kami meyampaikan banyak
trimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini
terutama bapak dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum Matematika yaitu bapak
Muhammad Turmuzi,S.Pd.,M.Pd dan teman-teman kelas B semester lima, Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Mataram.Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan
dan wawasan kepada pembaca terutama kepada mahasiswa program studi Pendidikan
Matemaika sebagai calon pendidik.

kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan dan
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan maupun isi, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan atau penulisan selanjutnya.

Mataram, 5 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1-2
C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Tinjauan Umum Tentang Model Pembelajaran.....................................................3-4


B. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)........................................4-6
C. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving).............................................6-7
D. Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika.................................7-9
E. Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)........................................9-11
F. Realistic Mathematics Education (RME)..............................................................11-13
G. Model Discovery (Penemuan Terbimbing)............................................................13-15
H. PAIKEM...............................................................................................................15-17

BAB III PENUTUP.........................................................................................................18

A. Kesimpulan...........................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika menjadi salah satu ilmu dasar yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan dan ilmu lain. Matematika diajarkan untuk mengembangkan keterampilan
dasar, membiasakan siswa untuk berfikir secara logis, menyiapkan siswa agar dapat
hidup dan bekrja secara baik dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas
terampil dan berkualitas. Kemampuan matematika yang dimiliki oleh siswa,
diharapkan muncul dan lahir melalui proses pembelajaran yang dikemas oleh guru
yang berperan sebagai aktor utama terjadinya proses pembelajaran.
Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman
siswa yang komprehensif. Pemahaman siswa yang diharapkan tidak hanya sekedar
memenuhi tujuan pembelajaran matematika secara substansif saja namun juga
diharapkan munculnya efek iringan dari pembelajaran tersebut. Efek iringan yang
dimaksud adalah siswa lebih memahami keterkaitan antar topik matematika, lebih
menyadari akan pentingnya matematika pada bidagn lain, lebih memahami peranan
matematika dalam kehidupan, lebih mampu berfikir logis ,kritis dan sisteatis, dan
lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan suatu masalah.
Agar proses pembelajaran yang disampaikan guru di kelas menjadi menarik,
relevan, dan mencapai tujuan pembelajaran guru perlu menerapkan berbagai model
dan pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan standar isi. Adapun model
pendekatan tersebut meliputi: model pembelajaran problem based instruction (PBI),
pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving) , pendekatan open-ended dalam
pembelajaran matematika pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL),
Realistic Mathematics Education (RME), serta model discovery (Penemuan
Terbimbing).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan umum tentang model pembelajaran?
2. Apa itu model pembelajaran problem based instruction (PBI) ?
3. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan pemecahan masalah (Problem
Solving) ?
4. Apa itu pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika ?
5. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning
(CTL) ?
6. Realistic Mathematics Education (RME)?
7. Apa itu model discovery (Penemuan Terbimbing) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan umum tentang model pembelajaran
2. Untuk mengetahui model pembelajaran problem based instruction (PBI)
3. Untuk mengetahui pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving)
4. Untuk mengetahui pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
5. Untuk mengetahui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
6. Untuk mengetahui Realistic Mathematics Education (RME)
7. Untuk mengetahui model discovery (Penemuan Terbimbing)
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Tentang Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan
kita ke dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Joyce, dalam Trianto, 2007:5).

Selanjutnya Soekamto, (dalam Trianto, 2007:5) mengatakan bahwa model


pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar. Arends (1997:7) menyatakan, “The term
teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, yntax,
environment, and management system.” (Istilah model pengajaran mengarah pada suatu
pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan
sistem pengelolaannya).

Istilah model pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas dari pada strategi,
pendekatan, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut
adalah:
(1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
(2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yan yang akan dicapai).
(3) tingkah laku mengajar Telaah yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas selain dikenal istilah model di atas


terdapat istilah lain tentang cara mengajar seperti strategi, pendekatan, metode, atau
teknik pembelajaran. Perlu penegasan penjenjangan dan pengertian agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Strategi merupakan siasat dalam pembelajaran seperti mengaktifkan
peserta didik. Dalam strategi terdapat beberapa pendekatan, seperti konstruktivisme dan
realistik.Sedang pendekatan merupakan suatu pedoman
mengajar yang sifatnya masih teoritis atau konseptual. Metode merupakan cara mengajar
yang sifatnya umum dan dapat dilakukan pada semua mata pelajaran. Contohnya metode
ekspositori, ceramah, atau metode Tanya jawab.

Teknik merupakan cara mengajar yang sifatnya khusus sesuai dengan karakter materi
pelajaran, peserta didik, atau keterampilan guru. Teknik dapat juga merupakan suatu
metode yang khusus, misalnya bertanya klasikal, bertanya berantai, atau bertanya silih
berganti. Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai
tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.
Contoh model seperti model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis
masalah, atau model pembelajaran langsung. Berikut skema penjenjangan dan definisi
istilah pengajaran di kelas.

B. Pembelajaran Problem Based Instruction


1. Pengertian Pembelajaran Problem Based Instruction
Problem based instruction (PBI) atau dalam bahasa Indonesia berarti
pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) merupakan suatu model pembelajaran
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengembangkan pengetahuan baru bagi siswa melalui proses kerja kelompok yang
memerlukan penyelesaian nyata sehingga membuat siswa berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran problem based instruction
menggunakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan nyata.
Problem based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar
berbagai peran, melalui pengalaman belajar dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah
didasarkan pada teori psikologi kognitif. Fokus pengajaran tidak begitu banyak
pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan kepada apa
yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan itu.
Walaupun peran guru pada pembelajaran ini kadang melibatkan presentasi dan
penjelasan suatu hal, namun yang lebih lazim adalah berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah.
2. Karakteristik pembelajaran Problem Based Instruction
a) Pengajuan pertanyaan atau masalah.
PBI mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Menreka
mengajukan situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai solusi untuk situasi itu.
b) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.
Meskipun PBI berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan
diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat
meninjau masalah itudari berbagai mata pelajaran.
c) Penyelidikan autentik.
PBI mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi
dan merumuskan kesimpulan.
d) Menghasilkan produk dan memamerkannya.
PBI menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk
penyelesaian masalah yang merfeka temukan. Produk tersebut dapat berupa
transkrip debat , laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya
nyata dan peragaan direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada
temannya tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif
segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
e) Kolaborasi.
PBI dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling
sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberi
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan berpikir.
3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Problem Based Instruction
a) Kelebihan pembelajaran Problem Based Instruction
 Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar
diserap dengan baik.
 Siswa dilatih untuk mandiri dan bekerja sama dengan siswa lain.
 Berperan aktif dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
dalam pembelajaran.
 Siswa bisa merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang
diselesaikan merupakan masalah sehari-hari.
 Bisa mengembangkan cara berfikir logis dan berlatih mengemukakan
pendapat.
b) Kekurangan pembelajaran Problem Based Instruction
 Untuk siswa yang malas, tujuan model pembelajaran problem based
instruction atau berbasis pada masalah ini tidak akan tercapai.
 Memerlukan banyak waktu.
 Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
C. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving).
1. Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving).
pendekatan problem solving merupakan pencarian solusi dari suatu
permasalahan dengan menggunakan identifikasi, mengeksplorasi, mencari langkah-
langkah pemecahan dan akhirnya menemukan solusi tersebut serta mengevaluasi
solusi dari permasalahan tersebut.
2. Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah
Karena pemecahan masalah adalah kegiatan matematik yang sulit baik
mengajarkan maupun mempelajarinya, maka sejumlah besar penelitian telah
difokuskan pada pemecahan masalah matematika.Dari berbagai hasil penelitian,
antara lain diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Strategi pemecahan-masalah dapat secara spesifik diajarkan.
b. Tidak ada satupun strategi yang dapat digunakan secara tepat untuk setiap masalah
yang dihadapi.
c. Berbagai strategi pemecahan masalah dapat diajarkan pada siswa dengan maksud
untuk memberikan pengalaman agar mereka dapat memanfaatkannya untuk
mengahadapi berbgai variasi masalah.
Mereka harus didorong untuk menyelesaikan masalahyang berbeda-beda dengan
menggunakan strategi yang sama dan diskusi mengapa suatu strategi hanya sesuai
untuk masalah tetentu.
d. Siswa perlu dihadapkan pada masalah yang tidak dapat diselesaikansecara cepat
sehingga memerlukan upaya mencaboa berbagai alternatif pemecahan.
e. Kemampuan anak dalam pemecahan masalah sangat berkaitan dengan tingkat
perkembangan mereka. Dengan demikian, tingakat kesulitan yang diberikan kepada
anak harus sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain, waktu yang digunakan
untuk pemecahan masalah, perencanaan, sumber yang diperlukan, peran teknologi dan
manajemen kelas.

1. Strategi Pemecahan Masalah


Berbicara tentang masalah, tidak bisa dilepaskan dari tokoh utamanya yaitu
George Polya. Menurut Polya, dalam memecahkan suatu masalah terdapat empat
langkah yang harus dilakukan yaitu :
a. memahami masalah,
b. merencanakan pemecahannya,
c. menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana langkah kedua, dan
d. memeriksa kembali hasil yang diperoleh ( looking back ).
2. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving).
a) Kelebihan
a. Merupakan tekhnik yang bagus untuk memahami isi pelajaran.
b. Belajar dengan pendekatan problem solving adalah belajar penuh makna.
c. Siswa beajar transfer konsep dan prinsip matematika ke situasi baru.
d. Mengaar siswa untuk berfikir rasional dan lebih aktif.
b) Kekurangan
a. Memerlukan waktu lama
b. Dapat menimbulkan frustasi jika penyajiannya terlalu cepat
c. Siswa yang menganggap masalah yang dipelaari sulit mengakibatkan
siswa enggan untuk mencoba.
D. Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika

Pendekatan open-ended (open-ended approach) merupakan salah satu pendekatan


dalam pembelajaran matematika. pendekatan openended merupakan suatu pendekatan yang
dimulai dari pengenalan siswa pada masalah open-ended. Pembelajaran kemudian dilanjutkan
dengan penggunaan beberapa jawaban yang benar terhadap masalah yang diajukan untuk
memberikan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru mengenai proses atau cara
pemecahan masalah itu. Hal ini dapat diteruskan dengan mengkombinasikan berbagai
pengetahuan, kecakapan, atau cara berpikir siswa yang sudah mereka pelajari sebelumnya.

Contoh penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika


siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab
permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir. Siswa
dihadapkan dengan problem open-ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban
tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.

2. Orientasi Pendekatan Open-ended dalam Pembelajaran Matematika

Banyak kegiatan berpikir yang sulit terlepas dari matematika, seperti memahami suatu
konsep matematika, memecahkan permasalahan matematika, mengkonstruksi suatu teori,
atau menyelesaikan permasalahan dengan menerapkan matematika. Kegiatan berpikir seperti
ini dapat disebut kegiatan matematika

3. Keunggulan dan Kelemahan Open-ended


Keunggulan Pendekatan Open-Ended

Pendekatan Open-Ended ini menurut Suherman (2003:132) memiliki beberapa


keunggulan antara lain:

a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan


idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematik secara komprehensif.
c. Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan
cara mereka sendiri.
d. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e. Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
permasalahan.

Kelemahan Pendekatan Open-Ended

Terdapat pula kelemahan dari pendekatan Open-Ended, diantaranya:

a. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah
pekerjaan mudah.
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang
diberikan.
c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban
mereka.
d. Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

E.Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan.

1. Komponen dan Elemen Pendekatan Contextual Teaching and Learning


(CTL)
Menurut Nurhadi (dalam Sagala, 2008: 88-91) menyebutkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu:
1) Konstruktivisme (Constructivism)
2) Menemukan (Inquiry)
3) Bertanya (Questioning)
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
5) Pemodelan (Modeling)
6) Refleksi (Reflection)
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
2. Ciri-Ciri Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl)

Menurut Blanchard, ciri-ciri pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)


adalah:

a. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.


b. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks.
c. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
d. Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau
secara mandiri.
e. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
Menggunakan penilaian otentik.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL

Langkah-langkah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Hadi


S (dalam Dirjen Dikdasmen, 2004: 35) adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan
b. Pengembangan
c. Penutup atau Penerapan
4. Kelebihan dan kelemahan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)
a) Kelebihan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki beberapa kelebihan Sarjana


(dalam Febria, 2008: 10), yaitu:

a. Guru dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.
b. Siswa lebih termotivasi karena materi yang disajikan terkait dengan kehidupan sehari-
hari.
c. Siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya sehingga pembelajarannya lebih
bermakna.
d. Siswa dapat bekerjasama dengan teman-temannya.
e. Dengan mengembangkan masyarakat belajar berarti siswa dapat bekerjasama dengan
teman-temannya tanpa ada yang merasa tertekan.
f. Materi yang disajikan lebih lama membekas di pikiran siswa karena siswa dilibatkan
aktif dalam pembelajaran.
g. Siswa berpikir alternatif dalam membuat pemodelan.
h. Mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
i. Pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
j. Untuk lebih menyadarkan guru bahwa strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil.
b) Kelemahan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru
akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa
tadi tidak sama.
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya.
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya
sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan
berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.

E. Realistic Mathematics Education (RME)


1. Tinjauan Tentang Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Realistic Mathematics Education (RME) atau di Indonesia dikenal dengan nama
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan teori belajar mengajar dalam
pendidikan matematika. RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda
pada tahun 1970 oleh Freudenthal. Menurut Freudenthal dalam Suharta (2005), RME
menggabungkan pandangan apa itu matematika, bagaimana murid belajar matematika dan
bagaimana matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa murid tidak boleh
dipandang sebagai passive receiver of ready made mathematics (penerima pasif matematika
yang sudah jadi.
Dalam RME murid didorong atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan
dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Guru
diharapkan tidak tergesa-gesa menyampaikan pemikirannya kepada siswa tentang sesuatu hal
yang dibahas. Bila suatu materi dirasa sulit, siswa dapat membentuk kelompok kecil sehingga
terjadi negosiasi antara siswa dalam mendiskusikan materi yang sulit tersebut. Jadi guru
dalam hal ini berperan sebagai fasilitator atau pendamping yang akan meluruskan arah
pemikiran siswa, sekiranya jalan pemikiran siswa jauh dari pokok bahasan yang sedang
dipelajari.
2. Prinsip dan Karakteristik RME
a. Menurut De Lange (1987) dan Gravemeijer (1994) dalam Turmuzi (2004), teori
RME memiliki 5 karakteristik yaitu:
Menggunakan masalah kontekstual Pembelajaran dimulai dengan masalah
kontekstual sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman
sebelumnya secara langsung. Kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsep
matematika ke bidang baru dari dunia nyata.
b. Menggunakan model-model (matematisasi) Murid membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah yaitu model yang dekat dengan dunia siswa, kemudian
melalui penalaran matematika akan menjadi model matematika formal.
c. Menggunakan konstribusi siswa Dengan penggunaan konstribusi siswa, siswa
didorong untuk melakukan perefleksian pada bagian yang mereka anggap penting.
Guru dapat membimbing siswa untuk menemukan kembali konsep formal.
d. Menggunakan interaktif Dalam pembelajaran RME diperhatikan interaksi,
negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleks,
evaluasi sesama peserta didik, peserta didik dan guru, serta guru dan
lingkungannya
a. Menggunakan keterkaitan (intertwining)
3. Kelebihan dan Kelemahan RME
a) Kelebihan pembelajaran RME
1) Penekanan RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang
kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.
2) Pendekatan RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksikan dan
dikembangkan sendiri oleh siswa dan setiap orang.
3) RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepadasiswa bahwa cara
menyelesaikan suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara
orang yang satu dengan orang yang lain.
4) RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam
mempelajari matematika proses pembelajaran merupakan suatu yang utama, dan untuk
mempelajari matematika orang harus menjalani proses itu, dan berusaha untuk
menemukan sendiri konsep-konsep dan materi-materi matematika yang lain, dengan
bantuan pihak lain yang lebih menguasai.
5) Pembelajaran RME dapat memperkuat daya ingat siswa karena mereka membangun
pengetahuannya sendiri.
6) Pembelajaran RME mampu meningkatkan keberanian siswa karena harus
mengungkapkan idenya.
7) Suasana dalam proses belajar lebih menyenangkan karena menggunakan realita
kehidupan.
8) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawabannya mempunyai nilai.
9) Pembelajaran RME dapat memupuk kerjasama dalam kelompok.
b) Kelemahan pembelajaran RME
1) Upaya mengimplementasikan RME membutuhkan perubahan pandangan yang sangat
mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah dipraktekkan.
2) Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut RME tidak
begitu mudah untuk setiap topik matematika yang dipelajari siswa
3) Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan soal
juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru.
4) Proses pengembangan kemampuan berfikir siswa dengan melalui soal-soal kontekstual,
proses matematika horizontal, dan vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang
sederhana karena proses dan mekanisme berfikir siswa harus diikuti dengan cermat, agar
guru bias membantu siswa dalam menemukan kembali konsep-konsep matematika
tertentu.
F. Model Discovery (Penemuan Terbimbing)
a) Pengertian Model Discovery (Penemuan Terbimbing)
Model penemuan murni atau discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar
yang mementingkan pengajaran perorangan, manipulasi objek dan eksperimentasi sebelum
sampai kepada generalisasi. Sund berpendapat bahwa penemuan adalah proses mental
dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip (Suryosubroto, 1997: 193).
Misalnya seperti mengamati, membuat dugaan, menjelaskan dan membuat kesimpulan.
Pada model discovery atau penemuan terbimbing, guru bertindak sebagai fasilitator dan
membimbing siswa dimana ia diperlukan dan mendorong siswa untuk berpikir sendiri,
menganalisis sehingga dapat menemukan prinsip berdasarkan bahan atau data yang telah
disediakan guru.. Model pembelajaran discovery (penemuan terbimbing) juga merupakan
suatu cara pengembangan ingatan (retention) dan transfer, yang memberikan siswa
beberapa kunci yang dibutuhkan yang dapat dipergunakan untuk mengajarkan beberapa
aspek dari beberapa mata pelajaran terutama Matematika (Hamalik, 2007: 135-136).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery
(penemuan terbimbing) merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa,
dimana siswa didorong untuk berpikir sendiri dalam mencari dan menemukan suatu
pengetahuan, dimana guru hanya bertindak sebagai pembimbing, pemberi petunjuk dan
fasilitator.
b) Ciri- ciri Model Pembelajaran Discovery (Penemuan Terbimbing)
Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari pembelajaran
penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari
segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa, maka
penemuan terbimbing merupakan kombinasi antara pembelajaran langsung dan
pembelajaran tidak langsung.
c) Tujuan Model Discovery (Penemuan Terbimbing)
1. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses
perolehan belajar.
2. Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup.
3. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang
diperlukan oleh para siswa.
4. Melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
informasi yang tidak pernah tuntas digali.
Tahap-tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery (Penemuan Terbimbing)
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa dalam belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
4. Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan.
5. Mengevaluasi kegiatan.
Agar pelaksanaan pembelajaran discovery atau penemuan terbimbing berjalan secara
efektif maka beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru, yaitu:
1) Memberikan masalah kepada siswa dengan data secukupnya
2) Membimbing siswa untuk menemukan konsep sendiri melalui Lembar Kerja
Siswa(LKS)
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan jawabannya sendiri
4) Memeriksa hasil pekerjaan siswa
5) Menyamakan persepsi siswa tentanghasil yang telah ditemukan

d). Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery (Penemuan


Terbimbing)

1. Kelebihan
a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil yang diperoleh akan
melekat tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa, sehingga mudah
digunakan untuk ditransfer dalam situasi lain.
c) Dengan model pembelajaran ini, siswa belajar berpikir menganalisis dan memecahkan
masalah yang dihadapi sendiri dan biasanya akan ditrasfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
d) Menimbulkan interaksi antar siswa dan melatih keterampilan dasar yang dimiliki oleh
siswa.
e) Belajar menghargai diri sendiri dan memotivasi diri.
f) Memperkecil atau menghindari menghafal.
2. Kekurangan
a) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.
b) Karena keterbatasan waktu, tidak semua materi cocok dengan model pembelajaran
discovery (penemuan terbimbing). Umumnya materi yang relevan adalah materi yang
berhubungan dengan prinsip.
c) Memerlukan banyak waktu.

G. PAIKEM
1) Pengertian PAIKEM
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai:
pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode
tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan
sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan. PAIKEM dikembangkan berdasarkan beberapa
perubahan/peralihan: (a) Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) ke
belajar Bersama (cooperative learning); (b). Peralihan dari belajar dengan cara
menghafal (rote learning) ke belajar untuk memahami (learning for understanding);
(c) Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) ke bentuk
interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah; (d) Peralihan paradigma
dari guru mengajar ke siswa belajar; (e). Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke
bentuk authentic assessment seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau
penampilan siswa (Shadiq dalam Setiawan, 2004)
1) Penjabaran PAIKEM

a. Pembelajaran Aktif. Secara harfiah, Hornby dalam (Muhibin Syah, 2009) mengartikan
aktif sebagai berikut: ”in the habit of doing things, energetic”, artinya terbiasa berbuat
segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti
pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental,
emosional, bahkan moral dan spiritual.
b. Pembelajaran Inovatif. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri
dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama
yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga,
terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa.
Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point
merupakan salah satu alternatif.
Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka
ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi.
1. Examples non-examples . Model pembelajaran ini didasarkan atas contoh. Contoh
dapat diambil dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.
2. Numbered heads together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi
nomor dan dibentuk kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor siswa..
3. Cooperative script, merupakan metode belajar yang membutuhkan kerja sama antara
dua orang, yang mana yang satu sebagai pembicara dan yang satunya sebagai
pendengar. Metode Cooperative Script dikenal juga dengan nama metode Skrip
Koperatif.
4. Kepala bernomor struktur, Siswa dikelompokan dengan diberi nomor dan setiap
nomor mendapat tugas yang berbeda-beda dan nantinya akan bergabung dengan
kelompok lain yang mempunyai nomor dan tugas yang sama.
5. Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model yang
sederhana. Siswa dikelompokan secara heterogen kemudian siswa yang pandai
menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
6. Jigsaw (Model Tim Ahli), Model pembelajaran jigsaw diperkenalkan oleh Areson,
Blaney, Stephen, Sikes, dan Snap pada tahun 1978. Pada model ini siswa lebih
berperan dalam pembelajaran.
7. Pembelajaran Kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan
menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku,
namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Pembelajaran kreatif
juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
8. Pembelajaran Efektif, Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna)
jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal
baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru”
sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
9. Pembelajaran Menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa
merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur
inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu
sesuatu.
2) Alternatif Cara Penerapan PAIKEM
Cara melaksanakan PAIKEM mencakup berbagai kegiatan yang terjadi selama proses
pembelajaran. Pada saat yang sama, kemampuan yang seyogianya dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan sebaik-baiknya harus ditunjukkan.
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Problem based instruction (PBI) merupakan suatu model pembelajaran yang


menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengembangkan
pengetahuan baru bagi siswa melalui proses kerja kelompok yang memerlukan penyelesaian
nyata sehingga membuat siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pendekatan problem solving merupakan pencarian solusi dari suatu permasalahan


dengan menggunakan identifikasi, mengeksplorasi, mencari langkah-langkah pemecahan dan
akhirnya menemukan solusi tersebut serta mengevaluasi solusi dari permasalahan tersebut.

Pendekatan open-ended (open-ended approach) merupakan suatu pendekatan yang


dimulai dari pengenalan siswa pada masalah open-ended

Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan.

Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam


pendidikan matematika.

Model penemuan murni atau discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perorangan, manipulasi objek dan eksperimentasi sebelum sampai
kepada generalisasi.

PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang


digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan
lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.

2. Saran
Diharapkan untuk calon pendidik, hendaknya menguasai berbagai model dan
pendekatan pembelajaran matematika dalam standar isi untuk akhirnya diaplikasikan
pada saat menjalankan tugas menjadi seorang guru yaitu mengajar, membimbing
dan mendidik peserta didik demi kelancaran proses pembelajaran di kelas.
Diharapkan juga untuk peserta didik agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik
sesuai degan arahan dari guru.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018.https://www.pelajaran.co.id/2018/17/pengertian-karakteristik-dalangkah-
langkah-model-pembelajaran-problem-based-instruction
pbi.html#:~:text=December%2017%2C%202018-

https://www.pelajaran.co.id/2018/17/pengertian-karakteristik-dan-langkah-langkah-
model-pembelajaran-problem-based-instruction

Referensi:syeikhnurjati.2020.https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB2141
0140147.pdf. download 13 oktober 2020.\

Siregar, Pariang Sonang dan Hatika, Rindi Ganesa. 2019. Implementasi Kurikulum 2013
Di Sekolah Dasar.Yogyakarta : CV Bidi Utama.

Sugiarto, Toto. 2020. Cotextual Teaching and Learning (CTL) .Yogyakarta : CV Mine.

Syahrul Hamdi, Fahrurrozi. 2017. Metode Pembelajaran Matematika. NTB: Universitas


Hamzanwadi Press.

Turmuzi,Muhammad dan Hayati, Laila. 2012. Telaah Kurikulum Matematika. Mataram:


Arga Puji Press.

Anda mungkin juga menyukai