Anda di halaman 1dari 100

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON

KEUANGAN TERHADAP UNDERPRICING PADA


PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC
OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2014-2018

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana (S1)

Bidang Ilmu

Akuntansi Keuangan

Diajukan oleh:

Sri Muna Febriani

NPM: 02271611108

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2020
PERNYATAAN

Nama : SRI MUNA FEBRIANI


NPM : 02271611108

Program Studi : Akuntansi

Kosentrasi : Akuntansi Keuangan

Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan


Terhadap Underpricing Pada Perusahaan Yang
MelakukanInitial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018.

Saya menyatakan dengan benar bahwa Skripsi sebagaimana tersebut di


atas adalah hasil karya saya, bukan jiplakan atau karya milik orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan akademik di Fakultas Ekonomi Universitas Khairun.

Ternate, 31 Januari 2020

Yang membuat,

Sri Muna Febriani

ii
KATA PENGANTAR

Alhamudulillah. Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia dan hidayah-Nya. Tuhan semesta alam yang senantiasa memberi

petunjuk kemudahan, kekuatan lahir dan batin dan senantiasa membasahi hati

dan jiwa yang kering ini dengan semangat dan keikhlasan dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non

Keuangan Terhadap Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial

Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018” sebagai

suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun Ternate.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda

Farida Yuyun Tuwow dan Ayahanda Helyusar Kamarullah yang tak pernah lelah

mendoakan, memberi dukungan moral dan material serta kepercayaan penuh

kepada penulis dalam menyelesaikan studi tepat waktu di universitas khairun

ternate. Semoga Allah SWT selalu memberi kesehatan dan umur panjang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Mengingat segala keterbatasan pengetahuan, kemampuan maupun literatur yang

diperoleh. Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan bantuan serta bimbingan dari

Dosen Pembimbing I dan II terbaik, yaitu Ibu Dwi Yana Amalia S.F , SE., M.Si

dan Bapak Asrudin Hormati, SE, MSA, AK. Penulis mengucapkan banyak terima

kasih serta permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila

iii
selama bimbingan terdapat salah kata yang dapat menyinggung hati ibu dan

bapak, baik yang disengaja maupun tidak. Penulis berharap agar karya ini tetap

memberikan sedikit kontribusi untuk penelitian selanjutnya. Penulis juga

menyadari sepenuh hati bahwa pelaksanaan penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, doa, dukungan, masukan dan kontribusi dari berbagai

pihak, maka izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Husein Alting SH. M.Hum selaku Rektor Universitas
Khairun.
2. Bapak Dr. Abdullah W. Jabid SE., M.M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Khairun.
3. Ibu Yustiana Djaelani, SE., M.Si selaku koordinator Program studi
akuntansi dan selaku ketua penguji. Terima kasih atas waktu, masukan
dan nasehatnya selama ini.
4. Ibu Suriana A.R Mahdi, SE., Ak., MSA selaku penguji II. Terima kasih
atas masukan dan nasehatnya.
5. Ibu Meliana, SE., M.Sc selaku penguji III dan Penasehat Akademik
terbaik. Terima kasih atas masukan, kritikan, nasehat dan selalu
membantu penulis dalam perkulihaan.
6. Seluruh Dosen Staf Pengajar. Terima kasih atas ilmu yang bermanfaat
yang telah kalian berikan kepada penulis selama masa perkulihan.
7. Indry kamarullah, Helda Kamarullah, Dyena Kamarullah dan Reza
kamarullah, serta sepuluh ponakan yang selalu ada untuk memberikan
semangat kepada penulis, menghibur penulis, serta membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi penulis.
8. Dedi S.K Adjidji. Terima kasih untuk selalu ada dan memberikan
semangat serta menghibur penulis dalam menyusun skripsi.
9. Papa Ato, Mama Yati, Kakak Dhanu Tuwow, Kakak Zulfahmi Tuwow,
Rizky Tuwow, Dira Tuwow, terima kasih untuk selalu memberikan
semangat dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi penulis.

iv
10. Dahlia Febrianti dan Rafsandi, terima kasih selalu membantu penulis
dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi dalam menyusun skiripsi.
11. Sahabat terbaik Nadia Tiara, Anisa Nurbaya, Nilamsyari Th. Alwi, Syavila
Eka Putri, Meylinda Y. Hanafi Akasy Ayu Karim, Lia Rahmayanti, Zarkazy
Fitrah, Yunus Abdullah, Dwiyansah dan Muhammad Resa. Terima kasih
untuk selalu memberikan semangat kepada penulis, selalu ada untuk
membantu penulis dalam menyusun skripsi, berbagi ilmu dalam canda
dan tawa serta keseruan dalam kebersamaan.
12. Teman seperjuangan, Nurul, Amel, Gizka, Nuna, Akbar, Bayu, Adi, Alan
dan Hairil. Terima kasih untuk kebersamaan dan saling berbagi ilmu serta
pengalaman saat perkulihaan.
13. Seluruh karyawan Biro Administrasi Fakultas Ekonomi. Terima kasih atas
segala bantuannya selama masa perkulihaan penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang


dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih
teliti, namun tentu masih saja terdapat kekurangan dalam penyajian hasil
penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
produktif serta konstruktif demi perbaikan selanjutnya agar bermanfaat bagi
yang membutuhkan.

Ternate, 28 Januari 2020

Sri Muna Febriani

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

‘’ Saat orang-orang menganggapmu tidak bisa apa-apa jangan pedulikan, karena


yang bisa mengubah nasibmu adalah kamu, bukan orang lain. ‘’

~ Rock Lee ~

‘’ Keajaiban hanya terjadi pada mereka yang tidak mudah menyerah ‘’

~ Emporio Ivankov ~

Do the best and Pray. God will take care of the rest.

~ Anonim ~

Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda syukurku kepada-Mu yaa Allah,
dan sebagai hadiah kecil untuk Mama dan Papa tercinta atas keringat dan doa
yang telah tercurahkan selama ini dan semua dan segalanya, karena karya kecil
ini bukan milik hamba seutuhnya dan hanya sebagian kecil dari ilmu dan
kekuasaan Allah SWT.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN.......................................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................xi
ABSTRAK................................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................12

BAB II TELAAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori......................................................................................................14


2.2 Kerangka Penelitian.............................................................................................28
2.3 Hipotesis....................................................................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian.....................................................................................................37


3.2 Populasi dan Sampel..........................................................................................37
3.3 Jenis dan Sumber Data.....................................................................................37
3.4 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................38
3.5 Model dan Analisis Data....................................................................................38
3.6 Definisi Operasional Variabel..........................................................................43

vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.............................................................47


4.2 Statistik Deskriptif.................................................................................................48
4.3 Pengujian Asumsi Klasik...................................................................................51
4.4 Interpretasi Model.................................................................................................54
4.5 Pembuktian Hipotesis.........................................................................................57
4.6 Pembahasan...........................................................................................................61

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan..............................................................................................................69
5.2 Keterbatasan...........................................................................................................70
5.3 Saran...........................................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................71

LAMPIRAN..............................................................................................................................76

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Perusahaan IPO dan Underpricing Tahun 2014-2018............................3

1.2 Perusahaan IPO 2017 yang mengalami Underpricing............................3

4.1 Kriteria Pengambilan Sampel..............................................................................47

4.2 Statistik Deskriptif......................................................................................................48

4.3 Hasil Uji Normalitas..................................................................................................52

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas.......................................................................................54

4.6 Interpretasi Model......................................................................................................55

4.7 Uji Simultan (Uji F)....................................................................................................58

4.8 Uji Parsial (Uji t)..........................................................................................................59

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir.............................................................................................................28

4.1 Grafik Scatterplot.......................................................................................................53

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Penelitian Terdahulu...................................................................................................76

2. Definisi Oprasional Variabel...................................................................................79

3. Tabulasi Data..................................................................................................................80

4. Statistik Deskriptif..........................................................................................................83

5. Uji Normalitas.................................................................................................................83

6. Uji Heteroskedastisitas..............................................................................................84

7. Uji Multikolinearitas.....................................................................................................84

8. Pengujian Model Regresi.........................................................................................85

9. Uji Simultan (Uji F).......................................................................................................85

10. Uji Parsial (Uji t)............................................................................................................86

xi
ABSTRAK

Sri Muna Febriani. 02271611108. Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non


Keuangan Terhadap Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial
Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018.
Pembimbing I: Dwi Yana Amalia S.F dan Pembimbing II: Asrudin Hormati

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas,


earning per share, financial leverange, ukuran perusahaan, reputasi auditor,
reputasi underwriter, umur perusahaan dan presentase penawaran saham
terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan Initial


Public Offering (IPO) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2014-2018. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling,
sehingga diperoleh sebanyak 100 sampel perusahaan. Penelitian ini
menggunakan model regresi linier berganda.

Hasil penelitian pengujian secara parsial menunjukan bahwa profitabilitas,


ukuran perusahaan, reputasi underwriter dan umur perusahaan berpengaruh
terhadap underpricing. Sedangkan earning per share, financial leverange,
reputasi auditor dan presentase penawaran saham tidak berpengaruh terhadap
underpricing. Dan pengujian secara simultan menunjukan bahwa profitabilitas,
earning per share, financial leverange, ukuran perusahaan, reputasi auditor,
reputasi underwriter, umur perusahaan dan presentase penawaran saham
berpengaruh terhadap underpricing.

Kata Kunci :Underpricing, profitabilitas, earning per share, financial leverange,


ukuran perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan,
presentase penawaran saham.

xii
ABSTRACK

Sri Muna Febriani. 02271611108. The Effect of Financial and Non-Financial


Variables on Underpricing in Companies Conducting Initial Public Offering
(IPO) on the Indonesia Stock Exchange Period 2014-2018. Advisor I: Dwi
Yana Amalia S.F and Advisor II: Asrudin Hormati

The purpose of this research is to examine the effect of profitability,


earnings per share, financial leverange, company size, auditor's reputation,
underwriter reputation, company age and percentage of shares offered, at the
level of underpricing of shares of companies conducting an Initial Public Offering
(IPO).

The population of this study are companies that conduct Initial Public
Offering (IPO) which are listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the
period 2014-2018. The sample was chosen using a purposive sampling method,
so as to obtain as many as 100 sample companies. This study uses multiple
linear regression models.

The results of the partial testing show profitability, company size,


underwriter reputation and company age have a significant negative effect on
underpricing. While earnings per share, financial leverange, auditor's reputation
and percentage of share offerings have no effect on underpricing.And
simultaneous testing shows that profitability, earnings per share, financial
leverange, company size, auditor reputation, underwriter reputation, company
age and percentage of share offerings have a significant effect on underpricing.

Keywords: Underpricing, profitability, earnings per share, financial leverange,


company size, auditor reputation, underwriter reputation, company age,
percentage of share offerings.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

memperluas usahanya, hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk

melakukan ekspansi ini perusahaan memerlukan tambahan modal cukup besar.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali

dana yang diambil dari dalam perusahaan tidak cukup. Oleh sebab itu,

Perusahaan memiliki alternatif sumber pendanaan yang berasal dari luar

perusahaan, yaitu melalui mekanisme penyertaan yang umumnya dilakukan

dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan

go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar sekunder,

saham terlebih dahulu dijual di pasar primer atau sering disebut pasar perdana.

Penawaran saham secara perdana ke publik melalui pasar perdana ini

dikenal dengan istilah initial public offering (IPO). Initial public offering merupakan

alternatif pendanaan dengan cara meningkatkan ekuitas kepemilikan dengan

menawarkan efeknya (saham, obligasi dan surat-surat berharga lainnya) kepada

masyarakat umum atau publik. Sebelum melaksanakan IPO, perusahaan

menerbitkan prospektus yang bertujuan untuk memberikan informasi yang luas

serta detail bagi para calon investor sehingga tertarik untuk berinvestasi di

perusahaan tersebut. Prospektus memuat informasi rencana ke depan

perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, kegiatan bisnis perusahaan serta

berbagai hal penting yang akan mendukung perkembangan bisnis perusahaan.

1
Fenomena yang seringkali timbul dari kegiatan IPO adalah terjadinya

underpricing yang menunjukkan bahwa harga saham pada waktu penawaran

perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat diperdagangkan di pasar

sekunder. Pada saat melakukan IPO, harga saham yang akan dijual perusahaan

pada pasar perdana ditentukan oleh kesepakatan antara emiten (perusahaan

penerbit) dengan underwriter (penjamin emisi), sedangkan harga saham yang

dijual pada pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu permintaan

dan penawaran (Kristiantari, 2013).

Kondisi perbedaan harga ini dapat terjadi karena perusahaan calon

emiten dan penjamin emisi efek secara bersama-sama mengadakan

kesepakatan dalam menentukan harga perdana saham namun mereka

mempunyai kepentingan yang berbeda. Sebagai pihak yang membutuhkan dana,

emiten menginginkan harga perdana yang tinggi karena dengan harga perdana

yang tinggi maka emiten dapat memperoleh dana sebesar yang diharapkan,

namun tidak demikian halnya dengan penjamin emisi efek. Penjamin emisi efek

berusaha meminimalkan resiko penjaminan yang menjadi tanggung jawabnya hal

ini dikarenakan tipe penjaminan yang berlaku di Indonesia adalah full

commitment. Maka dengan menentukan harga yang dapat diterima oleh para

investor atau harga yang rendah maka penjamin emisi berharap akan dapat

menjual semua saham yang dijaminnya.

Berikut adalah fenomena underpricing di Indonesia pada perusahaan

yang melakukan IPO pada tahun 2014 - 2018.

2
Tabel 1.1

Jumlah perusaahaan yang IPO dan underpricing tahun 2014 - 2018

Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Perusahaan


IPO Underpricing
2014 22 19
2015 16 14
2016 15 14
2017 36 33
2018 52 49
Sumber : e-bursa.com (2019)

Tabel 1.2

Beberapa perusahaan IPO per. 2017 yang mengalami underpricing


NO OFFERING CLOSING
NAMA EMITEN PRICE PRICE

1 Campina Ice Cream Industry Tbk RP. 330 RP.494


2 Jasa Armada Indonesia Tbk RP. 380 RP. 402

3 Mallaca Trust Wuwungan Insurance Tbk RP. 100 RP. 170

4 Sariguna Primatirta Tbk RP. 115 RP. 195

5 Terregra Asia Energy Tbk RP. 200 RP. 340

6 Panca Budi Idaman Tbk RP. 850 RP. 880

Sumber : e-bursa.com (2019)

Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa terdapat enam perusahaan

yang melakukan IPO pada tahun 2017 dan mengalami underpicing dengan

tingkat initial return yang berbeda - beda. Diantaranya: Campina Ice Cream

Industry Tbk. Jasa Armada Indonesia Tbk. Mallaca Trust Wuwungan Insurance

Tbk. Sariguna Primatirta Tbk. Terregra Asia Energy Tbk. Panca Budi Idaman

Tbk.

3
Topik seputar penawaran umum perdana (initial public offering) juga

menjadi bahan diskusi yang hangat menjelang tutup tahun 2012. Publik

disuguhkan oleh polemik dengan emiten Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST),

sebagian mempersoalkan harga IPO saham yang saat dilepas dengan harga

Rp.1.000 dalam waktu singkat naik menjadi Rp.1.500. Namun, kondisi bertolak

belakang justru dialami oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang

go public pada tahun 2013 dan melakukan penawaran perdana dengan harga

Rp.5.500 saat memasuki Bursa Efek Indonesia harga perlembar saham turun

menjadi Rp.4.550. Dua kondisi yang berbeda ini menggambarkan bahwa IPO

tidak hanya diukur pada saat penjualan di pasar perdana, tetapi juga ditentukan

oleh performance saham ketika masuk di pasar sekunder. Namun sebelum

menetapkan harga pada penawaran perdana, penjamin emisi dan emiten harus

mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

underpricing (Maya,2013).

Secara garis besar, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi

underpricing yaitu faktor keuangan dan non keuangan. Adapun faktor keuangan

yang mempengaruhi antara lain Retrun On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio

(DER), earning per share (EPS) dan ukuran perusahaan. Sedangkan faktor non

keuangan yaitu, reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan dan

presentase penawaran saham.

Faktor keuangan yang mempengaruhi underpricing yaitu Profitabilitas,

Profitabilitas diproksikan melalui Return On Equity (ROE) yangmerupakan rasio

profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dari investasi pemegang saham di perusahaan. Menurut Purwanti dan Eddy

(2017) ROE digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam

4
menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya.

Nilai ROE yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu

menghasilkan laba di masa yang akan datang juga lebih tinggi, hal ini membuat

para investor tertarik pada saham perusahaan yang memiliki nilai ROE yang

tinggi. Permintaan atas saham perusahaan yang tinggi berdampak positif pada

harga di pasar sekunder yang menjadi lebih tinggi, sehingga dapat menurunkan

nilai underpricing.

Penelitian mengenai pengaruh profitabilitasterhadap underpricing

dilakukan oleh Yolana (2005), Mayasari, dkk (2018) dan Novita (2019) yang

menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan profitabilitasterhadap

underpricing sedangkan berbeda menurut Djashan (2017) dan Sembiring, dkk

(2018) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan profitabilitas

terhadap underpricing karena tidak semua investor perusahaan yang melakukan

IPO memiliki ROE yang tinggi. Walaupun perusahaan memiliki nilai profitabilitas

yang tinggi atau rendah, tetapi tidak mempengaruhi permintaan saham dan

harga saham pada saat dijual di pasar perdana maupun di pasar sekunder.

Selain ROE terdapat salah satuprofitabilitasyang mempengaruhi

underpricing, yaitu Earnings Per Share atau EPS disebut juga sebagai laba per

saham merupakan rasio keuangan yang mengukur jumlah laba bersih yang

diperoleh per lembar saham yang beredar. Info EPS yang dibagikan merupakan

salah satu informasi penting bagi investor di pasar modal untuk pengambilan

keputusan investasinya. Pada umumnya pemegang saham dan calon investor

akan tertarik pada EPS, karena EPS menggambarkan jumlah uang yang

diperoleh untuk setiap lembar saham dan EPS yang besar menjadi indikator

keberhasilan dari emiten. Hasil empiris menunjukan bahwa semakin tinggi EPS,

5
maka akan semakin rendah underpricing dan sebaliknya semakin rendah EPS

maka akan semakin tinggi underpricing. Hasil ini sejalan dengan penelitian

Ayuwardani (2018) dan Ahmad (2018) yang menemukan adanya pengaruh

positif dan tidak signifikanEPS terhadap underpricing. Berbeda dengan penelitian

Arfandy (2013) yang menemukan EPS tidak berpengaruh negatif signifikan

terhadap underpricing,sedangkan menurut Purwanti dan Eddy (2017) dan Novita

(2019) yang menemukan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap

underpricing karena investor kurang memperhatikan EPS perusahaan sehingga

tingkat EPS yang diamati tergolong rendah pada saat melaksanakan IPO.

Variabel financial leverange diproksikan melalui Debt to Equity Ratio

(DER) yang merupakan suatu rasio keuangan yang menunjukkan presentase

antara utang dengan ekuitas yang dimiliki pemegang saham.DER merupakan

salah satu rasio leverage, yang menggambarkan seberapa besar utang – utang

perusahaan dapat dijamin oleh modal sendiri perusahaan yang digunakan

sebagai pendanaan usaha. Semakin tinggi tingkat leverange menunjukan risiko

financial atau kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin

tinggi, dan sebaliknya. Oleh karenanya semakin tinggi tingkat leveragesuatu

perusahaan akan mengurangi tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan

modalnya kepada perusahaan sehingga akan meningkatkan underpricing.

Penelitian tentang pengaruh financial leverangeterhadap underpricing

dilakukan Kartika dan I Made (2017), Thoriq, dkk (2018) dan Saifudin dan Dia

(2016) membuktikan bahwa DER memiliki pengaruh signifikan terhadap

underpricing. Hal ini dikarenakan perusahaan berusaha memberikan sinyal positif

kepada investor bahwa perusahaan sedang berkembang membutuhkan biaya

yang tinggi dalam melakukan investasi sehingga harus memenuhi

6
kebutuhan dananya melalui hutang. Investor yang menangkap informasi tersebut

akan beranggapan bahwa perusahaan dengan nilai utang yang besar memiliki

prospek yang baik di masa yang akan datang, hal ini akan mengurangi risiko

ketidakpastian yang dihadapi oleh investor sehingga tingkat underpricing akan

semakin rendah. Berbeda dengan penelitian Djahsan (2017) dan Novita (2019)

yang menemukan bahwa financial leverangetidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap underpricing, hal ini dikarenakan ketidakpercayaan investor terhadap

informasi keuangan yang disajikan oleh emiten.

Faktor kuangan lainnya yang mendorong terjadi underpricing adalah

ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya suatu

perusahaan dilihat dari total kekayaan, total aset, jumlah penjualan atau nilai

buku suatu perusahaan. Pada dasarnya perusahaan dengan skala kecil jarang

dikenal oleh masyarakat luas dibanding dengan perusahaan yang berskala

besar. Dengan sedikitnya informasi yang bisa diperoleh oleh calon investor,

maka tingkat ketidakpastian perusahaan dimasa mendatang tidak mudah

diketahui. Dengan demikian perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat

underpricing yang lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring, dkk (2018), Ahmad (2018) dan

Putro (2017) ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underpricing. Sedangkan berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Jayanti

(2017) dan Novita (2019) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap tingkat undepricing. Hal ini disebabkan

ukuran perusahaan tidak memiliki kepastian dalam patokan melihat tingkat

kualitas perusahaan. Oleh karena itu investor tidak mempertimbangkan ukuran

perusahaan dalam menilai emiten yang melakukan IPO.

7
Selain faktor keuangan terdapat juga faktor non-keuangan, yaitu auditor.

Auditor merupakan pihak yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan

pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh

Aryapranata dan Adityawarman (2017), Djashan (2017) dan Lestari (2015)

menyatakan bahwa reputasi auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap

tingkat underpricing, sedangkan menurut Assari, dkk (2014) dan Novita (2019)

reputasi auditor tidak berpengaruhsignifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini

berarti ketika reputasi auditor turun tidak akan berpengaruh terhadap

underpricing. Artinya, walaupun reputasi auditor semakin tinggi itu tidak akan

mempengaruhi tinggi atau rendahnya underpricing. Untuk itu melihat pentingnya

laporan keuangan dalam proses go public, memungkinkan perusahaan untuk

memilih auditor yang reputasinya baik karena uditor yang memiliki reputasi tinggi

akan dihargai di pasaran dalam bentuk peningkatan permintaan jasa audit.

Selain itu, pemilihan auditor yang berkualitas akan memberikan sinyal positif bagi

investor, karena auditor yang berkualitas membuat investor merasa aman

menanamkan modalnya pada perusahaan yang dipilih untuk berinvestasi.

Dalam melakukan proses go public atau IPO, perusahaan tidak bisa

melakukannya sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pihak eksternal seperti

halnya underwriter untuk mengurus proses IPO dengan meminimalkan potensi

underpricing. Penelitian terkait pengaruh reputasi underwriter terhadap

underpricing saat IPO dibuktikan oleh Asrie dan Zaenal (2018) menemukan

underwriterberpengaruh positif dan signifikan, sedangkan Riyadi (2014) dan

Novita (2019) menemukan reputasi underwriter berpengaruh negatif dan

signifikan. Underwriter yang mempunyai reputasi baik mempunyai beban moral

untuk memberikan transaksi yang menguntungkan bagi investor dengan

8
menetapkan harga yang cukup underprice untuk memastikan bahwa saham yang

di jual pertama kali di pasar sekunder harganya tidak jatuh lebih rendah dari

harga yang sudah di tentukan di pasar perdana. Berbeda dengan penelitian

Pahlevi (2014) dan Lestari (2015) menemukan bahwa reputasi underwriter tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing. Hal disebabkan karena

penggunaan underwriter yang bereputasi baik oleh emiten tidak memberikan

sinyal bagi investor untuk memperkirakan nilai yang pantas (sesungguhnya) bagi

perusahaan IPO.

Perusahaan yang telah lama berdiri, secara tidak langsung membuktikan

bahwa perusahaan mampu bertahan dan meraih laba dalam berbagai kondisi

ekonomi dan akan mengurangi tingkat underpricing. Hal ini didukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2019), Manurung dan Nila (2019)

menemukan umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underpricing, sedangkanmenurut Thoriq, dkk (2018) menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh signifikan terhadap umur perusahaan terhadap

underpricing.Namun penelitian menurut Novita (2019) dan Kurniawan (2014)

umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. Hal ini

karena investor memandang bahwa informasi dan publikasi tentang emiten yang

tercermin dalam prospektus dinilai sudah cukup dalam mengambil keputusan

untuk berinvestasi pada perusahaan.

Persentase penawaran saham adalah jumlah saham yang ditawarkan

kepada publik. Besarnya persentase saham yang ditawarkan oleh perusahaan

dinilai memberikan pengaruh terhadap ketidakpastian perusahaan dimasa depan

dan pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya tingkat underpricing saham.

Penelitian Maya (2013), Putro (2017) dan Puspita (2014) menunjukkan bahwa

9
persentase saham yang ditawarkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underpricing. Semakin besar persentase saham yang ditawarkan kapada

masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin besar dan harga

penawaran perdana yang disepakati oleh emiten dan penjamin emisi juga akan

lebih rendah, sehingga harga penawaran perdana yang rendah dapat

mengakibatkan terjadinya underpricing saham semakin meningkat.

Namun berbeda dengan penelitian Kartika dan I Made (2017) dan

Novitasari dan Ari (2018) yang menguji pengaruh persentase penawaran saham

terhadap underpricing, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

persentase penawaran sahan terhadap underpricing. Meskipun proporsi saham

yang ditawarkan kepada publik itu tinggi, belum tentu mampu menyatakan privat

informasi perusahaan tidak ada dan belum mampu menentukan nilai

ketidakpastian return dimasa mendatang. Hal ini juga mengindikasikan bahwa

investor akan melakukan pembelian saham yang ditawarkan ke publik bukan

berorientasi pada jumlah lembar saham yang ditawarkan tetapi berapa nilai

penawaran saham tersebut.

Berbagai variasi hasil penelitian terkait underpricing saat IPO yang belum

konsisten dianggap memberikan kontribusi dan membuat peneliti termotivasi

untuk melakukan penelitian kembali pengaruh variabel – variabel keuangan dan

non keuangan dengan mereplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Novita

(2019). Peneliti menambahkan variabel presentase penawaran saham sebagai

variabel independen non keuangan yang mempengaruhi underpricing saat IPO.

Alasan peneliti menambah variabel presentase penawaran saham karena

semakin besar persentase saham yang ditawarkan kapada masyarakat maka

10
tingkat ketidakpastiannya akan semakin besar dan harga penawaran perdana

yang disepakati oleh emiten dan penjamin emisi juga akan lebih rendah,

sehingga harga penawaran perdana yang rendah dapat mengakibatkan

terjadinya underpricing saham semakin meningkat dan juga berdasarkan pada

inkonsistensi hasil temuan pada penelitian-penelitian terdahulu.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka judul penelitian ini adalah

“Pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap underpricing pada

perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah, sebagai

berikut:

1) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat underpricing ?

2) Apakah EPS berpengaruh terhadap tingkat underpricing ?

3) Apakah financial leverangeberpengaruh terhadap tingkat underpricing ?

4) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing ?

5) Apakah reputasi auditor berpengaruh terhaadap tingkat underpricing ?

6) Apakah reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing

7) Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing ?

8) Apakah presentase penawaran saham berpengaruh terhadap tingkat

underpricing ?

11
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka penelitian ini

bertujuan untuk :

1) Untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap tingkat underpricing.

2) Untuk menganalisis pengaruh EPS terhadap tingkat underpricing.

3) Untuk menganalisis pengaruh financial leverangeterhadap tingkat

underpricing.

4) Untukmenganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat

underpricing.

5) Untuk menganalisis pengaruh reputasi auditor terhadap tingkat

underpricing.

6) Untuk menganalisis pengaruh reputasi underwriter terhadap tingkat

underpricing.

7) Untuk menganalisis pengaruh umur perusahaan terhadap tingkat

underpricing.

8) Untuk menganalisis pengaruh presentase penawaran saham terhadap

tingkat underpricing.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan bukti empiris dan

pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh profitabilitas,

Earning Per Share (EPS),financial leverange, ukuran perusahaan,

12
reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan dan persentase

penawaran saham terhadap underpricing saham yang melakukan initial

public offering(IPO) serta sebagai referensi bagi penelitian-penelitian

yang serupa di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktik

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada perusahaan

yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) dalam upaya

memaksimalkan nilai perusahaan sebagai tujuan utama perusahaan dan

menjadi bahan masukan serta acuan bagi investor dalam melakukan

investasi pada perusahaan yang pertama kali go public.

3. Manfaat Kebijakan

Bagi Bursa Efek Indonesia (BEI), penelitian ini bisa memberikan

sumbangan pemikiran dalam membuat regulasi terkait pengawasan

terhadap perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO).

13
BAB II

KERANGKA

TEORETIS 2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal (signaling theory)

Signalling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh Ross (1977) yang

menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik

mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi

tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat.

Hal positif dalam teori sinyal adalah perusahaan yang memberikan informasi

yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki

berita bagus dengan menginformasikan pada pasar keadaan perusahaan

mereka. Sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh

perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus maka tidak akan

dipercaya oleh investor.

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan

untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara

manajer perusahaan dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer

perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan

prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al,2013). Perusahaan

dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi

tersebut. Salahsatu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan

memberikan sinyal pada pihak luar, berupa informasi keuangan yang positif dan

dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek

14
perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan

kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2013).

Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman

akanmemberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.

Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar

akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada

waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi

tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis

informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news).

Pengumuman tersebut jika mengandung nilai positif, maka diharapkan

pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diteima oleh pasar. Teori

sinyal menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

karena informasi tersebut merupakan sinyal bagi investor dalam keputusan

berinvestasi. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis

karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau

gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang

akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Oleh sebab itu,

Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh

investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan

investasi (Puspita, 2014).

2.1.2Asymmetric Information Theory

Konflik kepentingan terus meningkankarena pihak principal tidak

dapatmemonitoraktivitasagent sehari-hari untuk memastikan bahwaagent

15
bekerjasesuai dengan keinginan para pemegang saham.Sebaliknya,agent

sendirimemiliki banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan

kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini memicu

timbulnyaketidakseimbangan informasi antaraprincipaldanagent. Kondisi ini

dinamakandengan asimetri informasi.

Menurut Rahmawati (2006) asimetri informasi merupakan sebuah

keadaan dimana manajer mempunyai akses informasi atas prospek perusahaan

yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Pada umumnya manajer tidak

memiliki pengetahuan yang lebih tentang pasar saham dan tingkat bunga di

masa yang akan datang, tetapi mereka umumnya lebih mengetahui kondisi dan

prospek perusahaan. Jika seorang manajer mengetahui prospek perusahaan

lebih baik dari analis atau investor maka muncul apa yang di sebut dengan

asymmetric information.

Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi

internal danprospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham

ataustakeholderslainnya.Dengan demikian beberapa konsekuensi tertentu hanya

akandiketahuipihak lain yang juga memerlukan informasi tersebut.Asimetri

informasidapat terjadi di antara dua kondisi ekstrim yaitu perbedaan informasi

yang kecilsehingga tidak mempengaruhi manajemen atau perbedaan yang

sangat signifikansehingga sangat berpengaruh terhadap manajemen dan harga

saham.Dampakpotensialasimetri informasiadalah timbulnya kegagalan pasar.

Dalam Asymmetric information juga terjadi pada investor terdapat dua

kelompok investor yaitu informed investor dan uninformed investor. informed

investor adalah investor yang memiliki informasi dan selalu memperoleh harga

16
surat berharga yang underpice sedang uninformed investor adalah investor yang

tidak memiliki informasi dan menyadari kemungkinan bahwa mereka cenderung

memperoleh proporsi yang lebih besar untuk saham yang overprice dibanding

informed investor. Oleh karena itu, agar uninformed investor terbujuk untuk

berpertisipasi pada pasar perdana, penawaran tersebut haus cukup underprie

supaya uninformed investor ini masih memperoleh return atas ketidak pastiannya

dan bisa menutupi kemungkinan kerugian akibat pembelian surat berharga yang

overpriced tersebut (Almira dan Titik, 2007).

2.1.3 Initial public offering (IPO)

Menurut Saifudin dan Dia (2016) proses awal go public adalah melakukan

penawaran saham perdana kepada masyarakat melalui pasar perdana yang

dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). Initial public offering

merupakan alternatif pendanaan dengan cara meningkatkan ekuitas kepemilikan

dengan menawarkan efeknya, seperti saham, obligasi dan surat-surat berharga

kepada masyarakat umum atau publik.

Proses penawaran umum saham perdana dapat dikelompokan menjadi

empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengajuan pernyataan pendaftaran,

tahap penawaran saham dan tahap pencatatan di Bursa Efek. Dari segi

perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan akan

memperkuat posisi permodalan, khususnya utang berbanding modal. Dana dapat

digunakan untuk ekspansi diversifikasi produk, atau mengurangi utang. Jadi,

dengan menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan

kemampuan dan nilai perusahaan. Pemegang saham yang sudah lama

menanam modal dalam perusahaan, dengan menjual sahamnya kepada

17
masyarakat akan memberikan indikasi berapa harga saham perusahaan

menurut pandangan masyarakat.

Perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum disebut juga

perusahaan terbuka atau perusahaan publik. Hal ini berarti bahwa perusahaan

tersebut sudah merupakan milik masyarakat pemegang saham dari perusahaan

yang bersangkutan. Besarnya kepemilikan tergantung dari besarnya presentase

saham yang dimiliki oleh investor. Perusahaan yang melakukan go public mudah

dikenali masyarakat karena di nama belakang perusahaan ditambahkan istilah

“Tbk” yang artinya perusahaan terbuka.

2.1.4 Underpricing

Underpricing, artinya bahwa harga saham pada saat penawaran perdana

lebih rendah dibanding dengan harga saham di pasar sekunder. Underpricing

juga dapat disebabkan karena adanya sinyal dari dalam perusahaan sehingga

menarik investor untuk berani membeli saham perdana perusahaan di atas harga

penawaran (Puspita, 2014). Underpricing terbentuk atas suatu kondisi dimana

secara rata-rata harga saham perusahaan yang baru go public, biasanya harga

pada penawaran perdana lebih rendah daripada harga saham di pasar sekunder.

Underpriced yang tinggi, akan merugikan jika dilihat dari sisi emiten karena

perusahaan tidak dapat memperoleh dana secara maksimal. (Pahlevi, 2014).

Beberapa literatur menjelaskan bahwa underpricing terjadi karena adanya

asymmetry information. Asimetri informasi antara underwriter dengan emiten

dapat terjadi dikarenakan underwriter memiliki informasi lebih baik tentang pasar

modal dibandingkan emiten. Underwriter akan memanfaatkan informasi yang

dimilikinya untuk membuat kesepakatan harga IPO yang optimal bagi dirinya,

18
dengan memperkecil risiko dalam keharusan membeli saham yang tidak laku

terjual sedangkan emiten akan memerima harga yang murah bagi penawaran

sahamnya karena kurang memiliki informasi.

Dalam Asymmetry information juga terjadi pada investor terdapat dua

kelompok investor yaitu informed investor dan uninformed investor. Informed

investor adalah investor yang memiliki informasi dan selalu memperoleh harga

surat berharga yang underpice sedang uninformedinvestor adalah investor yang

tidak memiliki informasi dan menyadari kemungkinan bahwa mereka cenderung

memperoleh proporsi yang lebih besar untuk saham yang overprice dibanding

informed investor. Oleh karena itu, agar uninformed investor terbujuk untuk

berpertisipasi pada pasar perdana, penawaran tersebut haus cukup underprice

supaya uninformed investor ini masih memperoleh return atas ketidakpastiannya

dan bisa menutupi kemungkinankerugian akibat pembelian surat berharga yang

overpriced tersebut.

2.1.5 Profitabilitas

Return On Equity (ROE) merupakan suatu rasio profitabilitas yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau

laba di masa yang akan datang (Sembiring, dkk 2018). ROE merefleksikan

seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah

diinvestasikan oleh pemegang saham baik secara langsung atau dengan laba

yang telah ditahan. Dengan mengetahui nilai ROE, investor dapat mengetahui

besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari modal sendiri di

masa yang akan datang.

19
ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang

saham dan juga bagi manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau

indikator penting dari shareholders value cration, artinya jika nilai ROE yang

semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu

menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi

penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya.

2.1.6 Earning Per Share (EPS)

Investor dalam melakukan investasi di pasar modal membutuhkan

ketelitian dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan saham.

Penilaian saham secara akurat dapat meminimalkan resiko agar tidak salah

dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, investor perlu menganalisis

kondisi keuangan perusahaan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan

investasi saham Untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan, investor

dapat melakukannya dengan menghitung rasio keuangan perusahaan yaitu

Earning Per Share (EPS).

EPSmerupakan laba per saham dari saham yang beredar selama periode

tertentu guna mewakili sejumlah rupiah yang diperoleh atas kepentingan saham

beredar dan digunakan sebagai alat analisis keuangan dengan menunjukkan

pendapatan perusahaan berdasarkan per lembar saham. EPS mengandung

informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan,

dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang, EPS mengambarkan

jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa atau laba bersih

perlembar saham biasa.

20
Pertumbuhan EPS merupakan ukuran penting kinerja perusahaan karena

menunjukan berapa banyak uang yang dihasilkan perusahaan untuk pemegang

sahamnya. Tidak hanya karena perubahan keuntungan namun juga setelah

semua dampak penerbitan saham baru. Menurut Gunawan dan Viriany (2015)

EPSyang tinggi, akan membuat semakin banyak investor yang mau membeli

saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi dalam hal ini dapat

berpengaruh terhadap underpricing.

2.1.7Financial Leverange

Financial leverange diproksikan melaluiDebt To Equity Ratio (DER) yang

merupakan suatu rasio keuangan yang menunjukkan presentase antara utang

dengan ekuitas yang dimiliki pemegang saham. Rasio keuangan utama

digunakan untuk menilai posisi keuangan suatu perusahaan dan ukuran

kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya(Saputra, 2016). Apabila

DER tinggi, maka ini menunjukan bahwa risiko perusahaan tinggi. Para investor

dalam melakukan keputusan investasi akan mempertimbangkan informasi

financial laverage sehingga meghindarkan penilaian harga perdana yang terlalu

tinggi yang menyebabkan terjadinya underpricing.

DER menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan

membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Maka

semakin besar financial leverage suatu perusahaan, akan menimbulkan

ketidakpastian harga saham perdana yang besar pula (Ahmad, 2018).

21
2.1.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan

kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang dan kecil.

Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar

kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan

yang ditentukan berdasarkan ukuran nominal, misalnya jumlah kekayaan dan

total penjualan perusahaan dalam satu periode penjualan, maupun kapitalisasi

pasar. Pengelompokkan perusahaan atas dasar skala operasi dapat dipakai oleh

investor sebagai salah satu variabel dalam menentukan keputusan (Hilmi dan Ali,

2008).

2.1.9 Reputasi Auditor

Salah satu syarat untuk emisi efek adalah laporan keuangan perusahaan

yang telah diperiksa oleh akuntan publik untuk 2 (dua tahun) belum terakhir

secara berturut-turut dengan pernyataan pendapat setuju (Unqualified opinim)

untuk tahun terakhir. Golongan akuntan ni adalah akuntan yang memberikan jase

profesinalnya kepada masyarakat. Dalam praktek, sebagian besar pekerja

akuntan publik adalah memeriksa laporan keuangan perusahaan.Pemeriksaan

ini harus dilakukan dengan prinsip - prinsip akuntan yang diterapkan secara

konsisten, bersifat bebas, dan tidak memihak dalam pelaksanaan pekerjaannya

akuntan publik akan memberikan pernyataan mendapat apakah laporan

keuangan dan hasil usaha perusahaan disajikan secara wajar (Kardi, 2014).

22
Reputasi auditor merupakan seorang auditor yang bertanggung jawab

untuk tetap menjaga kepercayaan publik dan menjaga nama baik auditor sendri

serta Kantor Akuntan Publik tempat auditor tersebut bekerja (Risal, 2014).

Auditor mempunyai tugas utama untuk melaksanakan audit atas laporan

keuangan perusahaan menurut standar audit yang ditetapkan Ikatan Akuntan

Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No.859/KMK.01/1987,

salah satu persyataran dalam proses go public adalah laporan keuangan yang

telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Perusahaan yang akan go public harus

memenuhi persyaratan bahwa laporan keuangan dua tahun terakhir adalah

unqualified opinion. Audit tersebut diperlukan agar publik memperoleh suatu

keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material,

sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai informasi yang diperlukan dalam rangka

pengambilan keputusan oleh calon investor.

2.1.10 Reputasi Underwriter

Proses perdagangan dipasar perdana dimulai dari tersedianya peran

profesional dan lembaga pendukung pasar modal. Dalam proses penjualan

sekuritas dipasar perdana, salah satu profesi pendukung pasar modal yang

berperan penting adalah penjamin emisi (underwriter).

Underwriter adalah suatu pihak yang menjadi perantara dan membantu

perusahaan ketika akan melakukan IPO terutama dalam penentuan harga saham

di pasar perdana. Dalam melakukan penjaminan emisi suatu efek, biasanya

underwriter membentuk suatu kelompok yang terdiri dari lead underwriter

(penjamin pelaksana emisi) dan anggota underwriter (penjamin emisi).

Underwriting suatu efek dilakukan dengan menandatangani kontrak penjaminan

emisi antara led underwriter dengan emiten.

23
Reputasi underwriter merupakan sinyal yang dapat digunakan calon

investor untuk mengurangi ketidakpastian (Yolana dan Martani,

2005).Underwriter yang mempunyai reputasi baik mempunyai beban moral untuk

memberikan transaksi yang menguntungkan bagi investor dengan menetapkan

harga yang cukup underprice untuk memastikan bahwa saham yang di jual

pertama kali di pasar sekunder harganya tidak jatuh lebih rendah dari harga yang

sudah di tentukan di pasar perdana. Di lain pihak, emiten berharap dengan

menggunakan underwriter bereputasi baik, harga saham mereka tidak terlalu

mengalami underpricing sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan dari

penjualan saham perdana tersebut.

2.1.10 Umur perusahaan

Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mmpertahankan eksistensi ditengah persaingan global. Semakin lama

perusahaan tersebut berdiri menandakan bahwa semakin mampu bertahan,

berinovasi dan berkembang (Waridatussulusi, 2018). Umur perusahaan diukur

dengan lamanya perusahaan beroperasi sejak dari tahun berdiri sampai

perusahaan tersebut melakukan penawaran saham perdana di bursa saham.

Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang

lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan

luas daripada perusahaan yang baru saja berdiri,perusahaan yang sudah lama

berdiri bisa dikatakan lebih berpengalaman dalam menghasilkan return bagi

perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya return yang

diterima oleh investor dalam jangka panjang, dengan demikian akan mengurangi

adanya asimetri informasi serta memperkecil ketidakpastian pasar dan akhirnya

24
akan mempengaruhi underpricing suatu perusahaan saat melakukan penawaran

perdana (Kurniawan, 2014).

2.1.12 Presentase Penawaran Saham

Persentase penawaran saham yang ditawarkan kepada investor

menunjukan seberapa besar kepemilikan perusahaan tersebut akan dimiliki oleh

publik. Persentase saham yang ditawarkan ke publik merupakan saham yang

akan dijual pada saat IPO, namun hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan

saham emiten yang akan dijual pada saat IPO. Proposi dari saham yang ditahan

dari pemegang saham lama dapat menunjukan aliran informasi dari saham

emiten ke calon investor. Prosentase penawaran saham dapat diukur melalui

prosentasepenawaran saham yang ditawarkan ke publik ketika perusahaan

melakukan IPO.

Persentase penawaran saham perusahaan dalam jumlah yang besar

menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan kepada publik juga besar.

Sebaliknya apabila persentase penawaran saham dalam jumlah yang kecil

berarti menunjukkan bahwa kepemilikan publik pada perusahaan itu juga

terbatas (Puspita, 2014).

2.2 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan faktor keuangan

dan faktor non keuangan terhadap underpricing. penelitian-penelitian tersebut

memberikan hasil yang berbeda – beda diantaranya :

Penelitian yang menguji pengaruh profitabilitas terhadap underpricing

pada saat IPO, diantaranya Yolana (2005), Mayasari, dkk (2018) dan Novita

(2019) yang menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan

25
profitabilitasterhadap underpricing sedangkan berbeda menurut Djashan (2017)

dan Sembiring, dkk (2018) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh

signifikan profitabilitas terhadap underpricing bahwa kondisi pasar memiliki

pengaruh terhadap underpricing.

Penelitian Ayuwardani (2018) dan Ahmad (2018) yang menemukan

adanya pengaruh positif dan tidak signifikanEPS terhadap underpricing. Berbeda

dengan penelitian Arfandy (2013) yang menemukan EPS tidak berpengaruh

negatif signifikan terhadap underpricing,sedangkan menurut Purwanti dan Eddy

(2017) dan Novita (2019) yang menemukan EPS tidak berpengaruh signifikan

terhadap underpricing.

Selain menguji pengaruh ROE dan EPS Novita (2019) juga meneliti

financial leverange terhadap underpricing yang menemukan bahwa financial

leverange tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Hal ini

sejalan dengan penelitian Djahsan (2017) dan yang menemukan bahwa financial

leverange tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Namun

berbeda dengan penelitian Kartika dan I Made (2017), Thoriq, dkk (2018) dan

Saifudin dan Dia (2016) membuktikan bahwa DER memiliki pengaruh signifikan

terhadap underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring, dkk (2018), Ahmad (2018) dan

Putro (2017) ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underpricing. Sedangkan berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Jayanti

(2017) dan Novita (2019) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap tingkat undepricing.

Penelitian terkait pengaruh reputasi auditor terhadap underpricing yang

dilakukan oleh Aryapranata dan Adityawarman (2017), Djashan (2017) dan

26
Lestari (2015) menyatakan bahwa reputasi auditor mempunyai pengaruh

signifikan terhadap tingkat underpricing, sedangkan menurut Assari, dkk (2014)

dan Novita (2019) reputasi auditor tidak berpengaruhsignifikan terhadap tingkat

underpricing.

Penelitian tentang pengaruh reputasi underwriter terhadap underpricing

saat IPO dibuktikan oleh Asrie dan Zaenal (2018) menemukan

underwriterberpengaruh positif dan signifikan, sedangkan Riyadi (2014) dan

Novita (2019) menemukan reputasi underwriter berpengaruh negatif dan

signifikan.Berbeda dengan penelitian Pahlevi (2014) dan Lestari (2015)

menemukan bahwa reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2019), Manurung dan Nila (2019)

menemukan umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underpricing, sedangkanmenurut Thoriq, dkk (2018) menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh signifikan terhadap umur perusahaan terhadap

underpricing.Namun penelitian menurut Novita (2019) dan Kurniawan (2014)

umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.

Penelitian Maya (2013), Putro (2017) dan Puspita (2014) menunjukkan

bahwa persentase saham yang ditawarkan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap underpricing.Namun berbeda dengan penelitian Kartika dan I Made

(2017) dan Novitasari dan Ari (2018) yang menguji pengaruh persentase

penawaran saham terhadap underpricing, yang menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh persentase penawaran sahan terhadap underpricing.

27
2.3 Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari variabel independen

Profitabilitas, EPS,financial leverange, ukuran perusahaan, reputasi auditor,

reputasi underwriter, umur perusahaan dan persentase penawaran saham ke

variabel dependen yaitu underpricing. kemudian dari kerangka pikir dapat

dikembangkan menjadi hipotesis dari penelitian ini.

Berdasarkan uraian dari kajian pustaka dan hasil penelitian-penelitian

terdahulu yang menguji Profitabilitas, EPS, financial leverange, ukuran

perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan dan

persentase penawaran saham pengaruh terhadap underpricing saham yang

melakukan IPO, maka peneliti dapat membuat kerangka pikir sebagai berikut :

Profitabilitas (X1)
Earning Per Share (EPS) (X2)

Financial Leverange (X3)

Ukuran perusahaan(X4) Tingkat

underpricing (Y)
Reputasi auditor (X5)

Reputasi underwriter (X6)

Umur perusahaan(X7)

Persentase penawaran saham(X8)

Sumber : diolah oleh peneliti Gambar 2.1


Kerangka Pikir

28
2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Profitabilitasterhadap underpricing

Profitabilitasyang diproksikan oleh Return On Equity (ROE) merupakan

rasio yang mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik

perusahaan atas modal yang diinvestasikan.

Berdasarkan signaling theory profitabilitas yang tinggi dapat menjadi

sinyal positif karena akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu

menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi

penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Oleh

sebab itu, semakin besar nilai ROE maka mencerminkan resiko perusahaan IPO

tersebut rendah, sehingga nilai ROE yang tinggi dapat mengurangi

ketidakpastian saham dimasa mendatang serta menunjukkan tingkat keamanan

investasi yang tinggi, maka perusahaan dapat optimal dalam memperoleh dana

dan menjual saham dengan harga optimal yang berarti juga semakin rendah

tingkat underpricing.

Penelitian yang dilakukan Novita (2019) menemukan bahwa terdapat

pengaruh profitabiitas terhadapunderpricing. Hasil ini sejalan dengan temuan

Mayasari (2018), Tyagita (2009) dan Waridatussulusi (2018). Temuan ini

menunjukan bahwa investor pada pasar perdana sangat memperhatikan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan labanya, sehingga risiko yang

ditanggung investor lebih kecil. Berdasarkan uraian diatas maka dibentuk

hipotesis :

H1 : Profitabilitasberpengaruh terhadap underpricing.

29
2.3.2 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap underpricing

Earning Per Share merupakan laba per saham dari saham yang beredar

selama periode tertentu guna mewakili sejumlah rupiah yang diperoleh atas

kepentingan saham beredar dan digunakan sebagai alat analisis keuangan

dengan menunjukkan pendapatan perusahaan berdasarkan per lembar saham.

EPSdigunakan sebagai alat ukur kinerja keuangan suatu perusahaan yang

penting bagi investor.

Berdasarkan signaling theory peningkatan EPS menandakan perusahaan

berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor untuk menambah jumlah

modal yang ditanam pada perusahaan. Apabila perusahaan mampu

meningkatkan laba untuk tiap lembar sahamnya, maka investor menganggap

bahwa perusahaan dapat memberikan deviden perlembar saham yang besar dan

menambah tingkat kepercayaan investor kepada perusahaan. Hal ini dilihat jika

semakin tinggi EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan

kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. EPS

yang tinggi akan membuat semakin banyak investor yang mau membeli saham

tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi, hal ini dapat berpengaruh

terhadap underpricing.

Hasil penelitian Diva (2018) mempeoleh hasil bahwa terdapat pengaruh

variabel EPS tehadap underpricing. temuan tersebut sejalan dengan hasil

penelitian Adriyani dan elva (2018) dan Ayuwardani (2017). Dari uraian diatas

maka di bentuk hipotesis :

H2 : Earning Per Share berpengaruh terhadap underpricing.

30
2.3.3 Pengaruh Financial leverange terhadap underpricing

Financial leverange diproksikan melalui Debt To Equity Ratio merupakan

rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang

digunakan untuk membayar utang. (Marofen dan Khairunnisa, 2015).

Berdasarkan signaling theoryDebt To Equity Ratio (DER) yang tinggi akan

menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan untuk

mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Maka Para

investor dalam melakukan keputusan investasi akan mempertimbangkan nilai

tersebut. Oleh sebab itu tingkat ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan

menyebabkan nilai underpricing akan semakin tinggi pula.

Hasil penelitian Saputra (2016) memperoleh hasil bahwa terdapat

pengaruh variabel DER tehadap underpricing. temuan tersebut sejalan dengan

hasil penelitian Widhiastina (2016) dan Kartika (2017). Dari uraian diatas maka di

bentuk hipotesis :

H3 : Financial leverange berpengaruh terhadap underpricing.

2.3.4 Pengaruh Ukuran perusahaan terhadap underpricing

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menentukan besar atau

kecilnya perusahaan yang ditunjukkan dengan total aset yang dimiliknya.

Semakin besar aset perusahaan akan mengindikasikan semakin besar ukuran

perusahaan tersebut.

31
Berdasarkan signaling theory suatu perusahaan dengan skala ekonomi

yang lebih tinggi dan lebih besar dianggap mampu bertahan dalam waktu yang

lama. Kebanyakan investor lebih memilih untuk menginvestasikan modalnya di

perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang lebih tinggi, karena investor

menganggap perusahaan tersebut dapat mengembalikan modalnya dan investor

akan mendapatkan keuntungan yang tinggi dan cenderung tidak dipengaruhi

oleh pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar

secara keseluruhan.Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal

masyarakat jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan

turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Hal ini akan mengurangi asimetri

informasi pada perusahaan yang besar sehingga akan mengurangi tingkat

underpricing daripada perusahaan kecil karena penyebaran informasi

perusahaan kecil belum begitu banyak.

Hasil penelitian Nuryasinta dan Haryanto (2017) mempeoleh hasil bahwa

terdapat pengaruh variabel ukuran perusahaan tehadap underpricing. temuan

tersebut sejalan dengan hasil penelitian Gunawan (2018) dan Sembiring (2018).

Dari uraian diatas maka di bentuk hipotesis :

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap underpricing

2.3.5 Pengaruh Reputasi auditor terhadap underpricing

Auditor yang mempunyai reputasi tinggi akan mengurangi kesempatan

emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan laporan keuangan atau informasi

yang tidak akurat ke pasar, sehingga investor dapat menginterprestasikan

informasi tersebut sebagai petunjuk bahwa emiten mempunyai informasi yang

menyesatkan mengenai prospek emiten di masa mendatang.

32
Berdasarkan signaling theory auditor yang bereputasi tinggi dapat

digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan. Auditor

yang bereputasi tinggi mempunyai komitmen yang lebih besar dalam

mempertahankan kualitas auditnya sehingga laporan perusahaan yang telah

diperiksa oleh auditor bereputasi tinggi akan memberikan keyakinan yang lebih

besar kepada investor akan kualitas informasi yang disajikan dalam prospektus

dan laporan keuangan perusahaan.Ketidakpastian yang rendah berasosiasi

dengan tingkat underpricing yang rendah. Hal ini berarti penggunaan auditor

bereputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian pada masa yang akan datang.

Hasil penelitian Rosyidah (2014) mempeoleh hasil bahwa terdapat

pengaruh variabel reputasi auditor tehadap underpricing. temuan tersebut sejalan

dengan hasil penelitian Johnson (2012) dan Aryapranata (2018). Dari uraian

diatas maka di bentuk hipotesis :

H5 : Reputasi auditor berpengaruh terhadap underpricing

2.3.6 Pengaruh Reputasi underwriter terhadap underpricing

Underwriter merupakan pihak yang mengetahui atau memiliki banyak

informasi pasar modal, sedangkan emiten merupakan pihak yang tidak

mengetahui pasar modal (Yasa, 2008). Bagi underwriter yang belum mempunyai

reputasi, akan sangat hati-hati untuk menghindari risiko tersebut. Untuk

menghindari risiko, maka underwriter menginginkan harga yang rendah. Bagi

underwriter yang memiliki reputasi tinggi, mereka berani memberikan harga yang

tinggi pula sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya.

33
Reputasi underwriter dapat dikatakan sebagai sinyal. Underwriter dengan

reputasi tinggi lebih mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan

penawaran saham yang diserap oleh pasar (Calen, 2011). Dengan demikian ada

kecendrungan underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga

yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminnya, sehingga tigkat

underpricing pun rendah. Maka semakin tinggi reputasi underwriter, semakin

rendah tingkat initial return yang didapatkan dan hal ini sejalan dengan signaling

theory.

Hasil penelitian Apriliani (2015) mempeoleh hasil bahwa terdapat

pengaruh variabel reputasi underwriter tehadap underpricing. Temuan tersebut

sejalan dengan hasil penelitian Novita (2019), Kardi (2014) dan Riyadi (2014).

Maka reputasi underwriter diyakini menjadi pertimbangan pentiing bagi investor

untuk membeli saham suatu perusahaan pada saat penawaran perdana. Dengan

demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H6 : Reputasi underwriter berpengaruh terhadap underpricing

2.3.7 Pengaruh Umur perusahaan terhadap underpricing

Umur perusahaan adalah perusahaan yang telah lama berdiri,

berkembang dan bertahan sehingga dapat dipersepsikan sebagai perusahaan

yang sudah tahan uji terhadap kadar resiko yang dialami, maka hal ini bisa

menarik investor karena diyakini perusahaan yang sudah lama berdiri bisa

dikatakan lebih berpengalaman dalam menghasilkan return bagi perusahaan

yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya return yang diterima oleh

investor dalam jangka panjang.

34
Umur perusahaan menunjukkan kredibilitas maupun reputasi perusahaan

dimata masyarakat. Jika perusahaan telah lama berdiri biasanya dianggap

memiliki kinerja yang baik sehingga menimbulkan kepercaayan investor dan

masyarakat. Perusahaan yang telah lama berdiri, secara tidak langsung

membuktikan bahwa perusahaan mampu bertahan dan meraih laba dalam

berbagai kondisi ekonomi dan akan mengurangi tingkat underpricing. Hasil ini

sejalan dengan signaling theory.

Hasil penelitian Waridatussulusi (2018) mempeoleh hasil bahwa terdapat

pengaruh variabel umur perusahaan tehadap underpricing. temuan tersebut

sejalan dengan hasil penelitian Tyagita (2009) dan Manurung dan Nila (2019).

Dari uraian diatas maka di bentuk hipotesis :

H7 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing

2.3.8 Pengaruh Presentase penawaran saham terhadap

underpricing

Persentase saham yang ditawarkan ke publik merupakan saham yang

akan dijual pada saat IPO, namun hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan

saham emiten yang akan dijual pada saat IPO. Proposi dari saham yang ditahan

dari pemegang saham lama dapat menunjukan aliran informasi dari saham

emiten ke calon investor. Semakin besar proposi saham yang dipegang oleh

pemegang saham lama semakin banyak informasi privat yang dimiliki oleh

pemegang saham lama.

Berdasakan signalling theory, tindakan entrepreneur dapat dilihat sebagai

sinyal positif bagi investor, karena entrepreneur lebih mengenal atau memiliki

35
informasi lebih mengenai perusahaan dari pada investor. Informasi tingkat

kepemilikan saham oleh entrepreneur akan digunakan oleh investor sebagai

pertanda bahwa prospek perusahaannya baik. Hal ini membuat investor akan

berusaha untuk mendapatkan saham emiten karena investor beranggapan

bahwa pemegang saham lama lebih mengetahui prospek perusahaan di masa

yang akan datang sehingga para pemegang saham lama enggan untuk

melepaskan saham nya. Hal ini dapat digambarkan sebagai sinyal dari pihak

emiten kepada investor bahwa, prospek perusahaan dimasa yang akan datang

akan semakin baik sehingga tingkat underpricing akan semakin kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspita, (2014), menemukan bahwa

pesentase saham yang ditawarkan memiliki pengaruh terhadap tingkat

underpricing. hasil temuan tersebut sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh

Putro (2014) dan Maya (2013). Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil

hipotesis:

H8 : Presentase penawaran saham berpengaruh terhadap underpricing

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan

penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun

2014 sampai dengan 2018 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Waktu penelitian yang

direncanakan dimulai dari bulan Desember 2019 sampai dengan Januari 2019.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan Initial

Public Offering (IPO) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode

2014 sampai dengan 2018. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode purposive sampling, dimana populasi akan dijadikan

sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu.

Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan yang mempunyai harga saham yang mengalami underpriced

atau initial return positif pada saat Initial Public Offering (IPO) pada tahun

2014 sampai dengan 2018 di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian.

3. Perusahaan memiliki data lengkap yang digunakan sebagai pengukuran

variabel dalam penelitian ini.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk angka angka (Ghozali,

2005). Data ini dapat berupa Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan tahun

37
2014 sampai dengan tahun 2018. Sumber data yang digunakan adalah data

sekunder, yaitu berupa data documenter yang dipublikasikan. Data sekunder

dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dari

Indonesia Stock Exchange (IDX) melalui website www.idx.co.id,

www.sahamok.com dan www.ebursa.co.id serta media internet lain yang

mendukung.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka dan studi

dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengamati, mencatat, serta

mempelajari uraian-uraian dari buku-buku, karya ilmiah berupa skripsi, artikel dan

mengakses langsung website Bursa Efek Indonesia. Data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini meliputi laporan tahunan perusahaan yang melakukan Initial

Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 sampai dengan

tahun 2018.

3.5 Model dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear

berganda untuk menguji pengaruh Return On Equity, Earning Per Share, Debt

To Equity Ratio, , ukuran perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter,

umur perusahaan dan persentase penawaran saham terhadap underpicing.

Dalam melakukan analisi regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian

asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak

terdapat masalah normalitas, heteroskedastisitas dan multikoliniearitas.

38
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis statistik deskriptif mempunyai

tujuan untuk mengetahui gambaran umum dari semua variabel yang digunakan

dalam penelitian ini, dengan cara melihat tabel deskriptif yang menunjukan hasil

pengukuran mean, nilai minimal dan maksimal, serta standar deviasi semua

variabel tersebut. Uji statistik deskriptif tersebut dilakukan dengan program

SPSS.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Cara untuk megetahui apakah data tersebut terdistribusi secara normal

atau tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S

test). Data terdistribusi normal apabila hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

nilai signifikan diatas 5% (0,05) .

3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengematan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dan residual dari satu pengamatan ke

pangamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Sedangkan jika

berbeda maka disebut heterokedastisitas. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi

39
ada atau tidaknya heterokedastisitas model regresi dengan cara melihat grafik

scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized

residual (SRESID). Ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu

X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan

yaitu:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.2.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terdapat korelasi,

berarti terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi multikolinearitas. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau nilai VIF > 10

(Ghozali, 2005).

3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Peneltian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi

berganda digunakan untuk menguji pengaruh ROE, EPS, DER, ukuran

perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan dan

presentase penawaran saham tehadap underpricing. Model regresi yang

dikembangkan untuk menguji hipotesis 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 yang telah

dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:

40
Model Regresi

UPit = α + β1 PROFit + β2 EPSit + β3 LEVit + β4 SIZEit + β5 RAUDit + β6

RUNDIit + β7 AGEit + β8 PPSit + e

Keterangan :

Upit : Underpricing

ɑ : koefisien konstanta (regresi yang diterima)

β1- β7 : Koefisien regresi variabel independen

PROF : Return On Equity

EPS : Earning Per Share

LEV : Financial Leverange

SIZE : Ukuran perusahaan

RAUD : dummy reputasi auditor

RUND : dummy Reputasi Underwriter

AGE : umur perusahaan

PPS : Presentase Penawaran Saham

I : perusahaan sampel

t : tahun 2014-2018 e :

error

3.5.4 Pengujian Hipotesis

3.5.4.1 Uji Koefisien Determinasi

Ghozali (2005) menyatakan bahwa koefisien determinasi yang dinyatakan

dengan adjusted R2 pada intinya mengukur berapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Jika nilai adjusted R2 semakin mendekati 1, berarti

41
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model dalam

pengujian regresi dan bertujuan untuk mengukur apakah semua variabel

independen dalam suatu model penelitian mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengukuran hipotesis dilakukan

dengan cara berikut (Ghozali 2005) :

1) H0 : β= 0, maka tidak ada pengaruh secara simultan antara variabel

bebas X terhadap variabel terikat Y.

2) H1 : β≠ 0, maka ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas

X terhadap variabel terikat Y.

3) Level of significant (α) sebesar 5%

4) Ketentuan yang digunakan adalah :

Jika tingkat signifikansi ≤ 0,05, maka hipotesis diterima

3.5.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengukur apakah suatu variabel independen dalam

suatu model penelitian mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel

dependen. Pengukuran hipotesis dilakukan dengan cara berikut (Ghozali, 2005):

1) H0: β = 0, maka tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel

bebas X terhadap variabel terikat Y.

2) H1 : β ≠ 0, maka ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas X

42
terhadap variabel terikat Y.

3) Level of significant (α) sebesar 5%.

4) Ketentuan yang digunakan adalah :

Jika tingkat signifikansi ≤ 0,05, maka hipotesis diterima

3.6 Definisi Operasional Variabel

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Underpricing, sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Profitabilitas, EPS,Financial leverange, Ukuran perusahaan, Reputasi

auditor, Reputasi underwriter, Umur perusahaan dan persentase penawaran

saham. Berikut ini deskripsi dari masing masing variabel tersebut:

3.6.1 Underpricing

Underpricing diukur dengan initial return saham yaitu selisih harga

penutupan hari pertama saham diperdagangkan di pasar sekunder dengan harga

penawarannya di pasar perdana dibagi dengan harga penawaran di pasar

sekunder. Secara sistematis initial return diformulasikan :

CP-OP
IR =
OP

Keterangan:

CP= Harga penutupan saham pada hari pertama dibursa efek

OP = Harga yang ditawarkan oleh emiten saat penjualan dipasar perdana

(primer)

43
3.6.2 Profitabilitas

Return on Equity merupakan sebuah rasio profitabililtas yang sering

dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai efektivitas perusahaan di

dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan ekuitas yang

dimiliki perusahaan. Menurut Mamduh (2016) Nilai ROE dapat diformulasikan

sebagai berikut :

Laba Bersih – Dividen Saham Preferen


ROE =
Rata-rata saham biasa

3.6.3 Earning per share

Earning Per Sharemerupakan rasio keuangan yang sering digunakan

oleh investor saham (atau calon investor saham untuk menganalisis kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki

(Mamduh, 2016). Pengukuran nilai dari EPS dapat diformulasikan :

Laba Bersih – Dividen Saham – Dividen Saham Preferen


EPS =
Rata-rata tertimbang jumlah saham beredar

3.6.4 Financial Leverange

Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio keuangan utama yang

digunakan untuk menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio ini juga

merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. DER

diukur dengan membandingkan total hutang (debt) dengan total ekuitas (equity).

Dapat ditulis sebagai berikut :

Total Hutang
DER =
Total Ekuitas

44
3.6.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menentukan besar atau

kecilnya perusahaan yang ditunjukkan dengan total aset yang dimiliknya.Besaran

perusahaan diukur dengan menghitung log natural total aktiva tahun terakhir

sebelum perusahaan tersebut listing (Kartini dan Payamta, 2002). Data

mengenai total aktiva perusahaan diperoleh dari prospectus perusahaan.

3.6.6 Reputasi auditor

Reputasi auditor adalah skala kualitas atau keahlian serta pengalaman

audit seorang auditor pada suatu bidang industri tertentu. Auditor sebagai salah

satu profesi penunjang pasar modal berfungsi melakukan pemeriksaan terhadap

laporan keuangan perusahaan yang akan melakukan go public. Reputasi auditor

akan berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan

melakukan IPO, sehingga hasil pengujian auditor ini sangat dibutuhkan oleh para

investor untuk pengambilan keputusan investasi. Reputasi auditor diukur

menggunakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 untuk auditor yang

berafiliasi dengan KAP big four serta nilai 0 yang tidak.

3.6.7 Reputasi undewriter

Reputasi underwriter adalah skala kualitas underwriter dalam penawaran

saham perusahaan. Untuk mengukur reputasi underwriter dengan menggunakan

peringkat underwriter. Dalam penelitian ini variabel reputasi underwriter diukur

dengan menggunakan variabel dummy untuk underwriter yang masuk dua puluh

besar dan terkemuka diberi skala 1, sedangkan 0 untuk undewriter tidak

terkemuka dan tidak masuk untuk emiten yang menggunakan underwriter yang

masuk dalam kelompok dua puluh underwriter teraktif (Pahlevi, 2014).

45
Pemeringkatan dua puluh underwriterteraktif diperoleh melalui fact book yang

mencantumkan daftar broker teraktif di BEI.

3.6.8 Umur perusahaan

Umur perusahaan merupakan seberapa lama perusahaan mampu

bertahan dan menjadi bukti perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil

kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang beroperasi

lebih lama mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menyediakan

informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada yang baru saja

berdiri. Secara sistematis variabel umur perusahaan dapat diukur dengan

lamanya perusahaan beroperasi yaitu sejak perusahaan itu didirikan

berdasarkan akta pendirian sampai dengan saat perusahaan melakukan IPO.

AGE = Tahun annual report – Tahun Perusahaan Didirikan

3.6.9 Presentase penawaran saham

Presentase penawaran saham merupakan jumlah saham yang

ditawarkan kepada publik. Persentase saham yang ditawarkan ke publik ini

merupakan saham yang akan dijual pada saat IPO, namun hanya sebagian kecil

dari jumlah keseluruhan saham emiten yang akan dijual pada saat IPO.

Persentase saham yang ditawarkan diukur dengan perbandingan jumlah

saham yang ditawarkan dengan modal ditempatkan dan disetor penuh. Secara

sistematis presentase penawaran saham diformulasikan :

Jumlah Saham Yang Ditawarkan


Presentase Saham = x 100
Total Saham Beredar

46
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan

penawaranumum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2014

sampai dengan 2018 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasilpemilihan sampel

sesuai dengan kriteria yang telah dibuat pada bab III, maka dapat dipilih sebanyak 100 sampel

perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 141.

Tabel 4.1
Kriteria Pengambilan Sampel

NO Keterangan Jumlah

1. Populasi perusahaan yang IPO di BEI 141


periode 2014 – 2018.
2. Perusahaan yang mempunyai initial return (12)
negatif pada saat IPO di BEI periode 2014 –
2018.
3. Perusahaan yang mengalami kerugian. (29)

4. Data tidak lengkap 0

Jumlah Sampel 100

Jumlah Observasi 100

Sumber : diolah oleh peneliti

4.2 Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-

rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel.

47
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


PROFITABILITAS 100 0,05706 1,25814 0,4189982 0,20699591
EPS 100 0,00080 15,57305 3,9091923 2,67159118
FINANCIAL LEVERAGE 100 0,08506 2,96501 1,1515087 0,58074750
SIZE 100 2,20501 2,56200 2,4654041 0,05679029
RAUD 100 0 1 0,16 0,368
RUND 100 0 1 0,54 0,501
AGE 100 1,00000 7,93725 3,9728927 1,71037316
PPS 100 0,00111 7,33333 0,7372778 1,32907804
UP 100 0,00000 0,70000 0,4005000 0,25086668
Valid N (listwise) 100

Sumber: data olahan SPSS

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menyajikan deskripsi data variabel

Underpricing, Profitabilitas, EPS, DER, ukuran perusahaan, reputasi auditor,

reputasi underwriter, umur perusahaan dan persentase saham yang ditawarkan.

Untuk variabel profitabilitas yang diproksikan dengan ROE diketahui nilai

minimum sebesar 0,05706 dimiliki oleh PT Sriwahana Adityakarta Tbk tahun

2018, dan nilai maximum sebesar 1,25814 dimiliki PT Borneo Olah Sarana

Sukses Tbk tahun 2018, dengan nilai rata rata 0,4189982 dimiliki PT Panca Budi

Idaman Tbk tahun 2017 dan standar deviasi sebesar 0,20699591 dimiliki oleh PT

Tridomain Performance Materials Tbk tahun 2018. Untuk nilai standar deviasi

dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi dari seluruh variabel lebih kecil dari pada

nilai rata-rata seluruh variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa data

terdistribusi dengan baik.

Variabel EPS diketahui nilai minimum sebesar 0,00080 dimiliki PT

Tridomain Performance Materials Tbk tahun 2018 dan nilai maksimum sebesar

48
15,57305 dimiliki PT MD Pictures Tbk tahun 2018 dengan nilai rata – rata

sebesar 3,9091923 dimiliki PT Hartadinata Abadi Tbk dan standar deviasi

sebesar 2,67159118. Untuk nilai standar deviasi dapat dilihat bahwa nilai standar

deviasi dari seluruh variabel lebih kecil dari pada nilai rata-rata seluruh variabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Nilai minimun variabel financial leverange adalah 0,08506 dimiliki PT.

Bank Ina Perdana Tbk tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 2,96501 dimiliki

PT. Bank Yudha Bhakti Tbk tahun 2015 dengan nilai rata – rata sebesar

1,1515087 dan standar deviasi sebesar 0,58074750. Untuk nilai standar deviasi

dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi dari seluruh variabel lebih kecil dari pada

nilai rata-rata seluruh variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa data

terdistribusi dengan baik.

Variabel ukuran perusahaan nilai minimum sebesar 2,20501 dimiliki oleh

PT Phapros Tbk tahun 2018 dan nilai maksimun sebesar 2,56200 dimiliki oleh PT

Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk tahun 2018 dengan nilai rata –

rata sebesar 2,4654041 dan standar deviasi sebesar 0,05679029. Untuk nilai

standar deviasi dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi dari seluruh variabel

lebih kecil dari pada nilai rata-rata seluruh variabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa data terdistribusi dengan baik.

Nilai minimum variabel reputasi auditor diproksikan dengan dummyyang

diketahui sebesar 0,00000 dimiliki PT Mitra Maparya Asuransi Tbk dan nilai

maksimum sebesar 1,00000 dimiliki PT Bank Dinar Indonesia Tbk dengan nilai

rata – rata sebesar 0,16 dan nilai standar deviasi sebesar 0,368. Untuk nilai

standar deviasi dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi dari seluruh variabel

49
lebih kecil dari pada nilai rata-rata seluruh variabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa data terdistribusi dengan baik.

Nilai minimum variabel reputasi underwriter sebesar 0,00000 dimiliki PT

Phapros Tbk. dan niai maksimum sebesar 1,00000 dimiliki PT Yelooo Integra

Datanet Tbk. dengan nilai rata – rata sebesar 0,54 dan standar deviasi sebesar

0,501. Untuk nilai standar deviasi dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi dari

seluruh variabel lebih kecil dari pada nilai rata-rata seluruh variabel sehingga

dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Variabel umur perusahaan diketahui nilai minimum sebesar 1,00000

dimiliki oleh PT PP Properti Tbk tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar

7,93725 dimiliki PT Phapros Tbk tahun 2018 dengan nilai rata – rata sebesar

3,9728927 dimiliki oleh PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk tahun 2014

dan standar deviasi sebesar 1,71037316. Untuk nilai standar deviasi dapat dilihat

bahwa nilai standar deviasi dari seluruh variabel lebih kecil dari pada nilai rata-

rata seluruh variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi

dengan baik.

Nilai minimum variabel presentase penawaran saham diketahui adalah

sebesar 0,00111 dimiliki oleh PT Bank BRIsyariah Tbk tahun 2018 dan nilai

maksimum sebesar 7,33333 dimiliki oleh PT Shield On Service Tbk tahun 2018

dengan nilai rata – rata sebesar 0,2684653 dimiliki oleh PT Anabatic

Technologies Tbk tahun 2015 dan standar deviasi sebesar 0,33525315. Untuk

nilai standar deviasi dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi dari seluruh variabel

lebih kecil dari pada nilai rata-rata seluruh variabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa data terdistribusi dengan baik.

50
Variabel underpricing diketahui memiliki nilai minimum sebesar 0,00347

dimiliki oleh PT Surya Pertiwi Tbk tahun 2018 dan nilai maksimum sebesar

0,70000 dimiliki oleh PT Batavia Prosperindo Trans Tbk tahun 2018 dengan nilai

rata – rata sebesar 0,7372778 dan nilai standar deviasi sebesar 0,25086668

dimiliki oleh PT Mitra Keluarga Tbk 2015.Untuk nilai standar deviasi dapat dilihat

bahwa nilai standar deviasi dari seluruh variabel lebih kecil dari pada nilai rata-

rata seluruh variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi

dengan baik.

4.3 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis dengan metode regresi

linear berganda, diperlukan uji asumsi klasik atas model yang digunakan untuk

memastikan bahwa dalam penelitian ini data yang digunakan terdistribusi secara

normal, tidak terjadi multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

4.3.1.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang

dibentuk dari variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal

atau tidak. Untuk mendeteksi normalitas secara statistik digunakan uji

kolmogorov smirnov. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat probabilitas

dari kolmogorov smirnov z statistik. Jika probabilitas z statistik lebih besar dari

0,05 maka nilai distribusi data dikatakan normal, sedangkan jika probabilitas z

statistik lebih kecil dari 0,05 maka nilai residual dalam suatu model regresi tidak

terdistribusi secara normal.

51
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 100
a,b Mean 0,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 0,20682809
Most Extreme Differences Absolute 0,081
Positive 0,073
Negative -0,081
Test Statistic 0,081
Asymp. Sig. (2-tailed) c
0,099

Sumber: data olahan SPSS

Output yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa

nilai signifikansi (Asymp.Sig 2-tailed) sebesar 0,099. Oleh karena itu nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05, maka disimpulkan bahwa data terdistribusi

dengan normal dan model regresi pada penelitian ini layak untuk digunakan.

4.3.1.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Penelitian ini menggunakan grafik scatterplot untuk menentukan

heteroskedastisitas, dimana di dalam titik-titik yang terbentuk dalam grafik

scatterplot harus menyebar secara acak, tersebar baik diatas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi

heteroskedastisitas dan model regresi layak digunakan. Hasil uji

heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukan pada

sebagai berikut :

52
Gambar 4.1

Grafik Scatterplot

Dari output di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola

yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam

model regresi.

4.3.1.3 Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas

dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai

cutoffyang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah

53
nilai Tolerance ≥ 0,1 atau nilai VIF ≤ 10 (Ghozali, 2005). Untuk melihat ada

tidaknya multikolinearitas pada model ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF

PROFITABILITAS 0,924 1,082

EPS 0,945 1,058


FINANCIAL LEVERAGE 0,927 1,079
SIZE 0,865 1,156
RAUD 0,913 1,095
RUND 0,926 1,080
AGE 0,943 1,060
PPS 0,940 1,064

Sumber: data olahan SPSS

Hasil uji multikolinearitas ditunjukkan pada Tabel 4.5 dapat diketahui

bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF

kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi

masalah multikolinearitas.

4.4 Interpretasi Model

Pembuatan persamaan regresi berganda dapat dilakukan dengan

menginterpretasikan angka-angka yang ada di dalam unstandardized

coefficientbeta pada tabel berikut :

54
Tabel 4.6

Interpretasi Model

Unstandardized
Variabel coefficient (β) Thitung Sig. T
(Constant) 2,933 2,902 0,005
PROFITABILITAS -0,378 -3,472 0,001
EPS -0,007 -0,845 0,400
FINANCIAL LEVERAGE -0,004 -0,115 0,908
SIZE -0,866 -2,109 0,038
RAUD -0,001 -0,009 0,993
RUND -0,162 -3,595 0,001
AGE -0,032 -2,460 0,016
PPS 0,010 0,595 0,553

R Square = 0,320
Ajd. R Square = 0,261
F hitung = 5,360
Sig. F = 0,000

Sumber: data olahan SPSS

Persamaan regresi :

Y = 2,933 - 0,378 X1-- 0,007 X2-- 0,004 X3 - 0,866 X4 - 0,001 X5- 0,162 X6- 0,032
X7 + 0,010 X8

Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diinterpretasikan beberapa

hal, antara lain :

1. Nilai konstanta dari model regresi adalah 2,933yang berarti jika variabel

independen profitabilitas, EPS, DER, ukuran perusahaan, reputasi

auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan dan presentase

penawaran saham adalah 0 maka underpricing adalah positif senilai

2,933.

2. Variabel profitabilitas memiliki nilai koefisien dengan arah negatif

sebesar- 0,378. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan

55
profitabilitas sebesar 1 satuan, maka underpricing akan mengalami

penurunan sebesar 0,378dengan asumsi variabel independen lain

dianggap konstan.

3. Variabel EPS memiliki nilai koefisien dengan arah negatif sebesar–

0,0007 Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan EPS

sebesar 1 satuan, maka underpricing akan mengalami penurunan

sebesar 0,0007 dengan asumsi variabel independen lain dianggap

konstan.

4. Variabel financial leverangememiliki nilai koefisien dengan arah negatif

sebesar -0,004. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan

financial leverangesebesar 1 satuan, maka underpricing akan

mengalami penurunan sebesar 0,004dengan asumsi variabel

independen lain dianggap konstan.

5. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien dengan arah negatif

sebesar - 0,866. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan

ukuran perusahaan sebesar 1 satuan, maka underpricing akan

mengalami penurunan sebesar 0,866dengan asumsi variabel

independen lain dianggap konstan.

6. Variabel reputasi auditor memiliki nilai koefisien dengan arah negatif

sebesar- 0,001. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan

reputasi auditor sebesar 1 satuan, maka underpricing akan mengalami

penurunan sebesar 0,001dengan asumsi variabel independen lain

dianggap konstan.

7. Variabel reputasi underwriter memiliki nilai koefisien dengan arah

negatif sebesar - 0,162. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi

56
kenaikanreputasi underwriter sebesar 1 satuan, maka underpricing

akan mengalami penurunan sebesar 0,162dengan asumsi variabel

independen lain dianggap konstan.

8. Variabel umur perusahaan memiliki nilai koefisien dengan arah negatif

sebesar - 0,032. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan

umur perusahaan sebesar 1 satuan, maka underpricing akan

mengalami penurunan sebesar 0,032dengan asumsi variabel

independen lain dianggap konstan.

9. Variabel persentase saham yang ditawarkan memiliki nilai koefisien

dengan arah positif sebesar 0,010. Hal ini menggambarkan bahwa jika

terjadi kenaikan persentase saham yang ditawarkan sebesar 1 satuan,

maka underpricing akan mengalami kenaikan sebesar 0,010dengan

asumsi variabel independen lain dianggap konstan.

4.5 Pembuktian Hipotesis

4.5.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari Tabel 4.6 dapat diperoleh nilai

koefisien determinasi (Adj. R Square) untuk model regresi adalah sebesar0,261.

Hasil ini berarti bahwa 26,1% variasi underpricing saham dapat dijelaskan oleh

variabel independen profitabilitas, EPS, DER, ukuran perusahaan, reputasi

auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan dan presentase penawaran

saham. Sedangkan sisanya 73,9% dijelaskan oleh variabel laninnya yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

57
4.5.2 Uji F

Hasil ujisimultan model regresi dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7

Uji Simultan (Uji F)


Variabel
Dependen (Y) F Sig.
Underpricing 5,360 0,000b
Sumber: data olahan SPSS

Berdasarkan pada Tabel 4.7 di atas, untuk model regresi dari delapan

variabelindependen yang dianalisis yaitu profitabilitas, EPS, financial leverange,

ukuran perusahaan, reputasi auditor,reputasi underwriter, umur perusahaan dan

presentase penawaran saham secarasimultan berpengaruh terhadap

underpricing. Pengujian statistik (Uji-F)menunjukan bahwa dari delapan variabel

bebas secara simultan signifikan pada a = 0,000b. Karena probabilitas

signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapatdisimpulkan bahwa secara bersama-

sama variabel profitabilitas, EPS, DER, ukuran perusahaan, reputasi auditor,

reputasi underwriter, umur perusahaan dan presentase penawaran saham

berpengaruh terhadap underpricing.

4.5.3 Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan dari variabel-

variabelindependen terhadap variabel dependen. Pengujian parsial

menggunakansignifikansi 5% (0,05) karena dinilai cukup memadai dalam

perbandingan antarvariabel-variabel pengambilan keputusan berdasarkan

58
probabilitas. Hasil darimodel statistik secara parsial yang dapat dilihat pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8
Uji Parsial (Uji t)

Variabel Sig.
X1 (Profitabilitas) 0,001
X2 (EPS) 0,400
X3 (Financial Leverange) 0,908
X4 (SIZE) 0,038
X5 (Reputasi auditor) 0,993
X6 (Reputasi underwriter) 0,001
X7 (Umur perusahaan) 0,016
X8 (Presentase Saham) 0,553

Sumber: data olahan SPSS

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) diatas menunjukan variabel profitabilitas

berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi

yang lebih kecil dari α (0,001 < 0,05).Dengan demikian H1 yang menyatakan

profitabilitas berpengaruh terhadap underpricing, diterima. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Novita (2019), Mayasari (2018), Tyagita (2009) dan

Waridatussulusi (2018) yang telah membuktikan bahwa profitabilitas

berpengaruh terhadap underpricing.

Hasil pengujian secara parsial menunjukan variabel EPS tidak berpengaruh

terhadap underprcing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih besar

dari α (0,400 >0,05).Dengan demikian H2 yang menyatakan EPS berpengaruh

terhadap underpricing, ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian Purwanti dan

Eddy (2017) dan Novita (2019) yang menemukan EPS tidak berpengaruh

terhadap underpricing.

59
Hasil pengujian secara parsial menunjukan variabel financial leverange

tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansi yang lebih besar dari α (0,908 >0,05).Dengan demikian H3 yang

menyatakan financial leverange berpengaruh terhadap underpricing, ditolak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Novita (2019) dan Djahsan (2017)

yang menemukan bahwa financial leverangetidak memiliki pengaruh terhadap

underpricing.

Hasil pengujian secara parsial menunjukan variabel ukuran perusahaaan

berpengaruh terhadap underprcing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang

lebih kecil dari α (0,038 >0,05).Dengan demikian H4 yang menyatakan ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap underpricing, diterima. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Nuryasinta dan Haryanto (2017), Gunawan (2018) dan

Sembiring, dkk (2018), yang menemukan ukuran perusahaan memiliki pengaruh

terhadap underpricing

Hasil pengujian secara parsial menunjukan variabel reputasi auditor tidak

berpengaruh terhadap underprcing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang

lebih besar dari α (0,993 >0,05).Dengan demikian H5 yang menyatakan reputasi

auditor berpengaruh terhadap underpricing, ditolak. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Assari, dkk (2014) dan Novita (2019) yang menemukan reputasi auditor

tidak berpengaruh terhadapunderpricing.

Hasil pengujian secara parsial menunjukan variabel reputasi underwriter

berpengaruh terhadap underprcing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang

lebih kecil dari α (0,001 <0,05).Dengan demikian H6 yang menyatakan reputasi

underwiter berpengaruh terhadap underpricing, diterima. Hasil ini

60
sejalan dengan penellitian Hasil penelitian Apriliani (2015), Novita (2019) dan

Kardi (2014) menemukan reputasi underwriter berpengaruh terhadap

underpricing.

Hasil pengujian secara parsial menunjukan variabel umur perusahaan

berpengaruh terhadap underprcing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang

lebih kecil dari α (0,016 <0,05).Dengan demikian H7 yang menyatakan umur

perusahaan berpengaruh terhadap underpricing, diterima. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Waridatussulusi (2018), Tyagita (2009) dan Manurung dan Nila

(2019). yang menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap

underpricing.

Hasil pengujian secara parsial menunjukan variabel presentase

penawaran saham tidak berpengaruh terhadap underprcing. Hal ini dapat dilihat

dari nilai signifikansi yang lebih besar dari α (0,553 >0,05).Dengan demikian H8

yang menyatakan presentase penawaran saham berpengaruh terhadap

underpricing, ditolak. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian Kartika dan I

Made (2017) dan Novitasari dan Ari (2018), yang menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh persentase penawaran sahan terhadap underpricing.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh profitabilitas terhadap Underpricing

Berdasarkan hasil pengujian menunjukan variabel profitabilitas yang

diproksikan dengan ROE memiliki pengaruh negatif terhadap Underpricing. Hal

ini menunjukan bahwa investor pada pasar perdana sangat memperhatikan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan labanya, sehingga risiko yang

ditanggung investor lebih kecil.

61
Berdasarkan signaling theory profitabilitas yang tinggi dapat menjadi sinyal

positif karena akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba

di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor

sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Oleh sebab itu, semakin

besar nilai ROE maka mencerminkan resiko perusahaan IPO tersebut rendah,

sehingga nilai ROE yang tinggi dapat mengurangi ketidakpastian saham dimasa

mendatang serta menunjukkan tingkat keamanan investasi yang tinggi, maka

perusahaan dapat optimal dalam memperoleh dana dan menjual saham dengan

harga optimal yang berarti juga semakin rendah tingkat underpricing.Hasil ini

sejalan dengan temuan Novita (2019), Mayasari (2018), Tyagita (2009) dan

Waridatussulusi (2018).

4.6.2 PengaruhEarning Per Share (EPS) terhadap Underpricing

Berdasarkan hasil pengujian menunjukan variabel profitabilitas yang

diproksikan dengan EPS tidak berpengaruh terhadap Underpricing. Hal ini

menggambarkan bahwa investor yang melakukan kegiatan investasi merupakan

investor jangka panjang. Investor tidak hanya menginginkan keuntungan jangka

pendek atau investor yang tujuannya hanya ingin memperoleh initial return, akan

tetapi lebih kepada kinerja perusahaan jangka panjang.

Investor menginginkan bahwa perusahaan dapat dikelola dengan sebaik-

baiknya sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama. Selain itu, investor

berharap bahwa dana hasil penjualan saham kepada masyarakat dapat dikelola

dengan baik oleh perusahaan secara efektif dan efisien. Perusahaan harus

secara tepat menggunakan dana hasil penjualan saham agar tidak terjadi

pengeluaran yang tidak berguna atau tidak menguntungkan. Dengan kata lain

62
perusahaan harus melakukan seleksi yang tepat untuk melakukan investasi apa

saja yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan di masa yang akan

datang. Dengan demikian nilai EPS yang tinggi atau rendah tidak menjadi faktor

utama bagi investor untukmenanamkan modalnya pada suatu perusahaan

sehingga tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.Hasil ini sejalan

dengan penelitian Purwanti dan Eddy (2017) dan Novita (2019) yang

menemukan EPS tidak berpengaruh terhadap underpricing.

4.6.3 PengaruhFinancial Leverange terhadap Underpricing

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel financial leverange tidak

berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini dapat terjadi dikarenakan

ketidakpercayaan investor atas informasi keuangan yang disajikan oleh emiten

dalam prospektus perusahaan. DER tidak berpengaruh terhadap underpricing

juga disebabkan rasio hutang ini lebih mencerminkan risiko perusahaan yang

relatif tinggi sehingga investor cenderung menghindari saham-saham yang

memiliki DER tinggi. Para investor menghindari saham tersebut untuk

meminimalkan risiko investasi yang kemungkinan dapat terjadi.

Berdasarkan signaling theoryDebt To Equity Ratio (DER) yang tinggi akan

menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan untuk

mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Maka Para

investor dalam melakukan keputusan investasi akan mempertimbangkan nilai

tersebut. Oleh sebab itu tingkat ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan

menyebabkan nilai underpricing akan semakin tinggi pula. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Novita (2019) dan Djahsan (2017) yang menemukan

bahwa DERtidak berpengaruh terhadap underpricing

63
4.6.4 Pengaruhukuran perusahaanterhadap Underpricing

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap underpricing. Artinya, semakin besar ukuran

perusahaan maka semakin kecil terjadinya underpricing. Tingkat ketidakpastian

perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang

tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat

mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan. Oleh karena

itu investor dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan ukuran

perusahaan, jika dibandingkan dengan pengambilan keputusan informasi yang

berkenaan dengan ukuran perusahaan, sehingga tingkat underpricing

perusahaan yang berskala besar cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan

perusahaan yang berskala kecil.

Berdasarkan signaling theory suatu perusahaan dengan skala ekonomi

yang lebih tinggi dan lebih besar dianggap mampu bertahan dalam waktu yang

lama. Kebanyakan investor lebih memilih untuk menginvestasikan modalnya di

perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang lebih tinggi, karena investor

menganggap perusahaan tersebut dapat mengembalikan modalnya dan investor

akan mendapatkan keuntungan yang tinggi dan cenderung tidak dipengaruhi

oleh pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar

secara keseluruhan.mempeoleh hasil bahwa terdapat pengaruh variabel ukuran

perusahaan tehadap underpricing. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nuryasinta

dan Haryanto (2017), Gunawan (2018) dan Sembiring, dkk (2018), yang

menemukan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing.

64
4.6.5 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap

underpricing. Hal ini disebabkan bahwa investor tidak mempertimbangkan

reputasi auditor dalam menilai emiten yang melakukan IPO.Berdasarkan

signaling theory auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda

atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan. Auditor yang bereputasi tinggi

mempunyai komitmen yang lebih besar dalam mempertahankan kualitas

auditnya sehingga laporan perusahaan yang telah diperiksa oleh auditor

bereputasi tinggi akan memberikan keyakinan yang lebih besar kepada investor

akan kualitas informasi yang disajikan dalam prospektus dan laporan keuangan

perusahaan.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika emiten yang menyewa auditor yang

reputasional akan menunjukkan initial return yang lebih rendah dibandingkan

dengan emiten yang tidak menggunakan auditor yang tidak punya nama. Artinya

bahwa peran auditor dalam pemeriksaan dan pengujian terhadap laporan

keuangan perusahaan-perusahaan yang go-publik belum memberikan keyakinan

yang memadai di mata investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan Assari, dkk

(2014) dan Novita (2019) yang menemukan reputasi auditor tidak

berpengaruhterhadap tingkat underpricing.

4.6.6 Pengaruh Reputasi Underwriterterhadap Underpricing

Hasil pengujian menunjukan bahwa variabel reputasi underwriter

berpengaruh negatif terhadap underpricing. Dalam proses penawaran perdana

underwriter memiliki peran penting untuk membantu emiten dalam proses IPO.

Underwriter memiliki informasi sedangkan emiten tidak terlalu mengenal

65
keadaan pasar begitu pula sebaliknya underwriter lebih memiliki informasi

mengenai emiten dari pada investor.

Underwriter dengan reputasi tinggi akan dipercaya oleh investor sehingga

investor akan tertarik untuk membeli saham yang ditawakan oleh underwriter

tersebut dibandingkan dengan saham yang ditawarkan oleh underwriter yang

tidak memiliki reputasi yang baik. Hal ini dapat dikarenakan underwriter yang

bereputasi baik dianggap mampu memberikan informasi yang relevan mengenai

prospek dan resiko yang dimiliki oleh emiten. Menurut signaling theory emiten

akan memberikan sinyal bahwa prospek emiten kedepannya baik dengan

menggunakan underwriter bereputasi baik karena investor beranggapan bahwa

underwriter yang memiliki reputasi sudah berpengalaman dan mengetahui

prospek dari emiten yang ditanggungnya sehingga emiten akan menggunakan

underwriter yang bereputasi baik. Hasil ini sejalan dengan penellitian Hasil

penelitian Apriliani (2015), Novita (2019) dan Kardi (2014) menemukan reputasi

underwriter berpengaruh negatif dan signifikan.

4.6.7 Pengaruh umur perusahaan terhadap Underpricing

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan

berpengaruh negatif terhadap underpricing. Umur perusahaan menunjukan

seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan menjadi bukti perusahaan

mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam

perekonomian.Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi

yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut.

Berdasarkan signaling theoryperusahaan yang telah lama berdiri, secara

tidak langsung membuktikan bahwa perusahaan mampu bertahan dan meraih

66
laba dalam berbagai kondisi ekonomi dan akan mengurangi tingkat underpricing.

Sedangkan perusahaan yang belum lama berdiri akan lebih sulit dalam

membentuk ramalan laba dibandingkan dengan perusahaan yang telah lama

berdiri. Hasil ini sejalan dengan penelitian Waridatussulusi (2018), Tyagita (2009)

dan Manurung dan Nila (2019). yang menemukan bahwa umur perusahaan

berpengaruhnegatif terhadap underpricing.

4.6.8 Pengaruh presentase penawaran saham terhadap Underpricing

Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa variabel presentase

penawaran saham tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini disebabkan

bahwa besar kecilnya saham yang ditawarkan kepada publik belum bisa

menjelaskan prospek perusahaan di masa akan datang. Meskipun proporsi

saham yang ditawarkan kepada publik itu tinggi, belum tentu mampu

menyatakan private informasi perusahaan tidak ada dan belum mampu

menentukan nilai ketidakpastian return dimasa mendatang.

Perbedaan signifikansi yang terjadi didukung oleh penelitian Lutfianto

(2013) yang menyatakan bahwa para investor yang menganggap bahwa secara

umum dalam penawaran umum perdana, prosentase saham yang ditawarkan

tidak akan melebihi prosentase mayoritas pemegang saham di perusahaan

karena tujuan perusahaan melakukan IPO untuk mendapatkan tambahan modal,

bukan untuk mendapatkan investor yang ingin mengambil alih kepemilikan

perusahaan. Sehingga besar kecil prosentase penawaran saham tidak

mempengaruhi keputusan investor. Hal ini juga mengindikasikan bahwa investor

akan melakukan pembelian saham yang ditawarkan ke publik bukan berorientasi

pada jumlah lembar saham yang ditawarkan tetapi berapa nilai penawaran

67
saham. Hasil ini sejalan dengan temuan penelitian Kartika dan I Made (2017)

dan Novitasari dan Ari (2018), yang menunjukkan bahwa tidak terdapat

pengaruh persentase penawaran sahan terhadap underpricing.

68
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat di simpulkan bahwa:

1. Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE)

menunjukkan hasil berpengaruh terhadap Underpricing. Hal ini disebabkan

karena investor pada pasar perdana sangat memperhatikan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan labanya, sehingga risiko yang ditanggung

investor lebih kecil.

2. EPS tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini menunjukkan

bahwainvestor mungkin kurang memperhatikan nilai EPS untuk keputusan

investasi.

3. DER tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Hal ini terjadi

dikarenakan ketidakpercayaan investor atas informasi keuangan yang

disajikan oleh emiten dalam prospektus perusahaan.

4. Ukuran perusahaan berpengaruh pengaruh terhadap underpricing. Hal ini

dilihat perusahaan dengan skala ekonomi yang lebih tinggi dan lebih besar

dianggap mampu bertahan dalam waktu yang lama.

5. Reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.Hal ini

disebabkan bahwa investor tidak mempertimbangkan reputasi auditor

dalam menilai emiten yang melakukan IPO.

6. Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hal ini

dikarenakan undewriter yang bereputasi baik dianggap mampu

memberikan informasi yang relevan mengenai prospek dan resiko yang

69
dimiliki oleh emiten. Tingginya permintaan yang dilakukan oleh investor

akan menyebabkan harga saham meningkat sehingga kemungkinan terjadi

underpricing semakin besar.

7. Umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini karena

perusahaan mampu bertahan, bersaing dan dapat mengambil kesempatan

bisnis yang ada dalam perekonomian.

8. Presentase penawaran saham tidak berpengaruh signifikan terhadap

underpricing. Hal ini disebabkan bahwa besar kecilnya saham yang

ditawarkan kepada publik belum bisa menjelaskan prospek perusahaan di

masa akan datang.

5.2 Keterbatasan

Dalam penelitian ini variabel independen belum mampu menjelaskan tingkat

underpricing yang melakukan IPO secara keseluruhan. Hal ini disebabkan tingkat

kontribusi variabel independen dalam penelitian ini sebesar 26,1%. Sedangkan

sisanya 73,9% dijelaskan oleh faktor – faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini.

5.3 Saran

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan

mengidentifikasi variabel lain yang dapat mempengaruhi underpricing, serta

menggunakan periode pengamatan dengan tahun yang baru.

70
DAFTAR PUSTAKA

Adriyani Linda Dan Elva Nuraina. 2018.Pengaruh Return On Assets (ROA) Dan
Earning Per Share (EPS) Terhadap Underpricing Saham Perdana Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi. ISSN : 2337 – 9723.

Ahmad, Srifatmawati. 2018. Analisis Fenomena Underpricing Saham Perdana Di


Bursa Efek Indonesia (BEI). Journal Economic and Business Of Islam.
Vol. 3 No. 1. Juni 2018. ISSN : 2528-0317. Hal : 69-90.

Almira, S dan Titik I. 2007. Pengaruh OwnershipRetention dan Underpricing


terhadap Nilai Perusahaan yang IPO di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Manajemen dan Akuntansi Vol. 2 No. 2, Mei 2007. Hal :126-141.

Apriliani, Kukuh Mutia., “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing


Ketika Initial public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2008-2012”. Naskah Publikasi, FEB Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2015.

Arfandy, Ridho Purba., “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing


pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-
2012.” Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Jember. 2014

Aryapranata, Eliezer Kurnia Dan Adityawarman. 2017. Pengaruh Reputasi


Auditor, Reputasi Underwriter, Dan Persentase Free Float Terhadap
Tingkat Underpricing Pada Initial Public Offering (Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun
2012-2014). Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Hal : 1-9.

Asrie, Shinta Puspita & Zaenal Arifin. 2018. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public
Offering Di Bursa Efek Indonesia.JurnalUniversistas Islam Indonesia.
Hal : 3-14.

Assari, Hestytia Nirmala, Ahmad Juanda Dan Eny Suprapti. 2014. Pengaruh
Financial Leverage, ROI, ROE, Reputasi Auditor, Dan Reputasi
Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing Saham Pada Saat IPO Di
BEI. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan ISSN: 2088-0685 Vol.4 No.
1, April 2014. Hal : 545-554.

Ayuwardani, Rizky Primadita. 2018. Pengaruh Informasi Keuangan Dan Non


Keuangan Terhadap Underpricing Harga Saham Pada Perusahaan
Yang Melakukan Initial Public Offering (Studi Empiris Perusahaan Go
Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).
Jurnal Nominal. Vol. 7 No. 1. Hal :143-158.

Calen. 2011. Analisis Factor – Factor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham


Perusahaan Yang Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2003-2008. Jurnal Murni Sadar (Jms). Vol. 1 No. 1. Hal : 47-66.

71
Diva, Riyanti Arintia. 2018. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Saham Pada Saat Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2015. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan
BisnisUniversitas LampungBandar Lampung2018.

Djashan, Indra Arifin. 2017 Analisis Faktor-Faktor Terhadap Underpricing Saham


Perdana.Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2. Hal : 251-258.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:


Badan Penerbit UNDIP.

Gunawan, Mega & Viriany Jodin. 2015. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang Melakukan Initial
Public Offering yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Vol. XX, No. 02,
Hal : 174-192.

Hadi, Sofyan 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham


Perdana Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering.
Jurnal Akuntansi & Perpajakan Jayakarta, Volume I, No. 1, Juli 2019.

Hanafi, M Mamduh dan Abdul Halim, 2016. Analisis Laporan Keuangan. Edisi
Kelima.UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ). Proseding Simposium
Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia.

Jayanti, Kiki Dwi 2017. Pengaruh Size, Return On Assets Dan Financial
Leverage Terhadap Tingkat Underpricing Penawaran Saham Perdana
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011–2016. JurnalAkuntansi
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Johnson. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Harga


Saham IPO Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI.Jurnal Akuntansiku
Universitas Sumatera Utara, Vol.1, No.1.

Kardi, Novie. 2014. Pengaruh Reputasi KAP Dan Reputasi Penjamin Emisi
Terhadap Underpricing Pada Saat Initial Public Offering (IPO) (Pada
Perusahaan Yang Melakukan IPO Tahun 2011-2012 Di BEI). Artikel
Skripsi.Universitas Negeri Padang.

Kartika, Gusti Ayu Sri dan I Made Pande Dwiana Putra. 2017.
Faktor-FaktorUnderpricingInitial Public Offering Di Bursa Efek Indonesia.
ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universiitas Udayana Vol.19.3.
Juni (2017) Hal : 2205-2233.

Kartini dan Payamta., (2002), “Analisis Perilaku Harga Saham Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pada Penawaran Perdana”, Prespektif, Vol 7, No
2, Desember 2002. Hal :182-190.

72
Kristiantari, I Dewa Ayu. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Humanika. Vol. 2. No. 2 Juni 2013.
Hal : 785-811.

Kurniawan, Lydia. 2014. Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi Pada


Fenomena Underpricing Yang Terjadi Saat Penawaran Umum Saham
Perdana Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal AkuntansiVolume XVIII, No. 3 Spetember 2014: 371-382.

Lestari, Anggelia Hayu, Raden Rustam dan Hidayat Sri Sulasmiyati 2015.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada
Penawaran Umum Perdana Di BEI Periode 2012-2014. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 25 No. 1 Agustus 2015. pp. 1-9.

Lutfianto, Ary Sukma. 2013. Determinan Initial Return Saham Go Public Tahun
2006-2011. Jurnal Imu Manajemen, Volume 1 No. 1,Januari 2013.

Manurung, Sarah Torgara Aprillia dan Nila Firdausi Nuzula. 2019. Pengaruh
Variabel Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saat Initial Public
Offering (IPO) (Studi Pada Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2015-2018). JurnalAdministrasi Bisnis (JAB) Vol.
69No.1April2019. Hal : 58:66.

Marofen, Ramadani Dan Khairunnisa, Se., Mm. 2018. Pengaruh Reputasi


Underwriter, Listing Delay, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Dan
Financial Leverage Terhadap Underpricing Saham Perdana. Jurnal e-
Proceeding of ManagementVol.2, No.1 April 2015. Hal : 289:296.

Maya, Rista. 2013. “Pengaruh Kondisi Pasar, Persentase Saham yang


Ditawarkan, Financial Leverage, dan Profitabilitas Terhadap
Underpricing Saham yang IPO di BEI Periode 2007-2011”.Naskah
Publikasi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Mayasari, Yusuf, Dan Agung, 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat


Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial
PublicOffering Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kajian
Akuntansi, Vol 2, (1), 2018, Hal. 41-53.

Novita, Liskia 2019. Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap
Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering
(IPO) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Khairun Ternate.

Novitasari, Dewi dan Ari Dewi Cahyati. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Saham Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek
Indonesia (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun (2013-2016). Jurnal PETA, Vol 3 No 1,
Januari 2018. Hal 34-64.

Nuryasinta, Amalia Dan Mulyo Haryanto. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Initial Return Pada Perusahaan Non Keuangan Yang

73
Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di BEI Periode 2010-
2015.Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis universitas Diponegoro
Semarang.

Pahlevi, Reza Widhar. 2014. Analisis Faktor-faktor yang mempenggaruhi


UnderpricingSaham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek
Indonesia.Jurnal Siasat Bisnis.Vol. 18 No.2. Hal.219-232.

Purwanti, Dan Eddy Irsan Siregar. 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesiaperiode 1996-2015. Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi dan
Bisnis Vol. 2, No.1, Oktober 2017. Hal.73-93.

Puspita, Rahma Indria. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing


Pada Saat Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2012.” Skripsi, FEB Universitas Diponogoro. 2014

Putro, Herbnu. 2017. Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan,


Persentase Saham Yang Ditawarkan, Earning Per Share, Dan Kondisi
Pasar Terhadap Underpricing Saham Pada Saat Initial Public Offering
(IPO) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2015. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Rahmawati, dkk. 2006. Pengaruh AsimetriInformasi terhadap Praktik Manajemen


Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi IX.

Riyadi, Ricky. 2014. Pengaruh Reputsai Underwriter, Ukuran Perusahaan, Umur


Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Underpricing Pada Penwaran
Umum Perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-
2012.Jurnal: Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

Risal. 2014. UnderpricingInformasi Akuntansi Dan Non Akuntansi Dalam Initial


Public Offering (IPO). P.ISSN: 1979-858X. Vol. VII No. 1, April 2014.
Hal. 42-55.

Ross, S. A. (1977). The Determination of Financial Structure: The Incentive


Signaling Approach. Bell Journal of Economics and Management
Science,Vol. 8(1): 23-40.

Rosyidah, Lailatur. 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Reputasi


Underwriter dan Reputasi Auditor Terhadap Tingkat Underpricing.Jurnal
Ilmu Manajemen Vol.2 No.3 Juli 2014. Hal : 965:978.

Saputra,Anom Cahaya Dan I G. N. Suaryana. 2016. Pengaruh Umur


Perusahaan, Ukuran Perusahaan,Return On Assetsdan Financial
Leverage Pada Underpricing Penawaran Umum Perdana.E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 15.2, 2016, hal. 1201-1227.

Saifudin Dan Dia Rahmawati 2016. Pengaruh Informasi Akuntansi Dan Non
Akuntansi Terhadap Underpricing Ketika Initial Public Offering Di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis, 1 (1), 2016, Hal:
33–46.

74
Sembiring, Era Franatalia, Gina Rahmawati & Ferby Wijaya Kusumawati. 2018.
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Inspirasi Bisnis dan
Manajemen, Vol 2, (2), 2018, Hal. 167-176

Thoriq, Kemas Nurcholish, Sri Hartoyo, & Hendro Sasongko. 2018. Faktor
Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Saat
IPO Di BEI tahun 2010-2016. Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis,
Vol. 4 No. 1, Januari 2018. Hal. 19-31.

Tyagita, Ayu. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing


Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007). Skripsi, FE
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2009.

Waridatussulusi, Myla. 2018. Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non-Keuangan


Terhadap Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Initial Public Offering
(IPO) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017. Skripsi. Fakultas
Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.

Widhiastina, Putu Dan Rida Prihatni. 2016. Pengaruh Return On Asset, Financial
Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadapunderpricing Pada
Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek
Indonesia.Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi. Volume 11, No.2,Tahun
2016. Hal : 1-119.

Wolk,et al (2001).“Signaling, Agency Theory, Accounting Policy


Choice”.
Accounting and Business Research. Vol. 18. No 69. Hal : 47-56.

www.e-bursa.com

www.idx.com

www.sahamok.com

Yasa, G. W. 2008. Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di


Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Volume 8. No.3, Mei
2008. Hal. 95-110.

Yolana, Chastina., Dan Dwi Martani. 2005. Variabel - Variabel Yang


Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham
Perdana Di BEJ Tahun 1994-2001. Simposium Nasional Akuntansi VII
Solo.

75
LAMPIRAN 1

TABEL PENELITIAN TERDAHULU

NO PENELITI VARIABEL METODE HASIL


PENELITIAN
1 Novita (2019) Y = Underpricing Regresi ROE berpengaruh
X1 = ROE Berganda negatif terhadap
underpricing.
X2 = DER EPS tidak
X3 = EPS
berpengaruh signifikan
X4 = Size
terhadap underpricing.
X5 = Reputasi Auditor
EPS tidak
X6= Reputasi Underwriter
berpengaruh signifikan
X7 = Umur Perusahaan
terhadap underpricing.
Size tidak
berpengaruh signifikan
terhadap underpricing.
Reputasi auditor
berpengaruh negatif
terhadap underpricing.
Reputasi underwriter
tidak berbengaruh
terhadap underpricing.
Umur perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap underpricing.
2. Ayuwardani Y = Underpricing Regresi EPS berpengaruh
(2018) Berganda negatif terhadap
X1 = EPS underpricing.
X2 = ROE ROE berpengaruh
X3 = DER positif terhadap
X4 = Reputasi underwriter underpricing.
X5 = Umur perusahaan DER tidak
berpengaruh terhadap
underpricing.
Reputasi underwriter
berbengaruh negatif
terhadap underpricing.
Umur perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap underpricing

3. Kartika dan I Y = Underpricing Regresi Reputasi penjamin


Made (2017) Berganda emisi tidak
X1 = Reputasi penjamin berpengaruh signifikan
emisi terhadap underpricing.
X2 = Reputasi KAP Reputasi KAP tidak

76
X3 = Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
X4 = Financial leverage terhadap underpricing.
X5 = Persentase saham Ukuran perusahaan
pemilik lama berpengaruh negatif
X6 = Tujuan penggunaan signifikan terhadap
dana underpricing.
Financial leverange
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
underpricing.
Presentase saham
tidak berpengaruh
terhadap underpricing.
Tujuan penggunaan
dana tidak
berbengaruh terhadap
underpricing.

4. Manurung dan Y = Underpricing Regresi Reputasi


Nila (2019) Berganda Underwriterberpengar
X1 = Reputasi uh negatif terhadap
Underwriter underpricing.
X2 = Reputasi Auditor Reputasi
X3 = Umur Perusahaan Auditorberpengaruh
X4 = Jenis Industri negatif terhadap
X5 =Persentase underpricing.
Penawaran Saham Umur Perusahaan
berpengaruh positif
terhadap underpricing.
Jenis Industri tidak
berpengaruh terhadap
underpricing.
Presentase saham
tidak berpengaruh
terhadap underpricing.

5. Maya (2013) Y = Underpricing Regresi Kondisi pasar tidak


Berganda berpengaruh signifikan
X1 = Kondisi pasar negatif terhadap
X2 = Presentase saham underpricing.
X3 = financial leverange Persentase saham
X4 = profitabilitas yang ditawarkan
berpengaruh signifikan
positif terhadap
underpricing.
Financial leverage
tidak berpengaruh
signifikan positif
terhadap underpricing.

77
Profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan
negatif terhadap
underpricing.

78
LAMPIRAN 2

TABEL DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

NO VARIABEL ALAT UKUR KETERANGAN


1. CP–OP IR = Initial return
Underpricing IR = CP = Clossing price
OP OP = Offering Price
2. Laba Bersih – Dividen Saham Preferen

Profitabilitas ROE =
Rata-rata saham biasa

3.
Earning per EPS = Laba Bersih – Dividen Saham –Dividen Saham Preferen
share Rata-rata tertimbang jumlah saham beredar

4.
Financial Total Hutang
Leverange DER =
Total Ekuitas

5. Ukuran Log natural total aktiva


perusahaan
6. 1 untuk emiten yang
Reputasi Variabel dummy. menggunakan Auditor
auditor 1 dan 0. yang masuk kriteria, 0
yang tidak.
7. 1 untuk emiten yang
Reputasi Variabel dummy. menggunakan
underwriter 1 dan 0. Underwriteryang
masuk kriteria, 0 yang
tidak.
8. Umur AGE = Tahun annual report – Tahun Perusahaan Didirikan
perusahaan
9. Presentase Saham = Jumlah Saham Yang Ditawarkan x 100
Presentase
penawaran Total Saham Beredar
saham

79
LAMPIRAN 3

TABEL TABULASI DATA

KODE UNDER PROF EPS DER SIZE RAUD RUND AGE PPS
SAHAM
ASMI 0,500 0,2604704 2,0014800 1,3581820 2,4480650 0 0 7,5498344 0,4415391
BINA 0,125 0,2143728 1,6639261 0,0850641 2,4970658 0 0 4,7958315 0,5101076
BALI 0,136 0,6076944 5,1228324 1,3565445 2,4696635 0 1 2,6457513 0,3453180
WTON 0,288 0,5748143 3,3918202 1,7309941 2,5229244 0 1 4,0000000 0,2377104
MDIA 0,094 0,4170105 3,4904285 0,6627154 2,4843559 0 1 2,2360680 0,1081080
DAJK 0,106 0,3833200 4,4796070 1,0361760 2,4892712 0 1 4,0000000 0,6666667
LINK 0,500 0,3350979 4,7791235 0,4679077 2,5264237 0 1 4,1231056 0,3272819
MGNA 0,476 0,2441533 2,5423891 2,0732319 2,4449434 0 0 5,3851648 0,0492083
BPII 0,100 0,3695305 4,5260187 0,4850323 2,4376084 0 0 3,8729833 1,5004183
TARA 0,698 0,0811146 0,6900000 0,7385943 2,4837678 0 1 2,6457513 0,6655574
DNAR 0,700 0,1664344 1,2556160 1,4575330 2,4792125 1 0 4,7958315 0,2857143
BIRD 0,146 0,7692478 5,8081425 1,7771816 2,5416023 0 1 3,4641016 0,1771265
SOCI 0,127 0,4673485 0,0130000 1,3056396 2,4487286 0 1 1,7320508 0,2964658
IMPC 0,500 0,4955495 5,7896237 1,0841925 2,5027561 0 1 5,6568542 0,3449425
AGRS 0,700 0,1842553 1,4374626 2,3969974 2,5176601 0 1 6,3245553 0,1880585
IBFN 0,007 0,2817317 2,7080502 2,2319705 2,5154393 1 1 4,6904158 0,2078634
BBYP 0,696 0,2219688 1,9685100 2,9650092 2,5201076 1 0 5,0000000 0,1017550
MIKA 0,247 0,5506081 3,6375862 0,4758555 2,5125456 0 1 5,0000000 1,8947349
PPRO 0,124 0,3207756 2,4527278 1,2836216 2,5206167 0 1 1,0000000 0,5379231
DMAS 0,043 0,3883589 3,1014427 0,4345119 2,5557514 0 1 4,5825757 0,1000000
MMLP 0,496 0,4449825 5,9454206 0,6906619 2,5120524 1 1 2,0000000 3,6869368
BOLT 0,500 0,1974328 6,6630114 0,8584151 2,4815518 0 1 5,6568542 0,2000000
ATIC 0,036 1,0536724 3,6953584 2,1526551 2,4785032 0 0 3,6055513 0,2686667
BIKA 0,500 0,6723394 4,6169011 1,8975486 2,5046194 1 1 2,6457513 0,3391517
MKNT 0,700 0,1895344 0,4382549 0,2967103 2,4101315 0 0 2,4494897 0,2000010
DPUM 0,500 0,2537746 1,9657128 0,5275177 2,5012236 1 1 1,4142136 0,3986685
IDPR 0,152 0,5290989 1,5390154 0,6259379 2,4965250 1 0 6,0827625 0,1512731
KINO 0,013 0,3847735 3,7658405 0,8986029 2,5262623 1 1 6,4807407 0,0961447
MTRA 0,157 0,5586392 3,8286414 1,0718242 2,4202450 0 1 5,9160798 0,2833333
MARI 0,027 0,6041227 7,0689128 0,8777261 2,4153656 0 1 3,0000000 0,2810497
POWR 0,027 0,4871630 0,0055000 1,4082500 2,4851130 0 1 4,8989795 0,9357160
SHIP 0,700 0,3808393 0,0071000 0,6068720 2,3630122 0 1 5,0990195 0,3549478

80
INCF 0,659 0,1915334 2,5572273 1,3007466 2,4532788 0 0 5,7445626 0,1170362
WSBP 0,102 0,5012481 3,0511670 1,5018083 2,5366076 0 0 1,0000000 0,0011975
PBSA 0,050 0,6841925 4,9931500 1,0013713 2,4747688 0 1 3,6055513 0,5979363
AGII 0,055 0,1673206 3,2657594 1,3390296 2,5412010 0 1 6,6332496 0,9227613
PRDA 0,015 0,6835484 4,3656432 1,8905962 2,4648593 0 0 5,1961524 0,0312500
BOGA 0,699 0,1929622 3,8422441 0,5148759 2,4180783 0 0 2,0000000 0,2294079
BELL 0,193 0,2002172 11,1412429 1,0121231 2,4500400 0 1 6,9282032 0,0048333
MPAB 0,500 0,8861711 4,4067192 0,0857690 2,4924824 0 1 3,7416574 0,7375186
CLEO 0,696 0,4451240 3,4339872 1,1566912 2,4698610 0 0 5,2915026 0,3888889
CSIS 0,500 0,2314143 3,3978585 1,0402127 2,4337560 0 1 4,5825757 5,3140097
FINN 0,695 0,2360046 4,8903491 2,3070982 2,4797266 1 0 5,9160798 2,8570496
FROZ 0,500 0,2730827 1,8341802 1,7543635 2,4536772 0 1 2,0000000 4,0000000
HOKI 0,103 0,4462331 3,2958369 0,8260542 2,4482850 0 1 3,6055513 2,3855129
HRTA 0,107 0,5489821 3,9080150 0,9388498 2,4873896 0 1 3,4641016 0,4166669
IPCM 0,058 0,5896144 5,3074258 0,8814645 2,4661459 1 0 7,4833148 0,0477167
KMRT 0,496 0,4466499 5,7727487 1,6179382 2,5321530 0 1 5,0000000 1,1333247
MARK 0,496 0,4929168 8,0511401 1,0584388 2,4188415 0 1 3,7416574 0,3750000
MCAS 0,495 0,7013679 6,3135480 1,3241377 2,3212835 0 1 2,4494897 7,0319657
MPOW 0,700 0,3590349 4,9767337 1,8163601 2,4461936 0 0 3,0000000 0,2638286
PBID 0,035 0,4182142 5,1789706 0,8425384 2,4957957 0 1 5,1961524 0,5802008
PORT 0,075 0,6362005 6,1426609 1,1007252 2,4835647 0 1 3,6055513 3,8780488
TGRA 0,700 0,7986608 0,0700000 0,2883384 2,4373285 0 0 4,5825757 0,0400000
TOPS 0,497 0,5631313 5,1998221 1,8401274 2,5213020 0 1 4,5825757 0,5513138
WEGE 0,021 0,4711268 3,2063983 0,4630793 2,5101901 0 1 2,8284271 0,1671309
WOOD 0,077 0,3140954 3,7683836 1,0747591 2,5248334 0 0 5,1961524 0,4000000
CAMP 0,497 0,3088286 5,5745466 0,9300548 2,4860124 0 0 4,6904158 0,0564972
NASA 0,699 0,4561758 0,9300000 0,3389849 2,4807093 0 0 1,4142136 0,2667000
BOSS 0,500 1,2581446 2,8015405 1,3556577 2,4478478 0 0 2,4494897 0,0025000
BPTR 0,700 0,1592827 1,5216990 1,2410275 2,4440084 0 1 1,7320508 0,2375000
BRIS 0,069 0,1970754 3,2402459 1,7641312 2,3512713 1 1 7,0000000 0,0011113
CITY 0,700 0,6648163 4,3710921 1,1657510 2,4638142 0 0 2,4494897 0,0511538
DFAM 0,696 0,6644451 2,3706175 0,1962250 2,4378658 0 0 2,4494897 0,2074669
DIVA 0,112 0,4396186 4,9751463 2,7642797 2,4128726 0 0 3,7416574 0,0096903
DUCK 0,495 0,4749060 5,0498560 0,8137352 2,4615876 0 0 2,0000000 0,0487016
FILM 0,495 0,6450154 15,5730498 0,6133635 2,4251589 0 0 3,8729833 0,0735904
GHON 0,500 0,4954206 3,9437155 1,3534301 2,4533009 0 1 4,0000000 0,9025409
GOOD 0,498 0,5464253 4,0391842 1,3529916 2,5298772 1 0 4,7958315 2,5792915
HKMU 0,496 0,3130646 4,7319790 1,5547807 2,4866599 0 0 2,6457513 0,2153199
IPCC 0,046 0,7409903 9,4845572 0,6419584 2,4444929 1 1 2,2360680 0,0240237
JSKY 0,500 0,4666398 3,4339872 1,7750759 2,4540851 0 1 3,0000000 1,6222028
KPAL 0,696 0,2722831 4,4632609 1,9732149 2,4700752 0 0 3,6055513 0,1295077

81
LAND 0,500 0,2414537 4,4404135 0,9290700 2,4517892 0 0 2,2360680 0,0204555
LUCK 0,497 0,3756723 3,2580965 0,6273650 2,3980280 0 1 7,0000000 0,1293645
MAPA 0,500 0,5459628 4,8121844 1,3593269 2,5214347 1 1 1,4142136 0,0125684
MGRO 0,502 0,2039712 2,1053529 1,1520977 2,4836056 0 1 2,4494897 0,3999997
MOLI 0,500 0,2863927 3,6109179 0,6485315 2,4998907 0 0 7,6157731 0,9745007
MSIN 0,050 0,5448838 4,0016809 1,0681261 2,4801202 0 1 4,1231056 0,1913692
NFCX 0,497 0,2347574 1,5411591 0,8514617 2,3679160 0 1 2,0000000 0,1199994
POLL 0,496 0,3036529 2,1517622 1,4324829 2,5273400 0 0 1,7320508 0,5666666
PRIM 0,500 0,2841465 2,1972246 0,4657061 2,4410398 0 0 2,0000000 0,1824677
PZZA 0,005 0,6182804 5,1179938 1,7438951 2,4993314 1 1 5,4772256 0,2739710
SATU 0,692 0,2784267 14,6631785 1,8572649 2,4363195 0 0 2,2360680 0,2166666
SKRN 0,500 0,4890369 4,3564524 1,4664068 2,4924495 0 0 4,5825757 0,4000000
SOSS 0,500 0,3630152 2,9236991 1,9687325 2,4302431 0 0 3,6055513 7,3333333
SPTO 0,026 0,5353728 4,4252058 1,2699734 2,5100321 0 1 6,2449980 0,1851852
SWAT 0,700 0,0570579 0,3800000 0,7991590 2,4523282 0 1 5,1961524 0,3140676
TDPM 0,500 0,2670540 0,0008000 1,0602889 2,4272768 0 1 3,7416574 0,0036372
TNCA 0,693 0,4838771 2,4087453 1,0868947 2,3354272 0 0 4,6904158 1,3859810
URBN 0,500 0,1965856 3,3065203 1,6751708 2,4857063 0 0 7,0710678 0,0833300
ZONE 0,497 0,4609061 2,4742669 1,0959891 2,4424557 0 0 3,4641016 3,0987734
DIGI 0,700 0,3006184 1,4158532 1,3496490 2,3231275 0 0 2,2360680 0,3876923
PEHA 0,503 0,4226071 6,6147256 0,8225436 2,2050145 0 0 7,9372539 0,6705727
YELO 0,489 0,3379098 11,7575173 0,8197617 2,5454514 0 0 1,0000000 0,0789474
RISE 0,693 0,0916781 1,0986123 0,4767501 2,5055703 0 1 3,7416574 0,4184333
BTPS 0,497 0,5452017 4,5747110 0,8564578 2,5620012 1 1 2,0000000 0,4500000
NICK 0,700 0,3754035 2,7080502 0,9131492 2,3680645 0 0 3,1622777 0,2556679
PANI 0,694 0,0978695 3,1851122 0,9771573 2,3871345 0 0 4,1231056 0,1733333
POLA 0,689 0,2856499 2,1138430 0,2456208 2,4369055 0 0 4,0000000 0,3180125

82
LAMPIRAN 4

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PROFITABILITAS 100 ,05706 1,25814 ,4189982 ,20699591


EPS 100 ,00080 15,57305 3,9091923 2,67159118
FINANCIAL LEVERAGE 100 ,08506 2,96501 1,1515087 ,58074750
SIZE 100 2,20501 2,56200 2,4654041 ,05679029
RAUD 100 0 1 ,16 ,368
RUND 100 0 1 ,54 ,501
AGE 100 1,00000 7,93725 3,9728927 1,71037316
PPS 100 ,00111 7,33333 ,7372778 1,32907804
UP 100 ,00000 ,70000 ,4005000 ,25086668
Valid N (listwise) 100

LAMPIRAN 5

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 100
a,b Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation ,20682809
Most Extreme Differences Absolute ,081
Positive ,073
Negative -,081
Test Statistic ,081
Asymp. Sig. (2-tailed) c
,099
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

83
LAMPIRAN 6

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Grafik Scatterplot Model Regresi

LAMPIRAN 7

UJI MULTIKOLINEARITAS
Coefficients
a
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 2,933 1,011 2,902 ,005
PROFITABILITAS -,378 ,109 -,312 -3,472 ,001 ,924 1,082

EPS -,007 ,008 -,075 -,845 ,400 ,945 1,058

FINANCIAL -,004 ,039 -,010 -,115 ,908 ,927 1,079


LEVERAGE
SIZE -,866 ,410 -,196 -2,109 ,038 ,865 1,156

RAUD -,001 ,062 -,001 -,009 ,993 ,913 1,095

RUND -,162 ,045 -,323 -3,595 ,001 ,926 1,080

AGE -,032 ,013 -,219 -2,460 ,016 ,943 1,060


PPS ,010 ,017 ,053 ,595 ,553 ,940 1,064

a. Dependent Variable: UP

84
LAMPIRAN 8

PENGUJIAN MODEL REGRESI

Model Summary
b
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate

1 a ,320 ,261 ,21572796


,566

a. Predictors: (Constant), PPS, RAUD, EPS, AGE, RUND,


FINANCIAL LEVERAGE, PROFITABILITAS, SIZE b. Dependent
Variable: UP

LAMPIRAN 9

a. UJI F

ANOVA
a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1,995 8 ,249 5,360 b
,000
Residual 4,235 91 ,047
Total 6,230 99

a. Dependent Variable: UP
b. Predictors: (Constant), PPS, RAUD, EPS, AGE, RUND, FINANCIAL
LEVERAGE, PROFITABILITAS, SIZE

85
LAMPIRAN 10

b. UJI T

Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2,933 1,011 2,902 ,005


PROFITABILITAS -,378 ,109 -,312 -3,472 ,001

EPS -,007 ,008 -,075 -,845 ,400

FINANCIAL LEVERAGE -,004 ,039 -,010 -,115 ,908

SIZE -,866 ,410 -,196 -2,109 ,038

RAUD -,001 ,062 -,001 -,009 ,993

RUND -,162 ,045 -,323 -3,595 ,001

AGE -,032 ,013 -,219 -2,460 ,016

PPS ,010 ,017 ,053 ,595 ,553

a. Dependent Variable: UP

86

Anda mungkin juga menyukai