Anda di halaman 1dari 100

PENGARUH JUMLAH PENGUSAHA KENA PAJAK,

PEMERIKSAAN PAJAK, DAN SURAT TAGIHAN PAJAK

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

(Studi pada KPP Pratama Kayu Agung Periode 2017-2019)

Skripsi Oleh :

JUNITA MELINDA

01031181621038

AKUNTANSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2021
i
ii
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS KARYA ILMIAH

Yang betanda tangan dibawah ini :

Nama : Junita Melinda

Nim : 01031181621038

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Akuntansi

Bidang Kajian/Konsentrasi : Perpajakan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul :

“PENGARUH JUMLAH PENGUSAHA KENA PAJAK, PEMERIKSAAN


PAJAK, DAN SURAT TAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)”
PERPAJAKAN
(Studi Pada KPP Pratama Kayu Agung Periode 2017-2019)
Pembimbing :

Ketua : Hj.Ermadiani,S.E,.M.M,.Ak

Anggota : Eka Meirawati,S.E,.M.Si,.Ak

Tanggal Ujian : 15 Januari 2021

Adalah benar hasil karya sendiri. Dalam skripsi ini tidak ada kutipan hasil karya orang lain
yang tidak disebut sumbernya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila pernyataan saya tidak
benar dikemudian hari, saya bersedia dicabut predikat kelulusan dan gelar keserjanaan.

Indralaya, 15 Januari 2021


Pembuat pernyataan,

JUNITA MELINDA
NIM. 01031181621038

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran.


Jalan keluar beriringan dengan kesukaran. Dan sesudah kesulitan pasti akan
datang kemudahan” (HR.Tirmidzi)

“Saat dikasih kemudahan, tugas selanjutnya adalah menghindari


menggampangkan”

- NKCTHI

Kupersembahkan untuk:

• Papa dan Mama tercinta


• Saudara-saudaraku tersayang
• Teman-temanku
• Almamaterku

iv
KATA PENGATAR

Alhamdulilahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, petunjuk,

dan pertolongan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak

terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (Studi pada KPP Pratama Kayu

Agung Periode 2017-2019).”

Skripsi ini membahas mengenai pengaruh yang terbentuk antara jumlah

pengusaha kena pajak, pemeriksaan pajak dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan

pajak pertambahan nilai. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai input bagi penulis untuk

memperbaiki di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan

sebagai informasi tambahan bagi yang membutuhkan.

Indralaya, 15 Januari 2021

Junita Melinda
NIM. 01031181621038

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis hanturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul, “Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena
Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)” (Studi Pada KPP Pratama Kayu Agung Periode 2017-2019).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi
program Strata Satu (S-1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini, izinkan penulis menyampaikan ucapan Terima Kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor Universitas Sriwijaya.
2. Bapak Prof. Dr. Taufiq, SE, M.S.i selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya.
3. Bapak Arista Hakiki, S.E., M.Acc., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sriwijaya.
4. Ibu Hj.Ermadiani, S.E.,M.M,.Ak,.CA selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Eka
Meirawati, S.E., M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih Ibu selalu
bersedia dan sabar untuk membimbing penulis serta atas waktu yang telah ibu
luangkan untuk menuntun penulis, memberikan saran, ajaran, masukan, dan
motivasi, dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan selama penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya yang telah memberikan dan
membagikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulisan
menjalankan perkuliahan.
6. Staff Administrasi Jurusan Akuntansi Kak Adi dan Mbak Novi yang selalu
direpotkan dengan berbagai macam pertanyaan.
7. Kedua orang tua yang tersayang dan tercinta, Almarhum Papa tersayang Selamat
Riadi dan Mama tercinta Jamilah. Kalian orang tua terbaik, yang tidak pernah ingin
penulis merasa beda dari anak-anak lainnya sehingga selalu memberikan yang
semaksimal mungkin apa yang di butuhkan oleh penulis. Maaf belum bisa
membahagiakan dan terimakasih atas kepercayaannya, penulis menyayangin kalian.

vi
8. My Sister Julia Riani dan Herpika yang telah memberikan dukungan moril, doa,
semangat, dan material selama proses dari perkuliahan hingga tamat kuliah.
9. “CERIWIS” Ulfa S.E, Shella Farizah S.E, Riska Ramadhani S.E, Yuni Puspita
S.E, Putri Novita S.E, dan Melinda Prastika S.E, Terimakasih telah menjadi
sahabat, saudara, dan teman yang telah mewarnai dunia perkuliahan penulis dengan
berbagai macam kebodoh yang diperbuat. Penulis sangat bersyukur mempunyai
teman tulus, baik, royal, selalu mengerti satu sama lain, saling membantu dalam suka
maupun duka, pintar, dan dapat diandalkan dalam semua situasi. Terimakasih sudah
mau direpotkan berkat kalian dunia perkuliahan penulis sangat berwarna serta berkat
kalian juga penulis dapat melakukan berbagai macam hal yang luar biasa salama
kuliah, sayang kalian selalu gengs iloveyou. Sukses selalu gengs!!
10. My 24/7, M.Deswandhy Ramadhan S.E. Terimakasih telah menjadi yang terbaik,
selalu membantu dan selalu siap direpotkan selama proses perskripsian ini. Selalu
siap sedia mendengarkan kelu kesah, tangisan, amarah, dan kekecewaan selama
perskripsian dan selalu dinasehati untuk selalu sabar dan selalu bilang pasti ada jalan
keluarnya sampai akhirnya penulis sampai ditahap ini. Maaf dan terimakasih banyak.
Sukses buat kita!!
11. “G1000” Mesi Apriani S.E, Dwi Revika S.E, Rossalina S.E, Terimakasih selalu
memberi semangat selama proses perkulihan sampai proses perskripsian.
Terimakasih juga sering direpotkan, dan atas tumpangan kosannya selama proses
perkuliahan, magang, dan perskripsian. Walaupun kita beda almamater tapi hati kita
tetap satu. Semangat dan sukses selalu buat kita, Sayang kalian!
12. Sahabat tersayang, Meri Octasari, Ayu Amelia, dan Dela Meisis Caturini.
Terimakasih telah menghibur disaat mengalami pusingnya dunia perskripsian.
Terimakasih juga khususnya Meri Octasari selalu menemani saat proses pengambilan
data di KPP Pratama Kayu Agung. Sayang Kalian Sukses selalu gengs!
13. KMOI (Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir), Organisasi tercinta tempat penulis belajar
segala hal dan pengalaman selama tiga tahun kepemimpinan hingga sekarang.
Terimakasih sudah memberi warna selama dunia perkuliahan khususnya, Putri
Oktasari, Mutianti Syahvinsi S.P, Nindya Rosalia Putri, M.Al-Ridho S.P, Efri Jayadi,

vii
dan Risky Adi Saputra S.E. Yang selalu siap siaga dikala butuh bantuan. Penulis
sangat besyukur mempunyai keluarga seperti kalian.
14. Teman-teman Akuntansi angkatan 2016 Indralaya dan Palembang atas
kenangan, pengalaman, bantuan, canda tawa dan kerjasama selama ini. Terimakasih
telah menjadi teman seperjuangan selama menjalani perkuliahan.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih telah
membantu dan memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak


kekurangan karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran selalu penulis harapkan sebagai masukan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi berbagai pihak.

Palembang, 15 Januari 2021

Junita Melinda
NIM. 01031181621038

viii
x
x
ix
RIWAYAT HIDUP

Nama : Junita Melinda


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Raja, 18 Juni 1998
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Belanti No. 37 RT. 006
LK.III, Kel. Tanjung Raja Barat, Kec. Tanjung Raja,
Sumatera Selatan – Indonesia
Alamat email : junitamelinda19@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
2004 – 2010 : SD Negeri 16 Tanjung Raja
2010 – 2013 : MTsN 02 Ogan Ilir
2013 – 2016 : SMA Negeri 1 Tanjung Raja
2016 – 2021 : Universitas Sriwijaya

PENDIDIKAN NON FORMAL


2013 – 2014 : Bimbingan Belajar Komputer
2018 – 2019 : Bimbingan Belajar Prospek

PENGALAMAN ORGANISASI
2016 – 2017 : Anggota Ikatan Mahasiswa Akuntansi
2016 – 2017 : Sekretaris Departemen Media Data dan Informasi
Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir
2017 – 2018 : Kepala Departemen Media Data dan Informasi
Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir
2018 – 2019 : Bendahara Umum Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir

xii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................................i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .....................................................................ii

SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS KARYA ILMIAH .................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................v

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................................vi

SURAT PERNYATAAN ABSTRAK .......................................................................ix

ABSTRAK ...................................................................................................................x

ABTRACT ....................................................................................................................ix

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................xii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................ 12

1.3.Tujuan Penelitian .............................................................................................. 12

1.4.Manfaat Penelitian ............................................................................................ 13

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ............................................................................. 14

2.1. Landasan Teori ............................................................................................... 14

2.1.1. Teori Kontribusi ..................................................................................... 14

2.1.2. Definisi Pajak ......................................................................................... 14

xiii
2.1.3. Pengelompokkan Pajak .......................................................................... 15

2.1.4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ............................................................. 16

2.1.5. Pengusaha Kena Pajak (PKP) ................................................................ 19

2.1.6. Pemeriksaan Pajak.................................................................................. 22

2.1.7. Surat Tagihan Pajak (STP) ..................................................................... 29

2.2. Penelitian Terdahulu....................................................................................... 32

2.3. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 39

2.4. Hipotesis ......................................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 42

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 42

3.2. Rancangan Penelitian .................................................................................... 42

xiv
3.3. Populasi dan Sampel .....................................................................................42

7.3.1. Populasi .............................................................................................42

7.3.2. Sampel ...............................................................................................43

3.4. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................43

3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................44

3.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .............................................44

3.6.1. Variabel Independen ............................................................................44

1. Jumlah Pengusaha Kena Pajak ......................................................44

2. Pemeriksaan Pajak .........................................................................45

3. Surat Tagihan Pajak .......................................................................45

3.6.2. Variabel Dependen ..............................................................................46

1. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai ...........................................46

3.7. Teknik Analisis Data ......................................................................................46

3.7.1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................46

3.7.1.1. Uji Normalitas ........................................................................46

3.7.1.2. Uji Multikolonieritas ..............................................................47

3.7.1.3. Uji Heteroskedasitas ...............................................................47

3.7.1.4. Uji Autokorelasi......................................................................48

3.7.2. Uji Analisis Regresi Linear Berganda ..................................................49

3.7.3. Uji Hipotesis .........................................................................................49

3.7.3.1. Uji Parsial (t)...........................................................................49

3.7.3.2. Uji Koefisien Determinasi ......................................................38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................................51

4.1. Data Umum Responden ...................................................................................51

xv
4.2. Hasil Penelitian ................................................................................................54

4.2.1. Uji Statistik Deskriptif .........................................................................54

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ...............................................................................56

4.2.2.1. Uji Normalitas ......................................................................56

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ............................................................57

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas ..........................................................58

4.2.2.4. Uji Autokorelasi ...................................................................59

4.2.3. Uji Analisis Regresi Linier Berganda .................................................60

4.2.4. Uji Hipotesis .......................................................................................61

4.2.2.1. Uji Parsial (t) ........................................................................61

4.2.2.2. Uji Koefisien Determinasi ...................................................62

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ...........................................................................63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................68

5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 68

5.2. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................69

5.3. Saran ..............................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................70

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan PPN ...........................................................................2

Tabel 1.2 Data Jumlah Pengusaha Kena Pajak.............................................................5

Tabel 1.3 Data Jumlah Nilai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar .............................8

Tabel 1.4 Data Jumlah Surat Tagihan Pajak Diterbitkan .............................................11

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .....................................................................................32

Tabel 3.1 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson ..........................................................48

Tabel 4.1 Tabel Rasio Penerimaan PPN .......................................................................52

Tabel 4.2 Tabel Rasio Jumlah Pengusaha Kena Pajak .................................................52

Tabel 4.3 Tabel Rasio Pemeriksaan Pajak....................................................................53

Tabel 4.4 Tabel Rasio Surat Tagihan Pajak .................................................................54

Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif ..............................................................................54

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas .....................................................................................57

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ...........................................................................58

Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas .........................................................................59

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................................60

Tabel 4.10 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda ..............................................60

Tabel 4.11 Hasil Uji t ...................................................................................................61

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................................63

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................39

Gambar 3.2 Kurva Distribusi t .....................................................................................50

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang pertumbuhan penduduknya sangat pesat.

Pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan pembangunan Negara. Pembangunan

Negara dapat dilakukan jika terdapat dana. Pajak merupakan salah satu dari beberapa

sumber pendapatan Negara yang berpotensi dalam pembangunan Negara. Saat ini sekitar

86% APBN 2017 Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak

(http://www.kemenkeu.go.id). Agar peran pajak menjadi semakin optimal, maka

dibutuhkan peran serta masyarakat untuk sadar dan peduli dalam membayar pajak.

Dilihat dari segi penerimaan, Pajak Penghasilan (PPh) memang berkontribusi

paling besar dalam membiayai pengeluaran negara. Namun, perlu diingat bahwa tidak

semua orang dapat dikenakan PPh karena pajak tersebut hanya dapat dikenakan kepada

mereka yang telah berpenghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak. Akan tetapi, hal

tersebut tidak berlaku bagi PPN karena pengenaannya dapat dilimpahkan kepada orang

lain sehingga memungkinkan semua orang dapat dikenakan PPN. Dengan potensi

pemajakan objek PPN yang besar tentu berpengaruh terhadap penerimaan PPN.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu beban pajak yang harus

dipenuhi atau dibayarkan oleh wajib pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan

jenis pajak yang dikenakan atas barang dan jasa yang mengalami pertambahan nilai.

PPN mulai diperkenalkan di Indonesia pada 1 April 1985 sebagai pengganti dari Pajak

Penjualan (PPn), yang merupakan hasil dari reformasi perpajakan pada tahun 1983

(Simanjuntak dan Mukhlis, 2012: 50). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak

1
yang menyumbang pendapatan terbesar dari sistem perpajakan lebih dari 136 negara,

meningkatkan sekitar seperempat dari penerimaan pajak di dunia (Aizenman & Jinjarak,

2005). Kontribusi ini juga meningkat dari tahun ketahun seiring dengan meningkatnya

target penerimaan pajak secara keseluruhan. Peningkatan target penerimaan pajak ini

tidak lepas dari peranan pemerintah yang telah memperbaiki sistem perpajakan nasional

agar Indonesia menjadi bangsa yang lebih mandiri dalam hal pembiayaan Negara dan

pembiayaan pembangunannya atau dalam arti tidak tergantung dari pinjaman luar negeri.

Berikut disajikan data mengenai target dan realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai

(PPN) pada tahun 2017-2019:

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan PPN

Target Realisasi Penerimaan PPN Persentase


Tahun
(Rupiah) (Rupiah) (%)

2017 205.340.165.154 189.277.498.164 92,15

2018 221.546.358.278 210.395.809.767 94,97

2019 248.135.674.213 261.835.784.822 105,52

Sumber : KPP Pratama Kayu Agung

Berdasarkan table 1.1 diatas dapat dilihat bahwa KPP Pratama Kayu Agung

mempunyai target tiap tahunnya. Pada tahun 2017 KPP Pratama Kayu Agung memasang

target penerimaan PPN sebesar Rp. 205.340.165.154. Namun pada realisasi KPP

Pratama Kayu Agung tidak mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar Rp.

189.277.498.164 target yang tercapai hanya 92,15%. Pada tahun 2018 target lebih

meningkat ditetapkan oleh KPP Pratama Kayu Agung yakni sebesar Rp.

2
221.546.358.278. Namun pada realisasinya KPP Pratama Kayu Agung masih belum

mencapai target yang dibuatnya dengan penerimaan pajak sebesar Rp.210.395.809.767

dengan persentase yang dicapai sebesar 94,97%. Sedangkan pada tahun 2019 KPP

Pratama Kayu Agung berhasil mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar

Rp.248.135.674.213 dengan jumlah realisasi sebesar Rp.261.835.784.822 dan persentase

pencapaian yang didapatkan sebesar 105,52%. Walaupun yang mencapai target hanya

pada tahun 2019 saja tetapi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai cenderung terus

meningkat tiap tahunnya, ini artinya Pemerintah telah berhasil meningkatkan penerimaan

PPN yang ada di wilayah KPP Pratama Kayu Agung. Hal ini disebabkan wajib pajak

yang telah sadar akan peran wajib pajak untuk membayar pajak nya secara rutin. Pajak

pertambahan nilai berkontribusi cukup besar dalam meningkatkan sumber penerimaan

Negara di sektor pajak tiap tahunnya. Selain itu dengan meningkatnya penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai berdampak juga pada meningkatnya pembangunan di berbagai sektor.

Tarif pajak pertambahan nilai adalah 10%, tarif pajak 0% juga diterapkan atas

ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan

ekspor jasa kena pajak. pihak yang wajib menyetor dan melaporkan pajak pertambahan

nilai adalah pengusaha kena pajak, dan pemungut pajak pertambahan nilai. (Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 2009). Fiskus selalu melakukan berbagai cara untuk

mengefisiensikan dan mengoptimalkan penerimaan pajak di Indonesia.

Salah satu cara untuk mengoptimalkan penerimaan pajak di Indonesia khusunya

melalui PPN yaitu melalui pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). PKP adalah

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa

Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 42 Tahun 2009

3
tentang Pajak Pertambahan Nilai, tidak termasuk pengusaha kecil, yang batasannya

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil memilih

untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Berdasarkan PMK

No.197/PMK.03/2013 yang berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2014 menyatakan

bahwa Pengusaha Kecil atau Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto

dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4.8 miliar tidak diwajibkan untuk

melaporkan diri sebagai PKP. Namun Pengusaha Kecil mempunyai hak memilih untuk

dikukuhkan sebagai PKP apabila yang bersangkutan bersedia dikukuhkan sebagai PKP.

Pada akhir masa pajak, Pengusaha Kena Pajak akan memperhitungkan kembali

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungutnya.

Apabila Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada jumlah Pajak Kecil,

selisihnya merupakan kelebihan pembayaran pajak yang dapat dikompensasikan ke masa

pajak berikutnya. Sebaliknya, apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak

Masukan, selisihnya merupakan kurang bayar yang harus disetor oleh Pengusaha Kena

Pajak. Untuk itu jika terjadi peningkatan jumlah pengusaha yang mendaftar dan

mengukuhkan diri sebagai PKP dapat mendorong meningkatkan jumlah penerimaan

PPN. Hal ini dikarenakan bertambahnya jumlah PKP yang terdaftar berarti semakin

banyak jumlah transaksi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, maka semakin

banyak jumlah PPN yang dipungut dan disetor ke negara, berarti penerimaan PPN akan

meningkat. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Nursanti dan Padmono

(2013) bahwa PKP berpengaruh terhadap penerimaan PPN dan Kresna (2014) dalam

penelitiannya juga menunjukan terdapat pengaruh signifikan antara PKP dengan

4
penerimaan PPN serta Sitio (2015) yang menyatakan bahwa PKP Terdaftar berpengaruh

terhadap penerimaan PPN. Berikut data jumlah pengusaha kena pajak yang terdaftar di

KPP Pratama Kayu Agung periode 2017-2019:

Tabel 1.2
Jumlah Pengusaha Kena Pajak
2017-2019
Tahun
Bulan
2017 2018 2019

Januari 6 9 6

Februari 7 8 5

Maret 9 9 8

April 10 6 1

Mei 8 8 4

Juni 9 8 13

Juli 8 10 7

Agustus 1 5 4

September 5 4 9

Oktober 3 9 8

November 8 4 5

Desember 9 5 1

Total 83 85 71

Sumber : KPP Pratama Kayu Agung

5
Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah pengusaha kena pajak yang

terdaftar selama periode 2017-2019 berjumlah 239 PKP. Dari tabel diatas dapat dilihat

bahwa pada tahun 2019 terjadi penurunan jumlah PKP yaitu dari 85 PKP menjadi 71

PKP saja, hal ini dapat disebabkan karena menurunnya PKP yang dikukuhkan pada KPP

Pratama Kayu Agung, namun hal ini tidak akan menyebabkan menurunnya penerimaan

pajak pertambahan nilai pada tahun 2019 karena hal ini juga dapat disebabkan oleh

faktor lain yaitu meningkatnya kegiatan transaksi barang dan jasa kena pajak oleh

sehingga bisa berpotensi meningkatkan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

Jika sistem fiskus tidak berjalan dengan maksimal maka banyak WP yang dengan

sengaja melakukan kecurangan-kecurangan dalam menjalankan kewajibannya untuk

melaksanakan pembayaran pajak yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan

timbulnya tunggakan pajak yang mengakibatkan berkurangnya penerimaan pajak. Dalam

rangka mengamankan penerimaan pajak khususnya penerimaan yang berasal dari Pajak

Pertambahan Nilai dan untuk menguji kepatuhan WP dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya maka DJP berwenang untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib

Pajak. Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (http://www.pajak.go.id/).

Pelaksanaan pemeriksaan perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi pengawasan

terhadap WP yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan serta mendeteksi adanya

kecurangan yang dilakukan oleh WP dan juga mendorong mereka untuk membayar

6
pajak dengan jujur sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan semakin banyak ditemukan

indikasi-indikasi penyimpangan, maka pemeriksaan yang dilakukan juga akan semakin

banyak. Lalu hasil dari pemeriksaan pajak ini akan mengakibatkan pajak terutang

menjadi kurang bayar, lebih bayar, dan/atau nihil.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 13, SKP adalah surat

ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,

jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih

harus dibayar. Maka dari itu semakin banyak dilakukan pemeriksaan pajak dengan

diterbitkannya SKP dapat mendorong Pengusaha Kena Pajak untuk membayar

kewajiban pajaknya yang belum atau kurang dibayar dengan jujur sesuai dengan

ketentuan yang berlaku sehingga dapat meningkatkan penerimaan PPN. Hal ini didukung

dengan penelitian Trisnayanti dan Jati (2015) yang menunjukan bahwa pemeriksaan

pajak berpengaruh positif pada penerimaan PPN dan Mahendra dan Sukartha (2014)

yang juga menyatakan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan

pajak. Selain itu Meiliawati (2013) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak

berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Berikut data jumlah nilai surat ketetapan pajak

yang diterbitkan pada KPP Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019 :

7
Tabel 1.3
Jumlah Nilai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
2017-2019
Tahun
Bulan
2017 2018 2019

Januari
799,650 52,586,810 112,467,511
Februari
8,567,453,000 8,345,278 12,209,377
Maret
2,393,827,105 127,025,513 464,417,344
April
8,324,685 4587691 68,185,121
Mei
3,278,654 444,426,172 193,977,179
Juni
80,979,888 983,672,679 68,888,768
Juli
1,758,319 5,461,300,000 34,071,019
Agustus
20,714,286 81,639,464 598,036,498
September
31,055,819 125,443,761 226,637,615
Oktober
60,792,296 6,193,502 794,387,649
November
696,225,554 9,824,996 193,567,245
Desember
434,238,441 154,135,850 589,863,708
Total
12,299,447,697 7,459,181,716 3,356,709,034
Sumber : KPP Pratama Kayu Agung

Dari table 1.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah nilai Surat Ketetapan Pajak yang

diterbitkan pada KPP Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019 sebanyak

23,115,338,447.

8
Sarana bagi PKP dalam melaksanakan dan menjalankan kewajiban perpajakannya

adalah dengan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPN. SPT Masa PPN

merupakan formulir yang digunakan untuk menghitung, melaporkan, dan

mempertanggungjawabkan jumlah PPN terutang, dan untuk melaporkan tentang

perhitungan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran secara bulanan.

Apabila dari hasil penelitian SPT masa PPN terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung,

dan/atau kekeliruan dalam menerapkan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-

undangan perpajakan maka akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) PPN. STP PPN

adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi

berupa bunga dan atau denda (Undang-Undang KUP Pasal 14 ayat 3).

STP PPN diterbitkan apabila dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran

pajak akibat salah tulis atau salah hitung, PKP tidak membuat faktur pajak atau membuat

tetapi tidak tepat waktu, PKP tidak mengisi faktur pajak secara lengkap, PKP

melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak, dan PKP

yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan.

Fungsi diterbitkannya STP PPN yaitu sebagai koreksi atas jumlah pajak yang

terutang, sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau denda dan sarana

untuk menagih pajak. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 20007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, jenis administrasi yang ditagih dengan STP

PPN yaitu denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi Pengusaha yang tidak

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha

Kena Pajak yang tidak membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak.

9
Surat Tagihan Pajak PPN diterbitkan dengan tujuan untuk menjaga penerimaan

negara yang seharusnya diterima dari sektor pajak. STP PPN ini dapat menjadi indikator

ketidakpatuhan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Semakin besar jumlah nominal STP PPN yang diterbitkan, berarti semakin besar

penerimaan PPN yang diterima, maka penerimaan PPN juga akan ikut meningkat. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nursanti dan Padmono (2013) dan

Kresna (2014) yang mengatakan bahwa STP PPN berpengaruh terhadap penerimaan

PPN. Berikut data Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kayu Agung

periode 2017-2019 :

Tabel 1.4

Surat Tagihan Pajak

2017-2019

Tahun
Bulan
2017 2018 2019

Januari 40 287 200

Februari 134 636 228

Maret 319 809 164

April 660 764 480

Mei 665 845 561

Juni 660 720 599

Juli 763 567 1414

Agustus 1117 605 932

September 1401 717 1074

10
Oktober 714 1078 298

November 856 1236 683

Desember 860 1310 256

Total 8189 9574 6889

Sumber : KPP Pratama Kayu Agung

Dari tabel 1.4 diatas dapat dilihaat bahwa Surat Tagihan Pajak PPN yang

diterbitkan pada KPP Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019 sebanyak 24.652

Surat Tagihan Pajak.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini adalah replikasi dari

penelitian yang dilakukan oleh Nursanti dan Padmono (2013). Persamaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan variabel dependen yang sama yaitu

penerimaan PPN. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu:

1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini menggantikan satu variabel independen

yaitu Pemeriksaan Pajak yang mengacu pada penelitian Trisnayanti dan Jati

(2015) dimana pada penelitian yang dilakukan Nursanti dan Padmono (2013)

menggunakan variabel Surat Pemberitahuan Masa PPN.

2. Periode Penelitian Periode yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2017

– 2019, sedangkan dalam penelitian sebelumnya adalah tahun 2013–2015.

3. Objek Penelitian Objek penelitian yang ditetapkan yaitu di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Kayu Agung. Sedangkan pada penelitian sebelumnya di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa. Berdasarkan latar belakang permasalahan

yang telah dipaparkan, penelitian ini dilakukan dengan tujuan meneliti kembali

11
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PPN. Dengan Objek penelitian

yang berbeda dengan penelitian terdahulu, untuk itu penulis melakukan penelitian

yang berjudul: “PENGARUH JUMLAH PENGUSAHA KENA PAJAK,

PEMERIKSAAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN PAJAK TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Studi pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Kayu Agung Periode 2017- 2019)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penerimaan

Pajak Pertambahan Nilai?

2. Bagaimana Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai?

3. Bagaimana Pengaruh Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka peneliti merumuskan

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Menganalisis Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

12
2. Untuk Menganalisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai.

3. Untuk Menganalisis Pengaruh Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini mengharapkan dapat berguna dan dapat memberikan

manfaat bagi para pihak-pihak yang berkepentingan :

1. Manfaat Teoritis, Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan

penelitian yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang

Perpajakan dan memberikan bukti empiris. Hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan suatu referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan kontribusi

mengenai pajak pertambahan nilai sehingga dapat meningkatkan penerimaan

pajak khususnya pajak pertambahan nilai.

13
BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya

adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal

ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Kontribusi dalam pengertian sebagai

tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan

dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.

Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisisensi

dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya,

sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan

kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran,

kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya (Ahira:2012).

Sehingga kontribusi disini dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

khususnya wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan

peraturan perpajakan guna meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

2.1.2. Definisi Pajak

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan

ke empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

14
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Soemitro dalam Resmi (2013), pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang – undang (yang dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Sedangkan dalam Undang-Undang Pajak (2013:3) Pajak adalah kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa (1) pajak dipungut berdasarkan atau

dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, (2) Dalam pembayaran

pajak tidak ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah, (3) Pajak

diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Berdasarkan definisi pajak tersebut, maka dapat disimpulkan pajak adalah

pungutan wajib berdasarkan undang - undang yang bersifat memaksa oleh negara kepada

rakyat tanpa timbal balas langsung namun akan digunakan untuk kemakmuran rakyat.

2.1.3. Pengelompokkan Pajak

Mardiasmo (2013) menyatakan pajak dikelompokkan yaitu sebagai berikut :

1. Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:

Pajak Penghasilan.

15
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

(PPN).

2. Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

3. Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak

Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai

(PBB).

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri

atas: Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel,

Pajak Restoran, Pajak Hiburan.

2.1.4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi

barang kena pajak di dalam daerah pabean. (penjelasan pasal 7 ayat 2 UU no.42 tahun

2009).

16
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari pajak penjualan.

Alasan penggantian ini karena pajak penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk

menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan,

antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan

pembebanan pajak (Mardiasmo, 2013:293).

1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam UU No.42 tahun 2009 tentang

pajak pertambahan nilai dan atau penjualan atas barang mewah. Subjek PPN

terdiri dari :

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

b. Pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai PKP

c. Orang pribadi yang memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud atau

memanfaatkan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.

2. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Selain subjek pajak yang ditentukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga

memiliki karakterisik khusus dalam penentuan objeknya. Objek Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) yang dijelaskan dalam UU. No. 42 tahun 2009 pasal 4

ayat (1) adalah :

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean.

2. Impor Barang Kena Pajak (BKP).

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang

dilakukan oleh pengusaha kena pajak.

17
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak beruwujud dari luar daerah pabean

di dalam daerah pabean.

5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.

6. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

7. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak.

8. Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

3. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai

Peraturan perundang-undangan yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan Barang Mewah adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983

tentang PPN dan PPnBM sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 11 Tahun 1994, dan diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor

42 Tahun 2009. Undangundang tersebut berlaku mulai 1 April 2010. (Fitriandi,

Birowo, & aryanto, 2005: 23)”.

4. Tarif PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga memiliki tarif tertentu. Dalam UU No.

42 tahun 2009 pasal 7, tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah:

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah tarif tunggal yaitu 10 %.

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai 0% diterapkan atas : ekspor barang kena

pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan ekspor jasa

kena pajak.

5. Mekanismes pengkreditan pajak masukan dan pajak keluaran

18
Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diterima oleh

pengusaha kena pajak karena telah melakukan pembelian atau pembayaran barang

kena pajak atau jasa kena pajak dengan menerima faktur pajak atau dokumen

tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.

Pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib

dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena

pajak, penyerahan jasa kena pajak, ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor

barang kena pajak tidak berwujud, dan atau ekspor jasa kena pajak.

Pajak masukan dalam suatu masa pajak dapat dikreditkan dengan pajak

keluaran dalam masa pajak yang sama. Apabila dalam suatu masa pajak, pajak

keluaran lebih besar daripada pajak masukan, selisihnya merupakan pajak

pertambahan nilai yang harus disetor oleh pengusaha kena pajak. Sebaliknya jika

pajak masukan dalam suatu masa pajak lebih besar daripada pajak keluaran,

selisihnya merupakan kelebihan pajak (lebih bayar) yang akan dikompensasikan

ke masa pajak berikutnya.

2.1.5. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

1. Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Menurut UU Perpajakan No.18 Tahun 2000: “Pengusaha Kena Pajak adalah

pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau

ekspor BKP yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) yang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, tidak

19
termasuk pengusaha kecil, yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan, kecuali pengusaha kecil memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP”.

2. Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di

dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor BKP Berwujud, ekspor JKP,

dan/atau ekspor BKP Tidak Berwujud diwajibkan:

1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;

2. Memungut pajak yang terutang;

3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar

dari Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, serta menyetorkan PPnBM yang

terutang; dan

4. Melaporkan penghitungan pajak dalam SPT Masa PPN. Kewajiban untuk

memungut, menyetorkan dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terhutang

dimulai sejak saat pengukuhan sebagai PKP.

Hak yang diperoleh jika telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah:

1. Pengkreditan pajak masukan atas perolehan BKP/JKP Pajak Masukan adalah

PPN yang sudah dibayar oleh PKP karena memperoleh atau membeli BKP

dan/atau JKP. Kemudian Pajak Masukan tersebut dapat berfungsi menjadi kredit

atau pengurang pajak keluaran apabila PKP menjual barang. Pajak keluaran

adalah PPN yang dipungut oleh PKP saat melakukan penyerahan BKP dan/atau

JKP.

2. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN. Apabila Pajak Masukan lebih

besar daripada Pajak Keluaran, maka PKP dapat mengajukan restitusi atau

20
kompensasi. Restitusi adalah permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

pajak, selain restitusi PKP dapat melakukan kompensasi kelebihan Pajak

Masukan untuk masa pajak berikutnya.

3. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan oleh Direktur Pajak

apabila:

a. pengusaha kena pajak pindah alamat ke naungan KPP lain;

b. pengusaha kena pajak menyalahgunakan pengukuhan;

c. peredaran bruto pengusaha kena pajak tidak melebihi batasan pengusaha kecil;

d. kewajiban PPN pengusaha kena pajak dipusatkan di tempat lain. Pencabutan

pengukuhan PKP harus diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal

diterimanya permohonan secara lengkap.

Sesuai dengan ketentuan PMK No.197/PMK.03/2013, suatu perusahaan atau

seorang pengusaha ditetapkan sebagai PKP bila transaksi penjualannya melampaui

Rp4,8 miliar dalam setahun, kecuali pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak. Jika pengusaha tidak dapat mencapai transaksi dengan

jumlah Rp4,8 miliar dalam satu tahun, maka pengusaha tersebut dapat langsung

mencabut permohonan pengukuhan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak). Pengusaha

Kena Pajak (PKP) merupakan variabel independen dalam penelitian ini.

21
2.1.6. Pemeriksaan Pajak

1. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Pasal 1 ayat (25) Undang - undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang - undang Nomor 6

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai

berikut pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan menurut Rahayu

(2010), Pemeriksaan pajak adalah pengawasan pelaksanaan sistem self assessment

yang dilakukan oleh wajib pajak harus berpegang teguh undang-undang perpajakan.

2. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan pajak dan kewenangan pihak yang melakukan pemeriksaan

sebagaimana dimuat dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan menyatakan:

“Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak dapat

dilakukan dalam hal:

1. Surat pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan atau rugi;

22
2. Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang

telah ditetapkan;

3. Data dan/atau keterangan dalam surat pemberitahuan menyimpang dari

kewajaran dan kelaziman;

4. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada angka dua

tidak dipenuhi. (Saidi, 2014: 240).

Sementara itu, menurut Saidi (2014: 241) tujuan lain dari pemeriksaan yang dilakukan

oleh pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat dapat berupa, antara lain;

1. Pemberian nomor pokok wajib pajak secara jabatan;

2. Penghapusan nomor pokok wajib pajak;

3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak;

4. Wajib pajak mengajukan keberatan;

5. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto;

6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;

7. Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil;

8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;

9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;

10. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan

lain selain tersebut di atas.

3. Ruang Lingkup dan Kriteria Pemeriksaan Pajak

Untuk melaksanakan pemeriksaan pajak, perlu diketahuai ruang lingkup

pemeriksaan. Mengacu pada Peraturan Mentri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007

23
tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak membedakan jenis pemeriksaan, ruang

lingkup, dan kriteria pemeriksaan (waluyo, 2017:67).

Jenis Pemeriksaan Pajak, meliputi berikut ini:

1. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor Direktorat

Jendral Pajak.

2. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat

kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib

pajak, atau tempat lain yang ditentukan ileh Direktur Jendral Pajak.

Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu

atau beberapa masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam tahun-tahun

lalu maupun tahun berjalan. Pemeriksaan pajak dapat dilakukan berdasarkan

Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak, sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang KUP Pasal 17B, demikian juga dalam Peraturan

Mentri Keuangan menyatakan bahwa Pemeriksaan Pajak dengan kriteria

pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak yang mengajukan permohonan

pengembalian pembayaran pajak dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor atau

Pemeriksaan Lapangan.

Kriteria pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak dapat dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut.

24
1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk

yang telah diberikan pemngembalian pendahuluan kelebihan pajak; pemeriksaan

dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan

Lapangan.

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi, pemeriksaan dengan

kriteria ini telah dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan.

3. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui

jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran, pemeriksaan dengan kriteria

ini dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan.

4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau

akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, pemeriksaan dengan

kriteria ini dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan.

5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan

hasil 3,4, dan 5 di atas, dapat juga dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor

yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak. Apabila dalam

Pemeriksaan Kantor ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer

princing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa

transaksi keuangan, pelaksanaan Pemeriksaan Kantor diubah menjadi

Pemeriksaan Lapangan.

4. Produk Hukum Hasil Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan keputusan Direktorat Jendral Pajak kewenangan mengeluarkan Surat

Ketetapan Pajak (SKP) dilimpahkan kepada KPP. SKP adalah Surat Ketetapan yang

25
meliputi SKPKB atau SKPKBT atau SKPN atau SKPLB (pasal 1angka 15 UU KUP).

Ketetapan Pajak ini dapat diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atau penelitian pajak.

Jenis Surat Ketetapan Pajak, antara lain:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Surat Ketetapan Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan

besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran

pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus

dibayar.

Surat Ketetapan Kurang Bayar tersebut dapat diterbitkan dalam hal sebagai berikut:

a. Hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang

dibayar.

b. Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana telah

ditetapkan salam pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan dan setelah

ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagimana ditentukan

dalam surat teguran.

c. Hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan

selisih lebih atau tidak seharusnya tariff 0% bagi Wajib Pajak melaksanakan

kewajiban perpajakan dibidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak yang terutang

tidak atau kurang bayar dikenai sanksi administrasi dengan menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah dengan kenaikan sebesar 100%.

26
d. Kewajiban pembukuan sebagimana diatur dalam pasal 29 tidak dipenuhi sehingga

tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.

e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan (Waluyo, 2017:53,54)

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surta ketetapan pajak

yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Penerbitan

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ini berdasarkan pada hal berikut:

a. Hasil pemerikasaan atau pemeriksaan ulang terhadap data baru yang

mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang termasuk data yang

semula belum terungkap atau penerbitan SKPKBT ini dalam jangka waktu 5

tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun

pajak, atau tahun pajak.

b. Hasil penelitian atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap terhadap Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindakan pidana

dibidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara (Waluyo, 2017:55).

3. Surat Ketetapan Pajak Nihil

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang

menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau

pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN ini diterbitkan didasarkan pada

27
hasil pemeriksaan terhadap Surat Pamneritahuan, bila jumlah kredit pajak atau

jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak

terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak

yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak dibandingkan pajak yang

terutang atau seharusnya tidak terutang. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan:

a. Hasil penelitian terhadap kebenaran pembayaran pajak atas permohonan Wajib

Pajak (perhatikan Pasal 17 ayat(2) Undang-Undang KUP) terdapat kelebihan

pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang,

b. Hasil pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan terdapat jumlah kredit pajak atau

jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang

(perhatikan Pasal 17 ayat(1) Undang-Undang KUP), atau

c. Hasil pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

pajak (perhatikan Pasal 17B Undang-Undang KUP) terdapat jumlah kredit pajak

atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang.

Adapun Indikator pemeriksaan pajak dalam penelitian ini menggunakan dasar

pemikiran menurut Rahayu (2010) adalah sebagai berikut Laporan pemeriksaan pajak

merupakan dasar untuk penerbitan suatu produk hukum perpajakan yaitu Surat

Ketetapan Pajak (SKP)”. Dari hasil penelitian diatas, indikator untuk pemeriksaan pajak

28
adalah penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dari tahun 2017-2019

pada KPP Pratama Kayu Agung.

2.1.7. Surat Tagihan Pajak (STP)

1. Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)

Definisi dari Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak

dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. (UU. No. 16 tahun 2009 pasal 1

ayat (30)). Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat

ketetapan pajak. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat tagihan pajak dalam hal :

1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

2. Dari hasil penelitian SPT, terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat

salah tulis dan atau salah hitung.

3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi denda dan atau bunga.

4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak

tepat waktu.

5. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

yang tidak mengisi faktur secara lengkap selain :

1. Identitas pembeli (Nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak

atau penerima Jasa Kena Pajak) atau.

2. Identitas pembeli (Nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak

atau penerima Jasa Kena Pajak) serta nama dan tanda tangan (nama,

jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak)

29
dalam hal penyerahan dilakukan oleh pengusaha kena pajak pedagang

eceran.

6. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa

penerbitan faktur pajak.

7. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan

pengembalian Pajak Masukan. (UU no. 16 tahun 2009 pasal 14 ayat 2).

2. Fungsi Surat Tagihan Pajak (STP)

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut STP Wajib Pajak.

b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.

c. Sarana untuk menagih pajak.

3. Syarat Dikeluarkannya Surat Tagihan Pajak (STP)

Dikeluarkannya STP didasarkan pada beberapa ketentuan, jadi petugas pajak

tidak sembarangan dalam menerbitkan surat ini. Syarat dikeluarkannya STP bisa kita

lihat pada Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, yaitu:

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, tidak bayar atau kurang bayar.

b. Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah

tulis dan/atau salah hitung.

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.

d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak

melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

e. Pertama, pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi

membuat faktur pajak. Kedua, pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai

30
Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak membuat faktur pajak. Ketiga, PKP membuat

faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi faktur pajak.

4. Sanksi yang Diberlakukan pada Penerimma Surat Tagihan Pajak (STP)

Sanksi yang akan diberlakukan bagi penerima STP juga telah diatur oleh Pasal 14

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Sanksi administrasi :

a. Sanksi administrasi berupa denda Rp 50.000 ,- jika wajib pajak tidak atau

terlambat penyampaian SPT Masa dan Rp 100.000,- jika tidak atau terlambat

menyampaikan SPT Tahunan.

b. Sanksi administrasi berupa denda 2 persen dari Dasar Pengenaan Pajak dalam hal

Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak

melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP atau Pengusaha

yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau pengusaha

te1ah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau membuat

faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur

pajak.

c. Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri

SPT-nya, yang mana hasil pembetulan tersebut menyatakan kurang bayar.

Sanksi administrasi berupa bunga apabila wajib pajak terlambat atau tidak

membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya.

31
2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh jumlah pengusaha kena pajak, pemeriksaan pajak,

dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai sudah pernah

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Adapun hasilnya akan dirangkum dalam

tabel berikut:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil
(Tahun)
1. Arif Pengaruh Jumlah Kesamaan : - Jumlah Pengusaha
Nurrokhman Pengusaha Kena 1. Pengusaha Kena Kena Pajak
(2013) Pajak dan Surat Pajak (Variabel berpengaruh
Pemberitahuan Independen) positif terhadap
Masa terhadap 2. Penerimaan penerimaan Pajak
Penerimaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai
Pertambahan Nilai Pertambahan - Jumlah Surat
Nilai (Variabel Pemberitahuan
Dependen) Masa berpengaruh
positif terhadap
Perbedaan : penerimaan Pajak
1. Surat Pertambahan Nilai
Pemberitahuan
Masa (Variabel
Independen)
2. Sitti Mispa Pengaruh Self Kesamaan : - Self assessment
(2019) Assessment System 1. Pemeriksaan system
dan Pemeriksaan Pajak (Variabel berpengaruh
Pajak Terhadap Independen) positif dan
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan signifikan
Pertambahan Nilai Pajak terhadap
Pertambahan penerimaan pajak
Nilai (ariabel pertambahan nilai.
Devenden) - Pemeriksaan
pajak berpengaruh
Perbedaan : positif dan
1. Self Assessment signifikan terhdap
System penerimaan pajak
(Variabel pertambahan nilai
Independen)

32
3. Ida Ayu Ivon Pengaruh Self Kesamaan : - Self Assessment
Trisnayanti Assessment System, 1. Pemeriksaan System
dan I Ketut Pemeriksaan Pajak Pajak (Variabel berpengaruh
Jati (2018) dan Penagihan Independen) positif pada
Pajak pada 2. Penerimaan penerimaan PPN
Penerimaan Pajak Pajak di Kantor
Pertambahan Nilai Pertambahan Pelayanan Pajak
Nilai (Variabel (KPP) Pratama
Dependen) Badung Utara.
- Pemeriksaan
Perbedaan : pajak berpengaruh
1. Self Assessment positif pada
System penerimaan PPN
(Variabel di Kantor
Independen) Pelayanan Pajak
2. Penagihan (KPP) Pratama
Pajak (Variabel Badung Utara.
Independen) - Penagihan pajak
berpengaruh
positif pada
penerimaan PPN
di Kantor
Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama
Badung Utara.
4. Cut Inayatul Pengaruh Self Kesamaan : - Self Assessment
Maulida dan Assessment System, 1. Pemeriksaan System,
Adnan (2017) Pemeriksaan Pajak Pajak (Variabel Pemeriksaan
dan Penagihan Independen) Pajak, dan
Pajak pada 2. Penerimaan Penagihan Pajak
Penerimaan Pajak Pajak secara bersama-
Pertambahan Nilai Pertambahan sama
Nilai (Variabel berpengaruh
Dependen) terhadap
penerimaan pajak
Perbedaan : pertambahan nilai
1. Self Assessment pada KPP Pratama
System Banda Aceh
(Variabel tahun 2014-2016.
Independen)
2. Penagihan
Pajak (Variabel
Independen)
5. Riyan Arif Pengaruh Self Kesamaan : - Variabel self
Hidayat Assessment System, 1. Pemeriksaan assessment system
(2016) Kepatuhan Wajib Pajak (Variabel berpengaruh
33
Pajak, Pemeriksaan Independen) positif dan
Pajak dan 2. Penerimaan signifikan
Penagihan Pajak Pajak terhadap
terhadap Pertambahan penerimaan pajak
Penerimaan Pajak Nilai (Variabel pertambahan nilai.
Pertambahan Nilai Dependen) - Variabel
kepatuhan wajib
Perbedaan : pajak berpengaruh
1. Self Assessment secara positif dan
System signifikan
(Variabel terhadap
Independen) penerimaan pajak
2. Kepatuhan .
Wajib Pajak - Variabel
(Variabel pemeriksaan pajak
Independen) berpengaruh
3. Penagihan positif terhadap
Pajak (Variabel penerimaan pajak
Independen) - Variabel
penagihan pajak
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
penerimaan pajak
pertambahan nilai.
6. Dhyna (2017) Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
Assessment System, 1. Pemeriksaan ini menunjukkan
Pemeriksaan Pajak, Pajak (Variabel bahwa secara
dan Penagihan Independen) simultan self
Pajak terhadap 2. Penerimaan assessment
Penerimaan Pajak Pajak system,
Pertambahan Nilai Pertambahan pemeriksaan
Nilai (Variabel pajak, dan
Dependen) penagihan pajak
berpengaruh
Perbedaan : signifikan
1. Self Assessment terhadap
System penerimaan PPN
(Variabel sebesar 23.2%.
Independen) Sedangkan secara
2. Penagihan parsial, self
Pajak (Variabel assessment system
Independen) dan pemeriksaan
pajak tidak
berpengaruh
34
signifikan
terhadap
penerimaan PPN,
dan penagihan
pajak berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan PPN
sebesar 22,37%.
7. Farida Pengaruh Jumlah Kesamaan : - Pengusaha
Khairani Pengusaha Kena 1. Pengusaha Kena pajak tidak
Lubis (2016) Pajak dan Surat Kena Pajak berpengaruh
Pemberitahuan (Variabel secara
Masa terhadap Independen) signifikan
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan terhadap
Pertambahan Nilai Pajak Penerimaan Pajak
Pertambahan Pertambahan Nilai
Nilai (Variabel - Surat
Dependen) Pemberitahuan
Masa berpengaruh
Perbedaan : secara signifikan
1. Surat terhadap
Pemberitahuan Penerimaan
Masa (Variabel Pajak
Independen) Pertambahan Nilai
8. Dedy Setya Pengaruh Surat Kesamaan : - PKP terdaftar
Utama Ketetapan Pajak 1. Surat Tagihan berpengaruh
Pandiangan Kurang Bayar, Pajak (Variabel signifikan
(2014) Surat Tagihan Independen) terhadap
Pajak, Jumlah 2. Jumlah Penerimaan PPN.
Pengusaha Kena Pengusaha - STP berpengaruh
Pajak, dan Surat Kena Pajak signifikan
Pemberitahuan (Variabel terhadap
terhadap Independen) Penerimaan PPN.
Penerimaan Pajak 3. Penerimaan - SPT Masa Kurang
Pertambahan Nilai Pajak Bayar tidak
Pertambahan berpengaruh
Nilai (Variabel terhadap
Dependen) Penerimaan PPN.
- SKPKB tidak
Perbedaan : berpengaruh
1. Surat Ketetapan terhadap
Pajak Kurang Penerimaan PPN.
Bayar (Variabel
Independen)
2. Surat
35
Pemberitahuan
(Variabel
Independen)
9. Umara, Miski Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
(2015) Assessment System 1. Surat Tagihan menunjukkan
dan Surat Tagihan Pajak (Variabel bahwa Self
Pajak Terhadap Independen) Assessment
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan System dan Surat
Pertambahan Nilai Pajak Tagihan Pajak
Pertambahan berpengaruh
Nilai (Variabel negatif terhadap
Dependen) Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai
Perbedaan :
1. Self
Assessment
System
(Variabel
Independen)
10. Anti Azizah Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
Aprilianti, Assessment 1. Pemeriksaan menunjukkan
Siska System, Pajak (Variabel bahwa Self
Yudowati, Pemeriksaan Pajak Independen) Assessment
dan Kurnia dan Penagihan 2. Penerimaan System,
Kurnia Pajak Terhadap Pajak Pemeriksaan
(2018) Penerimaan Pajak Pertambahan Pajak dan dan
Pertambahan Nilai Nilai (Variabel Penagihan Pajak
Dependen) secara simultan
berpengaruh
Perbedaan : signifikan
1. Self Assessment terhadap
System Penerimaan Pajak
(Variabel Pertambahan
Independen) Nilai. Sedangkan
2. Penagihan secara parsial
Pajak (Variabel hanya variabel
Independen) Self Assessment
System saja yang
berpengaruh
signifikan.
11. Hum, D. P. Pengaruh Jumlah Kesamaan : - Hasil penelitian
S., Agus, B., Pengusaha Kena 1. Jumlah menunjukkan
& Iip, S. S. Pajak Terdaftar, Pengusaha bahwa Jumlah
(2017) Pemeriksaan Pajak Kena Pajak Pengusaha Kena
dan Surat Tagihan (Variabel Pajak Terdaftar,
Pajak Terhadap Independen) Pemeriksaan
36
Penerimaan Pajak 2. Pemeriksaan Pajak dan dan
Pertambahan Nilai Pajak (Variabel Surat Tagihan
Independen) Pajak berpengaruh
3. Surat Tagihan Positif terhadap
Pajak (Variabel Penerimaan Pajak
Independen) Pertambahan
4. Penerimaan Nilai. Sedangkan
PPN (Variabel secara parsial
Dependen) hanya variabel
Self Assessment
Perbedaan : - System saja yang
berpengaruh
signifikan.
12. Almira Herna Pengaruh Inflasi, Kesamaan : - Hasil penelitian
Renata, Nilai Tukar dan 1. Jumlah menunjukkan
Kadarisman Jumlah Pengusaha Pengusaha bahwa . Inflasi,
Hidayat & Kena Pajak Kena Pajak nilai tukar rupiah
Bayu Terhadap (Variabel dan jumlah PKP
Kaniskha Penerimaan Pajak Independen) berpengaruh
(2016) Pertambahan Nilai 2. Penerimaan secara simultan
Pajak dan signifikan
Pertambahan terhadap
Nilai (Variabel penerimaan PPN.
Dependen)

Perbedaan :
1. Inflasi
(Variabel
Independen
)
2. Nilai Tukar
(Variabel
Independen
)
13. Irul Pengaruh Kesamaan : - Hasil penelitian
Meidhawati , Pelaporan 1. Pemeriksaan menunjukkan
Andi & Pengusaha Kena Pajak (Variabel bahwa jumlah
Denny Pajak, Pemeriksaan Independen) pelaporan
Susanto Pajak Dan Surat 2. Surat Tagihan pengusaha pajak
(2019) Tagihan Pajak Pajak (Variabel penghasilan
Terhadap Independen) signifikan untuk
Penerimaan Pajak 3. Penerimaan penerimaan PPN,
Pertambahan Nilai. PPN (Variabel pemeriksaan pajak
Dependen) menyetujui secara
signifikan pada
Perbedaan : tanda terima PPN.
37
1. Pelaporan dan Surat tagihan
Pengusaha pajak yang
Kena Pajak signifikan dari
(Variabel penerimaan PPN.
Independen)
14. Eka Wida Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
Fridayanthie Assessment System 1. Penerbitan menunjukkan
(2016) dan Penerbitan Surat Tagihan seluruh variabel
Surat Tagihan Pajak (Variabel independen secara
Pajak Terhadap Independen) bersama-sama
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan berpengaruh
Pertambahan Nilai Pajak terhadap variable
Pertambahan dependen sebesar
Nilai (Variabel 89%. Dengan
Dependen) demikian,
pengaruh faktor-
Perbedaan : faktor lainnya
1. Self Assessment yang tidak diteliti
System dalam penelitian
(Variabel ini sebesar 11 %.
Independen)

15. Desmond dan Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian


Hairudin Assessment System 1. Penerbitan menunjukkan
(2020) dan Penerbitan Surat Tagihan bahwa Hasil
Surat Tagihan Pajak (Variabel pengujian parsial
Pajak Terhadap Independen) membuktikan
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan bahwa sistem
Pertambahan Nilai Pajak penilaian itu
Pertambahan sendiri memiliki
Nilai (Variabel pengaruh positif
Dependen) terhadap
penerimaan pajak
Perbedaan : pertambahan nilai,
1. Self Assessment selain itu tagihan
System pajak memiliki
(Variabel efek negatif pada
Independen) penerimaan pajak
pertambahan nilai.
- Hasil tes simultan
membuktikan
bahwa sistem
penilaian sendiri
dan tagihan pajak
memiliki efek
positif pada
38
penerimaan pajak
pertambahan nilai.

2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini hanya terdapat satu variabel dependen yaitu Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai, dan tiga variabel independen yaitu Jumlah Pengusaha Kena Pajak,

Pemeriksaan Pajak dan Surat Tagihan Pajak. Berikut adalah gambar menunjukkan

kerangka pemikiran penelitian ini :

Jumlah
Pengusaha Kena
H1
Pajak
(X1)
11
Penerimaan Pajak
Pemeriksaan
(X1) H2 Pertambahan Nilai
Pajak
(PPN)
(X2)
(Y)

Surat Tagihan
Pajak H1
(X3) 11
3
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

39
2.4. Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai

PPN timbul dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak badan yang telah

dikukuhkan sebagai PKP. Setiap wajib pajak yang memiliki kriteria sesuai dengan

peraturan perpajakan wajib dikukuhkan sebagai PKP.

Bertambahnya wajib pajak badan yang mengukuhkan diri sebagai PKP akan

menambah potensi pemajakan objek PPN yang berarti akan meningkatkan realisasi

penerimaan PPN. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uraian di atas telah

dilakukan oleh Handayani (2011) dan Masithoh (2011) menyatakan, yakni jumlah PKP

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan PPN. Berdasarkan uraian dan

hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah:

H1 : Jumlah Pengusaha Kena Pajak Berpengaruh Terhadap Penerimaan PPN

2.4.2. Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan


Nilai
Dengan tujuan meningkatkan jumlah penerimaan pajak negara, fiskus melakukan

berbagai upaya, baik ekstensifikasi maupun intensifikasi penerimaan pajak.

Ekstensifikasi merupakan upaya meningkatkan penerimaan pajak dengan meningkatkan

jumlah wajib pajak aktif. Sedangkan instensifikasi ditempuh dengan cara meningkatkan

kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kualitas pelayanan pajak, pengawasan

adsministratif perpajakan, pemeriksaan, penyidikan, penagihan serta berbagai penegakan

hukum (Herriyanto dan Toly, 2013).

40
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnayanti dan I Ketut Jati (2015)

menunjukkan bahwa peningkatan pemeriksaan pajak akan menyebabkan terjadinya

peningkatan penerimaan PPN. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian sebelumnya,

maka hipotesis untuk penelitian ini adalah:

H2 : Pemeriksaan Pajak Berpengaruh Terhadap Penerimaan PPN

2.4.3. Pengaruh Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan

Nilai

Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan

tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat Tagihan

Pajak diatur dalam Pasal 14 UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No.6 tahun 2000. DJP dapat

menerbitkan STP setelah meneliti data administrasi perpajakan atau setelah melakukan

verifikasi, pemeriksaan, pemeriksaan ulang, atau pemeriksaan bukti permulaan dalam

rangka penerbitan surat ketetapan pajak. PKP yang melanggar peraturan perpajakan dan

telah diterbitkan STP PPN, maka PKP seharusnya segera melunasi kekurangan

pembayaran beserta sanksi administrasinya.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uraian di atas telah dilakukan oleh

Vegirawati (2011) mengungkapkan bahwa jumlah STP PPN berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penerimaan PPN. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian

sebelumnya, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Surat Tagihan Pajak Berpengaruh Terhadap Penerimaan PPN

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penilitian

Ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh jumlah pengusaha kena

pajak, pemeriksaan pajak, dan surat tagihan pajak yang akan mempengaruhi penerimaan

pajak pertambahan nilai.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuantitatif dengan melakukan studi

empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau

minat yang ingin peneliti investigasi (Uma Sekaran, 2006:121). Menurut Sugiyono

(2013:90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dari penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebagai

pengusaha kena pajak perbulan di KPP Pratama Kayu Agung sepanjang tahun 2017-

2019.

42
3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2013:91).

Teknik pengambilan sampel disebut juga teknik sampling. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, Sehingga sampel diambil

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel

adalah sebagai berikut:

1. PKP terdaftar di KPP Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019.

2. Data berupa jumlah penerimaan Pajak Pertambahan Nilai perbulan periode

2017-2019, jumlah nilai SKP perbulan periode 2017-2019 dan STP PPN yang

diterbitkan selama periode 2017-2019.

Oleh karena penelitian yang dilakukan berupa studi time series selama 3 tahun

dengan unit data bulanan, maka jumlah seluruh sampel sebanyak 36 sampel penelitian

selama periode 2017-2019. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, data yang diperoleh

dengan teknik pengumpulan data dari basis data tersebut dianalisis terlebih dahulu

dengan pengujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan alat analisis

statistik regresi linier berganda.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter yaitu data penelitian yang

berupa arsip dan laporan-laporan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder. Menurut Mudrajad (2003) data sekunder yaitu data yang

43
dikumpulkan lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna

data. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kayu Agung.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dari data-data berupa arsip dan

laporan-laporan yang terdapat di Kantor Pelayananan Pajak (KPP) Pratama Kayu Agung

selama periode 2017-2019. Selain itu dalam pengambilan data juga dilakukan dengan

mencari dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan Pengusaha Kena Pajak,

Pemeriksaan Pajak, Surat Tagihan Pajak dan Penerimaan PPN. serta mempelajari

literatur yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak dan Penerimaan PPN.

3.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.6.1. Variabel Independen

1. Pengusaha Kena Pajak terdaftar (X1)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan

barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan

undang-undang.

PKP yang dijadikan data analisis meliputi semua PKP yang telah terdaftar

dari tahun 2017-2019. Alat ukur yang digunakan untuk menghitung variabel ini

mengacu pada Nursanti dan Padmono (2013). Formulasi perhitungan variabel

sebagai berikut :

PKP bulan saat ini − PKP bulan lalu


PKP (X1) = 𝑥 100%
PKP bulan lalu

44
2. Pemeriksaan Pajak (X2)

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah

data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan

professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

𝑃𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 (𝑋2)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝐾𝑃 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛


= 𝑥 100%
Jumlah total nilai PPN yang diterima tiap bulan

3. Surat Tagihan Pajak (X3)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

STP PPN yang dijadikan data analisis meliputi STP PPN yang

diterbitkan oleh fiskus kepada PKP tiap bulannya selama 36 bulan terhitung per

Januari 2017 – Desember 2019. Alat ukur yang digunakan untuk menghitung

variabel ini mengacu pada Nursanti dan Padmono (2013). Formulasi perhitungan

variabel sebagai berikut :

STP PPN bulan saat ini – STP PPN bulan lalu


STP PPN (X3) = 𝑥 100%
STP PPN bulan lalu

3.6.2. Variabel Dependen

45
1. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Y)

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai perbulan merupakan jumlah penerimaan

perbulan dari PPN. Penerimaan PPN yang dijadikan data analisis meliputi Penerimaan

PPN yang diterima oleh KPP Pratama Kayu Agung dari PKP tiap bulannya selama 36

bulan terhitung per Januari 2017 – Desember 2019. Alat ukur yang digunakan untuk

menghitung variabel ini mengacu pada Nursanti dan Padmono (2013). Formulasi

perhitungan variabel sebagai berikut :

PPN bulan saat ini – PPN bulan lalu


Penerimaan PPN (Y) = 𝑥 100%
PPN bulan lalu

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data hasil

penelitian sehingga dapat memperoleh kesimpulan.

3.7.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji

heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.7.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011).

Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan metode analisis

grafik. Alat yang digunakan dalam melakukan uji normalitas adalah One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai

berikut :

1. Jika p ≤ 0,05 maka distribusi data tidak normal.


46
2. Jika p > 0,05 maka distribusi data normal.

3.7.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengukur tingkat asosiasi (keeratan)

hubungan/pengaruh antar variabel bebas (Ghozali, 2011).

Multikoloniearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)

variance inflation factor (VIF) (Ghozali, 2013). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variable independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam

pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres

terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Maka pengambilan keputusan mengenai multikolinearitas adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak

terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut.

2. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka terjadi gangguan

multikolinearitas pada penelitian tersebut.

3.7.1.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu

periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat

melihat grafik Scatterplot. Deteksinya dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

47
grafik di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y residual yang telah

distudentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola-pola tertentu, seperti ada titik yang membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar), maka terjadi

heteroskedastisitas;

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah

angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.1.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model

pengujian yang sering digunakan adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW

test) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

Jika Keputusan Hipotesis Nol

0 < d < dl Tolak Tidak ada autokorelasi positif


dl ≤ d ≤ du Tidak Ada keputusan Tidak ada autokorelasi positif
4-dl < d < 4 Tolak Tidak ada autokorelasi negative
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak Ada keputusan Tidak ada autokorelasi negative
du < d < 4 – du Tolak Tidak ada autokorelasi, positif atau
negative
Sumber: Ghozali (2011)

48
3.7.2. Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah regresi linear dimana sebuah variabel terikat

(variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Analisis

regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y). Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik maka dilakukan

pengujian regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ᵋ

Keterangan :

Y : Penerimaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai

α : Konstanta

β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi

X1 : Jumlah PKP

X2 : Pemeriksaan Pajak

X3 : Surat Tagihan Pajak

ᵋ : Error

3.7.3. Uji Hipotesis

3.7.3.1. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

independennya (X1, X2, X3, X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen (Y). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Ho : secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

(X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

49
2. Ha : secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

(X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Gambar 3.2
Kurva Distribusi t

Apabila nilai sig T < 0,05 atau thitung > ttabel, maka hipotesis Ho ditolak dan

Ha diterima dan sebaliknya jika nilai sig T > 0,05 atau thitung > ttabel maka Ho diterima

dan Ha ditolak.

3.7.3.2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien R2 digunakan untuk mengetahui kemampuan menjelaskan variabel

independen terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan

1 (0 < R < 1), dimana semakin tinggi nilai R suatu regresi atau semakin mendekati 1,

maka akan semakin tepat suatu garis regresi dan untuk mengukur sumbangan dari

variabel bebas terhadap variabel terikat.

50
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Umum Responden

Data yang digunakan adalah data sekunder dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kayu Agung periode tahun 2017-2019. Data diperoleh dari riset yang dilakukan pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kayu Agung. Populasi pada penelitian adalah wajib

pajak badan yang terdaftar sebagai pengusaha kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kayu Agung. Sampel yang digunakan menggunakan purposive sampling,

sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam purposive

sampling adalah :

1. Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebagai PKP di KPP Pratama Kayu Agung

selama periode 2017-2019.

2. Data berupa jumlah penerimaan Pajak Pertambahan Nilai perbulan periode

2017-2019, jumlah nilai SKP perbulan periode 2017-2019 dan STP PPN yang

diterbitkan selama periode 2017-2019.

Penelitian dilakukan menggunakan data periode januari 2017 hingga desember

2019, karena data yang digunakan merupakan data bulanan selama 3 tahun maka terdapat

36 data sampel (12 bulan dikali 3 tahun) yang didapat dari KPP Pratama Pratama Kayu

Agung yang terdiri dari data jumlah Penerimaan PPN, jumlah PKP yang terdaftar, nilai

SKP, Surat Tagihan Pajak diterbitkan. Data - data tersebut dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

51
Untuk mencari perubahan penerimaan pajak pertambahan nilai dibulan januari maka

dibutuhkan data penerimaan bulan Desember 2016. Jadi dalam penelitian ini data yang

dibutuhkan dimulai dari periode Desember 2016 hingga periode Desember 2019 sesuai

tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Tabel Rasio Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

Keterangan 2017 2018 2019


1 0.58837 -0.76691 -0.4405
2 2.43498 1.177122 -0.05435
3 1.626295 -0.3777 0.959237
4 0.987551 0.068154 0.605697
5 -0.60326 0.514654 0.30729
6 0.124388 0.083554 0.008372
7 0.013583 -0.40029 0.193129
8 -0.20907 -0.11015 -0.85696
9 0.41989 0.34597 0.815701
10 -0.36565 -0.34123 -0.32222
11 0.917135 0.418726 0.998554
12 1.868505 0.531062 -0.00709
Sumber : Data Diolah Penulis (2019)

Untuk kebutuhan sampel variabel Jumlah Pengusaha Kena Pajak, penulis

menggunakan data perubahan SPT Masa PPN. Data yang digunakan merupakan data dari

periode Desember 2016 hingga Desember 2019. Maka hasilnya sesuai dengan yang

digambarkan pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Tabel Rasio Jumlah Pengusaha Kena Pajak

Keterangan 2017 2018 2019


1 0.2 -0.1111111 0.3333333
2 0.16666667 0.125 -0.1666667
3 0.28571429 -0.3333333 0.6
4 0.11111111 0.33333333 -0.875

52
5 -0.2 0 3
6 0.125 0.25 2.25
7 -0.1111111 -0.5 -0.4615385
8 -0.875 -0.2 -0.4285714
9 4 1.25 1.25
10 -0.4 -0.5555556 -0.1111111
11 1.66666667 0.25 -0.375
12 0.125 0.8 -0.8
Sumber : Data Diolah Penulis (2019)

Untuk sampel variabel pemeriksaan pajak, penulis menggunakan rasio

perbandingan dari nilai SKP yang diterbitkan oleh petugas KPP sesuai hasil dari

pemeriksaan dengan penerimaan pajak pertambahan nilainya. Maka data yang

didapatkan sesuai dengan tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3
Tabel Rasio Pemeriksaan Pajak

Keterangan 2017 2018 2019


1 0.0005 0.0045 0.0074
2 1.5729 0.0003 0.0008
3 0.1673 0.008 0.0164
4 0.0003 0.0003 0.0015
5 0.0003 0.0181 0.0033
6 0.0064 0.037 0.0011
7 0.0001 0.3427 0.0005
8 0.002 0.0058 0.0393
9 0.0022 0.0083 0.0214
10 0.0066 0.0005 0.0631
11 0.0397 0.0006 0.0077
12 0.0073 0.0056 0.0206
Sumber : Data Diolah Penulis (2019)

Untuk sampel variabel surat tagihan pajak diperlukan data jumlah surat tagihan

pajak yang diterbitkan setiap bulan. Maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.4 diatas.

53
Tabel 4.4
Tabel Rasio Surat Tagihan Pajak

Keterangan 2017 2018 2019


1 0.142857 -0.66628 -0.84733
2 2.35 1.1216028 0.14
3 1.380597 0.272013 -0.2807
4 1.068966 -0.05562 1.926829
5 0.007576 0.106021 0.16875
6 -0.00752 -0.14793 0.067736
7 0.156061 -0.2125 1.360601
8 0.463958 0.067019 -0.34088
9 0.254252 0.185124 0.152361
10 -0.49036 0.503487 -0.72253
11 0.19888 0.146568 1.291946
12 0.004673 0.153169 -0.62518
Sumber : Data Diolah Penulis (2019)

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel –

variabel dalam penelitian. Deskripsi masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.5
Hasil Statistik Deskriptif

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation

Jumlah Pengusaha 36 -.88 4.00 .2764 1.04818


Kena Pajak
Pemeriksaan Pajak 36 .00 1.57 .0673 .26548

Surat Tagihan Pajak 36 -.85 2.35 .2608 .72264

Penerimaan PPN 36 -.86 2.43 .3098 .73449

54
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

1. Jumlah Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan

Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau ekspor BKP yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-

Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang wajib melaporkan usahanya untuk

dikukuhkan sebagai PKP, tidak termasuk pengusaha kecil, yang batasannya ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil memilih untuk

dikukuhkan sebagai PKP. Dalam penelitian ini, Jumlah Pengusaha Kena Pajak disini

diukur berdasarkan Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Kayu

Agung perbulan selama periode 2017-2019. Hasil analisis deskripttif variabel Jumlah

Pengusaha Kena Pajak diperoleh nilai mean sebesar .2764 dan standar deviasi sebesar

1.04818.

2. Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak adalah pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang

dilakukan oleh wajib pajak badan harus berpegang teguh undang-undang perpajakan.

Dalam penelitian ini, Pemeriksaan Pajak diukur berdasarkan jumlah nilai Surat

Ketetapan Pajak (SKP) perbulan serta jumlah penerimaan PPN perbulan selama periode

2017-2019. Hasil statistik deskriptif untuk variabel ini yaitu mean sebesar .0673 dan

standar deviasi sebesar .26548.

3. Surat Tagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi

administrasi berupa bunga atau denda. Dalam penelitian ini, Surat Tagihan Pajak diukur

55
berdasarkan jumlah Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan perbulan selama periode 2017-

2019 pada KPP Pratama Kayu Agung. Hasil statistic deskriptif untuk variabel ini yaitu

mean sebesar .2608 dan standar deviasi sebesar .72264.

4. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi

barang kena pajak di dalam daerah pabean. Dalam penelitian ini, Penerimaan PPN

dihitung berdasarkan jumlah nilai Pajak Pertambahan Nilai perbulan selama periode

2017-2019 pada KPP Pratama Kayu Agung. Hasil statistic deskriptif untuk variabel ini

yaitu mean sebesar .3098 dan standar deviasi sebesar .73449.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah vaariabel independen dan dependen

terdistribusi secara normal atau tidak. Proses uji normalitas dilakukan dengan

Kolgomogorov-Spinov test. Uji ini dilakukan dengan melihat angka probabilitas yang

dihasilkan yaitu:

a. Nilai signifikasi atau nilai distribusi < 0,05 distribusi tidak normal

b. Nilai signifikasi atau nilai distribusi > 0,05 distribusi normal.

Hasil uji normalitas untuk penelitian ini dapat dililhat pada tabel berikut:

56
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. .50571369
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .119
Positive .119
Negative -.089
Test Statistic .119
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

Dari hasil uji normalitas menggunakan metode Kolomogrov Sminov didapatkan

hasil signifikansi dari uji normalitas 0,200 dimana hasil tersebut lebih besar dari standar

signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa uji tes pada uji normalitas pada

penelitian ini adalah terdistribusi normal.

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas merupakan pengujian untuk mengetahui apakah pada

model regresi terdapat korelasi antar variabel independen dengan menyelidiki besarnya

interkorelasi antar variabel independen tersebut. Model regresi yang baik ditunjukkan

dengan tidak adanya multikolinieritas antar variabel independen yang bisa dilihat dari

besarnya nilai Tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10, maka model yang diajukan bebas dari

gejala multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut:

57
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Perhitungan Keterangan

Tolerance VIF

Jumlah PKP .997 1.003 Tidak Terjadi


Multikolinearitas
Pemeriksaan .778 1.285 Tidak Terjadi
Pajak Multikolinearitas
Surat Tagihan .777 1.286 Tidak Terjadi
Pajak Multikolinearitas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varian dan residual

dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya yang ada pada suatu model.

Homokedastisitas terjadi apabila varians dari residual antara satu persamaan ke

persamaan lainnya tetap, namun apabila varians dari residual antara satu pengamatan ke

pengamatan lain berbeda, dinamakan heterokedastisitas. Uji heterokesdatisitas

digunakan untuk memastikan bahwa semua residual atau error mempunyai varian yang

sama. Jika varian koefisien regresi besar, hal ini akan mempengaruhi uji F atau uji t dan

hasil regresi menjadi tidak akurat. Untuk mendeteksi apakah terdapat heterokedastisitas

dapat dilakukan dengan uji glejser, apabila probabilitas signifikansinya diatas tingkat

kepercayaan 5% maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

heterokedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut :

58
Tabel 4.8
Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .381 .062 6.121 .000
Jumlah PKP .013 .054 .040 .232 .818
Pemeriksaan Pajak -.268 .243 -.216 -1.101 .279
Surat Tagihan Pajak .049 .089 .108 .550 .586
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

Dari tabel di atas hasil uji heterokedastisitas menggunakan uji glejser dapat

dilihat bahwa nilai signifikasi dari semua variabel memiliki nilai >0.05. Hal ini berarti

tidak terjadi gejala heterokesdatisitas.

4.2.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui

apakah terdapat korelasi yang timbul antar variabel yang terdapat dalam prediksi

perubahan waktu. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan menggunakan

dasar pengambilan keputusan dari uji Durbin Watson. Pengujian ini akan menghasilkan

nilai Durbin Watson (DW) yang nantinya akan dibandingkan dengan dua (2) nilai

Durbin Watson.

a. Jika hasil d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka terdapat

autokorelasi, sedangkan

b. Jika hasil d terletak antara dU dan (4-dU) maka tidak terdapat autokorelasi

dan jika d terletak diantara dL dan dU atau antara (4-dU) dan (4-dL) maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

59
Hasil Uji Autokorelasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .725a .526 .481 .52889 1.929
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson yang dihasilkan

adalah 1.929. Nilai ini terletak di antara dU (1.654) dan 4-dU (2.346). Dari hasil ini,

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi.

4.2.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Berikut hasil analisis

regeresi linier berganda dalam penelitian ini :

Tabel 4.10
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1(Constant) .070 .089
Jumlah PKP .179 .085 .255
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

60
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda maka dapat dilihat

koefisien untuk persamaan regresi dari penelitian ini, maka model regresi yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + ε

PPPN = 0,070 + 0,179JPKP + 0,628PP + 0,566STP

Persamaan regresi berganda diatas menunjukkan bahwa nilai a = 0,070 dimana hal

ini berarti apabila jumlah pengusaha kena pajak , pemeriksaan pajak, dan surat tagihan

pajak tidak ada (nol) maka nilai penerimaan pajak pertambahan nilai adalah 0,070.

Pada nilai koefisien β1 sebesar 0,179 artinya setiap 1 unit nilai jumlah pengusaha kena

pajak akan menambah nilai penerimaan pajak pertambahan nilai sebesar 0,179. Pada

nilai β2 sebesar 0,628 artinya setiap 1 unit nilai jumlah pemeriksaan pajak akan

menambah nilai penerimaan pajak pertambahan nilai sebesar 0,628. Pada nilai β3

sebesaar 0,566 artinya setiap 1 unit nilai jumlah surat tagihan pajak akan menambah nilai

penerimaan pajak pertambahan nilai sebesar 0,566.

4.2.4. Uji Hipotesis

4.2.4.1. Uji Parsial (t)

Tabel 4.11
Uji t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .070 .098 .722 .476
Jumlah PKP .179 .085 .255 2.090 .045
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227 1.645 .110
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557 4.037 .000

61
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

Setelah dilakukan uji-t, maka kemudian mecari uji t tabel dengan rumus sebagai berikut :

t tabel = t (α/2 : n-k-1)

= t (0,025 : 32)

= 2.037

Dari tabel 4.10 diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai t hitung (jumlah pengusaha kena

pajak) > t tabel (2,090 > 2,037) dengan signifikansi = 0,045 (signifikansi <

0,05). Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 di terima, artinya terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan antara jumlah pengusaha kena pajak terhadap

penerimaan pajak pertambahan nilai.

2. Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai t hitung (pemeriksaan pajak) < t tabel

(1,645 > 2,037) dengan signifikansi = 0,110 (signifikansi > 0,05). Hal ini

berarti Ho diterima dan H2 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan

nilai.

3. Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai t hitung (surat tagihan pajak) > t tabel

(4,037 > 2,037) dengan signifikansi = 0,000 (signifikansi < 0,05). Hal ini

berarti Ho ditolak dan H3 di terima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan

antara surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai.

62
4.2.4.2. Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.12

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .725a .526 .481 .52889
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

Digunakan untuk menguji seberapa jauh kemampuan model penelitian dalam

menerangkan variabel dependen, yaitu dengan menghitung koefisien determinasi (R²).

Semakin besar adjusted R² suatu variabel independen, menunjukkan semakin dominan

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.R² mencerminkan seberapa

besarnya variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Nilai R²

berada antara 0 dan 1, dimana jika R²=1 berarti bahwa variasi dalam variabel terikat

dapat diterangkan sepenuhnya oleh variabel bebas. Jika nilai R² bernilai kecil, maka

kemampuan variabel bebas menjelaskan variasi dalam variabel terikat masih rendah. Hal

ini berarti banyak variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model dan lebih

mempengaruhi variabel terikat. Berdasarkan hasil dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa

nilai adjusted R² adalah sebesar 0.481. Hal ini berarti seluruh variabel independen dan

variabel kontrol yang digunakan dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 48.1%.

Dari angka tersebut, diketahui bahwa sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain

yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (H1)

63
Pengusaha Kena Pajak (PKP) merupakan pengusaha yang dalam kegiatan usaha

atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau

penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau ekspor BKP yang dikenakan pajak

berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang wajib melaporkan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, tidak termasuk pengusaha kecil, yang

batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil

memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. Berdasarkan hasil regresi yang ditampilkan

pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa Jumlah Pengusaha Kena Pajak memiliki nilai

signifikansi t 0,045 yang berarti berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPN

sebagai variabel dependen. Hal ini dikarenakan nilai signifikan tersebut lebih kecil dari

0.05. Nilai koefisien t menunjukkan hasil positif yaitu sebesar 0.255. Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa Jumlah Pengusaha Kena Pajak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Penerimaan PPN. Dengan kata lain semakin banyak wajib pajak

badan yang mengukuhkan diri sebagai PKP, maka semakin besar realisasi penerimaan

PPN. Dengan bertambahnya jumlah PKP yang terdaftar maka akan menambah potensi

penyerahan barang dan jasa kena pajak. Sehingga akan menambah penerimaan PPN pada

Kota Kayu Agung. Hasil ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1 (H1) terdukung.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu

Handayani (2011) dan Masithoh (2011) juga mengatakan bahwa jumlah PKP

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan PPN.Sedangkan untuk

penelitian yang dilakukan oleh Nursanti dan Padmono (2013) menyatakan bahwa PKP

Terdaftar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan PPN. Peneliti

menjelaskan bahwa bertambahnya PKP baru tidak selalu memberikan kontribusi pada

64
penerimaan PPN. Hal ini disebabkan karena PKP yang ada di KPP Surabaya Gubeng

sebagian besar adalah PKP jasa yang dimana PKP jasa hanya aktif menjalankan

kewajiban perpajakannya pada saat mereka dalam kontrak kerja dan bila kontrak kerja

mereka telah habis mereka tidak menjalankan perpajakannya. Sedangkan, KPP Pratama

Kayu Agung memiliki PKP yang terdaftar sebagian besar adalah PKP industri dan PKP

dagang memiliki arus perputaran transaksi yang cepat sehingga memungkinkan PPN

yang dipungut pun besar. Walaupun dari data yang diperoleh jumlah PKP yang terdaftar

pada tahun 2019 mengalami penurunan tetapi penerimaan pajak pada tahun 2019 tetap

meningkat hal ini wajar terjadi dikarenakan besarnya pengaruh variabel lain terhadap

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai yang lebih besar. Penurunan jumlah PKP tetapi

meningkatnya penerimaan PPN pada tahun2019 ini bisa disebabkan oleh menguatnya

nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing atau terjadi penurunan harga barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat. Hal ini tentu mempengaruhi hasil penelitian penulis yang

berbeda dengan penelitian sebelumnya.

4.3.2. Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan

Nilai (H2)

Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah

data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Berdasarkan hasil regresi yang ditampilkan pada tabel

4.6 dapat diketahui bahwa Pemeriksaan Pajak memiliki nilai signifikansi t 0,110 yang

berarti tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPN sebagai variabel

65
dependen. Hal ini dikarenakan nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0.05. Nilai

koefisien t menunjukkan hasil positif yaitu sebesar 0.227. Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa Pemeriksaan Pajak berpengaruh positif tetapi tidak

berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPN. Hasil ini menunjukkan bahwa

Hipotesis 2 (H2) tidak terdukung. Hal ini disebabkan karena penerbitan suatu Surat

Ketetapan Pajak (SKP) kepada wajib pajak badan yang tidak benar dalam pengisian SPT

atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak badan,

sehingga Pemeriksaan Pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada penerimaan

PPN. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2017)

yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan

PPN.

4.3.3. Pengaruh Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN)

Surat Tagihan Pajak adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak

dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda (Undang-Undang KUP Pasal

14 ayat 3). Berdasarkan hasil regresi yang ditampilkan pada tabel 4.6 dapat diketahui

bahwa Surat Tagihan Pajak memiliki nilai signifikansi t 0,000 yang berarti berpengaruh

signifikan terhadap Penerimaan PPN sebagai variabel dependen. Hal ini dikarenakan

nilai signifikan tersebut lebih kecil dari 0.05. Nilai koefisien t menunjukkan hasil positif

yaitu sebesar 0.557. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Surat Tagihan

Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan PPN. Hasil ini

menunjukkan bahwa Hipotesis 3 (H3) terdukung.

66
Hasil penelitian penulis memiliki hasil yang sama dengan penelitian Vegirawati

(2011) mengungkapkan, jumlah STP PPN berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan PPN. Namun berbeda dengan penelitian (Nursanti dan Padmono, 2013) yang

menyatakan bahwa variabel independen (STP) berpengaruh negatif terhadap variabel

penerimaan PPN. Hal ini dikarenakan jumlah piutang pajak yang dapat ditagih dan yang

tidak dapat ditagih berbeda. Sebagaimana dijelaskan oleh Iswahyudi (2005) dalam

Nursanti dan Padmono (2013) bahwa piutang pajak yang tidak dapat ditagih dapat

dihapuskan sehingga akan mengakibatkan penerimaan PPN menurun.

67
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Jumlah Pengusaha Kena Pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap penerimaan PPN. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar

0,255 dan nilai signifikasi sebesar 0,045, lebih kecil dari 0,05, dengan demikian

Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini terdukung yaitu Jumlah Pengusaha Kena

Pajak berpengaruh positif terhadap Penerimaan PPN.

2. Pemeriksaan Pajak memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

penerimaan PPN. Hal ini ditunjukkan oleh koefisen regresi sebesar 0,227 dan

nilai signifikasi sebesar 0,110, lebih besar dari 0,05, dengan demikian Hipotesis

2 (H2) dalam penelitian ini tidak terdukung yaitu Pemeriksaan Pajak tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan PPN.

3. Surat Tagihan Pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

penerimaan PPN. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar 0,557 dan

nilai signifikasi sebesar 0,000, lebih kecil dari 0,05, dengan demikian Hipotesis

3 (H3) dalam penelitian ini terdukung yaitu Jumlah Pengusaha Kena Pajak

berpengaruh positif terhadap Penerimaan PPN.

68
5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya melakukan pengumpulan data pada tahun 2017- 2019

sehingga data yang terkumpul terbilang cukup sedikit.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data pada satu KPP saja, yaitu KPP Pratama

Kayu Agung.

3. Penelitian ini hanya menggunakan variable sedikit, yakni tiga variable saja.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan hasil penelitian, maka dapat diajukan

saran sebagai berikut:

1. Perbanyak lagi data yang akan digunakan untuk diteliti dengan cara menambah

tahun penelitian misalnya dari 3 tahun menjadi 5 tahun.

2. Melakukan penelitian lebih dari satu KPP sehingga hasil dari penelitian dapat

memiliki ruang lingkup yang luas.

3. Menambahkan variabel baru pada penelitian agar dapat lebih memperjelas

faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PPN.

69
DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne.(2012). Pengertian Kontribusi.Bandung : Kencana

Aprilianti, A. A., Yudowati, S. P., & Kurnia. (2018). Pengaruh Self Assessment System,
Pemeriksaan Pajak , dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai ( PPN ) ( Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
Tahun 2013-2016 ). Kajian Akuntansi,19(2), 84–92.

Desmon & Hairudin. (2020). Pengaruh Self Assessment System dan Penerbitan Surat
Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Manajemen Dan
Bisnis, 2(1), 47–55.

Dhyina. (2015). Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan
Pajak Terhadap Penerimaan PPN. Universitas Kristen Maranatha, 5(1), 1–15.

Direktorat Jenderal pajak, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan


Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata
Cara Perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak, Undang-undang No. 18 Tahun 2000 tentang Perubahan


Ketiga atas Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah.

Fridayanthie, E. wida. (2016). Pengaruh Self Assessment System dan Penerbitan Surat
Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. IOSR Journal of
Economics and Finance, 3(1), 56.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harriyanto, Marisa. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi


Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
Pratama Surabaya Sawahan. Jurnal Universitas Kristen Petra, 13(1), 220-229.
70
Hidayat, R. A. (2016). Pengaruh Self Assessment System, Kepatuhan Wajib Pajak, dan
Penagihan Pajak pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Universitas
Muhamadiyah Semarang, 14(1), 1–14.

http://www.kemenkeu.go.id diakses pada tanggal 10 September 2019

Hum, D. P. S., Agus, B., & Iip, S. S. (2017). Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak
Terdaftar, Pemeriksaan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai. Universitas Multimedia Nusantara, 14(1), 1–14.

Ika Nursanti dan Yazid Yud Padmono. (2013). Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak
Terdaftar, Surat Pemberitahuan Masa PPN, dan Surat Tagihan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Ilmu Dan Riset Akuntansi, 1(1), 01–39.

Ivon Trisnayanti, I., & Jati, I. (2015). Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan
Pajak, Dan Penagihan Pajak Pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). E-
Jurnal Akuntansi, 13(1), 292–310.

Kresna, Y. (2014). Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 13(1), 1–
14.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Lubis, F. K. (2016). Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak dan Surat Pemberitahuan
Masa Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada KPP Pratama Medan
ota. Univversitas Islam Sumatera Utara, 5(2), 466–476.

Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Maulida, C. I. (2017). Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak dan


Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Universitas
Syiah Kuala, 2(4), 67–74.

71
Meidhawati, I., Andi, & Susanto, D. (2019). Pengaruh Pelaporan Pengusaha Kena Pajak,
Pemeriksaan Pajak Dan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai. Manajemen Dan Bisnis, XII(1), 100–122.

Meiliawati, A. (2013). Pengaruh Pemeriksaan Dan Penagihan Pajak Terhadap


Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Kosambi. Jurnal ULTIMA Accounting, 5(1),
1–18.

Miski,Umara. (2015). Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak
Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Jurnal Universitas Widyatama,
2(1), 13-23.

Mispa, Sitti. (2019). Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). STIEM Bongaya Makasar, 4(1), 162–
180.

Nindar, Muhammad Rizki,dkk. (2014). Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat


Teguran dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi,2(1), 1-12.

Nurrokhman, A. (2014). Analisis Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak Dan Surat
Pemberitahuan Masa Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Universitas
Dian Nuswantoro, 1, 1–23.

Nursanti, Ika., dan Padmono, Y.Y., (2013), “Pengaruh Self Assessment System dan
Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai”, Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi, I

Pandiangan, Dedy Setya Utama. (2014). Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Surat Tagihan Pajak, Jumlah Pengusaha Kena Pajak, dan Surat Pemberitahuan
terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Jurnal Universitas Atma Jaya
Yogyakarta,21(5), 122-131.

72
Peraturan Menteri Keuangan PMK No.197/PMK.03/2013 tentang Batasan Pengusaha
Kecil Pajak Pertambahan Nilai

Pramono, Abi Dwi, Herman Legowo.(2011). Pengaruh Jumlah SSP, Jumlah SPT dan
Jumlah PKP Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di KPP Pratama
Bantul. Jurnal Universitas Gadjah Mada,2(9), 1-14.

Renata, Almira Herna., Hidayat.K., & K. B. (2015). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai. Perpajakan, 53(9), 1689–1699.

Resmi,Siti.(2006). Perpajakan : Teori dan Kasus, Buku 1 Edisi 2 & Penerbit Salemba
Empat. Jakarta

Resmi, Siti.(2013). Perpajakan: Teori dan Kasus.Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Mukhlis.2012. Dimensi Ekonomi


Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Bogor: Penerbit Raih Asa Sukses.

Siti Kurnia Rahayu.(2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.


Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Uma Sekaran.(2006).Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 2, Jakarta:


Salemba Empat.

Vegirawati, Titin., (2011), “Pengaruh Penerbitan Surat Tagihan Pajak dengan


Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang”, Skripsi, Universitas
Sjakhyakirti.

73
LAMPIRAN

74
LAMPIRAN

Data Jumlah Pengusaha Kena Pajak

Tahun
Bulan
2017 2018 2019

Januari 6 9 6

Februari 7 8 5

Maret 9 9 8

April 10 6 1

Mei 8 8 4

Juni 9 8 13

Juli 8 10 7

Agustus 1 5 4

September 5 4 9

Oktober 3 9 8

November 8 4 5

Desember 9 5 1

Total 83 85 71

Data Jumlah Nilai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tahun
Bulan
2017 2018 2019

75
Januari
799,650 52,586,810 112,467,511
Februari
8,567,453,000 8,345,278 12,209,377
Maret
2,393,827,105 127,025,513 464,417,344
April
8,324,685 4587691 68,185,121
Mei
3,278,654 444,426,172 193,977,179
Juni
80,979,888 983,672,679 68,888,768
Juli
1,758,319 5,461,300,000 34,071,019
Agustus
20,714,286 81,639,464 598,036,498
September
31,055,819 125,443,761 226,637,615
Oktober
60,792,296 6,193,502 794,387,649
November
696,225,554 9,824,996 193,567,245
Desember
434,238,441 154,135,850 589,863,708
Total
12,299,447,697 7,459,181,716 3,356,709,034

Data Surat Tagihan Pajak

Tahun
Bulan
2017 2018 2019

Januari 40 287 200

Februari 134 636 228

Maret 319 809 164

April 660 764 480

Mei 665 845 561

Juni 660 720 599

76
Juli 763 567 1414

Agustus 1117 605 932

September 1401 717 1074

Oktober 714 1078 298

November 856 1236 683

Desember 860 1310 256

Total 8189 9574 6889

77
HASIL OUTPUT SPSS

Uji Asumsi Klasik

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. .50571369
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .119
Positive .119
Negative -.089
Test Statistic .119
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Perhitungan Keterangan

Tolerance VIF

Jumlah PKP .997 1.003 Tidak Terjadi


Multikolinearitas
Pemeriksaan .778 1.285 Tidak Terjadi
Pajak Multikolinearitas
Surat Tagihan .777 1.286 Tidak Terjadi
Pajak Multikolinearitas

78
Hasil Uji Heterokedastisitas

Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .381 .062 6.121 .000
Jumlah PKP .013 .054 .040 .232 .818
Pemeriksaan Pajak -.268 .243 -.216 -1.101 .279
Surat Tagihan Pajak .049 .089 .108 .550 .586

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .725a .526 .481 .52889 1.929
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

79
HASIL OUTPUT SPSS

Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1(Constant) .070 .089
Jumlah PKP .179 .085 .255
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557

80
HASIL OUTPUT SPSS

Uji Hipotesis

Hasil Uji Parsial

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .070 .098 .722 .476
Jumlah PKP .179 .085 .255 2.090 .045
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227 1.645 .110
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557 4.037 .000

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .725a .526 .481 .52889
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25

81

Anda mungkin juga menyukai