Skripsi Oleh :
JUNITA MELINDA
01031181621038
AKUNTANSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
2021
i
ii
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS KARYA ILMIAH
Nim : 01031181621038
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
Ketua : Hj.Ermadiani,S.E,.M.M,.Ak
Adalah benar hasil karya sendiri. Dalam skripsi ini tidak ada kutipan hasil karya orang lain
yang tidak disebut sumbernya.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila pernyataan saya tidak
benar dikemudian hari, saya bersedia dicabut predikat kelulusan dan gelar keserjanaan.
JUNITA MELINDA
NIM. 01031181621038
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
- NKCTHI
Kupersembahkan untuk:
iv
KATA PENGATAR
“Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (Studi pada KPP Pratama Kayu
pengusaha kena pajak, pemeriksaan pajak dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan
pajak pertambahan nilai. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai input bagi penulis untuk
memperbaiki di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan
Junita Melinda
NIM. 01031181621038
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis hanturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul, “Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena
Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)” (Studi Pada KPP Pratama Kayu Agung Periode 2017-2019).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi
program Strata Satu (S-1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini, izinkan penulis menyampaikan ucapan Terima Kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor Universitas Sriwijaya.
2. Bapak Prof. Dr. Taufiq, SE, M.S.i selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya.
3. Bapak Arista Hakiki, S.E., M.Acc., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sriwijaya.
4. Ibu Hj.Ermadiani, S.E.,M.M,.Ak,.CA selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Eka
Meirawati, S.E., M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih Ibu selalu
bersedia dan sabar untuk membimbing penulis serta atas waktu yang telah ibu
luangkan untuk menuntun penulis, memberikan saran, ajaran, masukan, dan
motivasi, dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan selama penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya yang telah memberikan dan
membagikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulisan
menjalankan perkuliahan.
6. Staff Administrasi Jurusan Akuntansi Kak Adi dan Mbak Novi yang selalu
direpotkan dengan berbagai macam pertanyaan.
7. Kedua orang tua yang tersayang dan tercinta, Almarhum Papa tersayang Selamat
Riadi dan Mama tercinta Jamilah. Kalian orang tua terbaik, yang tidak pernah ingin
penulis merasa beda dari anak-anak lainnya sehingga selalu memberikan yang
semaksimal mungkin apa yang di butuhkan oleh penulis. Maaf belum bisa
membahagiakan dan terimakasih atas kepercayaannya, penulis menyayangin kalian.
vi
8. My Sister Julia Riani dan Herpika yang telah memberikan dukungan moril, doa,
semangat, dan material selama proses dari perkuliahan hingga tamat kuliah.
9. “CERIWIS” Ulfa S.E, Shella Farizah S.E, Riska Ramadhani S.E, Yuni Puspita
S.E, Putri Novita S.E, dan Melinda Prastika S.E, Terimakasih telah menjadi
sahabat, saudara, dan teman yang telah mewarnai dunia perkuliahan penulis dengan
berbagai macam kebodoh yang diperbuat. Penulis sangat bersyukur mempunyai
teman tulus, baik, royal, selalu mengerti satu sama lain, saling membantu dalam suka
maupun duka, pintar, dan dapat diandalkan dalam semua situasi. Terimakasih sudah
mau direpotkan berkat kalian dunia perkuliahan penulis sangat berwarna serta berkat
kalian juga penulis dapat melakukan berbagai macam hal yang luar biasa salama
kuliah, sayang kalian selalu gengs iloveyou. Sukses selalu gengs!!
10. My 24/7, M.Deswandhy Ramadhan S.E. Terimakasih telah menjadi yang terbaik,
selalu membantu dan selalu siap direpotkan selama proses perskripsian ini. Selalu
siap sedia mendengarkan kelu kesah, tangisan, amarah, dan kekecewaan selama
perskripsian dan selalu dinasehati untuk selalu sabar dan selalu bilang pasti ada jalan
keluarnya sampai akhirnya penulis sampai ditahap ini. Maaf dan terimakasih banyak.
Sukses buat kita!!
11. “G1000” Mesi Apriani S.E, Dwi Revika S.E, Rossalina S.E, Terimakasih selalu
memberi semangat selama proses perkulihan sampai proses perskripsian.
Terimakasih juga sering direpotkan, dan atas tumpangan kosannya selama proses
perkuliahan, magang, dan perskripsian. Walaupun kita beda almamater tapi hati kita
tetap satu. Semangat dan sukses selalu buat kita, Sayang kalian!
12. Sahabat tersayang, Meri Octasari, Ayu Amelia, dan Dela Meisis Caturini.
Terimakasih telah menghibur disaat mengalami pusingnya dunia perskripsian.
Terimakasih juga khususnya Meri Octasari selalu menemani saat proses pengambilan
data di KPP Pratama Kayu Agung. Sayang Kalian Sukses selalu gengs!
13. KMOI (Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir), Organisasi tercinta tempat penulis belajar
segala hal dan pengalaman selama tiga tahun kepemimpinan hingga sekarang.
Terimakasih sudah memberi warna selama dunia perkuliahan khususnya, Putri
Oktasari, Mutianti Syahvinsi S.P, Nindya Rosalia Putri, M.Al-Ridho S.P, Efri Jayadi,
vii
dan Risky Adi Saputra S.E. Yang selalu siap siaga dikala butuh bantuan. Penulis
sangat besyukur mempunyai keluarga seperti kalian.
14. Teman-teman Akuntansi angkatan 2016 Indralaya dan Palembang atas
kenangan, pengalaman, bantuan, canda tawa dan kerjasama selama ini. Terimakasih
telah menjadi teman seperjuangan selama menjalani perkuliahan.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih telah
membantu dan memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
Junita Melinda
NIM. 01031181621038
viii
x
x
ix
RIWAYAT HIDUP
PENGALAMAN ORGANISASI
2016 – 2017 : Anggota Ikatan Mahasiswa Akuntansi
2016 – 2017 : Sekretaris Departemen Media Data dan Informasi
Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir
2017 – 2018 : Kepala Departemen Media Data dan Informasi
Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir
2018 – 2019 : Bendahara Umum Keluarga Mahasiswa Ogan Ilir
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................................x
ABTRACT ....................................................................................................................ix
xiii
2.1.3. Pengelompokkan Pajak .......................................................................... 15
xiv
3.3. Populasi dan Sampel .....................................................................................42
xv
4.2. Hasil Penelitian ................................................................................................54
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.3 Data Jumlah Nilai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar .............................8
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Negara dapat dilakukan jika terdapat dana. Pajak merupakan salah satu dari beberapa
sumber pendapatan Negara yang berpotensi dalam pembangunan Negara. Saat ini sekitar
dibutuhkan peran serta masyarakat untuk sadar dan peduli dalam membayar pajak.
paling besar dalam membiayai pengeluaran negara. Namun, perlu diingat bahwa tidak
semua orang dapat dikenakan PPh karena pajak tersebut hanya dapat dikenakan kepada
mereka yang telah berpenghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak. Akan tetapi, hal
tersebut tidak berlaku bagi PPN karena pengenaannya dapat dilimpahkan kepada orang
lain sehingga memungkinkan semua orang dapat dikenakan PPN. Dengan potensi
pemajakan objek PPN yang besar tentu berpengaruh terhadap penerimaan PPN.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu beban pajak yang harus
dipenuhi atau dibayarkan oleh wajib pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan
jenis pajak yang dikenakan atas barang dan jasa yang mengalami pertambahan nilai.
PPN mulai diperkenalkan di Indonesia pada 1 April 1985 sebagai pengganti dari Pajak
Penjualan (PPn), yang merupakan hasil dari reformasi perpajakan pada tahun 1983
(Simanjuntak dan Mukhlis, 2012: 50). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak
1
yang menyumbang pendapatan terbesar dari sistem perpajakan lebih dari 136 negara,
meningkatkan sekitar seperempat dari penerimaan pajak di dunia (Aizenman & Jinjarak,
2005). Kontribusi ini juga meningkat dari tahun ketahun seiring dengan meningkatnya
target penerimaan pajak secara keseluruhan. Peningkatan target penerimaan pajak ini
tidak lepas dari peranan pemerintah yang telah memperbaiki sistem perpajakan nasional
agar Indonesia menjadi bangsa yang lebih mandiri dalam hal pembiayaan Negara dan
pembiayaan pembangunannya atau dalam arti tidak tergantung dari pinjaman luar negeri.
Berikut disajikan data mengenai target dan realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai
Tabel 1.1
Berdasarkan table 1.1 diatas dapat dilihat bahwa KPP Pratama Kayu Agung
mempunyai target tiap tahunnya. Pada tahun 2017 KPP Pratama Kayu Agung memasang
target penerimaan PPN sebesar Rp. 205.340.165.154. Namun pada realisasi KPP
Pratama Kayu Agung tidak mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar Rp.
189.277.498.164 target yang tercapai hanya 92,15%. Pada tahun 2018 target lebih
meningkat ditetapkan oleh KPP Pratama Kayu Agung yakni sebesar Rp.
2
221.546.358.278. Namun pada realisasinya KPP Pratama Kayu Agung masih belum
dengan persentase yang dicapai sebesar 94,97%. Sedangkan pada tahun 2019 KPP
Pratama Kayu Agung berhasil mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar
pencapaian yang didapatkan sebesar 105,52%. Walaupun yang mencapai target hanya
pada tahun 2019 saja tetapi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai cenderung terus
meningkat tiap tahunnya, ini artinya Pemerintah telah berhasil meningkatkan penerimaan
PPN yang ada di wilayah KPP Pratama Kayu Agung. Hal ini disebabkan wajib pajak
yang telah sadar akan peran wajib pajak untuk membayar pajak nya secara rutin. Pajak
Negara di sektor pajak tiap tahunnya. Selain itu dengan meningkatnya penerimaan Pajak
Tarif pajak pertambahan nilai adalah 10%, tarif pajak 0% juga diterapkan atas
ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan
ekspor jasa kena pajak. pihak yang wajib menyetor dan melaporkan pajak pertambahan
nilai adalah pengusaha kena pajak, dan pemungut pajak pertambahan nilai. (Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009). Fiskus selalu melakukan berbagai cara untuk
melalui PPN yaitu melalui pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). PKP adalah
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 42 Tahun 2009
3
tentang Pajak Pertambahan Nilai, tidak termasuk pengusaha kecil, yang batasannya
bahwa Pengusaha Kecil atau Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto
dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4.8 miliar tidak diwajibkan untuk
melaporkan diri sebagai PKP. Namun Pengusaha Kecil mempunyai hak memilih untuk
dikukuhkan sebagai PKP apabila yang bersangkutan bersedia dikukuhkan sebagai PKP.
Pada akhir masa pajak, Pengusaha Kena Pajak akan memperhitungkan kembali
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungutnya.
Apabila Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada jumlah Pajak Kecil,
pajak berikutnya. Sebaliknya, apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak
Masukan, selisihnya merupakan kurang bayar yang harus disetor oleh Pengusaha Kena
Pajak. Untuk itu jika terjadi peningkatan jumlah pengusaha yang mendaftar dan
PPN. Hal ini dikarenakan bertambahnya jumlah PKP yang terdaftar berarti semakin
banyak jumlah transaksi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, maka semakin
banyak jumlah PPN yang dipungut dan disetor ke negara, berarti penerimaan PPN akan
meningkat. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Nursanti dan Padmono
(2013) bahwa PKP berpengaruh terhadap penerimaan PPN dan Kresna (2014) dalam
4
penerimaan PPN serta Sitio (2015) yang menyatakan bahwa PKP Terdaftar berpengaruh
terhadap penerimaan PPN. Berikut data jumlah pengusaha kena pajak yang terdaftar di
Tabel 1.2
Jumlah Pengusaha Kena Pajak
2017-2019
Tahun
Bulan
2017 2018 2019
Januari 6 9 6
Februari 7 8 5
Maret 9 9 8
April 10 6 1
Mei 8 8 4
Juni 9 8 13
Juli 8 10 7
Agustus 1 5 4
September 5 4 9
Oktober 3 9 8
November 8 4 5
Desember 9 5 1
Total 83 85 71
5
Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah pengusaha kena pajak yang
terdaftar selama periode 2017-2019 berjumlah 239 PKP. Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa pada tahun 2019 terjadi penurunan jumlah PKP yaitu dari 85 PKP menjadi 71
PKP saja, hal ini dapat disebabkan karena menurunnya PKP yang dikukuhkan pada KPP
Pratama Kayu Agung, namun hal ini tidak akan menyebabkan menurunnya penerimaan
pajak pertambahan nilai pada tahun 2019 karena hal ini juga dapat disebabkan oleh
faktor lain yaitu meningkatnya kegiatan transaksi barang dan jasa kena pajak oleh
Jika sistem fiskus tidak berjalan dengan maksimal maka banyak WP yang dengan
rangka mengamankan penerimaan pajak khususnya penerimaan yang berasal dari Pajak
Pajak. Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
kecurangan yang dilakukan oleh WP dan juga mendorong mereka untuk membayar
6
pajak dengan jujur sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan semakin banyak ditemukan
banyak. Lalu hasil dari pemeriksaan pajak ini akan mengakibatkan pajak terutang
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 13, SKP adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih
harus dibayar. Maka dari itu semakin banyak dilakukan pemeriksaan pajak dengan
kewajiban pajaknya yang belum atau kurang dibayar dengan jujur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sehingga dapat meningkatkan penerimaan PPN. Hal ini didukung
dengan penelitian Trisnayanti dan Jati (2015) yang menunjukan bahwa pemeriksaan
pajak berpengaruh positif pada penerimaan PPN dan Mahendra dan Sukartha (2014)
pajak. Selain itu Meiliawati (2013) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Berikut data jumlah nilai surat ketetapan pajak
yang diterbitkan pada KPP Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019 :
7
Tabel 1.3
Jumlah Nilai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
2017-2019
Tahun
Bulan
2017 2018 2019
Januari
799,650 52,586,810 112,467,511
Februari
8,567,453,000 8,345,278 12,209,377
Maret
2,393,827,105 127,025,513 464,417,344
April
8,324,685 4587691 68,185,121
Mei
3,278,654 444,426,172 193,977,179
Juni
80,979,888 983,672,679 68,888,768
Juli
1,758,319 5,461,300,000 34,071,019
Agustus
20,714,286 81,639,464 598,036,498
September
31,055,819 125,443,761 226,637,615
Oktober
60,792,296 6,193,502 794,387,649
November
696,225,554 9,824,996 193,567,245
Desember
434,238,441 154,135,850 589,863,708
Total
12,299,447,697 7,459,181,716 3,356,709,034
Sumber : KPP Pratama Kayu Agung
Dari table 1.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah nilai Surat Ketetapan Pajak yang
diterbitkan pada KPP Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019 sebanyak
23,115,338,447.
8
Sarana bagi PKP dalam melaksanakan dan menjalankan kewajiban perpajakannya
adalah dengan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPN. SPT Masa PPN
Apabila dari hasil penelitian SPT masa PPN terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung,
undangan perpajakan maka akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) PPN. STP PPN
adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi
berupa bunga dan atau denda (Undang-Undang KUP Pasal 14 ayat 3).
STP PPN diterbitkan apabila dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran
pajak akibat salah tulis atau salah hitung, PKP tidak membuat faktur pajak atau membuat
tetapi tidak tepat waktu, PKP tidak mengisi faktur pajak secara lengkap, PKP
melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak, dan PKP
Fungsi diterbitkannya STP PPN yaitu sebagai koreksi atas jumlah pajak yang
terutang, sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau denda dan sarana
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, jenis administrasi yang ditagih dengan STP
PPN yaitu denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi Pengusaha yang tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha
Kena Pajak yang tidak membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak.
9
Surat Tagihan Pajak PPN diterbitkan dengan tujuan untuk menjaga penerimaan
negara yang seharusnya diterima dari sektor pajak. STP PPN ini dapat menjadi indikator
Semakin besar jumlah nominal STP PPN yang diterbitkan, berarti semakin besar
penerimaan PPN yang diterima, maka penerimaan PPN juga akan ikut meningkat. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nursanti dan Padmono (2013) dan
Kresna (2014) yang mengatakan bahwa STP PPN berpengaruh terhadap penerimaan
PPN. Berikut data Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kayu Agung
periode 2017-2019 :
Tabel 1.4
2017-2019
Tahun
Bulan
2017 2018 2019
10
Oktober 714 1078 298
Dari tabel 1.4 diatas dapat dilihaat bahwa Surat Tagihan Pajak PPN yang
diterbitkan pada KPP Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019 sebanyak 24.652
penelitian yang dilakukan oleh Nursanti dan Padmono (2013). Persamaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan variabel dependen yang sama yaitu
yaitu Pemeriksaan Pajak yang mengacu pada penelitian Trisnayanti dan Jati
(2015) dimana pada penelitian yang dilakukan Nursanti dan Padmono (2013)
2. Periode Penelitian Periode yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2017
yang telah dipaparkan, penelitian ini dilakukan dengan tujuan meneliti kembali
11
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PPN. Dengan Objek penelitian
yang berbeda dengan penelitian terdahulu, untuk itu penulis melakukan penelitian
Pertambahan Nilai?
Pertambahan Nilai?
12
2. Untuk Menganalisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai.
Pertambahan Nilai.
Manfaat dari penelitian ini mengharapkan dapat berguna dan dapat memberikan
penelitian yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang
Perpajakan dan memberikan bukti empiris. Hasil penelitian ini juga diharapkan
13
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal
ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Kontribusi dalam pengertian sebagai
tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan
dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya,
sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan
ke empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
14
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
Menurut Soemitro dalam Resmi (2013), pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang – undang (yang dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
Pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa (1) pajak dipungut berdasarkan atau
pajak tidak ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah, (3) Pajak
pungutan wajib berdasarkan undang - undang yang bersifat memaksa oleh negara kepada
rakyat tanpa timbal balas langsung namun akan digunakan untuk kemakmuran rakyat.
1. Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:
Pajak Penghasilan.
15
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
(PPN).
2. Sifatnya
3. Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai
(PBB).
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
atas: Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
barang kena pajak di dalam daerah pabean. (penjelasan pasal 7 ayat 2 UU no.42 tahun
2009).
16
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari pajak penjualan.
Alasan penggantian ini karena pajak penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk
antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan
1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam UU No.42 tahun 2009 tentang
pajak pertambahan nilai dan atau penjualan atas barang mewah. Subjek PPN
terdiri dari :
c. Orang pribadi yang memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud atau
memanfaatkan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
Selain subjek pajak yang ditentukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga
Pertambahan Nilai (PPN) yang dijelaskan dalam UU. No. 42 tahun 2009 pasal 4
17
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak beruwujud dari luar daerah pabean
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
7. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak.
Nomor 11 Tahun 1994, dan diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor
4. Tarif PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga memiliki tarif tertentu. Dalam UU No.
pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan ekspor jasa
kena pajak.
18
Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diterima oleh
pengusaha kena pajak karena telah melakukan pembelian atau pembayaran barang
kena pajak atau jasa kena pajak dengan menerima faktur pajak atau dokumen
Pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib
dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena
pajak, penyerahan jasa kena pajak, ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor
barang kena pajak tidak berwujud, dan atau ekspor jasa kena pajak.
Pajak masukan dalam suatu masa pajak dapat dikreditkan dengan pajak
keluaran dalam masa pajak yang sama. Apabila dalam suatu masa pajak, pajak
pertambahan nilai yang harus disetor oleh pengusaha kena pajak. Sebaliknya jika
pajak masukan dalam suatu masa pajak lebih besar daripada pajak keluaran,
Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau
Nilai (PPN) yang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, tidak
19
termasuk pengusaha kecil, yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor BKP Berwujud, ekspor JKP,
3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar
dari Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, serta menyetorkan PPnBM yang
terutang; dan
Hak yang diperoleh jika telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah:
PPN yang sudah dibayar oleh PKP karena memperoleh atau membeli BKP
dan/atau JKP. Kemudian Pajak Masukan tersebut dapat berfungsi menjadi kredit
atau pengurang pajak keluaran apabila PKP menjual barang. Pajak keluaran
adalah PPN yang dipungut oleh PKP saat melakukan penyerahan BKP dan/atau
JKP.
2. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN. Apabila Pajak Masukan lebih
besar daripada Pajak Keluaran, maka PKP dapat mengajukan restitusi atau
20
kompensasi. Restitusi adalah permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
apabila:
c. peredaran bruto pengusaha kena pajak tidak melebihi batasan pengusaha kecil;
pengukuhan PKP harus diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal
Rp4,8 miliar dalam setahun, kecuali pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak. Jika pengusaha tidak dapat mencapai transaksi dengan
jumlah Rp4,8 miliar dalam satu tahun, maka pengusaha tersebut dapat langsung
21
2.1.6. Pemeriksaan Pajak
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang - undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai
yang dilakukan oleh wajib pajak harus berpegang teguh undang-undang perpajakan.
2. Tujuan Pemeriksaan
sebagaimana dimuat dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
22
2. Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang
telah ditetapkan;
4. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada angka dua
Sementara itu, menurut Saidi (2014: 241) tujuan lain dari pemeriksaan yang dilakukan
oleh pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat dapat berupa, antara lain;
23
tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak membedakan jenis pemeriksaan, ruang
Jendral Pajak.
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib
pajak, atau tempat lain yang ditentukan ileh Direktur Jendral Pajak.
perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
atau beberapa masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam tahun-tahun
dimaksud dalam Undang-Undang KUP Pasal 17B, demikian juga dalam Peraturan
Pemeriksaan Lapangan.
24
1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk
dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan
Lapangan.
jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran, pemeriksaan dengan kriteria
hasil 3,4, dan 5 di atas, dapat juga dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak. Apabila dalam
Pemeriksaan Lapangan.
Ketetapan Pajak (SKP) dilimpahkan kepada KPP. SKP adalah Surat Ketetapan yang
25
meliputi SKPKB atau SKPKBT atau SKPN atau SKPLB (pasal 1angka 15 UU KUP).
Ketetapan Pajak ini dapat diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atau penelitian pajak.
Surat Ketetapan Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
Surat Ketetapan Kurang Bayar tersebut dapat diterbitkan dalam hal sebagai berikut:
a. Hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang
dibayar.
ditetapkan salam pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan dan setelah
c. Hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan
selisih lebih atau tidak seharusnya tariff 0% bagi Wajib Pajak melaksanakan
kewajiban perpajakan dibidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak yang terutang
tidak atau kurang bayar dikenai sanksi administrasi dengan menerbitkan Surat
26
d. Kewajiban pembukuan sebagimana diatur dalam pasal 29 tidak dipenuhi sehingga
e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surta ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ini berdasarkan pada hal berikut:
semula belum terungkap atau penerbitan SKPKBT ini dalam jangka waktu 5
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun
b. Hasil penelitian atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap terhadap Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindakan pidana
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN ini diterbitkan didasarkan pada
27
hasil pemeriksaan terhadap Surat Pamneritahuan, bila jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak
terutang atau seharusnya tidak terutang. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
b. Hasil pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan terdapat jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang
pajak (perhatikan Pasal 17B Undang-Undang KUP) terdapat jumlah kredit pajak
atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang.
pemikiran menurut Rahayu (2010) adalah sebagai berikut Laporan pemeriksaan pajak
merupakan dasar untuk penerbitan suatu produk hukum perpajakan yaitu Surat
Ketetapan Pajak (SKP)”. Dari hasil penelitian diatas, indikator untuk pemeriksaan pajak
28
adalah penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dari tahun 2017-2019
Definisi dari Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. (UU. No. 16 tahun 2009 pasal 1
ayat (30)). Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat
ketetapan pajak. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat tagihan pajak dalam hal :
tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak
tepat waktu.
1. Identitas pembeli (Nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak
2. Identitas pembeli (Nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak) serta nama dan tanda tangan (nama,
29
dalam hal penyerahan dilakukan oleh pengusaha kena pajak pedagang
eceran.
6. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
pengembalian Pajak Masukan. (UU no. 16 tahun 2009 pasal 14 ayat 2).
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut STP Wajib Pajak.
tidak sembarangan dalam menerbitkan surat ini. Syarat dikeluarkannya STP bisa kita
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, tidak bayar atau kurang bayar.
e. Pertama, pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
30
Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak membuat faktur pajak. Ketiga, PKP membuat
faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi faktur pajak.
Sanksi yang akan diberlakukan bagi penerima STP juga telah diatur oleh Pasal 14
Sanksi administrasi :
a. Sanksi administrasi berupa denda Rp 50.000 ,- jika wajib pajak tidak atau
terlambat penyampaian SPT Masa dan Rp 100.000,- jika tidak atau terlambat
b. Sanksi administrasi berupa denda 2 persen dari Dasar Pengenaan Pajak dalam hal
yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau pengusaha
te1ah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau membuat
faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur
pajak.
c. Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri
Sanksi administrasi berupa bunga apabila wajib pajak terlambat atau tidak
31
2.2. Penelitian Terdahulu
dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai sudah pernah
tabel berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil
(Tahun)
1. Arif Pengaruh Jumlah Kesamaan : - Jumlah Pengusaha
Nurrokhman Pengusaha Kena 1. Pengusaha Kena Kena Pajak
(2013) Pajak dan Surat Pajak (Variabel berpengaruh
Pemberitahuan Independen) positif terhadap
Masa terhadap 2. Penerimaan penerimaan Pajak
Penerimaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai
Pertambahan Nilai Pertambahan - Jumlah Surat
Nilai (Variabel Pemberitahuan
Dependen) Masa berpengaruh
positif terhadap
Perbedaan : penerimaan Pajak
1. Surat Pertambahan Nilai
Pemberitahuan
Masa (Variabel
Independen)
2. Sitti Mispa Pengaruh Self Kesamaan : - Self assessment
(2019) Assessment System 1. Pemeriksaan system
dan Pemeriksaan Pajak (Variabel berpengaruh
Pajak Terhadap Independen) positif dan
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan signifikan
Pertambahan Nilai Pajak terhadap
Pertambahan penerimaan pajak
Nilai (ariabel pertambahan nilai.
Devenden) - Pemeriksaan
pajak berpengaruh
Perbedaan : positif dan
1. Self Assessment signifikan terhdap
System penerimaan pajak
(Variabel pertambahan nilai
Independen)
32
3. Ida Ayu Ivon Pengaruh Self Kesamaan : - Self Assessment
Trisnayanti Assessment System, 1. Pemeriksaan System
dan I Ketut Pemeriksaan Pajak Pajak (Variabel berpengaruh
Jati (2018) dan Penagihan Independen) positif pada
Pajak pada 2. Penerimaan penerimaan PPN
Penerimaan Pajak Pajak di Kantor
Pertambahan Nilai Pertambahan Pelayanan Pajak
Nilai (Variabel (KPP) Pratama
Dependen) Badung Utara.
- Pemeriksaan
Perbedaan : pajak berpengaruh
1. Self Assessment positif pada
System penerimaan PPN
(Variabel di Kantor
Independen) Pelayanan Pajak
2. Penagihan (KPP) Pratama
Pajak (Variabel Badung Utara.
Independen) - Penagihan pajak
berpengaruh
positif pada
penerimaan PPN
di Kantor
Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama
Badung Utara.
4. Cut Inayatul Pengaruh Self Kesamaan : - Self Assessment
Maulida dan Assessment System, 1. Pemeriksaan System,
Adnan (2017) Pemeriksaan Pajak Pajak (Variabel Pemeriksaan
dan Penagihan Independen) Pajak, dan
Pajak pada 2. Penerimaan Penagihan Pajak
Penerimaan Pajak Pajak secara bersama-
Pertambahan Nilai Pertambahan sama
Nilai (Variabel berpengaruh
Dependen) terhadap
penerimaan pajak
Perbedaan : pertambahan nilai
1. Self Assessment pada KPP Pratama
System Banda Aceh
(Variabel tahun 2014-2016.
Independen)
2. Penagihan
Pajak (Variabel
Independen)
5. Riyan Arif Pengaruh Self Kesamaan : - Variabel self
Hidayat Assessment System, 1. Pemeriksaan assessment system
(2016) Kepatuhan Wajib Pajak (Variabel berpengaruh
33
Pajak, Pemeriksaan Independen) positif dan
Pajak dan 2. Penerimaan signifikan
Penagihan Pajak Pajak terhadap
terhadap Pertambahan penerimaan pajak
Penerimaan Pajak Nilai (Variabel pertambahan nilai.
Pertambahan Nilai Dependen) - Variabel
kepatuhan wajib
Perbedaan : pajak berpengaruh
1. Self Assessment secara positif dan
System signifikan
(Variabel terhadap
Independen) penerimaan pajak
2. Kepatuhan .
Wajib Pajak - Variabel
(Variabel pemeriksaan pajak
Independen) berpengaruh
3. Penagihan positif terhadap
Pajak (Variabel penerimaan pajak
Independen) - Variabel
penagihan pajak
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
penerimaan pajak
pertambahan nilai.
6. Dhyna (2017) Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
Assessment System, 1. Pemeriksaan ini menunjukkan
Pemeriksaan Pajak, Pajak (Variabel bahwa secara
dan Penagihan Independen) simultan self
Pajak terhadap 2. Penerimaan assessment
Penerimaan Pajak Pajak system,
Pertambahan Nilai Pertambahan pemeriksaan
Nilai (Variabel pajak, dan
Dependen) penagihan pajak
berpengaruh
Perbedaan : signifikan
1. Self Assessment terhadap
System penerimaan PPN
(Variabel sebesar 23.2%.
Independen) Sedangkan secara
2. Penagihan parsial, self
Pajak (Variabel assessment system
Independen) dan pemeriksaan
pajak tidak
berpengaruh
34
signifikan
terhadap
penerimaan PPN,
dan penagihan
pajak berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan PPN
sebesar 22,37%.
7. Farida Pengaruh Jumlah Kesamaan : - Pengusaha
Khairani Pengusaha Kena 1. Pengusaha Kena pajak tidak
Lubis (2016) Pajak dan Surat Kena Pajak berpengaruh
Pemberitahuan (Variabel secara
Masa terhadap Independen) signifikan
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan terhadap
Pertambahan Nilai Pajak Penerimaan Pajak
Pertambahan Pertambahan Nilai
Nilai (Variabel - Surat
Dependen) Pemberitahuan
Masa berpengaruh
Perbedaan : secara signifikan
1. Surat terhadap
Pemberitahuan Penerimaan
Masa (Variabel Pajak
Independen) Pertambahan Nilai
8. Dedy Setya Pengaruh Surat Kesamaan : - PKP terdaftar
Utama Ketetapan Pajak 1. Surat Tagihan berpengaruh
Pandiangan Kurang Bayar, Pajak (Variabel signifikan
(2014) Surat Tagihan Independen) terhadap
Pajak, Jumlah 2. Jumlah Penerimaan PPN.
Pengusaha Kena Pengusaha - STP berpengaruh
Pajak, dan Surat Kena Pajak signifikan
Pemberitahuan (Variabel terhadap
terhadap Independen) Penerimaan PPN.
Penerimaan Pajak 3. Penerimaan - SPT Masa Kurang
Pertambahan Nilai Pajak Bayar tidak
Pertambahan berpengaruh
Nilai (Variabel terhadap
Dependen) Penerimaan PPN.
- SKPKB tidak
Perbedaan : berpengaruh
1. Surat Ketetapan terhadap
Pajak Kurang Penerimaan PPN.
Bayar (Variabel
Independen)
2. Surat
35
Pemberitahuan
(Variabel
Independen)
9. Umara, Miski Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
(2015) Assessment System 1. Surat Tagihan menunjukkan
dan Surat Tagihan Pajak (Variabel bahwa Self
Pajak Terhadap Independen) Assessment
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan System dan Surat
Pertambahan Nilai Pajak Tagihan Pajak
Pertambahan berpengaruh
Nilai (Variabel negatif terhadap
Dependen) Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai
Perbedaan :
1. Self
Assessment
System
(Variabel
Independen)
10. Anti Azizah Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
Aprilianti, Assessment 1. Pemeriksaan menunjukkan
Siska System, Pajak (Variabel bahwa Self
Yudowati, Pemeriksaan Pajak Independen) Assessment
dan Kurnia dan Penagihan 2. Penerimaan System,
Kurnia Pajak Terhadap Pajak Pemeriksaan
(2018) Penerimaan Pajak Pertambahan Pajak dan dan
Pertambahan Nilai Nilai (Variabel Penagihan Pajak
Dependen) secara simultan
berpengaruh
Perbedaan : signifikan
1. Self Assessment terhadap
System Penerimaan Pajak
(Variabel Pertambahan
Independen) Nilai. Sedangkan
2. Penagihan secara parsial
Pajak (Variabel hanya variabel
Independen) Self Assessment
System saja yang
berpengaruh
signifikan.
11. Hum, D. P. Pengaruh Jumlah Kesamaan : - Hasil penelitian
S., Agus, B., Pengusaha Kena 1. Jumlah menunjukkan
& Iip, S. S. Pajak Terdaftar, Pengusaha bahwa Jumlah
(2017) Pemeriksaan Pajak Kena Pajak Pengusaha Kena
dan Surat Tagihan (Variabel Pajak Terdaftar,
Pajak Terhadap Independen) Pemeriksaan
36
Penerimaan Pajak 2. Pemeriksaan Pajak dan dan
Pertambahan Nilai Pajak (Variabel Surat Tagihan
Independen) Pajak berpengaruh
3. Surat Tagihan Positif terhadap
Pajak (Variabel Penerimaan Pajak
Independen) Pertambahan
4. Penerimaan Nilai. Sedangkan
PPN (Variabel secara parsial
Dependen) hanya variabel
Self Assessment
Perbedaan : - System saja yang
berpengaruh
signifikan.
12. Almira Herna Pengaruh Inflasi, Kesamaan : - Hasil penelitian
Renata, Nilai Tukar dan 1. Jumlah menunjukkan
Kadarisman Jumlah Pengusaha Pengusaha bahwa . Inflasi,
Hidayat & Kena Pajak Kena Pajak nilai tukar rupiah
Bayu Terhadap (Variabel dan jumlah PKP
Kaniskha Penerimaan Pajak Independen) berpengaruh
(2016) Pertambahan Nilai 2. Penerimaan secara simultan
Pajak dan signifikan
Pertambahan terhadap
Nilai (Variabel penerimaan PPN.
Dependen)
Perbedaan :
1. Inflasi
(Variabel
Independen
)
2. Nilai Tukar
(Variabel
Independen
)
13. Irul Pengaruh Kesamaan : - Hasil penelitian
Meidhawati , Pelaporan 1. Pemeriksaan menunjukkan
Andi & Pengusaha Kena Pajak (Variabel bahwa jumlah
Denny Pajak, Pemeriksaan Independen) pelaporan
Susanto Pajak Dan Surat 2. Surat Tagihan pengusaha pajak
(2019) Tagihan Pajak Pajak (Variabel penghasilan
Terhadap Independen) signifikan untuk
Penerimaan Pajak 3. Penerimaan penerimaan PPN,
Pertambahan Nilai. PPN (Variabel pemeriksaan pajak
Dependen) menyetujui secara
signifikan pada
Perbedaan : tanda terima PPN.
37
1. Pelaporan dan Surat tagihan
Pengusaha pajak yang
Kena Pajak signifikan dari
(Variabel penerimaan PPN.
Independen)
14. Eka Wida Pengaruh Self Kesamaan : - Hasil penelitian
Fridayanthie Assessment System 1. Penerbitan menunjukkan
(2016) dan Penerbitan Surat Tagihan seluruh variabel
Surat Tagihan Pajak (Variabel independen secara
Pajak Terhadap Independen) bersama-sama
Penerimaan Pajak 2. Penerimaan berpengaruh
Pertambahan Nilai Pajak terhadap variable
Pertambahan dependen sebesar
Nilai (Variabel 89%. Dengan
Dependen) demikian,
pengaruh faktor-
Perbedaan : faktor lainnya
1. Self Assessment yang tidak diteliti
System dalam penelitian
(Variabel ini sebesar 11 %.
Independen)
Penelitian ini hanya terdapat satu variabel dependen yaitu Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai, dan tiga variabel independen yaitu Jumlah Pengusaha Kena Pajak,
Pemeriksaan Pajak dan Surat Tagihan Pajak. Berikut adalah gambar menunjukkan
Jumlah
Pengusaha Kena
H1
Pajak
(X1)
11
Penerimaan Pajak
Pemeriksaan
(X1) H2 Pertambahan Nilai
Pajak
(PPN)
(X2)
(Y)
Surat Tagihan
Pajak H1
(X3) 11
3
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
39
2.4. Hipotesis
Pertambahan Nilai
PPN timbul dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak badan yang telah
dikukuhkan sebagai PKP. Setiap wajib pajak yang memiliki kriteria sesuai dengan
Bertambahnya wajib pajak badan yang mengukuhkan diri sebagai PKP akan
menambah potensi pemajakan objek PPN yang berarti akan meningkatkan realisasi
penerimaan PPN. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uraian di atas telah
dilakukan oleh Handayani (2011) dan Masithoh (2011) menyatakan, yakni jumlah PKP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan PPN. Berdasarkan uraian dan
jumlah wajib pajak aktif. Sedangkan instensifikasi ditempuh dengan cara meningkatkan
40
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnayanti dan I Ketut Jati (2015)
Nilai
Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat Tagihan
Pajak diatur dalam Pasal 14 UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No.6 tahun 2000. DJP dapat
menerbitkan STP setelah meneliti data administrasi perpajakan atau setelah melakukan
rangka penerbitan surat ketetapan pajak. PKP yang melanggar peraturan perpajakan dan
telah diterbitkan STP PPN, maka PKP seharusnya segera melunasi kekurangan
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uraian di atas telah dilakukan oleh
Vegirawati (2011) mengungkapkan bahwa jumlah STP PPN berpengaruh positif dan
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh jumlah pengusaha kena
pajak, pemeriksaan pajak, dan surat tagihan pajak yang akan mempengaruhi penerimaan
empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kayu Agung selama periode 2017-2019.
3.3.1. Populasi
minat yang ingin peneliti investigasi (Uma Sekaran, 2006:121). Menurut Sugiyono
(2013:90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk
Populasi dari penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebagai
pengusaha kena pajak perbulan di KPP Pratama Kayu Agung sepanjang tahun 2017-
2019.
42
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
Teknik pengambilan sampel disebut juga teknik sampling. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, Sehingga sampel diambil
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
2017-2019, jumlah nilai SKP perbulan periode 2017-2019 dan STP PPN yang
Oleh karena penelitian yang dilakukan berupa studi time series selama 3 tahun
dengan unit data bulanan, maka jumlah seluruh sampel sebanyak 36 sampel penelitian
selama periode 2017-2019. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, data yang diperoleh
dengan teknik pengumpulan data dari basis data tersebut dianalisis terlebih dahulu
dengan pengujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan alat analisis
Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter yaitu data penelitian yang
berupa arsip dan laporan-laporan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Menurut Mudrajad (2003) data sekunder yaitu data yang
43
dikumpulkan lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna
data. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kayu Agung.
Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dari data-data berupa arsip dan
laporan-laporan yang terdapat di Kantor Pelayananan Pajak (KPP) Pratama Kayu Agung
selama periode 2017-2019. Selain itu dalam pengambilan data juga dilakukan dengan
mencari dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan Pengusaha Kena Pajak,
Pemeriksaan Pajak, Surat Tagihan Pajak dan Penerimaan PPN. serta mempelajari
literatur yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak dan Penerimaan PPN.
barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan
undang-undang.
PKP yang dijadikan data analisis meliputi semua PKP yang telah terdaftar
dari tahun 2017-2019. Alat ukur yang digunakan untuk menghitung variabel ini
sebagai berikut :
44
2. Pemeriksaan Pajak (X2)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau
STP PPN yang dijadikan data analisis meliputi STP PPN yang
diterbitkan oleh fiskus kepada PKP tiap bulannya selama 36 bulan terhitung per
Januari 2017 – Desember 2019. Alat ukur yang digunakan untuk menghitung
variabel ini mengacu pada Nursanti dan Padmono (2013). Formulasi perhitungan
45
1. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Y)
perbulan dari PPN. Penerimaan PPN yang dijadikan data analisis meliputi Penerimaan
PPN yang diterima oleh KPP Pratama Kayu Agung dari PKP tiap bulannya selama 36
bulan terhitung per Januari 2017 – Desember 2019. Alat ukur yang digunakan untuk
menghitung variabel ini mengacu pada Nursanti dan Padmono (2013). Formulasi
Teknik analisis data adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data hasil
Uji asumsi klasik terdiri dari : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
grafik. Alat yang digunakan dalam melakukan uji normalitas adalah One Sample
berikut :
Multikoloniearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)
variance inflation factor (VIF) (Ghozali, 2013). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variable independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam
pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak
2. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka terjadi gangguan
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
melihat grafik Scatterplot. Deteksinya dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
47
grafik di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y residual yang telah
1. Jika ada pola-pola tertentu, seperti ada titik yang membentuk suatu pola
heteroskedastisitas;
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model
pengujian yang sering digunakan adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW
Tabel 3.1
48
3.7.2. Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah regresi linear dimana sebuah variabel terikat
(variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Analisis
regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y). Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik maka dilakukan
Keterangan :
α : Konstanta
X1 : Jumlah PKP
X2 : Pemeriksaan Pajak
ᵋ : Error
independennya (X1, X2, X3, X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
1. Ho : secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
49
2. Ha : secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
Gambar 3.2
Kurva Distribusi t
Apabila nilai sig T < 0,05 atau thitung > ttabel, maka hipotesis Ho ditolak dan
Ha diterima dan sebaliknya jika nilai sig T > 0,05 atau thitung > ttabel maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
independen terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan
1 (0 < R < 1), dimana semakin tinggi nilai R suatu regresi atau semakin mendekati 1,
maka akan semakin tepat suatu garis regresi dan untuk mengukur sumbangan dari
50
BAB IV
Data yang digunakan adalah data sekunder dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kayu Agung periode tahun 2017-2019. Data diperoleh dari riset yang dilakukan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kayu Agung. Populasi pada penelitian adalah wajib
pajak badan yang terdaftar sebagai pengusaha kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak
sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam purposive
sampling adalah :
1. Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebagai PKP di KPP Pratama Kayu Agung
2017-2019, jumlah nilai SKP perbulan periode 2017-2019 dan STP PPN yang
2019, karena data yang digunakan merupakan data bulanan selama 3 tahun maka terdapat
36 data sampel (12 bulan dikali 3 tahun) yang didapat dari KPP Pratama Pratama Kayu
Agung yang terdiri dari data jumlah Penerimaan PPN, jumlah PKP yang terdaftar, nilai
SKP, Surat Tagihan Pajak diterbitkan. Data - data tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
51
Untuk mencari perubahan penerimaan pajak pertambahan nilai dibulan januari maka
dibutuhkan data penerimaan bulan Desember 2016. Jadi dalam penelitian ini data yang
dibutuhkan dimulai dari periode Desember 2016 hingga periode Desember 2019 sesuai
Tabel 4.1
menggunakan data perubahan SPT Masa PPN. Data yang digunakan merupakan data dari
periode Desember 2016 hingga Desember 2019. Maka hasilnya sesuai dengan yang
Tabel 4.2
52
5 -0.2 0 3
6 0.125 0.25 2.25
7 -0.1111111 -0.5 -0.4615385
8 -0.875 -0.2 -0.4285714
9 4 1.25 1.25
10 -0.4 -0.5555556 -0.1111111
11 1.66666667 0.25 -0.375
12 0.125 0.8 -0.8
Sumber : Data Diolah Penulis (2019)
perbandingan dari nilai SKP yang diterbitkan oleh petugas KPP sesuai hasil dari
Tabel 4.3
Tabel Rasio Pemeriksaan Pajak
Untuk sampel variabel surat tagihan pajak diperlukan data jumlah surat tagihan
pajak yang diterbitkan setiap bulan. Maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.4 diatas.
53
Tabel 4.4
Tabel Rasio Surat Tagihan Pajak
variabel dalam penelitian. Deskripsi masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat
Tabel 4.5
Hasil Statistik Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
54
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan
Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau ekspor BKP yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP, tidak termasuk pengusaha kecil, yang batasannya ditetapkan
dikukuhkan sebagai PKP. Dalam penelitian ini, Jumlah Pengusaha Kena Pajak disini
diukur berdasarkan Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Kayu
Agung perbulan selama periode 2017-2019. Hasil analisis deskripttif variabel Jumlah
Pengusaha Kena Pajak diperoleh nilai mean sebesar .2764 dan standar deviasi sebesar
1.04818.
2. Pemeriksaan Pajak
dilakukan oleh wajib pajak badan harus berpegang teguh undang-undang perpajakan.
Dalam penelitian ini, Pemeriksaan Pajak diukur berdasarkan jumlah nilai Surat
Ketetapan Pajak (SKP) perbulan serta jumlah penerimaan PPN perbulan selama periode
2017-2019. Hasil statistik deskriptif untuk variabel ini yaitu mean sebesar .0673 dan
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi
administrasi berupa bunga atau denda. Dalam penelitian ini, Surat Tagihan Pajak diukur
55
berdasarkan jumlah Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan perbulan selama periode 2017-
2019 pada KPP Pratama Kayu Agung. Hasil statistic deskriptif untuk variabel ini yaitu
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
barang kena pajak di dalam daerah pabean. Dalam penelitian ini, Penerimaan PPN
dihitung berdasarkan jumlah nilai Pajak Pertambahan Nilai perbulan selama periode
2017-2019 pada KPP Pratama Kayu Agung. Hasil statistic deskriptif untuk variabel ini
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah vaariabel independen dan dependen
terdistribusi secara normal atau tidak. Proses uji normalitas dilakukan dengan
Kolgomogorov-Spinov test. Uji ini dilakukan dengan melihat angka probabilitas yang
dihasilkan yaitu:
a. Nilai signifikasi atau nilai distribusi < 0,05 distribusi tidak normal
Hasil uji normalitas untuk penelitian ini dapat dililhat pada tabel berikut:
56
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. .50571369
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .119
Positive .119
Negative -.089
Test Statistic .119
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
hasil signifikansi dari uji normalitas 0,200 dimana hasil tersebut lebih besar dari standar
signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa uji tes pada uji normalitas pada
model regresi terdapat korelasi antar variabel independen dengan menyelidiki besarnya
interkorelasi antar variabel independen tersebut. Model regresi yang baik ditunjukkan
dengan tidak adanya multikolinieritas antar variabel independen yang bisa dilihat dari
besarnya nilai Tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10, maka model yang diajukan bebas dari
gejala multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut:
57
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance VIF
dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya yang ada pada suatu model.
persamaan lainnya tetap, namun apabila varians dari residual antara satu pengamatan ke
digunakan untuk memastikan bahwa semua residual atau error mempunyai varian yang
sama. Jika varian koefisien regresi besar, hal ini akan mempengaruhi uji F atau uji t dan
hasil regresi menjadi tidak akurat. Untuk mendeteksi apakah terdapat heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan uji glejser, apabila probabilitas signifikansinya diatas tingkat
58
Tabel 4.8
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .381 .062 6.121 .000
Jumlah PKP .013 .054 .040 .232 .818
Pemeriksaan Pajak -.268 .243 -.216 -1.101 .279
Surat Tagihan Pajak .049 .089 .108 .550 .586
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
Dari tabel di atas hasil uji heterokedastisitas menggunakan uji glejser dapat
dilihat bahwa nilai signifikasi dari semua variabel memiliki nilai >0.05. Hal ini berarti
apakah terdapat korelasi yang timbul antar variabel yang terdapat dalam prediksi
dasar pengambilan keputusan dari uji Durbin Watson. Pengujian ini akan menghasilkan
nilai Durbin Watson (DW) yang nantinya akan dibandingkan dengan dua (2) nilai
Durbin Watson.
a. Jika hasil d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka terdapat
autokorelasi, sedangkan
b. Jika hasil d terletak antara dU dan (4-dU) maka tidak terdapat autokorelasi
dan jika d terletak diantara dL dan dU atau antara (4-dU) dan (4-dL) maka
59
Hasil Uji Autokorelasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .725a .526 .481 .52889 1.929
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson yang dihasilkan
adalah 1.929. Nilai ini terletak di antara dU (1.654) dan 4-dU (2.346). Dari hasil ini,
Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Berikut hasil analisis
Tabel 4.10
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1(Constant) .070 .089
Jumlah PKP .179 .085 .255
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
60
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda maka dapat dilihat
koefisien untuk persamaan regresi dari penelitian ini, maka model regresi yang
Persamaan regresi berganda diatas menunjukkan bahwa nilai a = 0,070 dimana hal
ini berarti apabila jumlah pengusaha kena pajak , pemeriksaan pajak, dan surat tagihan
pajak tidak ada (nol) maka nilai penerimaan pajak pertambahan nilai adalah 0,070.
Pada nilai koefisien β1 sebesar 0,179 artinya setiap 1 unit nilai jumlah pengusaha kena
pajak akan menambah nilai penerimaan pajak pertambahan nilai sebesar 0,179. Pada
nilai β2 sebesar 0,628 artinya setiap 1 unit nilai jumlah pemeriksaan pajak akan
menambah nilai penerimaan pajak pertambahan nilai sebesar 0,628. Pada nilai β3
sebesaar 0,566 artinya setiap 1 unit nilai jumlah surat tagihan pajak akan menambah nilai
Tabel 4.11
Uji t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .070 .098 .722 .476
Jumlah PKP .179 .085 .255 2.090 .045
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227 1.645 .110
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557 4.037 .000
61
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
Setelah dilakukan uji-t, maka kemudian mecari uji t tabel dengan rumus sebagai berikut :
= t (0,025 : 32)
= 2.037
pajak) > t tabel (2,090 > 2,037) dengan signifikansi = 0,045 (signifikansi <
0,05). Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 di terima, artinya terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara jumlah pengusaha kena pajak terhadap
2. Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai t hitung (pemeriksaan pajak) < t tabel
(1,645 > 2,037) dengan signifikansi = 0,110 (signifikansi > 0,05). Hal ini
nilai.
3. Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai t hitung (surat tagihan pajak) > t tabel
(4,037 > 2,037) dengan signifikansi = 0,000 (signifikansi < 0,05). Hal ini
62
4.2.4.2. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.12
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .725a .526 .481 .52889
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
besarnya variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Nilai R²
berada antara 0 dan 1, dimana jika R²=1 berarti bahwa variasi dalam variabel terikat
dapat diterangkan sepenuhnya oleh variabel bebas. Jika nilai R² bernilai kecil, maka
kemampuan variabel bebas menjelaskan variasi dalam variabel terikat masih rendah. Hal
ini berarti banyak variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model dan lebih
mempengaruhi variabel terikat. Berdasarkan hasil dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa
nilai adjusted R² adalah sebesar 0.481. Hal ini berarti seluruh variabel independen dan
variabel kontrol yang digunakan dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 48.1%.
Dari angka tersebut, diketahui bahwa sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain
63
Pengusaha Kena Pajak (PKP) merupakan pengusaha yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau ekspor BKP yang dikenakan pajak
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, tidak termasuk pengusaha kecil, yang
memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. Berdasarkan hasil regresi yang ditampilkan
pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa Jumlah Pengusaha Kena Pajak memiliki nilai
sebagai variabel dependen. Hal ini dikarenakan nilai signifikan tersebut lebih kecil dari
0.05. Nilai koefisien t menunjukkan hasil positif yaitu sebesar 0.255. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa Jumlah Pengusaha Kena Pajak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Penerimaan PPN. Dengan kata lain semakin banyak wajib pajak
badan yang mengukuhkan diri sebagai PKP, maka semakin besar realisasi penerimaan
PPN. Dengan bertambahnya jumlah PKP yang terdaftar maka akan menambah potensi
penyerahan barang dan jasa kena pajak. Sehingga akan menambah penerimaan PPN pada
Kota Kayu Agung. Hasil ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1 (H1) terdukung.
Handayani (2011) dan Masithoh (2011) juga mengatakan bahwa jumlah PKP
penelitian yang dilakukan oleh Nursanti dan Padmono (2013) menyatakan bahwa PKP
menjelaskan bahwa bertambahnya PKP baru tidak selalu memberikan kontribusi pada
64
penerimaan PPN. Hal ini disebabkan karena PKP yang ada di KPP Surabaya Gubeng
sebagian besar adalah PKP jasa yang dimana PKP jasa hanya aktif menjalankan
kewajiban perpajakannya pada saat mereka dalam kontrak kerja dan bila kontrak kerja
mereka telah habis mereka tidak menjalankan perpajakannya. Sedangkan, KPP Pratama
Kayu Agung memiliki PKP yang terdaftar sebagian besar adalah PKP industri dan PKP
dagang memiliki arus perputaran transaksi yang cepat sehingga memungkinkan PPN
yang dipungut pun besar. Walaupun dari data yang diperoleh jumlah PKP yang terdaftar
pada tahun 2019 mengalami penurunan tetapi penerimaan pajak pada tahun 2019 tetap
meningkat hal ini wajar terjadi dikarenakan besarnya pengaruh variabel lain terhadap
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai yang lebih besar. Penurunan jumlah PKP tetapi
meningkatnya penerimaan PPN pada tahun2019 ini bisa disebabkan oleh menguatnya
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing atau terjadi penurunan harga barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat. Hal ini tentu mempengaruhi hasil penelitian penulis yang
Nilai (H2)
data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
4.6 dapat diketahui bahwa Pemeriksaan Pajak memiliki nilai signifikansi t 0,110 yang
65
dependen. Hal ini dikarenakan nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0.05. Nilai
koefisien t menunjukkan hasil positif yaitu sebesar 0.227. Berdasarkan hasil tersebut
Hipotesis 2 (H2) tidak terdukung. Hal ini disebabkan karena penerbitan suatu Surat
Ketetapan Pajak (SKP) kepada wajib pajak badan yang tidak benar dalam pengisian SPT
atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak badan,
sehingga Pemeriksaan Pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada penerimaan
PPN. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2017)
PPN.
Nilai (PPN)
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak
dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda (Undang-Undang KUP Pasal
14 ayat 3). Berdasarkan hasil regresi yang ditampilkan pada tabel 4.6 dapat diketahui
bahwa Surat Tagihan Pajak memiliki nilai signifikansi t 0,000 yang berarti berpengaruh
signifikan terhadap Penerimaan PPN sebagai variabel dependen. Hal ini dikarenakan
nilai signifikan tersebut lebih kecil dari 0.05. Nilai koefisien t menunjukkan hasil positif
yaitu sebesar 0.557. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Surat Tagihan
Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan PPN. Hasil ini
66
Hasil penelitian penulis memiliki hasil yang sama dengan penelitian Vegirawati
(2011) mengungkapkan, jumlah STP PPN berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penerimaan PPN. Namun berbeda dengan penelitian (Nursanti dan Padmono, 2013) yang
penerimaan PPN. Hal ini dikarenakan jumlah piutang pajak yang dapat ditagih dan yang
tidak dapat ditagih berbeda. Sebagaimana dijelaskan oleh Iswahyudi (2005) dalam
Nursanti dan Padmono (2013) bahwa piutang pajak yang tidak dapat ditagih dapat
67
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Jumlah Pengusaha Kena Pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap penerimaan PPN. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar
0,255 dan nilai signifikasi sebesar 0,045, lebih kecil dari 0,05, dengan demikian
Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini terdukung yaitu Jumlah Pengusaha Kena
penerimaan PPN. Hal ini ditunjukkan oleh koefisen regresi sebesar 0,227 dan
nilai signifikasi sebesar 0,110, lebih besar dari 0,05, dengan demikian Hipotesis
2 (H2) dalam penelitian ini tidak terdukung yaitu Pemeriksaan Pajak tidak
3. Surat Tagihan Pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
penerimaan PPN. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar 0,557 dan
nilai signifikasi sebesar 0,000, lebih kecil dari 0,05, dengan demikian Hipotesis
3 (H3) dalam penelitian ini terdukung yaitu Jumlah Pengusaha Kena Pajak
68
5.2. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya melakukan pengumpulan data pada tahun 2017- 2019
2. Penelitian ini hanya menggunakan data pada satu KPP saja, yaitu KPP Pratama
Kayu Agung.
3. Penelitian ini hanya menggunakan variable sedikit, yakni tiga variable saja.
5.3. Saran
1. Perbanyak lagi data yang akan digunakan untuk diteliti dengan cara menambah
2. Melakukan penelitian lebih dari satu KPP sehingga hasil dari penelitian dapat
69
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti, A. A., Yudowati, S. P., & Kurnia. (2018). Pengaruh Self Assessment System,
Pemeriksaan Pajak , dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai ( PPN ) ( Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
Tahun 2013-2016 ). Kajian Akuntansi,19(2), 84–92.
Desmon & Hairudin. (2020). Pengaruh Self Assessment System dan Penerbitan Surat
Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Manajemen Dan
Bisnis, 2(1), 47–55.
Dhyina. (2015). Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan
Pajak Terhadap Penerimaan PPN. Universitas Kristen Maranatha, 5(1), 1–15.
Fridayanthie, E. wida. (2016). Pengaruh Self Assessment System dan Penerbitan Surat
Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. IOSR Journal of
Economics and Finance, 3(1), 56.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hum, D. P. S., Agus, B., & Iip, S. S. (2017). Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak
Terdaftar, Pemeriksaan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai. Universitas Multimedia Nusantara, 14(1), 1–14.
Ika Nursanti dan Yazid Yud Padmono. (2013). Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak
Terdaftar, Surat Pemberitahuan Masa PPN, dan Surat Tagihan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Ilmu Dan Riset Akuntansi, 1(1), 01–39.
Ivon Trisnayanti, I., & Jati, I. (2015). Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan
Pajak, Dan Penagihan Pajak Pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). E-
Jurnal Akuntansi, 13(1), 292–310.
Kresna, Y. (2014). Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 13(1), 1–
14.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Lubis, F. K. (2016). Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak dan Surat Pemberitahuan
Masa Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada KPP Pratama Medan
ota. Univversitas Islam Sumatera Utara, 5(2), 466–476.
71
Meidhawati, I., Andi, & Susanto, D. (2019). Pengaruh Pelaporan Pengusaha Kena Pajak,
Pemeriksaan Pajak Dan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai. Manajemen Dan Bisnis, XII(1), 100–122.
Miski,Umara. (2015). Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak
Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Jurnal Universitas Widyatama,
2(1), 13-23.
Mispa, Sitti. (2019). Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). STIEM Bongaya Makasar, 4(1), 162–
180.
Nurrokhman, A. (2014). Analisis Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak Dan Surat
Pemberitahuan Masa Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Universitas
Dian Nuswantoro, 1, 1–23.
Nursanti, Ika., dan Padmono, Y.Y., (2013), “Pengaruh Self Assessment System dan
Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai”, Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi, I
Pandiangan, Dedy Setya Utama. (2014). Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Surat Tagihan Pajak, Jumlah Pengusaha Kena Pajak, dan Surat Pemberitahuan
terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Jurnal Universitas Atma Jaya
Yogyakarta,21(5), 122-131.
72
Peraturan Menteri Keuangan PMK No.197/PMK.03/2013 tentang Batasan Pengusaha
Kecil Pajak Pertambahan Nilai
Pramono, Abi Dwi, Herman Legowo.(2011). Pengaruh Jumlah SSP, Jumlah SPT dan
Jumlah PKP Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di KPP Pratama
Bantul. Jurnal Universitas Gadjah Mada,2(9), 1-14.
Renata, Almira Herna., Hidayat.K., & K. B. (2015). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai. Perpajakan, 53(9), 1689–1699.
Resmi,Siti.(2006). Perpajakan : Teori dan Kasus, Buku 1 Edisi 2 & Penerbit Salemba
Empat. Jakarta
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
73
LAMPIRAN
74
LAMPIRAN
Tahun
Bulan
2017 2018 2019
Januari 6 9 6
Februari 7 8 5
Maret 9 9 8
April 10 6 1
Mei 8 8 4
Juni 9 8 13
Juli 8 10 7
Agustus 1 5 4
September 5 4 9
Oktober 3 9 8
November 8 4 5
Desember 9 5 1
Total 83 85 71
Tahun
Bulan
2017 2018 2019
75
Januari
799,650 52,586,810 112,467,511
Februari
8,567,453,000 8,345,278 12,209,377
Maret
2,393,827,105 127,025,513 464,417,344
April
8,324,685 4587691 68,185,121
Mei
3,278,654 444,426,172 193,977,179
Juni
80,979,888 983,672,679 68,888,768
Juli
1,758,319 5,461,300,000 34,071,019
Agustus
20,714,286 81,639,464 598,036,498
September
31,055,819 125,443,761 226,637,615
Oktober
60,792,296 6,193,502 794,387,649
November
696,225,554 9,824,996 193,567,245
Desember
434,238,441 154,135,850 589,863,708
Total
12,299,447,697 7,459,181,716 3,356,709,034
Tahun
Bulan
2017 2018 2019
76
Juli 763 567 1414
77
HASIL OUTPUT SPSS
Tolerance VIF
78
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .381 .062 6.121 .000
Jumlah PKP .013 .054 .040 .232 .818
Pemeriksaan Pajak -.268 .243 -.216 -1.101 .279
Surat Tagihan Pajak .049 .089 .108 .550 .586
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .725a .526 .481 .52889 1.929
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
79
HASIL OUTPUT SPSS
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1(Constant) .070 .089
Jumlah PKP .179 .085 .255
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557
80
HASIL OUTPUT SPSS
Uji Hipotesis
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .070 .098 .722 .476
Jumlah PKP .179 .085 .255 2.090 .045
Pemeriksaan Pajak .628 .382 .227 1.645 .110
Surat Tagihan Pajak .566 .140 .557 4.037 .000
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .725a .526 .481 .52889
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 25
81