ELEKTROMEKANIK
(C2) KELAS X
Penulis :
Abdian Putra Primana, S.Pd
Tata letak buku ini menggunakan program Adobe InDesign CS3, Adobe IIustrator CS3, dan Adobe
Photoshop CS3.
Font isi menggunakan Myriad Pro (10 pt)
B5 (17,6 × 25) cm
vi + 195 halaman
© Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang menyebarluaskan dalam bentuk apapun
tanpa izin tertulis
Puji syukur ke hadirat Alah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga buku
Pekerjaan Dasar Elektromekanik untuk Kelas X Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga
Listrik menggunakan kurikulum 2013 edisi revisi telah diselesaikan dengan baik. Buku ini
merupakan penyempurna dari edisi sebelumnya, yang diharapkan dapat menjadi buku
panduan belajar dan praktik bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian
Teknologi dan Rekayasa, Kompetensi Keahlian Teknik Ketenagalistrikan, khususnya Program
Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik.
Kurikulum 2013 mulai diterapkan secara bertahap pada tahun pelajaran 2013 / 2014.
Menurut Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, kurikulum 2013 dirancang dengan
karakteristik mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan
tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga
kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi
dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan yang
sudah ada tersebut. Buku ajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik dan kelas X Program Keahlian
Teknik Instalasi Tenaga Listrik ini tunduk pada ketentuan tersebut.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
terselesaikannnya kaya ini. Buku ini disusun dan dirancang dengan baik oleh praktisi dan
akademisi yang bersinggungan langsung dengn proses belajar mengajar siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Harapannya, siswa lebih dimudahkan dan siap diempatkan di
tengah-tengah masyarakat dalam menerapkan ilmu hasil belajarnya selama ini.
Penyusun yakin bahwa dalam pembuatan buku ajar ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
buku ajar ini. Penyusun mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan buku ajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik ini.
Penyusun
iii
Daftar Isi
iv
Bab 6 Pekerjaan Elektromekanik untuk Komponen Mekanik.................................. 103
A. Persyaratan Penghantar Listrik....................................................................................... 105
B. Ukuran dan Jenis Penghantar Listrik............................................................................ 107
C. Macam-Macam Penyambungan Penghantar Listrik.............................................. 117
Uji Kompetensi ............................................................................................................................. 122
v
vi
B AB
Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan K3 sesuai manual standar operasional prosedur di bidang pekerjaan elektromekanik
4.1 Menggunakan K3 sesuai manual standar operasional prosdur di bidang pekerjaan elektromekanik
Peta Konsep
Konsep K3
Tujuan K3
Undang-undang K3
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rambu-rambu K3
Elektromekanik
Pencegahan
Kecelakaan
Pertolongan Pertama
Korban Kecelakaan
Penanggulangan
Kecelakaan
Pengaman Sekering
dalam Instalasi Listrik
Alat Perlindungan
Diri
Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam perusahaan. Pada
era ini kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau resiko kerja (personal risk),
bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini diperkuat dengan konsep Common Law
Defence (CLD) yang terdiri atas Contributing Negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant
rule (ketentuan kepegawaian), dan risk assumption (asumsi resiko) (Tono, Muhammad: 2002)
Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu: perilaku yang tidak
aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman. Penyebab kecelakaan yang pernah terjadi
sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:
a. Teledor dan tidak hati-hati
b. Tidak mematuhi peraturan
c. Tidak mengikuti standar prosedur kerja
d. Tidak memakai alat pelindung diri
e. Kondisi badan yang lemah
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan.
(Suma’mur, 1988)
K3 mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan
harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang.
Perumusan falsafah ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha
keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis,
sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu dibuat peraturan-peraturan mengenai
berbagai jenis keselamatan kerja sebagai berikut:
a. Keselamatan kerja dalam industri (industrial safety)
b. Keselamatan kerja di pertambangan (mining safety)
c. Keselamatan kerja dalam bangunan (building and construction safety)
d. Keselamatan kerja lalu lintas (traffic safety)
e. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety)
f. Keselamatan kerja kereta api (railway safety)
g. Keselamatan kerja di rumah (home safety)
h. Keselamatan kerja di kantor (office safety)
Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai
pekerja, baik secara fisik maupun mental. Bahaya terhadap keselamatan adalah yang dapat
mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung, contoh: benda-benda panas dan
lantai yang licin. Bahan kimia berbahaya adalah gas, uap, cairan, atau debu yang dapat
membahayakan tubuh, contoh: bahan-bahan pembersih dan pestisida.
Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya, yang belum termasuk dalam
kategori di atas, yang dapat melukai atau mengakibtkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak
tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam waktu dekat, contoh:
kebisingan, penyakit menular, gerakan yang berulang-ulang. Berikut adalah tabel risiko/
bahaya yang dapat terjadi dalam pekerjaan:
E. Pencegahan Kecelakaan
Salah satu hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang menolong kecelakaan akibat
listrik ialah jangan sampai yang menolong menjadi korban karena terkena sengatan listrik
itu juga. Untuk menolong korban akibat listrik dapat diikuti cara-cara berikut:
1. Melepaskan korban dari aliran listrik:
1) Jika mungkin aliran listrik segera diputuskan dari sumbernya.
2) Jika tidak tahu pasti bahwa aliran listrik telah putus, penolong jangan memegang
tubuh korban.
3) Penolong harus beralaskan bahan isolator (yang tidak dapat dialiri listrik) untuk
memisahkan korban dari kabel, atau tarik baju korban.
2. Pertolongan setelah lepas dari aliran listrik:
1) Bebaskan saluran napasnya dan lakukan ekstensi kepala.
2) Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan, pernapasan yang dilumpuhkan
oleh listrik sering lama untuk memulihkannya (dapat sampai 8 jam).
3) Jika korban tidak sadar, tidurkanlah ia dalam sikap setengan telungkup dengan
G. Penanggulangan Kecelakaan
1. Penghantar Listrik
Penghantar listrik adalah benda logam atau bukan logam yang bersifat menyalurkan
arus listrik. Penghantar listrik yang baik adalah semua logam, dimana tembaga adalah
bahan yang sangat baik dan oleh sebab itu sering kali dipergunakan dalam teknik
liistrik. Bahan penghantar yang buruk seperti kayu, karet, plastik digunakan sebagai
bahan sekat (isolasi).
Tembaga yang dilapisi sekat digunakan pada hampir semua sambungan kawat
mesin, instalasi rumah dan lemari saklar, karena penghantar ini sangat baik maka hampir
tidak pernah terjadi kerugian tegangan. Penghantar kawat baja terutama digunakan
pada kawat tegangan tinggi, sebab apabila digunakan kawat tembaga akan memakan
biaya yang terlampau mahal. Tegangan jatuh yang terjadi disini tidak menjadi masalah
karena dapat diatasi oleh transformator, untuk menaikan tegangannya lagi.
Bagi yang harus diperhatikan pada penghantar tembaga ialah ketebalan dari pada kawat
tembaga penghubung tersebut dimana harus disesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
Apabila kawat tersebut terlampau tebal, maka biayanya terlampau mahal dan apabila
terlampau tipis maka mudah timbul panas sehingga dapat mengakibatkan kebakaran.
Contoh:
Alat Pelindung Diri (APD) untuk K3 atau Personal Protective Equipment adalah alat-alat
atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan
pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau risiko kecelakaan
kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya
dan risiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja sebagai penggunanya.
Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam Produksi Perakitan
Elektronika, beberapa risiko pekerjaan yang berpotensi membahayakan keselamatan dan
kesehatan serta berpotensi menimbulkan kecelakan kerja antara lain proses menyolder,
proses pemotongan kaki Komponen Elektronika, proses penggunaan bahan-bahan kimia,
suara-suara yang timbul akibat mesin produksi, pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan
bahan-bahan produksi. Oleh karena itu, pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut
memerlukan perlengkapan atau alat untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi resiko
bahaya dan kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri atau APD ini merupakan salah satu syarat
penting dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3.
Alat Pelindung Diri (APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Alat Pelindung Kepala antara lain: Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass (Kacamata
Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).
b. Alat Pelindung Badan antara lain : Apron, Jas Laboratorium
c. Alat Pelindung Anggota Badan di antaranya adalah: Sepatu Pelindung (Safety Shoes/
Boot), Sarung Tangan (Hand Gloves).
Jenis-Jenis Alat Perlindungan Diri (APD)
Berikut ini adalah Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan dalam Produksi
Elektronika.
1. Alat Pelindung Kepala