Anda di halaman 1dari 48

0- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten

Persembahan dari:
THORIQOH QOODIRIYYAH NAQSHABANDIYYAH MA’HAD
SURYALAYA
Kajembaran Rohmaniyah Pesantren SIRNARASA

Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten

_________________________________________________________
___

Pelindung & Penanggungjawab:


Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs

1- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Penyusun:
KH Rd Mas Budi Rahman Hakim Al Khoolish, MSW., PhD.
Anggota:
KH Agus Rahman Adila, SPd
Muhamad Emyr Gunawan Rahmatulloh
Saiful Bahri

Cetakan Pertama, Oktobet 2020


_________________________________________________________
___

Sekapur Sirih
SITUS ZIYARAH MAKAM
12 WALI TANAH BANTEN

Kepada yang terhormat, Para Ikhwan Pecinta Kesucian Jiwa,


di Seluruh Dunia

Assalamu 'alaikum Wwbrkth.

Guru Agung Hadrotus Syeikh Muhammad Abdul Gaos


Saefulloh Maslul [Abah Aos] Ra Qs pada Ahad, 9 Februari 2020
2- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
telah memberi ijazah kepada Pembantu Khusus ABAH AOS,
KH Rd Mas Budi Rahman Hakim Al Khoolish, MSW., PhD. [Abah
Jagat], untuk melaksanakan Ziyarah 12 Wali Tanah Banten. Ini
sekaligus merupakan pembukaan jalur ziyarah bagi para
Pecinta Aulia di antara sekian banyak makam Aulia yang
berada di tanah Banten. Dan, di antara ke-duabelas Aulia yang
akan diziyarahi ini tak lain merupakan leluhur Pangersa Abah.
Kepada siapa saja yang hendak ziyarah berikut Nama-nama 12
Wali dengan urutannya.

1. Sayyid Syeikh Muhammad Athif bin Sultan Ageng


Tirtayasa/Kramat Tajug/Raden Wetan/Sunan Kuning.
2. Sayyid Syeikh Raden Arya Wangsakara/Pangeran Wira
Raja 2/Imam Haji Wangsa Raja/Ki Lenyap/Arya
Tangerang 1/Kyai Narantaka.
3. Sayyid Syeikh Saefulloh Maslul/Pangeran Jaga
Lautan/Pangeran Wiraraja I.
4. Sayyid Syeikh Pangeran Sunyararas /Pangeran Tajul
'Arsy bin Sultan Maulana Hasanuddin.
5. Sayyid Syeikh Sultan Ageng Tirtayasa/Abul Fath Abdul
Fatah/Pangeran Dipati.
6. Sayyid Syeikh Sultan Maulana Yusuf/Panembahan Ratu
Ing Banten.
7. Sayyid Syeikh Sultan Maulana Hasanuddin/Pangeran
Sabakingking/Sultan Banten.
8. Sayyid Syeikh Muhammad Sholeh bin Syeikh
Abdurrahman.
9. Sayyid Syeikh Asnawi Caringin.
10. Syeikh Maulana Mansyuruddin/Kramat Cikadueun.
11. Sayyid Syeikh Maulana Maghribi Banten;
12. Sayyid Syeikh Mas'ad/Kramat Solear/Kramat Tiga
Raksa.

Demikian nama-nama 12 Wali Banten dari Pangersa Abah, jika


sempat waktu silakan berziyarah.
3- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
Salam Khidmah,
Pembantu Khusus ABAH AOS

4- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Daftar Isi
Hal Bahasan
2 Sekapur Sirih
5 Daftar Isi
6 Amaliyah Ziyaroh Qubur
19 Sayyid Syeikh Muhammad Athif bin Sultan Ageng
Tirtayasa/Kramat Tajug/Raden Wetan/Sunan
Kuning
21 Sayyid Syeikh Raden Arya Wangsakara/Pangeran
Wira Raja 2/Imam Haji Wangsa Raja/Ki Lenyap/Arya
Tangerang 1/Kyai Narantaka
25 Sayyid Syeikh Saefulloh Maslul/Pangeran Jaga
Lautan/Pangeran Wiraraja
27 Sayyid Syeikh Pangeran Tajul 'Arsy bin Sultan
Maulana Hasanuddin/Pangeran Sunyararas
28 Sayyid Syeikh Sultan Ageng Tirtayasa/Abul Fath
Abdul Fatah/Pangeran Dipati
30 Sayyid Syeikh Sultan Maulana Yusuf/Panembahan
Ratu Ing Banten
32 Sayyid Syeikh Sultan Maulana Hasanuddin/Pangeran
Sabakingking/Sultan Banten
33 Sayyid Syeikh Muhammad Sholeh bin Syeikh
Abdurrahman
35 Sayyid Syeikh Asnawi Caringin
37 Syeikh Maulana Mansyuruddin/Kramat Cikadueun
42 Sayyid Syeikh Maulana Maghribi Banten
43 Sayyid Syeikh Mas’ad/Kramat Solear/Kramat Tiga
Raksa

5- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Amaliyah Ziyaroh Qubur

Assalamu'alaikum yaa waliyyallohi tahiyyatan minni ilaikum


warohmatullohi wabarokatuhu
Salam bagumu wahai kekasih Alloh, hormat dariku (sendiri)
dari kami (berombongan) dengan rahmat Alloh dan berkah-
Nya
ilaa hadlrotin nabiyyil mushthofaa muhammadin
shollalloohhu 'alaihhi wa sallama wa 'alaa aalihhii wa
ashhaabihhii wa azwaajihhii wa dzurriyyaatihhii wa limang
dakhola fii baitihhil kiroomi ajma'iina syai-ul lillaahhi
lahhumul faatihah.
Semoga sampai Rahmat Alloh kepada Nabi yang terpilih, yakni
Nabi Muhammad saw, dan kepada keluarganya, sahabat-
sahabatnya, istri- istrinya, keturunannya, dan kepada orang-
orang yang pernah masuk kedalam rumah nabi yang mulia
semuanya. Segala perkara itu kepunyaan Alloh dan tetaplah
kepada-Nya
Tsumma ilaa arwaahi aabaa-ihhi wa ummahhaatihhi wa
ikhwaanihhi minal ambiyaa-i wal mursaliina wa ilaal malaa-
ikatil muqorrobiina wal karubiyyiina wasy syuhhadaa-i wash
shoolihiina wa ilaa kulliw wa-ashhaabi kulliw wa ilaa arwaahi
abiinaa aadama wa umminaa hawaa-a wa maa tanaa sala
bainahhumaa ilaa yaumiddiini syai-ul lillaahhi lahhumul
faatihah.
Semoga sampai rahmat Alloh kepada ruh bapak- bapaknya,
ibu-ibunya, dan saudara-saudaranya dari para nabi dan rosul,
dan kepada Malaikat Muqorrobin dan Karubin, dan kepada
para syuhada dan orang-orang sholeh, dan kepada semua
6- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
sahabatnya, dan kepada ruhnya bapak kita sekalian yakni Nabi
Adam a.s, dan ibu kita yakni Siti Hawa, dan keturunan dari
keduanya sampai hari kiamat. Segala perkara itu kepunyaan
Alloh dan tetaplah kepada-Nya.
Tsumma ilaa arwaahi Saadaatinaa wa mawaaliinaa, wa
a'immatinaa Abii Bakrin wa ‘Umar wa ‘Utsmaan wa ‘Aliyy, wa
ilaa baqiyyatish shohaabati wal qoroobati wat taabi’iin
wataabi’it taabi’iin wata'bi'ihim bi ihsaanin ilaa yaumid diin.
Kullu sya'in lillaahi lahum faatihah.
Semoga sampai rahmat Alloh kepada ruh para pembesar kita
yang mengurus kita dan yang memimpin kita yakni Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali, dan kepada semua sahabat-sahabatnya
dan kerabatnya, dan kepada Tabi'in dan orang-orang yang
mengikuti tabi'in dengan baik sampai kepada hari kiamat.
Segala perkara itu kepunyaan Alloh maka tetaplah kepada-
Nya.
Tsumma ilaa arwaahi a- immatil mujtahhidiina wa
muqollidiihhim fid diini wal 'ulamaa-ir roosyidiina wal quroo-
il mukhlishiina wa ahhlit tafsiiri wal muhadditsiina wa saa-iris
saadaatish shufiyyatil muhaqqiqiina wa ilaa arwaahi kulli
waliyyi wa waliyyatiw wa muslimiiw wa muslimaatim mim
masyariqil ardli ilaa maghooribihhaa ilaa syimaa lihhaa syai-
ul lillaahhi lahhumul Al-faatihah.
Semoga sampai rahmat Alloh kepada ruh para imam mujtahid
dan kepada yang mengikuti jejak keagamaannya, dan kepada
ulama yang mendapat petunjuk, kepada ahli quran yang
ikhlas, dan kepada ahli tafsir dan ahli hadits, dan kepada para
sufi yang telah mencapai hakikat, dan kepada ruh para wali
laki-laki dan perempuan, dan kepada muslim laki- laki dan
perempuan yang berasal dari timur, barat, kanan dan kiri
7- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
bumi. Segala perkara itu kepunyaan Alloh maka tetaplah
kepada-Nya.
Tsumma ilaa arwaahi ahhlis silsilatil Qoodiriyyah
Naqsyabandiyyah Ma' had Suryalaya wa jamii'i ahhlith
thuruqi khushuushon ilaa hadlroti sulthooni auliyaa-i ghoutsil
a'zhomi qutubil 'aalamiinas sayyidisy syaikhi 'abdil qoodiril
jailaanii was sayyidisy syaikhi abiil qoosim junaidil
baghdaadiyyi was sayyidisy syaikh ma'ruufil karkhiyyi was
sayyidisy syaikhi sirris saqothiyyi was sayyidisy syaikhi
habiibil 'ajamiyyi was sayyidisy syaikhi hasanil bashriyyi was
sayyidisy syaikhi ja'farish shoodiqi was sayyidisy syaikhi
yuusuful hamdaaniyyi was sayyidisy syaikhi abii yaziidil
busthoomiyyi was sayyidisy syaikhi syaahh bahhaa-uddiinin
naqsyabandiyyi wa hadlroti imaam robbaaniyyi wa hadlroti
Syaikh ‘Abdullooh Mubaarok bin Nur Muhammad, wa
syaikhinal mukarrom Syaikh Ahmad Shoohibul Wafaa Taajul
‘Aarifin, wa syaikhinal mukarrom Syaikh Muhammad Abdul
Gaos Syaifulloh Maslul,wa ushuulihhim wa furuu'ihhim wa
ahhli silsilatihhim wal aakhidziina 'anhhum syai- ul lillaahhi
lahhumul faatihah.
Semoga rahmat Alloh sampai kepada ruh ahli silsilah thoriqot
qodiriyah naqsyabandiyah dan kepada seluruh ahli tarekat,
khususnya kepada Sulthon Auliya penolong agung pakunya
alam yakni syekh Abdul Qodir Al-Jailani, dan kepada Syekh
Abil Qosim Junaid Al-Baghdadi, dan kepada Syekh Ma'ruf Al-
Karkhi, dan kepada Syekh Sirr As-Saqoti, dan kepada Syekh
Habib Al- Ajami, dan kepada Syekh Hasan Al-Bashri, dan
kepada Syekh Ja'far Ash- Shodiq, dan kepada Syekh Yusuf Al-
Hamdani, dan kepada Syekh Abi Yazid Al-Busthomi, dan
kepada Syekh Syah Bahaudin An- Naqsyabandi, dan kepada
Imam Robbani, dan kepada guru kita yang mulia Syaikh

8- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


‘Abdullooh Mubaarok bin Nur Muhammad, wa syaikhinal
mukarrom Syaikh Ahmad Shoohibul Wafaa Taajul ‘Aarifin, wa
syaikhinal mukarrom Syaikh Muhammad Abdul Gaos
Syaifulloh Maslul, dan kepada para leluhurnya, cabang-
cabangnya, ahli silsilahnya, dan kepada yang mengambil
berkah kepada semuanya. Segala perkara itu kepunyaan Alloh
maka tetaplah kepada-Nya.
Tsumma ilaa arwaahi waalidiinaa wa waalidiikum wa
masyaayikhinaa wa masyaayihikum wa amwaatinaa wa
amwaatikum wa liman ahsana ilainaa wa limal lahhuu haqqun
'alainaa wa liman awshoonaa wastaushoonaa wa qolladanaa
'ingdaka bidu'aa-il khoiri syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah.
Semoga rahmat Alloh sampai kepada ruh bapak-bapak kita,
guru- guru kita, orang-orang yang telah meninggal dunia, dan
kepada orang- orang yang telah berbuat baik kepada kita, dan
kepada orang-orang yang telah menasihati kita, dan kepada
orang-orang yang telah meminta nasihat dari kita, dan kepada
orang yang telah mengikuti kita disisimu dengan do'a
kebaikan. Segala perkara itu kepunyaan Alloh maka tetaplah
kepada-Nya".
Tsumma ilaa arwaahhi jamii'il mu-miniina wal mu-minaati
wal muslimiina wal muslimaatil ahyaa-i minhhum wal
amwaati mim masyaariqil ardli ilaa maghooribihhaa wa miy
yamiinihhaa ilaa syimaa lihhaa wa ming qoofin ilaa qoofim
miw waladi aadama ilaa yaumil qiyaamati syai-ul lillaahhi
lahhumul Al-faatihah.
Semoga rahmat Alloh sampai kepada ruh orang-orang yang
beriman laki-laki dan perempuan, muslim laki- laki dan
perempuan, baik yang masih hidup dan yang telah meninggal
dunia, dari sebelah timur sampai ke barat, dari kiri sampai ke
9- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
kanan bumi, dari kutub utara sampai ke kutub selatan, dari
mulai Nabi Adam sampai hari kiamat. Segala perkara itu
kepunyaan Alloh maka tetaplah kepada-Nya.
Laa ilaahha illaalloohhu walloohhu akbaru wa lillaahhil
hamdu.
Tiada Tuhan selain Alloh, Dia-lah Yang Maha Besar dan hanya
bagi-Nya segala puji.
Bismillaahhir rohmaanir rohiim. qul hhuwalloohhu ahadu.
alloohhush shomadu. lam yalid wa la yuuladu. wa lam yakul
lahhuu kufuwan ahadu (11x).
Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Katakanlah (ya Muhammad), Alloh itu Esa. Alloh
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.

laa ilaahha illaalloohhu walloohhu akbaru wa lillaahhil hamdu.

Tiada Tuhan selain Alloh, Dia-lah Yang Maha Besar dan hanya
bagi-Nya segala puji.
Bismillaahhir rohmaanir roohiimi qul a'uudzu birobbil falaqi.
ming syarri maa kholaqo. wa ming syarri ghoosiqin idzaa
waqoba. wa ming syarrin naffaatsaati fil 'uqodi. wa ming syarri
haasidin idzaa hasada.
Katakan, aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai
shubuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan
malam apabila telah gelap. Dan dari kejahatan wanita tukang
10- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
sihir yang meniup buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang-
orang yang dengki ketika ia dengki.
Laa ilaahha illaalloohhu walloohhu akbaru wa lillaahhil
hamdu.
Tiada Tuhan selain Alloh, Dia-lah Yang Maha Besar dan hanya
bagi-Nya segala puji.
bismillaahhir rohmaanir rohiimi qul a'uudzu birobbinnaasi.
malikin naasi. ilaahhin naasi. ming syarril waswaasil
khonnaasi. alladzii yuwaswisu fii shuduurin naasi. minal
jinnati wan naasi.
Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhannya manusia.
Rajanya manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan syetan
yang bersembunyi. Yang membisikan kejahatan di dalam dada
manusia. Dari golongan jin dan manusia.
Laa ilaahha illaalloohhu walloohhu akbaru wa lillaahhil
hamdu.
Tiada Tuhan selain Alloh, Dia-lah Yang Maha Besar dan hanya
bagi-Nya segala puji.
Bismillaahir rohmaanir rohiimi. alhamdu lillaahhi robbil
'aalamiina. arrohmaanir rohiimi. maaliki yaumid diini. iyyaaka
na'budu wa iyyaaka nasta'iinu. ihhdinash shiroothol
mustaqiima. shiroothol ladziina an'amta 'alaihhim, ghoiril
maghdluubi 'alaihhim wa laadl dloolliina.
Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam, Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Menguasai hari
pembalasan, hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya
kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan, tunjukilah kami
11- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Laa ilaahha illaalloohhu walloohhu akbaru wa lillaahhil


hamdu.
Tiada Tuhan selain Alloh, Dia-lah Yang Maha Besar dan hanya
bagi-Nya segala puji.
Bismillaahhir rohmaanir rohiimi. alif-laaam-miim dzaalikal
kitaabu laa royba, fiihhi, hhudal lilmuttaqiina. alladziina yu-
minuuna bil ghoibi wa yuqiimuunash sholaata wa mimmaa
rozaqqonaahhum yungfiquuna. wal ladziina yu-minuuna
bimaa ungzila ilaika wa maaa ungzila ming qobbelik, wa bil
aakhiroti hhum yuuqinuuna. uulaa-ika 'alaa hhudam mir
robbihhim wa uulaaa-ika hhumul muflihuuna.
Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Alif-Lam-Mim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghoib, yang
mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizki yang
Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka beriman
kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat, mereka itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.
Wa ilaahhukum ilaahhuw waahidul laa ilaahha illaa hhuwar
rohmaanur rohiimu.

12- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Dan Tuhan-mu, Tuhan yang satu, tiada Tuhan selain Dia, Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alloohhu laa ilaahha illaa hhuwal hayyul qoyyuumu, laa ta-
khudzuhhuu sinatuw wa laa naumu, lahhuu maa fis
samaawaati wa maa fil ardli mangdzal ladzii yasfa'u
'ingdahhuu illaa bi-idznihhii ya'lamu maa baina aydiihhim wa
maa kholfahhum wa laa yuhiithuuna bisyai-im min 'ilmihii
illaa bimaa syaa-a, wa si'a kursiyyuhhus samaawaati wal
ardlo, wa laa ya-uuduhhuu hifzhuhhumaa wa hhuwal 'aliyyul
'azhiimu.
Alloh tidak ada Tuhan selain Dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan
tidak tidur, kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi,
siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Alloh tanpa izin-
Nya? Alloh mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Alloh melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Alloh meliputi langit dan
bumi, dan Alloh tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
Alloh Maha Tinggi lagi Maha Besar".

Astaghfirulloohhal ghofuuror rohiim (3x).

Aku memohon ampunan kepada Alloh Yang Maha Pengampun


lagi Maha Penyayang".
Alloohhumma sholli 'alaa sayyidinaa muhammadiw wa 'alaa
aalihhii wa shohbihhii wa sallim (3x).

13- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Ya Alloh, limpahkanlah rahmat-Mu kepada junjunanku
Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya serta
keselamatan".
Ilaahhii angta maqshuudii wa ridlooka mathluubii a'thinii
mahabbataka wa ma'rifataka (1x).
Wahai Tuhanku, Engkaulah yang aku tuju, dan keridloan-Mu
yang aku cari, berikanlah kepadaku kecintaan kepada dan
ma'rifat kepada-Mu".
(Selanjutnya menarik dzikir sebagaimana yang telah
ditalqinkan:)
laa ilaahha illallooh (3x).
Tiada Tuhan selain Alloh".
(Kemudian berdzikir la ilaha illalloh 165x, dan ditutup dengan
membaca: )
Sayyidunaa muhammadur rosuulullooh shollalloohhu 'alaihhi
wa sallam.
Junjunanku Muhammad utusan Alloh. Rahmat Alloh
kepadanya dan keselamatan".
( Selanjutnya berdo'a: )
Bismillaahhir rohmaanir rohiim. alloohhumma sholli 'alaa
sayyidinaa muhammadiw wa 'alaa aali sayyidinaa
muhammad, sholatang tungjiinaa bihhaa ming jamii'il
ahhwaali wal afaati wa taqdlii lanaa bihhaa jamii'al haajaati
wa tuthohhiruunaa bihhaa ming jami'is sayyi-aati wa
tarfa'unaa bihhaa 'ingdakaa a'laddarojaati wa tuballighuunaa
bihhaa aqshol ghooyaati ming jamii'il khoirooti fil hayaati wa
ba'dal mamaati, innal ladziina yubaayi'uunaka innamaa
14- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
yubaayi'uunalloohha yadulloohhi fauqo aydiihhim faman
nakatsa fa-innamaa yangkutsu 'alaa nafsihhii wa man aufaa
bimaa 'aahhada 'alaihhulloohha fasayu- tiihhi ajron 'azhiimaa.
Dengan Asma Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ya Alloh, limpahkanlah rahmat-Mu kepada junjunanku
Muhammad saw beserta keluarganya. Hanya rahmat-Mu yang
menyelamatkan aku dari semua marabahaya, dan
mengabulkan aku dengan sebab rahmat-Mu dari semua
keperluan aku, dan menyucikan aku dengan sebab rahmat-Mu
dari segala kesalahan, dan mengangkat aku dengan sebab
rahmat-Mu di sisi-Mu kepada derajat yang tinggi, dan
menyampaikan aku dengan sebab rahmat-Mu kepada puncak
kebaikan dari mulai hidup dan setelah mati. Sesungguhnya
orang- orang yang berbai'at kepadamu itu sesungguhnya
berbai'at kepada Alloh, tangan Alloh di atas tangan mereka,
maka barangsiapa melanggar ba'iat (janji)nya, niscaya
akibatnya akan menimpa dirinya sendiri, dan barangsiapa
yang menepati janjinya kepada Alloh, maka Alloh akan
memberinya pahala yang besar.
(Setelah do'a tersebut di atas, selanjutnya bisa ditambah
dengan do'a yang lain sekehendak kita menurut kebutuhan).
Ilaa hadlrotin nabiyyil mushthofaa muhammading
shollalloohhu 'alaihhi wa sallama wa 'alaa aalihhii wa
ashhaabihhii wa azwaajihhii wa dzurriyyaatihhii wa limang
dakhola fii baitihhil kiroomi ajma'iina syai-ul lillaahhi
lahhumul faatihah.
Semoga sampai Rahmat Alloh kepada Nabi yang terpilih, yakni
Nabi Muhammad saw, dan kepada keluarganya, sahabat-
sahabatnya, istri- istrinya, keturunannya, dan kepada orang-
orang yang pernah masuk kedalam rumah nabi yang mulia
15- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
semuanya. Segala perkara itu kepunyaan Alloh dan tetaplah
kepada-Nya.
Tsumma ilaa arwaahi ahhlis silsilatil qoodiriyyati wan
naqsyabandiyyati wa jamii'i ahhlith thuruqi khushuushon ilaa
hadlroti sulthooni auliyaa-i ghoutsil a'zhomi qutubil
'aalamiinas sayyidisy syaikhi 'abdil qoodiril jailaanii
qoddasalloohhu sirrohhu was sayyidisy syaikhi abiil qoosim
junaidil baghdaadiyyi was sayyidisy syaikhi ahmad khootib
syambaasii ibnu 'abdil ghofaari was sayyidisy syaikhi tholhah
kali sapu cirebon was sayyidi syaikhi 'abdul kariimi banten wa
hadlroti Syaikh ‘Abdullooh Mubaarok bin Nur Muhammad, wa
syaikhinal mukarrom Syaikh Ahmad Shoohibul Wafaa Taajul
‘Aarifin, wa syaikhinal mukarrom Syaikh Muhammad Abdul
Gaos Syaifulloh Maslul wa ushuulihhim wa furuu'ihhim wa
ahhli silsilatihhim wal aakhidziina 'anhhum syai- ul lillaahhi
lahhumul faatihah.
Semoga rahmat Alloh sampai kepada ruh ahli silsilah thoriqot
qodiriyah naqsyabandiyah dan kepada seluruh ahli tarekat,
khususnya kepada Sulthon Auliya penolong agung pakunya
alam yakni syekh Abdul Qodir Al-Jailani q.s, dan kepada Syekh
Abil Qosim Junaid Al-Baghdadi, dan kepada Syekh Ahmad
Khotib Sambas Abdul Ghofar, dan kepada Syekh Tholhah
Kalisapu Cirebon, dan kepada Syekh Abdul Karim Banten, dan
Syaikh ‘Abdullooh Mubaarok bin Nur Muhammad, wa
syaikhinal mukarrom Syaikh Ahmad Shoohibul Wafaa Taajul
‘Aarifin, wa syaikhinal mukarrom Syaikh Muhammad Abdul
Gaos Syaifulloh Maslul dan kepada para leluhurnya, cabang-
cabangnya, ahli silsilahnya, dan kepada yang mengambil
berkah kepada semuanya. Segala perkara itu kepunyaan Alloh
maka tetaplah kepada-Nya".

16- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Tsuma ilaa arwaahi aabaa- ina wa ummahhaatinaa wa
likaffatil muslimiina wal muslimaati wal mu'miniina wal
mau'minaatil ahyaa-i minhhum wal amwaati syai-ul lillaahhi
lahhumul faatihah.
Semoga Alloh menyampaikan rahmat kepada bapak-bapak
kami, ibu-ibu kami dan kepada semua muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun
yang telah wafat. Segala perkara kepunyaan Alloh dan tetaplah
kepada-Nya. Alfatihah.
Astaghfirulloohha robbii ming kulli dzambiw wa atuubu
ilaihhi (3x).
Aku memohon ampunan kepada Alloh Tuhanku dari segala
dosa, dan aku bertaubat kepada-Nya.
Alloohhumma sholli 'alaa muhammadiw wa 'alaa aali
muhammading kamaa sholaita 'alaa ibroohhiima wa 'alaa aali
ibroohhiima wa baarik 'alaa muhammadiw wa 'alaa aali
muhammadin kamaa barokta 'alaa ibroohiima wa 'alaa aali
ibroohhiima fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.
Ya Alloh, semoga Engkau melimpahkan rahmat kepada Nabi
Muhammad saw beserta keluarganya, seperti halnya Engkau
melimpahkan rahmat kepada Nabi Ibrohim beserta
keluarganya, dan semoga Engkau melimpahkan berkah
kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, seperti
halnya Engkau melimpahkan barokah kepada Nabi Ibrohim
dan keluarganya. Di seluruh alam Engkau Maha Terpuji lagi
Maha Agung".
Ilaahhii angta maqshuudii wa ridlooka mathluubii a'thinii
mahabbataka wa ma'rifataka.

17- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Wahai Tuhanku, Engkaulah yang aku tuju, dan keridloan-Mu
yang aku cari, berikanlah kepadaku kecintaan kepada dan
ma'rifat kepada-Mu.
(Selanjutnya Tawajjuh, dengan cara kepala ditundukkan
kebawah arah susu kiri dengan mata terpejam, bibir
dirapatkan, gigi ditekan, lidah dilipatkan keatas langit-langit
mulut, nafas ditahan, tidak bergerak sedikitpun, dan hati
berdzikir khofi sekuatnya menahan nafas).

۞۞۞

18- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


1. Sayyid Syeikh Muhammad Athif bin Sultan Ageng
Tirtayasa/Kramat Tajug/Raden Wetan/Sunan Kuning.

Tubagus Muhammad Athif atau yang diberi gelar Tubagus


Wetan merupakan anak ke-16 dari Sultan ke 6 Raja
Kesultanan Banten: Sultan Ageng Tirtayasa dengan nama
lahirnya Pangeran Surya. Beliau adalah orang yang diutus
ayahnya, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa untuk
mempertahankan wilayah Banten dari serangan kolonial
Belanda ke Desa Cilenggang --sekarang wilayah tersebut
masuk ke dalam wilayah administratif Tangerang Selatan.
Selain untuk mempertahankan wilayah, Sunan Kuning ini juga
mendapat mandate menyebarkan Islam di Cilenggang yang
merupakan mayoritas beragama Hindu, melalui pendekatan
budaya “ngerauk” dan mengaji dengan mengunjungi
pesantren-pesantren.

Setelah menyelesaikan tugasnya di Benteng Selatan,


Tubagus Athif kembali ke Banten dan mendapatkan gelar
Tubagus Wetan dari ayahnya. Karena jasa-jasanya kepada
masyarakat di kawasan Cilenggang, masyarakat menikahkan
Tubagus Athif dengan Siti Almiyah wanita asli Desa
Cilenggang sendiri, dengan mas kawin Masjid Jami Al Ikhlas –
sering disebut Tajug- yang sekarang masih berdiri.

Dikarenakan kondisi Kesultanan Banten sedang


mengalami kekacauan pada waktu itu yaitu Adanya konflik
adu domba dari belanda antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan putranya Sultan Haji, hal ini menimbulkan kesulitan
kepada Raden Muhammad Atief untuk memihak, maka Sultan
Ageng Tyrtayasa memerintahkan kepada Raden Muhammad
Atief (Tubagus Atief) untuk tinggal di Desa Cilenggang dengan
membawa adiknya Ratu Ayu sambil tetap menyebarkan
Agama Islam disini. Dalam wasiatnya sebelum wafatnya
kepada anak cucunya seandainya beliau wafat agar
19- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
dimakamkan di dalam Surau atau Tajug (budaya masyarakat
waktu itu dalam menyebut Surau) bersama dengan Ratu Ayu
adik beliau yang wafat lebih dahulu. Dewasa ini masyarakat
Desa Cilenggang pada khususnya dan masyarakat lain pada
umumnya menyebut dengan istilah Kramat Tajug.

Dulunya, Tajug yang didirikan oleh Tubagus Athif berdiri


ditanah yang datar dan dikelilingi oleh persawahan. Ketika
Raden Tubagus Athif dimakamkan di dalam Tajug, sesuai
dengan wasiatnya, tanah yang tadinya datar itu berubah
semakin meninggi. Lama kelamaan menggunung, sekarang,
Kawasan itu dikenal oleh sebagian orang sebagai Gunung
Puyuh. Tidak banyak orang mengetahui hal ini selain dari anak
cucu keturunan Raden Athif. Luas Gunung Puyuh diperkirakan
sekarang mencapai sekitar dua hektar. Keanehan lainnya: luas
tanah dari Kramat Tajug yang sejak zaman dulu telah
berfungsi sebagai tempat pemakaman warga atau masyarakat
Desa Cilenggang seakan tidak pernah sempit: selalu cukup
untuk dijadikan areal pemakaman baik oleh anak cucu dari
Tubagus Atihf maupun oleh warga Desa Cilenggang sendiri.
Untuk menjaga kelestarian Kramat Tajug telah didirikan
Yayasan Tubagus Athif.

Lokasi:

Serpong Keramat Tajug, Cilenggang, Kecamatan Serpong,


Tangerang, Banten 15314

20- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


2. Sayyid Syeikh Raden Arya Wangsakara/Pangeran Wira
Raja 2/Imam Haji Wangsa Raja/Ki Lenyap/Arya
Tangerang 1/Kyai Narantaka.

Raden Aria Wangsakara lahir sekitar tahun 1024 H atau


1615 M. Hal ini berdasarkan naskah Paririmbon Keariaan
Tangerang yang menyebutkan beliau meninggal pada malam
Jum’at Manis tanggal 2 Sya’ban tahun 1092 H atau 1681 M
pada usia 68 Tahun dalam hitungan Hijriah atau usia 66 tahun
dalam hitungan Masehi. Masa kecil Raden Aria Wangsakara
dihabiskan bersama kedua orang tuanya. Masa kecilnya penuh
dengan keceriaan. Di bawah pendidikan dari kedua orang
tuanya yang sama-sama berdarah biru namun penuh
kesederhanaan, ia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri,
cakap namun sederhana.

Raden Aria Wangsakara memiliki nama kecil Hasan. Ia


adalah putera Pangeran Wiraraja I bin Prabu Geusan Ulun.
Adapun silsilah beliau sampai ke Rasulullah Shollallohu ‘alaihi
wasallam memalui jalur Sayyidina Husen RA. Pun demikian
nasab geneologi beliau sampai pula ke Rasulullah memalui
jalur Sayyidina Hasan RA. Dari jalur ayahnya, Raden Aria
Wangsakara memiliki darah Sumedang, Pajajaran, Cirebon,
Malaka, Gujarat (India) Hadramaut sampai kepada Rasulullah
Shollallohu ‘alaihi wasallam.

Adapun silsilah beliau dari Sayyidina Husein RA adalah


sebagai berikut : Hasan/Raden Aria Wangsakara/Imam Haji
Wangsaraja/Ki Lenyep/Ki Kenyep/Aria Lengkong/Aria
Tangerang 1/Ki Luluhur/Kyai Narantaka bin Ali/Pangeran
Wiraraja I 2 bin Ja’far/Prabu Geusan Ulun 3 bin
Soleh/Pangeran Santri bin Muhammad/Pangeran
Pamelakaran bin Abdurahman/Pangeran Panjunan bin Syeikh
Datuk Kahfi bin Syeikh Datuk Isa bin Abdul Qodir bin Abdullah
Azmat Khan bin Abdul Malik bin Alwi Amil Faqih bin
21- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
Muhammad Sohib Mirbat bin Ali Khali Qosam bin Alwi bin
Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Al-Rumi bin
Muhammad an-Naqib bin Ali Uraidi bin Ja’far Sodiq bin
Muhammad Al-Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Sayyidina
Husen RA.

Sedangkan geneologi melalui Sayyidia Hasan RA adalah


sebagai berikut:

Hasan/Raden Aria Wangsakara bin Ali/Pangeran Wiraraja I


bin Ratu Harisbaya binti Raden Ratna Kenya binti Sultan
Trenggono bin Raden Fattah bin Syarifah Shiu Ban Ci binti
Syeikh Bentong/Abdullah Darqom/Abdullah Darugem bin
Syeikh Hasanuddin/Syeikh Quro bin Muhammad Yusuf As-
Sidiq bin Abdul Aziz al-Mansur bin Abdullah Hasyim bin Soleh
bin Syeikh Abdul Qodir al-Jailani bin Musa Abu Soleh bin
Abdulllah bin Yahya az-Zahid bin Muhammad bin Daud bin
Musa Tsani bin Abdullah Tsani bin Musa al-Juun bin Abdullah
al-Mahdi bin Hasan Al-Mutsanna bin Sayyidina Hasan RA.

Dalam beberapa literatur Sejarah Kabupaten Tangerang


disebutkan, Aria Wangsakara pergi dari Sumedang ke
Tangerang bersama dua saudaranya, masing-masing Aria
Santika dan Aria Yuda Negara. Ketiga tumenggung dari
Sumedang ini, kemudian mendapatkan restu dari Sultan
Banten di bawah kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf untuk
bertugas menjaga wilayah dari tindakan kompeni dengan
membangun benteng di Lengkong Kyai yang terletak di tepi
Sungai Cisadane, sebelah Barat sampai bendungan Sangego.

Di Lengkong Kyai, Aria Wangsakara menetap bersama


isterinya, Nyi Mas Nurmala, seorang anak dalem Bupati
Karawang Singaprabangsa. Di tempat ini pula bermukim
pengikutnya yang berjumlah sekira 500 orang. Pada tahun
1652-1653 M, VOC yang sudah mencium aktivitas penyebaran

22- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


agama di Lengkong Kyai ini, kemudian mendirikan benteng di
sebelah timur Sungai Cisadane yang persis berseberangan
dengan wilayah kekuasaan Aria Wangsakara. VOC juga
memprovokasi dan menakuti warga Lengkong Kyai dengan
mengarahkan tembakan meriam yang diarahkan ke Lengkong
Kyai.

Sikap Kompeni ini memicu pertempuran antara Kompeni


Belanda dengan rakyat Tangerang di bawah kepemimpinan
Aria Wangsakara. Peristiwa ini kelak akan disebut sebagai
titik awal tumbuhnya jiwa patriotik rakyat Tangerang di
bawah kepemimpinan Aria Wangsakara. Lewat kegigihan dan
jiwa kepahlawanan kolektif, warga Lengkong akhirnya
berhasil mempertahankan wilayahnya ini melalui
pertempuran yang berkobar selama tujuh bulan berturut-
turut.

Tentang peristiwa ini, menurut Syaifullah, Aria


Wangsakara selain dikenal sebagai ulama, dia juga memang
berperan aktif dalam melawan VOC. Semangat yang dimiliki
Aria Wangsakara inilah menurut Syaifullah, yang kemudian
diteruskan turun temurun oleh warga Lengkong Kyai.
Pertempuran NICA dan rakyat Tangerang, tak pernah lepas
dari konflik Banten dan Kompeni Belanda. Tarik menarik
batas kekuasaan antara Banten dan Kompeni, menjadikan
Tangerang sebagai pertahanan pertama bagi Banten.

Sejak 10 Juli 1659, perjanjian antara Banten dan Belanda


tak pernah dipatuhi oleh pihak Kompeni. Pun demikian ketika
Sultan Haji, anak Sultan Ageng Tirtayasa yang diadudomba
Kompeni Belanda, membuat perjanjian baru dengan Belanda
soal batas kekuasaan Banten - Belanda, pada 17 April 1684.
Pada pasal 3 perjanjian tersebut disebutkan, walaupun batas

23- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Banten dengan Batavia tetap pada Sungai Untung Jawa
(Sungai Cisadane) yang disebut pula Tangerang sejak dari
pantai laut hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran
sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya, tetapi
ditetapkan lebih jauh bahwa kemudian menurut garis lurus
dari daerah selatan hingga utara sampai Lautan Kidul
(Samudera Hindia). Semua tanah di sepanjang Sungai Untung
Jawa atau Tangerang akan menjadi milik dan ditempati
Kompeni.

Kompeni Belanda sendiri terus berupaya melakukan


penguasaan dengan menyerang ke daerah Tangerang secara
terus menerus. Serangan Belanda ini mendapat perlawanan
sengit dari Aria Wangsakara dan dua saudaranya, Aria Santika
dan Aria Yuda Negara. Hingga pada akhirnya, ketiga
tumenggung ini gugur dalam pertempuran. Aria Santika gugur
dalam pertempuran di Kebon Besar pada tahun 1717. Ia
dimakamkan di Kecamatan Batu Ceper (Kramat Asem).
Tumenggung Yuda Negara gugur di Cikokol pada tahun 1718.
Ia dimakamkan di Sangiang, Kecamatan Jatiuwung.
Sementara, Aria Wangsakara gugur di Ciledug pada tahun
1720. Ia dimakamkan di Lengkong Kulon atau Lengkong Kyai.

Dalam penanggalan Islam, tanggal wafatnya Aria


Wangsakara jatuh pada tanggal 2 Sya'ban 1662. Makam Aria
Wangsakara dikelilingi makam-makam para ulama dan kyai
yang berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di wilayah
Tangerang. Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang saat ini
memutuskan untuk menjadikan komplek makam Aria
Wangsakara ini sebagai cagar budaya Kabupaten Tangerang.

Maqom:

Jl. Lengkong Kiai, Lengkong Kulon, Kec. Pagedangan,


Tangerang, Banten 15331

24- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


3. Sayyid Syeikh Saefulloh Maslul/Pangeran Jaga
Lautan/Pangeran Wiraraja

Sayyid Syeikh Saefulloh Maslul/Pangeran Jagat


Lautan/Wiraraja 1 merupakan putra dari Pangeran
Suryalaras (Pangeran Tanjul ‘Arsy) bin Syeikh Maulana
Hasanudin (Pangeran Saba Klingking) bin Syeikh Maulana
Syarif hidayatullah atau lebih akrab dikenal dengan sebutan
Sunan Gunung Jati. Seperti ayahnya, pangeran jaga lautan juga
seorang penyebar agama islam di wilayah banten. Ia ditugasi
menyebarkan ajaran islam di pesisir pantai laut utara hingga
wafat.

Makamnya kini berada di pulau cangkir. Sebuah pulau


yang terletak di pinggiran kabupaten tangerang. Pulau
cangkir sendiri terlatak di desa kronjo, kecamatan kronjo,
kabupaten tangerang, berjarak sekitar 25 km dari kota
tangerang. Pulau ini sangat sering dikunjungi oleh peziarah
dari dalam maupun luar kota. Makam pangeran jaga lautan
menjadikan pulau cangkir sebagai tempat wisata religius yang
dikenal luas oleh masyarakat banten bahkan seluruh
nusantara. Dengan 3 gabungan bentuk wisata, yakni wisata
bahari, wisata sejarah dan wisata ziarah. Dari Pangeran
Wiraraja atau Mas Wi inilah kemudian menurunkan tokoh
ulama besar Syeikh Muhammad Nawawi Al Bantanie,
penghulu ulama hijaz.

Pangeran Wiraraja mempunyai isteri Ratu Jepara dan


dikaruniai tiga orang anak Tubagus Wiranegara 1 atau Mas
Nun, Tubagus.Wiraraja 2 dan Tubagus Maja.

Tubagus Wiranegara 1 mempunyai lima anak yaitu Tubagus


Idham atau Tubagus Wiranegara 2, Tubagus Mahmud alias

25- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Tubagus Mas Kun, Ratu Kusuma, Ratu Hadijah, Ratu Panggung.
Tubagus Wiranegara 2 atau Tuabagus Idham mempunyai
seorang putri bernama Ratu Maimunah yang dinikahkan
dengan Penguasa Tanggerang, Raden Arya Wangsakara atau
Raden Kenyep atau Imam Haji Wangsareja bin Pangeran
Wiraraja Sumedang bin Prabu Geusan Ulun. Dari pernikahan
ini mempunyai seorang putra bernama Raden Wiranegara 3
atau Syeikh Ciliwulung.

Keturunan Tubagus Maskun dan Syeikh Ciliwulung


kemudian yang tersebar di Banten Utara. Bermunculanlah
tokoh tokoh ulama lain selain Syeikh Nawawi Al-Bantani
seperti Syeikh Abdul Karim al Bantani, Mursyid Tarekat
Qoodiriyyah wa Naqsyabandiyyah, Syeikh Arsyad Towil,
Syeikh Arsyad Qoshir, Syeikh Hasan Bashri, Syeikh Astari,
Syeikh Syanwani Kelapiyan, Syeikh Sahal Lopang, Ki Adung
Lempuyang, KH. Mufti Asnawi, KH. Maruf Amin dan lain-lain.
Pangeran Jaga Lautan masih merupakan dzurriyah dari
Pangersah Abah Aos, Mursyid TQN PPS yang ke 38. Beliau
memiliki gelar yang sama yaitu Saefullah Maslul yang berarti
pedang yang terhunus. Konon karena adanya makam ini
tsunami tidak berani menerpa daerah pantai utara tanah
Banten

Lokasi:

Desa Jl. Raya pulau cangkir no.rt.08, Kronjo, Tangerang,


Banten 15550

26- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


4. Sayyid Syeikh Pangeran Tajul 'Arsy bin Sultan Maulana
Hasanuddin/Pangeran Sunyararas.

Sayyid Syeikh Pangeran Tanjul ‘Arsy/Pangeran


Sunyararas bin Sultan Maulana Hasanudin memang tidak
menggantikan ayahnya menjadi Sultan Banten. Sosok yang
menggantikan ayahnya menjadi Sultan Banten adalah kakak
kandungnya satu ibu: Maulana Yusuf. Tetapi, di suatu masa,
akan ada keturunannya yang akan mengharumkan nama
Banten ke seluruh penjuru dunia. Ibunya adalah Nyai Ratu
Kirana Purnamasidi putri Raden Fatah, raja Demak Bintoro.
Jadi dalam diri Pangeran Sunyararas mengalir pula darah raja-
raja Majapahit karena Raden Fatah adalah putra Brawijaya,
Raja Majapahit terakhir.

Pangeran Sunyararas pula keturunan Syeikh Abdulqodir


Al-Jailani, karena isteri Raden Fatah, Syarifah Siu Ban Ci cucu
Syeikh Quro Karawang, seorang Syarifah beribu cina adalah
keturunan Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Isteri Pangeran
Sunyararas tidak tercatat dalam buku induk nasab Banten,
yang disebutkan bahwa Pangeran Sunyararas mempunyai
lima orang anak yaitu: Pangeran Wiraraja atau yang dikenal
dalam pencatatan nasab berikutnya dengan nama Mas
Wi, Pangeran Warung, Ratu Tanjung, Ratu Wadon dan Ratu
Panggung.

Lokasi:

Tanara, Serang, Banten 42194

27- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


5. Sayyid Syeikh Sultan Ageng Tirtayasa/Abul Fath Abdul
Fatah/Pangeran Dipati

Sayyid Syeikh Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran


Surya (Lahir di Kesultanan Banten, Sekitar Tahun 1631 M)
adalah Sultan Banten ke-6. Ia naik takhta pada usia 20 tahun
menggantikan kakeknya, Sultan Abul Mufakhir Mahmud
Abdul Qodir yang wafat pada tanggal 10 Maret 1651, setelah
sebelumnya ia diangkat menjadi Sultan Muda dengan gelar
Pangeran Adipati atau Pangeran Dipati, menggantikan
ayahnya yang wafat lebih dulu pada tahun 1650. Sultan Ageng
Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad Kenari
(Sultan Banten periode 1640-1650) dan Ratu Martakusuma.
Sejak kecil ia bergelar Pangeran Surya, kemudian ketika
ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar
Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia pada
tanggal 10 Maret 1651, ia diangkat sebagai Sultan Banten ke-
6 dengan gelar Sultan Abu al-Fath Abdulfattah.

Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten


pada periode 1651-1683. Ia memimpin banyak perlawanan
terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian
monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan
Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu, Sultan Ageng
Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam
terbesar. Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-
sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang
keagamaan, ia mengangkat Syeikh Yusuf sebagai mufti
kerajaan dan penasehat sultan.

Ketika terjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan


Haji dan Pangeran Purbaya, Belanda ikut campur dengan cara
bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan
28- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
Ageng Tirtayasa. Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan
Haji di Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji
dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack
dan Saint-Martin.

Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa pada


saat itulah masa kejayaan Kesultanan Banten, Kesultanan
Banten aktif membina hubungan baik dan kerjasama dengan
berbagai kesultanan di sekitarnya, bahkan dengan negara lain
di luar Nusantara. Banten menjalin hubungan dengan Turki,
Inggris, Aceh, Makassar, Arab, dan kerajaan lain. Sekitar tahun
1677, Banten mengadakan kerjasama dengan Trunojoyo yang
sedang memberontak terhadap Mataram. Tidak hanya itu,
Banten juga menjalin hubungan baik dengan Makassar,
Bangka, Cirebon dan Inderapura. Sultan Ageng Tirtayasa
berhasil menjalin hubungan dagang dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang Eropa selain Belanda, seperti Inggris,
Denmark, dan Prancis.

Hubungan baik antara Inggris dan Banten sudah terjalin


sejak lama, salah satunya adalah ketika Sultan Abdul Mafakhir
mengirimkan surat ucapan selamat pada tahun 1602 kepada
Kerajaan Inggris atas dinobatkannya Charles I sebagai Raja
Inggris. Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir juga
memberikan izin kepada Inggris untuk membuka kantor
dagang. Bahkan, Banten menjadi pusat kegiatan dagang
Inggris sampai akhir masa penerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa tahun 1682, karena saat itu terjadi perang saudara
antara Sultan dengan putranya, Sultan Haji. Sultan Haji
meminta bantuan Belanda, sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa
diketahui meminta bantuan dari Kerajaan Inggris untuk
melawan kekuatan anaknya itu.

Pada 1681, Sultan Haji mengirim surat kepada Raja


Charles II. Dalam suratnya, dia berminat membeli senapan
29- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
sebanyak 4000 pucuk dan peluru sebanyak 5000 butir dari
Inggris. Sebagai tanda persahabatan, Sultan Haji
menghadiahkan permata sebanyak 1757 butir. Surat ini juga
merupakan pengantar untuk dua utusan Banten bernama Kiai
Ngabehi Naya Wipraya dan Kiai Ngabehi Jaya Sedana. Tidak
lama kemudian, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim surat
kepada Raja Charles II meminta bantuan berupa senjata dan
mesiu untuk berperang melawan putranya yang dibantu VOC.

Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan


dipenjarakan di Batavia. Ia meninggal dunia dalam penjara
dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten, di
sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama. Atas jasa-
jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar
pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik
Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga kemudian diabadikan
menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Lokasi:

Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang

6. Sayyid Syeikh Sultan Maulana Yusuf/Panembahan Ratu


Ing Banten

Sayyid Syeikh Sultan Maulana Yusuf atau Panembahan


Pakalangan Gede merupakan Sultan Banten kedua, beliau
Sultan Banten yang hanya bertahta selama sepuluh tahun saja.
Beliau naik tahta selepas kemangkatan ayahandanya Maulana
Hasanudin pada sekitar tahun 1570 masehi. Maulana Yusuf
waktu muda bernama Pangeran Yunus. Tidak banyak catatan
sejarah mengenai Sultan ini, hal tersebut dimungkinkan
30- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
karena singkatnya masa pemerintahannya, meskipun
demikian catatan sejarah mengenai Maulana Yusuf terbilang
mencengangkan, sebab beliau ternyata Sultan Banten yang
menaklukan Pajajaran secara total.

Pada saat Maulana Yusuf memerintah Banten, hubungan


Banten dan Pajajaran mencapai puncak permusuhan,
sehingga antara kedua kerajaan yang sebetulnya masih
saudara itu terjadi saling serang, dan puncaknya benteng
pertahanan terakhir kerajaan Pajajaran di Pedalaman Sunda
dapat ditaklukan oleh MaulanaYusuf. Maulana Yusuf menjabat
sebagai Sultan Banten pada tahun 1570 sampai dengan 1580,
hanya 10 tahun saja beliau memerintah Banten, beliau wafat
karena sakit. Setelah kewafatannya tahta Kesultanan Banten
kemudian diserahkan kepada anaknya Maulana Muhamad
atau Pangeran Ratu Ing Banten.

Dalam sejarah Cirebon, anak dari Maulana Yusuf ini


adalah Sultan Banten pertama yang melaksanakan Haji, oleh
sebab itu Maulana Muhamad juga disebut sebagai Sultan Haji
I, selain itu ia juga disebut Panembahan Banten Sedang
Ranapati karena wafat dalam pertempuran laut di Palembang
dengan Mataram. Dilihat dari silsilahnya Maulana Yusuf
merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati, sebab ia merupakan
anak dari Pangeran Sebakingkin atau Maulana Hasanudin.
Sebakingkin sendiri dalam sejarah Cirebon disebutkan
sebagai anak hasil perkawinan Sunan gunung Jati dengan
Nyimas Kawunganten.

Lokasi:

Kecamatan Kasemen, Kota Serang

31- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


7. Sayyid Syeikh Sultan Maulana Hasanuddin/Pangeran
Sabakingking/Sultan Banten

Sultan Maulana Hasanuddin sangatlah berpengaruh


dalam penyebaran Islam di Banten, karna beliau adalah
seorang Sultan yang pertama kali menjadi penguasa di
kerajaan Islam di Banten, beliau mendirikan Kesultanan
Banten, beliau mendapatkan nama lahir Pangeran
Sabakingking atau Seda Kikin, nama tersebut di
persembahkan dari kakeknya yaitu Prabu Surasowan. Sultan
Maulana Hasanuddin adalah putera dari Syaikh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dan Nyi Kawunganten
(Putri Prabu Surasowan), beliau adalah seorang sultan yang
mengerti akan ekonomi dan politik.

Prabu Surasowan wafat pemerintahan banten di


wariskan kepada anaknya, yakni Arya Surajaya (Prabu Pucuk
Umun), di mana pada masa itu Arya Surajaya menganut
Agama Hindu. Pada pemerintahan Arya Surajaya, Syarif
Hidayatullah kembali ke Cirebon atas panggilan dari
kepengurusan Bupati di Cirebon, karena Pangeran
Cakrabuana wafat. Lalu Syarif Hidayatullah diangkat menjadi
Bupati di Cirebon sekaligus menjadi Susuhanan Jati.
Sedangkan puteranya, Hasanuddin memilih menjadi Guru
Agama Islam di Banten, bahkan beliau di kenal memiliki
banyak Santri di wilayah Banten, lalu beliau mendapatkan
gelar Syaikh menjadi Syaikh Hasanuddin.

Meskipun beliau menetap di Banten, namun beliau tetap


menjenguk sang Ayah di Cirebon untuk bersilahturahmi.
Setelah sering bersilahturahmi, beliau mendapatkan tugas
dari ayahnya untuk meneruskan tugas sang Ayah yakni
menyebarkan Agama Islam di Banten. “Putraku, Hasanuddin!
Kini Engkau sudah dewasa. Pengetahuan agamamu pun sudah
cukup mumpuni. Saatnya pengetahuan itu kau sebarkan
32- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
kepada seluruh rakyat Banten,” ujar Syeikh Syarif
Hidayatullah. “Baik, Ayah,” jawab Pangeran Hasanuddin
seraya berpamitan kembali ke Banten.

Setiba di Banten, Syaikh Maulana Hasanuddin


melanjutkan misi dakwah ayahnya. Bersama para santrinya,
beliau berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya, mulai
dari Gunung Pulosari, Gunung Karang atau Gunung Lor, hingga
ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon. Pada masa pemerintahan
Prabu Pucuk Umun, hubungan antara Prabu Pucuk Umun dan
Sultan Maulana Hasanuddin sangatlah buruk yang tidak
dipahami Masyarakat, Prabu Pucuk Umun tetap bersih Kukuh
untuk mempertahankan Ajaran Sunda Wiwitan (agama Hindu
sebagai agama resmi di Pajajaran) di Banten. Namun tidak
demikian dengan Syaikh Maulan Hasanuddin, beliau terus
melanjutkan dakwahnya dengan lancar.

Lokasi:

Kecamatan Kasemen, Kota Serang

8. Sayyid Syeikh Muhammad Sholeh bin Syeikh


Abdurrahman.

Syeikh Muhammad Sholeh bin Abdurrahman adalah


seorang ulama penyebar agama Islam di Kawasan Pantai
Utara Banten. Syeikh Muhammad Sholeh sebelumnya adalah
santri dari Sunan Ampel. Setelah menimba ilmu dari Sunan
Ampel dia kemudian menimba ilmu dari Sunan Gunung Jati --
ayahanda dari Sultan Hasanudin-- atau Sultan Syarif
Hidayatullah yang pada masa itu menjadi penguasa Cirebon.

Setelah menimba ilmu dari Sunan Gunung Jati, Syeikh


Muhammad Sholeh diperintahkan gurunya untuk berdakwah
33- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
sambil mencari putranya Maulana Hasanudin yang pergi ke
Banten dan sudah lama tidak kembali ke Cirebon. Kala itu
Banten masih di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang
dipimpin oleh Prabu Pucuk Ulum dengan pusat
pemerintahannya berada di Banten Girang. Akhirnya, Syeikh
Muhammad Sholeh bertemu Maulana Hasanudin di Gunung
Lempuyang dekat Kampung Merapit, Desa Ukir Sari,
Kecamatan Bojonegara. Setelah bertemu, Maulana Hasanudin
menolak untuk segera kembali ke Cirebon karena merasa
terpanggil untuk meng-Islam-kan tatar Banten yang masih
banyak memeluk Hindu.

Syeikh Muhammad Sholeh akhirnya menetap di Gunung


Santri yang merupakan salah satu bukit dan nama kampung di
Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang.
Ia mulai berdakwah menemani Maulana Hasanuddin. Maulana
Hasanudin pun kemudian mengangkat Syeikh Muhammad
Sholeh untuk menjadi pengawal sekaligus penasehat dengan
julukan “Cili Kored” karena berhasil dengan pertanian dengan
mengelola sawah untuk hidup sehari-hari dengan julukan
sawah si derup yang berada di Blok Beji.

Syeikh Muhammad Sholeh wafat pada usia 76 tahun dan


berpesan kepada santrinya jika wafat dimakamkan di Gunung
Santri. Di dekat makam beliau terdapat makam Maulana
Malik, Isroil, dan Maulana Ali Akbar yang setia menemani
Syeikh dalam meyiarkan agama Islam. Syeikh Muhammad
Sholeh wafat pada tahun 1550 Masehi/958 Hijriah. Jalan
menuju makam Waliyullah tersebut mencapai kemiringan 70-
75 Derajat sehingga membutuhkan stamina yang prima untuk
mencapai tujuan jika akan berziarah. Jarak tempuh dari Tol
Cilegon Timur 6 Km kearah Utara Bojonegara, jika dari Kota
Cilegon melalui jalan Eks Matahari lama sekarang menjadi
gedung Cilegon Trade Center 7 KM ke arah utara Bojonegara.

34- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Lokasi:

Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang

9. Sayyid Syeikh Asnawi Caringin

Sayyid Syeikh Tubagus Muhammad Asnawi adalah


seorang ulama kharismatik dan pendekar yang lahir di
kampung Caringin Banten pada tahun 1850 M. Ia dikenal
sebagai ulama yang gigih menentang penjajahan Belanda. Ia
mengorganisir para jawara Banten untuk menentang
penjajahan. Syeikh Asnawi lahir dari pasangan Abdurrahman
dan Ratu Sabi’ah. Dari pihak ayah, nasabnya bersambung ke
Jakatingkir dan dari Ibu nasabnya bersambung ke Sultan
Maulana Hasanudin Banten. Sejak usia 9 tahun, Asnawi kecil
sudah dikirim ayahnya untuk menuntut ilmu di tanah suci
Mekkah. Di sana ia berguru kepada Syeikh Nawawi Al-Bantani
bersama santri-santri asal Indonesia semisal Syeikh Kholil
Bangkalan, HadratusySyeikh Hasyim Asy’ari, dan lain-lain.

Selain belajar ilmu-ilmu agama, ia juga belajar thoriqoh


kepada Syeikh Abdul Karim Tanara, ulama Banten yang
bermukim di Makkah. Setelah mengaji bertahun-tahun di
tanah suci, Syeikh Asnawi pulang ke kampung halamannya
pada tahun 1870 M. Untuk mengamalkan dan menyebarkan
ilmunya, ia mendirikan pesantren di kampung tersebut.
Pesantren tersebut dikenal dengan ilmu fiqih, tasawuf, dan
ilmu beladiri. Ketika gunung krakatau meletus, ia beserta
keluarganya selamat dengan mengungsi ke kampung Muruy,
Menes.

Namun, seluruh pesantrennya di kampung Caringin


hancur lebur. Ketika kembali lagi ke kampung halaman dari
pengungsian, ia membangun ulang pesantrennya. Serta
35- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
mendirikan masjid yang diberi nama masjid Agung Assalafi,
atau menurut sumber lain Salafiah. Arsitektur Masjid Salfiah
merupakan campuran dari unsur lokal dan luar. Unsur lokal
terlihat dari atapnya. Sementara unsur luar terlihat dari
bentuk jendela dan pintu dengan ukuran relatif besar,
begitupun pilar-pilar yang mengelilingi masjid. Konon kayu
untuk masjid tersebut dibawa oleh Syeikh Asnawi dari
Kalimantan. Sebelumnya, kayu tersebut tidak bisa ditebang.
Kalaupun bisa ditebang, pohon tersebut muncul kembali.
Namun, setelah didoakan pohon itu bisa di tebang dan
dibawanya ke Caringin. Masjid tersebut masih berdiri sampai
sekarang.

Pada tahun 1925, ia mengerahkan santri-santrinya untuk


turut membangun jalan antara Labuan dan Carita. Karena
memimpin pemberontakan pada tahun 1926, ia dan
keluarganya dipenjara pemerintah kolonial Belanda. Mula-
mula dipenjara di Tanahabang Jakarta. Kemudian Cianjur.
Selama di pengasingan, ia tetap berdakwah dan mengajarkan
thoriqoh ke masyarakat Cianjur. Sementara anaknya, KH
Mohammad Hadi dan menantunya, KH TB Akhmad Khatib
yang juga ikut memberontak dibuang ke Digul hulu, Papua
sekarang.

Kecintaannya akan perjuangannya terhadap ilmu agama


melalui pesantren, penjara tidak membuatnnya jera. Dari
dalam penjara, Syeikh Asnawi meminta dua orang cucunya
yang kakak beradik, yaitu KH Tubagus Muhammad Muslih dan
KH Tubagus Ahmad Maemun untuk membangun dan
meneruskan kembali pesantren Caringin. Pada tahun 1930
berdirilah madrasah Masyariqul Anwar yang terletak di di
depan Masjid Salafiah. Pada tahun 1931, KH Tubagus
Muhammad Asnawi bebas dari penjara. Kemudian pada tahun
1937, beliau wafat. Dan jenazahnya dikebumikan di Tepi
Pantai Caringin dekat Masjid Salafiah, Banten. Beliau
36- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
meninggalkan 23 anak dari lima Istri (Hj. Ageng Tuti halimah,
Hj. sarban, Hj. Syarifah, Nyai Salfah dan Nyai Nafi’ah). Hingga
saat ini maqom beliau tidak pernah sepi dari para peziarah
baik dari sekitar Banten maupun dari luar Banten.

Lokasi:

Kecamanat Caringin Kabupaten Pandeglang

10. Syeikh Maulana Mansyuruddin/Kramat Cikadueun.

Syeikh Maulana Mansyuruddin dikenal dengan nama


Sultan Haji, beliau adalah putra Sultan Agung Tirtayasa
Tirtayasa (Raja Banten ke 6). Sekitar tahun 1651 M, Sultan
Agung Tirtayasa (Abul Fath Abdul Fatah) berhenti dari
kesultanan Banten, dan pemerintahan diserahkan kepada
putranya yaitu Sultan Maulana Mansyurudin dan belaiu
diangkat menjadi Sultan ke 7 Banten. Kira-kira selama 2 tahun
menjabat menjadi Sultan Banten kemudian berangkat ke
Bagdad Iraq untuk mendirikan Negara Banten di tanah Iraq,
sehingga kesultanan untuk sementara diserahkan kepada
putranya Pangeran Adipati Ishaq atau Sultan Abdul Fadhli.

Pada saat berangkat ke Bagdad Iraq, Sultan Maulana


Mansyuruddin diberi wasiat oleh Ayahnya, “Apabila engkau
mau berangkat ke Bagdad janganlah menggunakan seragam
kerajaan nanti engkau akan mendapat malu, dan kalau mau
berangkat ke Bagdad untuk tidak mampir ke mana-mana
harus langsung ke Bagdad, terkecuali engkau mampir ke
Mekkah dan sesudah itu langsung kembali ke Banten.”

Setiba di Bagdad, ternyata Sultan Maulana Mansyuruddin


tidak sanggup untuk mendirikan Negara Banten di Baghdad
sehingga beliau mendapat malu. Di dalam perjalanan pulang
37- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
kembali ke tanah Banten, Sultan Maulana Mansuuruddin lupa
pada wasiat Ayahnya, sehingga beliau mampir di pulau
Menjeli di kawasan wilayah Cina, dan menetap kurang lebih 2
tahun di sana, lalu beliau menikah dengan Ratu Jin dan
mempunyai putra satu. Selama Sultan Maulana Mansyuruddin
berada di pulau Menjeli Cina, Sultan Adipati Ishaq di Banten
terbujuk oleh Belanda sehingga diangkat menjadi Sultan resmi
Banten, tetapi Sultan Agung Tirtayasa tidak menyetujuinya
dikarenakan Sultan Maulana Mansyuruddin masih hidup dan
harus menunggu kepulangannya dari Negeri Bagdad, karena
adanya perbedaan pendapat tersebut sehingga terjadi
kekacauan di Kesultanan Banten.

Pada suatu ketika ada seseorang yang baru turun dari


kapal mengaku-ngaku sebagai Sultan Maulana Mansyurudin
dengan membawa oleh-oleh dari Mekkah. Akhirnya orang-
orang di Kesultanan Banten pun percaya bahwa Sultan
Maulana Mansyurudin telah pulang termasuk Sultan Adipati
Ishaq. Orang yang mengaku sebagai Sultan Maulana
Mansyuruddin ternyata adalah raja pendeta keturunan dari
Raja Jin yang menguasai Pulau Menjeli Cina.

Selama menjabat sebagai Sultan palsu dan membawa


kekacauan di Banten, akhirnya rakyat Banten membenci
Sultan dan keluarganya termasuk ayahanda Sultan yaitu
Sultan Agung Tirtayasa. Untuk menghentikan kekacauan di
seluruh rakyat Banten Sultan Agung Tirtayasa dibantu oleh
seorang tokoh atau Auliya Alloh yang bernama Pangeran
Bu`ang (Tubagus Bu`ang), beliau adalah keturunan dari Sultan
Maulana Yusuf (Sultan Banten ke 2) dari Keraton Pekalangan
Gede Banten. Sehingga kekacauan dapat diredakan dan rakyat
pun membantu Sultan Agung Tirtayasa dan Pangeran Bu`ang
sehingga terjadi pertempuran antara Sultan Maulana
Mansyuruddin palsu dengan Sultan Agung Tirtayasa dan
Pangeran Bu`ang yang dibantu oleh rakyat Banten, tetapi
38- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
dalam pertempuran itu Sultan Agung Tirtayasa dan Pangeran
Bu`ang kalah sehingga mengungsi ke daerah Tirtayasa, dari
kejadian itu maka rakyat Banten memberi gelar kepada Sultan
Agung Tirtayasa dengan sebutan Sultan Agung Tirtayasa.

Peristiwa adanya pertempuran dan pengungsian Sultan


Agung Tirtayasa ke daerah Tirtayasa akhirnya sampai ke
telinga Sultan Maulana Mansyuruddin di pulau Menjeli Cina,
sehingga beliau teringat akan wasiat ayahandanya lalu beliau
pun memutuskan untuk pulang, sebelum pulang ke tanah
Banten beliau pergi ke Mekkah untuk memohon ampunan
kepada Alloh di Baitulloh karena telah melanggar wasiat
ayahnya, setelah sekian lama memohon ampunan, akhirnya
semua perasaan bersalah dan semua permohonannya
dikabulkan oleh Alloh sampai beliau mendapatkan gelar
kewalian dan mempunyai gelar Syeikh di Baitulloh.

Setelah itu beliau berdoa meminta petunjuk kepada Alloh


untuk dapat pulang ke Banten akhirnya beliau mendapatkan
petunjuk dan dengan izin Alloh beliau menyelam di sumur
zam-zam kemudian muncul suatu mata air yang terdapat batu
besar di tengahnya lalu oleh beliau batu tersebut ditulis
dengan menggunakan telunjuknya yang tepatnya di daerah
Cibulakan Cimanuk Pandeglang Banten di sehingga oleh
masyarakat sekitar dikeramatkan dan dikenal dengan nama
Keramat Batu Qur`an. Setibanya di Kasultanan Banten dan
membereskan semua kekacauan di sana, dan memohon
ampunan kepada ayahanda Sultan Agung Tirtayasa. Sehingga
akhirnya Sultan Maulana Mansyuruddin kembali memimpin
Kesultanan Banten, selain memjadi seorang Sultan beliau pun
mensyiarkan islam di daerah Banten dan sekitarnya.

Dalam perjalanan menyiarkan Islam beliau sampai ke


daerah Cikoromoy lalu menikah dengan Nyai Sarinten (Nyi
Mas Ratu Sarinten) dalam pernikahannya tersebut beliau
39- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
mempunyai putra yang bernama Muhammad Sholih yang
memiliki julukan Kyai Abu Sholih. Setelah sekian lama tinggal
di daerah Cikoromoy terjadi suatu peristiwa dimana Nyi Mas
Ratu Sarinten meninggal terbentur batu kali pada saat mandi,
beliau terpeleset menginjak rambutnya sendiri, konon Nyi
Mas Ratu Sarinten mempunyai rambut yang panjangnya
melebihi tinggi tubuhnya. akibat peristiwa tersebut maka
Syeikh Maulana Mansyurudin melarang semua keturunannya
yaitu para wanita untuk mempunyai rambut yang panjangnya
seperti Nyi mas Ratu Sarinten. Nyi Mas Ratu Sarinten
kemudian dimakamkan di Pasarean Cikarayu Cimanuk.
Sepeninggal Nyi Mas Ratu Sarinten lalu Syeikh Maulana
Mansyur pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang dengan
membawa Khodam Ki Jemah lalu beliau menikah kembali
dengan Nyai Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin
Labuan.

Pada suatu hari Syeikh Maulana Mansyur menyebarkan


syariah agama islam di daerah selatan ke pesisir laut, di dalam
perjalanannya di tengah hutan Pakuwon Mantiung Sultan
Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru
sambil bersandar bersama khodamnya Ki Jemah. Tiba-tiba
pohon tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang
menghormati, maka sampai saat ini pohon waru itu tidak ada
yang lurus. Ketika Syeikh sedang beristirahat di bawah pohon
waru beliau mendengar suara harimau yang berada di pinggir
laut. Ketika Syeikh menghampiri ternyata kaki harimau
tersebut terjepit kima, setelah itu harimau melihat Syeikh
Maulana Mansyur yang berada di depannya, melihat ada
manusia di depannya harimau tersebut pasrah bahwa ajalnya
telah dekat, dalam perasaan putus asa harimau itu mengaum
kepada Syeikh Maulana Mansyur maka atas izin Alloh SWT
tiba-tiba Syeikh Maulana Mansyur dapat mengerti bahasa
binatang. Maka atas izin Alloh pulalah, melalui karomahnya
beliau kima yang menjepit kaki harimau dapat dilepaskan,
40- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten
setelah itu harimau tersebut dibai`at oleh beliau, lalu beliau
pun berbicara “saya sudah menolong kamu! saya minta kamu
dan anak buah kamu berjanji untuk tidak mengganggu anak,
cucu, dan semua keturunan saya.”

Kemudian harimau itu menyanggupi dan akhirnya


diberikan kalung surat Yasin di lehernya dan diberi nama si
pincang atau Raden Langlang Buana atau Ki Buyud Kalam.
Ternyata harimau itu adalah seorang Raja/Ratu siluman
harimau dari semua Pakuwon yang 6. Pakuwon yang lainnya
adalah 1. Ujung Kulon yang dipimpin oleh Ki Maha Dewa; 2.
Gunung Inten yang dipimpin oleh Ki Bima Laksana; 3.
Pakuwon Lumajang yang dipimpin oleh Raden Singa Baruang;
4. Gunung Pangajaran yang dipimpin oleh Ki Bolegbag Jaya; 5.
Manjau yang dipimpin oleh Raden Putri; 6. Mantiung yang
dipimpin oleh Raden langlang Buana atau Ki Buyud Kalam
atau si pincang.

Setelah sekian lama menyiarkan islam ke berbagai daerah


di Banten dan sekitarnya, lalu Syeikh Maulana Manyuruddin
dan khadamnya Ki Jemah pulang ke Cikaduen. Akhirnya
Syeikh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia pada tahun
1672 M dan di makamkan di Cikaduen Pandeglang Banten.
Hingga kini makam beliau sering diziarahi oleh masyarakat
luas dan dikeramatkan.

Lokasi:

Cikadueun, Cipeucang, Kabupaten Pandeglang.

41- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


11. Sayyid Syeikh Maulana Maghribi Banten

Belum banyak referensi yang akurat tentang riwayat


hidup Syeikh Maulana Magrib. Namun beberapa tokoh
menuturkan, asal nama Syeikh Maulana Magribi adalah
seorang penyebar agama Islam yang berasal dari daerah
Maghrib, Maroko di Timur Tengah. Dan masa hidup beliau
sebelum zaman Syeikh Maulana Hasanudin Banten. Ada pula
sebagian ulama beranggapan masa hidup beliau sebelum
lahirnya kerajaan Padjadjaran di tanah Pasundan.

Syeikh Maulana Maghribi mendirikan tempat pengajaran


agama Islam, tepatnya di daerah Mangkubumi --nama sebuah
kampung yang terletak di wilayah kelurahan Kabayan
kecamatan Pandeglang-- dan berkembang cukup baik, namun
sepeninggal beliau perkampungan yang telah ramai tersebut
menjadi hutan kembali, dan makam beliau terletak di
kampung Kumalirang, sekitar 1 kilometer dari kota
Pandeglang menuju ke arah Kabupaten Lebak. Konon sebelum
Makam Syeikh Maulana Maghribi ini dibangun masyarakat
setempat, dekat lokasi makam tersebut di kelilingi hutan yang
diselimuti rumput dan ilalang. Namun anehnya hanya sekitar
Makam Syeikh Maulana Maghribi dan beberapa Makam
pengikutnya saja yang tidak ditumbuhi rumput ilalang,

Beliau penukil Sholawat Nariyah yang sudah sering


diamalkan oleh masyarakat pada umumnya dan khususnya
ikhwan TQN PP Suryalaya. Hingga sekarang banyak pen ziarah
yang datang bukan hanya warga setempat bahkan dari luar
wilayah Banten, umumnya pen ziarah datang ke makam
tersebut berdasarkan wangsit konon banyak pen ziarah yang
datang dari luar provinsi Banten tidak mengetahui lokasi
penziarahan tersebut.

Lokasi:

42- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Perbatasan Lebak – Pandeglang

12. Sayyid Syeikh Mas’ad/Kramat Solear/Kramat Tiga Raksa

Generasi ke lima belas Sayyid Syeikh Mas Mas’ad, yakni


Basamun (75), menuturkan kalau sosok Mas Mas’ad dahulu
dikenal sebagai orang waro. Oleh karenanya, Kramat Solear
yang juga dikenal dengan nama Kramat Tigaraksa sudah
dikenal sejak abad ke-16 tepatnya tahun 1552. Keramat
Tigaraksa sering digunakan para wali untuk mengadakan
pertemuan. Pertemuan biasanya diadakan saat para penyebar
agama tersebut melakukan perjalanan dari Cirebon ke Banten.

Pada zaman dahulu, Tigaraksa dikuasai tokoh masyarakat


bernama Pangeran Jaya Perkasa alias Mas Laeng. Beliau Patih
dari Kerajaan Pajajaran. Dalam pertempuran melawan Syeikh
Mas Mas’ad, Mas Laeng dibantu Ki Seteng. Pertempuran selalu
berakhir imbang dan ketiganya memutuskan untuk berdamai.
Perdamaian tiga tokoh besar tersebut mengilhami nama
‘Tigaraksa’ yang berarti tiga orang yang memelihara
perdamaian. Keramat Solear merupakan area yang ditumbuhi
banyak pepohonan dan di tempat tersebut terdapat makam
sahabat para wali yaitu Syeikh Mas Mas’ad. Makam Syeikh Mas
Mas’ad berada di bawah pohon besar, konon merupakan
pohon paling tua di sana. Beliau merupakan Panglima tentara
Islam Keramat Solear, ditugaskan Sultan Banten untuk
menyebarkan agama di daerah Tigaraksa.

Keunikan dari tempat ini adalah, ketika malam tempat ini


sepi atau para pengunjung pulang, kecuali malam Selasa dan
Jumat. Di tempat ini juga terdapat makam-makam dari
penduduk pribumi. Namun, ada 3 makam yang dikeramatkan,
yaitu, Makam Syeikh Mas Mas’ad sendiri, Makam Syeikh Ki

43- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Buyut Jutak, dan Makam Nyi Mayang Sari. Makam-makam
tersebut dianggap keramat, karena sudah ada dari puluhan
tahun lalu. Konon katanya, arwah dari ketiga orang tersebut,
menjadi pelindung di daerah tersebut. Meskipun terdapat di
dalam hutan, tapi di tempat ini pun terdapat sungai bernama
Sungai Cidurian.

Pohon bayur ini, pohon yang tumbuh sendiri di daerah


solear. Pohon ini berukuran besar. Mulai dari akar, batang dan
dahannya. Kualitas kayu ini kuat, akarnya panjang dan lebar,
daunnya berwarna kuning cerah, daunnya berukuran kecil
dan tipis. Pohon ini berbuah dan tumbuh subur di daerah
solear. Tetapi sayang, buah itu tidak bisa di makan. Kera-kera
di solear pun juga tidak doyan. Penyebab suburnya pohon itu
adalah, selain dekat dengan sungai, juga cuaca di solear sangat
mendukung. Pohon-pohon itu tumbuh dengan sangat
berdekatan.

Selain itu, talas ini tidak berbeda dengan talas yang lain.
Hanya saja talas ini memiliki sedikit perbedaan, selain dari
daunnya yang sedikit bercorak, ukuran pohon talas ini pun
lebih besar dari pohon talas biasanya. Warnanya pun lebih
hijau pekat dibandingkan dengan talas biasa. Akarnya yang
beracun dan terasa pahit, memungkinkan agar tidak
memakannya. Tetapi akibat adanya pohon talas tersebut,
menambah keindahan alam di daerah solear tersebut. Sama
halnya dengan pohon bayur, pohon talas ini pun tumbuh
berdekatan dengan tumbuhan-tumbuhan lainnya.

Lokasi:

Kecamatan Solear, Tangerang wilayah Selatan.

44- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


Silsilah Guru Agung Syeikh Muhammad Abdul Gaos
Saefulloh Maslul

1. Nabi Muhammad SAW


2. Fatimah Azzahra RA
3. Sayyid Syeikh Husen RA
4. Sayyid Syeikh Ali Zaenal Abidin
5. Sayyid Syeikh Muhammad Al-Baqir
6. Sayyid Syeikh Ja'far Sodiq
7. Sayyid Syeikh Ali AL Uraidi
8. Sayyid Syeikh Muhammad An-Naqib
9. Sayyid Syeikh Isa Arrumi
10. Sayyid Syeikh Ahmad Al-Muhajir
11. Sayyid Syeikh Ubaidilah
12. Sayyid Syeikh Alwi
13. Sayyid Syeikh Muhammad
14. Sayyid Syeikh Alwi
15. Sayyid Syeikh Ali Khala Qosam
16. Muhammad Sohib Mirbat
17. Sayyid Syeikh Alwi Amir Faqih
18. Sayyid Syeikh Abdul Malik Azmat Khan
19. Sayyid Syeikh Abdullah Azmat Khan
20. Sayyid Syeikh Ahmad Syah Jalaludin
21. Sayyid Syeikh Syekh Jumadil Kubro
22. Sayyid Syeikh Ali Nurul Alam
23. Sayyid Syeikh Abdullah
24. Sayyid Syeikh Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati
25. Sayyid Syeikh Maulana Hasanudin
26. Sayyid Syeikh Pangeran Sunyararas
27. Sayyid Syeikh Mas Wi/Pangeran Jaga Laut
28. Sayyid Syeikh Mas Nun/Tb. Wiranegara
29. Sayyid Syeikh Mas Kun/Tb. Makhmud

45- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten


30. Sayyid Syeikh Mas Bugel/Harun Rasid
31. Sayyid Syeikh Janta/Hasan Abdul Majid
32. Sayyid Syeikh Jamat/Abdul Gani
33. Sayyid Syeikh Ali/Ali Mustofa
34. Sayyid Syeikh Bukhori
35. Sayyid Syeikh Abdul Karim
36. Sayyid Syeikh Ahmad Abdul Jabbar
37. Sayyid Syeikh Abdul Gani
38. Sayyid Syeikh Hasan Basri
39. Sayyid Syeikh M. Ibrohim
40. Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul/
Sayyid Syeikh Abah Aos

46- Manaqib & Ziyaroh 12 Wali Tanah Banten

Anda mungkin juga menyukai