Anda di halaman 1dari 206

Seri Tokoh Papua

Andy Ayamiseba:
Idealisme, Dedikasi Dan Konsistensi

Sebuah Pengorbanan
Bagi Negeri Yang Dicintainya

Manggupre Saba

Biro Informasi dan Dokumentasi WPNCL © 2020


Andy Ayamiseba: Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi

Diterbitkan Oleh:
Biro Informasi dan Dokumentasi WPNCL © 2020
Email; mediawpncl@gmail.com

Penulis; Manggupre Saba


Editor: Costantinopel Ruhukail, Rex Rumakiek,
Daniel Randongkir
Gambar Sampul dan Desain Isi: Manggupre Saba

Andy Ayamiseba: Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi – Port


Moresby
© 2020 West Papua National Coalition for Liberation.
All rights reserved

Hal: i-xx, 1-179, 14,8x21cm


ISBN: 978-0-6450007-0-2 (ebook PDF),
978-0-6450007-1-9 (cetak)

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang memperbayak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Didesikasikan
Para pejuang Papua yang telah membaktikan diri
bagi perjuangan pembebasan Papua.
Untuk para penggemar Black Brothers
Untuk mama-mama yang sudah melahirkan anak-anak yang mati muda
di ujung timah panas.
Untuk para pendeta yang di siksa dan di bunuh aparat militer
Untuk mereka yang merindukan kemerdekaan Papua

TERIMAKASIH
Keluarga Andy Ayamiseba, Costantinopel Ruhukail,
Rex Rumakiek, Ben Bohane, Buyunk Akuil, Johand Dimalow,
Sandhy dan Benny Bettay, Wellem Ayamiseba, Daniel Ayamise-
ba, Amry Kahar, Jochie Pattipeiluhu, Alm. Agust Rumwaropen,
David Rumagesang, keluarga besar Black Brothers
di Indonesia, Australia dan Belanda dan semua narasumber,
di Jayapura, Manokwari yang telah berbaik hati memberikan
informasi dan mengoreksi buku ini.
Sekunyah Pinang Penerbit

Ide penulisan buku ini lahir ketika saya menulis obituari


tentang Andy Ayamiseba, saat tulisan sudah lebih dari tiga
halaman, dan data yang ada tidak banyak diketahui publik, maka
muncul pemikiran baru, mengapa tidak sekalian membuat sebuah
buku bagi seorang tokoh yang memiliki idealisme, konsisten dan
beredikasi bagi perjuangan Papua. Tidak banyak orang Papua
seperti ini!
Selama ini ketika tokoh perjuangan Papua meninggal, maka
berakhir pula semua yang dikerjakan mereka semasa hidup.
Tak ada tulisan dan catatan yang ditinggalkan, hingga akhirnya
kisah mereka seperti mitos, kabar burung, atau menjadi kisah
yang diceritakan dengan menambah bumbu-bumbu penyedap,
entah hasilnya bertambah asin, manis, bahkan pahit, namun
hanya orang terdekat yang tahu dan dapat merasakan apa yang
sebenarnya terjadi.
Rangkaian tulisan dalam buku ini untuk menjawab berbagai
“misteri” yang selama ini bagai kabut menyelimuti, kisah
perjalanan Andy Ayamiseba dalam kontribusinya bagi perjuangan
pembebasan Papua, dan Black Brothers sebagai salah satu grup
musik, yang menghiasi ruang dengar pencinta musik Indonesia
1976-1979. Termasuk juga menjawab kelompok-kelompok
yang berusaha merusak prestasi Black Brothers dan memecah-
belah kebersamaan personil Black Brothers yang telah dibangun
puluhan tahun lalu.
Buku Andy Ayamiseba: Idealisme, Dedikasi dan Konsistesi
terbagi dalam enam bagian yang berisi fakta dari data dan

i
informasi yang di himpun dari personil, keluarga dan teman-
teman Andy Ayamiseba dan personil Black Brothers serta media
yang memuat berita tentang kiprah Andy Ayamiseba bersama
Black Brothers selama di Indonesia, Belanda dan Pasifik.
Pada bagian pertama, mengisahkan masa kecil Andy “Dari
Saonek Ke Hollandia” [Jayapura], kisah tentang kehidupan masa
kecil Andy dirangkum dari informasi yang diberikan keluarga dan
teman masa kecil Andy. Bagian kedua mengisahkan perjalanan
Andy Ayamiseba dan Grup Black Brothers, informasi dihimpun
dari majalah Aktuil, TOP, Selecta, TEMPO, Gadis, Zaman, Variasi
dan koran-koran yang saat itu memuat berita BB. Terimakasih
untuk Buyunk Aktuil, wartawan senior Majalah Aktuil yang telah
mengijinkan postingannya di grup facebook yang dikelolanya,
digunakan untuk memperkaya isi buku ini. Selain itu sumber
lain yang terkait juga diperoleh dari personil Black Brothers dan
mereka yang mengenal Black Brothers secara dekat, dan juga
postingan dalam grup facebook Black Brothers yang dikelola
Andy Ayamiseba. Bagian ketiga tentang perpecahan dan upaya
rekonsiliasi gerakan perjuangan Papua, merupakan rangkuman
dari tiga buku utama, tesis Otto Ondawame mewakili PEMKA,
tesis Rex Rumakiek mewakili MARVIC dan tesis J.R.G. Djopari,
serta buku Prof. Bilveer Singh, Papua: Geopolitics and the Quest
for Nationhood, sebagai pihak yang netral dalam menulis sejarah
perjuangan Papua. Prof. Bilveer Singh sebagai pengamat Papua,
hadir dalam pertemuan di Ipoh, Malaysia 2007. Selain itu penulis
juga menggali informasi dari buku, koran dan majalah, media
online yang terbit antara tahun 1960-2019.
Bagian keempat mengulas keterlibatan dan peran Andy
ii
Ayamiseba di kancah politik Vanuatu, sumber informasi bagian
ini diperolah dari media massa dan penuturan keluarga dan orang
yang dekat dengan almarhum. Bagian kelima mengisahkan
peran Andy dalam upaya membangun persatuan perjuangan
pembebasan Papua dan yang keenam merupakan postingan-
postingan Andy Ayamiseba di dinding facebooknya.
Semoga buku ini menjadi tonggak awal penulisan sejarah
tokoh-tokoh perjuangan Bangsa Papua agar dapat dikenal,
dipelajari, dan memberi semangat pada genarasi-generasi penerus
dalam memperjuangkan pembebasan Papua.
Salam Pembebasan dan Selamat membaca. Merdeka!

iii
Pengantar Rekan Kerja
Rex Rumakiek

Dengan senang hati saya terima baik permintaan penulis


untuk berikan kata pengantar untuk buku ini. Alasannya karena
Almarhum Andy Ayamiseba dengan saya adalah sama-sama
petugas dari Pemerintah Sementara Republik Papua Barat di
bawah Kepemimpinan Presiden Brigjen Seth J. Rumkorem. Surat
perintah berbeda tapi tujuanya sama yaitu menyukseskan Proyek
“Padaido” lasim dengan panggilan Projek “P”. Proyek yang
secara resmi ditetapkan di Markas Victoria, sesuai keputusan
rapat eksekutif OPM tanggal 17 Juli 1977, proyek ini didorong
untuk membangun basis baru yang kuat menggantikan basis di
Senegal. Patut dicatat bahwa Senegal di bawah Presiden Léopold
Sédar Senghor mengakui Proklamasi 1 Juli 1971 dan mengizinkan
Pemerintahan Rumkorem untuk membuka ambasade (kantor
perwakilan) pertama di ibu kota Dakar.
Almarhum Bernard Tanggahma diangkat oleh Presiden
Rumkorem untuk membuka dan menjalankan kantor perwakilan
di Senegal. Konflik 1976 mengakibatkan tidak berfungsinya
senat dan kabinet, dengan kata lain pemerintah tidak bisa kerja,
anggaran tahunan bagi kantor perwakilan yang disediakan
oleh Senegal dan beberapa negara di Afrika dihentikan. Akibat
berkurangnya biaya protokol menyebabkan fungsi Ambasade
(kantor perwakilan) berubah menjadi Biro Informasi dan posisi
ambsador diganti menjadi Kepala Biro Informasi. Setelah dana
keuangan tidak ada lagi, akhirnya kantor dan basis di Senegal pun
ditutup tahun 1985.

iv
Almarhum Andy Ayamiseba mengerti sekali pentingnya basis
Internasional buat kelanjutan perjuangan Papua merdeka. Beliau
mengorbankan segalanya termasuk keluarga dan hasil usahanya
untuk kepentingan perjuangan nasional. Almarhum sangat
mendukung gagasan baru dari OPM untuk merangkul sesama
pejuang Papua merdeka. Beliau melobi Pemerintah Vanuatu
untuk mendukung gagasan persatuan dalam betuk koalisi sampai
terbentuknya WPNCL di Port Vila, Vanuatu tahun 2006. Beliau
tekun medorong gagasan koalisi ke dalam negeri dan selalu
bersedia untuk menerima segala kritik dan tuduhan-tuduhan, dan
tetap tekun pada tugas nasional yang dibebankan kepadanya.
Vanuatu tetap mendukung perjuangan Papua Barat karena Andy.
Beliau meninggal pada tanggal yang sama dengan
meninggalnya Walter Lini, pelopor kemerdekaan Vanuatu. Hari
ini biasa diperingati sebagai Walter Lini Day. Ke depan mungkin
akan diperingati sebagai Walter Lini dan Andy Ayamiseba Day.
Andy adalah seorang pemimpin yang memiliki beragam
pengalaman dan kapasitasnya. Beliau adalah politisi, diplomat,
pengusaha, musisian, Chief dan terlebih dari itu beliau adalah
patriot perjuangan Papua merdeka dengan dedikasi tinggi.
Persatuan nasional adalah imannya Andy. Beliau persatukan
Prai dengan Rumkorem di Vanuatu. Dia membuat dua pemimpin
tersebut yang sebelumnya mau baku bunuh, bisa tidur satu kamar
dan makan di satu meja. Beliau juga fasilitasi perdamaian antara
Theys Eluay dan Seth Rumkorem di Vanuatu hingga delegasi
PDP dan OPM bisa disertakan dalam delegasi Vanuatu ke UNGA
(Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa) di New York pada
UN Millenium Summit tahun 2000. Atas ketulusan pemerintah
v
Vanuatu, delegasi sempat bertemu dengan Komite Dekolonisasi
(C24).
Andy menganut penuh filosofi One People One Soul, untuk
beliau tidak ada perbedaan pantai dan gunung atau isme-isme
lain yang suka membeda-bedakan yang pada akhirnya membuat
konflik antara sesama orang Papua. Kiranya riwayat Patriotisme
Nasional Almarhum Andy Ayamiseba, menjadi teladan dan
inspirasi bagi pejuang-pejuang sekarang dan generasi penerus
perjuangan bangsa Papua Barat untuk merdeka di atas tanahnya
sendiri.

Canberra, 22 Mei 2020

vi
Kata Pengantar
Benny Wenda, Presiden Eksekutif ULMWP

Saya akan menceritakan sedikit pengalaman bersama Andy


Ayamiseba, setelah melarikan diri dari penjara Abepura dan tiba
di Inggris, dan bagaimana sepak terjang perjuangan saya bersama
Andy Ayamiseba dan Otto Ondawame di Vanuatu. 
Saya lari dari penjara dan tiba di luar negeri saya “buta” peta
perjuangan Papua. Tetapi ketika saya bertemu dengan senior-
senior pimpinan West Papua seperti Kakak Andy Ayamiseba,
mereka sangat mendukung dalam mengerjakan agenda perjuangan
Papua menuju kemerdekaan.
Ada banyak organisasi dalam perjuangan Papua, pertama
saya mencari tahu persatuan orang-orang Papua yang ada di luar,
terutama di Belanda. Saya melihat belum ada persatuan di antara
mereka, karena di Belanda ada banyak pemimpin Papua. Saya
tidak berani untuk bekerja bagi Papua merdeka di Belanda. Kedua
Setelah satu tahun di Inggris, saya menghubungi Andy dan Otto.
Saya lalu terbang ke Vanuatu mengunjungi Andy Ayamiseba
dan Otto Ondawame. Di Vanuatu saya kemudian mengatakan
kepada mereka berdua bahwa saya orang baru, sehingga saya
membutuhkan pengalaman dari kakak berdua. Andy Ayamiseba
banyak menasehati saya.
Setelah dari Vanuatu, di Inggris saya mendirikan organisasi
free West Papua campaign, organisasi ini menjadi sentral untuk
mengkampanyekan Papua ke seluruh dunia. Sangat keliru kalau
orang berpikir kami berjuang karena alasan keadilan sosial,
keadilan ekonomi atau HAM. Saya hadir di Eropa bukan bukan

vii
untuk berbicara tentang keadilan sosial, keadilan ekonomi atau
HAM di Papua, tetapi bagaimana kami bisa merdeka dan bebas
dari kolonial Indonesia. 
Saat di Vanuatu, Andy Ayamiseba menceritakan pengalamannya
memfasilitasi dan mempersatukan dua tokoh sentral Papua,
Jacob Prai dan Seth Rumkorem yang berkonflik. Meski sudah
melakukan penandatanganan perdamaian yang difasilitasi oleh
pemerintah Vanuatu. Tetapi mereka dua masih berjalan sendiri-
sendiri, belum ada persatuan. Lalu adik Benny Wenda tiba dan
bisa membantu kami untuk bekerja bersama.
Semenjak pertemuan di Vanuatu, Andy dan Otto mendukung
penuh untuk melakukan kerja persatuan bahkan “mendidik”
masyarakat internasional untuk mendukung West Papua, melalui
free West Papua di Oxford yang saya deklarasikan. Andy
Ayamiseba selalu mengontak saya dan memberikan pandangan-
pandangan tentang perjuangan pembebasan Papua.
Tahun 2004, Tuan Andy Ayamiseba, Tuan Otto Ondawame
dan Tuan Sem Karoba sudah berkerja mempersiapkan sebuah
meeting, sebelum saya ke Vanuatu bersama pimpinan OPM yang
ada di hutan. Pertemuan ini difasilitasi oleh Andy Ayamiseba dan
Otto Ondawame. Kami melakukan lobi ke pemimpin-pemimpin
masyarakat dan tokoh adat di Vanuatu. Lobi yang di lakukan
membuahkan hasil dengan dideklarasikannya persatuan antara
rakyat Papua dan pemerintah Vanuatu di sebuah lapangan sepak
bola, di Port Vila pada 1 Desember 2004.
Sem Karoba tinggal bersama dengan Andy Ayamiseba untuk
membahas jalan keluar bagi persatuan Papua di luar negeri
maupun di dalam negeri. Pembahasan tentang persatuan ini bukan
viii
hal baru, kami sudah bicara jauh sebelum tahun 2004, bahkan
terus dilakukan hingga saat ini.
Pembahasan panjang itu termasuk untuk melahirkan WPNCL
di tahun 2006, sebagai bagian dari sebuah format persatuan agar
perjuangan Papua merdeka bisa terus berjalan. Saya sempat
kembali ke Vanuatu beberapa kali lagi. Banyak orang berpikir
bahwa persatuan terjadi begitu saja, tetapi sesunggunya ada
sebuah proses panjang menuju persatuan yang kami kerjakan
bersama.
Andy Ayamiseba pernah mengatakan bahwa persatuan adalah
kunci bagi perjuangan West Papua untuk menuju kemerdekaan.
Tetapi untuk menuju persatuan ini dibutuhkan waktu yang sangat
lama, karena persolan-persoalan internal yang sepele. Perjuangan
Papua telah menyebabkan pengorbanan rakyat yang sangat
panjang. “Adik tidak perlu mundur, kita bersama-sama bangkit
dan maju bersama” begitulah nasihat yang disampaikan Andy
Ayamiseba kepada saya bersama Sem Karoba dan para undangan
yang hadir ketika itu. Generasi berikut tidak boleh lagi terjebak
dalam konflik atau perpecahan, melainkan harus bersatu untuk
menjadi satu kekuatan gerakan pembebasan Papua. 
Andy Ayamiseba selalu mengingatkan bahwa persatuan
adalah kunci, “Saya sudah berkali-kali menjadi saksi, dan kita
punya pemimpin tidak pernah mau bersatu dan saya tidak mau
lagi penderitaan bangsa Papua menjadi sangat lama”.
Ketika saya akan berkunjung ke Belanda, sebelum berangkat
Andy Ayamiseba mengatakan bahwa di Belanda banyak sekali
pemimpin West Papua, sehingga saya harus membangun
pendekatan melalui anak-anak muda Papua yang berada di
ix
Belanda. Saya lalu bertemu dan bekerjasama dengan Oridek
Ap dan Bapak Geradus Tomi panglima pertama di Merauke
yang sementara exile di Belanda. Kami bersatu di Belanda dan
meluncurkan free West Papua campaign di Belanda. Walaupun ada
banyak organisasi dan pemimpin di Belanda, tetapi tetap free West
Papua campaign digelar untuk mendidik generasi muda Papua
yang ada di luar negeri agar berbicara dan mengkampanyekan
nasib bangsa West Papua. 
Tahun 2006 lahirlah WPNCL, tetapi saya tidak bisa hadir saat
deklarasi. Karena pasport saya expired. Akhirnya saya mengirim
utusan dari DEMMAK untuk hadir dan ikut mendeklarsikan
berdirinya WPNCL. Sejak itu kami pikir bahwa Papua sudah
bersatu, tetapi ternyata masih ada kendala yang menyebabkan
persatuan belum terlaksana. Kami tetap optimis untuk menjalankan
perjuangan pembebasan Papua.
Andy Ayamiseba dan Otto Ondawame kembali mengorganisir
persatuan dan menyusun tim West Papua untuk melobi anggota
MSG, mereka mengundang saya ke Vanuatu untuk meng-endorse
WPNCL di Parlemen Vanuatu agar mengajukan West Papua
menjadi anggota penuh di Melanesian Spearhead Group (MSG)
pada pertemuan tahun 2013 di Noumea, New Caledonia. Namun
saat itu Papua belum bisa menjadi anggota penuh, karena Tuan
Jacob Rumbiak yang mewakili NRFPB juga hadir dan menyatakan
diri sebagai wakil resmi dari West Papua. Para pemimpin MSG
meminta untuk WPNCL harus kembali melakukan rekonsiliasi
dan bersatu terlebih dahulu, baru mengajukan kembali aplikasi
keanggotaan di MSG.
Di akhir tahun 2013 kami bertemu dengan Ralph Regenvanu
x
(saat itu sebagai Menteri Pertanahan dan Sumber Daya Alam),
pada pertemuan ini banyak pihak yang terlibat, termasuk Markus
Haluk ke Vanuatu untuk bertemu Andy Ayamiseba. Saya masih
ingat sekali, saat itu Kakak Andy berbicara serius dengan Perdana
Menteri Vanuatu, Moana Carcasses Kalosil.
Ketika Ralph berkunjung ke Inggris, Kaka Andy memintanya
untuk bertemu dengan saya. Andy katakan, “Saya yakin dengan
adik, sehingga mereka [pemerintah Vanuatu] meminta utusan
pemerintah Vanuatu agar bertemu dengan adik.” Dan benar
seperti yang disampaikan Kaka Andy, Ralph mengontak saya
untuk berjumpa dengannya. Setelah kembali ke Vanuatu,
Ralph bertemu pemerintah dan melobi dana untuk membantu
memfasilitasi pertemuan kami, pemimpin Papua.
Ketika Vanuatu, yang dibawah pemerintahan Joe Natuman
(2014), kita berbicara bagaimana mencari format untuk yakinkan
pemerintahan Joe Natuman, Ralph Regenvanu memfasilitasi
pertemuan pada tahun 2014. Kakak Andy Ayamiseba dan Otto
Ondawame terus mendukung agenda ini. Sayang sekali pada
hari pertemuan tersebut beliau (Andy Ayamiseba) masuk ke
rumah sakit. Namun dalam kondisi demikian beliau masih
sempat mendorong kami untuk tetap mendeklarasikan persatuan
(Deklarasi Saralana), Desember 2014 di Nakamal (rumah
pemimpin adat Vanuatu) Saralana, Port Vila, Vanuatu.
Waktu terakhir semasa beliau (Andy) di rumah sakit di Canberra,
beliau menelepon saya berkali-kali untuk datang menjumpainya
di Canberra, Australia. Saya penasaran, kenapa Kakak Andy
meminta untuk menemuinya, tiga hari sebelum beliau meninggal
saya dari Inggris berangkat ke Australia dan mengunjunginya di
xi
Canberra, setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke Vanuatu.
Dalam pertemuan di Canberra, saya bersama Executive ULMWP
Rex Rumakiek dan Paula Makabori, kami berceritera banyak
bersama almarhum Andy Ayamiseba.
Keluarga Andy mengatakan bahwa selama beberapa
hari sebelum saya datang, beliau tidak berbicara, dan hanya
membaringkan diri. Tetapi ketika saya tiba beliau semangat,
tersenyum, mengganti baju lalu duduk. Beliau mengatakan
kepada saya “Terima kasih untuk kedatangannya, adik sudah
datang melihat Kakak.”
Saya bersama anggota Executive menyampikan progress yang
ULMWP capai di PIF ke Kakak Andy. Kami juga mengupdate ke
beliau mengenai Progress Resolusi ACP di Nairobi, Kenya, yang
disetujui oleh 79 Negara. “Perjuangan yang selama ini kakak
dorong di Pasifik, di MSG sudah berhasil. Terutama agenda West
Papua sudah masuk dalam Pacific Islands Forum dan diadopsi.
Lalu saya katakan lagi, “Ini hasil lobi semua Executive ULMWP
dan keberhasilan ini merupakan hadiah untuk Kakak Tuan Andy
Ayamiseba, ULMWP di dukung penuh oleh pemerintah Vanuatu
dan sudah mengirim resolusi ke PIF dan ACP. Jadi agenda resolusi
West Papua sudah diterima baik di PIF mapun 79 negara angota
ACP,” Saat mendengar penjelasan saya, Kakak Andy tersenyum
dan mengeluarkan air mata.
Meskipun telah di terima 79 Negara, saya sempat ditanya juga
oleh salah seorang Menteri dari Uganda tentang kondisi West
Papua dan upaya persatuan gerakan pembebasan Papua. “Kami
di Afrika punya banyak pengalaman dengan negara kolonial
yang megadu domba agar perjuangan tidak berhasil. Banyak
xii
negara yang melihat kami (Afrika) belum bersatu, sehingga
akan berpengaruh pada dukungan dari negara lain. Perbedaan
pandangan dan friksi bisa menyebabkan perang saudara,” kata
Menteri tersebut.
Selain Uganda ada juga dari Jamaica dan Saint Vincent dan
Grenadines yang juga menanyakan persatuan Perjuangan Bangsa
Papua, dan mereka memberikan masukan-masukan tentang
pentingnya persatuan, sebab ada pengalaman kudeta yang terjadi
pada negara di kawasan Karibia dan Afrika. Kepada mereka saya
katakan bahwa Papua sudah bersatu dalam ULMWP. Mereka
khawatir bahwa Indonesia akan pakai metode yang sama, yaitu
mengadu domba rakyat Papua. Pesan mereka “Kamu harus
menjaga persatuan di Papua”.
Saat bertemu negara-negara yang berlatar belakang kulit hitam,
mereka selalu menyampaikan pengalaman-pengalaman tentang
perjuangan yang mereka alami. Terutama di Afrika, “Kami tahu
bahwa ketika kami tidak bersatu, maka tidak banyak negara yang
akan mendukung”.
Mereka katakan Papua harus bersatu, karena mereka juga
punya pengalaman, pernah berada di bawah negara kolonial dan
mereka tidak ingin terjadi civil war (perang sipil antar warga
masyarakat) di Afrika, terjadi juga di Papua. Papua harus solid!
Tahun 2018 saya bersama adik Tuan Oridek Ap, ULMWP EU
Mission, ikut delegasi Pemerintah Vanuatu ke Lome, West Afrika.
Kita mengikuti pertemuan bilateral dengan hampir 30 negara,
dalam pertemuan tersebut, mereka katakan hal yang sama,
“Orang hitam dengan orang hitam punya mental yang sama, jadi
kita sudah baku tahu [saling memahami]”. 
xiii
Mereka katakan, “Benny, satu hal yang anda harus tahu,
persatuan itu penting, sehingga kami tidak salah dukung”.
Saya selalu katakan juga, “Persatuan Papua, sudah kita bangun
dalam wadah ULMWP. Saya meyakinkan mereka, saya pemimpin
Papua menyatakan bahwa kita Papua, sudah bersatu!”
Berdasarkan pengalaman dalam pertemuan-pertemuan dengan
berbagai pemimpin negara dari Eropa, Pasifik, Karibia, Arfika,
saya harap agar generasi muda di West Papua bahkan yang ada
di seluruh dunia harus bersatu, satu suara! Karena persatuan
itu menjadi kunci penting perjuangan pembebasan Papua. Ini
nasihat-nasihat yang saya terima secara langsung.
Persatuan rakyat Papua yang telah ada saat ini menyebabkan
resolusi di ACP lolos. Pemimpin dunia sudah yakin bahwa Papua
siap. Papua tidak bermain-main lagi dalam perjuangan pembebasan
ini.  Negara-negara di Eropa, Afrika dan Pasifik menyatakan
bahwa orang Papua harus bersatu, karena itu legitimasi yang
kuat bagi kemajuan perjuangan Papua. Para pemimpin tersebut
tidak menginginkan organisasi perjuangan Papua hanya sekadar
menjadi tempat berkumpul aktifis, lalu bubar atau “bongkar
pasang” organisasi, itu sama saja menjadi aktivis abadi, bukan
mengerjakan agenda perjuangan pembebasan Papua.
Negara-negara yang mendukung Perjuangan Bangsa Papua
Barat di MSG, PIF dan ACP menginginkan Orang Papua bersatu
dan memiliki organisasi perjuangan yang kuat, sebagaimana
mereka pernah melakukannya dan mempertaruhkan bangsanya
untuk bebas dari kolonialisme. 
Jangan membuat pernyataan yang mendiskreditkan negara
yang mendukung perjuangan Papua. Seperti misalnya ada yang
xiv
mengatakan di media sosial bahwa dukungan 79 negera itu tipu,
tidak ada hasil, petisi Papua gagal di PBB. Sementara negara
pendukung seperti Vanuatu pertaruhkan wibawa negaranya untuk
mendukung West Papua. Vanuatu mempertaruhkan hubungan
diplomatiknya hanya demi West Papua, tidak hanya negaranya
bahkan sampai rakyatnya juga mereka pertaruhkan harga diri
mereka demi pembebasan Bangsa Papua. Ini perlu di pahami
secara baik oleh masyarakat dan orang Papua. Pernyataan-
pernyataan yang mendiskreditkan, hanya dilakukan oleh mereka
yang bekerja sama dengan Indonesia untuk menghancurkan
perjuangan Papua.
Demi persatuan dalam perjuangan Papua, telah banyak rakyat
dan pemimpin yang menjadi korban, perjuangan pembebasan
Papua tidak segampang yang hari ini dirasakan, dan banyak orang
mengklaim diri sebagai pimpinan. Dalam perjuangan Papua tidak
mudah untuk mempersatuakan semua faksi politik, prosesnya
lama dan panjang. Kata kunci yang almarhum titipkan untuk
rakyat West Papua adalah persatuan itu sangat penting. “Eksekutif
ULMWP yang ada sekarang ini, kalian maju jangan ragu, sudah
cocok dan kalian jalan. Tidak boleh lagi ada perpecahan, sudah
cukup panjang penderitaan rakyat Papua.”
“Saya percaya adik, pimpin dan jalankan,” itu kata terakhir
dari Andy Ayamiseba bagi saya. Beliau mengatakan kepada saya,
Rex Rumakiek dan Paula Makabory (eksekutif yang ada). “Saya
senang kamu bersatu dan berjuang,” kata Andy Ayamiseba
Lalu saya mengatakan kepada beliau, “Kakak, saya sangat
senang dengan pernyataan yang Kakak ungkapkan, itu yang saya
tunggu. Dengan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat Papua
xv
dan atas dukungan Kakak Andy Ayamiseba, saya akan memimpin
ULMWP, dan berjanji bahwa saya akan berjuang membebaskan
bangsa Papua. Kakak Andy Ayamiseba adalah motivator saya
dalam perjuangan pembebasan Papua, seorang nasionalis, berjiwa
besar, lemah-lembut dan rendah hati, itu yang memotivasi saya,
membawa perjuangan Papua lebih maju”.
Andy Ayamiseba adalah pemimpin nasionalis yang patut
diteladani oleh generasi muda. Semua orang Papua yang ada di
Vanuatu beliau layani, itu perjuangan panjang yang ditinggalkan
Andy Ayamiseba, kita generasi muda harus melanjutkannya.
Saya juga meminta kepada anak-anak ditinggalkannya, mereka
harus mendukung impian bapaknya yang belum tuntas untuk
membebaskan bangsa Papua. Kita berjuang ini hanya untuk
membebaskan bangsa yang tertindas oleh negara kolonial
Indonesia.

Oxford, 21 Juli 2020

xvi
DAFTAR ISI

Sekunyah Pinang Penerbit .................................................. i


Kata Pengantar; Rex Rumakiek ........................................... iv
Kata Pengantar; Benny Wenda ............................................ vii
Daftar Isi ............................................................................. xvii
Daftar Singkatan ................................................................. xix
Prolog .................................................................................... 1

Bagian I
Andy Dari Saonek Ke Hollandia ........................................ 5
- Menikah dan Menjadi Pengusaha ............................. 7
- Band PdK, Awal Mula Black Brothers ..................... 12

Bagian II
Andy dan Black Brothers Bertarung di Jakarta ................... 15
- Markas Black Brothers ....................................... 17
- SAS vs Black Bros di Istora Senayan ..................... 19
- Freedom, Farid & Bani Adam vs Black Brothers ...... 23
- Menembus Pentas Musik Nasional .......................... 25
- Black Brothers Masuk Studio Rekaman .................. 30
- Black Brothers Grup yang Komplit ......................... 35
- Peran Andy dan Black Brothers
Dalam Perjuangan Papua ......................................... 41
- Andy dan Black Brothers Ke PNG ........................... 43
- Black Brothers Rekaman di PNG ............................. 46

xvii
Bagian III
Perpecahan dan Upaya Rekonsiliasi
Gerakan Perjuangan Papua ................................................. 50
- Awal Perpecahan OPM ............................................. 53
- Pergantian Pemimpin OPM ....................................... 55
- Upaya Rekonsiliasi OPM di Luar Negeri .................. 56
- Upaya Rekonsiliasi OPM di Dalam Negeri ................ 62
- Dampak Kegagalan Rekonsiliasi .............................. 64

Bagian IV
Andy Ayamiseba di Kancah Politik Vanuatu ........................ 66
- Black Brothers Ke Vanuatu ..................................... 67
- Papua Bersatu di Vanuatu ....................................... 72
- Black Brothers Keluar Dari Vanuatu ...................... 76
- Andy Kembali Ke Vanuatu ..................................... 78

Bagian VI
Peran Andy Dalam Membangun Persatuan Papua ................. 84
- Perang Dunia Dan Aturan Baru ................................ 84
- Perubahan Politik Di Indonesia .............................. 95
- Tetap Setia Dalam Perjuangan .................................. 97
- Upaya Baru Membangun Organisasi Payung .......... 98

Bagian IV
Tahun-Tahun Akhir ........................................................... 110
- Bagi Anak Dan Cucunya ......................................... 111
- Pernyataan ............................................................ 114
- Hari-Hari Terakhir ................................................... 117
xviii
- Dedikasi Anak Muda Papua yang Tinggal
di Luar Papua untuk Andy ........................................ 119
- Lea Rum, 13 Juli 2016 .............................................. 121

Epilog ................................................................................. 123


Diskografi Album Black Brothers Dan Album Personil ........ 128
Daftar Pustaka ....................................................................... 133
Lampiran Surat ...................................................................... 148
Lampiran Foto ...................................................................... 153

xix
DAFTAR SINGKATAN

ACP : Africa Caribbean Pacific


ANU : Australia National University
BB : Black Brothers
BHBS : Bijzonder Hogere Burger School
C24 : Committee - 24 (United Nations
Decolonization Committee)
CHM : Chin Hoi Meen
CPM : Corps Polisi Militer Angkatan Darat
Daeral : Daerah Angkatan Laut
DEMMAK : Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka
DPM : Deputy Prime Minister
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD-GR : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong
Royong
FLNKS : Front de Libération Nationale Kanake et
Socialiste
FRETELIN : Frente Revolucionária de Timor-Leste
Independente
GKI : Gereja Kristen Injili
GPK : Gerakan Pengacau Keamanan
GPL : Gerakan Pengacau Liar
HAM : Hak Asasi Manusia
HBS : Hogere Burgerschool

xx
JVVS : Jongens Ver Volks School
KKB : Kelompok Kriminal Bersenjata
KKSB : Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata
Kodak : Komando Daerah Kepoisian
KODAM : Komando Daerah Militer
Kopasandha : Komando Pasukan Sandi Yudha
Kopassus : Komando Pasukan Khusus
KSB : Kelompok Sipil Bersenjata
Laksusda : Pelaksana Khusus Daerah
LBB : Liga Bangsa-bangsa
MARVIC : Markas Victoria
MP : Member of Parliament
MSG : Melanesian Spearhead Group
MULO : Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
NCD : National Capital Distric
NGO : Non Governmental Organisation
OPM : Organisasi Papua Merdeka
PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa
PDP : Presidium Dewan Papua
PEMKA : Pembela Keadilan
PEPERA : Penentuan Pendapat Rakyat
PIF : Pacific Islands Forum
PM : Prime Minister

xxi
PMS : Primery Midelbarese School
PNG : Papua New Guinea
PRS : Pemerintahan Revolusi Sementara
RMS : Republik Maluku Selatan
RPG : Revolutionary Provisional Government
TPN : Tentara Pembebasan Nasional
ULMWP : United Liberation Movement for West Papua
UN : United Nations
UNGA : United Nations General Assembly
UNTEA : United Nations Executive Temporary
Authority
UPNG : University of Papua New Guinea
VANWESPA: Vanuatu West Papua
VFWPA : Vanuatu Free West Papua Association
VP : Vanua'aku Party
WIB : Waktu Indonesia Barat
WPNCL : West Papua National Coalition for Liberation
WPPRO : West Papua People’s Representative Office
WPPTF : West Papua Peace Task Force
ZNHK : Zending der Nederlandse Hervormde Kerk

xxii
Bernyanyi, Bersatu dan Berjuang,
Demi Masa Depan Papua Barat

Ia selalu berharap adanya persatuan dalam gerakan


Perjuangan Papua Barat, dan itu diwujudkannya dalam
organisasi perjuangan WPNCL dan ULMWP. “Saya lebih suka
terus berjuang dan menderita untuk hak-hak orang Papua.”
(Jubi Online, 17 Maret 2014)

Prolog
Bagaikan bunga yang harum mewangi di seantero kampung,
begitulah sosok Andy Ayamiseba yang dikenal sebagai manejer
grup musik Black Brothers, Black Papas dan Coconut’s Band.
Andy berhasil mengangkat musik Papua sejajar dengan grup
musik yang saat itu telah terkenal di Indonesia.
Lika-liku perjuangannya menembus pentas nasional dan
latar belakangnya tidak banyak diketahui oleh orang Papua.
Termasuk kiprahnya dalam perjuangan Pembebasan Papua Barat,
masyarakat lebih mengenalnya sebagai manejer yang sukses dari
grup band legendaris Papua, Black Brothers, Black Papas dan
Coconut’s Band.
Andy membawa musik Papua ke tingkat nasional dan
internasional, dan menyisipkan lagu-lagu daerah Papua sebagai
identitas yang tak dilupakannya. Selain bermusik, Andy juga
aktif dalam gerakan politik pembebasan Papua, Organisasi Papua
Merdeka (OPM) dan diberi tanggungjawab sebagai Kepala
Departemen Budaya, menggantikan posisi Anrnold C Ap yang
ditembak Kopashanda [Kopassus] di Pantai Pasir Enam pada 26
April 1984. Aktifitasnya dalam politik membuat Andy Ayamiseba

1 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


pada tahun 1971 ditahan di CPM (Polisi Militer) di Kloofkamp
selama satu bulan, keluarga Andy di Dok V merasa was-was
dan menangis, mereka takut Andy dibunuh. Setelah keluar dari
tahanan CPM, Andy kembali fokus pada musik dan membangun
usahanya.
Di kancah musik nasional, Black Brothers muncul sebagai
grup pendatang baru terbaik di tahun 1976, album “Terimakasih”
mendapat penghargaan di tahun 1977, piringan emas dari
Puspen Hankam [Pusat Penerangan Kementerian Pertahanan dan
Keamanan] sebagai grup terpopuler tahun 1977/1978, dan tour
ke sejumlah kota di Indonesia. Pembaca majalah Sonata, Variasi,
Violeta dan Vista menobatkan Black Brothers dan Bimbo sebagai
grup musik terpopuleh tahun 1977. Andy kemudian melirik Eropa
sebagai langkah berikut untuk memperkenalkan Papua lewat
budaya [musik], yang menurutnya adalah bahasa yang universal.
Di Belanda, Black Brothers pernah bermain musik sepanggung
dengan Tielman Brothers, The Platters, Billy Preston, Daniel
Sahuleka, Herman Brood dan sejumlah artis terkenal lainnya.
Syair Jalikoe bahasa Maprik, Sepik PNG, yang pernah
dinyanyikan grup Sangguma asal PNG, diaransmen ulang oleh
Black Brothers. Lagu ini menduduki posisi empat, tangga lagu
disko Eropa 1983, Black Brothers dikontrak studio rekaman
EMI dan tampil di acara TV Miss Bowman Show. AVRO TV,
Hilversum, yang terkenal di Belanda. Kerja keras yang patut
diberi apresiasi. Andy pernah mengatakan bahwa Black Brothers
meninggalkan Indonesia dan Belanda di puncak prestasi, sehingga
orang akan tetap mengingat Black Brothers sebagai grup musik
yang melegenda.
2 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Black Bothers kemudian menuju Pasifik. Di Pasifik Black
Bothers menjadi pembaharu dan icon perkembangan musik
modern di kawasan ini. Black Brothers memiliki andil dalam
membesarkan studio musik CHM Supersound, studio rekaman
milik Raymond Chin di Port Moresby, PNG. CHM merupakan
singkatan dari Chin Hoi Meen,1 nama ayah Raymond Chin
yang lahir di Rabaul 28 January 1917. Kakek Raymond, Chin
Ah Chee, bermigrasi dari Hanan, China dan menetap di Rabaul
tahun 1913. Saat perang dunia II pada tahun 1941, ayah Raymond
ikut dalam detasemen kesehatan untuk membatu pertahanan di
Rabaul, kota tempat Raymond Chin dilahirkan. Sebagai ucapan
terimakasih, CHM membiayai fasilitas penginapan dan Ela
Motors mensponsori transportasi BB saat show di ulang tahun ke
41 Tahun Papua New Guinea, ribuan penonton yang merindukan
kehadiran Black Brothers, pada 16 September 2016 memadati
stadion Sir John Guise.
Adalah Frank Joko yang mengenalkan Black Brothers ke
Raymond Chin, pemain bas dari grup Paramana Stranger’s,
Band di Rabaul, Pulau di bagian Utara PNG. Raymond Chin
terpesona dengan gaya musik Black Brothers, dan meminta
untuk bekerjasama merekam lagu-lagu Black Brothers. Raymond
memutuskan untuk membuka studionya sendiri dan itulah awal
dari CHM Supersound Studio. Setidaknya ada lebih dari dua
buku yang menulis tentang kiprah Black Brothers di Pasifik,
diantaranya; Sound Alliances: Indigenous Peoples, Cultural
Politics, and Popular Music in the Pacific, Philip Hayward

1 https://www.chm.com.pg/about-us/history/

3 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


(1998) dan International History of the Recording Industry,
Pekka Gronow, Ilpo Saunio (1998).
Malam 1 Desember 2013, Powes Parkop (Gubernur NCD –
PNG) berpidato dalam acara pembukaan bulan Natal, di hadapan
tiga ribuan orang yang memenuhi lapangan Jack Pidik Park, Port
Moresby. Powes Parkop menjelaskan bahwa Black Brothers
adalah group musik modern yang telah membawa inspirasi dan
perubahan bagi kemajuan musik di Pasifik.
Powes Parkop mengatakan, “Sebelum kehadiran mereka, kita
di Papua Nugini belum banyak memiliki grup musik modern.
George Telek, adalah salah satu artis yang mendapat inspirasi dari
Black Brothers. Malam ini juga ada Lea dan Petra Rumwaropen
[anggota grup musik Black Sista’s], dua orang anak perempuan
alm. August Rumwaropen yang merupakan pemain melodi Black
Brothers. Mereka hadir disini bukan sekedar untuk menghibur,
tetapi mereka ingin menyampaikan pesan bahwa suadara-saudara
kita di Papua Barat masih hidup di bawah penindasan Indonesia.”
Konser acara pembukaan bulan Natal dimeriahkan juga
dengan penampilan artis Joaquin Quino McWhinney, vokalis Big
Mountain (grup musik Reggae asal Amerika), George Telek dan
sejumlah artis asal PNG.

4 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


I
Andy Dari Saoka Ke Hollandia
Andy yang memiliki nama lengkap Andreas Wilhelmus
Ayamiseba lahir kembar dengan Poppy Ayamiseba yang akrab
di panggil Telly di Sorido, Biak pada 21 Apil 1947. Andy
adalah putra sulung dari enam bersaudara, Andy (alm), Telly
(alm), Esther, Isabella, Silpha dan Max (alm). Anak dari mama
Dolfina Tan Ayomi (peranakan Cina dan Serui, bapa dari Canton,
mamanya adalah wawi Wondama dari keret Ayomi di Miei), dan
bapak Dirk Samuel Ayamiseba yang berasal dari pulau Roon.
Ayahnya bekerja sebagai Bestuur Ambtenaar (Kepala Distrik)
yang bertugas di Sorido. Andy menyelesaikan sekolah dasarnya
di JVVS Saoka, Sorong. Setelah tamat SD ia melanjutkan ke
PMS ZNHK di Fanindi, Manokwari 1961. Usai tamat SMP, Andy
melanjutkan pendidikannya di HBS Jayapura tahun 1963—kini
dikenal dengan nama SMA Gabungan.
Johand Dimalouw adalah teman kecil Andy Ayamiseba di
internat [asrama] JVVS Saoka dan Remu (Sorong) tahun 1958,
mereka bertemu lagi saat melanjutkan ke PMS di (Manokwari).
Jaap Salossa, Gubernur Papua periode 2000-2005 adik kelas
Andy yang pernah dibantunya untuk melanjutkan studi ke
Universitas Cenderawasih. Setelah tamat dari PMS, Andy dan
Johand melanjutkan sekolah di Byzondere HBS (Jayapura), dan
sekelas dengan Nick Messet.
Meskipun Johand Dimalouw tinggal di asrama ZNHK
Hamadi, namun ia sering berkunjung ke rumah Andy Ayamiseba
di Angkasa, atau sebaliknya Andy mengunjunginya di Hamadi

5 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


untuk belajar bersama. Johand Dimalouw menggenang masa
saat sekolah di JVVS, Andy suka bermain yukulele, “Kita main
alat musik yukulele, dan menyanyikan lagu “Seruling Emas”
karangan Pendeta IS Kijne, ‘Hai Tanah Ku Papua, Dari Ombak
Besar’, dan juga lagu daerah dari Papua,” tulis Jonand dalam
kisahnya yang dikirim pada penulis. Meskipun Andy dan Johan
tidak pandai bercerita mop (mop: humor khas Papua) namun
mereka suka mendengar teman-temannya bercerita mop, dan ini
merupakan acara rutin di JVVS dan PMS.
Anak Papua yang sekolah JVVS Saoka datang dari berbagai
wilayah Bomberai dan Doberai dari Raja Ampat, Steenkool
hingga Fakfak. Siswa yang sekolah di JVVS merupakan anak yang
cerdas dan tinggal di internat dengan disiplin ketat. Sekali waktu
di JVVS, Andy dan Johan penah distraap [hukum] karena Andy
ketahuan belajar memakai lilin disaat jam tidur. Ini pelanggaran
berat! Menurut aturan disiplin, jam tidur tidak boleh digunakan
untuk kegiatan lainnya.
Andy memiliki pribadi yang supel dan dapat bergaul dengan
banyak teman, namun ketika di HBS, Andy batasi diri bergaul
dengan teman yang baru datang dari luar Papua. Setelah tamat
SMA, Andy tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang
perguruan tinggi. Andy dan Johand Dimalouw berdebat panjang,
apakah Andy harus melanjutkan kuliah atau mulai mambangun
usaha. Andy memilih membangun usaha dan Johand melanjutkan
kuliah, keduanya pun akhirnya berpisah, sejak tahun 1971 mereka
tak pernah bertemu lagi.
Daniel Ajamiseba saudara sepupu Andy bercerita, sejak
berumur tiga sampai enam tahun, Andy dan Daniel dibesarkan
6 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
di kampung halaman di Miei, Wondama. Mereka berdua sering
menghabiskan waktu dengan bermain kelereng atau mandi dan
berenang di laut yang tepi pantainya berjarak sekitar hanya 100
meter dari rumah keluarga Andy. Namun karena tugas panggilan
sebagai Guru Sekolah, Guru Jemaat dan Pendeta, Eliza Hendrik
Ajamiseba (ayah Daniel) kemudian pindah ke Serui di Pulau
Yapen, Andy dan Daniel pun berpisah. Setelah tamat pendidikan
SD dan melanjutkan ke PMS (Primaire Middelbare School)
Sekolah Menengah Pertama Kristen yang berbahasa Belanda,
Andy dan Daniel bertemu kembali di BHBS (Bijzonder Hogere
Burger School), di tahun 1964. Daniel melanjutkan pendidikan ke
Jurusan Bahasa Inggris, FKIP, Uncen, dan Andy mulai merintis
perusahaannya.

Menikah dan Menjadi Pengusaha


Tahun 1969, Andy berjumpa dengan isterinya yang pertama,
Mariana Lilo, yang berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Mariana dan keluarganya pindah ke Jayapura karena Daud Lilo,
(ayah Mariana) adalah seorang anggota Brimob, dipindahkan
dari Kupang dan ditugaskan di Sukarnapura (Jayapura). Andy
dan Mariana menikah pada tanggal 4 Juli 1970 di Kupang.
Pernikahan keduanya direstui oleh Gubernur NTT, Elijas Tari
(dikenal dengan El Tari, jenderal militer dengan pangkat terakhir
Mayjen), kelahiran pulau Sabu 18 April 1926 yang kebetulan
adalah paman Mariana Lilo. Andy dan Mariana diberkati empat
orang anak masing: Donald, Errol dan Isadora, kesemuanya lahir
di Jayapura. Sedangkan Virei, anak mereka yang keempat lahir
pada tahun 1984 di Vanuatu ketika Andy dan Black Brothers
7 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
berada di sana.
Andy melanjutkan hobinya bermain musik dan mulai
membangun usaha dalam bidang pengembangan perdagangan
(business developer) yang dikerjakan secara profesional. Andy
berhasil mendirikan perusahaan PT. Bintuni Baru yang bergerak
di bidang konstruksi dan perdagangan (Import/Export) ke luar
negeri, Land/Property Development Irjaco Real Estate dan
Travel Bureau Triton. Selain itu, Andy juga memiliki armada
taksi yang diberi nama Gloria Taxi, Lady Jane (nama yang di
ambil dari lagu Rolling Stone), Lady Madonna (lagu The Betales)
dan taxi (combi) Mr Love yang sering dikemudikan oleh Bas
Lanoh, penyanyi terkenal di Papua pada masa itu. Tahun 1972
perusahaan milik Andy dipercayakan membangun Kompleks
Pusat Pengembangan Kader (PUSPENKA) GKI di Tanah Papua,
di Hawai, Sentani. Hasil dari kerja kerasnya mengantar Andy
menjadi salah satu pengusaha anak Papua yang sukses. Setelah
menetap di Pasifik, Andy membangun usaha Casino (Solomon
Islands), membesarkan studio rekaman Chin Hoi Meen di Port
Moresby, dan Studio Vanwespa (singkatan dari Vanuatu-West
Papua) di Port Vila, Vanuatu.
Seba Woseba mengenang Andy Ayamiseba sebagai kakak
kelas di PMS Manokwari, “Saya belum melihat dia bermain
musik selama belajar di PMS dan SMP. Barangkali, dia fokus pada
sekolahnya lebih dari pada bermain musik. Tapi di Manokwari,
Andy Ayamiseba mengenal dua orang musisi yang kemudian akan
ikut bermain band bersama dia di Sukarnapura [Jayapura]. Salah
satu adalah Johny Weyzer, seorang teman kelasnya. Sedangkan
seorang lagi adalah Frans “Putih” Musyieri, seorang pemain
8 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
lead guitar dan penyanyi handal yang pada zaman Belanda
terkenal juga di Niugini Belanda. Frans tinggal, bersekolah, dan
bekerja di Manokwari bersama orang tuanya yang berasal dari
Teluk Wondama. Frans memberi pengaruh musikal pada Johny
Weyzer,” tulis Seba Woseba dalam laman facebooknya untuk
mengenang Andy Ayamiseba.
Hobi bermusik yang dimiliki Andy sejak masih di JVVS
berkembang saat di HBS, Andy tergabung dalam grup band
Highscool Devils dan mengikuti lomba Rock &Roll Concours
1962 di Kloofkamp. Namun Band dari MULO yang keluar
sebagai pemenang Rock &Roll Concours 1962.
Selepas grup band sekolah Highscool Devils Andy bergabung
dengan grup Muda Ria (1964) personilnya terdiri dari Andy
Ayamiseba (gitar), Richard Waiseng (lead guitar), John Tamnge
(bass), Kees Renyaan yang akrab dipanggil Texy menabuh drum
dan “Honda” Marcel Siante teman sekolah Andy yang berasal
dari Merauke sebagai vokalis.
Diakhir tahun 60-an Andy bergabung dengan The Varunas
Band, didirikan oleh Angkatan Laut (Daeral X) anggotanya
terdiri dari Andy Ayamiseba (slide guitarist), Danny Kadmaer
(lead guitarist/vocalist), Ringgo Kadmaer (Drummer), Herman
(bassist), Mulyadi (keyboard/guitarist) vokalis dari Varunas
bergantian antara Bas Lanoh, Ricky Haay, Honda (Marcel
Siante), dan Rudolf Raharusun. Varunas berlatih di jalan Nirwana
Angkasa, kediaman Indra Kusnadi (Panglima Daeral X) yang
juga gemar musik.
Tahun 1960-an, di Papua bertaburan pemusik, selain mengisi
dalam acara pesta, juga ditunjang dengan diadakannya festival dan
9 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
tour ke kota-kota di Papua. Musisi Papua tumbuh subur, mereka di
ataranya, Arnold Ap, Sam Kapisa, Corry Rumbino, Paul Sergious
Watory, Hengky Heipon, Augustinus Ang, Ibrahim Lie, Kadmaer
bersaudara (Nani Kadmaer, Danny Kadmaer, Ringgo Kadmaer)
memiliki grup band Nada Ria, Lanoh bersaudara (Bas Lanoh,
Sem Lanoh, Herry Lanoh dan Otto Lanoh), Pattilapa Bersaudara
(Vence Pattipeiluhu, Poppy Pattipeiluhu dan Yochie Pattipeiluhu),
Bettay bersaudara (Benny, Sandhy dan sang ayah yang piawai
memainkan dawai Hawaian), John Amandus Tamnge, Danny
Tamnge, Frans Mursiery, John Phillips (Phillipus) Hurulean,
Julianus Gebze, Suherman, Didi Mulyadi, Edwin, Palege, Agus,
John Karetji, Adam Putihena, grup Band Brimorelas, grup Band
Suara Baru, dll.
Salah satu pemusik yang menjadi idola sekaligus teman diskusi
Andy Ayamiseba adalah Izaak Samuel Fatahan yang akrab disapa
Mimi Fatahan, pemain gitar Hawaian ternama di Papua, pendiri
grup band Gagak Hitam dan Sombar Hitam. Mimi Fatahan
memiliki hubungan darah dengan Andy Ayamiseba dari sang
ayah DS Ayamiseba yang bersaudara sepupu dengan mamanya
Mimi Fatahan, yang berasal dari Roon. Mamanya Mimi berasal
dari fam Ayamiseba, yang merupakan turunan dari fam Kabo.
Sedangkan Kakak perempuan Mimi Fatahan (Maria Fatahan)
menikah dengan Semuel Lanoh yang juga bersaudara dengan
keluarga Ayamiseba.
Andy memanggi Mimi dengan kata bu (kakak), sebagai
kedekatan hubungan keluarga, panggilan bu (kakak laki-laki),
usi (kakak perempuan), broer, zus, merupakan alkulturasi budaya
Maluku, dan Belanda yang ada di Papua, terutama di Teluk
10 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Cenderawasih seperti Serui, Manokwari, Fakfak dan Jayapura
dan masih digunakan generasi angkatan 60 dan 70an, bahkan
di beberapa wilayah di Papua sapaan itu masih digunakan—dan
juga budaya Timor dari istrinya. Mimi dikabarkan hilang di tahun
1979, ketika sedang berburu di Nimbokrang bersama seorang
perwira militer, dan tidak pernah ditemukan hingga saat ini.
Andy banyak memperoleh inspirasi dari Mimi Fatahan.
Agustus 1978 saat Black Brothers melakukan tour ke Jayapura,
Mimi Fatahan dan Amandus Tamnge memimpin 300 orang.
Mereka menggunakan motor menjemput dan pawai mengiring
Black Brothers dari bandara Sentani ke Jayapura, pawai ini
menyebabkan jalan macet.
Andy Ayamiseba juga mengagumi Arnold Clemens Ap,
antropolog dan kurator di Museum Uncen. Arnold Clemens
Ap menjadi salah satu inisiator berdirinya grup musik akustik
Mambesak yang mengangkat lagu-lagu daerah Papua.
Musik membawa Andy berkenalan lebih jauh dengan
kelompok Mambesak yang dimotori Arnold Ap dkk. Pertemuan
terakhir antara Andy dan Arnold Ap sarjana muda geografi yang
memimpin Group Mambesak, terjadi pada akhir tahun 1978
di Museum Lembaga Antropologi Universitas Cenderawasih
Abepura. Pertemuan tersebut untuk mengikat hubungan antara
Mambesak dan Black Brothers, dengan misi mengangkat kembali
seni dan budaya Papua—yang telah tenggelam dan terbawa arus
budaya Jawa/Indonesia. Dalam pertemuan itu Andy meminta ijin
dari Mambesak untuk mengadaptasi lagu-lagu Mambesak “Yayun
Wambeso” dan “Nuru Ai Pani” dalam album Black Brothers—
semua lagu yang bukan ciptaan Black Brothers (bahasa daerah
11 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
atau Inggris maupun Indonesia) dinyanyikan setelah mendapat
persetujuan dari pemilik lagu tersebut. Menurutnya, Black Brothers
merupakan grup musik modern yang lahir karena terinspirasi dari
grup musik akustik “Mambesak”—Dalam konteks ini, Andy
merujuk pada grup pendahulu seperti Manyouri dan grup akustik
lainnya sebelum Black Brothers, termasuk grup band Arnold C
Ap “Gema”, di SMA di Biak, peronilnya antara lain, Arnold C
Ap, Frans Wospakrik (yang kemudian menjadi Rektor Universitas
Cenderawasih), Marten Kafiar dan dua perempuan luar Papua
yang lahir besar Biak.
Kepada Marto dari Majalah Sampari, Andy mengatakan,
“Mambesak dan Black Brothers mempunyai misi yang sama,
yaitu mengangkat martabat bangsa Papua Barat selaku bangsa
yang beradab dan berbudaya, yang kala itu dianggap tidak layak
atau masih ketinggalan [tidak berbudaya] oleh kebanyakan orang
Indonesia. Hubungan kerja kedua grup sangat erat, Mambesak
berdomisili di Jayapura sedangkan Black Brothers di Jakarta”.
Situasi politik di Papua yang tidak stabil membuat Andy
“memindahkan” sebagian keluarganya (termasuk Wellem
Ayamieba yang saat itu masih kelas enam SD) ke Jakarta tahun
1973, dan menempati rumah kontrakan di jalan Senopati Jakarta
Selatan. Meskipun ada jendral yang “melindungi” Andy dan
keluarga, dari informasi yang bocor ke keluarga Ayamiseba, ayah
Andy (DS Ayamiseba bersama Bonay, mantan gubernur Papua)
sedang diincar oleh aparat keamanan.

Band PdK, Awal Mula Black Brothers


Andy bisa pulang pergi ke Jakarta untuk melihat keluarganya
12 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
dan mengurus bisnisnya, usia yang tergolong muda untuk
bertarung di Ibu Kota Indonesia. Tahun 1974 Andy bersama
keluarga pindah ke Jakarta, namun Andy sendiri balik lagi ke
Papua dan mengumpulkan sejumlah anak muda Papua untuk
berlatih band di garasi rumahnya di jalan Lembah II No. 8
Angkasa Indah, Jayapura. Sekumpulan anak muda Papua berlatih
musik setiap sore, mereka adalah Benny Bettay (bass) dan Steve
Mambor (drummer) yang pernah bergabung di grup Parama
Band, Hengky Mirontoneng Sumanti yang disingkat MS (vokalis,
lead Guitar) yang bermain pada band Galaxy di Sorong dan The
Hops di Biak bersama Agus Rumwaropen, Yochie Pattipeiluhu
(keyboard) dari Pattilapa, Mimi Fatahan dari Sombar, Corry
Rumbino, Ricky Haay dan Ringgo Kadmaer dari The Varunas
Band serta Marthen Messeth dan Musa Fakdawer—mereka
adalah artis awal yang mengerti visi pembentukan grup band
PdK yang merupakan bermetamorfosa menjadi Black Brothers.
Selain berlatih musik, ada juga anak muda yang berlatih tarian
tradisional Papua.
Tobias Mbearme Sok Gebze, Kasi Perencanaan Departemen
PdK Provinsi Irian Jaya, tokoh yang mengijinkan peralatan musik
PdK digunakan kelompok anak muda Papua tersebut. Bulan
Oktober 1974 band PdK resmi dibentuk. Nama yang diadaptasi
dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai penyedia
peralatan latihan.
Di garasi rumah Andy, grup band PdK kemudian berganti nama
menjadi Los Iriantos Primitive dan disiapkan untuk melakukan
tour ke PNG bersama grup tarian. Proposal tur tak memperoleh
ijin dari Dep P&K pusat. Andy tidak patah arang. Saat grup band
13 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Panbers melakukan show di Jayapura tahun 1975, Iriantos tampil
sebagai grup band pembuka. Melihat penampilan Iriantos, Benny
Panbers menyarankan agar mereka Iriantos ke Jakarta dan bisa
masuk dapur rekaman.
Bermodal menjual sebuah mobil sedan Premiere miliknya,
Andy berangkat ke Jakarta, Andy lalu memanggil anggota
Iriantos bergabung bersamanya di Jakarta. Di akhir bulan
Desembar 1975, Yochie Pattipeiluhu (Jochie Phu), Hengky
MS dan Sandhy Bettay personil dari Papua yang pertama tiba
di Jakarta menggunakan kapal. Shandy yang tidak berencana
ke Jakarta, ikut berangkat dengan tiga buah baju dan uang Rp.
2000 dari pelabuhan Manokwari. Sementara Benny Bettay dan
Stevie Mambor menyusul dengan menggunakan pesawat karena
terlambat menumpang kapal.
Di Jakarta, Stevie Mambor, Benny Bettay, Yochie, Hengky
MS dan Sandhy sebagai pendatang baru dalam dunia musik,
hanya mendapat kontrak bermain di Angkarage Pub. Los Iriantos
Primitive pada bulan April 1976, resmi berganti nama menjadi
Black Brothers dengan dua tambahan personil, Amry Muradji
Kahar (Amry Tass) dari Sorong dan Abdullah Junus yang di kenal
dengan nama David Rumagesang, kala itu David sedang kuliah di
ISI Yogyakarta tahun 1973, setelah tamat SMA di Sorong.

14 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


II
Andy dan Black Brothers Bertarung di Jakarta

Pentas musik nasional telah bertengger sederet nama grup dan


pemusik terkenal seperti AKA (Apotik Kali Asin) Ucok Harahap
(keyboard/vokal utama), Syech Abidin (drum/vokal), Soenatha
Tanjung (guitar utama/vokal), Harris Sormin (guitar/vocal) dan
Peter Wass (bass), SAS (Soenatha Tandjung, Arthur Kaunang
& Syech Abidin) dari Surabaya, Farid Harja dan Bani Adam,
Superkid, Freedom of Rhapsodia di Bandung, Giant Step, The
Mercy’s, Panbers, D’Loyd, Favourite, Bimbo, GodBless dan
Rollies di Jakarta. Upaya menerobos dominasi grup yang telah
bertengger di panggung musik rock Indonesia tidak semudah
seperti apa yang ada dalam benak personel Black Brothers. “Kami
harus ikut teriak menantang band ini itu, padahal sebelumnya tak
pernah Black Brothers lakukan” ucap Andi Ayamiseba seperti
ditulis Buyunk dalam laman grup facebook, Aktuil The Legend
yang dikelolanya.
Di Jakarta, Andy Ayamiseba memulai membangun Black
Brothers dari nol, menurut cerita personil Black Brothers, saat
masih menempati rumah kontrakan di Ciomas I no. 9, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Rumah tak pernah sepi, tempat semua
personil BB dan keluarga, termasuk keluarga Ayamiseba yang
berpindah dari jalan Senopati ke Ciomas. Kala itu, personil BB
sering mengutang makan bakso, karena kontrak rekaman belum
jelas, studio musik belum ada yang tertarik—janji Panbers
membantu tidak terwujud, dan juga lagu-lagu Black Brothers
belum dikenal, hal ini membuat Andy sempat berfikir untuk
15 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
pulang ke Papua. Namun untunglah Black Brothers dikontrak
untuk bermain di Ankerage Pub, sebuah bar merangkap rumah
makan Eropa di lantai bawah Presiden Teater—ex Bioskop
Presiden di Taman Ria Monas.
Ankerage Pub merupakan sebuah bar kecil, awalnya Black
Brothers ke Ankerage hanya unuk menyumbang main musik,
setelah mereka jalan-jalan dan melihat bar tersebut. Tak disangka
setelah selesai pentas, Black Brothers mendapat tawaran kontrak.
“Kami pikir dari pada menjadi pengangur di Jakarta, lebih baik
kami terima saja tawaran pertama itu, walaupun artinya masih
belum memadai untuk biaya hidup kami” kata Andy Ayamiseba
pada majalah Selecta.
Ketika wartawan majalah Selecta mengunjungi Angkerage
di saat Black Brothers pentas, Hengky menyambutnya dari atas
panggung, sambil tersenyum dan melirik “tamu khusus” tersebut,
Hengky katakan “Baiklah, kami akan menyajikan beberapa
nomor lagu. Dan lagu pertama ini kami tujukan buat Selecta yang
sudi melihat permainan kami”. Lagu “Terjalin Kembali” menjadi
pembuka dan dilanjutkan dengan “Smoke On The Water” (Deep
Purple), “Never Before”, “Soldier of Fortune”, “Grand Funk”,
dll. Di bar Angkarage, musik rock hanya di nyanyikan setelah
jam 12 WIB. Hengky memiliki kelebihan, jika sudah berada
diatas panggung, maka dia mampu mengendalikan penonton, hal
yang jarang dimiliki oleh beberapa vokalis pada masa itu.
“Supergroups Indonesia Hati Hati Black Brothers Datang”,
tulis majalah Gadis memperingatkan grup musik papan atas
Indonesia saat itu. Tulisan tersebut di buat sang wartawan
setelah menyaksikan permainan Black Brothers di Angkarage,
16 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Stevie dapat menjadi drummer terbaik di Nusantara, ia dapat
mendobrak dominasi Syeh Abidin (SAS, Surabaya), Sri (Yogya),
Jelly Tobing (Bandung), Keenan Nasution (Jakarta). Ia memiliki
kelabihan dalam meroffel dan kekuatan kaki di base drum.
Hengky sangat rapih dalam memainkan gitar hingga disamakan
dengan Richie Blackmore, sehingga kalau ingin mendengarkan
Ritchie Blackmore, nonton saja Hengky, tulis majalah Gadis.
Benny Bettay basis pendiam yang jika sudah tampil jangan di
tanya lagi, “Kalau sudah main dan ‘mod’nya sudah datang, tanpa
sadar saya bisa acting sendiri. Hal itu sebagai penjiwaan terhadap
lagu,” kata Benny pada majalah Gadis. Memang jika dilihat saat
pertunjukan, bermain bass dengan gaya funky dan gerakan yang
lainnya, membuktikan bahwa Benny patut di perhitungkan oleh
rockers di tanah air.
Sedangkan Yochie bukanlah orang baru dalam musik rock,
seperti personil Black Brothers lainnya, Yochie memiliki
kemampuan bermain organ sambil memutarinya, membolak-balik
dan juga memainkan dengan jari kaki, seperti yang di saksikan
wartawan majalah Gadis dalam performance Black Brothers di
Angkarage.

Bermarkas Black Brothers


Rumah BB di Ciomas juga menjadi tempat berlabuh Pance
Pondaag saat pertama datang dari Papua untuk bertaruh nasib
di Jakarta, setelah ia mengundurkan diri sebagai pegawai Bank
EXIM Papua. Di Jayapura Pance juga merupakan salah satu
personil Varunas Band yang bermusik selepas kerja di kantor, ia
sempat mengajak Benny Bettay dan Stevie Mambor untuk main
17 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
bersama, sehari setelah show Benny dan Stevie berangkat ke
Jakarta. Saat tiba di Jakarta, Pance memberikan honor Benny dan
Stevie yang belum sempat dibayar kala mereka show bersama.
Pance mulai bersinar, setelah BB meninggalkan Indonesia.
Black Brothers dan keluarga juga pernah tinggal di rumah
lantai tiga, Jendral Nisam Sahman, perwira militer angkatan
laut aktif di jalan Kartanegara, Jakarta Selatan. Jendral Nisam
memberikan jaminan keamanan terhadap semua personil Black
Brothers dan keluarganya. Lantai dua menjadi tempat latihan BB,
sedangkan keluarga menempati lantai tiga. Rumah ini turut dijaga
oleh Kopassus. Sebelum berangkat, Andy pamit pada Jendral
Nisam untuk show ke PNG. Setelah beberapa tahun berlalu, saat
di Australia Andy menelepon ke rumah di jalan Kartanegara.
Kebetulan yang menerima telepon adalah Sang Jendral, Nisam
Sahman. Andy dan jendral bernostalgia, lalu jendral katakan pada
Andy, “Setelah kalian berangkat, saya dipanggil dan diinterogasi
oleh Laksus. Saya ditanya apakah mengetahui rencana permitaan
suaka BB? Saya katakan, saya tidak tahu, mereka [Black Brothers]
hanya pamit untuk show saja!” Entah bagaimana nasib Jendral
Nisam setelah di Laksus.
Black Brothers mulai dikenal lewat penampilan perdana
di Taman Ria IRTI (Ikatan Restoran dan Taman Informasi),
Monas, Jakarta. Penampilan yang menawan dan mendapat
sambutan meriah oleh pihak manajemen Taman Ria. Kemudian
pihak manejemen Taman Ria menjadwalkan show tambahan
bagi Black Brothers di hari berikutnya, show inipun disaksikan
banyak pengunjung. Jika tampil di Taman Ria, penonton akan
selalu penuh sesak dan permainan jet coaster dipaksa berhenti,
18 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
kenang Arie yang pernah menyaksikan show Black Brothers
dan SAS yang tampil di Taman Ria Monas. Sukses IRTI monas
membuat tawaran show berdatangan, hingga tiada hari tanpa
show. BB memanfaatkan kesempatan tersebut sebelum masuk
studio rekaman. Sampai akhirnya Andy Ayamiseba ketemu Billy
Silabhumi wartawan Aktuil yang menawarkan BB show bersama
SAS di Istora Senayan, dari Istora Senayan tawaran show berlanjut
ke GOR Saparua, show bersama Freedom dan Farid Hardja.
Mimpi Andy agar bisa tampil sepanggung bersama band-band
top mulai terjawab, “Dari sini Black Brothers bertekad menembus
10 besar jajaran musik Indonesia, dengan harapan para produser
rekaman terbuka matanya, dan mau menerima Black Brothers
untuk merekam album,” jelas Andy kepada majalah Aktuil.
Andy yakin Black Brothers bisa bermain semua jenis musik
tanpa harus memilih-milih. Karena penonton datang untuk
melihat Black Brothers secara utuh. Apabila diminta memainkan
lagu-lagu dangdut, dengan senang hati Black Brothers menjawab
tantangan itu.
Kehadiran Black Brothers di panggung musik rock Indonesia,
cukup membuat gentar grup rock yang tersebar di Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Malang hingga Medan. “Saya sih
mau sekali bisa satu panggung dengan saudara-saudara kita dari
Irian Barat” kata Soleh vokalis Freedom.
Keinginan serupa juga dilontarkan Farid Hardja. “Kayak apa
sih mereka mainnya, boleh juga tuh diatur shownya”.

SAS vs Black Bros di Istora Senayan


Malam duel meet SAS vs Black Bros, 28 Desember 1976
19 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
dimulai pukul 20.00 WIB, Koes Hendratmo membuka acara dan
langsung meminta Soenatha Tandjung, Arthur Kaunang & Syech
Abidin naik ke panggung yang disambut sorak sorai penonton.
Tanpa basa-basi berkepanjangan SAS langsung menggebrak
dengan memainkan lagu-lagu ELP (Emerson, Lake & Palmer)
seperti “Jerusalem”, “Welcome Back My Friend”, “Lucky
Man”. Arthur membuat penonton terpesona, ia bernyanyi sambil
memainkan keyboard dan pedal bass tanpa canggung. SAS pada
sesi pertama juga memainkan lagu rock dari album AKA, yang
dinyanyikan silih berganti Soenatha Tandjung, Arthur dan Syech.
Sementara Black Brothers beranggotakan Hengky (gitar),
Benny (bass), Steve (drum), Yochie (keyboard), didukung brass
section, Amri Kahar, David Rumagesang, Sandhy Bettay dan
Marthin Messet muncul berbusana khas Irian. Mereka berempat
menghias wajah dan tubuhnya dengan lukisan berwarna putih.
Black Brothers tampil dengan kostum (cidako) tradisionil
Irian, dengan lagu “Huambello” sebagai pembuka, pada sesi
pertama setelah “Huembello”, BB menyajikan lagu-lagu Osibisa,
Santana, KC and The Sunshine Band dan “Apuse” serta diiringi
serombongan penari berbusana tradisional Papua. Sambutan pun
meledak tanda suka cita penonton terhadap dua top grup yang
berbeda aliran tersebut.
“SAS seperti ketemu gempa bumi, mereka [Black Brothers]
langsung meledak-ledak. Lagu-lagu yang mereka mainkan beda
dengan band-band rock yang ada. Untung shownya di Jakarta,
kalau SAS disuruh datang ke Irian sana. Sudah pasti SAS tersapu
lahar,” kenang Arthur Kaunang.
Penampilan perdana Black Brothers di stadion Istora Senayan,
20 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Jakarta, merupakan pembuka jalan bagi kesuksesan Black
Brothers. Terutama saat itu Black Brothers mendapat sambutan
meriah penonton, dan ditengah konser BB tidak diminta turun
dari panggung, dan bahkan di akhir acara BB didaulat untuk
menambah beberapa lagu. Pada masa itu jika penonton merasa
bosan dan sudah tidak suka pada lagu yang dinyanyikan salah
satu grup, maka teriakan turun, turun disertai lemparan sendal,
puntung rokok, batu beterbangan untuk meminta penyanyi dan
grupnya turun dari atas panggung. Bagi grup musik saat itu, Kota
Malang dan Medan paling di kenal sebagai kota yang penontonnya
“galak”.
Penampilan panggung Black Brothers demi mengangkat
musik Papua sempat di pandang sinis, Hengky membantahnya,
ia katakan. “Kami sempat dipandang sinis orang banyak, apa
lagi kami membawakannya dengan diiringi tari-tarian tradisional
Irian, lagu “Huembello” bukan sekedar lagu kampung, musik
asli kampung kami lebih menghentak-hentak dari Santana atau
Osibisa. Dan saya bisa buktikan itu, bahkan tetabuhannya bisa
lebih meriah dari grup-grup barat. Kalau ada tambahan suara gitar,
keyboard dan trumpet, itu sebagai tambahannya saja, Tarian yg
selalu mengiringi lagu “Huembello” sengaja ditampilkan untuk
memperlihatkan seperti itulah memeriahan suasana di kampung
di Irian,” tulis Buyunk Aktuil dalam laman grup facebooknya.
Ronny Iskandar, penonton SAS vs Black Bros menulis surat
yang di muat dalam majalah Aktulil edisi 214, 1977; “Yang perlu
dikasih salut buat Black Bros ialah mereka mencoba memadukan
tarian rakyat Irja (Irian Jaya) dengan musik rock dl atas panggung
walaupun belum begitu mengejutkan. Kalau saja BB mau terus
21 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
mencobanya, bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti BB bisa
terjun ke dunia musik Internasional dan menjadi kebanggaan
pencinta-pecinta musik di Indonesia. Dan mudah-mudahan BB
menjadi sebuah rock group yang mempunyai ciri tersendiri
dengan khas Irian Jaya itu”.
Masih ada meet antara SAS dan Black Brothers, pentas ini
terlaksana saat keduanya tampil bersama dalam acara penutupan
festival musik rock 5-6 Agustus 1977 se Jawa Barat di Bandung.
BB berhasil merebut hati penonton dengan lagu “Berondong
Garing” yang dinyanyikan dengan cengkok Sunda. Kalau tak
melihat siapa yang menyanyikan, pasti pendengar akan menduga
penyanyinya adalah orang Sunda asli. Padahal BB dari Irian Jaya
yang menyanyikan lagu tersebut!
BB cukup akrab bagi penonton di Bandung, mereka pernah
tampil bersama GodBless dan Gang of Harry Roesli dalam acara
musik anti narkoba di GOR Saparua, Bandung. Musiknya yang
gumuruh bertambah ramai dengan tarian tradisionil khas Irian.
Andy menjelaskan pada wartawan majalah Tempo, Black
Brothers akan tetap mempertahankan identitasnya sebagai band
asal Irian. Sekwilda Irian Jaya pernah mengusulkan agar nama
Black Brothers diganti jadi Cendrawasih Band. Alasannya agar
tidak mengesankan keterbelakangan masyarakat Irian, tetapi
usul itu kontan ditolak oleh Sutran, sang Gubernur. Andy sendiri
percaya bahwa hitam yang memang warna kulit para pemain
grup itu merupakan kebanggaan karena mengesankan kekuatan.
Kostum asli yang sering dipakai di layar TV juga dianggap
sebagai kebanggaan —jadi bukan paksaan untuk merek dagang.

22 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Freedom, Farid & Bani Adam vs Black Brothers
Aktuil menjadi promotor yang mempertemukan Freedom,
Farid & Bani Adam dan Black Brothers satu panggung di GOR
Saparua, 30 Januari 1977. GOR Saparua sudah penuh sesak
dipadati penonton yang ingin menyaksikan dual meet tiga band
sekaligus antara Black Brothers, Freedom serta Farid & Bani
Adam. Ketiga grup asal Jakarta & Bandung sudah bersiap dengan
“kapak perangnya”. Sementara penonton bersorak sorai tak sabar
menunggu siapa yang beraksi terlebih dahulu.
Awalnya penonton yang memadati GOR Saparua Bandung,
sepi-sepi saja menyaksikan penampilan Black Brothers sebagai
band pembuka konser dual meet Faris Hardja & Bani Adam dan
Freedom. Ketika terdengar teriakan-teriakan heboh diikuti bunyi
berbagai tetabuhan, serta merta panggung pun penuh dengan
penari-penari khas Papua diikuti dengan sebuah intro teriakan
melengking lagu “Huambello” terdengar. Kekuatan dahsyat
Black Brothers terkuak sudah.
Penonton yang semula ‘dingin’ sontak terpaku melihat sajian
musik & tari ala Black Brothers yang mengetengahkan kesenian
tradional Papua. Sambutan pun membahana, para personel
Black Brothers semakin bersemangat memainkan musik keras
membuat suasana bagaikan pesta musik di Papua. Black Brothers
sukses menarik simpati penonton lewat penampilan perdananya
di Bandung. Saat tampil bersama Freedom & Bani Adam, grup
Black Brothers mendapat sambutan paling meriah, padahal
Rock Siang Bolong merupakan show pertama Black Brothers di
Bandung. “Penonton menyukai Black Brothers karena mereka
tampil dengan tarian khas Irian” kata Farid Hardja.
23 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
“Dari semua sambutan penonton yang pernah diterima Black
Brothers, hanya penonton Bandunglah yang paling meriah. Black
Brothers terasa main di kampung halaman sendiri” tambah Steve
Mambor drummer Black Brothers.
“Semula kami ragu apakah orang-orang Bandung yang jiwa
seninya lebih besar bisa menerima pertunjukan dari orang-orang
Irian,” kata Andy Ayamseba manager BB.
“Kalau boleh, kami ingin jadi warga Bandung,” sahut Hengky
gitaris merangkap vokalis.
“Tentunya kami senang kalau BB mau pindah ke Bandung,
supaya kita tiap minggu bisa main bersama” kata Soleh. Ia pun
mengajak BB untuk jam session dipuncak acara, sementara Farid
Hardja & Bani Adam sudah menghilang entah kemana. Tak heran
kalau Radio OZ menilai Bani Adam masih mentah, tulis majalah
Antuil.
Usai duel meet manggung bersama Freedom dan Farid Bani
& Adam di GOR Saparua, Bandung. Andi Ayamiseba manager
Black Brothers melontarkan kepuasannya. “Ini show yang paling
membanggakan Black Brothers karena sambutan penonton sangat
luar biasa. Kami tidak menduga mereka suka lagu-lagu khas Irian,
biarlah grup-grup lain membawakan musik barat, kami sendiri
teramat bangga bisa menghidangkan lagu-lagu pop maupun rock
asli Indonesia”.
Konsernya berlangsung dalam suasana persahabatan. Black
Brothers tampil mempesona, karena mereka memboyong penari
tradisional sebagai latar musiknya. Sebuah sajian menarik yang
belum pernah terlihat sebelumnya. “Mereka berhasil memikat
penonton yang selama ini cuma menyaksikan kita beraksi” sahut
24 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Soleh.
“Saya salut mereka begitu kreatif, selama ini band-band kita
cuma asyik mempertontonkan dirinya bermusik” puji Farid Harja.
“Kami berharap suatu saat bisa show bersama Rollies,
SAS atau GodBless maupun grup-grup lainnya yang ada di
Indonesia. Kami ingin memperkenalkan diri sekaligus menjalin
persahabatan” ungkap Andy Ayamiseba manager Black Brothers.
Namun keinginan Black Brothers seperti mimpi tak
kesampaian. Beberapa promotor di daerah yang dihubungi
Aktuil mengungkapkan rombongan BB terlalu banyak orangnya.
Promotor harus mengeluarkan biasa ekstra buat Black Brothers—
sekali tampil BB membawa personel formasi panggung sebanyak
delapan orang (Hengky MS, Benny Bettay, Yochie Pattipeiluhu,
Amry Kahar, David Rumagesang, Stevie Mambor, Sandhy Bettay
dan Mathin Messet) dan enam penari latar. Formasi panggung
Black Brothers ini pada masa itu diakui sangat luar biasa kala
mereka performance.
Meskipun Black Brothers selalu tampil dengan personel yang
banyak, namun honor yang diterima selalu dibagi rata untuk
semua pemain band, sedangkan untuk penari latar beda tipis, yang
penting semua menerimanya dengan senang hati. Andy menolak
tawaran show yang tidak mengikutsertakan para penari latarnya.
Bagi Andy, penari latar sudah menjadi bagian dari musik Black
Brothers, tak mungkin Black Brothers show tanpa mereka, dan
soal honor itu urusan nomor tiga.

Menembus Pentas Musik Nasional


Black Brothers akhirnya berhasil menembus pentas musik
25 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Indonesia dan menjadi salah satu grup band dengan bayaran
termahal, mendapat sponsor untuk show pada berbagai kota di
Indonesia, dan tiap show selalu dipadati ribuan penonton. Odin
mengenang Black Brothers sering tampil di TVRI lewat acara
hiburan Minggu siang, “Unik, group ini mirip grup Osibisa...,
dengan perkusi yang memukau,” tulisnya.
Kepada wartawan arcom.co.id, Bimbim personil grup Slank
katakan, “Saya sejak kecil memang nge-fans dengan Band Black
Brothers, saat Black Brothers pergi ke Belanda karena sesuatu
alasan, saya merasa sedih, namun ada suatu kebanggaan karena
ada musisi yang berani bersikap pada masa itu,” ujarnya1. Bimbim
berteman akrab dengan Wellem Ayamiseba, kadang Wellem
mengunjungi rumahnya Bimbim yang sudah seperti rumahnya
sendiri, begitu juga dengan Bimbim, sering bertandang ke markas
Black Brothers. Bimbim sangat mengagumi permainan drum
Stevie Mambor, saat itu Bimbim belum tertarik bermusik, justru
kakaknya yang bermain musik, kenang Wellem Ayamiseba.
Fariz RM, salah satu pemusik top Indonesia memiliki
kenangan khusus pada Black Brothers, kepada koran Jakarta ia
bercerita mengenal dekat grup BB, bahkan sempat tahu mereka
waktu mereka masih di studio. Dulu saya sempat bantu-bantu
mereka sebelum saya main musik. Fariz bahkan tak sungkan
menyebut dirinya masih junior bemain musik saat jaya-jayanya
band Black Brothers. Banyak lagu Fariz yang terinspirasi dari
Black Brothers, Fariz mengatakan Black Brothers cukup punya
pengaruh besar di musik Indonesia. Bagi Fariz Rustam Moenaf

1 http://arcom.co.id/2017/08/12/sehari-bersama-papua-hadirkan-slank-dan-
black-brothers/

26 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Black Brothers mempunyai ciri khas tersendiri dalam musik di
Indonesia. Dulu mereka ini termasuk berani. Saat musik Indonesia
waktu itu kebanyakan melow, mereka berani tampil dengan
musik khas. Belum ada musik dengan fondasi pop, reggae, RnB
waktu itu. Makanya dulu saya senang nongkrong bareng mereka.
Fariz menganggap musik Black Brothers powerful, enerjik, dan
enak didengar. Fariz menilai musik Black Brothers punya warna
tersendiri. Fariz mengatakan lagu Sakura miliknya bahkan boleh
dibilang terinspirasi oleh lagu-lagu dari band Black Brothers.
“Saya pernah konsultasi juga ke mereka soal lagu Sakura. Mereka
bilang nggak apa-apa mainin musik dansa. Ya pokoknya mereka
punya pengaruh juga di musik saya. Semoga mereka bisa bertahan
dan bangkit lagi.”
Majalah Rolling Stone Indonesia 22 Juni 2011 dalam
bahasannya tentang Those Shocking Shaking Days (20 musik
Indonesia pilihan) menulis, “Kecenderungan oktet asal Papua
Barat ini dalam menyanyikan lagu dengan bahasa Papua dan
menggunakan kostum kesukuan pada setiap konser, namun
konsum tersebut tidak menciptakan jarak antara mereka dengan
pendengar yang masih buta akan kebudayaan Papua Barat. Terima
kasih kepada aransemen-aransemen orisinil nan luar biasa yang
mereka ciptakan, seperti pada versi funk-rock dari sebuah lagu
tradisional Saman Doye dari Papua Barat.”
Teknik slap bass yang indah dan sempurna juga disuguhkan
dalam lagu Dapapopero dan Ready for Love. “Saya sebagai
pemain bass, pertama kali tertarik dan belajar teknik slap bass
dari lagu Dapapopero. Bagi saya Black Brothers ada guru musik
saya. Terima kasih Black Brothers,” tulis Eienmarch Upessy
27 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
dalam sastrapapua.com2
Usai manggung di Balai Sidang Senayan, Jakarta 8 Agustus
1978, Andy Ayamiseba manajer Black Brothers menghampiri
reporter majalah Aktuil, Bens Leo sambil menyodorkan sepucuk
surat berisi undangan dari temannya yang menjadi promotor di
Belanda. “Dia orang kota yang sudah lama bermukim disana,
rencananya minggu depan Black Brothers sudah berangkat
ke Amsterdam untuk meramaikan pasar malam Tong-Tong,
dilanjutkan dengan keliling Belanda selama sebulan” ujar Andy.
Andy menjelaskan bahwa Black Brothers sudah dikenal
karena lagu-lagunya yang menggunakan bahasa daerah Irian.
Black Brothers bakal tampil dengan mengenakan busana serta
tarian tradisional khas Irian. Selain pemain BB, ada penari latar
berjumlah 15 orang yang ikut bersama rombongan. Di tahun
1977, Andy Ayamiseba juga pernah mengutarakan hal yang sama
pada Hartono, pemilik Irama Tara, bahwa Black Brothers sudah
ditawari beberapa sponsor untuk melawat ke Negeri Belanda,
sayang rencana berangkat di tahun 1977 dan 1978 tidak terlaksana
Selama berkiprah di Jakarta, Black Brothers mempunyai
hubungan yang baik dengan grup band lainnya. Andy
menceritakannya pada Marto dari majalah Sampari, “Bung,
kami dari Black Brothers itu berkawan akrab dengan Ucok
Harahap dari AKA, bang Ahmad Albar dari GodBless, anggota
serta menejernya, bahkan Ian Antono menciptakan dua lagu
“Tanah Dosa” dan “Juwita Malam” yang khusus dinyanyikan
Black Brothers—Ian Antono sebelumnya adalah pemain di Band
2 Eienmarch Upessy juga mengulas kemampuan bermain musik BB lihat
dalam https://www.sastrapapua.com/2019/06/4-kekuatan-musik-black-
brothers.html

28 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Sodiak, Bentoel (Malang), dan Sapta Nada (Surabaya), kemudian
di pada tahun 1974, Ian di ajak oleh Jockie Surjoprajogo
(keyboard) dan Teddy Sujaya (drum) untuk bergabung dengan
GodBless, menggantikan Ludwig Lemans yang memutuskan
keluar dari GodBless. Kita saling menghormati prestasi masing-
masing sebagai musisi berprestasi. Semuanya ini kawan-kawan
yang tak terlupakan, terutama bung Barce van Houten, dan mas
Nomo Koeswoyo. Saya sering main ke rumah mereka sewaktu
masih di Jakarta”.
Untuk menambah pengetahuan tentang musik, Andy Ayamiseba
membawa personil BB ke Jack Lesmana untuk belajar notasi
balok (membaca simbol notasi, nada yang ditulis dalam bentuk
gambar), meskipun punya bakat alam, “Sebagai pemain musik,
perlu juga tahu baca notasi balok” kata Yochie dalam acara Tabea
di Papua TV. Menurut Benny dan David, generasi muda Papua
kedepan harus berlajar musik (notasi balok), itu perkembangan
dalam dunia musik global, jadi tidak hanya mengandalkan bakat
saja. BB juga punya cita-cita agar di Papua ada sekolah khusus
musik. “Papua harus punya ciri musik sendiri, seperti kalau kita
dengar sebuah musik, kita bisa tahu, itu musik dari Arfika, atau
itu dari pasifik,” kata Benny Bettay.
Menurut David Rumagesang membawa BB untuk belajar
notasi balok merupakan cara jitu, menejer Andy Ayamiseba
dalam mengembangkan bakat BB yang dilihatnya memiliki
potensi yang besar. Selain itu, Andy juga menenamkan disiplin
dan kebersamaan dalam BB.

29 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Black Brothers Masuk Studio Rekaman
Hartono Hendra (Nyoo Ben Seng) suatu saat menonton Black
Brothers tampil di Ankerage Pub, ia tertarik dan mengundang
Andy Ayamiseba ke kantornya. Andy meyakinkan Hartono
bahwa Black Brothers dapat memainkan lagu-lagu pop Indonesia
dengan warna musik tradisional Papua. Hartono Hendra pada
waktu itu bekerja sebagai pencari bakat [agensi] yang akan
merekomendasikan band atau penyanyi yang dipilihnya masuk
studio rekaman. Andy menjelaskan juga bahwa lagu “Kisah
Seorang” Pramuria yang dibawakan The Mercy’s adalah ciptaan
Hengky MS, personil Black Brothers. Lagu tersebut diciptakan
di atas kapal Venice pada 3 Mei 1971 dan sering dinyanyikannya
saat bermain di band Galaxy, Sorong bersama Eddy Sumlang,
kemudian Eddy membawa naskahnya ke Jakarta, lalu The Mercy’s
merekamnya—The Mercy’s telah menyelesaikan persoalan lagu
Kisah Seorang Pramuria yang sempat diajukan ke pengadilan
dan Black Brothers tidak mempermasalahkannya.
Hartono Hendra merespons dengan antusias untuk mendapat
tanda tangan kontrak dengan Black Brothers, kemudian
mendirikan PT. Irama Tara yang merekam tujuh album Black
Brothers di bawah lebel studio Irama Tara. Namun rekaman awal
BB di lakukan di Remaco studio yang dipinjam oleh Irama Tara,
karena belum memiliki studio sendiri.
Majalah Violeta November 1976 memuat sebuah artikel tentang
BB yang sedang merekam album pertamanya; “Satu kugiran baru
kini malang melintang di ibu kota. Mereka berasal dari Irian
Jaya dan memproklamirkan diri dengan nama Black Brothers,
kedelapan pemuda yang berstyle kribo itu selain mengisi acara di
30 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Angkarage, juga aktif rekaman di kaset di Musica Studio. Boleh
dipastikan karya mereka yang pertama akan membuat kejutan
baru dikalangan orang-orang musik di Jakarta, kenapa?”
“Patut diketahui, bahwa lagu “Kisah Seorang Pramuria” yang
sebelumnya dikumandangkan oleh grup band The Mercys itu,
sebenarnya adalah karya saya,” ujar Hengky personel Black
Brothers. Kini Black Brothers sedang merekam lagu tersebut
dibawah lebel Irama Tara. Dalam kelompok Black Bros ini,
personilnya adalah; Sandhy Bettay, Benny Bettay, Jochie,
Marthy Messet, Amry Tass, David Rumagesan, Stevie Mambor
dan Hengky Mirontoneng, semuanya berada dibawah pimpinan
Andy Ayamiseba. Untuk sajian perkenalannya, Black Bros
mengetengahkan lagu “Irian Jaya 1”, “Jayapura”, “Putus Ditengah
Kerinduan”, dan “Apuse” (lagu tradisional) yang instrumennya
musik asli dari Irian, tulis majalah Violeta.
“Persipura” merupakan lagu pembuka dalam album Irian
Jaya 1, lagu tersebut terinspirasi setelah Persipura mejuarai Piala
Presiden Soeharto mengalahkan Persija di Senayan Jakarta, 19
April 1976. Final berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno
Senayan, Persipura mengalahkan Persija Jakarta dengan skor
tipis 4-3. Kemenangan Persipura ini tak diperhitungkan karena
pada penyisihan grup, mereka kalah dari Persija 1-2. Dalam ajang
ini, muncul nama Johanes Auri dari Persipura yang menjadi bek
kiri terbaik Timnas Indonesia, juga Timo Kapisa.
Johanis Auri, adik sepupu Andy Ayamiseba mengatakan pada
Skor TV, “Keberhasilan Persipura membawa Piala Presiden ke
Papua menjadi inspirasi Black Brothers untuk membuat lagu
“Persipura.” Ketika Johanes Auri dan Timo Kapisa sedang ikut
31 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
seleksi kualifikasi Piala Dunia 1978 di Ragunan, Andy Ayamiseba
datang, bertemu dengan Johanis memberitahukan bahwa Black
Brothers sedang membuat sebuah lagu tentang Persipura, dalam
lagu tersebut terdapat nama Johanis dan Timo, dan di lapangan
Ragunan saat Johanis dan Timo latihan, Black Brothers membuat
klip lagu “Persipura”. Oranglah tahu | Semua pun tahu | Di
lapangan hijau | Kini tlah muncul di ufuk timur | mutiara hitam
| Timo Kapisa | Johanis Auri | dan kawan kawannya | Bermain
gemilang menerjang lawan | Dan selalu menang | Peripura |
Muriara Hitam | Persipura | Selalu gemilang | Tiada disangka |
Tiada diduga | Akan semua itu | Mereka gemilang | Dilapangan
hijau | Semua gembira.
Di era itu, hanya Black Brothers yang merupakan grup band
yang berani memasukkan lagu daerah, keroncong dan pop
dalam satu album, ini jarang dilakukan grup band pada masa
itu. “Apuse”, dalam Irian Jaya I (album I). “Huembello” dan
“Keroncong Kenangan” dalam Derita Tiada Akhir (album II).
“Amapondo” dalam Lonceng Kematian (album III). “Diru Diru
Nina” dalam Kenangan November (album IV). “Saman Doye”,
“Keroncong Gunung Cycloop” dalam Kaum Benalu (album
V), “Mangge Mangge”, “Keroncong Irian Jaya,” dalam album
Misteri (album 6), “Ya Wonde” dalam album Terima Kase yang
beredar di Malaysia dan album Hening. Album Lembah Hitam
yang sebelumnya dinamakan Black Bros’79 (Volume Perdana)
berisi 14 buah lagu. Nama Black Bros sebelum muncul dalam
Album Black Bros’79 dan Hening, nama sudah sering digunakan
oleh media misalnya Aktuil, TOP, Selecta maupun penggemar
musik pada masa itu, untuk menyingkat nama Black Brothers.
32 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Saat masuk dapur rekaman untuk album pertama di bulan Juli
1976, Black Brothers tidak menggunakan formasi panggung,
Mathin Messet dan Sandhy Bettay tidak ikut dalam album rekaman
karena sudah ada Hengky yang mengisi vokal—Marthin Messet
pernah ikut dalam pentas Opera Rock “Yesus Sang Supertstar”,
di Balai Sidang Jakarta 20 dan 21 Juni 1980. Dalam pementasan
Sanggar Bahtera ini, Marthin Messet berperan sebagai Yesus.
Remy Silado sebagai sutradara menginterpretasi Yesus berkulit
hitam, dan Yudas berkulit putih, karya ini diadaptasi dari Jesus
Christ Super Star, dengan lirik & Musik: Tim Rice & Andrew
Weber.
Tahun 1977, Hengky keluar karena ingin solo karir,
membentuk Obahorok Band, bersama Tuteng Mohan bintang
film asal Bandung didaulat sebagai vokalis. Album Obahorok
mengusung dua lagu unggulan yaitu; Tak Kusangka dan Sendiri
karya Hengky MS. Menurut Hengky, ia dan Tuteng tidak muluk-
muluk dan berandai-andai bila Obahorok Band langsung terkenal
dalam kancah musik Indonesia. Kami hanya ingin meramaikan
serta membuktikan bahwa Obahorok Band bisa memainkan
musik pop maupun rock—Hengky kemudian kembali lagi ke
Black Brothers dan ikut dalam tour ke PNG. Berita tentang Black
Brothers yang akan hijrah ke negeri Belanda, semakin senter
terdengar, namun para personelnya tak seorang pun yang mau
buka mulut membantah atau membenarkannya. Tahun 1979,
kembali hengki keluar dan bergabung dengan grup Dempelos
volume lima, Pedine dan menyumbang sebuah lagu “Suhiwang
Gaghurang”, bahasa Sangihe Talaud, album ini diluncurkan tahun
1980.
33 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Barulah pada album Black Bros’79 (volume perdana) dan
Hening, Sandhy Bettay turut mengisi vokal—karena Hengky MS
datang terlambat dan tidak fit, sehingga Andy sebagai manager
meminta Sandhy Bettay untuk mengisi vokal dan Hengky mengisi
melodi, ini salah satu ketegasan Andy Ayamiseba. Selain Sandhy,
dalam album Hening, Andy merekrut Iskandar dan Karim Assor,
serta Agus Rumwaropen, ini merupakan formasi ke dua Black
Brothers, formasi ketiga (tanpa Amry dan David) masuk Wellem
Ayamiseba untuk ikut tur di Vanuatu dan Salomon, saat di
Belanda, Wellem secara khusus mengikuti sekolah perkusi.
Dalam abum Perdana terdapat lagu berbahasa daerah, “Ino
Mote Ngori” ciptaan Amry Kahar yang dinyanyikan Stevie, lagu
daerah hadir senafas dengan lagu-lagu lainnya. Di sini Black
Brothers memadukan materi yang menyangkut latar belakang
daerahnya dengan baik, tanpa terasa “kedaerahdaerahan”. Meski
identitas belum benar mencuat, tapi cara grup ini menjiwai lagu,
menafsirkan sedih, cinta dan sebagainya, cukup berbeda dengan
rekan-rekannya yang datang dari daerah lain, tulis Majalah
Tempo.
Dalam lagu “Derita Tiada Akhir” ciptaan Yochie Phu,
dinyanyikan Hengky MS, memang kita terpaksa ingat Panbers
atau Mercy’s. Tapi tidak jadi cengeng. Dari tanah Irian ini
barangkali kita boleh mengharap, grup musik pop yang akan
menyanyi dengan “jantan”. Lagu “Huembello” (NN, anonim,
bahasa Klabra, Sorong), yang dinyanyikan David bersama
grup, merupakan contoh menarik. Lagu yang didominir pukulan
drum ini bergelora dan menjerit. Dinyanyikan dengan total, liar,
menimbulkan sensasi yang aneh —misteri yang juga sering kita
34 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
rasakan dari “musik liar” orang-orang Afro, Amerika Latin atau
dari pemusik rock berat, ulas Majalah Tempo.
Black Brothers mampu menghadirkan “kejutan”, dalam
persiapan album ke delapan, terdapat lagu yang berjudul
“Memory” (dalam bahasa Inggris). Ketika lagu ini dinyanyikan
di Bar Ankerage, pendengar kagum, mereka menyangka lagu
tersebut sebagai lagu terbaru dari grup Bee Gees.
Melihat pemusik Papua yang banyak saat itu, Andy Ayamiseba
kemudian mendirikan grup Black Papas yang terdiri dari Engel
Hurulean (lead guitar), Sandhy Bettay (bassis) vokalis, Bert Waum
(drummers) dan Max Siahaya (keyboard). Black Papas merekam
tiga album, Black Papas vol 1 dan 2 serta album Natal. Coconuts
Band, terdiri dari Jimmy Toumahuw (bassis) vokalis, Agabus
Rumwaropen (keyboard), Ringgo Kadmairubun (drummers) dan
Agus Rumwaropen (lead melodi), Coconuts Band merekam dua
album, ‘1 + 2 = 3’ dibawah label Jackson Records dan Album
kedua ‘Minum Sageru’.

Black Brothers Grup yang Komplit


Andy Ayamiseba mengatakan bahwa Black Brothers
merupakan grup yang komplit, dengan Agus Rumwaropen si
jari emas karena kemahirannya memainkan melody gitar dan
dijuluki “George Benson” Papua berwatak halus dan rendah hati,
Yochie Pattipeiluhu memegang keyboard dan Bartje Van Houten
menjulukinya Si Pena Emas karena kemampunnya sebagai
seorang pencipta lagu dan komponis, Benny Bettay memainkan
Bass dan Stevi Mambor penabuh drum juga vokalis sebagai
tulang punggung rytehm—menurut Jelly Tobing, “BB luar biasa,
35 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
bahkan saya sering banget ngobrol-ngobrol sama putra-putra
Cenderawasih yang kemampuannya diatas rata-rata. Saya juga
sering bertukar ilmu dengan Stevie dalam bermain drum. Stevie
seorang yang baik hati. Black Brothers betul-betul melekat di hati
sanubari saya pribadi. Saya, Stevie dkk, berjuang dari bawah di
Jakarta, bermain sama-sama di Club Ankerage President Theatre
di depan Balai Kota DKI.”
Amri Kahar peniup terompet dan David Rumagesang peniup
saksofon mempermanis rytehm dan Hengky Mirontoneng Sumanti
sebagai vokalis utama yang bersuara emas. Black Brothers tak
luput juga dari bergantinya personil, adalah hal yang wajar dalam
grup-grup band besar di dunia. Di Indonesia GodBless merupakan
grup yang paling banyak bongkar pasang personil, setidaknya
ada 13 kali pergantian personil dengan Ahmad Albar sebagai
personil tetap dan menjaga kelangsungan GodBless, selain itu
Slank juga tercatat 14 membongkar pasang personil dari personil
awal Bimbim (drum), Denny BDN (bass), Erwan (vocal), Kiki
(gitar) dan Bongky (gitar) dan Bimbim bertahan sebagai penjaga
kelangsungan Slank—formasi ke 14 (F14) inilah yang dikenal
sampai sekarang, para penggemanya menyadari pergantian
tersebut sebagai hal yang biasa dalam sebuah grup band.
Andy menjelaskan hal penting tentang keberhasilan Black
Brothers, pertama adalah tim menejemen, termasuk manager dan
produsernya yang menangani hal-hal komersil, dan produktivitas
dari group. Kedua yang tidak kalah pentingnya adalah penulis
[penyair] berbobot dan mampu menulis syair-syair tentang realita
kehidupan sehari-hari. Di Black Brothers posisi ini diisi Yochie
Pattipeiluhu. Ketiga adalah masalah tampilan yaitu harmonisasi
36 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
antara aransemen musik dan vocal utama serta backing vokal.
Posisi ini diisi oleh Alm. Hengky MS, Benny Bettay, Stevie
Mambor, David Rumagesang dan Amry Kahar, termasuk juga
Agus Rumwaropen, dll. Gabungan ketiga unsur ini yang membuat
Black Brothers berhasil mencapai puncak kesuksesan.
Selaku manager, produser Andy menyatakan bahwa yang
membuat Black Brothers tersohor adalah syairnya yang berbobot
dan dikenang sepanjang masa. Namun ada banyak juga hal-
hal lain yang terkait masalah sosial ketika musisi-musisi muda
[Black Brothers] dari Papua yang memasuki Ibu Kota Jakarta.
Suatu waktu di tahun 1978, Andy Ayamiseba sedang berada di
San Fransisco, Amerika. Andy mendapat telepon dari Jakarta ada
kru Black Brothers yang membuat masalah dan ditahan di Kodak
Jaya. Andy harus pulang dan dibantu ayahnya mengeluarkan
kru tersebut, ada juga cerita Stevie dan David yang mebuk lalu
mengejar polisi di pos polisi IRTI Monas, hingga polisinya lari
kalang kabut, “wadoh, gawat, anak-anak bikin kepala pusing, tapi
saya cinta sama mereka apapun yang akan terjadi,” cerita Andy di
dinding facebooknya.
Bagi Andy Ayamiseba, mengurus menejemen sebuah band
lebih sulit dari mengurus satu peleton tentara, karena kedisplinan
yang berbeda. Namun demikian kru Black Brothers yang pada
saat itu berumur sekitar dua puluh tahunan, mampu menunjukan
bahwa mereka memiliki visi dan misi yang mengikat persaudaraan
mereka secara erat, demi kesuksesan sebagai seniman. Andy
memuji ketekunan mereka walaupun menejemen yang ia terapkan
sedikit bersifat “bertangan besi”. Sonya Sumanti, istri Hengky
MS mengaku peran Andy sangat besar dalam membangun BB,
37 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
“Banyak orang yang tak tau diri, kalo bukan kerena bung Andy
Ayamiseba, tidak ada BB. Yang Sonya tau bung Andy berhak atas
BB dong,” tulisnya dalam komentar tentang Black Brothers di
faebooknya.
Andy Ayamiseba dengan tulus mengungkapkan bahwa ia
bersyukur bertemu dan berteman dengan para personil Black
Brothers yang hebat. “Saya selaku Founder dan Manager,
sekaligus Executive Producer dari SUPERGROUP ini mengakui
bahwa sulit untuk mendapatkan musisi-musisi “alam” yang
diberkati dengan talenta oleh Yang Maha Kuasa seperti mereka
ini. Saya sangat berterimakasih dan bangga, karena diberkati
dan berkesempatan untuk bekerja dengan group legendaris
ini. Akhirnya Black Brothers adalah suatu PERSEMBAHAN
yang merupakan PADUAN antar watak kepribadian, talenta,
seni, komitmen, dan inspirasi. Semoga apa yang telah dirintis
oleh musisi-musisi “alam” ini dapat dilanjutkan oleh generasi-
generasi penerus demi suksesnya misi dan visi mereka,” tulis
Andy Ayamiseba di dinding facebooknya 12 January 2014.
Sebagai supergrup, BB sukses di Manado, Charly Liando
koresponden majalah Aktulil menulis; Black Brothers telah
berhasil mengumpulkan penggemar-penggemarnya lewat show
selama dua malam berturut-turut di Gedung Olahraga Sario.
Padahal tanda masuk di jual sebesar Rp. 2.500 dan Rp. 1000
tergolong mahal. Tapi tiket yang mahal tidak menjadi ukuran buat
muda-mudi Manado, yang penting mereka bida menyaksikan
group kesayangannya. Selama dua malam itu BB menampilkan
lagu-lagu ciptaan mereka dan beberapa album Deep Purple. Ikut
dalam rombongan penyanyi John Philips, dan juga tuan rumah
38 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
memunculkan grup band SPEKTRUM.
Medan sebagai kota yang tak kenal kompromi bagi grup
band yang lagu-lagunya tidak menarik, berhasil di taklukan BB.
Pemusik asal Irian Jaya ini sudah kesohor di kota Medan, lantaran
lagu hitnya “Putus Ditengah Kerinduan” tengah bertengger di
puncak lagu-lagu top Indonesia di radio non RRI yang bertebaran
diseantero Medan. Penampilannya di TVRI juga cukup sering,
sehingga publik tahu macam mana pula Black Brothers ini yg
konon kalau show bawa rombongan penari, tulis majalah TOP.
Namun saat BB berkunjung ke Medan dan tampil di bioskop
Juwita, publik banyak yg kecewa berat. Pasalnya show BB yg
didampingi Usman Bersaudara (UsBros) sebagai band pembuka.
Tiketnya dijual sangat mahal & mencekik leher penonton kelas
Taman Hiburan. Rupanya itu cuma taktik Yayasan Kepolisian yg
sengaja menjaring penonton dari warga “siomay & fuyunghay”
selama dua malam berturut-turut dan sukses. Wartawan yang
menyaksikan show BB kurang puas dan menilai permainan BB
jauh dibawah kugiran-kugiran top Medan.
Keesokan harinya semua koran yang beredar di Medan ramai-
ramai menggilas BB. Sehingga Andy Ayamiseba didampingi
Yusuf Harris dari Irama Tara, pontang panting menggelar
temu pers menjelaskan ikhwal mengenai show mereka kepada
wartawan, Andy katakan bahwa kesalahan panitia yang hanya
menyiapkan sound system kelas kambing.
BB tak mau terulang kembali kegagalan di bioskop Juwita.
“Buat show di GOR (Gedung Olah Raga) saya minta panitia
menyiapkan peralatan milik grup asal Medan The Rhytmn Kings,
kalau tidak kami pulang saja ke Jakarta,” tegas Andy, tulis majalah
39 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
TOP.
Keesokan harinya koran-karan Medan pun ramai dengan
ancaman manager BB. Giliran mereka (paniti) kalang kabut
menemui Andy yang bersikeras minta sound system punya The
Rhytmn Kings. Beruntung Darmawai Purba bersedia menyewakan
peralatan musiknya, bahkan dia sendiri turun kelapangan
menyiapkan segalanya. Alhasil UsBros dan BB disambut gegap
gempita, bahkan ketika BB melantunkan “Huembelo” penonton
tak henti-hentinya menjerit histeris.
Hari kedua atas prakarsa Adi Barus yang empunya Radio USU
(Universitas Sumatra Utara), BB kembali tampil di Gelanggang
Mahasiswa USU. Kali ini shownya dimulai jam 11.00 WIB, siang
hingga menjelang sore. BB disambut luar biasa oleh mahasiswa-
mahasiswa Medan meskipun tanpa band dari Medan. Menurut
Ucok Siagian, panitia kegiatan mahasiswa terebut, sejumlah
band sudah dihubungi, The Minstrels, Destroyer, Great Session
maupun Free Men, namun tak seorang pun dari grup tersebut yang
mau, alasannya karena panitia membayar murah honor mereka,
meskipun sudah dijelaskan kalau show tersebut buat menggalang
dana bagi kegiatan-kegiatan mahasiswa USU.
Melihat konser Black Brothers mendapat sambutan luar
biasa, para mahasiswa USU menawarkan show tambahan hari
berikutnya. Black Brothers menerimanya, memang BB belum
puas, karena show pertama Black Brothers, belum semua lagu-
lagu andalannya dikeluarkan. Menurut Hengky, show di Medan
merupakan peristiwa ini tak terlupakan bagi BB, seperti show
dikampung halaman sendiri.
Namun kesuksesan BB di Medan berujung dengan malapetaka
40 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
ketika salah seorang personelnya, Benny Bettay mengalami
kecelakaan saat motor yang ditumpanginya kembali ke hotel
Danau Toba. Hengky dan personil lainnya mengantar kerumah
sakit untuk perawatan akibat luka-lukanya. Setelah lima hari di
RS, rombongan pulang kembali ke Jakarta tanpa sempat pamitan
pada fans BB yang setiap hari memenuhi RS.
Sebuah lagu ditulis untuk John Morimuzendi, Kepala Immigrasi
di Medan, saudaranya Andy Ayamiseba, yang meninggal karena
kecelakaan saat BB show; Di lembah bukit yang curam | Penuh
rumput kering meninggi | Bertebaran daun yang mengering |
Menimbun disisiku | Kau sahabat yang telah pergi | Pergi demi
demi sahabat mu | kau menghadap panggilanNya Malapetaka
menimpa kami, lagu “Kuburan Tua” dalam album Lonceng
Kematian.

Peran Andy dan Black Brothers Dalam Perjuangan Papua


Grup musik akustik Mambesak dan Black Brothers telah
berperan membangun identitas dan persatuan masyarakat Papua.
Dua grup Mambesak dan Black Brothers memberikan sebuah
pendidikan, pemahaman tentang kebersamaan, keragaman dalam
kemajamukan masyarakat di Papua, yang dapat di kelola menjadi
sebuah kekuatan yang dasyat.
Rumkorem pemimpin OPM puas dengan program budaya
yang dilakukan Arnold Ap dan Tom lreeuw lewat kelompok
Mambesak dan menjadi terkenal di seluruh tanah Papua. Andy
Ayamiseba mengemban satu dari dua program penting OPM
pada tahun 1977, pertama; aspek perlawanan budaya yang telah
dilakukan kelompk Mambesak, kedua; lobby untuk dukungan
41 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
internasional. Beberapa hal positif yang muncul dari program-
program tersebut adalah tumbuhnya identitas ke-Papua-an.
Bagian kedua adalah pembentukan band pop “Black Brothers”
yang kemudian menjadi terkenal di Indonesia, ini merupakan
salah satu hasil dari kebangkitan budaya Papua. Black Brothers
di bawah kepemimpinan Andy Ayamiseba telah mempromosikan
budaya dan identitas Papua Barat hingga ke wilayah Melanesia.
Kedua; kelompok ini telah menciptakan revolusi musik di Papua
Barat dan seluruh wilayah Melanesia. Andy menyatakan bahwa
bandnya selalu siap untuk menjalankan tugas apapun yang
dibebankan OPM selama itu adalah rencana yang realistis dengan
tujuan yang jelas dan dapat dicapai, tulis Rex Rumakiek dalam
tesis “The Colonial Legacy And West Papuan Nationalism”
Tur Black Brothers ke Jayapura dan Biak di tahun 1978
merupakan salam perpisahan (diam-diam) dengan masyarakat
Papua, Black Brothers berangkat dari Jakarta dengan menggunakan
pesawat Foker AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) dan
sebuah pesawat Hercules khusus untuk mengangkut peralatan
sound sistem BB. Setelah tur di Papua 1978, Black Brothers
kemudian melakukan show terakhir mereka di Medan dalam
tahun yang sama.
Dalam show di PNG tahun 2016, BB juga menggunakan sound
system yang khusus didatangkan dari Australia dengan kapasitas
yang sesuai dengan daya listirk di PNG, ini kelebihan Andy
Ayamiseba dalam mengatur manejemen pentas Black Brothres,
dilakukan dengan totalitas dan profesional.
Di tahun 1979 bulan September tanggal 12 terjadi gempa yang
berskala 6,3 SR ke atas. Peristiwa ini menyebabkan dua orang
42 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
meninggal, lima orang luka-luka dan terjadi kerusakan parah,
klinik, sekolah dan rumah masyarakat di Serui, dan di kampung-
kampung diantaranya, Ariepie, Aromarea, Sarawandori, Serui
Laut, Kabuena, Borai, Menawi, Kointunai, Dawai, Randawaya
dan Warironi. Black Brothers melakukan show pengumpulan
dana untuk korban bencana di Serui, show ini dihadiri Acub
Zaenal Gubernur Papua periode 1973-1975, dan Pangdam
XVII/Tjenderawasih periode 1970-1973. Di sela show, Acub
mengatakankan pada Andy, “Kalo Papua merdeka, saya juga mau
pulang ke Papua”.

Andy dan Black Brothers Ke PNG


Untuk memenuhi undangan show dari perusahaan penerbangan
PNG, Air Niugini, sejak pukul 03:00 WIB dini hari tanggal 30
September 1979, rombongan Black Brothers berkemas dan
berangkat dari rumah kontrakannya di Jl Taman Bendungan
Jatiluhur VII Jakarta untuk menginap selama semalam disebuah
hotel di Bungur, Senen, pada 1 Oktober BB dan rombongan
berangkat ke PNG dengan Air Nugini. Tim show Black Brothers
yang berangkat, Andy Ayemiseba bersama keluarga, Agus
Rumwaropen, Yochie Pattipeiluhu, Benny Bettay, Stevie dan
Hengky MS, namun Hengky tidak membawa serta keluarganya.
Sandhy tidak ikut karena sudah ada Hengky sebagai vokalis dan
juga Benny Bettay. Amry Kahar, paspornya belum beres dan
David Rumagesang sudah bekerja di perusahaan di Sorong.
Kepada iparnya—saudara sepupu dari istrinya yang menjaga
rumah, Andy memberikan uang dan katakan, “Kami berangkat
akan lama, ini uang dan setelah kami berangkat, kau segera pulang
43 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
ke Kupang. Nanti setelah kami kembali ke Jakarta, saya telepon
untuk kau balik,” ujar Andy Ayamiseba. Setelah di Belanda, Andy
menelepon iparnya dan memberitahu bahwa BB tidak kembali ke
Indonesia.
Sebelum berangkat, mereka dikumpulkan dan Andy
memberikan pengarahan tentang tujuan keberangkatan mereka ke
Port Moresby, PNG. Setelah itu, sebelum mereka bergerak keluar
dari rumah, Andy meminta seluruh anggota Black Brothers berdiri
dengan sikap tegap mendengarkan teks sumpah pemuda yang
dibacakan oleh Andy pagi itu. Menurut Benny Bettay, pemain Bass
Black Brothers, Andy terpaksa melakukan hal itu sekedar untuk
membungkus rapih rencana perjalanan mereka. Pengalaman BB
keluar dari mulut singa [Indonesia] bukanlah hal sepele. Bahkan
BB harus menyogok pihak imigrasi dengan uang tiga puluh juta
(satu tas penuh) untuk pemperlancar perjalanan menuju PNG.
Rahasia mengapa BB harus meninggalkan ketenaran, harta benda
dan usaha yang begitu maju, hanya Andy sendiri yang tahu, dan
tidak ada kaitannya dengan lagu Black Brothers atau bisnis Andy
Ayamiseba yang sering dikatakan sebagai penyebab hekangnya
BB dari Indonesia. Personil BB hanya tahu bahwa mereka
memenuhi undangan Air Niugini untuk tour di PNG. Kepada
Sonya Sumanti istrinya yang tidak ikut dalam rombongan BB,
Hengky katakan bahwa mereka hanya akan pergi show sembilan
kali di PNG. Menurut Amry Kahar, “Andy tidak pernah bicara
tentang politik, Andy juga pernah mengaktakan, muhibah mereka
ke luar negeri, selain mencari duit juga untuk mengangkat nama
Indonesia,” tulis majalah Zaman.
Undangan show Air Niugini dipakai sebagai momen untuk
44 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
membawa keluar Dirk Ayamiseba, beserta seluruh anggota
grup band Black Brothers dan keluarga mereka dari Indonesia.
Sedangkan E.J. Bonay [mantan Gubernur Papua] dikeluarkan
melalui perbatasan dan ditampung oleh Pemerintah PNG di
Camp Wabo, Provinsi Gulf. Berita tentang Bonay meninggalkan
Papua Barat, diberitakan oleh Het Parool 01 September 1979
dan Nederlands Dagblad 30 Juni 1981. Pelarian E. J. Bonay juga
merupakan suatu misteri tersendiri, karena ada informasi bahwa
Australia dan PNG berupaya mencegah usaha membawa Bonay
untuk lari ke luar negri. Pemerintah Pusat PNG di Port Moresby
mengirim telex tegas kepada petugasnya di Vanimo, jika Bonay
tiba, maka segera deportasi kembali ke Jayapura. Beruntung,
Paul Langro (paman Almarhum John Tekwie) anggota parlemen
dan simpatisan OPM berusaha agar Bonay tiba dan langsung
diberangkatkan ke Port Moresby dan diumumkan di media.
Andy pernah bercerita, ketika akan berangkat dari Kebayoran,
ia sempat terlambat karena masih ada urusan keimigrasian yang
belum diselesaikan, sedangkan anggota Black Brothers bersama
keluarga telah menunggu di bandara. Pesawat yang ditumpangi
menunggu selama beberapa menit, saat ia tiba, langsung naik
pesawat dan berangkat.
Andy dan Black Brothers berada di Port Moresby selama tiga
bulan di sponsori Mr. Eddie Kwan, mengadakan beberapa live
show dan penampilan pertama BB dilakukan di lapangan Rugby
Boroko 5 Oktober 1979, pertunjukan meriah dan mendapat
sambutan luar biasa dari masyarakat pencinta musik di PNG.
Namun ada 100 orang warga disekitar stadion yang mengirim
sebuah petisi ke pemerintah, karena setiap malam merasa bising
45 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
mendengar suara musik yang keras. Selama di Port Moresby,
Black Brothers berhasil merekam beberapa album lagu yang
sangat disukai oleh pencinta Black Brothers di PNG, seperti lagu:
Jalikoe, sebuah lagu berbahasa Maprik, di daerah Sepik, PNG,
dan beberapa lagu lainnya dirilis ulang dalam bahasa Pidgin dari
album Black Brothers yang dibuat di Jakarta. Lagu-lagu lama di
Papua seperti “Satu Kapal Pun Berlabuh”, “Mars Papua”, dirilis
dalam album Folk Song yang direkam di Belanda untuk pasar
musik di PNG.

Black Brothers Rekaman di PNG


Rekaman pertama BB di Port Moresby, dilakukan di Studio
Radio Nasional PNG (National Broadcasting Corporation/NBC),
di Waigani, Port Moresby. Dibantu oleh NBC, BB merekam dua
album untuk Raymond Chin yang belum memiliki studio rekaman
saat itu. Sebelum rekaman, Andy menghubungi Raymond Chin,
seorang penjual arloji dan juga pemain bass tekenal di Port
Moresby. Raymond memfasilitasi Black Brothers untuk memulai
rekamannya. Popularitas Black Brothers akhirnya mengantar dan
memberikan kesempatan bagi pendirian studio rekaman Chin Hoi
Meen, dengan memperkenalkan dan menggunakan foto Agus
Rumwaropen yang berambut kribo (kala itu) sebagai logo CHM,
studio CHM kemudian berkembang menjadi industri musik
terkenal di Papua New Guinea. Selama di PNG, Pasifik, Black
Brothers berasil merekam 31 album dan 3 album kompilasi.
Beberapa show di PNG dilaksanakan dengan sukses. Frank
Mohi penggemar Black Brothers mengingat di tahun 1979, lagu
Black Brothers yang menjadi top hits adalah Diru Diru Nina,
46 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Amapondo dan Apuse. Beberapa pemuda-pemudi di PNG dan
Salomon mengisahkan cinta mereka hadir dalam jumpa pertama
disaat menyaksikan show Black Brothers, dan terus berlanjut ke
pelaminan.
Dalam suatu malam pertunjukkan musik di Hubert Murray
Stadium, Konedobu, Andy mengumumkan kepada masyarakat
dan pemerintah PNG, bahwa Group Black Brothers dan musiknya
hadir untuk mendukung perjuangan OPM dalam membebaskan
bangsa dan rakyat Papua Barat dari penjajahan Indonesia.
Pernyataan Andy memicu reaksi protes Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Waigani (Port Moresby). Pangu Party
pimpinan Sir Michael Thomas Somare, yang memimpin
pemerintahan koalisi pada 1979, didesak agar segera mendeportasi
Andy Ayamiseba dan kelompok Black Brothers ke Jakarta, untuk
diadili atas keterlibatan mereka dengan OPM.
Rex Rumakiek menyampaikan kepada penulis bahwa pihak
imigrasi PNG segera memenuhi permintaan Jakarta. Pada Sabtu
sore, 5 Januari 1980, Black Brothers dan keluarga berjumlah 22
orang—termasuk istri dan anak-anak, diantar petugas imigrasi
PNG menuju ke Jacksons Internasional Airport di Port Moresby
dengan tujuan diberangkatkan kembali ke Jakarta melalui Filipina,
semua tegang. Andy yang pada saat itu baru kembali dari Belanda
karena mengurus rencana suaka politik Black Brothers, tidak
diijinkan untuk menginjakan kaki di Port Moresby. Visa kerja
Andy telah dicabut oleh pemerintah PNG, sehingga Andy hanya
bisa menunggu rombongan Black Brothers di dalam pesawat.
Warga masyarakat Port Moresby berusaha menghentikan
keberangkatan pesawat, tapi tidak berhasil.
47 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Perjalanan dari Port Moresby ke Manila dan langsung ke
Belanda merupakan perjalanan darurat, dalam waktu sangat
sempit. Namun perjalanan ini berhasil karena kerja cepat dan
kecerdikan dari Andy. Gerak cepatnya memenuhi kualifikasi
seorang komandan peleton dan kompi, ini satu kelebihan dari
Andy. Bersama Barth Philemon (sponsor), Andy mengatur agar
meskipun visa kerja dibatalkan, namun Black Brothers dapat
mengatur ulang perjalanannya, “Jadi bukan langsung dideportasi,”
tulis Rex Rumakiek.
Rombongan Black Brothers tiba di Manila pada malam hari,
sebelumnya Andy telah berkomunikasi dengan Fred Korwa,
Markus Wonggor Kasiepo dan Dirk Kerewai di Belanda untuk
menyiapkan tiket dan menunggu kontak dari Andy. Celakanya, di
Manila pada hari Minggu merupakan hari libur, sehingga semua
kantor tutup. Pagi hari habis sembahyang, Bapa Dirk, Andy
dan adik bungsu Max Ayamiseba pergi ke Kedutaan Belanda,
sementara rombongan yang lain tetap tinggal di bandara,
menunggu sambil berdoa dan berpuasa. Sampai di Kedutaan
Belanda, kebetulan sekali Duta Besar datang ke kantornya
dengan maksud mengambil barang yang tertinggal. Setelah
bertemu dengan Andy, Duta Besar langsung membubuhi cap visa
pada pasport rombongan untuk dapat memasuki Belanda. Tanpa
visa rombongan tidak bisa berangkat. “Terpenuhilah nubuatan
I.S.Kijne, bahwa barang siapa kerja dengan jujur diatas Tanah ini
dia akan melihat dari satu tanda keheranan ke tanda keheranan
yang lain”, tulis Rex Rumakiek dalam catatannya kepada penulis.
Tahun 1980, Black Brothers tiba dan bermukim di Belanda
sebagai pencari suaka politik. Mereka bermukim di Belanda
48 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
selama empat tahun dengan tingkat kehidupan yang lumayan
baik, tapi Andy selalu ingat tugas kedua dari Markas Victoria
yaitu mensukseskan Proyek Padaido, dan membangun basis
internasional menggantikan basis di Senegal.
Pada akhir tahun 1983, setelah kembali ke Belanda dari tour di
Caledonia dan Vanuatu, Andy mengadakan rapat khusus dengan
anggota-anggota Black Brothers, Andy mengemukakan rencana
untuk pindah ke Vanuatu dan membangun basis perjuangan yang
kokoh bagi OPM di Kawasan Pasifik— untuk pertama kali dalam
rapat Black Brothers Andy membuka rahasia tugas dari Brigjen
Rumkorem, mengenai Proyek “P.”
Andy minta anggota BB untuk pikir baik-baik apakah mau ikut
ke Vanuatu atau tetap tinggal di Belanda. Yochie memutuskan
untuk tinggal, Hengky mau ke Vanuatu namun hanya pada tur
Black Brothers. Yochie dan Hengky melihat bahwa kalau ke
Vanuatu lalu menetap, tidak ada jaminan hidup serta jaminan
politik bagi mereka. Sedangkan personil BB yang lainnya
menyatakan bersedia ikut bersama Andy dan menetap di Vanuatu.
Di Belanda, BB merekam 1984 Yia Blong Buluk (1984: Tahun
Untuk Sapi) dalam album ini terdapat lagu Anita dan Joshephine.
Album ini digunakan untuk mepromosikan peternakan sapi
di Vanuatu. Saat ini, sapi Vanuatu menjadi salah satu komoditi
export khusus ke Jepang dan terkenal karena dagingnya yang
sangat enak.

49 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


III
Perpecahan dan Upaya Rekonsiliasi
Gerakan Perjuangan
Pada pertengahan dekade 1960-an, isu Penentuan Pendapat
Rakyat (PEPERA) di tahun 1969 merupakan masalah yang
hangat dibicarakan secara rahasia oleh setiap anak bangsa
Papua Barat. Pertemuan-pertemuan rahasia pun dilaksanakan
terutama di kalangan mahasiswa, pemuda dan para politisi jaman
pemerintah Belanda. Mereka membahas isi Perjanjian New York
(New York Agreement) terutama tentang mekanisme “One Man
One Vote”. Ketika itu, Ayah Andy, Dirk Ayamiseba, menjabat
sebagai Ketua DPRD Gotong Royong Papua. Walaupun ayahnya
berada dalam posisi yang harus mensukseskan upaya pemerintah
Indonesia guna memenangkan plebisit [PEPERA], Andy memilih
untuk berdiri di pihak rakyat Papua. Andy mendukung aksi protes
terhadap pemerintah Indonesia dan PBB, yang menuntut sistem
pemungutan suara disesuaikan dengan isi dari perjanjian New
York. Menurut Dirk Ayamiseba dan Wim Zonggonao, sidang
DPRD Papua memutuskan bahwa PEPERA harus dilakukan
sesuai dengan sistem internasional, sehingga penentuan nasib
sendiri pada tahun 1969 yang mengacu pada isi New York
Agreement harus menjunjung prinsip “one man one vote”
sebagaimana resolusi yang diusulkan oleh Herman Wayoi dalam
sidang DPRD. Akibat dari keputusan sidang tersebut, pemerintah
Indonesia lalu membekukan DPRD-GR dan menunjuk Dewan
PEPERA sebagai pelaksana PEPERA.
Menjelang tahun 1969, Andy Ayamiseba mulai menjalin

50 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


komunikasi rahasia dengan sejumlah tokoh-tokoh Organisasi
Papua Merdeka diantaranya; Moses Weror, Clemens Runawery,
Willem Zonggonau, Herman Wayoi, Penehas Torey, Stefen
Nafuni, August Kafiar, dan juga Arnold Ap, yang saat itu sedang
merencanakan aksi protes pada 11 April 1969.
Bulan April 1969, Andy Ayamiseba ditangkap karena
keterlibatannya sebagai koordinator logistik [transportasi] atas
aksi demontrasi 11 April 1969 yang menuntut PEPERA harus
dilakukan berdasarkan prinsip “Satu Orang Satu Suara” sesuai
Perjanjian New York. Andy dan 60 orang termasuk Marthen
Jelmau sebagai perancang dan ketua aksi demo, dan Rex
Rumakiek sebagai wakil dalam demo 11 April 1969, ditangkap
seusai demo. Karna pengaruh dan desakan Bapa Dirk Ayamiseba,
Ketua DPRD, Andy dibebaskan. Marten Jelmau, seorang siswa
didikan Balanda adalah Kepala Departemen Politik di Markas
Victoria yang bekerjasama dengan mahasiswa UNCEN dalam
merencanakan demo 11 April 1969. Jika tidak segera dikeluarkan
dari penjara, Andy juga bisa hilang seperti Marten Jelmau yang
hingga saat ini tidak diketahui keberadaanya.
Pendemo yang ditangkap dan ditahan, dipenjarakan oleh
Laksusda Kodam 17 Cenderawasih. Ketika Andy dipenjarakan,
Donald anak laki-lakinya yang sulung masih berusia tiga bulan.
Setelah keluar dari penjara Andy fokus membangun bisnis dan
tetap bermain musik.
Dalam susunan kabinet pemerintahan Rumkorem yang kedua
tahun 1979, Andy dipercayakan sebagai anggota kabinet yang
membidangi perekonomian nasional. Tugas khusus yang diberikan
oleh Rumkorem pada waktu itu adalah membawa keluar kedua
51 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
tokoh Pemimpin Papua, yakni Dirk Ajamiseba (mantan Ketua
DPRD-GR Propinsi Irian Barat), dan Eliezer Jan Bonay (mantan
Gubernur pertama Propinsi Irian Barat) dari wilayah Indonesia.
Upaya ini kemudian dikenal dengan nama ‘Padaido Project’—
rute “evakuasi” kedua tokoh tersebut adalah melalui Pulau Manus
menuju Vanuatu dan seterusnya ke Belanda. Sayang program ini
bocor ke Indonesia, sehingga progam ini gagal dilakukan.
Selain Padaido Project, Mambruk I merupakan kode proyek
yang lebih besar, setelah program pelatihan pertama kepada
pejuang gerilya secara penuh waktu selesai dijalankan dengan
sukses. Proyek Mambruk I memperoleh dana sebesar $ 1 juta dari
Republik Guinea, Afrika. Dana keseluruhan yang ditawarkan
Guinea sebesar $ 10 juta kepada RPG. Karena logistik senilai $ 10
juta terlalu besar untuk ditangani di wilayah [Papua] yang belum
memiliki zona aman, maka hanya $ 1 juta yang akan digunakan
untuk proyek yang diberi nama “Mambruk I.”
Carlos, seorang pejabat Guinea yang berkunjung ke PNG
mendapat penjelasan tentang perkembangan perjuangan
dan puas dengan skema yang dijalankan RPG. Setelah Tn.
Carlos meninggalkan wilayah Melanesia, perencanaan dan
persiapan Mamburk I dimulai. Tim survei dan patroli dikirim
untuk mengumpulkan data dari zona yang ditargetkan guna
menyelesaikan rencana akhir—Rex Rumakiek tergabung dalam
tim survei ini. Saat program ini dijalankan, semua kontak pribadi
dilakukan di luar wilayah OPM, surat menyurat, kunjungan para
pendukung dan anggota luar negeri diawasi dengan cermat dan
ketat. Sebagian besar anggota tidak tahu tentang detail proyek.
Namun, pemeriksaan dan aktivitas keamanan yang ketat telah
52 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
menciptakan harapan bahwa sesuatu yang besar akan terjadi.
Hanya para komandan tinggi dan anggota Eksekutif yang tahu dari
mana bantuan itu akan datang, tetapi tidak ada perincian tentang
kapan dan bagaimana pemberiannya. Menurut Rumkorem, untuk
alasan keamanan, perincian akan tersedia hanya setelah 95 persen
dari keseluruhan rencana tercapai, tulis Rex Rumakiek dalam
“The Colonial Legacy And West Papuan Nationalism”

Awal Perpecahan OPM


Sayangnya, pada bulan Februari 1976 informasi tentang negara-
negara Afrika yang menjanjikan bantuan materi kepada RPG
muncul di halaman media lokal Papua Nugini. Dari pemeriksaan
menyeluruh terhadap petinggi dan anggota eksekutif OPM,
terungkap bahwa ada petinggi OPM telah berbicara ke media
tentang adanya bantuan dari negara-negara Afrika. Bocornya
informasi ini merusak program Mambruk I dan hubungan dengan
negara-negara Afrika, sehingga negosiasi ulang menjadi sulit.
Akibat kebocoran informasi tersebut, Indonesia meningkatkan
lobi yang kuat sehingga menyebabkan pemerintah Senegal
menghentikan anggaran tahunan sebesar $ 60.000 untuk
menjalankan Biro Informasi OPM di Dakar, Senegal. Ini
merupakan awal kemunduran yang menghancurkan OPM di
Afrika.
Rapat Eksekutif OPM tanggal 17 Juli 1977 yang mengambil
alih semua aktifitas Pemerintah Rumkorem, memutuskan antara
lain, (1). Membuka basis baru menggantikan Senegal karena
ada indikasi kuat bahwa Perwakilan West Papua akan ditutup,
akibat kudeta Prai tahun 1976 yang menyebabkan kabinet dan
53 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
senat tidak bisa bekerja. Ada usulan bahwa Vanuatu bisa dijajaki
untuk menggantikan Senegal. Rex Rumakiek mempunyai kontak
komunikasi yang baik dengan pemimpin mahasiswa di Vanuatu.
(2). Dua pemimpin yang tahu betul kecurangan Indonesia tentang
New York Agreement dan PEPERA—saksi hidup yaitu Gubernur
E. J. Bonay dan Ketua DPRD D. S. Ayamiseba harus diselamatkan
keluar negeri. Guna memperlancar rencana tersebut, Andy
Ayamiseba bersedia memprakarsai tur Black Brothers, dengan
menyertakan kedua tokoh tersebut sebagai penasehat. Rencana
tersebut segera terlaksana setelah datang kesempatan, ketika Air
Niugini melakukan launching dan mengundang Black Brothers.
Satu-satunya kontak negara yang tersisa adalah Vanuatu di
dalam wilayah Melanesia, di mana OPM telah menempatkan Rex
Rumakiek sebagai perwakilannya. Dalam perayaan kemerdekaan
Vanuatu pada 30 Juli 1980, Rumkorem dan Kepala Kantor
Perwakilan OPM, Ben Tanggahma diundang resmi sebagai
salah satu tamu VIP dalam perayaan itu. Dalam surat Presiden
Rumkorem selain mengucapkan selamat hari kemerdekaan,
beliau juga menghimbau agar Black Brothers menetap di Vanuatu
demi memperkuat kampanye politik Papua merdeka.
Rumkorem tidak dapat memenuhi undangan pemerintah
Vanuatu, ia mendelegasikan Rumakiek untuk hadir atas nama
Rumkorem, bersama dengan tiga pejabat OPM lainnya termasuk
Direktur Luar Negeri dari Senegal. Setelah perayaan kemerdekaan
Vanuatu, Rumakiek diundang oleh Vanua’aku Party yang berkuasa
untuk membuka organisasi payung di Port Vila, agar membantu
perjuangan pembebasan Papua di wilayah Pasifik.
Hilangnya dukungan dana dari negara-negara di Afrika,
54 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
menyebabkan saling curiga dalam tubuh OPM dan berujung
pada konflik Rumkorem dengan Prai. Rumkorem akhirnya
harus meninggalkan Papua, bulan September 1982 dengan
menggunakan sebuah perahu motor, Rumkorem dan rombongan
termasuk Fred Atabu S.H. dan Kapten Louis Nussy berencana
menuju Vanuatu. Namun dalam perjalanan mereka ditangkap
oleh petugas keamanan di Rabaul dan dituduh memasuki
wilayah perairan PNG secara ilegal. Rumkorem dan rombongan
memenangkan perkara di pengadilan dengan mengklaim bahwa
mereka memasuki perairan teritorial PNG hanya untuk mencari
bantuan bahan bakar, setelah itu mereka akan melanjutkan
perjalanan mereka ke Vanuatu. Rumkorem bersama rombongan
kemudian diberikan suaka politik oleh pemerintah Yunani dan
diterbangkan ke Athena, Yunani.

Pergantian Pemimpin OPM


Kepemimpinan sementara OPM di Papua diserahkan oleh
Rumkorem kepada Kepala Staf, Kolonel Phillemon Jarisetow
pada Juli 1982, namun pada bulan November 1988 Phillemon
meninggal dunia. Kepemimpinan kemudian dilimpahkan kepada
komandan tertinggi Kolonel Richard Uria Joweni yang menjabat
sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan di bawah struktur
RPG.
Konflik antara Prai dan Rumkorem sangat berpengaruh
pada implementasi program tahap kedua. Komunikasi antara
pemimpin nasional dan luar negeri, antara markas besar dan
daerah rusak. Sebagai konsekuensinya, program tahap tiga tidak
pernah dilaksanakan. Program fase kedua juga dilaksanakan
55 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
hanya sebagian, di wilayah satu di Utara Papua yang membentang
dari sungai Mamberamo ke perbatasan dengan Papua Nugini.
Sedangkan wilayah dataran tinggi tengah dan wilayah Selatan
dijalankan tanpa perintah atau dukungan dan arahan dari pemimpin
pusat, ini menyebabkan banyak korban yang seharusnya tidak
perlu terjadi. Kampanye fase dua telah mendorong ribuan
pengungsi Papua ke Papua Nugini.
Perpecahan di Papua tak lepas dari pecahnya kepemimpinan
gerakan perjuangan Papua di Belanda. Nederlands Dagblad 02
Mei 1983 memberitakan perpecahan telah diumumkan dalam
konfrensi pers yang dilakukan M.W. Kaisiepo di Den Haag.
Menurut Kaisiepo, Nicolaas Jouwe telah keluar dari organisasi
payung gerakan pembebasan Papua di Belanda. Jouwe tidak
menerima dan mengakui pemerintahan revolusioner Seth
Rumkorem sebagai satu-satunya organisasi perlawanan.
Namun menurut Djopari dalam tesis Pemberontakan
Organisasi Papua Merdeka, konflik dalam perjuangan Papua
bermula antara Kaisiepo dan Jouwe mengenai cara mencapai
tujuan OPM. Kaisiepo memilih garis keras (perlawanan
bersenjata), sedangkan Jouwe memilih jalan diplomasi politik.
Selain itu terjadi pula perebutan posisi dan ingin menjadi orang
pertama dalam OPM. Konflik dari Belanda ini berimbas hingga
ke Papua, yang akhirnya membuat kekacauan dalam gerakan
perjuangan pembebasan Papua Barat.

Upaya Rekonsiliasi OPM di Luar Negeri


Perpecahan yang terjadi dalam OPM membuat negara-
negara Melanesia berupaya membantu proses rekonsiliasi dalam
56 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
tubuh perjuangan pembebasan Papua Barat. PNG di bawah
pemerintahan Somare, mengundang Jacob H. Prai dan Otto
Ondawame perwakilan dari faksi Pembela Keadilan (PEMKA),
serta Seth Rumkorem dan Daan Kafiar perwakilan dari Markas
Victoria (Marvic), untuk duduk membahas rekonsiliasi gerakan
perjuangan di Port Moresby pada 14 -17 April 1978. Undangan
PNG tidak ditanggapi oleh kedua faksi OPM, sehingga perpecahan
terus berlanjut. Sementara itu pejabat pemerintah Papua Nugini
tetap menyerukan agar persatuan dan rekonsiliasi nasional OPM
harus dilakukan.
Rex Rumakiek mengatakan, Walter Lini dan Barak Sope
(Sekjen VP) yang mengundang Black Brothers ke Vanuatu untuk
memperkuat kampanye VP dalam Pemilihan Umum pertama, VP
menang dengan jumlah suara besar, dalam Kongres VP di Pulau
Pama pada 16 September 1984, VP mengakui OPM. Berdasarkan
pengakuan itu, dengan didukung resolusi-resolusi yang kuat,
Menlu yang baru Sela Molisa langsung mengangkat masalah
Papua Barat di PBB. Selain itu, pemerintah Vanuatu di bawah
kepemimpinan Fr. Walter Lini dan Barak Sope, memutuskan
untuk memberikan bantuan apapun yang diperlukan OPM demi
memajukan perjuangan pembebasan Papua. Selanjutnya kedua
pemimpin penting dari OPM, Seth Rumkorem dan Jacob Prai
diundang ke Vanuatu pada tahun 1985, dengan tujuan konsultasi
dan rekonsiliasi.
Kedua pimpinan faksi OPM diberitahu oleh pejabat Vanuatu
bahwa mereka [Vanuatu] akan mensponsori Papua Barat di
forum internasional, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Namun masalahnya berada di OPM sendiri. Tidak begitu jelas
57 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
apakah OPM benar-benar merupakan satu kekuatan dengan
dukungan penuh dari semua kelompok faksi atau dengan kata
lain, apakah OPM memiliki kontrol organisasi atas orang-orang
yang mengklaim mewakili gerakan perjuangan pembebasan
Papua Barat.
Upaya rekonsiliasi bagi OPM terus dilakukan Walter Lini
di Vanuatu, tujuannya agar meyakinkan pemerintah Vanuatu
dan komunitas dunia tentang keseriusan Papua untuk bersatu.
Para pemimpin OPM dari dua faksi utama ―Prai dari PEMKA
dan Rumkorem dari Victoria, ditekan untuk menandatangani
empat poin Deklarasi Port Vila tanggal 11 Juli 1985, di bawah
pengawasan pemerintah Lini. Penandatanganan deklarasi ini
dihadiri juga oleh Rex Rumakiek dan Andy Ayamiseba sebagai
saksi.
Deklarasi Port Vila (1985) menekankan penyatuan nasional,
kerja sama dan spesifikasi tanggungjawab. Meskipun setuju pada
isi deklarasi, namun para pemimpin OPM tidak menerimanya
dengan sepenuh hati. Kedua pimpinan faksi OPM masing-
masing diberi tanggung jawab khusus: Prai harus bertanggung
jawab atas kampanye politik dan Rumkorem untuk kampanye
militer. Nederlands Dagblad (05 Oktober 1985) memberitakan
berdamainya dua pemimpin faksi perjuangan Papua, Jacob Prai
dan Seth Rumkorem bulan Juli tahun 1985, sekaligus mengakhiri
konflik yang berlangsung sembilan tahun. Pada waktu yang sama,
kedua pemimpin diundang untuk menghadiri kongres tahunan
partai Vanua’aku Party, yang diadakan di Port Vila.
Seusai pertemuan tersebut, kedua pemimpin Papua
mengeluarkan pernyataan diataranya, pertikaian mereka
58 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
menyebabkan terjadinya ribuan korban, kesengsaraan pada rakyat
Papua. Juga berimbas pada ‘gerakan pembebasan’ yang mengalami
masa sulit, sehingga Indonesia mampu meraih keuntungan
strategis dan ekonomis. Lebih lanjut, Prai dan Rumkorem
menyatakan bahwa mereka menyadari jika perselisihan mereka
masih terus belangsung, akan merusak perjuangan. Persatuan
nasional harus dipromosikan dan mengerahkan semua kekuatan
potensial dalam masyarakat Melanesia di Papua Barat.
“Kami menyadari, bahwa karena saling tidak percaya dan
permusuhan, kesengsaraan dan kesedihan yang tidak perlu
sudah diderita. Itulah sebabnya kami membawa rasa hormat
kami kepada orang-orang Papua dan menunjukkan penyesalan
kami atas kesalahan langkah kami. Saatnya telah tiba untuk
mengesampingkan kepentingan pribadi dan bergabung untuk
kemerdekaan nasional.” Nederlands Dagblad (05 Oktober
1985). Prai dan Rumkorem mendukung pendirian gerakan
kemerdekaan, di mana semua organisasi lain disatukan. Jacob
Prai akan bertanggungjawab atas sisi politik gerakan, sedangkan
Seth Rumkorem bertanggungjawab atas sisi militer.
Barak Sope (Duta Besar Keliling dan Sekretaris Jenderal
Vanua’aku Party) menyampaikan pesan yang sama, kepada
orang Papua Barat di Belanda dalam pertemuan publik di
Nieuwegein pada 1 September 1985. Rumkorem dan Prai juga
membahas pertemuan itu, karena merupakan tindak lanjut dari
pernyataan persatuan mereka di Vanuatu. Upaya melakukan
kongres nasional untuk mengatur kembali OPM dan menyusun
program Pembebasan Nasional yang berulang kali tertunda,
sampai akhirnya partai Vanua’aku Party pecah pada tahun 1988
59 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
dan kehilangan kekuasaan dalam pemilihan nasional. Perwakilan
OPM terpaksa meninggalkan Port Vila sehingga prospek
dukungan diplomatik dari Vanuatu akhirnya menurun.
John Ondawame menulis dalam tesis “One People, One
Soul”, semangat deklarasi Port Villa tetap hidup, dan beberapa
upaya penyatuan nasional terus berlanjut di luar negeri dan di
markas-markas Tentara Pembebasan Nasional (TPN) OPM. Pada
tahun 1986, para pemimpin kedua faksi bertemu di Nijmegen
dan membentuk komite persiapan untuk merencanakan kongres
nasional. Peserta pertemuan mempercayakan Fred Korwa
(Ketua), Max Ireeuw (Sekretaris), Fred Atabu (Bendahara), serta
J. H. Prai dan Seth Rumkorem sebagai penasehat. Tiga tahun
kemudian (1989), suatu pertemuan digelar di Utrecht, dihadiri
oleh berbagai kelompok, termasuk Front Volk; tetapi sekali lagi
hanya ada sedikit kemajuan.
“Berbagai inisiatif rekonsiliasi yang telah dilakukan,
memperlihatkan keprihatinan serius tentang persatuan nasional
dan rekonsiliasi di antara faksi-faksi yang bertikai. Berbeda
dengan situasi di Afrika dan di tempat lain, konflik internal
dalam gerakan Papua Barat lebih personal dan regional daripada
ideologis. Sebuah solusi dimungkinkan, dengan komitmen
pribadi dan pilihan pendekatan yang tepat. Deklarasi Port Vila
telah memberikan landasan penting,” tulis John Ondawame
dalam disertasinya.
Upaya rekonsiliasi nasional lainnya, dilakukan di kamp
pengungsian di Flen, Swedia pada 11 Mei1979, pertemuan ini
dihadiri oleh Benard Tanggahma dan Tan Tse Tai yang datang
dari Belanda, mereka berdiskusi tentang bagaimana mewujudkan
60 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
kembali persatuan nasional. Tujuh bulan kemudian, 24 Desember
1979, sebuah pertemuan diadakan di kediaman Bernard
Tanggahma di Den Haag. Dalam pertemuan ini perwakilan
dari kedua pemerintah (RPG dan De Facto) bertemu untuk
membahas perbedaan mereka, dan mencari solusi rekonsiliasi.
Otto Ondawame adalah satu-satunya perwakilan dari kelompok
National De Facto yang menghadiri pertemuan tersebut,
sedangkan Bernard Tanggahma, Tan Tse Tai, Indey Amos, Max
Ireeuw dan Darius Maury mewakili RPG. Salah satu dari tiga
proposal yang dibahas dalam diskusi ini adalah bahwa kerja
sama antara Prai dan Rumkorem harus segera dipulihkan demi
kelanjutan perjuangan pembebasan untuk negara dan rakyat
Papua Barat. Pertemuan ini menghasilkan sebuah steitmen
bersama antara PEMKA dan RPG (The Joint Statement Between
PEMKA and RPG Groups, 24 Desember 1979).
RPG menafsirkan pernyataan bersama tersebut sebagai
panggilan “kembali” untuk kelompok National De Facto ke
Victoria. Penafsiran ini dikritik tajam oleh perwakilan National
De Facto, yang berpendapat bahwa persatuan dan kerja sama
nasional yang asli dapat terjadi, hanya jika ada komitmen yang
kuat di kedua belah pihak untuk bekerja menuju implementasi
yang konsisten. Pandangan ini kemudian disahkan oleh
Ignasius Mujijauw, mantan penasihat militer Rumkorem, yang
mengatakan: “Pemahaman bersama, kejujuran dan persatuan
nasional adalah faktor utama yang dibutuhkan untuk mengakhiri
penjajahan Indonesia”.
Tiga tahun kemudian upaya rekonsiliasi kembali dilakukan dan
dinamakan Kongres Nasional dilakukan di Oegstgeest, Belanda
61 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
pada 29 April 1982. Komunitas Papua di Belanda, Swedia dan
beberapa perwakilan dari Papua Nugini turut berpartisipasi,
namun tanpa kehadiran Prai dan Ondawame. Dalam pertemuan
ini dibentuk presidium atau komite yang bertanggungjawab untuk
menyiapkan draft kebijakan dan program yang akan di bahas
dalam kongres berikutnya.
Sayangnya pertemuan di Oegstgeest gagal membahas masalah
pokok mengenai strategi, kebijakan dan program politik. Karena
bersifat spontan, para peserta merasa bahwa aturan dalam
kongres tidak demokratis, selain itu para peserta saling curiga
yang menyebabkan pertemuan berakhir tanpa hasil.
Namun ada satu rekomendasi yang positif, berupa usulan
pembubaran NLC, Melanesia Federasi dan juga sistem
pemerintahan RPG-Nasional, De Facto di Indonesia, setelah
dibubarkan maka akan dibangun sebuah struktur organisasi yang
baru. Namun, rekomendasi itu tidak ditanggapi dengan serius
oleh kedua belah pihak dan tetap melanjutkan pola lama dengan
program masing-masing.
Inisiatif baru kemudian datang dari Pemerintah Nasional
De Facto di luar negeri. Pertemuan tingkat menteri diadakan di
Malmo, Swedia pada 10 Mei 1982, pertemuan ini menyerukan
antara lain, persatuan nasional dan kerja sama antara PEMKA
dan Victoria, menekankan pengertian, keadilan dan kejujuran
sebagai faktor-faktor penting yang diperlukan untuk membangun
persatuan nasional yang sejati, tapi tak ada kemajuan yang berarti.

Upaya Rekonsiliasi OPM di Dalam Negeri


Para pemimpin gerilya dalam negeri [Papua] turut mengeluarkan
62 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
pernyataan tentang persatuan nasional, surat-surat tersebut antara
lain dikirim oleh Fisor Yarisetouw dari PEMKA dan Marthin
Prawar dari MARVIC pada 8 November 1984. Bernard Mawen,
Komandan Regional KODAM V, Rusa, ditujukan kepada Gerard
Tom Ninanti di Belanda 18 April 1991, Sekretaris Jenderal
Persatuan Nasional OPM, Nicolaus Ipo Hau, menyerukan
persatuan nasional pada Juli 1991 yang termuat dalam Statement
No. 001: XV-O/P-Sek-Jen/TPN/POL/WPNG/4/7-91.
Sebuah memorandum kesepahaman dan kerja sama
ditandatangani antara Mathias Wenda dari PEMKA dan Marthin
Prawar dari Victoria pada 1 Agustus 1991, memorandum tersebut
ditujukan untuk mengembangkan rencana persatuan nasional
yang dinyatakan dalam dokument No. 001/PWK-MV/PWK-
PMK/TPN/91. Para pemimpin gerilya menyerukan persatuan
nasional dan rekonsiliasi di antara para pemimpin OPM di luar
negeri. Tanpa persatuan nasional, OPM tidak akan mencapai
tujuannya.
Komando wilayah Selatan mencapai kesepakatan untuk
mengakhiri satu tahun konflik internal yang ditandai dengan
penandatanganan pernyataan kerja sama antara Bernard Mawen
dan John Koknak, pada 25 Februari 1995 yang disaksikan oleh
perwakilan organisasi dari dalam dan luar negeri.
Sebuah Organisasi Siswa Papua turut menyerukan penghapusan
sukuisme, egoisme dan semua perbedaaan, dan membentuk front
persatuan nasional. Seruan tersebut dikeluarkan tanggal 9 Februari
1996. Sebuah pernyataan dibuat lagi oleh Kletus Kwalik tanggal
16 Juni 1996, Kletus Kwalik menyerukan persatuan nasional
dan rekonsiliasi. Semua inisiatif seruan itu menunjukkan bahwa
63 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
persatuan nasional dan kerja sama adalah masalah fundamental
dalam perjuangan pembebasan Papua, namun sulit dipahami dan
dilaksanakan oleh para pejuang Papua.

Dampak Kegagalan Rekonsiliasi


Segala upaya intervensi eksternal dan internal dalam proses
rekonsiliasi nasional, menunjukkan bahwa semua faksi-faksi
dalam OPM telah gagal mencapai persatuan. Kegagalan itu
menyebabkan pemerintah negara-negara Melanesia terus
mendorong terwujudnya persatuan gerakan pembebasan
perjuangan Papua.
Konflik internal yang terjadi dalam perjuangan pembebasan
Papua [OPM] menyebabkan hilangnya dukungan internasional,
antara lain batalnya kerjasama dengan Uni Soviet, Cuba dan
sejumlah negara Afrika yang telah menyatakan dukungan dan
menawarkan kerja sama bagi pembebasan Papua; termasuk
bantuan yang akan diberikan oleh Presiden Libya, Muammar
Khadafi dan pemimpin PLO, Yasser Arafat.
Nicolaas Jouwe dalam Nederlands Dagblad 08 Mei 1987,
menyatakan dugaannya— merujuk pada kunjungan Rex
Rumakiek, Daan Kafiar dan Andy Ayamiseba ke Tripoli tahun
1985, bahwa OPM menerima dukungan dana dari pemimpin
Libya, Khadafi dan hendak melakukan pelatihan militer bagi
TPN. Dukungan dana dan bantuan militer ini diberikan melalui
Rex Rumakiek dan Andy Ayamiseba sebagai perwakilan resmi
OPM. Mereka diduga difasilitasi oleh Perdana Menteri Walter
Lini, dari Partai Vanua’aku yang berkuasa, sebagai pendukung
utama gerakan perjuangan Papua. Termasuk pemerintah Fiji
64 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
yang saat itu merupakan salah satu negara di kawasan Pasifik,
yang secara terbuka mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat
Papua Barat. Dutch Australian Weekly Senin 1 Juni 1987, juga
memberitakan ketakutan Australia dan Zelandia Baru terhadap
kehadiran Libya, menyebabkan Australia dan Selandia Baru
melakukan pertemuan khusus, dan membahas keterlibatan Libya
di wilayah Pasifik, Menteri Luar Negeri Australia, Bill Hayden
dan Perdana Menteri Selandia Baru, David Lange, mengadakan
pertemuan puncak tentang kegiatan Libya di Pasifik.
Rex Rumakiek mengutarakan pandangannya bahwa kekeliruan
besar kedua pemimpin [Jouwe dan Kaisiepo] dan Bangsa Papua
pada umumnya adalah, mereka percaya bahwa Amerika, Belanda
dan PBB sebagai badan-badan yang memegang kuasa keadilan
yang akan melepaskan Bangsa Papua dari Indonesia di tahun
1969. Tetapi yang terjadi sebaliknya, negara-negara Kristen ini
malah mendukung Indonesia. “Ini merupakan tindakan politik
dan diplomasi tingkat tinggi yang banyak orang tidak mengerti,
bahkan tidak mau terima. Orang Papua berharap Indonesia
harus masuk neraka [dibinasakan oleh Tuhan].”

65 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


IV
Andy Ayamiseba di Kancah politik Vanuatu
Setelah “sukses” di Belanda, pada tahun 1983 Andy Ayamiseba
mendapat tugas dari pimpinan OPM untuk masuk ke Pasifik.
Bersama grup band Black Brothers, mereka membangun basis
kampanye di Papua New Guinea, namun pemerintah PNG yang
baru saja meraih kemerdekaan pada 1975 lebih fokus untuk
membangun dan menata urusan dalam negeri. Andy kemudian
ditugaskan oleh pimpinan OPM agar menjalankan misi kampanye
di Port Vila, Vanuatu, menggantikan Rex Rumakiek yang
ditugaskan menjalankan misi serupa di Fiji.
OPM pada tahun 1970 menempatkan Rex Rumakiek sebagai
perwakilannya dan telah membangun hubungan dekat dengan
para pemimpin New Hebrides—salah satu partai nasional, yang
kemudian pada tahun 1979 berganti nama menjadi Vanua’aku
Pati (Party) di Vanuatu. Surat penetapan Rex Rumakiek sebagai
perwakilan tetap OPM di Vanuatu dikeluarkan oleh Komite
Nasional OPM No. 007/P.KN/83. Pos Vanuatu kemudian
dilanjutkan oleh Andy Ayamiseba.
Black Brothers mengadakan tur yang pertama ke Vanuatu pada
tahun 1983, Black Brothers membangkitkan kembali rencana
semula antara OPM dan Vanua’aku Pati, agar Black Brothers harus
menetap di Vanuatu guna memperkuat dukungan politik terhadap
West Papua. Waktu itu ada indikasi bahwa hanya Vanua’aku Pati
saja yang mendukung perjuangan West Papua.
Andy meyakinkan Walter Lini dan Vanua’aku Pati tentang
dukungan Black Brothers terhadap kampanye politiknya,

66 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


sehingga memuluskan jalan baginya untuk maju dalam pemilihan
umum di Vanuatu.
Black Brothers kemudian meninggalkan Belanda dan pergi ke
Pasifik demi kepentingan kampanye perjuangan bangsa Papua.
Black Brothers ke Vanuatu atas undangan resmi Father Walter
Lini dan Vanua’aku Pati tahun 1983 [partai yang berkuasa saat
itu] untuk membantu menggalang dana kampanye politik, guna
memenangkan pemilu pertama di negara Vanuatu. Menurut
catatan Andy, semua dana yang dikumpulkan sebesar US$
250,000 diberikan kepada Partai Vanua’aku—hasil dari bantuan
yang dilakukan Andy dan Black Brothers, saat ini kita semua bisa
lihat dari dukungan Vanuatu yang konsisten terhadap gerakan
perjuangan pembebasan Papua. Vanua’aku Pati Secara khusus
berjanji akan mendukung perjuangan kemerdekaan Papua Barat.
Setelah Vanua’aku Pati kembali memenangkan pemilu, Andy
bersama Black Brothers hijrah ke Vanuatu pada awal tahun 1984,
dan memulai kampanye OPM disana.

Black Brothers Ke Vanuatu


Ketika Black Brothers tiba di bandara Bauerfield Port Vila,
para pejabat Vanuatu menerima kedatangan mereka, sebagai
“bintang”. Black Brothers hadir di Vanuatu untuk membantu
kampanye Walter Lini dari partai Vanua’aku Pati yang maju
dalam pemilihan ulang pertamanya. Sebelumnya pada tahun
1970-an Rex Rumakiek telah membangun hubungan dengan
para tokoh kemerdekaan Vanuatu, termasuk Hilda Lini (saudara
perempuan Walter Lini), Kalkot Mataskelekele (kemudian bekerja
di Mahkamah Agung Vanuatu), Silas Hakwa dll. Para tokoh
67 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
kemerdekaan Vanuatu, sebagian adalah mahasiswa di University
of Papua New Guinea (Universitas Papua New Guinea) yang
kembali ke Vanuatu dan terlibat dalam gerakan kemerdekaan
Vanuatu. Peran mahasiswa Vanuatu di kemudian hari menjadi
sangat penting dalam mendukung perjuangan Pembebasan Papua
Barat.
Hilda Lini dan pemimpin Vanuatu lain yang study di UPNG
bersama Rex Rumakiek, sempat menyaksikan show Black
Brothers selama di PNG dan bertemu Black Brothers. Mereka
setuju jika Black Brothers tampil pada hari kemerdekaan Vanuatu
tahun 1980. Rencana ini belum bisa terwujud karena setelah
mendapat suaka politik di Belanda, Black Brothers belum bisa
memperoleh pasport sesuai dengan aturan keimigrasian Belanda.
Black Brothers kemudian megutus Fred Korwa sebagai wakil
mereka menghadiri perayaan hari Kemerdekaan pada 30 Juli
1980. Selain Fred Korwa, Rex Rumakiek diutus untuk mewakili
Rumkorem didampingi Kepala Kantor Perwakilan OPM, Ben
Tanggahma. Delegasi Papua memberikan hadiah cinderamata
yang dikirim pasukan TPN dari Markas Victoria, burung
Cenderawasih dan ukir-ukiranan tangan berupa cincin yang
terbuat dari buah sagu dan kulit Ketan Kanari.
Jaringan yang lebih luas telah dibangun oleh Rex Rumakiek
saat kuliah part time di Port Moresby. Rex Rumakiek terlibat
dalam organisasi kawasan NFIP (Nuclear Free and Independent
Pacific) yang didukung oleh 150 organisasi diantaranya: Samai
dari Jepang, Rapa Nui (Easter Island), Selandia Baru, Canada,
Piliphina, Tahiti, Australia dan USA. Rex Rumakiek adalah
Sekretaris NFIP cabang Melanesia, yang melakukan konferensi
68 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
setiap tiga tahun. Sebagai sekretaris, Rex Rumakiek mewakili
Melanesia dalam pertemuan organisasi kawasan NFIP (Nucleer
Free and Independent Pacific) yang berbasis di Vanuatu, selain
itu Rex dapat mengunjungi semua negara di kawasan Melanesia.
Vanua’aku Pati dengan bantuan Black Brothers, menyewa
kantor besar yang penggunaannya dibagi dua. Satu ruangan
diperuntukan bagi Sekretariat Vanua’aku Pati dan ruang lainnya
diperuntukan bagi Nucleer Free dan Independent/Decolonised
Pacific, tempat dimana Rex Rumakiek dan Hilda Lini bekerja.
Pada tahun 1999 konferensi NFIP yang ke 8 diselenggarakan
di Filipina, OPM diakui sebagai Gerakan Rakyat Papua Barat
melawan Kolonialisme Indonesia. Dalam konfrensi ini delegasi
OPM terdiri dari Fred Korwa dan Dolly Zonggonao sebagai wakil
resmi dari Rex Rumakiek yang mengikuti Pelatihan dan Kursus
Resolusi Konflik.
Rex Rumakiek juga bekerja di CSO/NGO yang mengadakan
kursus tiga bulan buat pegawai-pegawai pemerintah dan NGO
serta gereja-gereja di bidang Community Development dan Local
Government. Melalui kegiatan seperti ini, jaringan kerja Papua
mulai terbentuk di tingkat regional Pasifik.
Pengaruh lainnya yang dibuat Rex Rumakiek dilakukan ketika
ia bertugas sebagai Project Coordinator dalam memfasilitasi
pengalaman lapangan bagi mahasiswa. Selain mahasiswa dari
PNG, turut berpartisipasi mahasiswa Solomon, Vanuatu, Kanaky,
Fiji dan Aborigin Australia termasuk dosen-dosen dari CUSO
(Canadian University Service Overseas), UPNG dan ANU. Para
peserta akan menindaklanjuti kegiatan yang mereka ikuti dengan
membuat seminar di negaranya masing-masing. Dari kursus dan
69 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
pelatihan di Port Moresby, mahasiswa kembali ke negaranya
dan memembangun institusi yang sama, misalnya Solomon
Islands Development Trust di Salomon dan National Komuniti
Divelopment Trust di Vanuatu.
Selama di Vanuatu, Black Brothers merilis album Border
Crossers, Live in Salomon dalam album Border Crossers terdapat
lagu yang berjudul “Liklik Hope Tasol” yang dinyanyikan dalam
bahasa Bislama, lagu yang sangat populer saat itu, disamping
“Blue Eyes From Santo Town”. Black Brothers mendapat
tempat di hati masyarakat Vanuatu. Show Black Brothers selalu
dihadiri ribuan orang. Tahun 1986, Black Brothers mengadakan
show di Honiara, Solomon Islands, untuk membantu rakyat yang
mengalami bencana akibat angin badai Cyclone Namu (Santo
Cyclone) dan show di tahun 1987 untuk membantu masyarakat
Vanuatu yang dilanda bencana Cyclone Uma.
Jaringan di Salomon dijajaki bulan Juni 1996, saat itu sebuah
delegasi OPM di bawah pimpinan Brigjen. Seth Rumkorem
mengujungi Solomon Islands atas sponsor Andy Ayamiseba.
Delegasi tiba hari Kamis karena rencana akan bertemu PM
Solomon Mamaloni pada hari Jumat dan pulang hari Senin pekan
berikutnya. Namun pada hari Jumat dan Sabtu agenda PM sangat
padat. Pegawai protokol PM melaporkan bahwa semua jadwal
acara padat, tidak ada waktu untuk bertemu delegsi OPM. Namun
kemudian PM Mamaloni memberikan jawaban, “Untuk OPM,
saya punya kantor bisa di buka pada hari minggu.” Jadi delegasi
bertemu di hari Minggu. Rumkorem dengan Mamaloni berpelukan
erat, pertemuan yang sangat emosional. Mamaloni mengatakan,
“Brother, your struggle is my struggle, if our generation does not
70 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
resolve this issue, forever future generations will condemn us.”
Di Vanuatu Andy juga membangun bisnis studio rekaman
VANWESPA, karena memiliki hubungan yang akrab dengan
Barak Sope. Andy membangun sebuah studio baru tahun 2009
di Vanuatu, studio ini diberi nama iStudio dengan peralatan
yang terbaru. Selain itu Andy juga mengembangkan bisnisnya
di angkutan udara MAS (Melanesian Air Service) di mana Andy
Ayamiseba menjabat sebagai direktur utamanya. Dana dari hasil
bisnisnya digunakan bagi perjuangan Pembebasan Papua Barat.
Andy memiliki prinsip hidup bahwa sesusah apapun, ia tidak
akan mengemis bantuan keuangan dari orang lain. Rex Rumakiek
mengisahkan pengalamannya selama di Vanuatu, ia melihat Andy
lebih banyak memberikan bantuan dana dan tidak pernah minta
bantuan dari orang-orang Vanuatu. Ini pendirian politik Andy di
Vanuatu yang semua orang Vanuatu tahu. “Hampir semua politisi
“makan” di Andy pun tangan dan mendapat dana bantuan untuk
kampanye.”
Ketika Walter Lini terpilih menjadi Perdana Menteri Vanuatu
di tahun 1988, Black Brothers dipaksa keluar dari Vanuatu, karena
terlibat dalam kampanye politik mendukung Barak Sope, sebagai
rival politik Walter Lini. Masyarakat Vanuatu melakukan protes
dan mengancam akan melakukan mosi tidak percaya terhadap
pemerintahan Lini, serta mendesak pemerintah agar memanggil
kembali Black Brothers ke Vanuatu. Mewakili Black Brothers
dan Orang Papua, Andy akhirnya kembali bermukim di Vanuatu
demi memenuhi permintaan rakyat Vanuatu.
Tugas berikutnya yang diberikan Rumkorem sebagai
Presiden Pemerintahan Revolusi Sementara (PRS), kepada
71 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Andy Ayamiseba adalah mempersiapkan satu kantor Perwakilan
OPM yang akan dibuka di Vanuatu, sebagai ganti dari kantor
Perwakilan OPM yang ditutup di Dakar, Senegal 1985. Andy lalu
membawa kelompok Black Brothers dari Belanda ke Vanuatu dan
ikut berkampanye untuk memenangkan Vanua’aku Pati dalam
tiga kali pemilihan umum (1980, 1983, dan 1986), yang ketika
itu dipimpin oleh Fr. Walter Lini dan Barak Sope. Perjuangan
pembebasan Papua Barat akhirnya disponsori oleh Vanua’aku
Pati untuk menjadi Permanent Foreign Policy of Vanuatu
Government.
PM Natapei melalui mediasi DPM Vohor mengadakan upacara
adat rekonsilasi dengan Andy dan Black Brothers di tahun 2002 dan
disaksikan oleh para pemimpin adat Vanuatu, serta permohonan
maaf atas kesalahan mendeportasi Black Brothers yang dilakukan
oleh Pemerintah Vanuatu di tahun 1988. Pihak Black Brothers
diwakili oleh Agustinus Rumwaropen, Wellem Ayamiseba, dan
Andy Ayamiseba. Upacara ini ditandai dengan upacara adat
“bunuh babi”. Dalam ritual adat Vanuatu, ketika darah babi telah
membasahi tanah, maka semua sengketa dinyatakan berakhir.

Papua Bersatu di Vanuatu


Tahun 2003, Andy Ayamiseba berhasil melobi Pemeritah
Koalisi VP dan UMP yang baru, untuk membuka kantor OPM,
yang diberi nama Kantor Perwakilan Bangsa Papua Barat (West
Papuan People’s Representative Office/WPPRO). PM Serge
Vohor meyurati Andy sebagai wakil OPM, melihat keadaan politik
yang telah berubah, Andy, Rex memutuskan untuk membuka
kantor yang diberi nama Kantor Perwkilan Rakyat Papua Barat
72 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
(WPPRO)—kantor ini selanjutnya digunakan sebagai Sekretariat
WPNCL pada tahun 2008. John Ottow Ondawame yang menetap
di Malmo, Swedia, kemudian diundang untuk bekerjasama
mewujudkan isi dari Port Vila Declaration dengan menempati
kantor WPPRO di Port Vila.
Rex Rumakiek menyerahkan tugas “pos Vanuatu” untuk
dilanjutkan oleh Andy Ayamiseba, sebab Rex berpindah basis
kampanye dan lobi dari Vanuatu ke Fiji dengan tujuan memotori
kampanye Papua Merdeka dan pembebasan lautan Pasifik dari
uji coba nuklir (Pacific Free Nuclear Zone) yang dilakukan
oleh Perancis. Black Brothers melakukan kampanye anti nuklir
bersama grup band The Herbs Selandia Baru. BB menciptakan
sebuah lagu dengan judul “Pacific Must Be Free” (30 Greatest
Hit Songs Reggae) dan The Herbs dengan lagu “Nuclear Waste”,
guna mendukung kampanye bebas nuklir di samudra Pasifik,
lagu BB kemudian mendapat penghargaan khusus, ini salah
satu perjuangan panjang yang diupayakan oleh Andy Ayamiseba
bersama Black Brothers.
Bersatunya Rex Rumakiek, Andy Ayamiseba petinggi dari
OPM faksi Marvic dan John Ondawame selaku Menteri dalam
Kabinet (1978, 1980, 1983, 1992) dari faksi PEMKA, merupakan
kemajuan besar perjuangan Papua di Pasifik. Mereka bertiga
secara bersama berupaya menyatukan jaringan perjuangan di
Papua yang terpecah-pecah dalam faksi-faksi dengan membangun
sebuah organisasi payung agar perjuangan pembebasan Papua
memperoleh pengakuan internasional.
Andy Ayamiseba dan Dr. Otto Ondawame mengerjakan
kembali “Awareness Campaign” yang dasarnya telah diletakan
73 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
oleh Rex Rumakiek dan Black Brothers. Tujuannya adalah untuk
membangun “Populair Support” dari rakyat biasa, agar dukungan
pemerintahan koalisi di Vanuatu bagi perjuangan kemerdekaan
Papua Barat tidak terpecah. Kampanye dilakukan tiga diplomat
Papua, Rex Rumakiek, Otto Ondawame, dan Andy Ayamiseba
dengan pertemuan dan lobi ke pemimpin adat di kepulauan Santo,
Tanna, Efate di Vanuatu. Kampanye penyadaran ini kemudian
ditutup dengan upacara pengibaran bendera Bintang Fajar pada 1
Desember 2003, dan disaksikan oleh pemimpin adat dari seluruh
pelosok Vanuatu di stadion utama Port Vila.
Andy dan Black Brothers bermukim di Vanuatu dan
berkampanye untuk Organisasi Papua Merdeka selama empat
tahun, karena eforia persaudaraan dan solidaritas maka semua
urusan dipengaruhi politik. Tidak ada pemikiran untuk membuat
sebuah kontrak kerja yang resmi bagi Black Brothers agar
pekerjaan yang dilakukan Black Brothers mendapat perlindungan
hukum. Sewaktu Vanua’aku Pati pecah tahun 1988, masalah
hukum muncul, dan diangkat oleh Lini selaku politisi dari
pemerintah yang berkuasa, melawan Barak Sope dari pihak
oposisi. Perubahan politik mengakibatkan Andy dan Black
Brothers bersama anggota keluarga mereka pada bulan Juni
1988, ditangkap dan dipenjarakan selama enam bulan lebih tanpa
dakwaan di pengadilan. Dalam keterangan pers yang dikeluarkan
pada 18 Juni 1988, Lini menuduh Black Brothers melanggar
undang-undang keimigrasian negara dengan terlibat dalam
kerusuhan pada 16 Mei 1988. Andy Ayamiseba membantah
terlibat dalam kerusuhan 16 Mei, pada saat kejadian anggota
terjebak dalam kerusuhan, saat itu personil BB berada di sebuah
74 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
supermarket hendak membeli soft drink. Saat salah satu anggota
BB berada di dalam, Polisi Militer Vanuatu datang menembakkan
gas air mata dan menangkap personil BB yang menunggu di luar,
Canberra Times, 19 Oktober 1988.
Personil Black Brothers yang ditangkap adalah Andy
Ayamiseba (sang pemimpin), Wellem dan Chris Ayamiseba,
August Rumwaropen dan Stevie Mambor. Sebuah surat perintah
dikeluarkan pemerintah untuk mendeportasi 18 orang Papua dari
Vanuatu. Semua personil dan anggota keluarga Black Brothers
di deportasi, mereka adalah; Tuan Dirk Ayamiseba (bapa dari
Ayamiseba); Mariana (istri Andy), dan dua putri mereka, Dora (14
thn), Virei (3 thn)—Donal dan Errol saat itu sekolah di Australia,
dan di jemput dan diberitahu bahwa bapa mereka di tahan di
Vanuatu; Antho Rumwaropen (istri August), putri mereka, Lea
(7 thn), Ros (6 thn), dan Petra (3 thn); Benny Bettay dan istrinya
Betty (saudara perempuan Andy Ayamiseba), dan anak-anak
mereka Dickie (7 thn), dan Jill (3 thn); dan istri Wellem, Emily,
yang baru saja melahirkan putra pertama mereka, Jack. Setelah
lima personil BB di tahan, anak-anak mereka dikeluarkan dari
sekolah, BB terkatung-katung, tidak mudah untuk mendapat
suaka di Australia yang tetap ingin menjaga hubungan baik dengan
Indonesia, permintaan suaka ke Belanda, Swedia, Kanada, dan
AS ditolak.
Ini masa paling sulit yang dihadapi Black Brothers, Pacific
Island Montly, september 1988 memberitakan, Virei Ayamiseba
yang berusia tiga tahun dan tiga teman bermainnya yang masih
sekolah berbaring di lantai menggambar di atas secarik kertas.
Mereka dilarang sekolah. Kakek Virei, Dick, berusia 70-an,
75 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
duduk dengan sedih di meja kosong dan menatap ke luar jendela.
Mariana, merasa tidak enak badan dan tidak ingin berbicara
dengan wartawan asing. Stres mulai menggerogoti. Jadi kakak
perempuan Virei, Isadora dan bibinya Emily, istri perkusi Wellem
Ayemiseba menceritakan kisah kesulitan mereka sejak lima dari
tujuh pria dalam rumah tangga, ditangkap oleh polisi Vanuatu dua
bulan lalu dan di penjara di Port Vila yang penuh sesak. Bahkan
album BB masuk daftar blacklist, termasuk album terbaru mereka
Border Crossers, yang didedikasikan untuk para pengungsi Papua
Barat yang menyelinap melintasi perbatasan ke Papua Nugini.
“Kami tidak punya apa-apa: kami tidak punya makanan, tidak
punya uang, semua harta benda kami telah dijual,” kata Mariana
Ayamiseba menutup ceritanya pada Pacific Island Montly.

Black Brothers Keluar Dari Vanuatu


BB kemudian dideportasi dari Vanuatu dengan tujuan kembali
ke Belanda namun pemerintah Australia bersedia untuk menerima
mereka dan bermukim di Canberra bulan November 1988, ini
terjadi setelah tawar menawar dalam pemerintah Australia, dan
akhirnya memberikan visa tinggal selama enam bulan. Meskipun
baru mendapat visa, Andy Ayamiseba bergerak cepat, ia ke
Melbourne mengurus pementasan Black Brothers yang pertama
di Australia. Black Brothers memainkan musik “Afro Pop Rock
“ dengan sedikit sentuhan “bumbu” cita rasa Australia, tetapi
sebagian besar aransmen aslinya akan dipertahankan. Pertunjukan
pertama BB Australia dalam konser yang bertajuk “A Rock for
Land Rights” di Crowded House, Sydney pada 8 Juli 1989. Black
Brothers tampil sepanggung dengan Jimmy Barnes dan Paul
76 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Kelly bersama grupnya, Coloured Girls.
Andy Ayamiseba percaya BB dapat memainkan peran dalam
membantu menjembatani kesenjangan antara Australia dan
negara-negara Pasifik Selatan yang lebih kecil yang menurutnya
terlalu luas “Apa yang kami coba lakukan adalah membuat orang
Australia mengerti tentang Pasifik,” katanya pada The Canberra
Times, 24 Juli 1989.
Selama Andy dan grup Band Black Brothers beserta keluarga
tinggal di Australia, tugas-tugas perjuangan yang dibebankan
Brigjen. Rumkorem kepadanya belum terpenuhi semuanya.
Andy mengambil keputusan untuk meninggalkan keluarganya di
Canberra, Australia, di akhir tahun 1988. Ia kemudian memulai
suatu usaha dagang di bidang perjudian (gambling: Casino) di
Honiara, Solomon Islands. Hingga tahun 1995, Andy masih
bermukim di Honiara, Solomon Islands, sebelum memutuskan
untuk memasuki kembali Vanuatu di tahun 1996, meneruskan
pekerjaan yang telah dimulainya di sana untuk membangun
basis perjuangan Organisasi Papua Merdeka. Di Salomon, Black
Brothers mengeluarkan satu album “Live in Salomon”, salah satu
lagu Salomon “Walkabout Long Chinatown” diaransmen ulang
ke dalam genre musik reggae dan menjadi hits di Salomon. Andy
dan Mamaloni (mantan PM Salomon) tahun 1999 memproduser
sebuah album Various (Siva Pasifica Part 1) yang terkenal di
Pasifik, dan beberapa album lainnya yang juga terdapat lagu
Papua didalamnya.
Andy berteman dengan Salomon Sanaone Mamaloni (Perdana
Mentri Salomon, 1981 - 1984; 1989 – 1993 dan 1994 - 1997),
saat di Salomon, Andy turut membatu dana kampenye Mamaloni
77 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
1989 dan 1994.
Ketika Julius Chan mengkudeta Perdana Mentri Paias Wangti
Agustus 1994, ia kemudian mengeluarkan kebijakan untuk
menghabisi para pejuang Bougainville, dan terjadi sebuah insiden
penembakan terhadap warga Solomon di perbatasan perairan
antara Bougainville dan Salomon. Kebijakan Julius Chan dan
insiden penembakan tersebut membuatnya sulit untuk mengikuti
pertemuan negara-negara Melanesia, termasuk untuk bertemu
PM Salomon, Mamaloni.
Andy kemudian memediasi pertemuan antara Mamaloni
dan Julius, pertemuan mereka diadakan di bandara Honiara,
dalam pertemuan itu hadir Andy Ayamiseba dan Mamaloni dari
Salomon, Julius Chan dan Franz Joku sebagai penasehat PM dari
PNG. Pertemuan ini membuka jalan bagi resolusi baru yang dibuat
PNG untuk Bogainville, yang pada tingkat lanjut resolusi terebut
berkembangn menjadi kebijakan referendum di Bogainville.

Andy Kembali Ke Vanuatu


Tahun 1996 ketika Andy kembali ke Vanuatu, situasi
politik sudah sangat berbeda dan prosesnya sulit, karena harus
berhadapan dengan pemerintahan koalisi yang diawasi oleh
Australia dan New Zealand. Tak patah semangat, Andy dengan
segala kemampuan dan kekuatan keuangan yang diperoleh dari
bisnis perdagangannya, ia membiayai beberapa partai politik di
Vanuatu untuk mengikuti pemilihan umum. Barak Sope adalah
seorang politikus kuat yang mendapat banyak bantuan dari
Andy Ayamiseba. Selain Barak Sope, Eduard Natapei ―pernah
menjabat Perdana Menteri Vanuatu― merupakan politisi Vanuatu
78 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
yang berhasil mengajukan Wantok Bill, lalu diterima oleh seluruh
anggota Parlemen dan Pemeritah Vanuatu pada Juni 2010. Usaha
Andy untuk mendapat Wantok Bill dari pemerintah Vanuatu
dilakukannya setelah pertemuan WPNCL akhir tahun 2008 di
Port Vila, Vanuatu.
Wantok Bill adalah keputusan Parlemen Vanuatu terhadap
Perjuangan Papua Merdeka sebagai Kebijakan Luar Negeri
Pemerintah Vanuatu. Sekalipun pemimpin pemerintah berganti,
isu Kemerdekaan Papua akan tetap menjadi agenda Pemerintah
dan Rakyat Vanuatu. Wantok Bill merupakan undang-undang
yang diadopsi dari petisi rakyat yang diajukkan anggota parlemen
independen, Ralph Regenvanu.
Ketika diwawancara Komunitas Papua online 2010, Andy
mengatakan bahwa misi pertama bersama Black Brothers di
Vanuatu adalah untuk menjalankan tugas dari OPM atas Surat
Perintah Brigadir Jendral Seth J Rumkorem dari Markas Victoria
(1979), kemudian mencari dukungan dari Pemerintah Republik
Vanuatu. Setelah itu, Black Brothers ditugaskan untuk membantu
diplomat OPM pertama di Vanuatu, Rex Joseph Rumakiek
dengan tugas, Pertama: Mengadakan awareness campaign
keliling Vanuatu dan Melanesia tentang masalah West Papua.
Kedua: menggalang dana untuk membantu partai yang berkuasa
di Vanuatu yaitu Vanua’aku Party, sekaligus membantu logistik
pertama kepada Rex Rumakiek.
Dalam era inilah, Vanua’aku Pati (VP) mengundang kedua
tokoh utama OPM yang bersengketa, yaitu Brigjen Seth J
Rumkorem dari RPG (Victoria), dan Tn. Jacob Prai dari (PEMKA)
untuk berunding dan berdamai melalui penandatanganan Port Vila
79 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Declaration (1985) yang disaksikan oleh Sekjen VP Tn. Barak
Sope, di kediamannya di pulau Ifira. Di era 1980-an, selain OPM,
FLNKS (KANAKY – New Caledonia) dan FRETILIN (Timor
Leste) juga membangun basis perjuangan mereka di Vanuatu.
Andy Ayamiseba juga memiliki komunikasi khusus dengan
Ramos Horta. Menurut Horta, Black Brotherslah yang pertama
kali menguhubungkan gerakan kemerdekaan di Timor Leste
di dalam negeri dan luar negeri, dengan membawa surat yang
dititipkan oleh kader Fretilin, Jordao Araujo untuk diberikan
kepada Horta pada tahun 1979. Selama di Belanda, Andy
juga ikut berpartisipasi dalam beberapa pertemuan gerakan
perlawanan OPM, RMS (Republik Maluku Selatan) dan Fretilin
di Belanda. Dalam pertemuan 24 April 1981 yang dihadiri oleh
perwakilan Vanuatu, disepakatilah pembentukan Aliansi Tiga
Wilayah Melanesia Barat, kemitraan antara Maluku, Papua Barat
dan Timor Leste untuk berjuang bersama melawan “imperialisme
dan kolonialisme” Indonesia. Aliansi ini kemudian pecah, dan
masing-masing organisasi kembali berjalan sendiri.
Program selanjutnya dari WPPRO adalah membentuk suatu
kelompok penekan yang akhirnya melahirkan Vanuatu Free West
Papua Association (VFWPA). KeanggotaanVFWPA terdiri dari
lapisan masyarakat, mulai dari adat, gereja, kumpulan NGO,
dan masyarakat sipil lainnya. Asosiasi dibentuk dengan target
meningkatkan keterlibatan pemerintah dalam agenda-agenda
yang kongkrit tanpa melanggar konvensi-konvensi international
yang ditandatangani oleh Vanuatu. Andy melakukan lobi-lobi
intensif dengan politisi-politisi Vanuatu, menggunakan semua
kemampuan politik yang dimilikinya, sambil membentuk
80 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
suatu Parliamentary Lobby Group for West Papua dari pihak
Pemerintah dan Oposisi.
Dalam masa jabatan Perdana Menteri Walter Lini di tahun
2005, suatu seruan dukungan bagi Papua Barat diajukan oleh
Menteri Pertanian, Barak Sope yang didukung ketua oposisi
saat itu, Serge Vohor di Parlemen Vanuatu. Seruan ini ditentang
oleh Menlu Vanuatu, Sato Kilman dan ditarik kembali oleh
parlemen dengan alasan bahwa Sato Kilman selaku Menlu, akan
mensponsori seruan yang baru. Di tahun yang sama saat Dubes
RI, Imron Cotan melakukan kunjungan ke Pemerintah Vanuatu,
ia dihadang oleh VFWPA. Bendera Bintang Fajar dibentangkan
di depan mobil protokol Vanuatu yang ditumpanginya. VFWPA
menurunkan bendera RI dari tiang bendera di Le Meridien Hotel,
tempat penginapan delegasi RI.
Andy Ayamiseba dianggap sebagai otak dibalik penghadangan
dubes RI, sehingga bulan Februari 2006 Andy dideportasi ke
Australia. Namun imigrasi Australia memulangkan Andy dengan
pesawat yang sama ke Vanuatu, dan mengajukan masalah
deportasi ke pengadilan. Pengadilan Tinggi Vanuatu memutuskan
bahwa deportasi yang dilakukan terhadap Andy tidak berdasar.
Karena Andy diundang oleh Pemerintah Vanuatu untuk urusan
politik, dan memiliki status diplomat, maka tuduhan “campur
tangan dalam urusan politik Dalam Negri Vanuatu” tidak berlaku
bagi Andy. Hak berdiplomasi atau berpolitik “telah diberikan”
kepada Andy saat diundang masuk ke Vanuatu.
Agenda lobi melalui Vanuatu Parliamentary Lobby Group
for West Papua tetap dijalankan di bawah koordinasi MP. Ralph
Regenvanu. Karena Tuan Sope sudah tidak lagi menjadi anggota
81 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Parlemen. Andy mengadakan pertemuan khusus dengan Edward
Nipake Natapei, untuk mambawa isu Papua agar dibahas dalam
suatu sesi MSG Parliamentary meeting on West Papua di Vanuatu.
Negara yang tergabung dalam MSG bisa didesak oleh parlemen
masing-masing negara untuk membahas isu Papua dalam MSG.
Usulan Andy sangat didukung oleh PM Natapei dan ia berjanji
akan mengajukan suatu Joint Council of Ministers Paper bersama
Menlu Vanuatu agar bisa mendapat dukungan dari kabinet dalam
pertemuan tersebut.
MP Regenvanu selaku anggota eksekutif VFWPA bersama
anggota lainnya mengadakan rapat dengan agenda mengajukan
suatu petisi tentang Papua Barat ke Pemerintah. Pertemuan VFWPA
menghasilkan delapan poin kesepakatan, tanggal 5 Maret 2010
petisi tersebut diserahkan kepada Pemerintah. Menlu Vanuatu
yang menerima petisi tersebut, menyatakan bahwa “Foreign
Policy” dukungan Pemerintah Natapei tidak berubah. Pemerintah
Natapei mendukung sepenuhnya perjuangan kemerdekaan Papua,
serta menjanjikan keputusan resmi pemerintah dalam waktu yang
tidak terlalu lama.
Setelah menunggu tiga bulan, dan tengat waktu yang sangat
pendek menjelang MSG dan PIF meeting, maka Andy sebagai
Kepala Misi WPNCL di Vanuatu bersama Dr. Otto Ondawame
sebagai Wakil Ketua WPNCL, mengadakan pertemuan khusus
dengan anggota Parliamentary Lobby Group untuk mendesak
pemerintah Vanuatu agar segera mengeluarkan “Foreign Policy”.
Dalam pertemuan Lobby Group, “Foreign Policy” disusun dan
PM Natapei bersedia menerimanya seperti yang dijanjikannya.
Ketua oposisi Pemerintah Vanuatu juga turut mendukung
82 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
sehingga “Foreign Policy” bagi Papua diterima secara aklamasi.
Ini sebuah keberhasilan kerja yang pertama bagi rakyat Papua
dalam lobi internasional untuk mendapatkan sebuah “Negara
Sponsor” perjuangan Papua, pasca ditutupnya Kantor Perwakilan
OPM di Senegal.
Menurut Andy, peranan WPNCL di Vanuatu adalah
mempersiapkan data-data yang diperlukan oleh Pemerintah
Vanuatu untuk menjalankan isi “Foreign Policy”. WPNCL
memiliki hubungan kerja yang baik dengan pemerintah Vanuatu.
Terhadap faksi-faksi yang ada di luar WPNCL pada waktu itu
(2010), Andy jelaskan bahwa WPNCL berjuang bagi pembebasan
bangsa, sehingga WPNCL membuka diri bagi perjuangan [faksi]
lainnya agar membantu WPNCL. Andy selalu mengatakan bahwa
jika bersatu mungkin sulit, tetapi berkoalisi itu lebih praktis demi
mencapai tujuan.

83 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


VI
Peran Andy Dalam Membangun Persatuan Papua

Perang dunia II tahun 1939 sampai 1945 membawa dampak


yang besar bagi perubahan dunia, di Papua dampak perang dunia
II antara Amerika dan Jepang digambarkan Black Brothers dalam
sebuah lagu dengan judul “1000 Orang Binasa”; Tahun yang ke
empatpuluh | Jerman mulai angkat prang | mulanya dari Eropa,
sampai ke Nieuw Guinea | s’ribu orang binasa | tiap jam tak dirasa
| sio.. kasihan makhluk Tuhan | binasa jadi korban ||

Perang Dunia Dan Aturan Baru


Dahsyatnya perang dunia II menyebabkan negara-negara
berinisiatif mencegah terulangnya perang yang menyebabkan
jutaan korban umat manusia dengan membentuk Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 Oktober 1945. PBB didirikan
mengganti Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang didirikan setelah
Konferensi Perdamaian Paris 1919, LBB di deklarasikan pada
10 Januari 1920. Tujuan LBB didirikan dengan fungsi utamanya
melucuti senjata, mencegah perang melalui keamanan kolektif,
menyelesaikan pertentangan antara negara-negara melalui
negosiasi dan diplomasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup
global.
PBB hadir meneruskan semangat LBB untuk mencegah
terjadinya konflik serupa. Pada saat didirikan, PBB memiliki
hanya 51 negara anggota; saat ini terdapat 193 anggota. Selain
negara anggota, beberapa organisasi internasional, dan organisasi
antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen
84 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga
yang hanya berstatus sebagai pengamat. Palestina dan Vatikan
adalah negara bukan anggota (non-member states) dan termasuk
pengamat permanen (Vatikan mempunyai wakil permanen di
PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB).
Tujuan utama PBB adalah (1) menjaga perdamaian dan
keamanan dunia, (2) memajukan dan mendorong hubungan
persaudaraan antarbangsa melalui penghormatan hak asasi
manusia, (3) membina kerjasama internasional dalam
pembangunan bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan,
(4) menjadi pusat penyelarasan segala tindakan bersama
terhadap negara yang membahayakan perdamaian dunia, dan (5)
menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan,
bencana alam, dan konflik bersenjata.
Papua punya sejarah di PBB dalam sengketa dengan Indonesia
yang dimulai sejak Konferensi Meja Bundar 23 Agustus 1949 -
2 November 1949 di Den Haag, Belanda. Tahun 1962 Elsworth
Bunker (duta besar Amerika untuk India), mengajukan usulan
penyelesaian Papua kepada PBB, usulan ini dikenal dengan
Bunker’s Plan. Usulan itu disepakati pada tanggal 18 Juli 1962
dan dibahas oleh Belanda, Indonesia, dan Amerika Serikat
tanggal 15 Agustus 1962 (di markas besar PBB New York)
yang melahirkan perjanjian antara pemerintah Indonesia dan
pemerintah Belanda atau juga dikenal dengan sebutan New York
Agreement (Perjanjian New York). Penandatanganan New York
Agreement disaksikan oleh U Thant, Sekretaris Jenderal PBB
tanpa kehadiran pihak yang disengketakan yaitu perwakilan dari
Papua. Melalui United Nations Temporary Executive Authority
85 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
(UNTEA) yang mengambil alih Papua dari Belanda 1 Oktober
1962 dan menyerahkannya ke Indonesia 1 Mei 1963. Masa depan
Papua bersama Indonesia akan ditentukan melalui Penentuan
Pendapat Rakyat (PEPERA) di tahun 1969, di mana proses
pelaksanaannya tidak sesuai dengan isi Perjanjian New York.
Secara tidak langsung PBB masih mempunyai tanggungjawab
moral terhadap Papua, selama proses pengalihan administrasi
politik dari Belanda ke Indonesia hingga pelaksanaan jajak
pendapat.
Selain di PBB, secara hukum internasional gerakan perjuangan
pembebasan Papua [National Liberation Movements] dianggap
tidak memenuhi syarat Belligerent dan juga tidak memenuhi
syarat yang diatur dalam Protokol Tambahan 1977 mengenai
CAR Confiict (Conflict Against Racist Regime). Dalam Resolusi
Majelis Umum No. 3102 (XXVIII) tahun 1973, PBB dan
masyarakat internasional hanya mengakui 11 National Liberation
Movements.
Untuk memperoleh kembali pengakuan dunia internasional,
maka gerakan perjuangan pembebasan Papua perlu bekerja keras
memenuhi syarat sebagai Belligerent serta syarat lainnya yang
diatur dalam Protokol Tambahan 1977 mengenai CAR Conflict.
Dalam ketentuan Pasal 1 Protokol II 1977 disebutkan:
Pasal 1 ayat (1). “Protokol ini, yang mengatur dan melengkapi
Pasal 3 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tanpa memodifikasi
syarat-syarat penerapannya, harus diterapkan pada semua konflik
bersenjata yang tidak diatur dalam Pasal 1 Protokol Tambahan I
tahun 1977 dan pada semua konflik bersenjata yang terjadi di dalam
wilayah suatu negara peserta Protokol, antara angkatan bersenjata
86 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
negara tersebut dan pasukan pembelot atau kelompok-kelompok
bersenjata yang terorganisir lainnya, yang memiliki pemimpin
yang bertanggungjawab terhadap anak buahnya, melaksanakan
pengawasannya terhadap sebagian wilayah teritorial negara dan
dapat melaksanakan operasi militer yang berlanjut dan serentak
serta dapat melaksanakan Protokol ini”.
a). Sengketa atau konflik bersenjata internasional1
Sengketa bersenjata yang bersifat internasional disebut juga
sebagai sengketa bersenjata antar negara. Sengketa bersenjata
antar negara terdiri dari beberapa situasi sebagaimana telah
ditetapkan di dalam Pasal 2 common article Konvensi-konvensi
Jenewa 1949 beserta Pasal 1 ayat (4) jo. Pasal 96 ayat (3) Protokol
Tambahan I tahun 1977.
b). Sengketa bersenjata yang bersifat non-internasional
Sedangkan sengketa bersenjata yang bersifat non-internasional
dikenal juga sebagai “perang pemberontakan” yang terjadi di
dalam suatu negara; juga dapat berbentuk perang saudara atau
civil war (misalnya terjadi perang pemberontakan di negara C
antara pasukan pemberontakan melawan pasukan reguler negara
C. Perhatikan bahwa perang pemberontakan selalu bertujuan
untuk memisahkan diri dari negara induk). Ketentuan mengenai
sengketa bersenjata non-internasional ini diatur hanya berdasarkan
satu pasal saja, yakni Pasal 3 common article Konvensi-konvensi
Jenewa 1949 serta Protokol Tambahan II tahun 1977.2

1 https://arlina100.wordpress.com/2008/12/21/tipe-tipe-konflik-yang-diatur-
dalam-hukum-humaniter/

2 https://arlina100.wordpress.com/2008/12/21/tipe-tipe-konflik-yang-diatur-
dalam-hukum-humaniter/

87 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Saat ini, gerakan perjuangan pembebasan Papua harus
berjuang keras untuk memperoleh legitimasi sebagai sebuah
gerakan pembebasan bangsa Papua sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 1 Protokol II 1977 dan juga untuk memperoleh status
Insurgent dan kemudian meningkat menjadi Belligerent.
Selain ke dua jenis konflik tersebut di atas, maka terdapat
jenis konflik lainnya yang tidak diatur dalam Hukum Humaniter.
Hal ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1 ayat (2) Protokol II
1977 yang berbunyi: “Protokol ini tidak berlaku pada situasi-
situasi kekerasan dan ketegangan dalam negeri, seperti huru-hara,
tindakan-tindakan kekerasan yang bersifat sporadis dan terisolir,
serta tindakan-tindakan yang bersifat serupa lainnya, yang bukan
merupakan sengketa bersenjata”. Pada ilustrasi di atas, tidak
terdapat tanda-tanda upaya pemisahan diri dari negara induk,
karena jenis konflik yang terjadi masih dalam koridor ketegangan
dan kekerasan dalam negeri dengan intensitas konflik yang relatif
masih rendah.3
Untuk mengeliminasi gerakan perjuangan Papua, pemerintah
Indonesia sejak tahun 2003 menyebut penyerangan terhadap
aparat militer dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata (KSB),4
kelompok kriminal bersenjata (KKB)5 dan bukan dilakukan
oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua. Tahun 1980 hingga
akhir tahun 1990, tentara pembebasan Papua dianggap sebagai
3 https://arlina100.wordpress.com/2008/12/21/tipe-tipe-konflik-yang-diatur-
dalam-hukum-humaniter/
4 https://books.google.co.id/books?id=G6OCBwAAQBAJ&printsec=frontco
ver&hl=id#v=onepage&q&f=false
5 https://www.batamnews.co.id/berita-27638-kelompok-kriminal-bersenjata-
papua-kini-sudah-dianggap-separatis.html

88 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


gerakan pengacau keamanan (GPK)6 dan gerakan pengacau liar
(GPL).7 “Tetapi perlu diketahui bahwa pemberian nama baru
ini tidak menyentuh, apalagi menyelesaikan substansi masalah
yakni adanya separatisme Papua. Apa pun nama yang diberikan
kepadanya, TPN tetap melakukan perlawanan terhadap Negara
Indonesia.” Neles Tebay, Satu Harapan 05 Desember 2017.8
a) Insurgent
Pada prinsipnya insurgent merupakan kualifikasi pemberontakan
dalam suatu negara namun secara de facto belum mencapai tingkat
keteraturan sebagai organisasi yang terpadu dalam melakukan
perlawanan. Dalam hal ini, kedudukan pemberontakan belum
dapat diakui sebagai entitas internasional yang menyandang hak
dan kewajiban menurut hukum internasional. Kualifikasinya
sebagai insurgent, pemberontak atau gerakan separatis secara
de jure internasional dilihat sebagai gerakan yang bertujuan
mencapai keberhasilan melalui penggunaan senjata. Diartikan
bahwa, kualifikasi insurgent belum dapat disebut sebagai perang
saudara (civil war) dalam hukum internasional. Apabila insurgent
semakin memperlihatkan perkembangan signifikan, meliputi
wilayah yang semakin luas dan menunjukkan ­kecenderungan
pengorganisasian semakin teratur serta telah menduduki
beberapa wilayah dalam satu negara secara efektif, maka hal ini
menunjukkan pemberontak telah berkuasa secara de facto atas
beberapa wilayah. Menurut hukum internasional tahapan tersebut

6 https://soedoetpandang.wordpress.com/2014/06/22/sandera-mapenduma-3/
7 http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mengatasi-kelompok-
separatis-papua
8 http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mengatasi-kelompok-
separatis-papua

89 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


mengindikasikan keadaan pemberontakan telah mencapai tahap
belligerent.9
Setiap insurgent tidak dapat disebut sebagai belligerent
karena untuk mendapatkan pengakuan belligerent sebagai subjek
hukum internasional harus memenuhi syarat-syarat, yaitu: i.
Pemberontakan telah terorganisasi dalam satu kekuasaan yang
benar-benar bertanggungjawab atas tindakan bawahannya dan
memiliki organisasi pemerintahannya sendiri; ii. Pemberontak
mempunyai kontrol efektif secara de facto dalam penguasaan
atas beberapa wilayah; dan iii. Pemberontak menaati hukum
dan kebiasaan perang (seperti melindungi penduduk sipil dan
membedakan diri dari penduduk sipil) serta memiliki seragam
dengan tanda-tanda khusus sebagai peralatan militer yang cukup.
Insurgent merupakan awal mula pembentukan belligerent, namun
setiap insurgent tidak dapat disebut sebagai belligerent apabila
belum memenuhi ketentuan-ketentuan pengakuan belligerent.
Di wilayah di mana terjadi tindakan pemberontakan, pemerintah
negara yang berdaulat masih memiliki semua hak dan kewajiban
sebagai penguasa yang sah. Sesuai dengan Resolusi Majelis
Umum PBB Nomor 2131 (XX) yang dikeluarkan tahun 1965,
dalam hubungannya maka setiap upaya negara asing atau negara
lain yang membantu kaum pemberontak, dianggap merupakan
tindakan intervensi, dan karenanya merupakan pelanggaran
hukum internasional.10

9 Muhammad Nugroho Sugiyatno, 2017, Skripsi; Organisasi Papua Merdeka


(OPM) Dalam Perspektif Subjek Hukum Internasional. Departemen Hukum
Internasional fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

10 Ibid. Hlm. 50

90 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


b) Belligerent
Tahap pemberontakan ini merupakan kaum pemberontak
yang sudah mencapai tingkatan yang lebih kuat dan mapan, baik
secara politik, organisasi dan militer sehingga nampak sebagai
satu kesatuan politik yang mandiri maka persoalannya berbeda
dengan pemberontak insurgent. Kemandirian tersebut tidak
hanya ke dalam tetapi juga ke luar, maksudnya dalam batas-
batas tertentu ia sudah mampu menampakkan diri pada tingkat/
level internasional atas keberadaannya sendiri. Menurut Adolf
dalam memberi persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu kaum
pemberontak dapat disebut sebagai kaum belligerent, yaitu:11
- Pemberontakan telah terorganisir dalam satu kekuasaan
pemimpin yang teratur serta bertanggungjawab atas
tindakan bawahannya;
- Pemberontak memiliki tanda pengenal atau uniform yang
jelas serta menunjukkan identitasnya;
- Pemberontak secara de facto telah menguasai secara efektif
atas beberapa wilayah; dan
- Para pemberontak mendapatkan dukungan dari rakyat
dalam wilayah yang didudukinya.
Selain pendapat Adolf, menurut Adji terdapat satu tambahan
lagi yang harus dipenuhi oleh belligerent yaitu keharusan mereka
menaati hukum dan kebiasaan perang seperti melindungi penduduk
sipil dan membedakan diri dari penduduk sipil. Kemudian
menurut Oppenheim-Lauterpacht, sejumlah persyaratan harus
dipenuhi sebelum suatu belligerent mendapatkan pengakuan.
11 Ibid. Hlm. 51

91 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Syarat-syarat tersebut adalah:12
Perang sipil yang telah terjadi, kemudian berkembang menjadi
perang terbuka;
Telah ada pendudukan atas wilayah-wilayah tertentu serta
penyelenggaraan dan pengaturan atas wilayah tersebut;
Pihak pemberontak tersebut berada di bawah pimpinan dan
menaati hukum-hukum perang; dan
Terdapat negara ketiga yang telah menyatakan sikapnya
terhadap perang sipil tersebut.
Sehingga bila suatu negara terjadi pemberontakan dan
pemberontakan tersebut telah memecah belah kesatuan nasional
dan efektifitas pemerintahan maka keadaan ini menempatkan
negara-negara ketiga dalam keadaan yang sulit terutama
dalam melindungi berbagai kepentingannya di negara tersebut.
Dalam keadaan ini lahirlah suatu sistem pengakuan belligerent.
Negara-negara ketiga dalam sikapnya membatasi diri hanya
sekedar mencatat bahwa para pemberontak tidak kalah dan telah
menguasai sebagian wilayah nasional dan mempunyai kekuasaan
secara fakta. Bentuk pengakuan ini telah dilakukan beberapa kali
di masa lampau oleh Amerika Serikat dan juga Inggris. Contoh
yang paling dikenal adalah pengakuan belligerent yang diberikan
kepada orang-orang Selatan di Amerika Serikat pada waktu
perang saudara oleh Perancis dan Inggris serta negara-negara
Eropa lainnya.13
Bila pemberontak tidak segera dipadamkan dan mereka
12 Ibid. Hlm. 52

13 https://masniam.wordpress.com/2011/04/18/pengakuan-terhadap-
pemberontak-belligerency/

92 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


menduduki dan mengusai wilayah yang cukup luas dan mempunyai
pemerintahan sendiri maka dalam literatur hukum internasional
pemberontak tersebut bisa diakui sebagai Belligerent. Seperti
tertuang pada Pasal 1 HR Konvensi Den Haag IV 1907, syarat-
syarat pemberontak sebagai berikut:14
Dipimpin oleh seorang komandan yang bertanggung jawab
atas anak buahnya
Mempunyai suatu lambang pembeda khusus yang dapat
dikenali dari jarak jauh;
Membawa senjata secara terbuka; dan
Melakukan operasinya sesuai dengan peraturan-peraturan dan
kebiasaan-kebiasaan perang.
Andy Ayamiseba, Rex Rumakiek dan diplomat senior Papua
lainnya yang melakukan diplomasi di Kawasan Pasifik dan
Internasional, sangat memahami hukum internasional tentang
status Papua. Dengan pemahaman pengetahuan yang diperoleh
selama bertahun-tahun, para diplomat ini berupaya sangat
keras agar terbentuknya sebuah organisasi payung [WPNCL
dan kemudian ULMWP] yang dapat menghimpun semua organ
perjuangan Papua agar tidak terpecah-pecah lagi sehingga dapat
diakui sebagai organisasi yang memenuhi syarat belligerent,
dan tidak ada lagi faksi-faksi dalam tubuh gerakan perjuangan
Papua. Dalam pertemuan internasional, persatuan selalu menjadi
pertanyaan negara-negara pendukung Papua. Misalnya, meskipun
79 negara Afrika, Karibia dan Pasifik mendukung Papua, namun
pertanyaan tentang persatuan organ perjuangan Papua masih

14 Pasal 1 Lampiran pada Konvensi Den Haag IV 1907

93 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


ditanyakan kepada Benny Wenda sebagai pemimpin Papua yang
menghadiri pertemuan ke-9 ACP di Nairobi, Kenya (9 Desember
2019).
Persatuan menjadi hal yang penting dalam sebuah perjuangan,
kepada Tabloid mingguan Jubi, 11 Agustus 1999, Dr George J.
Aditjondro katakan; “Ketika Xanana Gusmao dan Jose Ramos
Horta memimpin, yang demi kesatuan perjuangan bekerjasama
secara erat dengan partai pro-kemerdekaan yang konservatif dan
pro-kapitalis, UDT, sikap blok Barat berubah. Apalagi ketika
“citra” para pejuang kemerdekaan Timor Loro Sa’e bergeser
dari Fretilin ke Gereja Katolik, yang dipimpin Uskup Belo.
Selanjutnya, seiring meningkatnya represi Indonesia, blok Barat
di bawah pimpinan AS, yang tidak lagi punya saingan sebagai
“polisi dunia”, dukungannya bergeser ke CNRT, organisasi payung
perlawanan Timor Loro Sa’e pimpinan Xanana. Apalagi setelah
Xanana, dari dalam penjara Orde Baru, bersedia memberikan
semacam garansi tertulis pada maskapai minyak Australia, BHP,
bahwa negara Timor Loro Sa’e yang merdeka akan tetap menaati
prinsip-prinsip Perjanjian Celah Timor.”
Lanjutnya lagi, “Mengambil analogi dari kasus pergeseran
dukungan blok Barat dari Jakarta ke CNRT, saya rasa bahwa
dukungan blok Barat terhadap klaim Jakarta atas Papua Barat
juga bisa bergeser, seiring dengan perubahan dalam konfigurasi
politik dunia. Juga dapat bergeser, apabila (a) para pejuang
kemerdekaan Papua Barat dapat merapihkan barisannya (b) dapat
memberikan rasa aman kepada maskapai-maskapai mancanegara,
yang kini beroperasi di bumi dan laut Papua Barat, dan (c) dapat
menunjukkan pada dunia luar, bahwa “they are the good guys,
94 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
and the Indonesians are the bad guys”, dengan mengutamakan
perjuangan diplomatik. Suatu smiling policy, tanpa operasi-
operasi penyanderaan seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.
Kalau dikatakan bahwa dunia internasional mendukung klaim
Indonesia atas Papua dan Aceh, di mana gerakan-gerakan
kemerdekaan setempat —OPM dan GAM— dianggap sebagai
“persoalan dalam negeri Indonesia”, mengapa dunia internasional
mendukung bubarnya Uni Soviet dan Yugoslavia, justru pada
saat partai-partai komunis di kedua negara itu sudah tidak lagi
merupakan kekuatan monolit yang harus ditakuti? Apakah itu
sekedar untuk mencegah bangkitnya “hantu komunis” kembali,
ataukah karena gerakan-gerakan kemerdekaan di kawasan Baltik
dan Balkan pintar mencari dukungan di antara turunan mereka di
luar negeri?”

Perubahan Politik Di Indonesia


Pergolakan politik di Indonesia antara tahun 1997–2000 yang
menuntut reformasi di segala bidang, ikut memberikan ruang bagi
munculnya tuntutan kemerdekaan Papua. Melalui pelaksanaan
Kongres Rakyat Papua Kedua, terbentuklah organisasi payung
yang representatif menghimpun semua faksi-faksi perjuangan
orang Papua yang diberi nama Presidium Dewan Papua (PDP).
Ketua PDP, Dortheys Hiyo Eluay pada tahun 2000, memimpin
satu delegasi untuk melakukan pertemuan rekonsiliasi dengan Seth
Rumkorem sebagai Presiden Pemerintah Revolusioner Organisasi
Papua Merdeka. Pertemuan ini digagas oleh pemerintah Vanuatu,
atas usulan dan kerja keras Andy Ayamiseba sebagai pejabat
OPM. Pertemuan ini kemudian merekomendasikan didirikannya
95 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Kantor West Papua Peoples Representatives Office yang dikelola
oleh John Otto Ondawame, berkedudukan di Port Vila, Vanuatu.
Sebagai organ representatif perjuangan Papua, Tom Beanal
(Wakil Ketua PDP) memimpin satu delegasi dan melakukan
perjalanan ke New York, guna menghadiri pertemuan Sidang
Majelis Umum PBB di bulan September 2000. Franzalbert
Joku (Moderator PDP Urusan Internasional), disertakan dalam
delegasi Nauru, sedangkan Rex Rumakiek disertakan dalam
delegasi Vanuatu. Kemudian pada Oktober 2000, delegasi PDP
yang diwaliki oleh Tom Beanal dan Franzalbert Joku, turut
menghadiri Forum Kepulauan Pasifik di Kiribati, sedangkan
Otto Ondawame hadir mewakili OPM bersama delegasi Vanuatu.
Melihat adanya indikasi perpecahan dalam organisasi perjuangan
Papua, Vanuatu menolak untuk mengangkat isu Papua dalam
pertemuan itu dan menyarankan agar orang Papua pulang dan
melakukan rekonsiliasi.
Dalam tahun yang sama delegasi Papua Barat yang
beranggotakan Rex Rumakiek dan Andy Ayamiseba dari OPM,
Franzalbert Joku selaku Ketua Panel Pasifik/Anggota PDP
diikutsertakan dalam anggota delegasi Vanuatu menghadiri
UN Millennium Summit di Markas PBB di New York. Delegasi
Papua mengadakan pertemuan-pertemuan khusus dengan Komite
Dekolonisasi (C24), dan lobi dijalankan melalui mekanisme PBB.
PDP saat itu sebagai organisasi yang representatif dari Papua
ditulis Clinton Fernandes dalam Hot Spot: Asia and Oceania
(2008) dan Asvi Warman Adam, Dewi Fortuna Anwar dalam
Violent Internal Conflicts in Asia Pacific: Histories, Political
Economies and Policies (2005).
96 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Perpecahan yang terus menerus terjadi dalam perjuangan
pembebasan Papua, membuat banyak tokoh yang akhirnya putus
asa dan melihat bahwa perjuangan Papua telah menemui jalan
buntu. Beberapa diantaranya memilih kembali ke Indonesia,
dan berupaya mengajak semua diaspora Papua untuk kembali
membangun Papua bersama Indonesia, termasuk mengajak Andy
Ayamiseba untuk kembali ke Indonesia.

Tetap Setia Dalam Perjuangan


Andy mengatakan, kadang-kadang ia hampir putus asa,
tetapi ia selalu berpegang kepada visi perjuangan Papua, bukan
untuk perjuangan pribadi. Andy bersedia berjuang sampai
mati dipengasingan dan kemenangan TOTAL PERJUANGAN
BANGSA tidak bisa ditawar dengan kepentingan pribadi. Andy
juga tidak perduli saat ia dihina dan dipandang sebelah mata dalam
perjuangan Papua, karena ia sebagai anak peranakan. 17 Februari
2018 Andy menulis “Darah Cina yg mengalir dalam tubuhku
berasal darimu MAMAKU yg tercinta, dan kadang-kadang saya
dihina karena memiliki darahmu oleh orang-orang yang dangkal
cara pemikirannya. Hampir 48 tahun yg lalu kau meninggalkan
kami, tetapi cintamu kepada bangsa Papua yang memiliki 50%
darahmu tidak pudar. TETAP saya mempertahankannya mengikuti
para jejak pahlawan pendahulu turunan Cina seperti, Nyong
Putih, Go Tjeng San Marani (snipper dalam pasukan Ferdinand
Permenas Awom), Ong Khu Buan. Berstirahatlah Dengan Tenang
Di rumah Bapak Yang Kekal”. Kisah mereka keturunan Cina
dan “Cina Papua” yang mendukung Papua, setelah Indonesia
menduduki Papua, mereka hidup di bawah tekanan militer dan
97 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
dimiskinkan oleh pemerintah.
Barak Sope ditahun 2000 menang pemilihan umum, dan
terpilih selaku Perdana Menteri Vanuatu. PM. Sope, mengundang
Theys Eluay dan anggota-anggota PDP, bersama pemimpin OPM,
Brigjen Seth J. Rumkorem dan tiga anggota executivenya untuk
bertemu dengan Pemerintah Vanuatu—rekonsoliasi antara Theys
Eluay dan Seth J. Rumkorem, sekaligus menyampaikan aspirasi
bangsa Papua yang dicetuskan dalam Kongres Nasional Papua II,
juga menghadiri HUT Kemerdekaan Vanuatu yang ke duapuluh.
Pada saat resepsi negara, Brigjen Seth J. Rumkorem dianugerahi
Independence Medal oleh Yang Mulia President John Benneth
Bani.
Terbunuhnya Theys Eluay oleh Komando Pasukan Khusus
(Kopassus) Indonesia, membuat intensitas gerakan perjuangan
Papua “menurun”, tidak ada lagi organisasi yang representatif di
mata dunia internasional. Barak Sope menyesalkan pembunuhan
terhadap Theys, “Tahun 2000 saya menjadi Perdana Menteri,
saya mengundang Ketua Presidium Dewan Papua, Alm. Theys
Eluay untuk menghadiri HUT Kemerdekaan Vanuatu ke-20 di
Port Vila tahun 2001. Hanya dua minggu setelah ia kembali ke
Papua, ia diculik oleh Kopassus ketika pulang dari acara resmi
di malam hari. Ia tewas dibunuh dan sampai hari ini sopirnya
tidak diketahui nasibnya. Para pembunuh Theys ditangkap dan
dipenjara selama beberapa tahun kemudian dilepaskan.” kata
Sope kepada Jubi 17 Maret 2014.

Upaya Baru Membangun Organisasi Payung


Nieuwegein (2003) Usaha membangun organisasi gerakan
98 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
pasca PDP kembali dilakukan. Proses rekonsiliasi dilakukan
melalui rentetan pertemuan yang berlangsung sejak tahun 2002,
dimulai dari beberapa pertemuan terpisah (parallel meeting)
dengan para pimpinan Tentara Pembebasan Nasional –Organisasi
Papua Merdeka (TPN-OPM) dan organisasi sosial-politik di
Papua Barat.
Sebuah pertemuan juga diselenggarakan di Nieuwegein,
Belanda pada 18–20 Juni 2003. Pertemuan di Nieuwegein dinamai
The West Papua Think Tank Group Meeting yang dihadiri oleh
23 intelektual Papua Barat. Tiga hal penting yang dibahas saat
itu adalah; Hak Asasi Manusia dan Keadilan, Pembangunan
serta Politik. Peserta pertemuan memberikan tanggungjawab
kepada Rex Rumakiek, Adolf Saweri, dan Willem Zonggonau
untuk menyiapkan suatu strategi politik perjuangan Papua.
Sementara, YS dan Willem Rumsarwir bertanggungjawab
untuk melaksanakan konsolidasi dan sosialisasi tentang agenda
pertemuan pemimpin Papua Barat kepada kelompok-kelompok
perjuangan pembebasan yang berbasis di Papua Barat.
Menindaklanjuti pertemuan di Nieuwegein, YS dan Willem
Rumsarwir membentuk gugus tugas dengan nama West Papua
Peace Task Force (WPPTF) yang mengemban tangunggujawab
melakukan upaya konsolidasi bagi organisasi-organisasi politik
dan komando-komando TPN OPM yang tersebar di Tanah Papua.
Upaya konsolidasi kemudian dimaksimalkan dengan menggelar
pra-lokakarya pada 27 Oktober 2004 dan berhasil merumuskan
beberapa isu utama sebagai rancangan agenda pembahasan dalam
pertemuan para pemimpin Papua Barat ke depan.
Lae (2005). Melanjutkan rekomendasi hasil pra-lokakarya
99 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
pada 27 Oktober 2004, WPPTF lalu memfasilitasi suatu
Pertemuan Para Pemimpin Papua Barat II (The 2nd West Papua
Leaders Meeting) yang dilaksanakan pada 28 November – 1
Desember 2005, di Lae, PNG. Dari 28 organisasi perlawanan
rakyat Papua Barat yang direncanakan hadir, hanya 18 organisasi
yang berpartisipasi dalam pertemuan ini, kerena alasan finansial
dan kebijakan politik Papua New Guinea kala itu yang mencekal
beberapa individu dari organisasi-organisasi perlawanan rakyat
Papua Barat.
Pertemuan ini melahirkan sebuah Memorandum of
Understanding (MOU) yang memuat sembilan butir kesepakatan,
diantaranya adalah membentuk sebuah wadah koordinasi
nasional yang dinamakan Koalisi Nasional Papua Barat untuk
Pembebasan atau West Papua National Coalition for Liberation
(WPNCL); menetapkan kedudukan Sekretariat WPNCL di Port
Vila, Vanuatu. Pertemuan Lae merekomendasikan agar dilakukan
rekonsiliasi dan konsolidasi terhadap beberapa organisasi
perlawanan di Papua Barat, terutama TPN-OPM.
Madang (2006) Mengacu kepada MOU sebagaimana yang
telah disebutkan di atas, TPN-OPM merupakan komponen yang
mendapatkan prioritas utama untuk direkonsiliasi. WPPTF
selanjutnya melakukan pertemuan konsultasi terpisah dengan
berbagai pimpinan Markas Komando TPN-OPM di seluruh
Tanah Papua Barat, di antaranya Brigjen Richard H. Joweni,
Jenderal Tadius Yogi, Jenderal Kelly Kwalik, Brigjen Nikolaus
Ipo Hau, Jenderal Bernard Mawen dan Jenderal Mathias Wenda.
Hasil Parallel Meeting dengan pimpinan setiap Markas Komando
TPN-OPM, menunjukan bahwa semua Panglima sepakat untuk
100 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
bertemu dan membicarakan persatuan di lingkungan TPN-OPM
menjadi suatu struktur komando yang seragam. Berkat dukungan
dan kesadaran dari para Panglima TPN-OPM serta kerja keras
WPPTF, diselenggarakanlah West Papua Guerilla’s Leaders
Meeting (WPGLM). Pertemuan tersebut berlangsung dari tanggal
22 – 24 Juli 2006 di Madang – PNG, kemudian melahirkan sebuah
MOU dan Deklarasi yang disebut Madang Declaration.
Schotiau (2007) upaya untuk merekonsiliasi TPN PB yang
tersebar di seluruh wilayah Papua Barat akhirnya dapat terwujud
menjadi kebanggaan bagi perjuangan pembebasan Papua. Melalui
The 2nd West Papua Guerilla Leaders Meeting (2nd WPGLM),
yang diselenggarakan di Markas Victoria sejak 5 – 8 April
2007, disepakati beberapa keputusan penting terutama Struktur
Nasional dan Peraturan TPN PB, yang dituangkan ke dalam MoU
dan MarVic Declaration.
Ipoh (2007) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Para Pemimpin
Papua Barat atau West Papua Leaders Summit (WPLS),
diselenggarakan pada 22-25 September 2007, di Ipoh, Malaysia.
KTT ini berhasil menetapkan beberapa keputusan bagi proses
penyelesaian politik bangsa Papua Barat, KTT ini dihadiri oleh
beberapa organisasi politik rakyat Papua Barat.
Dalam pertemuan di Ipoh Malaysia (2007) West Papua Peace
Task Force berusaha meyakinkan Otto Ondawame dan Andy
Ayamiseba yang masih pesimis dengan proses rekonsilasi yang
sedang dibangun. WPPTF lalu menayangkan sejumlah video
sosialisasi dan konsolidasi yang dilakukan dengan mendatangi
kelompok perlawanan rakyat Papua Barat, TPN-OPM—Richard
H. Joweni, Tadius Yogi, Kelly Kwalik, Nikolaus Ipo Hau,
101 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Bernard Mawen dan Mathias Wenda. Presidium Dewan Papua
(PDP), Dewan Adat Papua (DAP), Dewan Komite Pelaksana
Kemerdekaan dan Kedaulatan Melanesia Barat (DKPKKMB),
Solidaritas Perempuan Papua, Mahasiswa Papua, Forum
Rekonsiliasi Mantan Tahanan Politik dan Narapidana Politik
(Tapol/Napol), West Papua National Authority (WPNA), West
Papua National Youth Awareness Team (WESTPANYAT), Dewan
Musyawarah Masyarakat Adat Koteka (DEMMAK), Pemuda
Papua Barat dan Mahasiswa. Setelah menonton video tersebut,
Ondawame berjanji untuk meyakinkan Andy agar terlibat dalam
upaya konsolidasi dan rekonsiliasi yang sedang dibangun.
Sepulangnya dari Malaysia, Ondawame langsung bertemu Andy
dan menjelaskan proses rekonsiliasi yang dilakukan di Papua.
Usai mendengar semua penjelasan dari Ondawame, Andy menjadi
yakin dan penuh semangat mendukung berdirinya sebuah organ
payung perjuangan Papua yang telah lama dirindukannya.
West Papua Leader Summit 2008, Andy Ayamiseba kembali
terlibat dalam upaya melobby pemerintah Vanuatu untuk
memfasilitiasi pertemuan rekonsiliasi kelompok-kelompok
perjuangan Papua Barat di Port Vila, Vanuatu. Pertemuan dilakukan
pada 02-10 April di tahun 2008, yang melahirkan kesepakatan
kerja sama dalam wadah afiliasi bersama yang diberi nama West
Papua National Coalition for Liberation (WPNCL). Keterlibatan
Andy Ayamiseba dalam WPNCL memperkuat eskalasi isu Papua
Barat di kawasan Pasifik. Andy turut dalam delegasi WPNCL
yang menghadiri pertemuan pemimpin Melanesian Spearhead
Group (MSG) di Noumea, New Caledonia pada 2013. Sejak saat
itu, Andy Ayamiseba kembali terlibat secara aktif dalam kegiatan
102 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
lobby isu Papua Barat di kawasan Pasifik.
Keterlibatan penting Andy dalam perjuangan Papua di pentas
Regional Pasifik dan Internasional yang dapat dicatat seperti:
Diplomasi politik [lobby] Andy Ayamiseba dengan sejumlah
pemimpin negara Pasifik antara lain; 19 Februari 2001, Andy
Ayamiseba (perwakilan OPM) dan Franzalbert Joku moderator
PDP bertemu dengan Barak Sope di Port Vila, Vanuatu. Maret
2009, Andy Ayamiseba, Rex Rumakiek dan Dr. John Otto
Ondawame bertemu dengan Vanuatu Minister of Foreign Affairs
and External Trade, Hon Bakoa Kaltongga, di Port Vila. Meeting
with Minister of Internal Affirs and National Security, Hon. Moana
Carcasses 14 Januari 2010. Delegasi PDP bertemu Menlu Vanuatu
Barak Sope dan Andy Ayamiseba di Singapura 29 Januari 2010.
Meeting dengan Prime Minister of Solomon Islands, Hon. Danny
Philip dan Mr. Barak Sope dari Vanuatu dan Andy Ayamiseba dari
WPNCL (Centre) 2 Maret 2011. WPNCL ikut dalam delegation
meeting the Kanakys of New Caledonia at the MSG Headquarter
di Port Vila dilanjutkan dengan pertemuan delegation meeting
Vanuatu leader of Opposition and former Prime Minister, Hon
Edward Nipake Natapei dan the Foreign Affairs Spokesman and
former Minister of Foreign Affairs, Hon Joe Natuman, di Vanuatu
Parliament House 3 Maret 2013.
John Ondawame (Wakil Ketua WPNCL), Rex Rumakiek
(Sekretaris Jenderal WPNCL) dan Andy Ayamiseba (Kepala Misi
WPNCL di Vanuatu), telah bertemu dengan Peter Forau selaku
Direktur Jenderal Melanesian Spearhead Group (MSG) di Port
Vila Vanuatu. Dalam pertemuan tersebut, delegasi WPNCL
menyerahkan pengajuan permintaan untuk menjadi anggota
103 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
MSG. Tuan Forau berjanji akan menyerahkan permintaan tersebut
kepada Tuan Frank Banimarama (PM Republik Kepulauan Fiji)
yang adalah pemimpin Forum MSG pada saat itu. Wakil Ketua
WPNCL mengatakan “Penyerahan ini merupakan momen
bersejarah untuk mengajukan persoalan kemerdekaan Papua.
Karena Papua Barat merupakan bagian tak terpisahkan dari
komunitas Melanesia. Saya berharap penerimaan ke dalam
Forum MSG akan menjadi tanda bahwa negara-negara Melanesia
yang telah merdeka akan mendukung kampanye kita,” ujar John
Ondawame pada Jubi Online, 31 Januari 2013.
Koalisi Nasional untuk Pembebasan (WPNCL) Papua Barat
mengatakan tinggal satu anggota dari Melanesian Spearhead
Group (MSG) yang akan dilobby untuk status keanggotaan
penuh Papua Barat di Kelompok Negara-Negara Melanesia ini.
“Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Fiji telah mengkonfirmasi
bahwa mereka akan mendukung aplikasi keanggotaan selama
KTT berlangsung bulan Juni nanti di Noumea.” kata perwakilan
resmi dari Papua Barat di Vanuatu, John Ondawame melalui
surat elektronik kepada Jubi. Andi Ayamiseba, salah satu tokoh
WPNCL di Vanuatu menegaskan, status yang diminta untuk
Papua Barat dalam MSG adalah Keanggotaan Penuh dan bukan
sebagai Pengamat. Parlemen Vanuatu sepenuhnya mendukung
permintaan Pemerintah Vanuatu untuk mensponsori itu Jubi
Online, 10 Mei 2013.
Bulan Juli 2013, WPNCL mengajukan aplikasi keanggotaan di
forum pertemuan pemimpin MSG di Noumea (New Caledonia),
namun lagi-lagi muncul dualisme perjuangan Papua (seperti yang
terjadi di Nauru tahun 2000). Saat itu, Jacob Rumbiak berbicara
104 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
mewakili kelompok Negara Republik Federal Papua Barat
menyatakan bahwa “WPNCL bukan representatif Rakyat Papua,
tetapi NRFPB yang mewakili 2 juta orang Papua Barat yang hadir
dalam Kongres Rakyat Papua Ketiga” (www.pina.com.fj, 20 Juni
2013)— namun saat ini semua organ telah bersatu kembali dalam
ULMWP.
“Perdana Menteri Vanuatu Joe Natuman menjelaskan bahwa
KTT Pemimpin MSG 2013 menolak permohonan aplikasi
WPNCL dengan alasan bahwa tidak jelas apakah WPNCL
adalah wakil sebenarnya dari semua kelompok pro-kemerdekaan
di Papua Barat. Selain itu, pemimpin KTT khawatir bahwa
jika para pemimpin menerima aplikasi, organisasi lain akan
mengklaim WPNCL bukanlah organisasi perwakilan rakyat yang
sesungguhnya. Para pemimpin KTT di Port Moresby memutuskan
untuk mengundang semua kelompok pro-kemerdekaan di Papua
Barat untuk membentuk kelompok payung inklusif dan bersatu
dan mengajukan permohonan baru untuk menjadi anggota MSG.”
(https://dailypost.vu, 3 Juli 2014).
Bola yang sudah didepan gawang lewat begitu saja. Negara-
negara Pasifik bingung, dukungan pecah, sebagian menarik
dukungan bagi Papua. Rakyat Papua kembali menderita,
perjuangan panjang 50 tahun kembali sia-sia. Andy Ayamiseba
marah dengan situasi ini, namun ia tak berkecil hati. Anggota MSG
menyarankan agar dibangun kembali sebuah rekonsiliasi yang
lebih luas dengan melibatkan kelompok-kelompok perjuangan
lain di luar WPNCL, dan mengajukan aplikasi keanggotaan yang
baru dalam pertemuan MSG berikutnya di Port Vila tahun 2015.
Andy Ayamiseba kembali mendorong upaya rekonsiliasi yang
105 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
lebih luas, dan meminta kesediaan pemerintah Vanuatu untuk
memfasilitasi pertemuan tersebut.
Sebagai Kepala Misi WPNCL di Vanuatu, Andy Ayamiseba
mendapat kehormatan untuk bertemu dengan Duta Besar Khusus
Vanuatu untuk Perserikatan Bangsa-bangsa yang baru dilantik, Mr.
Odo Tevi (Jubi Onlie 11 April 2014). Dalam pertemuan tersebut,
Ayamiseba memberikan penjelasan tentang sejarah konflik
Papua yang disebabkan oleh “serah-terima” wilayah Papua oleh
pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia tanpa persetujuan
seluruh orang Papua. Menurut Andy, proses referendum yang
oleh pemerintah Indonesia yang disebut “Penentuan Pendapat
Rakyat”, adalah suatu rekayasa dan konspirasi politik dengan
maksud mengambil kendali atas wilayah [Papua Barat] yang
kaya dengan sumber daya alam. Sampai hari ini kami orang
Papua masih protes dengan “serah-terima” wilayah Papua Barat,
karena tindakan tersebut dilakukan tanpa persetujuan seluruh
rakyat Papua Barat. Kepada Odo Tevi, Andy Ayamiseba juga
menjelaskan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang hingga
kini masih terus berlangsung di Papua Barat. Informasi tentang
pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Papua dapat dilihat
dalam berbagai laporan yang telah diterbitkan oleh lembaga-
lembaga kemanusiaan internasional.
Mempertegas itikad baik pemerintah Vanuatu dalam
mendorong rekonsiliasi kelompok perlawanan Papua, Andy
Ayamiseba mengatakan kepada Jubi 15 Juli 2014, “Pemerintah
Vanuatu akan mengundang tiga faksi besar WPNCL, NRFPB
dan KNPB/Free West Papua Campaign untuk membentuk suatu
organisasi payung lalu mengajukan permohonan baru ke MSG”.
106 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Pertemuan Rekonsiliasi tersebut akhirnya dilaksanakan
30 November - 6 Desember 2014 di Port Vila, Vanuatu.
Deklarasi Saralana merupakan landasan hukum dan politik
yang membentuk United Liberation Movement for West Papua
(ULMWP), bertempat di rumah adat Kepala Suku Nakamal, Port
Vila, Vanuatu 6 Desember 2014. Deklarasi ini ditandatangani oleh
Tuan Edison Kladius Waromi, SH. (Perdana Menteri NRFPB),
Tuan Rex Rumakiek (Sekjen WPNCL), dan Tuan Buchtar Tabuni
(Ketua WPNP) sebagai suatu pernyataan komitmen persatuan
faksi-faksi Perjuangan Bangsa Papua di bawah payung ULMWP.
Lahirnya ULMWP selaras dengan keputusan yang dibuat oleh
Melanesian Spearhead Group (MSG) di Port Moresby, Papua
New Guinea, Juni 2014, yang menyatakan bahwa organisasi-
organisasi perjuangan bagi kemerdekaan Bangsa Papua HARUS
BERSATU, sebelum mengajukan kembali suatu aplikasi untuk
menjadi Anggota Melanesian Spearhead Group. Dalam Kongres
ULMWP kedua tahun 2017 yang berlangsung di Port Vila,
Vanuatu, Andy dipercayakan sebagai Wakil Ketua I Komite
Legislatif ULMWP, mewakili WPNCL.
Sekretaris Parlemen untuk Kantor Perdana Menteri Vanuatu,
Johnny Koanapo menjelaskan bahwa isu Papua Barat telah
bergerak melampaui wilayah ini [Vanuatu]. Isu penentuan nasib
sendiri Papua Barat dan pelanggaran hak asasi manusia kini
telah berkembang di luar wilayah kepulauan Pasifik Selatan. Dia
mengatakan bahwa isu Papua yang dimotori oleh Vanuatu sebagai
penasihat tunggal selama bertahun-tahun dan kemudian Kepulauan
Solomon selama dua tahun terakhir, sekarang mendapat dukungan
dari enam negara lain dari kawasan Mikronesia dan Polinesia.
107 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
“Saya ingin mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan
banyak pekerjaan untuk masalah Papua Barat sejak pemerintahan
Charlot Salwai masuk pada tahun 2016 dan isu tersebut tetap
tinggi dalam agenda politik internasional pemerintah. Ada banyak
argumen bahwa pemerintah belum berbuat cukup banyak dalam
masalah Papua Barat, namun ketika kita melihat kejadian bahwa
pemerintah melalui Perdana Menteri dan Dewan Menteri telah
mendukung partisipasi Vanuatu, jumlahnya banyak.” Pernyataan
ini disampaikan Johnny Koanapo pada Jonas Cullwick dari
dailypost.vu 16 September 2017.
Johnny Koanapo mengatakan kepada masyarakat Vanuatu agar
memahami, bahwa ketika pemerintah hari ini mengatakan bahwa
kita mengalihkan isu Papua Barat melampaui MSG dan di luar
kawasan, ini artinya juga tingkat kerja yang dibuat pemerintah
melampaui wilayah ini. Pada bulan Juni tahun ini [2017], pada
pertemuan tingkat Menteri ACP (Negara Anggota Afrika Karibia
dan Pasifik) di Brussels Juli 2018, pemerintah menugaskan
Koanapo dan Menteri Ralph Regenvanu untuk menghadiri
pertemuan tingkat menteri. Namun Menteri Regenvanu
berhalangan karena melakukan tugas lain, Koanapo melakukan
tugas ini atas nama Vanuatu dan mengajukan isu Papua Barat
untuk pertama kalinya dalam sejarah, dan menjadi agenda di
Dewan Menteri ACP (ACP Ministerial) di Brussels, Belgia pada
13 dan 14 Desember 2018. Agenda ini kemudian dibawa dalam
KTT ke-9 ACP (9 - 10 Desember 2019) di Nairobi, Kenya, Afrika.
Para pemimpin KTT dalam pertemuan ACP di Nairobi,
Kenya mengeluarkan empat resolusi yang menyerukan Pertama;
Melakukan misi ke Papua Barat dan memberikan laporan
108 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
berdasarkan informasi tentang situasi hak asasi manusia sebelum
pertemuan PIF berikutnya Juli 2020. Kedua; Mengizinkan
media internasional memperoleh akses ke Papua Barat untuk
melakukan liputan independen tentang situasi hak asasi manusia
sebelum pertemuan PIF Juli 2020. Ketiga; Bekerja bersama
untuk mengatasi akar penyebab konflik di Papua Barat dengan
cara damai, dan melindungi dan menegakkan hak asasi manusia
bagi semua penduduk di Papua Barat. Keempat; Berusaha untuk
memasukkan situasi HAM di Papua Barat sebagai item dalam
agenda Dewan HAM PBB. Keempat resolusi ini merupakan
kesepakatan [secara bulat] dari 79 Negara Anggota ACP
(dailypost.vu, 14 Desember 2019).
Senada dengan Johnny Koanapo, Hon. Powes Parkop,
Gubernur National Capital Distrik of Papua New Guinea, dalam
pidato di forum United Liberation Movement for West Papua
(ULMWP) di akhir tahun 2019, Powes mengatakan “… Kalian
[Orang Papua] sudah berjalan sangat jauh, dan kalian kini semakin
dekat kepada tujuan [pembebasan Nasional Papua Barat]. Jangan
kalian menghabiskan waktu untuk bertengkar dengan hal-hal yang
tidak membawa kalian kepada tujuan. Organisasi [perjuangan
Pembebasan Papua Barat] hanyalah kendaraan yang mengantar
kalian kepada tujuan. Saya ajak kalian semua bergandeng tangan,
dan fokus kepada tujuan perjuangan. Saya berdoa, Papua akan
segera bebas. Merdeka….! Merdeka….! Merdeka….!” (https://
suarapapua.com, 10 Februari 2020)

109 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


V
Tahun-tahun akhir
Beberapa tahun sebelum meninggal, walaupun Andy sakit,
namun ia tetap aktif membangun pencerahan dan komunikasi
dengan semua jaringan perjuangan pembebasan Papua lewat surat
elektronik dan media sosial, sebuah HIMBAUAN di posting
Andy Ayamiseba di dinding fecebooknya pada Minggu pagi, 05
February 2017;
Di hari yang bersejarah ini, saya selaku seorang Anggota
DEWAN KOMITE (Executive Council) dari ULMWP, dan Ketua
Interim WPNCL, mengajak saudara-saudara seperjuangan Papua
Merdeka ke dalam topik yang terarah demi menentukan status
perjuangan kita, agar adanya suatu konsolidasi kekuatan yang
terarah demi kemajuan perjuangan.
ULMWP selaku satu organisasi payung yang telah
mempersatukan tiga institusi perjuangan yaitu: Parlemen
Nasional Papua Barat (PNPB), NRFPB, dan West Papua Nasional
Coalition for Liberation (WPNCL), sehingga telah memenuhi
program politik pertama untuk mendapat dukungan dari dalam
negeri, dan sub region Melanesia. Region Pasifik Selatan yang
adalah fondasi utama dari dukungan Dunia (Internasional). Ini
semua telah dibuktikan oleh penganugerahan status pengamat
(observer) oleh MSG, Communique PIF dan pidato-pidto
ke tujuh negara Melanesia, Micronesia dan Polynesia dalam
bulan September 2016 di mimbar PBB. Lobby-lobby sedang
berkelanjutan ke region-region yang lain di Afrika, Karibia, Uni
Eropa dan Amerika Latin

110 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Selanjutnya demi memperkokoh dukungan dalam negeri
selaku fondasi dukungan dunia, ULMWP perlu membuka diri
kepada institusi-institusi perjuangan lainnya, yang masih berada
diluar dari organisasi payung, yang seharusnya mempersatukan
semua kekuatan perjuangan. Agar bisa menjalankan program
politik perjuangan yang terarah serta memiliki kerdibilitas yang
diakui oleh dunia international.
Kepada institusi-isntitusi yang masih belum menjadi anggota
ULMWP, bersama ini saya menyerukan kepada saudara-saudara
seperjuangan bahwa ULMWP bukan hanya terbatas kepada ke
tiga institusi deklarator ULMWP, melainkan visi dan misinya
adalah untuk mempersatukan semua gerakan pembebasan Papua,
untuk merebut kemerdekaan penuh dan berdaulat diluar dari
souverenitas bangsa PENJAJAH atau NKRI. Ini mengartikan
bahwa ULMWP adalah suatu wadah pemersatu bagi kita semua
GERAKAN PEMBEBASAN Tanah Air kita.
Marilah kita duduk bersama di para-para sambil mengunyah
Siri dan Pinang dan bertukar pikiran untuk melengkapi wadah
ULMWP selaku TOMBAK UTAMA KEMERDEKAAN Bangsa
dan Tanah Air kita yang tercinta. Selamat Merayakan Hari
PENGINJILAN yang membawa bangsa kami menuju ke dunia
SIVILISASI.

Bagi anak dan cucunya, Andy Ayamiseba membuat pesan


pada postingan di facebook 3 Mei 2017;
To my beloved children and grandchildren - I don’t have
any wealth to pass it on when my time finally arrived as I am a
FREEDOM FIGHTER living in exile during my entire presence
111 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
on this planet, to free our beloved people and country WEST
PAPUA. However, I do hope that the LEGACY of my involvement
in the struggle will be your precious asset to walk with your heads
up if one day Our Master has decided that a new nation of West
Papua is born. Go back home to West Papua and contribute all
your ex partyes to develop our country and communities rather
than living and begging for pithiness like 2nd class citizens in
other people’s land. This is my only will to pass on to all of you
before it is too late to tell you. With all my love!!!

Terjemahan bebas;
Bagi Anak-Anak Dan Cucu-Cucu Saya Yang Terkasih.
Saya tidak memiliki harta kekayaan untuk meneruskannya
[diberikan kepada kalian] ketika waktu saya akhirnya tiba,
karena saya adalah seorang pejuang pembebasan yang tinggal di
pengasingan selama seluruh kehadiran saya di planet ini, untuk
membebaskan rakyat dan negeri tercinta kita, PAPUA BARAT.
Namun, saya berharap bahwa WARISAN dari keterlibatan
saya dalam perjuangan akan menjadi aset berharga bagi kita
untuk melangkah dengan kepala tegak, jika suatu hari Tuhan kita
memutuskan bahwa negara baru Papua Barat akan lahir.
Pulanglah ke rumahmu Papua Barat dan abdikanlah seluruh
hidupmu untuk membangun negeri dan masyarakat kita, daripada
hidup dan mengharap belas kasihan seperti warga kelas dua di
tanah orang lain.
Ini adalah satu-satunya keinginan saya untuk menyampaikan
kepada kalian semua, sebelum saya terlambat untuk memberi
tahu kalian. Dengan segenap rasa cintaku.....!!!
112 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Usai mengikuti pertemuan Senior Official Meeting dan
Foreign Minister Meeting MSG di Fiji, dan hendak melanjutkan
perjalanan lobby ke Vanuatu, Benny Wenda, Rex Rumakiek dan
Paula Makabory, selaku anggota komite executive ULMWP
menyempatkan diri mengunjungi Andy Ayamiseba pada 17
Februari 2020 di Canberra. Kepada Benny Wenda dan dua
executive, Andy berpesan; “Kita harus menjaga ULMWP dan
pemimpinnya dengan baik demi mewujudkan misi bangsa Papua
untuk menentukan hak sebagai bangsa dan negara Merdeka
dan Berdaulat. Sebab ULMWP hadir sebagai jawaban atas doa,
harapan rakyat bangsa Papua dan diakui eksistensi di Melanesia
melalui MSG sebagai Observer, PIF (Pacific Islands Forum)
dan ACP (Africa Caribian Pacifik) dan kelak oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa.”
Andy merupakan tokoh Papua yang memiliki kualitas
kepemimpinan yang besar dan luas dalam berbagai aspek, dan
dalam kehidupannya sebagai pedagang, musisi, maupun politisi.
Capaian yang dikerjakannya bagi perjuangan pembebasan Papua
Barat antara lain: mengakhiri konflik internal antara faksi-faksi
OPM (Rumkorem & Prai), mempersatukan faksi-faksi dalam
Organisasi Papua Merdeka dan tahun 2008, bersama para
pemimpin lain seperti Dr. John Ondawame, Rex Rumakiek,
Richard U. Joweni, Clemens Runawery, Septinus Paiki, John Talu
Tekwie, membentuk West Papua National Coalition (WPNCL).
Dedikasinya yang tinggi serta kualitas kepemimpinan yang
disesuaikan dengan etika pergaulan baik dengan masyarakat luas
pendukung perjuangan Papua Barat, membawa Andy ke jenjang
kepemimpinan organisasi politik di mana ia terpilih sebagai
113 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
penjabat ketua (Acting Chairman) dari Koalisi Nasional Papua
Barat untuk Pembebasan (WPNCL), mengisi kekosongan jabatan
Ketua yang ditinggalkan oleh Brigjen Richard U. Joweni yang
meninggal dunia karena sakit.
Situasi internal perjuangan Papua membuat Andy Ayamiseba
kembali menulis satu PERNYATAAN yang di posting di
facebooknya 21 Februari 2018;

PERNYATAAN
Saya akan memasuki usia 71 tahun tanggal 21 April 2018.
Saya berpegang kepada perjuangan kemerdekaan bangsa Papua
yang TIDAK mengenal USIA, melainkan menuntut DEDIKASI
yang konsisten. Saya adalah penganut misi dan visi OPM dibawah
panji ULMWP selaku Wakil Ketua Legislative atau Council
Committee, berdasarkan jabatan saya pejabat sementara Ketua
WPNCL.
Pengertian pribadi saya bahwa WPNCL, WPNA, PNWP,
NRFPB, KOBE OSER, WPLO, KNPB atau ULMWP dan lain
sebagainya adalah se-mata-mata hanya jaket-jaket yang dipakai
oleh orang yang bernama OPM. Untuk mencapai TARGET
yaitu membebaskan bangsa dan Tanah air Papua dari belenggu
penjajahan bangsa INDONESIA. Mengapa tidak memakai nama
OPM, karena tekanan PENJAJAH maka dunia International
mengakui OPM selaku TERORIST GROUP dan anggota-
anggotanya di BLACK LIST beserta semua asset organisasi
dan individu-individu anggotanya, termasuk rekening bank atau
transaksi transfer keuangan atas nama organisasi dan perorangan
anggotanya dibekukan atau disita, sama dengan dulu IRA dari
114 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Irlandia.
Itulah alasan POKOK mengapa OPM harus menjelma dalam
physic, tetapi TIDAK DALAM JIWA. Saya sangat yakin bahwa
kegiatan-kegiatan gerliya yang dipromosikan selaku kegiatan
OPM/TPN disekitar FREEPORT akan dilabel oleh USA selaku
TERORIST GROUP dan semua sanksi akan diberlakukan.
Ingat bahwa TNI pernah mengakali campur tangan FBI untuk
menangkap pdt Izak Onowame cs, dan saya hampir yakin bahwa
NKRI akan mengijinkan US MARINE yang berbasis dekat di
Darwin untuk mengamankan investasi US di Freeport. Hal ini
akan menghambat semua DIPLOMASI INTERNATIONAL
oleh siapapun termasuk ULMWP yang berhubungan dengan
masalah PAPUA. Saya tidak pernah memakai nama perjuangan
untuk membiayai hidup saya dan keluarga di luar negeri, apalagi
membiayai perjalanan keliling dunia selaku turis dengan nama
Lobby yang nota bene dibiayai oleh rakyat kecil yang menjual
ubi talas dan Siri Pinang.
Saya kaget dengan manusia-manusia OPORTUNIS, tiga tahun
lalu melibatkan diri dalam ULMWP dan dibiayai kesana kemari
oleh rakyat kecil, terlibat dalam KTT ULMWP dengan memakai
aturan organisasi lewat by laws yang disahkan dan restructuring
organisasi, tiba-tiba claim diri selaku OPM dan menghujat
kami. Termasuk terhadap Ketua Executive, Tn BENNY
WENDA, Sekretaris dan Bendahara serta anggota RUMAKIEK,
MAKABORY dan AP selaku SUKUISME. Saya perlu tegaskan
disini bahwa saya mengakui dan menghargai pekerjaan GENERASI
MUDA dari KNPB, PNWP, NRFPB, WPNCL dsbnya. Yang
menggadaikan hidupnya untuk mengumpul tanda tangan PETISI
115 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
sebanyak 1.8 Juta, naik turun gunung dan lembah, ke pesisir
dayung kepulau, ditangkap, dipukul dan dibunuh oleh penjajah.
MAKA saya tidak setuju dengan orang-orang yang menanyakan
KREDIBILITAS dari PETISI tersebut, dan menyatakan bahwa
itu adalah PETISI BOHONG. Sejarah Perjuangan akan menjadi
HAKIM AKHIR. SELAMAT BERJUANG KARENA SAYA
TIDAK AKAN MENYERAH WALAUPUN SUDAH TUA DAN
CACAT BADANIAH KARENA SAYA PERCAYA BAHWA
TUHAN MASIH MEMBERKATI SAYA SUATU OTAK DAN
AKAL YANG SEHAT.
Keyakinan Andy Ayamiseba pada jalan panjang perjuangannya
bagi Papua merdeka juga dikatakannya pada Jubi Online 18
Maret 2014 “Saya lebih suka terus berjuang dan menderita untuk
hak bangsa dan rakyat Papua. Tentu saja kami ingin menikmati
tingkat hidup yang sama dengan yang dinikmati oleh orang
Indonesia, tetapi itu hanya setelah kami lepas dari penderitaan
kami dan menjadi sebuah bangsa yang bebas.”
Pada tanggal 20 Juli 2019 Andy Ayamiseba menulis
pandangannya tentang situasi politik dalam perjuangan Papua,
“Orang-orang yang menentang Benny Wenda dan ULMWP,
adalah orang-orang yang anti persatuan dan kemerdekaan Papua
serta pro integrasi dengan NKRI”.
Andy bermukim di Vanuatu sejak tahun 1996 dan menikah
dengan Gloria Ayamiseba pada tahun 2002 dan mendapat
seorang anak laki-laki yang diberi nama: Max Junior Ayamiseba.
Kesehatan Andy mulai buruk di akhir tahun 2019 karena diabetes
dan kidney.
Andy menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Vanuatu
116 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
pada tanggal 29 October 2019. Medical Evacuation terhadap
Andy dari Vanuatu ke Brisbane, Australia, dilakukan oleh putri
sulungnya, Isadora Ayamiseba, Senin, 4 November 2019, jam
11.30 (waktu Vanuatu) pagi dan tiba di Rumah Sakit Greenslopes,
Brisbane, hari Selasa, 5 November 2019, jam 03.30 (waktu
Australia) pagi. Greenslopes Hospital adalah sebuah rumah sakit
pribadi (Private Hospital).

Hari-Hari Terakhir
Andy menjalani perawatan di Rumah Sakit Greenslopes
Hospital selama 22 hari, hingga tanggal 26 November 2019, dan
dipindahkan oleh Isadora untuk tinggal bersamanya di rumah
sambil berobat. Rabu, 19 Desember 2019, ketika diketahui
dari hasil pemeriksaan bahwa Andy menderita ‘oesophageal’
cancer, Isadora mengambil keputusan untuk memindahkannya
ke Canberra agar berada di tengah-tengah keluarganya karena ia
mengetahui bahwa ayahnya Andy tidak mungkin bertahan untuk
waktu yang lama.
Andy Ayamiseba meninggal 21 Februari 2020, pukul 15.55
(waktu Austtalia) sore di rumah keluarganya di Canberra. Sabtu,
29 Februari 2020, jenazah Andy Ayamiseba dimakamkan di
samping makam ayahnya, Dirk Semuel Ayamiseba di pekuburan
umum Canberra, Australia. Ibadah pelepasan jenazah dilakukan
di Gereja United (Canberra City Uniting Church), yang dipimpin
oleh Rev. Paul Chalson. Seluruh acara kebaktian pelepasan dan
pemakaman dipandu oleh Erik Heyneback, suami dari Isadora
Ayamiseba (anak perempuan Andy). Andy meninggalkan lima
orang anak (Donald, Errol, Isadora, Virei dan Max Junior),
117 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
berserta 13 orang cucu.
Saat ibadah Perkabungan dan Pengucapan Syukur atas
berpulangnya Andy Ayamiseba di Gereja GKI Maranatha,
Polimak I, Jayapura, Pdt. Alberth Yoku, M.Th, mantan Ketua
Sinode GKI periode 2012-2017 memberikan sambutan:
“Saya punya hubungan dengan keluarga Ayamiseba sudah sejak
lama. Dulu bapa dari Andy adalah Ketua DPR-GR, sedangkan
paman saya, Henk Yoku adalah Sekretaris. Keluarga Ayamiseba
memiliki andil yang besar bagi perubahan di Tanah Papua.
Selama periode pekabaran Injil, Jan Ajamiseba memiliki mimpi
(cita-cita) tentang masa depan Papua. Mimpi tersebut kemudian
ditulis dalam “Batu Peradaban” sebagai berikut Sekalipun Orang
memiliki kepandaian yang tinggi, mereka tidak akan mampu
memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan memimpin
dirinya sendiri. Seorang perempuan dari keluarga Ayamiseba,
menikah dengan keluarga Rumainum, dari keturunan mereka
lahirlah FJS. Rumainum, Ketua Sinode GKI yang pertama.
Keluarga Ayamiseba adalah keluarga yang diberkati, mereka
merupakan konglomerat orang Papua yang pertama. Walaupun
jumlah mereka sedikit, tetapi mereka memiliki andil dan jasa
yang besar bagi kemajuan orang Papua. Saya ingin generasi muda
Papua belajar dari Andy, karena beliau berhasil mengembangkan
bisnis dan musik sehingga martabat orang Papua bisa diakui di
Indonesia dan juga di Pasifik. Inilah motivasi yang ditinggalkan
beliau.

118 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Sebuah catatan pemuda Papua yang hidup dan besar di luar
Papua kepada Andy Ayamiseba;

R.I.P
Andy Ayamseba
Free West Papua
We lose yet another leader of the struggle to be free. In diaspora,
in death we loose.

Rest In Peace
Andy Ayamseba

Rest In Peace
We will carry your dream to be free. We will carry our dream
to be free. 
We will look up to the sky and let the morning sun caress our
faces and dry our tears and we will let the winds from the sea
whisper through the pines of the fairest and the leaves of the
jungle trees and through the plains and grasses of the fields. 
We will walk where you used to run and play, and we will stop
by the streams that you waded through and swam when you were
a mere little boy, and we will swim with currents along the white
sandy beaches that you once skipped along jumping the surf.
Ahhhhh .... my freedom warrior, tonight I will weep, and I
weep until the sunrises, and still I will weep. 
Cry freedom, cry my warrior free, cry the fearless one, tonight
I will weep until there is no more tears to cry, but still I will weep
until we are free.
119 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
Rest In Peace
Freedom Warrior, rest in peace, Andy Ayamiseba
We will strum the guitars, and we will sing until our voices are
strained, cracked, hoarse in memory of you.
You led them boys, the Black Brothers, and told the world
there is a place called West Papua, the land of our forefathers
Let wind take your soul to the house of father in heaven so
free.

Rest In Peace
Comrade

By: Frank A. Makanuey

120 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Lea Rum, 13 Juli 2016

The REVOLUTIONARY Black Brothers is still alive and to


me, is more than just a name! It is a legacy, it is a movement and
it is a way of life!

My Uncle/God father, Andy Ayamiseba founded and created


this band of musicians almost 50 years ago. Not only did they
revolutionise modern music in parts of Indonesia and the Pacific
Islands, they were representing an entire nation crying for
freedom and justice, our country, West Papua!! Each member was
handpicked from different regions of West Papua. As far as I’m
concerned, the BB band ethos remains the same now as it was
back then. This ethos can never be compromised, especially for
personal gain. It stands for much more than the ears can hear and
the eyes can see!! Black Brothers cannot be bought because it can
never be ‘For Sale’.

I am the eldest daughter of Agust Rumwaropen, who was


also hand picked by Uncle Andy himself, the lead guitarist and
lead vocalist of the Black Brothers from the early 80’s until he
passed away in May 2005. I was born into the BB family and
lived and breathed Black Brothers music until today. Black
Brothers members risked their lives and left their families in West
Papua because they refused to be poisoned by and mentally and
physically enslaved by the illegal Indonesian occupation of our
country! Therefore, the name ‘Black Brothers’ should always be
regarded with the utmost respect. Growing up as a refugee with
my BB family we had our ups and downs, With the name came

121 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


heartache, struggle, suffering, loss of lives, sickness and fear but
I personally would not change it for the world! In spite of all the
struggles, I have the best memories of my childhood, there was
so much love. We all have the same dream and that is to be able
to go home to a FREE WEST PAPUA! Until that time comes,
we will keep spreading the message through the best means we
know how...music! Full respect and love goes out to all my Black
Brothers family, friends and fans who stand firm and support BB
for what we really stand for.

122 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Epilog
Andreas WilhelmusAyamiseba tokoh Papua yang meninggalkan
jejak sejarah penting dalam perjuangan pembebasan Papua, ia
seorang yang memiliki insting seni, naluri politik dan kemampuan
berbisnis yang berpadu menjadi satu dalam memperjuangkan
pembebasan Papua.
Andy menjadi tokoh jalan tengah dari konflik-konflik yang
terjadi di antara para pemimpin Papua, mempersatukan mereka
untuk membangun “Perahu Besar” yang akan membawa
masyarakat Papua keluar dari cengkraman kolonialisme
Indonesia. Tanpa sebuah organ payung seperti ULMWP yang
merupakan “perahu besar”, maka perjuangan pembebasan Papua
menuju kemerdekaan hanyalah sebuah ilusi bagi para aktifis dan
pejuang pembebasan Papua.
Sudah cukup penantian panjang yang selalu terhenti, akibat
konfik-konflik internal yang terjadi selama ini. Penderitaan panjang
masyarakat Papua, karena pemimpin Papua sibuk berkonflik,
dengan kata lain orang Papualah sendiri yang memperlambat
proses pembebasan Papua. Pada bagian inilah kemarahan Andy
Ayamiseba dapat dimaklumi. Banyak upaya selalu dilakukan oleh
pemerintah Indonesia agar gerakan perjuangan Papua Merdeka
tidak bersatu, tetap terpecah-pecah, sehingga target memperoleh
pengakuan dunia internasional gagal.
Pengamat Papua dari Chiang Mai University, Thailand,
Boby Anderson, mengatakan kepada The Guardian, Deklarasi
Perbatasan Vanimo baru akan terbukti berhasil apabila ULMWP
mampu mengoordinasikan operasi militer gabungan di Papua.1 
1 http://www.idesss.org/2019/07/06/tentara-west-papua-arah-baru-papua-

123 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Kepada seorang mahasiswa luar negeri yang tertarik pada
isu Papua dan bertanya pada Ban Ki-moon saat melakukan
kunjungan ke New Zaeland untuk mengikuti pertemuan Pacific
Island Forum 6-8 September 2011, masalah dekolonisasi di
bahas dalam Komite Dekolonisasi, masalah Hak Asasi Manusia
silahkan ajukan ke Dewan HAM PBB dan untuk urusan politik
ada majelis umum PBB.
Salah satu metode klasik yang digunakan oleh kolonial terhadap
wilayah jajahannya adalah dengan menggunakan pola trojan,
penyusupan yang menggunakan orang Papua ke dalam organisasi
gerakan perjuangan Papua, membuat dualisme organisasi,
mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan
progam kerja organisasi induk. Menduplikasi organisasi yang
sama dengan organisasi Perjuangan Papua untuk menyebarkan
opini dualisme. Indonesia membangun propaganda adu-domba
dengan mengelola sentimen primordial serta membangun sekat-
sekat dalam organisasi perjuangan seperti dikotomi “gunung vs
pantai”, pengelompokan berdasarkan wilayah adat (Mee Pago
vs La Pago), “anak asli vs peranakan”, “anak Papua di Papua
vs anak Papua di luar Papua” dan sebagainya. Indonesia juga
menggunakan kelemahan organisasi-organisasi perjuangan,
dalam mendata dan menyeleksi anggota-anggotanya.
Di luar negeri, kelompok yang mengatasnamakan Papua ini
masuk merusak diplomasi yang sudah terbangun dengan negara-
negara di Pasifik, mereka masuk pada kelompok-kelompok
oposisi dan menggangu pemerintah yang sudah mendukung

merdeka/

124 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


gerakan pembebasan Papua. Kelompok ini mementahkan lagi
kerja diplomasi yang terlah tebangun puluhan tahun. Tidaklah
gampang mendapat dukungan negara-negara Pasifik untuk
mendukung gerakan perjuangan Papua. Balajarlah mengkritisi
organ-organ perjuangan yang dipakai untuk merusak perjuangan
Papua, sehingga tidak terjebak mendukung organ tersebut.
Hal ini juga terjadi pada media massa [lokal] di Papua yang
sering memberitakan friksi (perbedaan pernyataan), menguatkan
legitimasi Indonesia terhadap Papua, media tidak melihat bahwa
faksi (person dan organisasi) sengaja di buat oleh Indonesia.
Kemenangan kolonial terjadi saat metode yang diterapkan
berhasil membuat konflik horisontal antar warga masyarakat,
warga kemudian hidup dalam situasi saling curiga, saling dendam
sehingga akhirnya melupakan tujuan pembebasan nasional Papua.
Selain itu, saat ini Indonesia sudah mempersiapkan diplomat
terdidik berasal dari Papua yang dalam tahun-tahun ke depan akan
berbicara berhadapan dengan para pejuang Papua di panggung
internasional. Indonesia memakai bahasa pembangunan sebagai
legitimasi dalam melakukan kekerasan di Papua, perampasan
tanah adat dengan dalih pembukaan lahan pertanian, lahan kelapa
sawit, memberikan ijin kepada perusahaan tambang, HPH dan
menggunakan hipokrisi keberhasilan OTSUS sebagai bukti
melakukan pembangunan di Papua.
Sementara itu operasi militer terus berlangsung di Papua, orang
Papua mati sia-sia di ujung timah aparat militer dan polri, para
pelakunya tidak di seret ke pengadilan dan mendapat kekebalan
hukum. Indonesia membangun frame rasisme dengan mengatakan
Papua masih terbelakang, termiskin, tertinggal, terasing. Freme
125 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
ini menunjukkan superioritas dan dominasi Jakarta (Indonesia)
terhadap Papua yang di dukung dengan kampanye pembenaran
oleh media-media nasional di Indonesia.
Hal lain yang dapat dipetik dari perjalanan sejarah Papua
dalam buku ini, meskipun kelihatannya sepele, bahwa tidak
semua informasi boleh disampaikan ke media massa, ada hal yang
bisa dibuka kepada publik dan ada informasi yang menunggu
waktu terbaik untuk dipublikasi. Pernyataan dukungan Andy
terhadap OPM berimbas pada kehadiran Black Brothers di PNG,
bocornya informasi dukungan finansial dari negara-negara Afrika
kepada OPM menyebabkan OPM kehilangan sumber dana dan
menimbulkan perasaan saling curiga dalam tubuh OPM dan
berujung pada konflik antara Rumkorem dengan Prai.
Banyak isu yang berkembang selama Andy membaktikan diri
dalam perjuangan pembebasan Papua, terutama tentang pengelapan
dana perjuangan. Ia tidak pernah mendapat kesempatan membela
diri, ia hanya menjawab dengan menunjukkan kerja keras dalam
menguatkan jaringan Papua di Pasifik. Fakta dan data sejarah
menepis semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya, bahkan ia
tidak meninggalkan harta untuk anak dan cucunya.
Andy dapat berteman dengan semua kalangan, namun visi
politik jelas dan tidak bisa diganggu-gugat. Ini dinyatakannya
saat Nick Messet (teman sekolah) mengajak Andy untuk pulang
ke Papua, Andy menolaknya, termasuk ajakan dari pihak lainnya
yang melakukan pendekatan dengan mengatasnamakan keluarga.
Tugas generasi muda Papua yang terpenting dalam perjuangan
Papua kedepan adalah; membangun persatuan organisasi
perjuangan pembebasan Papua, mengisi wacana pemikiran
126 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
tentang masa depan Papua (ketika Papua merdeka, umur mungkin
sudah terlampau tua untuk mulai kuliah, dan siapa yang akan
bekerja dalam kemerdekaan Papua?) berdiskusi, membangun
kebersamaan, melepas baju sukuisme dan egoisme. Jangan lagi
menambah penderitaan Rakyat Papua dengan selalu membentuk
organisasi-organisasi baru yang tidak jelas dan melemahkan
perjuangan pembebasan Papua.
Jalan pembebasan Papua menanti tunas-tunas baru yang
berpendidikan dan memiliki pandangan luas, mampu membaca
politik mikro di kawasan regional Pasifik dan politik makro di
tingkat internasional dalam melihat perjuangan Papua untuk
melanjutkan kerja diplomasi di kawasan Pasifik dan dunia
Internasional. Melihat geopolitik internasional, Andy Ayamiseba
pernah mengatakan perjuangan masih panjang dan tidak gampang,
perlu kerja keras.
Semua yang dimiliki Andreas Wilhelmus Ayamiseba, harta
dan hidupnya telah di berikan bagi Bangsa Papua, selamat jalan
Pahlawan Bangsa Papua, terima kasih atas seluruh idealisme,
dedikasi dan konsistensi yang telah anda berikan. Karya
dan jasamu akan dicatat dalam lembaran sejarah perjuangan
pembebasan Nasional Papua Barat. Semangat dan cita-cita
perjuanganmu akan menjadi motivasi bagi generasi muda Papua
Barat hingga cita-cita pembebasan Nasional tercapai.

ONE PEOPLE ONE SOUL

127 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Diskografi Album Black Brothers
Dan Album Personil

Black Brothers :
- Volume 01 : Irian Jaya I (1976)
- Volume 02 : Derita tiada akhir (1977)
- Volume 03 : Lonceng kematian (1977), Black Bros
- Volume 04 : Kenangan Nopember (1978)
- Volume 05 : Kaum Benalu (1978)
- Volume 06 : Misteri (1978);
- Volume 07 : Terima Kaseh (1978) EMI Malaysia
(Pasar Malaysia)
- Volume 07 : Terima Kasih (1978) EMI Malaysia
(Pasar Indonesia)
- Volume 08 : Perdana (1979), Black Bros
(Black Brothers Lembah Hitam)
- Volume 09 : Hening (1979), Black Bros
- Album Natal Black Brothers
- The Best Instrumentalia plus Albert Sumlang
Rekaman di Belanda
- Di Dalam Kerinduan (1984)
- Hello (1985)
- Huembello, Jalikoe
- De Papero

128 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


- Black Brothers in Disco
Album Kompilasi
- Pramuria tapi Biarawati
- Lagu Terpopuler
- 22 Special album
- 14 lagu-lagu terbaik
- Best of The Best: Hari kiamat
- The Best of Black Brothers
- Special Hits Black Brothers
- Black Brothers dan Yunita Boediman
- Black Brothers Vol 5 dan The Mercy’s
- Black Brothers Vol. 4 dan Ajie Bandy
- Instrumentalia, Black Brothers dan Ajie Bandy
- Album Natal (Black Brothers dan Lex’s Trio)
- Album Natal (Black Brothers dan Black Papas)
- Album Natal (Black Brothers dan Benny Panjaitan)
- Golden Christmas Song’86
- Black Bros, Giant Step
Black Brothers Pacific
- Black Brothers Super Hit (With Friends) Vol. 1
- Black Brothers Super Hit (With Friends) Vol. 2
- Black Brothers Super Hit (With Friends) Vol. 3
- Black Brothers Super Hit (With Friends) Vol. 4
- Black Brothers With Friends Love Songs

129 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


- Black Brothers With Friends Reggae Hits Vol. 1
- Black Brothers With Friends Reggae Hits Vol. 2
- Black Brothers With Friends Greatest Hits Vol. 1
- Black Brothers With Friends Greatest Hits
(From The Heart) Vol. 2
- Black Brothers With Friends Heavy Metal & Rock Hits
- Black Brothers Vol. 1: PNG & Irian Jaya Hits
- Black Brothers Vol. 2: PNG & Irian Jaya Hits
- Black Brothers Vol. 3: PNG & Irian Jaya Hits
- Black Brothers Vol. 4: Goodbye PNG
- Black Brothers Alive & Well in Eropa Vol. 1
- Black Brothers Live in Moresby
- Black Brothers Live in Noumea
- Black Brothers Live in Canberra
- Black Brothers Live in Salomon
- Black Brothers Live in Vanuatu
- Black Brothers in Exil
- Black Brothers Europa
- Black Brothers Popular Request
- Black Brothers Reggae Stye
- Black Brothers Dedication
- Black Brothers Nogat Mani
- Black Brothers Leaf Blong Me
- Black Brothers Folk Song

130 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


- Black Brothers Border Crossers
- Black Brothers Yia Blong Buluk
- Black Brothers Kraon Blong Mi
Kompilasi
- 30 Greatest Hit Song (Reggae Edition)
- 30 Greatest Hit Song (With Friends)
- The Best of Black Brothers
BB (Benny Bettay, Agus Rumwaropen, Wellem Ayamiseba)
- Pacifiic Groove
- Bobby Lao (penyanyi dari Laos, Vietnam, musiknya
dikerjakan bersama Benny Bettay dan Agust Rumwaropen
dan sebuah istrumen terakhir (Tsunami) dalam album
tersebut merupakan karya Agust Rumwaropen)
BB (Hengky MS, Yochie Pattipeiluhu, Amry Kahar)
- Sajojo
- Nuru Aipani
- Putus di Tengah Kerinduan
- Oh, Linda
BB (Hengky MS dan Yochie Pattipeluhu)
- Senyum Seorang Pramuria
- Cintaku Masih Sesuci Dulu
- XB 1 (dipasarkan di PNG)
- XB 2 (dipasarkan di di PNG)
BB (Hengky MS)
- Hengky dan Dempoles Vol. 5, Pedine (Grup)

131 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


- Obahorok dan Tuteng Mohan (Grup)
- De Meicy Pop Indonesia vo. 1
- Dewi Malam
- Cita Rasa Pramuria
- Derita Seorang Pramuria
- Bapak Pembangunan
- Esa Mokan (Pop Manado)
- Bitis Cakalang (Pop Manado)
- Koleksi Emas Hengky MS (VCD)
- Best Collection Hengky MS (VCD)
BB (David Rumagesang)
- Irian Jazz Rock
- Sajojo II
- Persipura II
- Mr. Huembello
- Semalam Bersama Black Brothers
BB (Amry Kahar)
- Cako Cako
- Bergabung dengan grup Black Sweet
BB (Sandhy Bettay)
- Tinggallah Kenangan
- Kuri Pasai (Reggae Irian)
- Bergabung dengan grup, Black Papas, Black Dolphin,
Abresso, dll.

132 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Daftar Pustaka
Buku, Skripsi dan Jurnal
- AA Madani. 2018. Penyelesaian Konfik Bersenjata di
Papua Barat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Internasi-
onal, Unibraw Press.
- Adam, Asvi Warman, Anwar, Dewi Fortuna. 2005. Vio-
lent Internal Conflicts in Asia Pacific: Histories, Political
Economies and Policies. Jakarta. Yayasan Obor Indone-
sia.
- Boer Mauna. 2015. Hukum Internasional: Pengertian,
Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global.
- Bone, R . C., 1958. The Dynamics of the West New Guinea
(Irian Barat) Problem. Modern Indonesia Project, Interim
Reports Series. Ithaca: Department of Far Eastern Stud-
ies, Cornell University.
- Budiarjo, Carmel, 1984. West Papua: The Obliteration of
a People. London: TAPOL.
- Chauvel, Richard. 2005. Constructing Papuan National-
ism: History, Ethnicity, and Adaptation, Policy Studies
14, East-West Center Washington.
- David Raic, Statehood and the Law of Self-Determina-
tion, Kluwer Law International, Netherland, 2002.
- Drooglever, P.J. Tindakan Pilihan Bebas! Orang Papua
dan Penentuan Nasib Sendiri. Diterjemahkan dari Een
Daad Van Vrije Keuze. De Papoea’s van westelijk Niew-
Guinea en de grenzen van het zelbeschkkingsrecht oleh
Dr. Jan Riberu. Yogyakarta: Kanisius, 2010.

133 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


- Elmslie, Jim. 2003. Irian Jaya under the Gun: Indonesian
Economic Development Versus West Papuan National-
ism. Honolulu: University of Hawai’i Press.
- Fernandes Clinton. 2008. In Hot Spot: Asia and Oceania.
Greenwood Press.
- Gault-Williams, Malcolm, “Organisasi Papua Merdeka:
the Free Papua Movement lives”, Bulletin of Concerned
Asian Scholars, Vol. 19, No. 4, 1987.
- Gronow, Pekka and Ilpo Saunio, 1998, An International
History of the Recording Industry. London and New York:
Cassell Academic.
- Huala Adolf, 1991, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum
Internasional, PT. Raja Grafindo: Jakarta.
- Heidbüchel, Esther. 2007. The West Papua Conflict in
Indonesia: Actos [i.e. Actors], Issues and Approaches.
Gießen: Johannes Herrmann Verlag.
- Hill, David T., and Krishna Sen. 1999. Media Culture Pol-
itics in New Order Indonesia. Melbourne: Oxford Univer-
sity Press.
- Jawahir Thontowi Dan Pranoto Iskandar. 2006. Hukum
Internasional Kontemporer, Refika Aditama, Bandung.
- Kusumaatmadja Mochtar dan Agoes Etty R. 2003. Pen-
gantar Hukum Internasional, PT Alumni, Bandung.
- King Peter, “Morning Star Rising? Indonesia Raya and
the New Papuan Nationalism”, Jurnal Indonesia, Cornell
University, 73, April 2002.
- King, Peter. 2004. West Papua and Indonesia since Su-
harto: Independence, Autonomy or Chaos? Sydney: Uni-
134 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
versity of New South Wales Press.
- May, R J, (ed). 1986. Between two nations: the Indonesia
Papua New Guinea border and West Papua nationalism.
Bathurst, Robert Brown and Associates.
- May, B. 1978. The Indonesian Tragedy. London : Rout-
ledge & Kegan Paul.
- Meteray, Bernarda. (2012). Nasionalisme Ganda Orang
Papua. Jakarta: Kompas.
- Ondawame, Otto. 2000. “One People, One Soul’: West
Papuan Nationalism and the Organisasi Papua Merdeka
(OPM)/ Free Papua Movement.” Ph.D. diss., Australian
National University.
- Osborne, Robin. 1985. Indonesia’s Secret War: The Guer-
rilla Struggle in Irian Jaya. Boston: Allen & Unwin.
- Parthiana I Wayan. 1990. Pengantar Hukum Internasi-
onal, Mandar Maju, Bandung.
- Pigay, Decki Natalis. 2000. Evolusi Nasionalisme dan Se-
jarah Konflik Politik di Papua. Jakarta: Sinar Harapan.
- RG Djopari, 1991, Tesis: Pemberontakan Organisasi
Papua Merdeka; Suatu Studi Kasus Tentang Integrasi
Politik di Irian Jaya dari tahun 1964-1984. Jakarta: UI.
- Rumakiek, Rex (1996), The Colonial Legacy and West
Papuan Nationalism, Unpublished Thesis, Department
of Government and Public Administration, Faculty of
Economics, University of Sydney.
- Renee Kjar, Gerakan-Gerakan Pro Papua Barat, diak-
ses pada http://www.acicis.edu.au/wp-content/up-
loads/2015/03/KJAR-Renee.pdf
135 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
- Rollings, Leslie. B. (2010). The West Papua Dillema,
Master of Arts Thesis, School of History and Politics,
University of Wollonggong.
- Saltford, John. 2000. “UNTEA and UNRWI: United Na-
tions Involvement in West New Guinea during the 1960s.”
PhD diss., University of Hull.
- Saltford, J. 2003. The United Nations and the Indonesian
Takeover of West Papua, 1962-1969: The anatomy of be-
trayal, Routledge Curzon, London.
- Samsudin, 1995. Pergolakan Di Perbatasan: Operasi
Pembebasan Sandera Tanpa Pertumpahan Darah,
Gramedia.
- Sawor, Zacharias. 1969. Ik ben een Papoea. Groningen:
de Vuurbak.
- Sharp, Nonie, in association with Markus Wonggor Kai-
siepo. 1994. The Morning Star in Papua Barat. North
Carlton, Vic.: Arena Publications.
- Singh, Bilveer, (2008), Papua: Geopolitics and the Quest
for Nationhood. New Jersey, New Brunswick: Transac-
tion Publishers.
- Webster, David. 2001. “Already Sovereign as a People’:
A Foundational Moment in West Papuan Nationalism.”
Pacific Affairs 74.
- Widjojo, Muridjan S, 2006, Non State Actors and the Cy-
cle of Violence in Papua, LIPI.
- Dr. Ali Muhammad, The Historical Origins of Secession-
ist Movement in West Papua, Journal of Asia Pacific Stud-
ies (2013) Volume 3 No 1, 1-13.
136 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
- Sefriani, Separatisme dalam Perspektif Hukum Interna-
sional: Studi Kasus Organisasi Papua Merdeka, Jurnal
Unisia No. 47/XXVI/1 tahun 2003.
- Poltak Partogi Nainggolan, Aktivitas Internasional Ger-
akan Separatisme Papua. Jurnal Kajian Vol. 19 No. 3
September 2014.
- Phelim Kine, “Media Dalam Terorisme”, dalam Para-
noid Indonesia, Nestapa Papua, Jurnal Pindai, 2016.
- Sehrenneta Bella Fiona; Retno Kusniati. Status Hukum
Papua Barat: The Right to Self-Determination atau Na-
tional Integrity? Jurnal Uti Possidetis: Journal of Interna-
tional Law, Vol. 1 No. 1., (2020): 1-33.
- Ivan Fatoni Purnomo, Sri Lestari Rahayu. Status Teroris
Dalam War On Terror (Kajian Berdasarkan Hukum Hu-
maniter Internasional). Jurnal Belli ac Pacis. Vol. 2. No.
1., Juni 2016.
- Ikbal, S.H.,M.H. Kedudukan Organisasi Papua Merdeka
(OPM) Dalam Perspektif Hukum Humaniter Internasion-
al. Dimensi Hukum Internasional. Seri Monograf Volume
2., tahun 2914. Hal: 201-210. https://jurnal.fh.unila.ac.id/
index.php/monograf/issue/view/48
- Georgy Mishael, Joko Setiyono, Soekotjo Hardiwinoto.
Kebijakan Operasi Militer Tentara Nasional Indonesia
Terhadap Organisasi Papua Merdeka Dalam Perspe-
ktif Hukum Humaniter Internasional. Diponegoro Law
Review, Volume 5, Nomor 2., Tahun 2016. http://www.
ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
- A. Leovaldi Tirta. Kekuatan Resolusi Majelis Umum PBB
137 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
(UNGA) Dan Dewan Keamanan PBB (UNSC) Sebagai
Sumber Hukum Internasional. Jurnal YUSTIKA. Volume
14 Nomor 1, Juli 2011.
- Nils Marius Rekkedal. Insurgency And Counter Insurgen-
cy Some Concepts And Problems. Jurnal Hukum Human-
iter, Vol. 2, No. 3,. Oktober 2006: 656-402
- Arlina Permanasari. Nalisis Yuridis Status H Ukum Gera
Kan Aceh Merdeka (Gam) Menurut Hukum Humaniter.
Jurnal Hukum Humaniter, Vol . 3, No. 4,. April 2007
- Sefriani. Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap
Hukum Internasional dalam Perspekti Filsafat Hukum.
Jurnal Hukum, No. 3 vol. 18., Juli 2011: 405 – 427
- Yoseph Yapi Taum. Kekerasan Dan Konflik Di Papua:
Akar Masalah Dan Strategi Mengatasinya. Jurnal Peneli-
tian. Volume 19, No. 1,. November 2015, hlm. 1-13.
- Ngatiyem, 2007, Skripsi: Organisasi Papua Merdeka
1964-1998 (studi tentang pembangunan stabilitas politik
di Indonesia), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
- Thomas Bagus Putera, 2016, Tesis: Kepentingan Vanuatu
Dalam Usaha Pemerdekaan Papua. Universitas Airlang-
ga.
- Muhammad Nugroho Sugiyatno, 2017, Skripsi; Organ-
isasi Papua Merdeka (OPM) Dalam Perspektif Subjek
Hukum Internasional. Departemen Hukum Internasional
fakultas Hukumuniversitas Hasanuddin Makassar.
- Seta Megantara, 2013, Skripsi; Upaya Organisasi Papua
Merdeka (Opm) Dalam Menggalang Dukungan Interna-
138 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
sional Untuk Kemerdekaan Papua. Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
- Ni Putu Triska Paramitha, 2019, Thesis; Peralihan Mod-
el Pergerakan Separatisme Organisasi Papua Merdeka
(OPM) Dengan Pemanfaatan Strategi Non-Kekerasan
Pasca Tahun 2000. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
- Aswin Syaferial, 2008, Thesis; Urgensi Ratifikasi Pro-
tokol Tambahan 1977 Konvensi Jenewa Bagi Indone-
sia (Dengan Pendekatan Studi Pada Organisasi Papua
Merdeka). Universitas Airlangga.
- Tucker, Spencer C., ed. 2013. Encyclopedia of Insurgency
and Counterinsurgency: A New Era of Modern Warfare:
A New Era of Modern Warfare. Abc-Clio.
- Beckett, Ian F. W, 1999. Encyclopaedia of Guerrilla War-
fare, Oxford: ABC Clio.
- Beckett, Ian F. W, 2001. Modern Insurgencies and Coun-
ter-insurgencies: Guerrillas and their Opponents since
1750, London: Routledge.
- Galula, David. 1964. Counterinsurgency warfare; theory
and practice. New York,: Praeger.

Koran, Majalah, Buletin


- Dutch Australian Weekly, 1 Juni 1987
- Post Courier, 11 April 1975
- Post Courier, 8 Agustus 1978
- Post Courier, 20 Desember 1978
- Post Courier, 2 Oktober 1979
139 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
- Post Courier, 5 Oktober 1979
- Post Courier, 8 Oktober 1979
- Post Courier, 15 Oktober 1979
- Post Courier, 12 Oktober 1979
- Post Courier, 29 Januari 1980
- Post Courier, 9 April 1980
- Post Courier, 20 Februari 1980
- Post Courier, 28 Februari 1980
- The Canberra Times, 11 April 1975
- The Canberra Times, 07 Juni 1988
- The Canberra Times,17 Juni 1988
- The Canberra Times, 8 Juli 1988
- The Canberra Times, 11 Juli 1988
- The Canberra, Times 23 Juli 1988
- The Canberra Times, 24 Juli 1989
- The Canberra Times, 2 Agustus 1988
- The Canberra Times,11 Oktober 1988
- The Canberra Times, 19 Oktober 1988
- The Canberra Times, 28 Oktober 1988
- The Canberra Times, 29 Oktober 1988
- The Canberra Times, 31 Oktober 1988
- The Canberra Times, 13 November 1988
- The Canberra Times,14 November 1988
- The Canberra Times, 16 November 1988
- The Canberra Times, 14 November 1988
- The Canberra Times Mon 24 Jul 1989
- The Canberra Times, 30 November 1990
- The Canberra Times, 19 Februari 1991
140 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
- The Canberra Times, 21 November 1991
- De Volkskrant 29 Januari 1969
- De Volkskrant 28 November 1973
- De Volkskrant 13 Juni 1975
- Nederlands Dagblad 18 Juni 1975
- Nederlands Dagblad, 02 Mei 1983
- Nederlands Dagblad, 05 Oktober 1985
- Nederlands Dagblad, 08 Mei 1987
- Trouw 08 Januari 1976
- Het Vrije Volk 21 Maret 1980
- Vanuatu Daily Post, 3 Desember 2014
- Vanuatu Daily Post, 5 Desember 2014
- Haagsch Courant, 20 Agustus 1981
- Berita Buana, 10-11-1976
- Harian Suara Pembaruan, 8 Maret 2004
- Harian Republika, 15 Juli 2008
- Inside Indonesia No.4 March 1985
- InsideIndonesia 26 Jul12007
- Majalah Gadis, November 1976
- Majalah Gadis, Januari 1977
- Majalah SELECTA, 13 September 1976
- Majalah Aktuil, edisi 226, 1976
- Majalah Aktuil, edisi 214, 1977
- Majalah TOP, edisi 63, 1976
- Majalah TOP, edisi 45, 1977
- Majalah, VARIASI, 30 Desember 1976
- Majalah VARASI No. 201, Oktober 1977
- ROLLING STONE Indonesia, 22 Juni 2011
141 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
- Majalah Tempo, 5 April 1980
- Majalah Tempo, 28 Juni 1980
- Majalah Tempo, 11 Agustus 1979
- Pacific Island Monthly Juni 1979
- Pacific Island Monthly, April 1983
- Pacific Island Monthly April 1986
- Pacific Island Monthly, September 1988
- Majalah Tok Blong Pasifik Volume 4 Issu 3, Fall 2006
- Paradise Magazine Vol. 1, 2007
- Buletin PaTiMa no. 34
- The Bulletin, 29 Agustus 1978
- Buletin TAPOL No. 80, April 1987
- Buletin TAPOL No. 160, November/December 2000
- Tabloid Jubi, 11 Agustus 1999
- Tabloid Jubi, 29 Maret 2000

Media Online
- Facebook/Andy Ayamiseba.
- Facebook/Humans of Vanuatu.
- Facebook/BlackBrothers
- https://blogs.griffith.edu.au/asiainsights/the-long-road-
home/ (Published 25 February 2020)
- https://dailypost.vu/news/west-papua-struggle-accepts-
two-new-members/article_c01b86c2-6afc-11ea-b8fc-
c783fa694a36.html
- https://dailypost.vu/news/ps-koanapo-says-issue-of-west-
papua-now-gone-beyond/article_d3f9f3f4-67ab-5bfb-
b8d5-6200a27eb43a.html
142 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
- https://dailypost.vu/news/acp-states-call-for-human-
rights-situation-in-west-papua/article_9e25a50a-1ebe-
11ea-bd79-375821e25846.html
- www.saipantribune.com
- https://suarapapua.com/2020/02/10/rakyat-papua-barat-
harus-tetap-bersatu-dan-fokus-kepada-tujuan/
- https://suarapapua.com/2020/02/29/sambutan-ketua-ulm-
wp-dalam-doa-perkabungan-alm-andy-ayamiseba/
- https://suarapapua.com/2013/10/04/pesan-dr-jhon-otto-
ondowame-rakyat-pb-harus-bersatu-dan-lanjutkan-per-
juangan-sampai-papua-merdeka-bagian-i/
- https://suarapapua.com/2013/03/06/pesan-dr-ondowame-
rakyat-pb-harus-bersatu-dan-lanjutkan-perjuangan-sam-
pai-papua-merdeka-bagian-iihabis/
- https://suarapapua.com/2012/09/21/pm-vanuatu-hadiri-
pemakaman-dr-jhon-otto-ondowame/
- https://pmc.aut.ac.nz/pacific-media-watch/vanuatu-pap-
uan-independence-leader-ondawame-dies-8945
- https://www.cendananews.com/2017/04/yochy-si-pena-
emas-black-brothers.html
- https://www.cendananews.com/2017/03/amry-muraji-
kahar-si-peniup-terompet-black-brothers.html
- https://www.cendananews.com/2017/03/peniup-sakso-
fon-black-brothers-memilih-jaga-rumah-papua-indone-
sia.html
- https://www.cendananews.com/2017/03/ini-perjalanan-
grup-band-legendaris-black-brothers.html
- https://nasional.tempo.co/read/11004/vanuatu-dukung-
143 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
kemerdekaan-papua
- www.chmsupersound.com/about/
- https://www.chm.com.pg/about-us/history/
- http://slank.com/sejarah/
- http://www.looppng.com/content/west-
papua%E2%80%99s-black-brothers-pom-independence-
concert
- https://www.pngfacts.com/news/three-arrested-as-west-
papua-raises-morning-star-flag-in-papua-new-guinea
- http://www.pina.com.fj/index.php?p=pacnews&m=read
&o=189495695651c21c30f4429128fc1d
- https://blogs.griffith.edu.au/asiainsights/the-long-road-
home/
- https://www.abc.net.au/radionational/programs/archived/
artworks/chm-supersound-png-music/3029378
- https://www.pressreader.com/papua-new-guinea/para-
dise/20160901/282020441727069
- https://www.facebook.com/NGRWP/posts/pidato-kon-
solidasi-kedua-dan-tahun-baru-2017saudara2-sebangsa-
dan-setanah-air-ja/1215100861915909/
- https://www.negarahukum.com/hukum/pengakuan-terha-
dap-pemberontak-belligerency.html
- https://harianmomentum.com/read/22712/perlunya-
mendaftarkan-opm-sebagai-organisasi-teroris-kepada-
pbb
- https://pta.trunojoyo.ac.id/welcome/detail/140111100363
- https://blogs.icrc.org/indonesia/konvensi-jenewa-ta-
hun-1949/
144 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
- https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/12/06/
pjad4n440-mendefinisikan-opm-dan-kkb
- https://www.indoprogress.com/2018/07/stigma-separat-
isme-legitimasi-penjajahan-di-papua-barat/
- https://www.indoprogress.com/2018/07/stigma-separat-
isme-legitimasi-penjajahan-di-papua-barat/
- https://www.indoprogress.com/2019/10/kill-switch-wa-
jah-otoriter-indonesia-terhadap-papua/
- https://www.medcom.id/nasional/politik/zNAVzxZb-
dua-gerakan-separatis-papua
- https://republika.co.id/berita/q1qnb2349/kelompok-ke-
merdekaan-papua-bukanlah-gerakan-tunggal
- https://www.aljazeera.com/news/2019/07/papua-rebels-
unite-indonesia-rule-190703041548093.html
- https://tirto.id/vanuatu-si-kecil-pendukung-pemerdekaan-
papua-dfPk
- https://youtu.be/0yxUF6R_6f0 (Prof. Dr. Amien Rais:
Pepera 1969 dan Pergerakan ULMWP)
- https://youtu.be/YGZvjrPpcbw (Dr. Ani Widayani Soetji-
pto, Pengamat HI-Peneliti Papua Cernter FISIP UI)
- https://www.youtube.com/watch?v=BtHmOeRMbd0
(Perjalanan Awal Slank 1983 – 1996)
- https://asiapacificreport.nz/2020/02/26/obituary-andy-
ayamiseba-long-road-home-to-an-independent-west-
papua/
- https://www.billboard.com/articles//1411992/west-pap-
uan-artist-rumwaropen-dies
- https://papua.antaranews.com/berita/456654/png-un-
145 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
dang-black-brothers-meriahkan-hari-kemerdekaan
- http://pacific.scoop.co.nz/2011/09/west-papua-activists-
put-pressure-on-ban-ki-moon/
- https://westpapuamedia.info/2011/09/07/un-secretary-
general-ban-ki-moon-calls-for-papuan-human-rights-to-
be-respected/
- https://lifestyle.bisnis.com/read/20160819/225/576542/
hut-ke-71-ri-black-brothers-meriahkan-papua-nugini
- https://asiapacificreport.nz/2016/09/20/west-papuas-
black-brothers-message-to-png-musicians-stay-commit-
ted/
- https://postcourier.com.pg/black-brothers-to-rock-stadi-
um/
- https://www.loopsamoa.com/content/black-brothers-
band-spice-pom%E2%80%99s-independence-celebra-
tions
- https://eveningreport.nz/2020/02/26/obituary-andy-
ayamiseba-long-road-home-to-an-independent-west-
papua/
- https://thediplomat.com/2008/04/power-of-one/
- https://casoar.org/2019/04/03/des-kopikats-aux-black-
brothers-rocknroll-disco-et-reggae-en-papouasie/
- https://newint.org/features/2017/05/01/the-drumbeat-of-
resistance
- https://www.skor.id/video/detail/811/johanis-auri-dipak-
sa-jadi-bek-kiri-hingga-bawa-gelar-perdana-untuk-persi-
pura-kebanggaanindonesia
- https://jubi.co.id/gubernur-ndc-di-png-terima-john-
146 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi
rumbiak-award-itulah-posisi-png/
- https://jubi.co.id/black-brothers-show-kemerdekaan-png/
- Jubi Online, 30 November 2013
- Jubi Online, 31 Januari 2013
- Jubi Online, 10 Mei 2013
- Jubi Online, 17 Maret 2014
- Jubi Online, 18 Maret 2014
- Jubi Online, 11 April 2014
- Jubi Online, 15 Juli 2014

Peraturan:
- HR Konvensi Den Haag IV 1907
- Konvensi Jenewa 1949
- Protokol Tambahan II, 1977
- Konvensi Denhaag 1954
- Konvensi Wina 1969
- United Nation General Assembly Resolution 1514 (XV)
1960
- New York Agreement 1962
- Resolusi Majelis Umum No. 3102 (XXVII) Tahun 1973.

Penuturan dari sahabat dan kerabat almarhum.

147 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Lampiran Surat

Deklarasi Port Vila 1985

148 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Deklarasi Saraladana 2014

149 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Dukungan Prai untuk ULMWP 2017

150 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Surat tugas kepada Rex
Rumakiek sebagai wakil
tetap OPM di Pasifik yang
berkedudukan di Vanyatu

Surat Jawaban PM
Salomon untuk kunjungan
OPM ke Salomon 1996

Surat ke PM
Salomon untuk
kunjungan OPM ke
Salomon 1996

151 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Seruan Berkabung Nasional

152 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Lampiran Foto

Andy saat sekolah di JVVS Saoka, Sorong 1957. Foto; Jonand Dimalow

Dirk Samuel Ayamiseba (Bapak), Poppy (saudara kembar), Andy dan Dolfina Tan
Ayomi (mama), foto setelah pulang sidi, tahun 1964. Foto; dok. Keluarga

153 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy bersama keluarga di jln Mandala, Dok V, Jayapura. Foto; Keluarga

Andy penggemar kacamata riben, 1969 dan 1968. Foto; Keluarga

154 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy bersama keluarga di Belanda 1980. Foto; dok. Keluarga

Andy bersama keluarga Andy bersama keluarga


Timor 1979. Foto; Keluarga Australia 26 Desember 2019

Andy bersama keluarga di Vanuatu 2004 dan 2013. Foto; Keluarga

155 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Band Muda Ria, dari kiri; Suzanna Kansil, Nancy Matatula, Andy Ayamiseba dan pe-
main bass alm Ir. John Amandus Tamnge. Foto ini saat Muda Ria pentas di acara malam
kunci tahun 1964. Di rumah Tn. Scholderman, seorang pemborong turunan Belanda di
Tasangkapura, Jayapura. Foto; dok. Andy Ayamiseba

Richard Kiat (lead guitarist), Andy (slide guitarist) dan


John Amandus Tamnge (bassist) tahun 1964 di Jayapura. Foto; dok. Andy Ayamiseba

156 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Varunas Band, dari kiri; Ricky Hayers (Haay), Andy Ayamiseba, Abdul Rahman Saleh
(driver Andy), Ringgo Kadmaer (depan), Bas Lanoh (di belakang Ringgo) akhir tahun
1969

Grup Sombar, idola Andy Ayamiseba. Diantaranya; Vincent Fanghoy, Mimi Fatahan,
Bas Lanoh, Yan Lanoh, Marten Lee dan Sem Lanoh.

157 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Sketsa Andy dan Black Brothers,
Menghiasi Wajah Media

158 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Black Brothers, Black Papas dan Coconut’s Band

Andy bersama personil Black Black Brothers di Taman Mini, 1976


Brothers di Ciomas, 1976

< Penghargaan piringan


emas dari Puspen Hankam
tahun 1977/1978

Pentas terkahir Black Brothers di Jayapura dan Biak 1978

Black Brothers tiba di Jayapura dengan menggunakan pesawat Fokker 28

Black Brothers di GOR Jayapura dan karcis masuk GOR

159 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy bersama anak-anaknya Andy dan BB di Solomon Island (1986) meng-
galang dana untuk koban bencana Cyclone
Namu

Andy dan BB di depan rumah, Vanuatu BB di Belanda

Andy dan BB di Vanuatu 1983, saat kampanye untuk Vanua’ku Party

160 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Majalah Selecta 1976, kiri; formasi panggung BB, kanan, Sandhy dan Benny

Andy Bersama istri dan Persipura Juara Piala Presiden 1976,


anak-anak menjadi inpirasi bagi terciptanya lagu
“Persipura”. Dok Perpusnas.

Majalah Zaman 1980, Stevie Benny, Hengky Yochie, David dan Amry

161 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Majalah Zaman 1980

Konser Black Brothers di PNG 2016

162 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy bersama personil Black Brothers di Jakarta, tahun 1979

Andy bersama Yochie dan Agust di studio, Belanda

163 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy bersama keluarga dan Black Brothers di Belanda

Nederland Dagblad, 20 Maret 1980 Het Vrije Volk, 21 Maret 1980

164 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Black Brothers diplomasi “Musik” di Pasifik

Raymond Chin menggunakan jaket biru bersama grup band Strangers. Pertemuan
dengan Andy Ayamiseba membahas konser BB September 2016.

Agus Rumwaropen menjadi logo studio CHM, album live dan perpisahan dengan
PNG, kaset Stevie Wonder untuk BB, iklan BB di media PNG 2016

Show BB dalam membantu kampanye Vanuaa’ku Party 1983, dua kaset dengan lebel
Vanuatu West Papua (Vanuwespa)

BB live New Caledonia tv dalam tour di bulan desember 1983, karcis penonton dan
sebuah kaset yang di produksi untuk di pasarkan di New Caledonia.

Black Brothers melakukan tour di Solomon pada April 1987


< Penghargaan yang diraih Black Brothers dari kiri; 1. Piringan
emas dari Siaran ABRI Puspen Hankam sebagai pemenang angket
musik populer 1977/1978. 2. Penghargaan di PNG, penjualan kaset
terbanyak 1981. 3. Pemenang III grup band paling populer, angket
musik pop Indonesia 1977 yang dilakukan majalah Sonata, Variasi,
Violeta dan Vista.

165 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Foto Yang Terpotong, Momen Bersejarah

Port Vila, Vanuatu 11 Juli 1985


Foto berwarna, persiapan penandatanganan deklarasi perdamaian dan persa
tuan antara ke dua pemimpin Papua, Jacob H. Prai dan Brigjen Seth J. Rum-
korem. Duduk (dari kanan) Andy Ayamiseba, Jacob Prai dan Seth Rumkorem.
Berdiri (dari kiri) Rex Rumakiek, Barak Sope (Ambasador Keliling dan Se
kretaris jenderal Vanua’aku Party) dan Kai Patterson, Koordinator Sekretariat
Vanua’aku Party, di kediaman Barak Sope, Ifira Island, Vanuatu. Foto; Rex Ru-
makiek, Tapol Bulletin No. 71, September 1985 dan Malcom Gault-Williams.

166 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Prosesi adat permintaan maaf terhadap Black Brothers di depan Nakamal (rumah adat)
yang disaksikan oleh semua pemimpin adat di Vanuatu, 2002

Zeth Rumkorem dan Andy Ayamiseba, ban- Rex Rumakiek, Andy Ayamiseba di
dara Vanuatu 1985 Vanuatu 2012

Andy Ayamiseba dan Otto Ondawame Andy Ayamiseba dan Benny Wenda di
di Vanuatu 2012 Vanuatu

Andy Ayamiseba, Rex Rumakiek dan Otto Ondawame, Benny Wenda dan
Otto Ondawame di Vanuatu 2012 Andy Ayamiseba diVanuatu

167 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Barak Sope bersama Otto Ondawame, Clemens Runaweri dan
Willem Zonggonau di Vanuatu

Andy Ayamiseba bersama Theys H Eluay Ketua Presidium Dewan Papua, dan Nicolaas
Messet, Franz Jochu dari (PDP) Panel Pasifik tahun 2000

Tom Beanal, Andy Ayamiseba dan Zeth PDP bersama Andy dan Barak Sope di
Rumkorem di Belanda Singapura

Tim Papua mengikuti Millenium Summit PBB di fasilitasi Vanuatu

168 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Rapat evaluasi tahunan ULMWP tahun 2016 Benny dan Octo Mote berpelukan usai
penyerahan kantor ULMWP oleh pemer-
intah Vanuatu, 1 Desember 2017

Rapat konsultasi dengan Barak Sope sebagai pe- Rapat konsultasi dengan kelumpok pendukung
nasehat WPNCL jelang pertemuan MSG, 2013 WPNCL jelang pertemuan MSG, 2013

Rapat kerja tahunan WPNCL di Lido, PNG ta-


hun 2010

Prime Minister of Vanuatu, Honorable Ed- Otto Ondawame, Ralph Regenvanu, Andy
ward Nipake Natapei MP and West Papua Ayamiseba dan Benny Wenda di Vanuatu
National Coalition For Liberation (WPN-
CL) 2009

169 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy bersama pemimpin Vanuatu Djopari dan Andy Ayamiseba

Delegasi PDP dan Andy melakukan Ketua PDP, Theys Eluay. PDP Panel Asia, Pa-
pertemuan dengan Barak Sope sifik dan moderator PDP di AS

Foto kiri; Vanuatu pernah menjadi basis perjuangan Timor Leste, tahun 1987 kampenye bersama
Papua dan Timor Leste, Araujo sedang berbicara, Agus Rumwaropen berdiri (baju orange) dan
Andy Ayamiseba duduk (baju kuning). Foto kiri; Tahun 2011 Xanana mengunjungi Vanuatu, ber-
temu dengan Andy Ayamiseba dan Barak Sope.

170 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy Ayamiseba, Eni Faleomavaega dan WPNCL dan Moana, tahun 2013
Otto Ondawame

Ketua Dewan Militer Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat bertemu dengan
Perdana Mentri Vanuatu, Moana Kalosil, 2013

Deputy Prime Minister, HON JOE NATUMAN MP bertemu dengan peserta KTT
ULMWP Desember 2016

171 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andy Ayamiseba, Powes Pakop Gubernur Andy Ayamiseba, Barak Sope, Gary Juffa,
National Capital Distric PNG jelang pertemuan PIF di PNG, 2015

Andy Ayamiseba, dan John Tekwie Andy Ayamiseba dan Michael Somare
jelang pertemuan PIF di PNG, 2015

Delegasi WPNCL bertemu dengan oposisi Andy Ayamiseba bertemu dengan panitia
di gedung parkemen Vanuatu, 2012 lokal KTT ULMWP di Port Vila, Vanuatu
2016

172 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Pertemuan dengan kelompok pendukung Papua di Vanuatu

Rapat kerja tahunan WPNCL di Lido, PNG


tahun 2010

Pertemuan delegasi ULMWP dengan PM Salomon

173 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Rapat koordinasi persiapan penyerahan aplikasi Renyerahan aplikasi WPNCL ke Peter Forau
WPNCL ke sekretariat MSG, 2013 Direktur Jendral MSG, 2013

Rapat konsultasi dengan kelompok pendukung WPNCL jelang pertemuan MSG, 2013

Kepala Misi WPNCL dengan Duta Besar Khusus Vanuatu untuk PBB yang baru dilantik,
Mr. Odo Tevi di Vanuatu

174 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Barak Sope dan Andy Ayamiseba, dua sahabat karib

Pertemuan terakhir, Rex Rumakiek, Benny Wenda dengan Andy Ayamiseba, 18 Februari 2020

175 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Penyerahan aplikasi keanggotaan ULMWP di sekretariat MSG 5 Februari 2015

176 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Hari-hari terakhir bersama Anak dan Cucu di Australia. Foto; dok. Keluarga

Ibadah dan pemakaman Andy Ayamiseba. Foto; dok. Keluarga

177 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


“Saya sudah berkali-kali menjadi saksi, dan kita punya pemimpin
tidak pernah mau bersatu dan saya tidak mau lagi penderitaan
bangsa Papua menjadi sangat lama”

178 |Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Seorang pejuang pembebasan yang tinggal di p­ engasingan se-
lama seluruh kehadiran saya di planet ini, untuk membebas-
kan rakyat dan negeri tercinta kita, PAPUA BARAT.

179 | Idealisme, Dedikasi dan Konsistensi


Andreas Wilhelmus Ayamiseba tokoh Papua yang meninggalkan
jejak sejarah penting dalam perjuangan pembebasan Papua,
ia seorang maestro yang memiliki insting seni, naluri politik
dan kemampuan berbisnis yang berpadu menjadi satu dalam
memperjuangkan pembebasan Papua.
Andy menjadi tokoh jalan tengah dari konflik-konflik yang
terjadi diantara para pemimpin Papua, mempersatukan m ­ ereka
untuk membangun “Perahu Besar” yang akan membawa
masyarakat Papua keluar dari cengkraman kolonialisme
­
Indonesia.

Andy menganut penuh filosofi One People One Soul, untuk


beliau tidak ada perbedaan pantai dan gunung atau isme-isme
lain yang suka membeda-bedakan yang pada akhirnya membuat
konflik antara sesama orang Papua. Kiranya riwayat ­Patriotisme
Nasional Almarhum Andy Ayamiseba, menjadi teladan dan
­
­inspirasi bagi pejuang-pejuang sekarang dan generasi penerus
­perjuangan bangsa Papua Barat untuk merdeka di atas tanahnya
sendiri.
Rex Rumakiek, Dewan Penasehat WPNCL

Andy Ayamiseba selalu mengingatkan bahwa persatuan


adalah kunci, “Saya sudah berkali-kali menjadi saksi, dan kita
punya p­ emimpin tidak pernah mau bersatu dan saya tidak mau
lagi ­penderitaan bangsa Papua menjadi sangat lama”.
Andy Ayamiseba adalah pemimpin nasionalis yang patut
diteladani oleh generasi muda. Semua orang Papua yang
ada di ­ Vanuatu beliau layani, ini perjuangan panjang yang
ditinggalkannya, kita generasi muda harus melanjutkannya.
Benny Wenda, Presiden Eksekitif ULMWP

Anda mungkin juga menyukai