Dosen Pengampu:
RAHAYU REPINDOWATY HARAHAP, S.H., LL.M
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2020
- Cari dan analisis 3 (tiga) kasus sengketa kelautan antara Indonesia
dengan Negara lain serta bagaimana penyelesaiannya!
JAWAB :
Tentang garis pangkal kepulauan secara khusus diatur dalam Pasal 47 ayat
1-9 Ayat (1) UNLCOS 1982, menegaskan hak negara kepulauan untuk
menetapkan garis pangkal kepulauan. Selanjutnya ditegaskan tentang cara
menarik garis pangkal kepulauan, yakni dengan menghubungkan titik-titik terluar
dari pulau-pulau terluar. Syarat garis lain adalah seperti yang ditegaskan pada ayat
(2) pada UNCLOS 1982, bahwa panjang garis pangkal kepulauan tidak boleh
melebihi dari 100 mil laut, kecuali hingga 3% dari jumlah seluruh garis pangkal
yang mengelilingi setiap kepulauan diperkenankan melebihi dari panjang tersebut
hingga pada panjang maksimum 125 mil laut (UNCLOS, 1982:18).
Hal ini sesuai dengan Pasal 47 ayat (6) dalam UNCLOS 1982 yang
menegaskan tentang perairan di negara kepulauan yang terletak antara dua bagian
dari suatu negara tetangganya yang secara langsung berada dalam posisi
berdampingan. Pada perairan kepulauan itu, negara tetangga memiliki hak-hak
serta kepentingan-kepentingan lainnya yang secara sah memang ada jauh
sebelumnya, dan secara tradisional dilaksanakan oleh negara tetangga di dalam
perairan tersebut (Parthiana,1990:78).
Penyelesaiannya :
DAFTAR PUSTAKA :
Arsana, I Made Andi. 2007. Batas Maritim Antarnegara Sebuah Tinjauan Teknis
dan Yuridis. Yogyakarta: Gadjah Madda University Press.
Elisa Putri, Ayuningtya. 2014 Hukum internasional konflik Blok Ambalat antar
Indonesia
Munawar, Mohamed 1995, Ocean States Archipelagic Regimes in the Law of the
Sea, Dordrecht : Martinus Nijhoff,
Penyelesaiannya:
4. Upaya secara non – litigasi adalah suatu upaya penyelesaian yang sering
disebut juga dengan alternatif penyelesaian sengketa.
Dalam bulan Maret tahun itu, negara Indonesia dan China sepakat untuk
menyelesaikan permasalah itu dengan jalan damai yaitu dengan cara mediasi.
Untuk menyelesaikan sengketa wilayah ini, perlu melibatkan orang ketiga dalam
sengketa antara negara Indonesia dengan China. Pihak ketiga yang menjadi
mediator ini dapat menunjuk siapapun sesuai kesepakatan dari negara Indonesia
dengan China. Namun yang paling logis dalam menjadi mediator ini yaitu
Mahkamah Internasional.
Dalam hal ini, Mahkamah Internasional sebagai mediator harus bersikap
netral artinya tidak memihak diantara negara Indonesia maupun negara China.
Tentu hal inilah cara yang paling memungkinkan untuk dapat menyelesaikan
sengketa yang melibatkan negara Indonesia dengan China mengenai wilayah Laut
Natuna Utara . Yang mana kedua negara juga sudah sepakat untuk saling
menghormati satu sama lain. Pemerintah Indonesia menganggap masalah
sengketa ini sudah selesai dan hanya terjadi kesalahpahaman di antara kedua
negara.
Jadi, pada kasus ini Indonesia dan China menjadi subjek hukum yang
bersengketa dan objek yang dipersengketakan adalah wilayah laut natuna dan
berdasarkan Pasal 279 Konvensi Penyelesaian Sengketa Secara Damai (Pasific
seatlement of international dispute) , Pasal 2 Ayat (3) Piagam PBB dan Pasal 33
Ayat (1) Piagam PBB. Yang menyelesaikan sengketa secara Politik/Diplomatik
dengan Mediasi, yang menggunakan mediator secara aktif serta mempunyai
kewenangan untuk mengajukan konsep penyelesain sengketa yang dapat
diterima para pihak.
DAFTAR PUSTAKA :
https://www.researchgate.net/publication/338821361_PENYELESAIAN_
SENGKETA_DI_LAUT_NATUNA_UTARA
3. Tumpahan Minyak (Indonesia – Singapura)
Akibat dari tabrakan ini, tumpahan minyak yang disebabkan oleh kpal
tersebut mencemari laut. Tumpahan minyak tidak hanya mencemari laut
Singapura namun Indonesia pun mendapat imbas dari peristiwa tersebut. Pulau
Bintan adalah salah saatu pulau terluas dan merupan satu pulau yang paling
terancam, pasalnya lokasi kecelakaan hanya 18,6 mill dari pulau bintang.
Tumpahan minyak ini di khawatirkan akan menimbulkan efek rusaknya ekosistem
laut yang berada di sekitaran pulau Bitan. (indo. Wsj.com)
Ketika Oil Spil jatuh ke lingkungan laut, maka secara otomatis lingkungan
laut akan mengalami perubahan. Dimana perubahan itu mengarah pada hilangnya
fraksi minyak yang telah tumpah itu akan terurai oleh lingkungan laut,tetapi
membutuhkan waktu yang lama, tergantung pada karakteristik awal fisik kimiawi
minyak.
Polutan dan jenis minyak mentah yang ada di perairan sering menjadi isu-
isu lingkungan sehingga dapat menjadai ancaman terkait dengan iklim investasi.
Secra tidak langsung, pencemaran yang terjadi akibat minyak yang menggenangi
lautan dengan sususna yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan
mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut.
c. rehabilitasi;
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanggung jawab dan kewajiban ganti rugi dari Negara merupakan prinsip
yang sangat penting dalam hukum internasional, sehingga kalau terjadi
pelanggaran kewajiban internasional akan timbul tanggung jawab Negara.
Penyelesaiannya :
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4550/140200068.pd
f?sequence=1&isAllowed=y
- Kunjungi 3 jurnal hukum (Uti possidetis, Undang, dan Jambe Law
Journal)
Screenshoot 3 judul artikel yang dibaca dan dikirim ke group WA
HLI
Dikumpul hari kamis tanggal 14 Mei 2020 paling lambat pukul
16.00 wib
JAWAB :