Anda di halaman 1dari 44

363.

1
Ind
s

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1087/MENKES/SK/VIII/2010

S TA N DA R
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA
TAHUN 2010
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI

363.1

Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal


Bina Kesehatan Masyarakat.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS)
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010.

I. Judul 1. OCCUPATIONAL HEALTH SERVICES


2. ACCIDENT PREVENTION 3. ACCIDENT OCCUPATIONAL

Buku ini diterbitkan oleh


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no : 62-21-5275256, 5214875
Fax no : 62-21-5275256, 5214875
Website : www.kesehatankerja.depkes.go.id
78 | P a g e P a g e |i

KATA PENGANTAR

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
Keterangan : rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah
• Dilaporkan 6 bulan sekali: maupun pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai
- Periode Januari - Juni dilaporkan pada bulan Juli
- Periode Juli - Desember dilaporkan pada bulan Januari fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan
• Baris ke-4 pada kolom jumlah diisi “berapa kali diadakan”, pada kolom keterangan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa
diisi “jenis pelatihan dll, serta infromasi lain yang diperlukan.
• Baris ke-5 pada kolom jumlah diisi “berapa kali diadakan”, pada kolom keterangan mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
diisi “tempat pemantauan dll, serta informasi lain yang diperlukan. seluruh pekerja Rumah Sakit.
• Baris ke-6 pada kolom jumlah diisi “berapa kali diadakan”, pada kolom keterangan
diisi “sasarannya siapa dll, serta informasi lain yang diperlukan.
• Baris ke-7 pada kolom jumlah diisi “berapa kali diadakan”, pada kolom keterangan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat
diisi “tempat pemantauan dll, serta informasi lain yang diperlukan. perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak
• Baris ke-8 pada kolom jumlah diisi “berapa kali diadakan”, pada kolom keterangan
diisi “tempat pemantauannya” dan informasi lain yang diperlukan.
negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan, maupun
• Baris ke-9 pada kolom jumlah diisi “berapa kali diadakan”, pada kolom keterangan keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan dan logistik lainnya
diisi “bentuk pembinaannya, pengawasannya dimana dll, serta informasi lain yang
diperlukan. yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk
Mengetahui ......................., ................................20...... kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja Rumah
Direktur.................................................... Pengelola Program Kesehatan dan Sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitarnya.
.................................................................... Keselamatan Kerja
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS)
ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam
.................................................................... ..................................................................
pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan peran
Nip............................................................. Nip..........................................................
standar K3RS terdahulu yang di kenal dengan Kebakaran,
Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS
sebagai acuan lebih komprehensif karena didalamnya terdapat
Standar Kesehatan Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang
mencakup standar penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan
terhadap bencana.

Standar K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri


Kesehatan RI No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat
diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam
pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
ii | P a g e P a g e | 77

penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang


undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
MENTERI KESEHATAN
Semoga kehadiran buku Standar K3RS ini dapat bermanfaat bagi REPUBLIK INDONESIA

kita semua dalam mewujudkan pekerja sehat dan meningkat 2. Formulir laporan rekapitulasi semester (6 bulan) kesehatan kerja
produktivitasnya.
FORMULIR LAPORAN REKAPITULASI SEMESTER (6 BULAN)
PELAYANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(Form LS4-Untuk Rumah Sakit)
Jakarta, September 2010 =================================================
Nama Rumah Sakit : ................................................
Direktur Bina Kesehatan Kerja Alamat Lokasi : ................................................
Kabupaten/Kota : ..............................................., Propinsi : ..............................................
Periode Bulan : ......................s.d.................... Tahun : .........................

No Uraian Jumlah Keterangan

dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS 1 SDM Rumah Sakit ................


2 SDM Rumah Sakit yang :
a. Berpendidikan formal Kesehatan dan Keselamatan
Kerja ................
b. Sudah dilatih tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja ................
c. Sudah dilatih tentang Diagnosis PAK ................
3 Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia, dll ................
4 Pelatihan internal K3 yang dilaksanakan ................
5 Pemantauan keselamatan kerja ................
6 Promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM
Rumah Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar pasien ................
7 P�����������������������������������������
emantauan �������������������������������
kesehatan lingkungan kerja dan
pengendalian bahaya di tempat kerja (setiap unit kerja
di Rumah Sakit) ................
8 Pemantauan APD (jenis, jumlah, kondisi dan
penggunaannya) ................
9 Pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan
pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur) ................

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
76 | P a g e P a g e | iii

DAFTAR ISI

MENTERI KESEHATAN Halaman


REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
No. Uraian Jumlah Keterangan
5 Kasus penyakit akibat kerja pada :
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
a. SDM-RS .....................
b. Pekerja Luar RS .....................
TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR....................................... v
6 Kasus kecelakaan akibat kerja pada : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI..................................... 1
a. SDM-RS .....................
b. Pekerja Luar RS ..................... STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI
7 kejadian nyaris celaka� (near miss) dan
Kasus ����������������������� .................... RUMAH SAKIT........................................................................................ 7
celaka
8 Angka absensi ��������������
SDM-RS (orang) .................... I. PENDAHULUAN........................................................................... 7
9 Pemeriksaan kesehatan SDM-RS :* A. Latar belakang........................................................................ 7
a. Pemeriksaan awal ...................... B. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit......................... 14
b. Pemeriksaan berkala .....................
c. Pemeriksaan khusus ...................... C. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup............................. 16
10 Cakupan pemeriksaan kesehatan ((MCU) ..................... D. Pengertian................................................................................ 17
SDM-RS (%)
II. PRINSIP, PROGRAM������������������������
, DAN KEBIJAKAN PELAKSA-
Keterangan :
• SDM-RS : Sumber Daya Manusia-Rumah Sakit
NAAN K3RS.................................................................................... 20
• Pelaporan dari Rumah Sakit yang bersangkutan. A. Prinsip K3RS............................................................................ 20
• Pelaporan sekali sebulan, di awal bulan.
• *= diisi jika ada, pada kolom keterangan agar diisi hasil pemeriksaan : tidak ada
B. Program K3RS........................................................................ 21
kelainan atau ada kelainan. Selanjutnya jika ada yang menderita penyakit akibat C. Kebijakan Pelaksanaan K3RS............................................ 28
kerja atau diduga menderita penyakit akibat kerja supaya disebutkan jumlahnya dan
jenisnya penyakit akibat kerja tersebut.
• Baris 10 (Sepuluh), agar diisi dalam bentuk persentase, yakni jumlah SDM-RS yang
III. STANDAR PELAYANAN K3RS............................................... 30
diperiksa dibagi dengan jumlah seluruh SDM-RS, dan dikali 100%. A. Standar ����������������������������������������
Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit 30
B. Standar �������������������������������������
Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah
Mengetahui ........................., ..................................20...... Sakit............................................................................................ 34
Direktur............................................. Pengelola Program Kesehatan dan
............................................................. Keselamatan Kerja IV. STANDAR K3 PERBEKALAN KESEHATAN DI
RUMAH SAKIT.............................................................................. 39
A. Standar Manajemen............................................................. 40
............................................................. ..................................................................
Nip...................................................... Nip.......................................................... B. Standar Teknis........................................................................ 44

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
iv | P a g e P a g e | 75

V. P��������������������������������
ENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN
BERACUN........................................................................................ 57
A. Kategori B3.............................................................................. 58 MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
B. Faktor yang mendukung timbulnya situasi
berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh LAMPIRAN :
Daya racun dinyatakan dengan satuan LD50 atau 1. Formulir laporan bulanan kesehatan SDM Rumah Sakit dan
LC50, dimana makin kecil nilai LD50 atau LC50 B3 Pekerja Luar Rumah Sakit
menunjukkan makin tinggi daya racunnya................ 61
FORMULIR LAPORAN BULANAN
C. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3.... 61 KESEHATAN SDM-RS DAN PEKERJA LUAR RS
D. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya........................ 64 (Form LBKP-4 Untuk Rumah Sakit)
E. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun............. 66 =================================================
Nama Rumah Sakit : ................................................
VI. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS.................. 68 Alamat Lokasi : ................................................
A. Kriteria Tenaga K3................................................................ 68 Kabupaten/Kota : ..............................................., Propinsi : ..............................................
B. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Bulan Pelaporan : ................................................
SDM K3 ................................................................................... 70 No. Uraian Jumlah Keterangan

VII. PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN 1 SDM-RS dan Pekerja Luar RS yang sakit yang
dilayani :
PELAPORAN................................................................................... 72 a. SDM-RS .....................
b. Pekerja Luar RS .....................
A. Pembinaan dan Pengawasan........................................... 72
2 Kasus penyakit umum pada :
B. Pencatatan dan Pelaporan................................................ 72 a. SDM-RS .....................
b. Pekerja Luar RS .....................
VIII. PENUTUP......................................................................................... 74
3 5 (lima) jenis penyakit yang terbanyak pada :
a. SDM-RS
LAMPIRAN ............................................................................................... 75 • ..................................... .....................
• ..................................... .....................
• ..................................... .....................
• ..................................... .....................
• ..................................... .....................
b. Pekerja Luar RS
• ..................................... .....................
• ..................................... .....................
• ..................................... .....................
• ..................................... .....................
• ..................................... .....................
4 Kasus di duga penyakit akibat kerja pada :
a. SDM-RS ....................
b. Pekerja Luar RS ....................
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
74 | P a g e P a g e |v

TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang Abdul Rival
berkaitan dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara Agung Nugroho
tepat waktu kepada wadah organisasi K3 di Rumah Sakit. Azizah
Azhar Jaya
Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan
Dina Dariana
baik untuk laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak
Edi Dharma
terduga.
Eko Budi Priyanto
Elisabeth L Tobing
VIII. P E N U T U P
Guntur Argana
Diharapkan
�������������������������������������������������������
dengan dengan adanya standar ini, pembinaan Ibnu Uzail Yamani
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang selama ini sudah Johan Safari
dijalankan oleh Kementerian Kesehatan dapat ditingkatkan Kuwat Sri Hudoyo
hasilnya. Untuk SDM Rumah Sakit, diharapkan standar ini Lukas Iwan Jayaputra
dapat membantu mereka dalam memahami masalah-masalah Puthut Tri Prasetyo
K3RS dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap Rosidi Roslan
akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya Sabhartini Nadzir
”sehat dalam bekerja”. Selamat Riyadi
Tentu saja standar K3RS ini masih jauh dari sempurna, belum Tasripin
menggambarkan permasalahan dan cara penanggulangan Thomas Patria
secara menyuluruh terutama berdasarkan instalasi yang Tri Hastuti
ada di Rumah Sakit. Kepada para pembaca yang berminat Trio Hartono
dalam bidang K3RS diharapkan bantuan dan masukan yang Wahtyudi Hartono
berharga bagi penyempurnaan standar K3RS ini di masa
mendatang.
MENTERI KESEHATAN,

ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH


Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
P a g e | 73

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3


adalah menghimpun dan menyediakan data dan informasi
kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan
kegiatan K3; mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus
K3, dan menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.

Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3


adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh
kegiatan K3, yang tercakup di dalam :
1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya
penanggulangan dan tindak lanjutnya.

Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing


aspek K3, dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan
formulir-formulir yang telah ada atau yang telah ditetapkan
sesuai dengan aturan yang berlaku serta formulir-formulir
seperti terlampir di dalam standar K3RS ini.

Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3


dilakukan setiap waktu, sesuai dengan jadual pelaksanaan
kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi
kejadian/kasus (tidak terjadual).

Pelaporan terdiri dari; pelaporan berkala (bulanan, semester,


dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang telah
ditetapkan dan pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan
yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi
kasus yang berkaitan dengan K3.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
72 | P a g e P a g e |1

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

VII. PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PELAPORAN NOMOR : 1087/MENKES/SK/VIII/2010

A. Pembinaan dan Pengawasan TENTANG


STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem DI RUMAH SAKIT
berjenjang. Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan
oleh Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
antara lain dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan
teknis dan temu konsultasi dan lain-lain.
Menimbang : a. bahwa bahaya potensial di Rumah Sakit
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor
Kerja di Rumah Sakit (K3RS) dibedakan dalam dua macam, kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor
yakni pengawasan internal, yang dilakukan oleh pimpinan psikososial dapat mengakibatkan penyakit
langsung Rumah Sakit yang bersangkutan, dan pengawasan dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja,
eksternal, yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Dinas pengunjung, pasien dan masyarakat di
Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya lingkungan sekitarnya;
masing-masing.
b. bahwa pekerja Rumah Sakit mempunyai
B. Pencatatan dan Pelaporan risiko lebih tinggi dibanding pekerja indutri
lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK),
kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing unit kerja
sehingga perlu dibuat standar perlindungan
Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang
bagi pekerja yang ada di Rumah Sakit;
dilakukan oleh organisasi K3RS, yang dikumpulkan dan
dilaporkan/diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke Direktur c. b a h w a b e r d a s a r k a n p e r t i m b a n g a n
Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
(Dinas Kesehatan setempat, cq. Penanggung jawab/Pengelola b, perlu ditetapkan Standar Kesehatan dan
Program Kesehatan Kerja). Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
dengan Keputusan Menteri Kesehatan;

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
2|P a g e P a g e | 71

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang
tentang Keselamatan Kerja (Lembaran diperlukan dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari
Negara Republik Indonesia Tahun 1970 proses: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi, pengkajian,
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya,
Republik Indonesia Nomor 2918); rotasi dan mutasi, serta hukuman & penghargaan (reward &
punishment).
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Program pelatihan yang dikembangkan untuk SDM Rumah
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Sakit setidaknya mempunyai unsur :
Tambahan Lembaran negara Nomor 4729);
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 dituangkan dalam matriks pelatihan.
tentang Praktik Kedokteran (Lembaran 2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 kebutuhan tertentu.
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431); 3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3.
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
untuk semua SDM Rumah Sakit di bidang K3.
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar,
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran workshop, pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) dibuktikan dengan sertifikat.
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
persyaratan organisasi atau perundang-undangan.
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang 7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara menjadi sasaran.
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844); 9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
70 | P a g e P a g e |3

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

g. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal tentang Kesehatan (Lembaran Negara
1 orang. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik
3. Rumah Sakit Umum kelas C dan Rumah Sakit Khusus
Indonesia Nomor 5063);
kelas C
a. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
yang terakreditasi mengenai K3RS; Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
b. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam Indonesia Nomor 5072);
bidang �����������������������������������������
K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
7. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
terakreditasi mengenai K3RS;
2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan
c. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1 orang;
2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran
d. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan Negara Republik Indonesia Nomor 3992);
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
1 orang. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
B. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/
merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Direktur memegang peranan penting dalam membangun Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya
pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi 9. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993
sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses tentang Penyakit Yang Timbul Karena
yang efektif merupakan komitmen bersama. Hubungan Kerja;

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
4|P a g e P a g e | 69

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02/ h. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam
MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang;
Keselamatan Kerja; i. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen 2 orang.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 2. Rumah Sakit Umum kelas B dan Rumah Sakit Khusus
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor kelas B
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar a. S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan
Pelayanan Rumah Sakit; pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3RS;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1075/
Menkes/SK/2003 tentang Sistem Informasi b. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/
c. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/
Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1575/ terakreditasi mengenai K3RS;
Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi d. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang
sebagaimana telah diubah terakhir dengan terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/ e. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan
Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan 1 orang;
Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang f. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam
Organisasi dan Tata Kerja Departemen bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang
Kesehatan; terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang;
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
68 | P a g e P a g e |5

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

VI. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS 16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/
Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman
A. Kriteria Tenaga K3
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
1. Rumah Sakit Umum kelas A dan Rumah Sakit Khusus Kerja (K3) di Rumah Sakit;
kelas A
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/
a. S3/S2 K3 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS; Sakit;
b. S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan
pelatihan tambahan yang berkaitan dengan K3 MEMUTUSKAN :
secara umum serta mendapatkan pelatihan khusus Menetapkan :
yang terakreditasi mengenai K3RS; KESATU : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
c. Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan ���
S2 STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN
Kedokteran Okupasi minimal 1 orang. (optional); KERJA DI RUMAH SAKIT.
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1
KEDUA : Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
minimal 2 orang dan mendapatkan pelatihan khusus
Rumah Sakit (K3RS) sebagaimana tercantum
yang terakreditasi mengenai K3RS;
dalam Lampiran Keputusan ini.
e. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/
dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam KETIGA : Standar K3RS sebagaimana dimaksud pada
bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang Diktum Kedua harus dijadikan acuan bagi
terakreditasi mengenai K3RS; Pengelola Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
f. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 Rumah Sakit (K3RS) dan Pekerja Rumah Sakit
(informal) yang mendapatkan pelatihan khusus yang dalam melaksanakan Upaya Kesehatan dan
terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang; Keselamatan Kerja.

g. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan KEEMPAT : Setiap Rumah Sakit harus memenuhi kualifikasi
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal sesuai dengan Standar K3RS dan/atau memiliki
2 orang; sertifikasi dalam bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
6|P a g e P a g e | 67

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

KELIMA : Pelaksanaan Standar K3RS harus didokumentasikan g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.
dan dilaporkan secara berkala sebagai salah h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam
satu indikator dalam penilaian akreditasi Rumah pengambilan dan penempatan bahan, hindari
Sakit. terjadinya tumpahan/kebocoran.
KEENAM : Pem bi naan dan peng a w a s a n t e r h a d a p i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia
pelaksanaan Standar K3RS sebagaimana atau gas.
dimaksud pada Diktum Kelima dilakukan oleh j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian
Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, yang menimbulkan bahaya/ kecelakaan atau nyaris
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai celaka (accident atau near miss) melalui formulir yang
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan.

KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 2. Penanganan berdasarkan lokasi
ditetapkan. Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi,
farmasi dan tempat penyimpanan, penggunaaan dan
pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus di tetapkan
Ditetapkan di Jakarta sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode
Pada tanggal 10 Agustus 2010 warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah
Rumah Sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan kepada
MENTERI KESEHATAN, seluruh penghuni Rumah Sakit.

3. Penanganan administratif
Di setiap te mpat penyimpanan, penggunaan dan
ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH pengelolaan B3 harus diberi tanda sesuai potensi bahaya
yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk
menangani B3 antara lain :
a. Cara pananggulangan bila terjadi kontaminasi.
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan.
c. Cara penanganan B3 dll.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
66 | P a g e P a g e |7

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

5. Pelayanan Lampiran :
Keputusan Menteri Kesehatan
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada.
Nomor : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam Tanggal : 10 Agustus 2010
melaksanakan tugasnya.
c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
pelaksanaan. DI RUMAH SAKIT
d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan
dukungan teknis disertai sumber daya manusia yang I. P����������
ENDAHULUAN
handal. A. Latar belakang
E. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan
tumpahan, menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia
SOP dan MSDS yang telah ditetapkan. (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien
dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan
1. Penanganan untuk personil perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja,
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan
digunakan atau disimpan. maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan. Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan. Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang di berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor
sesuai dengan petunjuk. kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas
disimpan. pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah
lokasi yang sama. melindungi diri dalam bekerja.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
8|P a g e P a g e | 65

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi seleksi yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh
oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan rekanan serta sistem penilaian untuk masing-masing kriteria
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang yang ditentukan. Hal-hal yang menjadi kriteria penilaian :
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
1. Kapabilitas
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi
mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang apa yang tertulis dalam kontrak kerjasama.
bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan
mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti 2. Kualitas dan garansi
yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah
dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit. sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun�������������������������
2009 tentang Kesehatan, garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi
khususnya pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan yang diberikan.
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, 3. Persyaratan K3 dan lingkungan
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di a. Menyertakan MSDS.
Rumah Sakit ��������������������������������������
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau
para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya ISO 14001.
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap lingkungan.
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah
sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh Sakit.
karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya 4. Sistem mutu
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan
secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya a. Metodologi bagus.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja b. Dokumen sistem mutu lengkap.
(KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari. c. Sudah sertifikasi ISO 9000.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
64 | P a g e P a g e |9

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

g. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
sesuai prosedur dan petunjuk teknis yang ada dan pelayanan Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan
memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/
dan jelas. pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini
secara tegas dinyatakan di dalam Undang-undang No.44
h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni
penanganan bahan-bahan berbahaya.
“Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
i. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga)
dalam keadaan aman, bersih, dan terpelihara dengan tahun sekali”. K3 termasuk sebagai salah satu standar
baik. pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit,
j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil disamping standar pelayanan lainnya.
mungkin dengan cara memelihara instalasi
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1
menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
pemanfaatan kembali atau daur ulang.
bahwa “Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
D. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah
Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi
barang yang diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan
memberikan proposal berikut profil perusahaan (company tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak
profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17).
lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan, harga,
pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi 1. Data dan fakta K3RS :
lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit. a. Secara Global :
Setiap unit kerja/Instalasi/satker yang menggunakan, WHO : Dari 35 juta pekerja kesehatan :
menyimpan, mengelola B3 harus menginformasikan kepada • 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan
Instalasi Logistik sebagai unit pengadaan barang setiap virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC dan 170,000
kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta terpajan virus HIV/AIDS).
termasuk jenis B3.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
10 | P a g e P a g e | 63

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Dapat terjadi : 15,000 HBC, 70,000 HBB & 1000 b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan
kasus HIV. berbahaya sedikit mungkin dengan cara memilih
• Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang. proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap
saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan
• 8–12% pekerja Rumah Sakit, sensitif terhadap
sesuai kebutuhan sehingga risiko dalam penyimpanan
lateks.
kecil.
ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang
c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih
berhubungan dengan pekerjaan : Laki-laki 108, 256
dahulu tentang bahan berbahaya yang menyangkut
dan perempuan 517, 404.
sifat berbahaya, cara penanganan, cara penyimpanan,
b. Di luar negeri : cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/
• USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan
terinfeksi Hepatitis B 47 positif HIV dan Setiap dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta
tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk jarum kepada penyalur atau produsen bahan berbahaya
dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak yang bersangkutan.
dilaporkan).
d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau
• SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka mengendalikan kontaminan bahan berbahaya
KAK di Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala
pekerja lain dengan angka KAK terbesar adalah agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang
cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick injuries). batas yang ditetapkan.
• Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas
e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan
anestesi, secara signifikan meningkatkan abortus
yang terlalu lama dengan mengurangi waktu kerja
spontan, anak yang dilahirkan mengalami kelainan
atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja
kongenital (studi restrospektif di Rumah Sakit
yang aman.
Ontario terhadap 8.032 orang, tahun 1981-1985).
f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri
• 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera
yang sesuai atau tepat melalui pengujian, pelatihan
tulang belakang akibat kerja (occupational low
dan pengawasan.
back pain), (Harber P et al,1985).

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
62 | P a g e P a g e | 11

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi c. Indonesia :


diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu
• Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata
sama lainnya. ��������������������������������������
Sumber informasi didapatkan dari MSDS.
lebih dari 20 kg. Keluhan subyektif low back pain
2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak
tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan karekteristik usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi bedah sentral di
dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus RSUD di Jakarta 2006).
memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila • 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di
kecelakaan terjadi. Jakarta menderita Dermatitis Kontak Iritan Kronik
Tangan (2004).
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi
dan evaluasi yang dilakukan meliputi: • Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat
a. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, bahwa angka KAK NSI mencapai 38-73 % dari
ventilasi, penggunaan alat perlindungan diri, dan total petugas kesehatan.
menjaga hygiene perorangan. • Prevalensi gangguan mental emosional 17,7%
b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pada perawat di suatu Rumah Sakit di Jakarta
pemasangan label, penyediaan MSDS, pembuatan berhubungan bermakna dengan stressor kerja.
prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan
• Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi
rutin dan pendidikan atau latihan.
pada Pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan
c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin,
proses kerja yang aman. ras, umur dan status pekerjaan. (Gun 1983).
d. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai
Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut
jumlah ambang.
secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja
4. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua
berbahaya antara lain : kategori (jenis kelamin, ras, umur, dan status
pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko 1,5 kali
a. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan
lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas
bahan berbahaya dengan yang kurang berbahaya.
penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
12 | P a g e P a g e | 61

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

terkontaminasi HIV 4: 1000. Risiko penularan HBV B. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/
setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi tingkat bahaya dipengaruhi oleh Daya racun dinyatakan
HBV 27 - 37: 100. Risiko penularan HCV setelah luka dengan satuan LD50 atau LC50, dimana makin kecil nilai
tusuk jarum suntik yang mengandung HCV 3 - 10 : 100. LD 50 atau LC 50 B3 menunjukkan makin tinggi daya
racunnya.
2. Perlunya p�����������������
elaksanaan K3RS :
1. Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran
a. Kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit di
pernapasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui
Indonesia; meningkatkan akses, keterjangkauan dan
kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya adalah yang
kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah
melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari B3
Sakit.
akan masuk ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup
b. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang diperkirakan sekitar 8,3 M2 selama 8 jam kerja dan
K3 Rumah Sakit serta tindak lanjut, yang merujuk sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
pada SK Menkes No.432/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit dan OHSAS 2. Konsentrasi dan lama paparan.
18001 tentang Standar Sistem Manajemen K3.
3. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-
c. Sistem manajemen K3 Rumah Sakit adalah bagian macam B3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda,
dari sistem manajemen Rumah Sakit. menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau
pengobatan.
d. Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan
pengelolaan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) 4. Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing-
semakin tinggi karena pekerja, pengunjung, masing individu mempunyai daya tahan yang berbeda
pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin terhadap pengaruh bahan kimia.
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan
dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses C. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3
kegiatan pemberian pelayanan maupun karena 1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani
kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan
Sakit yang tidak memenuhi standar. penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
60 | P a g e P a g e | 13

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

6. Korosif e. Tuntutan hukum terhadap mutu pelayanan Rumah


Sakit semakin meningkat; Tuntutan masyarakat
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik.
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/ f. Pelaksanaan K3, berkaitan dengan citra dan
tahun dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH sama kelangsungan hidup Rumah Sakit.
atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 g. Karakteristik Rumah Sakit; pelayanan kesehatan
(basa). merupakan industri yang terdiri dari banyak tenaga
kerja (labor intensive), padat modal, padat teknologi,
7. Karsinogenik
dan padat pakar, bidang pekerjaan dengan tingkat
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang keterlibatan manusia yang tinggi, terbukanya akses
dapat merusak jaringan tubuh. bagi bukan pekerja Rumah Sakit dengan leluasa serta
kegiatan yang terus menerus setiap hari.
8. Iritasi
h. Beberapa isu K3 yang penting di Rumah Sakit;
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit Keselamatan pasien dan pengunjung, K3 pekerja
dan selaput lendir. atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
9. Teratogenik peralatan di Rumah Sakit yang berdampak terhadap
keselamatan pasien dan pekerja dan keselamatan
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
dan pertumbuhan embrio. lingkungan.

10. Mutagenik i. Rumah Sakit sebagai sistem pelayanan yang


terintegrasi meliputi :
Sifat
�����������������������������������������������
bahan yang dapat mengakibatkan perubahan
• Input : kebijakan, SDM, fasilitas, sistem informasi,
kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
logistik obat/reagensia/peralatan, keuangan dan
11. Arus listrik lain-lain.
• Proses : pelayanan rawat jalan dan rawat inap (in
and out patient), instalasi gawat darurat (IGD),

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
14 | P a g e P a g e | 59

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

pelayanan kamar operasi, pemulihan, yang dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar
dilaksanakan dengan baik dan benar dan lain- alfa, sinar beta, sinar gamma, dll.
lain.
2. Mudah meledak
• Keluaran (o������
utput) : pelayanan dan pengobatan
prima (excellence medicine and services). Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat
• Lingkungan. tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga
kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan
B. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan.
Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan
atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
oleh faktor biologi (virus, bakteri,jamur,parasit); faktor
kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi 3. Mudah menyala atau terbakar
(lingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah);
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat
faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi);
disertai dengan pengimbangan kehilangan panas,
faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan
sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan
sesama pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan
nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai
kecelakaan akibat kerja.
titik nyala (flash point) rendah (210C).
PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor
4. Oksidator
biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien);
faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus Bahan
�������������������������������������������������
yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan
seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor sehingga terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi
ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); keluar panas (eksothermis).
faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem
reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor 5. Racun
psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau
gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan kulit atau mulut.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
58 | P a g e P a g e | 15

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

(hepatitis, diare, campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi
(kanker, kelainan organ genetik) dan risiko bahaya kimia. dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan
tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan
lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam : Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan,
• Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang seperti dalam tabel berikut :
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
Bahaya Diantaranya : radiasi pengion�����������������������
, r��������������������
adiasi non-pengion��,
• Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Fisik s������������������������������������������
uhu panas���������������������������������
, s������������������������������
uhu dingin��������������������
, b�����������������
ising������������
, g���������
etaran���
, pencahayaa�
n
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit; Bahaya Diantaranya Ethylene Oxide����������������
, F�������������
ormaldehyde ��,
• PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang Kimia G�������������������������������������������������
lutaraldehyde������������������������������������
, Ether, Halothane, Etrane,Mercury,
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3); Chlorine
Bahaya Diantaranya Virus (misal : Hepatitis B���������������
, Hepatitis C,
• Kepdal 01- 05 tahun 1995 tentang pengelolaan limbah B3.
Biologi Bakteri (misal : S. Saphrophyticus, Bacillus
Influenza, HIV), �����������������
sp., Porionibacterium sp., H.Influenzae, S.Pneumoniae,
Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya
N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas)��������
, Jamur
dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn (misal : Candida) dan Parasit (misal : S. Scabiei)
1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah Bahaya Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja ��������
s�������
tatis��,
D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa Ergonomi angkat angkut pasien, m��������������������
embungkuk�����������
, menarik,
limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah m��������
endorong
B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan Bahaya Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah Psikososial kerja, post traumatic
laboratorium, dan residu dari proses insinerasi. Bahaya Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,
Mekanik tersayat, tertusuk benda tajam
A. Kategori B3 Bahaya Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
Listrik kebakaran, petir,���������������
��������������
listrik statis
1. Memancarkan radiasi
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik Limbah RS Diantaranya limbah medis (jarum suntik,vial obat,
atau partikel radioaktif yang mampu mengionkan nanah, darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh
secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang manusia (misal : droplet, liur, sputum)

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
16 | P a g e P a g e | 57

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

C. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup f. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah
Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
1. Tujuan umum
kompetensi di bidangnya.
Ter�����������������������������������������������
��������������������������������������������������
ciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan g. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan
produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses V. P���������������������������������������
ENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN
pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
Limbah medis Rumah Sakit termasuk kedalam kategori limbah
2. Tujuan khusus berbahaya dan beracun yang sangat penting untuk dikelola
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang secara benar. Sebagian limbah medis termasuk kedalam
tercapainya K3RS. kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk
b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi kategori infeksius.
manajemen, pelaksana dan pendukung program. Limbah medis berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah
c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja. farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan
dan KAK. limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan penyebaran penyakit baik kepada SDM Rumah Sakit, pasien,
menyeluruh. pengunjung/pengantar pasien ataupun masyarakat di sekitar
lingkungan Rumah Sakit. Limbah infeksius biasanya berupa
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah
jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan
Sakit.
kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan
3. Sasaran penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan
tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan
a. Pengelola�������������
Rumah Sakit.
yang tidak tepat akan berisiko terhadap penularan penyakit.
b. SDM Rumah Sakit. Beberapa risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat
keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
56 | P a g e P a g e | 17

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan 4. Ruang Lingkup


kebutuhan.
Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan
• Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2),
pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar
gas nitrous oxida (NO2), gas tekan dan vacum.
sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan
f. Limbah cair : barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS,
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
dengan perizinannya.
D. Pengertian
g. Pengolahan limbah padat :
• Tersedianya tempat/kontainer penampungan 1. Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995), Kesehatan
limbah sesuai dengan kriteria limbah. Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan
• Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-
terpelihara dan berfungsi dengan baik. tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
• Tersedia tempat pembuangan limbah padat pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja
sementara, tertutup dan berfungsi dengan baik. yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
3. Standar peralatan Rumah Sakit faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan
a. Memiliki perizinan. serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan
b. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. pekerjaan atau jabatannya.
c. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait.
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
d. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan
memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
yang berwenang. kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian
e. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan
Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi dan rehabilitasi.
medis pasien.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
18 | P a g e P a g e | 55

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

3. Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja d. Sistem komunikasi :
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit • Tersedia saluran telepon internal dan eksternal
untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah dan berfungsi dengan baik.
Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja • Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit darurat (untuk UGD, sentral telepon dan posko
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah tanggap darurat).
Sakit. • Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan
berfungsi dengan baik.
4. Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit adalah orang
• Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan
yang bekerja di Rumah Sakit yang meliputi tenaga
alarm) untuk mendukung komunikasi tanggap
tetap yakni tenaga medis dan penunjang medis, tenaga
darurat.
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen
• Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call)
Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan serta tenaga
yang terpasang dan berfungsi dengan baik.
tidak tetap dan konsultan. (UU No.44 Tahun 2009 tentang
• Tersedia sistem tata suara pusat (central sound
Rumah Sakit, Pasal 12 ayat 1 dan ayat 4).
system).
5. Pengelola K3RS adalah organisasi yang menyelenggarakan • Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV
program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara (Close circuit television)
menyeluruh di Rumah Sakit.
e. Gas medis :
6. Sertifikasi dalam bidang K3 adalah pengetahuan dan • Tersedianya gas medis dengan sistem sentral
keahlian yang didapat baik secara formal melalui atau tabung.
jenjang pendidikan resmi di perguruan tinggi maupun • Sentral gas medis dengan sistem jaringan
secara informal melalui pelatihan yang disertifikasi oleh dan outlet terpasang, berfungsi dengan baik
Kementerian Kesehatan. dilengkapi dengan ALARM untuk menunjukkan
7. Pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS adalah kondisi sentral gas medis dalam keadaan rusak/
pelatihan tentang K3 Rumah Sakit yang diakreditasi oleh ketersediaan gas tidak cukup.
Kementerian Kesehatan (Pusat Pendidikan dan Pelatihan • Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan
Kesehatan). sentral gas medik.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
54 | P a g e P a g e | 19

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan. 8. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah
• Kapasitas generator (Gen set) disediakan minimal pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
40% dari daya terpasang dan dilengkapi AMF sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan
dan ATS system. pekerjaan, yang ditujukan agar tenaga kerja yang diterima
• Grounding System harus terpisah antara berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya,
grounding panel gedung dan panel alat. Nilai tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai
grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang
Ohm. akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lain-
b. Instalasi penangkal petir :
lainnya yang dapat dijamin.
Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan
ketentuan Permenaker No.2 tahun 1989. 9. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan
kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran :
kerja yang dilakukan oleh dokter, yang dimaksudkan
• Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar
untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
Pedoman dan Manual (NSPM) kebakaran seperti
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
yang diatur oleh Permenaker No.4 tahun 1980.
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
• HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik
seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-
dan tersedia air yang cukup, sesuai dengan
usaha pencegahan.
aturan yang telah ditetapkan.
• Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan 10. Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan
jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area. kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
• Tersedia koneksi siamese. terhadap tenaga kerja tertentu, yang dimaksudkan untuk
• Tersedia pompa HIDRAN dengan generator menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
cadangan. tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
• Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman tenaga kerja tertentu.
kebakaran.
• Tersedia instalasi alarm kebakaran automatik
sesuai dengan Permenaker No.2 Tahun 1983.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
20 | P a g e P a g e | 53

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

II. PRINSIP, PROGRAM, DAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN • Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda
K3RS dan dilengkapi dengan gardu jaga.
• Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas
Pembahasan di fokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS
atau mudah dibaca untuk umum, terpampang
dan kebijakan pelaksanaan K3RS, yang dibagi dalam 3 (tiga)
di bagian depan Rumah Sakit.
bagian yakni :
• Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi
A. Prinsip K3RS memberikan keindahan, kesejukan, kenyamanan
bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui Rumah Sakit.
pengertian 3 (tiga) komponen yang saling berinteraksi, yaitu :
2. Standar teknis prasarana
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi
kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap a. Penyediaan listrik :
pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan • Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya
baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA
yang menyebab kan anemia, maka kapasitas kerja akan disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan
menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu. listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik
TM 20 KV), sesuai pedoman bahwa rumah sakit
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di
kelas B mempunyai Kapasitas daya listrik ± 1
tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
MVA (1000 KVA)
Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja
• Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi
maksimum dll.
standar PUIL.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari • Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan
seorang pekerja. Contoh; seorang yang bekerja di instalasi catu daya khusus dengan sistem catu daya
radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan- cadangan otomatis dua lapis (generator dan
ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di UPS/Uninteruptable Power Supply)�.
instalasi radiologi (kamar X Ray, kamar gelap, kedokteran • Harus tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 � m2
nuklir dan lain-lain). (sesuai kebutuhan) terletak di gedung COT, ICU,
ICCU, dan diberi pendingin ruangan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
52 | P a g e P a g e | 21

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Tepi jalur pasang pengaman. B. Program K3RS


o. Area parkir : Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan
• Area parkir harus tertata dengan baik. kesehatan serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah
• Mempunyai ruang bebas disekitarnya. Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan
• Untuk penyandang cacat disediakan ramp masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja
trotoar. setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
• Diberi rambu penyandang cacat yang bisa resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban
membedakan untuk mempermudah dan kerja, dan lingkungan kerja.
membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum.
• Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan Program K3RS yang harus diterapkan adalah :
exhauster yang memadai untuk menghilangkan
1 Pengembangan kebijakan K3RS
udara tercemar di dalam ruang dasar (basement),
dilengkapi petunjuk arah dan disediakan a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS;
tempat sampah yang memadai serta pemadam b. Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan.
kebakaran. (setiap 3 tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan
kebutuhan).
p. Pemandangan (Landscape) : Jalan, Taman 2 Pembudayaan perilaku K3RS
• Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit,
yang jelas. baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar
• Saluran pembuangan yang melewati jalan harus pasien/pengunjung Rumah Sakit;
tertutup dengan baik dan tidak menimbulkan bau. b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui
• Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak film, leaflet, poster, pamflet dll;
menutupi rambu-rambu yang ada. c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit
• Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua RS dan pada para pasien serta para pengantar pasien/
pengunjung Rumah Sakit.
belah tepinya dilengkapi dengan kansten dan
dirawat. 3 Pengembangan SDM K3RS
• Harus tersedia area untuk tempat berkumpul a. Pelatihan umum K3RS;
(public corner).

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
22 | P a g e P a g e | 51

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah Sakit • Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan
per unit Rumah Sakit; darurat, khusus ramp evakuasi dilengkapi
c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal, dengan pressure fan untuk membuat tekanan
pelatihan lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan udara positif.
dengan K3.
m. Tangga :
4 Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard • Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan
Operational Procedure (SOP) K3RS 160 cm jalan dua arah.
a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit; • Lebar injakan minimum 28 cm.
b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan • Tinggi injakan maksimum 21 cm.
kerja; • Tidak berbentuk bulat/spiral.
c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan • Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang
kerja ; seragam.
d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS; • Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan • Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu
penanggulangan kebakaran; sisinya. Pegangan rambat mudah dipegang,
f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan ketinggian 60–80 cm dari lantai, bebas dari
Rumah Sakit; segala instalasi.
g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan • Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup
pengelolaan limbah Rumah Sakit; tidak kena air hujan.
h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan
n. Jalur pejalan kaki (pedestrian track):
penanggulangan bencana;
• Tersedia j���������������������������������
alur kursi roda dengan permukaan
i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi; keras/stabil, kuat, dan tidak licin.
j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit; • Hindari sambungan atau gundukan permukaan.
k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya
• Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada
(B3); border.
l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit • Drainase searah jalur.
kerja Rumah Sakit. • Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 (jalur
2 arah).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
50 | P a g e P a g e | 23

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

j. Pemipaan (plumbing ): 5 Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat


• Sistem pemipaan menggunakan kode warna : kerja
biru untuk pemipaan air bersih dan merah untuk a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja
pemipaan kebakaran. yang dianggap berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja
• Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan yang belum melaksanakan program K3RS, area/tempat
pipa air kotor. kerja yang sudah melaksanakan program K3RS, area/tempat
kerja yang sudah melaksanakan dan mendokumentasikan
• Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau
pelaksanaan program K3RS);
berdampingan dengan instalasi listrik.
alk through dan
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (w�����������
k. Saluran (drainase): observasi����������������������������������������
, w�������������������������������������
awancara ����������������������������
SDM Rumah Sakit, s����������
urvei dan
• Saluran keliling bangunan drainage dari bahan kuesioner��, c��������
hecklist dan e��������������������������������
valuasi ������������������������
lingkungan �������������
tempat kerja
yang kuat, kedap air dan berkualitas baik dengan secara rinci��
).
dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke 6 Pelayanan kesehatan kerja
arah aliran pembuangan. a. Melakukan pemeriksaan kesehatan������������������
�����������������
sebelum ���������
be�������
kerja��,
• Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak pemeriksaan kesehatan berkala, ��������������������������
dan pemeriksaan ����������
kesehatan
kontrol dalam jarak tertentu, dan ditiap sudut khusus����������������������
bagi SDM Rumah Sakit;
pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi
mudah di buka/ditutup memenuhi syarat teknis, bagi �������������������������������������
SDM Rumah Sakit ���������������������
yang menderita sakit�;
serta berfungsi dengan baik. c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani)
l. Jalur yang melandai/lereng (ramp): dan kemampuan fisik ����������������
SDM Rumah Sakit;
• Kemiringan rata-rata 10-15 derajat. d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada
• Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan SDM Rumah Sakit�������������������������������������
������������������������������������
yang bekerja pada area/tempat kerja
yang be���������������������
r��������������������
i�������������������
siko ��������������
dan berbahaya�;
lebar minimum 140 cm, khusus ramp koridor
dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja�.
cm, kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan 7 Pelayanan keselamatan kerja
rambatan, kuat, ketinggian 80 cm. a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan
• Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, sarana���������������������������������������������������
,��������������������������������������������������
prasarana dan peralatan kesehatan����������������
di Rumah Sakit;
mudah untuk berputar, tidak licin. b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan
kerja����������������
di Rumah Sakit;

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
24 | P a g e P a g e | 49

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

c. P�����������������������������������������������������������
engelolaan, �����������������������������������������������
p����������������������������������������������
emeliharaan dan ������������������������������
s�����������������������������
ertifikasi ������������������
s�����������������
arana, ����������
p���������
rasarana h. Sanitasi :
dan p���������������������
eralatan�������������
Rumah Sakit; • Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari
d. Pengadaan peralatan K3RS. bahan kualitas baik, utuh dan tidak cacat, serta
mudah dibersihkan.
8 Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan
limbah padat, cair dan gas
• Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat,
berfungsi dengan baik.
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan
limbah padat, cair dan gas; • Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat,
tidak menimbulkan bau, dilengkapi desinfektan
b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis.
dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang
9 Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang (disposable tissues).
berbahaya • Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi
a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang sarang nyamuk dan mudah dibersihkan.
berbahaya (Permenkes No.472 tahun 1996); • Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien
b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan
dengan jumlah toilet dan kamar mandi 10:1.
dan penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan • Indek perbandingan jumlah pekerja dengan
acuan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS-Material jumlah toiletnya dan kamar mandi 20:1.
Safety Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman (LDP); • Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci,
lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisik/ urinoir, wastafel, closet, keluar dengan lancar dan
kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan
jumlahnya cukup.
cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
10 Pengembangan manajemen tanggap darurat i. Air bersih :
a. M������������������������������������������������
enyusun rencana tanggap darurat�����������������
(survey bahaya, • Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan
membentuk tim tanggap darurat, menetapkan prosedur Rumah Sakit (250-500 liter/tempat tidur).
pengendalian, pelatihan dll);� • Sistem penyediaan air bersih menggunakan
b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana; jaringan PAM atau sumur dalam (artesis).
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap • Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan
darurat; biologi setiap 6 bulan sekali.
• Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan
sebagai sumber air dalam penanggulangan
kebakaran.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
48 | P a g e P a g e | 25

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

e. Plafond : d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya


• Rangka plafon kuat dan anti rayap. serta membuat denahnya (laboratorium, rontgen, farmasi,
• Permukaan plafond berwarna terang, mudah CSSD, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular
dll);
dibersihkan tidak menggunakan berbahan
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/
asbes.
bencana;
• Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m
f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya
dari lantai.
pencegahan dan pengendalian bencana pada tempat-
• Langit-langit menggunakan cat anti jamur. tempat yang berisiko tersebut;
• Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar
g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk
(gantungan) lampu bedah dengan profil
evakuasi apabila terjadi bencana;
baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit. h. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas di
tempat-tempat yang berisiko (masker, apron, kaca mata,
f. Ventilasi : sarung tangan dll);
• Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh ����������������
SDM R�����������
umah ������
S�����
akit�;
sirkulasi udara yang cukup, luas minimum 15%
dari luas lantai. j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal
tanggap darurat Rumah Sakit;
• Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan
ruangan, untuk ruang operasi kombinasi antara k. Evaluasi sistem tanggap darurat.
fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan 11 Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan
sirkulasi udara dengan tekanan positif. pelaporan kegiatan K3
• Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri. a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta
g. Atap : penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan
bencana (termasuk format pencatatan dan pelaporan yang
• Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan sesuai dengan kebutuhan);
serangga, tikus dan binatang pengganggu lain. b. Pembuatan �����������������������������������������������
sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya�
• Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter (�����������������������������������������������������������
alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka�����������
serta ����
SOP
harus menggunakan penangkal petir. pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris
celaka� (near miss) dan celaka��
);

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
26 | P a g e P a g e | 47

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

c. Pendokumentasian data�; • Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal


• Data seluruh ����������������
SDM Rumah Sakit; 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm
• Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani; serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
• Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani; • Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin
• Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit :
atau keramik setinggi 1,5 m dari lantai.
- Sebelum bekerja (awal) (orang)
- Berkala (orang) d. Pintu/jendela :
- Khusus (orang)
• Cakupan MCU����������������������
bagi SDM Rumah Sakit; • Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan
• Angka absensi �����������������
SDM Rumah Sakit;� lebar minimal 120 cm.
• Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit; • Pintu dapat dibuka dari luar.
• Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit; • Khusus pintu darurat menggunakan pegangan
• Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja
panik (panic handle), penutup pintu otomatis
Rumah Sakit;
• Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar (automatic door closer) dan membuka ke arah
Rumah Sakit; tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan
• Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit); tahan api minimal 2 jam.
• Kasus penyakit akibat kerja (pekerja Luar Rumah Sakit); • Ambang bawah jendela minimal 1 m dari
• Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
lantai.
• Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah
Sakit); • Khusus jendela yang berhubungan langsung
• Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit); keluar memakai jeruji.
• Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah • Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua
Sakit); daun, mudah dibuka tetapi harus dapat menutup
• Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia;
• Data kejadian nyaris celaka� (near miss) dan celaka�;
sendiri (dipasang penutup pintu (door close)).
• Data sarana��������������������������������������
, ������������������������������������
prasarana���������������������������
dan peralatan ������������
keselamatan • Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua
kerja�; daun pintu dan dilapisi Pb minimal 2 mm atau
• Data������������
�����������
perizinan��;� setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi
• Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja�; dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta
• Data ��������������������������
pelatihan dan sertifikasi�;
• Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur);

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
46 | P a g e P a g e | 27

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Kelembaban 40–50% (dengan AC) kelembaban • Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi
udara ambient (tanpa AC) SDM Rumah Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar
• Kebisingan <45 dBA pasien;
• Data ����������������������������������������
petugas kesehatan RS yang berpendidikan
b. Lantai : formal kesehatan kerja, sudah dilatih Kesehatan dan
• Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap Keselamatan Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis
PAK;�
air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan dan
• Data kegiatan pemantauan APD (jenis, jumlah, kondisi
berwarna terang. dan penggunaannya);
• Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap • Data kegiatan pemantauan ���������������������������
kesehatan lingkungan kerja
air, tidak licin, mudah dibersihkan mempunyai dan pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja
kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan Rumah Sakit).
air. 12 Review program tahunan
• Khusus ruang operasi lantai rata, tidak a. Melakukan internal audit ����������������������
K3��������������������
dengan menggunakan
mempunyai pori atau lubang untuk berkembang instrumen self assessment akreditasi ������������
Rumah Sakit;
biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti b. Umpan balik ����������������������������������
SDM Rumah Sakit�������������������
melalui wawancara
elektrostatik dan tidak mudah terbakar. langsung, observasi singkat, survey tertulis dan kuesioner,
dan evaluasi ulang�;
c. Dinding (Mengacu Kepmenkes No.1204 tahun 2004
c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah penyakit dan kecelakaan akibat kerja;
Sakit) :
d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.
• Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur
dan tidak mengandung logam berat.
• S��������������������������������������������
udut dinding dengan dinding, dinding dengan
lantai, dinding dengan langit-langit, membentuk
konus (tidak membentuk siku).
• Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air.
• Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa
permukaan kramik dibagi sama ke kanan dan
ke kiri.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
28 | P a g e P a g e | 45

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

C. Kebijakan Pelaksanaan K3RS Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat


tidur (TT) dan klasifikasi rumah sakit. Bangunan
Agar penerapan K3RS dapat dilaksanakan sesuai peraturan
minimal adalah 50 m2 per tempat tidur. Perbandingan
yang berlaku, maka perlu disusun hal-hal berikut ini :
jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang
1. Kebijakan Pelaksanaan K3RS perawatan dan ruang isolasi adalah :
• Ruang bayi :
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya,
- Ruang perawatan minimal 2 m2/TT
pakar, modal, dan teknologi, namun keberadaan Rumah
- Ruang isolasi minimal 3,5 m2/TT
Sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya
penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila Rumah Sakit • Ruang dewasa/anak :
tersebut tidak melaksanakan prosedur K3. Oleh sebab - Ruang perawatan minimal 4,5 m2/TT
itu perlu dilaksanakan regulasi sebagai berikut : - Ruang isolasi minimal 6 m2/TT
• Persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran
a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah
minimal :
Sakit;
- Ruang periksa 3 x 3 m2
b. Menyediakan Organisasi K3RS sesuai dengan - Ruang tindakan 3 x 4 m2
Kepmenkes Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang - Ruang tunggu 6 x 6 m2
Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit; - Ruang utility 3 x 3 m2
c. Melakukan sosialisasi K3RS pada seluruh jajaran Ruang bangunan yang digunakan untuk ruang
Rumah Sakit; perawatan mempunyai :
d. Membudayakan perilaku K3RS; • Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10 TT : 1
e. Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang • Bebas serangga dan tikus
K3 di masing-masing unit kerja di Rumah Sakit; • Kadar debu maksimal 150 µg/m3 udara dalam
pengukuran rata-rata 24 jam
f. Meningkatkan Sistem Informasi K3RS.
• Tidak berbau (terutama H2S dan atau NH3)
• Pencahayaan 100–200 lux
• Suhu 26– 27oC (dengan AC) atau suhu kamar
(tanpa AC) dengan sirkulasi udara yang baik

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
44 | P a g e P a g e | 29

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

B. Standar Teknis 2. Tujuan Kebijakan Pelaksanaan K3RS

1. Standar teknis sarana Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat
a. Lokasi dan bangunan :
bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
Secara umum lokasi rumah sakit hendaknya mudah
dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses
dijangkau oleh masyarakat, bebas dari pencemaran,
pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
banjir, dan tidak berdekatan dengan rel kereta api,
tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, 3. Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3RS
pabrik industri, dan limbah pabrik. Didalam UU
a. Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan
No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit khususnya
pembudayaan K3RS;
pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan lokasi
Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai b. Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh
kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, Pimpinan Rumah Sakit;
serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan c. Membentuk Organisasi K3RS;
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. Sedangkan d. Perencanaan K3 sesuai Standar K3RS yang ditetapkan
untuk persyaratan bangunan diatur pada pasal 9 oleh Kementerian Kesehatan;
yakni bangunan Rumah Sakit harus memenuhi; e. Menyusun pedoman, petunjuk teknis dan SOP-K3RS
persyaratan administratif dan persyaratan teknis seperti yang telah disebutkan dalam poin II.B.4 dalam
bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan buku standar K3RS ini;
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk
f. Melaksanakan 12 Program Kesehatan dan
persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, harus
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) yang
sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
tertera pada poin II.B pada buku standar K3RS ini;
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang g. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program K3RS;
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. h. Melakukan Internal Audit Program K3RS dengan
menggunakan instrumen penilaian sendiri (self
Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal
assessment) akreditasi Rumah Sakit yang berlaku;\
1,5 kali luas bangunan. Luas lahan untuk bangunan
bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. i. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
30 | P a g e P a g e | 43

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

III. STANDAR PELAYANAN K3RS 6. Peta/denah lokasi/ruang/alat yang dianggap berisiko


dan berbahaya dengan dilengkapi simbol-simbol khusus
Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib
untuk daerah/tempat/area yang berisiko dan berbahaya,
melaksanakan Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM
terutama laboratorium, radiologi, farmasi, sterilisasi
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun
sentral, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit
bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit.
menular, pengolahan limbah dan laundry.
Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan
7. Khusus sarana bangunan yang menggunakan
berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3RS
bahan beracun berbahaya harus dilengkapi fasilitas
sampai saat ini dirasakan belum maksimal. ��������������������
Hal ini dikarenakan
dekontaminasi bahan beracun berbahaya.
masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). 8. Program penyehatan lingkungan Rumah Sakit meliputi;
penyehatan ruangan, bangunan dan fasilitas sanitasi
A. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
termasuk pencahayaan, penghawaan dan kebisingan,
B������������������������������������������������������
entuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air,
sebagai berikut : penanganan limbah, penyehatan tempat pencucian
umum termasuk laundry, pengendalian serangga, tikus
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi dan binatang pengganggu lain, pemantauan sterilisasi
SDM Rumah Sakit : dan desinfeksi, pengawasan perlindungan radiasi dan
• Pemeriksaan fisik lengkap; promosi kesehatan lingkungan.
• Kesegaran jasmani; 9. Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksanaan
• Rontgen paru-paru (bilamana mungkin); K3 sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit.
• Laboratorium rutin;
10. Kalibrasi internal dan kalibrasi legal secara berkala
• Pemeriksaan lain yang dianggap perlu; terhadap sarana, prasarana dan peralatan yang
• Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah disesuaikan dengan jenisnya.
bahaya yang diperkirakan timbul, khususnya untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
42 | P a g e P a g e | 31

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

g. Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, siap dan • Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan
layak pakai. pemeriksaan kesehatan oleh dokter (pemeriksaan
h. Manual operasional yang jelas. berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
i. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan
penyediaan alat pemadam api/kebakaran. 2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM
j. Rambu-rambu K3 seperti rambu larangan dan rambu Rumah Sakit :
penunjuk arah.
• Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik
k. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru
persyaratan kesehatan. (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta
l. Fasilitas penanganan limbah padat, cair dan gas. pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap
perlu;
2. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan
• Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah
upaya kesehatan di Rumah Sakit yang menggunakan
Sakit sekurang-kurangnya 1 tahun.
bahan beracun berbahaya maka pengirimannya harus
dilengkapi dengan MSDS, dan disediakan ruang atau 3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
tempat penyimpanan khusus bahan beracun berbahaya
• SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan
yang aman.
atau penyakit yang memerlukan perawatan yang
3. Setiap operator/petugas sarana, prasarana dan peralatan, lebih dari 2 (dua) minggu;
harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
• SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat
4. Setiap lingkungan kerja harus dilakukan pemantauan puluh) tahun atau SDM Rumah Sakit yang wanita dan
atau monitoring kualitas lingkungan kerja secara berkala SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM Rumah Sakit
dan berkesinambungan. yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan
tertentu;
5. Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, harus
• SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan
dikelola dan dilakukan oleh petugas yang mempunyai
tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatan
komptensi di bidangnya.
perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan;
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
32 | P a g e P a g e | 41

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan • Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
pula apabila terdapat keluhan-keluhan diantara SDM Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007 tentang
Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Pelaksana K3RS. Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan b. Pedoman dan standar prosedur operasional K3.
tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan c. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku
kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik meliputi :
fisik maupun mental.
• Izin Mendirikan Bangunan.
Yang diperlukan antara lain:
• Izin Penggunaan Bangunan khusus untuk DKI
• Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau Jakarta Raya.
sarana yang terkait dengan K3; • Izin berdasarkan Undang-undang Gangguan.
• Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran.
• Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat
• Izin Deepwell khusus untuk DKI Jakarta Raya.
kerjanya;
• Izin Operasional Rumah Sakit untuk Rumah Sakit
• SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat Swasta dan BUMN.
pelindung diri dan kewajibannya; • Izin Pemakaian Lift.
• Orientasi K3 di tempat kerja; • Izin Instalasi Listrik.
• Izin Pemakaian Diesel.
• Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun
• Izin Instalasi Petir.
promosi/penyuluhan kesehatan kerja secara berkala
• Izin Pemakaian Boiler.
dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam
• Penggunaan Radiasi.
rangka menciptakan budaya K3.
• Izin Bejana Tekan.
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) • Izin Pengolahan Limbah Padat, Cair dan Gas.
dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit : d. Sistem komunikasi baik internal maupun eksternal.
• Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang e. Sertifikasi.
mencukupi untuk SDM Rumah Sakit yang dinas f. Program pemeliharaan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
40 | P a g e P a g e | 33

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

A. Standar Manajemen malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas


kesling dll;
Standar manajemen perbekalan kesehatan Rumah Sakit
• Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
meliputi :
• Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
1. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan
• Pembinaan mental/rohani.
upaya kesehatan di Rumah Sakit harus dilengkapi dengan :
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi
a. Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3RS yang
bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit :
mengacu minimal pada peraturan sebagai berikut :
• Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada
• Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
seluruh SDM Rumah Sakit;
Keselamatan Kerja;
• Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang • Memberikan pengobatan dan menanggung biaya
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; pengobatan untuk SDM Rumah Sakit yang terkena
• Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK);
Kesehatan; • Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala
• Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang dan pemeriksaan kesehatan khusus;
Rumah Sakit; • Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit
• Peraturan Menaker RI No. 5/MENAKER/1996 terkait.
tentang Sistem Manajemen K3.
• Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 7. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak dan Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi
Kesehatan Lingkungan; terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien :
• Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 • Pertemuan koordinasi;
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja • Pembahasan kasus;
Perkantoran dan Industri; • Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit; • Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk
mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya risiko;
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
34 | P a g e P a g e | 39

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan • Manajemen menyediakan sarana dan prasarana
jenis pekerjaannya, lama pajanan dan dosis pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
pajanan; • Membentuk tim penanggulangan kebakaran;
• Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan • Membuat SOP;
berkala dan khusus;
• Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan
• Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan penanggulangan kebakaran;
kesehatan berkala dan khusus. ����������������������
(dirujuk ke spesialis
• Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan
terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian
dan penggulangan kebakaran.
istirahat kerja);
• Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan 10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan
SDM Rumah Sakit. pelayanan keselamatan kerja yang disampaikan kepada
Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan kerja Rumah Sakit.
ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja
(����������������������������������������������������
Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, IV. STANDAR K3 PERBEKALAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
biologi, psikososial dan ergonomi).
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
K3RS yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit kesehatan. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus,
dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit. mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
B. Standar Pelayanan
������������������������������������������
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
erat dengan sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan : tubuh.
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan Standar K3 perbekalan kesehatan di Rumah Sakit harus
sarana, prasarana dan peralatan kesehatan : meliputi :

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
38 | P a g e P a g e | 35

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi • Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan
seluruh SDM Rumah Sakit; mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan
• Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan
Sakit kepada petugas K3 Rumah Sakit. dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit;
• Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi,
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
desain/lay out pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan :
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-
• Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam
anak, dan orang usia lanjut;
perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat kerja
dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana • Prasarana harus memenuhi standar pelayanan,
dan peralatan keselamatan kerja; keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja
penyelenggaraan Rumah Sakit;
• Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi
sarana, prasarana dan peralatan keselamatan • Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana
kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan dan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh
persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya
keselamatan. (sertifikasi personil petugas/operator sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit);
8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak
lanjutnya. • Membuat program pengoperasian, perbaikan,
dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
• Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan
prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
celaka.
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan
• Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak
berkesinambungan;
lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka.
• Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan
9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem nonmedis dan harus memenuhi standar pelayanan,
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (MSPK). persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik
pakai;

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
36 | P a g e P a g e | 37

MENTERI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

• Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan 4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair :
kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji dan Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian sarana dan prasarana sanitair, yang memenuhi syarat,
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian meliputi :
fasilitas kesehatan yang berwenang; • Penyehatan makanan dan minuman;
• Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar • Penyehatan air;
pengion harus memenuhi ketentuan dan harus • Penyehatan tempat pencucian;
diawasi oleh lembaga yang berwenang; • Penanganan sampah dan limbah;
• Pengendalian serangga dan tikus;
• Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan
• Sterilisasi/desinfeksi;
prasarana serta peralatan kesehatan;
• Perlindungan radiasi;
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan • Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
kerja terhadap SDM Rumah Sakit :
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan
• Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi kerja :
terhadap peralatan kerja dan SDM Rumah Sakit; • Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda
• Membuat program pelaksanaan kegiatan, keselamatan;
mengevaluasi dan mengendalikan risiko ergonomi. • Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja : Pelindung Diri (APD);
• Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan
• Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan
APD;
lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia,
biologi, ergonomi dan psikososial; • Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap
kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan dan
• Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,
APD.
biologi, ergonomi dan psikososial secara rutin dan
berkala; 6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja
• Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk semua SDM Rumah Sakit :
untuk perbaikan lingkungan kerja.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)

Anda mungkin juga menyukai