PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima
dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet
kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.
Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan sudah muncul di
permukaannya paling tidak sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu. Biosfer Bumi kemudian secara perlahan
mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya perkembangbiakan
organisme serta pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet Bumi menghalangi radiasi surya
berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk berkembang biak dengan aman di
daratan. Sifat fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi memungkinkan kehidupan untuk $ias terus bertahan.
Perkiraan mengenai berapa lama lagi Bumi sanggup menopang kehidupan berkisar dari 500
juta tahun hingga 2,3 miliar tahun dari sekarang. Masa depan Bumi berkaitan erat dengan Matahari.
Akibat penumpukan helium di inti Matahari, luminositas total Matahari akan meningkat secara perlahan.
Luminositas Matahari akan meningkat sebesar 10% dalam waktu 1,1 miliar tahun ke depan dan 40%
dalam waktu 3,5 miliar tahun. Peningkatan radiasi yang mencapai Bumi cenderung memiliki dampak
yang mengerikan, termasuk menghilangnya lautan di planet ini.
Meningkatnya suhu di permukaan Bumi akan mempercepat siklus CO2 anorganik, mengurangi
konsentrasi yang akan menyebabkan kematian tanaman di Bumi (10 ppm untuk fotosintesis C4), yang
diperkirakan terjadi pada 500-900 juta tahun ke depan. Kurangnya vegetasi akan menyebabkan
ketiadaan oksigen di atmosfer, sehingga hewan akan punah dalam beberapa juta tahun lagi. Miliaran
tahun kemudian, semua air di permukaan Bumi akan habis dan suhu global akan mencapai 70 °C
(158 °F). Bumi diperkirakan efektif untuk dihuni dalam waktu 500 juta tahun dari sekarang, namun
jangka huni ini mungkin $ias diperpanjang hingga 2,3 miliar tahun jika nitrogen di atmosfer habis.
Bahkan jika Matahari tetap ada dan stabil, 27% air di samudra akan turun ke mantel Bumi dalam
waktu satu miliar tahun lagi akibat berkurangnya ventilasi uap di punggung tengah samudra.
Sebagian besar wilayah di permukaan Bumi mengalami cuaca ekstrem seperti siklon tropis,
badai, hurikan, atau taifun yang mengancam kehidupan di wilayah tersebut. Dari tahun 1980 sampai
2000, bencana-bencana tersebut telah mengakibatkan kematian setidaknya 11.800 jiwa per tahun.
1
Akibat aktivitas Bumi atau tindakan manusia, banyak wilayah di permukaan Bumi yang dilanda
oleh gempa bumi, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi, tornado, badai salju, banjir,
kekeringan, kebakaran hutan, dan bencana alam lainnya.
Akibat tindakan manusia, wilayah-wilayah tertentu di permukaan Bumi juga kerap mengalami
polusi udara atau air, hujan asam dan zat beracun, musnahnya vegetasi (deforestasi, desertifikasi),
kepunahan spesies, degradasi tanah, penipisan tanah, erosi, dan pengenalan spesies invasif.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, konsensus ilmiah saat ini mengaitkan aktivitas manusia
dengan pemanasan global akibat emisi karbon dioksida industri. Fenomena ini diperkirakan akan
menyebabkan perubahan seperti mencairnya gletser dan lapisan es, suhu menjadi lebih ekstrem,
perubahan cuaca, dan naiknya permukaan laut.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah di kemukakan, maka beberapa masalah
yang dapat dan akan dibahas oleh penyusun dalam karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan supaya dapat bermanfaat bagi penyusun
maupun pembaca. Secara spesifik, tujuan-tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pemanasan globa
2. Mengetahui sebab-sebab terjadinya pemanasan global.
3. Mengetahui pengaruh yang di timbulkan oleh pemanasan global terhadap lingkungan.
4. Mengetahui ancaman pemanasan global terhadap kehidupan.
5. Mengetahui cara menanggulangi pemanasan global.
D. Manfaat
Penyusun mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Agar pembaca tahu bahwa kita sedang berada di tengah dilema pemanasan global yang
mulai terasa dampaknya. Selain itu penyusun melalui tulisan ini juga berharap agar pembaca mulai
bisa memahami kondisi lingkungan di sekitarnya, mengetahui mana yang bermanfaat atau berbahaya
bagi lingkungan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar
kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari
empat planet kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.
Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan sudah muncul di
permukaannya paling tidak sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu. Biosfer Bumi kemudian secara
perlahan mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya
perkembangbiakan organisme serta pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet
Bumi menghalangi radiasi surya berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk
berkembang biak dengan aman di daratan. Sifat fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi
memungkinkan kehidupan untuk bisa terus bertahan.
Litosfer Bumi terbagi menjadi beberapa segmen kaku, atau lempeng tektonik, yang
mengalami pergerakan di seluruh permukaan Bumi selama jutaan tahun. Lebih dari 70%
permukaan Bumi ditutupi oleh air, dan sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau yang
memiliki banyak danau dan sumber air lainnya yang bersumbangsih terhadap pembentukan
hidrosfer. Kutub Bumi sebagian besarnya tertutup es; es padat di Antartika dan es laut di paket
es kutub. Interior Bumi masih tetap aktif, dengan inti dalam terdiri dari besi padat, sedangkan
inti luar berupa fluida yang menciptakan medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif padat di
bagian mantel.
Bumi berinteraksi secara gravitasi dengan objek lainnya di luar angkasa, terutama
Matahari dan Bulan. Ketika mengelilingi Matahari dalam satu orbit, Bumi berputar pada
sumbunya sebanyak 366,26 kali, yang menciptakan 365,26 hari matahari atau satu tahun
sideris.[catatan 7] Perputaran Bumi pada sumbunya miring 23,4° dari serenjang bidang orbit,
yang menyebabkan perbedaan musim di permukaan Bumi dengan periode satu tahun tropis
(365,24 hari matahari). Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, yang mulai mengorbit
Bumi sekitar 4,53 miliar tahun yang lalu. Interaksi gravitasi antara Bulan dengan Bumi
merangsang terjadinya pasang laut, menstabilkan kemiringan sumbu, dan secara bertahap
memperlambat rotasi Bumi.
Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia. Sumber
daya mineral Bumi dan produk-produk biosfer lainnya bersumbangsih terhadap penyediaan
sumber daya untuk mendukung populasi manusia global. Wilayah Bumi yang dihuni manusia
dikelompokkan menjadi 200 negara berdaulat, yang saling berinteraksi satu sama lain melalui
diplomasi, pelancongan, perdagangan, dan aksi militer.
3
B. Faktor-faktor pendukung keberlangsungan bumi
Kita ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan
hidup tanpa mengalami kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu kehidupan
atau umur yang terbatas. Berikut factor – factor pendukung keberlangsungan kehidupan pada
bumi :
1. Air
Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat vital bagi kehidupan manusiadan makhluk
hidup lainnya.dapat dikatakan air merupakan sumber daya yang terbatas. Selama ini
kebutuhan manusia akan air sangatlah besar. Jika kita melihat dari segi penggunaan, maka air
tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia.Mulai dari hal kecil, seperti air minum
untuk melepas dahaga hingga kincir air yang dimanfaatkan sebagai penghasil energy
listrik.Dari segi keberadaannya pun ada bermacam-macam jenis air.
Di bumi ini hampir 71 persen permukaanya merupakan wilayah perairan. Termasuk
negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan. Yang berarti ketersediaan air untuk
manusia sangat berlimpah. akan tetapi konsumsi air meningkat dua kali lipat dalam kurun
waktu 50 tahun terakhir. Persediaannya pun sudah sampai pada tahap yang kritis, bukan
hanya di Indonesia tetapi masyarakat dunia pun sedang menghadapi persoalan yang sama.
Penurunan kualitas dan persediaan air akibat tercemar limbah industri, limbah rumah tangga,
dan limbah lain. Disamping disebabkan oleh perubahan musim dar imusim hujan ke musim
kemarau dan efek global warming atau pemanasan global, ketidaktahuan sebagian besar
manusia akan hakikat keberadaan air, cara pemakaian air yang benar, dan berbagai manfaat
air menyebabkan masyarakat sering membuang-buang air dan menggunakannya secara tidak
bertanggung jawab.
Air yang berada jauh di bawah kerak Bumi memiliki beberapa tipe. Tipe- tipe air ini
berjumlah empat. Untuk mengetahui lebih jelas, berikut ini merupakan tipe- tipe dari air :
1. Air Meteorik
4
Air meteorik merupakan air yang berasal dari lapisan atmosfer dan mencapai
kejenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Air Juvenil
Air juvenil merupakan air baru yang ditambahkan pada kejenuhan dari kerak bumi yang
dalam, menurut sumber spesifiknya
3. Air Diremajakan
Air yang diremajakan merupakan air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan
dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab- sebab lain, kembali ke daur lagi
dengan proses metamorfosis.
4. Air Konat
Air konat merupakan air yang terjebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung
pada waktu awal mulanya. Air konat ini biasanya mengandung lebih banyak mineral dan
memiliki salinitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan air laut.
Itulah beberapa tipe dari air tanah yang perlu untuk kita ketahui. Tipe- tipe tersebut dibedakan
menurut asal dan juga posisi dari air tanah.
5
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Potensi Air Tanah
Air tanah merupakan aset yang terpendam. Air tanah harus dikelola dengan baik
karena tidak dipungkiri bahwa makhluk hidup baik manusia, binatang dan juga tumbuhan
sangat memerlukan air tanah untuk dimanfaatkan dikemudian hari. Ada faktor- faktor tertentu
ysng mempengaruhi potensi ait tanah yang ada di dalam bumi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi potensi air tanah tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Curah hujan
Faktor pertama yang mempengaruhi potensi air tanah adalah curah hujan. Curah hujan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi potensi tanah karena sumber air tanah berasal
hdari air hujan yang turun. Curah hujan yang banyak akan menimbulkan cadangan air tanah
yang banyak pula. Kita bisa lihat hal ini ketika musim penghujan dan juga musim kemarau tiba
(baca: pembagian musim di Indonesia). ketika musim hujan, sumur- sumur warga akan banyak
airnya, selain itu sumber- sumber yang lain seperti sungai, danau dan lain sebagainya juga
akan banyak airnya. Berbeda dengan musim kemarau, ketika musim kemarau tiba maka
sumur- sumur warga akan ada sedikit air, sementara sumber air lainnya seperti sungai, danau
dan lainnya hanya akan ada air yang jumlahnya terbatas.
2. Material batuan
Faktor yang mempengaruhi potensi air tanah yang selanjutnya adalah batuan. Batuan
selalu ada di permukaan bumi. Batuan memiliki kualitas yang berbeda- beda dan sifatnya tidak
menyerap air. Namun meski tidak menyerap air, biasanya air hujan dapat merembes melalui
celah- celah batuan. Lapisan tanah yang mengandung banyak batuan akan dapat mengunci
keberadaan air tanah sehingga akan awet di dalam tanah.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi potensi air tanah adalah masalah kemiringan
lahan. Seperti yang kita ketahui bahwa air hujan yang turun membasahi bumi akan diserap di
dalam tanah sehingga menjadi cadangan air di dalam tanah tersebut dan dinamakan sebagai
air tanah. Air tanah ini akan meudah dikunci dan tersimpan apabila permukaan tanah yang ada
adalah datar atau memiliki tingkat kemiringan yang rendah. Apabila tanah tempat air terserap
tersebut miring maka akan memungkinkan air mengalir ke bawah meski dibawah permukaan
tanah. Maka dari itulah air tanah di tanah yang miring jumlahnya lebih sedikit daripada di
tanah yang datar.
4. Vegetasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi potensi air tanah adalah vegetasi. Vegetasi
ini bisa merupa pepohonan atau rumput- rumputan yang berada di atas permukaan Bumi,
khususnya di tanah tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pepohonan memiliki
fungsi menyerap air hujan yang turun untuk kemudian disimpan di dalam tanah dan
menguncinya. Ketika banyak pepohonan maka air tanah yang akan tersimpan dan terkunci di
dalam tanah jumlahnya banyak, sementara jika tidak banyak pepohonan air tanah yang akan
disimpan jumlahnya jauh lebih sedikit. Air tanah yang disimpan di daerah banyak pepohonan
akan bertahan lebih lama sehingga bisa menjadi cadangan ketika musim kemarau datang.
Selain itu kualitas air tanah juga akan lebih baik daripada tempat yang tidak banyak
vegetasinya.
6
Manfaat Air Bagi Kehidupan
7
2. Udara
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara tidak
tampak mata, tidak berbau, dan tidak ada rasanya. Kehadiran udara hanya dapat dilihat dari adanya
angin yang menggerakan benda. Udara termasuk salah satu jenis sumber daya alam karena memiliki
banyak fungsi bagi mahluk hidup. Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan
berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang
seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis,
sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali. Apabila makhluk hidup
bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan karbon dioksida bertambah. Ketika
tumbuhan menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan.
Bioma usus berubah setiap waktu, ini artinya itu bisa dipengaruhi oleh kualitas lingkungan
yang terus berubah (Getty Images). Diperkirakan bahwa polusi udara berperan dalam pengembangan
IBD dengan mengubah mikrobioma usus, yang menyebabkan respon imun dan peradangan. Pada
tahun 2005, Kaplan menghadiri kelas tentang mekanisme polusi udara berdampak pada jantung, dan
menyadari bahwa ada persilangan dengan IBD, bidang keahliannya. "Bagian pertama dari penelitian
saya adalah melihat data untuk melihat apakah ada lebih banyak kasus IBD di daerah dengan polusi
udara lebih banyak," katanya.
Kaplan menganalisis data lebih dari 900 kasus IBD di Inggris, yang berlangsung selama tiga
tahun.Meskipun ia tidak menemukan hubungan antara kasus-kasus IBD yang baru didiagnosis dan
tingkat polusi udara secara keseluruhan, ia menemukan bahwa penyakit Crohn lebih umum
ditemukan pada orang muda dengan paparan nitrogen dioksida yang lebih tinggi.Kaplan juga
menemukan hubungan serupa antara polusi udara dan usus buntu dan sakit perut.Namun, faktor
yang menyulitkan dari penelitian ini adalah bahwa orang mungkin tidak hidup terlalu lama di daerah
dengan polusi tinggi. Juga, mereka tidak membuktikan bahwa satu set data menyebabkan yang lain,
jadi penting untuk mengeksplorasi mekanisme di balik data, kata Kaplan.
1. Untuk bernapas
2. Proses fotosintesis
3. Pembangkit listrik
4. Pemanfaatan energi
5. Penyebaran spora
6. Sebagai penyejuk
8
7. Mengolah makanan
8. Menyerap radiasi sinar matahari
9. Sebagai jaringan komunikasi
10. Melindungi bumi
11. Menjadi perantara uap air
12. Perantara gelombang suara dan bunyi
3. Daratan
Dalam geografi, daratan adalah bagian permukaan bumi yang secara tetap (permanen) tidak
tertutupi oleh air laut. Istilah darat digunakan secara lebih umum, sedangkan "daratan" digunakan
dengan batasan geografis. Permukaan bumi yang tertutupi oleh air lainnya, seperti sungai, rawa, atau
danau, merupakan bagian dari daratan, tetapi secara umum tidak disebut sebagai darat.
Daratan merupakan tempat hidup (habitat) bagi kebanyakan tumbuhan dan bagi banyak hewan
yang bergantung secara langsung maupun tidak langsung darinya.
Wilayah tempat daratan bertemu dengan perairan disebut pesisir. Pembagian wilayah daratan
dan perairan merupakan suatu hal yang fundamental bagi manusia dan dapat menjadi suatu
kepentingan budaya yang kuat. Demarkasi antara daratan dan perairan berbeda-beda didasarkan
pada yurisdiksi setempat. Batas maritim adalah suatu demarkasi yang bersifat politis. Berbagai batas
alam ada untuk membantu menentukan titik temu daratan dan perairan. Bentang alam dengan
materi batuan padat lebih mudah menjadi demarkasi daripada rawa, yang tidak memperlihatkan titik
jelas ujung tanah dan air. Demarkasi dapat lebih bervariasi karena pasang surut dan cuaca.
Fungsi Daratan
Dalam hal ini wilayah daratan memiliki fungsi yakni untuk penghubung antar daerah dataran
yang berhubungan.
Berdasarkan reliefnya “tinggi rendah permukaannya” maka daratan dapat dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu:
9
Dataran tinggi ialah jenis daratan pada permukaan bumi yang tingginya lebih dari
500M diatas permukaan laut. Dataran tinggi terbentuk akibat adanya proses erosi dan
sedimentasi. Erosi ialah peristiwa pengikisan padatan akibat transportasi angin, air, es, hujan,
pengaruh gravitasi atau akibat makhluk hidup.
Daerah dataran tinggi dengan luas area yang cukup luas pada daerah puncak dataran
tinggi disebut dengan plato “plateau”, plato dapat terbentuk karena erosi, sedimentasi,
naiknya gunung berapi atau karena ekstrusi lava. Contoh dataran tinggi di Indonesia antara
lain ialah Dataran Tinggi Dekkan, Dataran Tinggi Gayo, Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi
Malang.
2. Dataran Rendah
Dataran rendah ialah jenis daratan pada permukaan bumi yang berupa hamparan luas
tanah dengan tinggi kurang dari 200 m di atas permukaan laut. Istilah ini diterapkan pada
kawasan manapun yang tidak termasuk kedalam dataran tinggi.
Suhu udara pada dataran rendah biasanya berkisar antara 23 derajat celcius sampai
dengan 28 derajat celcius, suhu pada daerah dataran rendah tidak terlalu dingin seperti pada
dataran tinggi, tetapi juga tidak terlalu panas.
Kondisi ekonomi masyarakat yang tinggi di dataran rendah umumnya lebih makmur
dibandingkan yang hidup didataran tinggi. Dari segi cuaca, dataran rendah memiliki curah
hujan yang cukup tinggi. Contoh dataran rendah di Indonesia ialah dataran rendah Surakarta,
dataran rendah Semarang, dataran rendah Madiun dan dataran rendah Palembang.
Gunung ialah jenis daratan yang berupa bentuk tanah menojol diatas wilayah
sekitarnya. Suatu daerah menjulang tinggi baru dapat dikatakan gunung apabila ketinggiannya
melebihi 610 meter. Ketika mencapai ketinggian tertentu, gunung dapat memiliki lebih dari
satu jenis iklim.
10
Sebenarnya tidak ada definisi umum untuk gunung, ketinggian, volume, kecuraman,
jarak dan kontinuitas merupakan kriteria utama yang biasanya dijadikan acuan dalam
mendefinisikan gunung. Menurut kurikulum lama sekolah dasar, istilah gunung sering merujuk
pada gunung berapai, oleh karena itu hanya terdapat 2 jenis gunung secara umum yakni
gunung aktif dan gunung pasif.
Pegunungan ialah barisan yang terbentuk dari gunung-gunung yang terkait secara
geologis. Pegunungan biasanya terbentuk karena gerakan lempeng tektonik melalui proses
yang kompleks, selain di bumi ternyata gunung juga telah ditemukan pada banyak planet lain
dalam sistem tata surya kita.
Bukit ialah jenis daratan yang mempunyai permukaan tanah lebih tinggi dari
permukaan tanah di sekitarnya. Namun ketinggian bukit lebih rendah dari pada gunung
“kurang dari 600 meter”. Namun karena tidak ada definisi umum untuk bukit dan gunung,
beberapa bukit ada yang dianggap sebagai gunung dan demikian pula sebaliknya. Sedangkan
perbukitan ialah rangkaian bukit yang berjajar pada suatu daerah yang bukit-bukit tersebut
terhubung secara geologis.
5. Lembah
Lembah merupakan jenis daratan yang lebih rendah dari pada permukaan di
sekitarnya, biasanya lembah merupakan daerah di sekitar pegunungan dengan struktur
memanjang dan dialiri oleh sebuah sungai. Lembah dapat memiliki luas sampai ribuan
kilometer persegi. Dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh berbagai fenomena
geografi, lembah dapat berkembang menjadi ngarai dengan tebing yang curam.
6. Jurang “Tebing”
Jurang ialah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal, tebing biasanya
terbentuk akibat erosi. Erosi ialah peristiwa pengikisan padatan akibat transportasi angin, air,
es, hujan, pengaruh gravitasi atau akibat makhluk hidup. Tebing dapat ditemukan pada daerah
pantai, pegunungan dan sepanjang sungai, seringkali tebing terbentuk oleh bebatuan yang
tahan terhadap perubahan cuaca.
11
7. Ngarai
Ngarai ialah jenis daratan berupa bentang alam menyerupai lembah tetapi memiliki sisi
yang hampir tegak lurus dengan permukaan tanah, keadaan tebing ngarai sangatlah curam.
Ngarai terbentuk dari lembah yang terus menerus terkikis akibat berbagai fenomena geografi.
Sungai, rawa dan danau merupakan bagian daratan yang bisa ditutupi oleh air.
Biasanya ketika kita menyinggung tentang “darat” dalam artian umum, maka sungai, rawa dan
danau tidak termasuk ke dalamnya.
Akhir akhir ini sering terjadi bencana alam yang melanda kota, desa dan kampung,
merusak bangunan, harta benda bahkan meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Tanah
longsor, banjir bandang, sungai meluap, kebakaran hutan, kekeringan dan lain sebagainya. Jika
diteliti ternyata semua bencana itu bersumber dari ulah segelintir orang yang tidak
bertanggung jawab.
Penebangan pohon dihutan yang semena mena mengakibatkan hutan jadi gundul dan
gersang. Ketika hujan turun tidak ada lagi pohon yang menahan air hujan. Dahulu semua air
yang turun ditahan oleh pepohonan, kemudian meresap dan disimpan didalam tanah.
Sekarang tidak ada lagi pepohonan yang menahan air hujan, air terus meluncur kesungai
mengalir deras menuju laut. Sungai yang ada tidak mampu menampung luapan air , akibatnya
terjadilah banjir di mana mana. Penebangan pohon dengan semena mena oleh segelintir orang
telah menimbulkan kerusakan dan bencana berkepanjangan. Musim hujan terjadi banjir
dimana mana. Musim panas terjadi kekeringan dan kesulitan mendapatkan air bersih.
4. Suhu
Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses meningkatnya
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±
0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
12
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih
terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya
kapasitas kalor lautan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan
yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga
saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan
yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk
beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah
pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
5. Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi
di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.
Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena
pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan
peralatan sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik mengenai atmosfer termasuk fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya.
Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit
argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya.
Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari
Matahari dan mengurangi suhu ekstrem antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada
dalam 11 km dari permukaan planet. Atmosfer tidak memiliki batas mendadak, tetapi agak
menipis lambat laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan
angkasa luar.
13
6. Sumber makanan (tanaman,buah-buahan, ikan, hewan dll)
Makanan Pokok adalah makanan utama yang dikonsumsi oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Makanan Pokok memberikan gizi atau nutrisi dasar agar dapat
mempertahankan hidup sesuai dengan iklim dan lingkungannya. Namun, Makanan Pokok tidak
menyediakan semua gizi atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Untuk memenuhi
keseluruhan kebutuhan gizi pada tubuh manusia, kita memerlukan makanan pelengkap lainnya
agar dapat hidup sehat dan mencegah terjadinya kekurangan gizi. Makanan Pokok dalam bahasa
Inggris disebut dengan Staple Foods.
Makanan pokok berbeda-beda pada setiap wilayah atau kawasan di muka bumi ini
tergantung pada budaya, iklim dan keadaan tempat pada wilayah atau kawasan yang
bersangkutan. Namun makanan yang dijadikan makanan pokok adalah makanan yang relatif
murah dan dapat disimpan dalam waktu yang lama atau tidak mudah rusak. Makanan-makanan
pokok tersebut diantaranya adalah Beras, Jagung, Gandum, Sorgum, kedelai dan umbi-umbian
seperti kentang, ubi jalar, talas dan singkong serta buah-buahan seperti Pisang Raja.
Kelaparan pada sebagian orang karena tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya
Zaman perang atau di reportase televisi yang melaporkan kondisi kronis negara-negara
yang menjadi simbol kemiskinan, seperti Ethiopia, Bangladesh, atau negara di kawasan Benua
Afrika yang terkenal langka sumber daya alam. Tetapi, kali ini cerita miris tentang kematian
yang disebabkan karena kelaparan dan kemiskinan ternyata terjadi di Tanah Air. Sebagai negara
sedang berkembang yang memiliki angka pertumbuhan ekonomi di atas 5%, dan memiliki
kekayaan alam yang berlimpah, rasa-rasanya muskil mendengar kasus kematian warga
masyarakat akibat kelaparan.
Sedikitnya tiga warga yang mendiami pedalaman Pulau Seram di Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku dilaporkan meninggal dunia akibat busung lapar. Sementara, ratusan
jiwa penduduk yang lain mengalami kelaparan parah sejak sebulan terakhir. Bencana kelaparan
menyebabkan sejumlah warga terserang busung lapar hingga sebagian akhirnya tewas. Di Pulau
Seram ini, sebanyak 170 jiwa yang terdiri dari 75 orang dewasa, 60 orang usia lanjut, dan 35
balita saat ini dalam kondisi tengah menghadapi ancaman kelaparan akibat gagal panen.
14
Kasus kematian sejumlah warga akibat kelaparan seperti terjadi di Pulau Seram ini
sebetulnya bukan hal baru. Sebelumnya kasus yang lebih parah juga pernah terjadi di
Kabupaten Asmat, Papua. Di Kabupaten Asmat dilaporkan sedikitnya 60 warga meninggal
gara-gara kekurangan gizi kronis dan serangan penyakit campak. Kondisi kelaparan
menyebabkan daya tahan menurun, sehingga sedikit saja penyakit menyerang, maka akibatnya
bisa sangat fatal.
Pembangunan Berkelanjutan
Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan sekitarnya. Maka dari itu kita
sebagai makhluk hidup harus dapat menjaga kelestarian lingkungan alam tempat kita tinggal.
Terutama ekosistem tanah yang merupakan lahan berpijak dan lahan kita membuat tempat
tinggal. Pembangunan-pembangunan yang di dirikan untuk memenuhi kebutuhan kita sebagai
makhluk hidup terus dilakukan namun banyaknya manusia yang tidak bertanggung jawab atas
pembangunan yang semena-mena tersebut menimbulkan permasalahn-permasalahan baru.
Pembangunan berkelanjutan adalah konsep yang baik namun di Jakarta pembangunan
berkelanjutan sudah tidak sesuai.
Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama yaitu ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat. Ketiga aspek tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Hubungan
ekonomi dan sosial di harapkan dapat menciptakan hubungan yang adil.
Sepanjang mental masyarakat masih condong kepada mental korupsi dari pada mental
untuk melawan korupsi, maka Indonesia akan sulit atau tidak mungkin untuk membangun.
15
Dampak Buruk Pembangunan Berkelanjutan
Masalah pembangunan berkelanjutan ini tentunya terjadi di kota kota besar terutama
Jakarta yang merupakan Ibu Kota negara Indonesia dengan total penduduk 9.588.198 jiwa
menurut sensus penduduk tahun 2010 dan memiliki luas wilayah 740 km2. Kota Jakarta
memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan negara Indonesia karena Jakarta
merupakan pusat perekonomian Indonesia, pusat pemerintahan Republik Indonesia, serta
merupakan pusat bertemunya orang-orang dari seluruh penjuru dunia dan dari seluruh penjuru
Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan banyak gedung bangunan untuk meningkatkan
kebutuhan perekonomian dan sumber daya di Jakarta. Walaupun Jakarta memiliki letak yang
strategis dalam memenuhi kebutuhan negara, kota ini tidak terlepas dari berbagai masalah salah
satunya adalah pembangunan yang berkelanjutan yang akhirnya sangat berdampak buruk bagi
kerusakan lingkungan yaitu tanah tempat kita berpijak.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim
yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil Ini mencerminkan
besarnya kapasitas panas dari lautan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang
lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika
16
ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasukcahaya tampak. Ketika energi
ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan
ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumiterus
meningkat.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar
15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer
Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut
dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi
uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas
CO2 sendiri
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan,
sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut
akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan
efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil
bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar
125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
17
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
3. Variasi Matahari
18
terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
19
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir
alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan
global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe
spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah.
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda
dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya
melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman
yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan
kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian
atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan
penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah
kaca.
21
2. Persetujuan internasional
22
BAB III
METODOLOGI
“Metodologi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu; dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya
cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu
tujuan. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan
dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Pengkajian karya ini penulis memilih penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif, karena
penulis melakukan pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, dan studi literatur
yang dimana analisis tersebut dibangun kedalam tema yang dibuat agar pengkaryaan ini dapat
memiliki makna yang cukup dalam.
Adapun metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-
ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis
data dan mengintrepertasikannya. Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui
teknik survey, studi kasus, studi komparatif, studi tentang tentang waktu dan gerak, analisis
tingkah laku, dan analisis documenter.
Subjek penelitian adalah target populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:34). Sedangkan
objek penelitian adalah sesuatu yang merupakan inti dari problematikapenelitian (Arikunto,
2005:45). Dalam hal ini, penulis memilih face paintingsebagai subjek dari kampanye ini, karena
dalam hal ini khususnya kampanye tentang dampak dari global warming sendiri penulis belum
pernah melihatnya. Sedangkan objek dari penelitian ini yaitu dampak dari global warming dengan
cara memberikan inovasi kampanye yang baru di masyarakat.
Pada teknik ini penulis mengumpulkan data dengan cara langsung terjun ke lapangan
langsung dibeberapa tempat seperti di Bandung dan di Yogyakarta, selama kurun 2 tahun
kebelakang dari mulai tahun 2018 sampai 2016 penulis mengamati dampak global warmingyang
cukup signifikan di bulan-bulan tertentu.
seperti di musim hujan ketika di Yogyakarta hujan jarang turun pada musimnya, kemudian di
musim kemarau hujan turun tetapi dengan keadaan cuaca yang cukup panas. Sedangkan di
Bandung sendiri penulis merasakan cuaca ekstrim yang dimana cuaca panas yang cukup ekstrim.
23
2. Wawancara
3. Studi Literatur
Pada teknik ini, penulis mendapatkan data melalui kajian jurnal. dimana didalamnya terdapat
beberapa teori yang dapat diterapkan terhadap pengkajian karya tugas akhir ini.
24
BAB IV
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kerusakan lingkungan hidup di muka bumi ini banyak disebabkan oleh manusia karena
kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, wacana diatas
menggambarkan bahwa bumi sudah jauh dari hijaunya lingkungan hidup, partisipasi
masyarakat dalam menanggulangi kerusakan lingkungan masih sangat minim. Masyarakat
masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada lingkup
lingkungan setempat yang dilaksanakan secara spontan. Tingkat partisipasi dilakukan di
lingkuungan setempat dan kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan kerusakan
sangat kurang.
5.2 Saran
Untuk menantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan di muka bumi ini diperluan
kesadaran masyarakat tentang dampak kerusakan lingkungan, adanya penegakan hukum pada
masyarakat yang sewenang-wenang merusak lingkungan, serta kerjasama dengan pihak yang
terlibat.
27