Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima
dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet
kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.

Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan sudah muncul di
permukaannya paling tidak sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu. Biosfer Bumi kemudian secara perlahan
mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya perkembangbiakan
organisme serta pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet Bumi menghalangi radiasi surya
berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk berkembang biak dengan aman di
daratan. Sifat fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi memungkinkan kehidupan untuk $ias terus bertahan.

Perkiraan mengenai berapa lama lagi Bumi sanggup menopang kehidupan berkisar dari 500
juta tahun hingga 2,3 miliar tahun dari sekarang. Masa depan Bumi berkaitan erat dengan Matahari.
Akibat penumpukan helium di inti Matahari, luminositas total Matahari akan meningkat secara perlahan.
Luminositas Matahari akan meningkat sebesar 10% dalam waktu 1,1 miliar tahun ke depan dan 40%
dalam waktu 3,5 miliar tahun. Peningkatan radiasi yang mencapai Bumi cenderung memiliki dampak
yang mengerikan, termasuk menghilangnya lautan di planet ini.

Meningkatnya suhu di permukaan Bumi akan mempercepat siklus CO2 anorganik, mengurangi
konsentrasi yang akan menyebabkan kematian tanaman di Bumi (10 ppm untuk fotosintesis C4), yang
diperkirakan terjadi pada 500-900 juta tahun ke depan. Kurangnya vegetasi akan menyebabkan
ketiadaan oksigen di atmosfer, sehingga hewan akan punah dalam beberapa juta tahun lagi. Miliaran
tahun kemudian, semua air di permukaan Bumi akan habis dan suhu global akan mencapai 70 °C
(158 °F). Bumi diperkirakan efektif untuk dihuni dalam waktu 500 juta tahun dari sekarang, namun
jangka huni ini mungkin $ias diperpanjang hingga 2,3 miliar tahun jika nitrogen di atmosfer habis.
Bahkan jika Matahari tetap ada dan stabil, 27% air di samudra akan turun ke mantel Bumi dalam
waktu satu miliar tahun lagi akibat berkurangnya ventilasi uap di punggung tengah samudra.

Sebagian besar wilayah di permukaan Bumi mengalami cuaca ekstrem seperti siklon tropis,
badai, hurikan, atau taifun yang mengancam kehidupan di wilayah tersebut. Dari tahun 1980 sampai
2000, bencana-bencana tersebut telah mengakibatkan kematian setidaknya 11.800 jiwa per tahun.

1
Akibat aktivitas Bumi atau tindakan manusia, banyak wilayah di permukaan Bumi yang dilanda
oleh gempa bumi, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi, tornado, badai salju, banjir,
kekeringan, kebakaran hutan, dan bencana alam lainnya.

Akibat tindakan manusia, wilayah-wilayah tertentu di permukaan Bumi juga kerap mengalami
polusi udara atau air, hujan asam dan zat beracun, musnahnya vegetasi (deforestasi, desertifikasi),
kepunahan spesies, degradasi tanah, penipisan tanah, erosi, dan pengenalan spesies invasif.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, konsensus ilmiah saat ini mengaitkan aktivitas manusia
dengan pemanasan global akibat emisi karbon dioksida industri. Fenomena ini diperkirakan akan
menyebabkan perubahan seperti mencairnya gletser dan lapisan es, suhu menjadi lebih ekstrem,
perubahan cuaca, dan naiknya permukaan laut.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang yang telah di kemukakan, maka beberapa masalah
yang dapat dan akan dibahas oleh penyusun dalam karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan pemanasan global?


2. Apa saja sebab-sebab terjadinya pemanasan global?
3. Apa saja pengaruh yang ditimbulkan oleh pemanasan global terhadap lingkungan?
4. Apa saja ancaman pemanasan global terhadap kehidupan?
5. Bagaimana cara menanggulangi pemanasan global?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan supaya dapat bermanfaat bagi penyusun
maupun pembaca. Secara spesifik, tujuan-tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pemanasan globa
2. Mengetahui sebab-sebab terjadinya pemanasan global.
3. Mengetahui pengaruh yang di timbulkan oleh pemanasan global terhadap lingkungan.
4. Mengetahui ancaman pemanasan global terhadap kehidupan.
5. Mengetahui cara menanggulangi pemanasan global.

D. Manfaat

Penyusun mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Agar pembaca tahu bahwa kita sedang berada di tengah dilema pemanasan global yang
mulai terasa dampaknya. Selain itu penyusun melalui tulisan ini juga berharap agar pembaca mulai
bisa memahami kondisi lingkungan di sekitarnya, mengetahui mana yang bermanfaat atau berbahaya
bagi lingkungan

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI DAN PENGERTIAN BUMI

Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar
kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari
empat planet kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.

Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan sudah muncul di
permukaannya paling tidak sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu. Biosfer Bumi kemudian secara
perlahan mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya
perkembangbiakan organisme serta pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet
Bumi menghalangi radiasi surya berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk
berkembang biak dengan aman di daratan. Sifat fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi
memungkinkan kehidupan untuk bisa terus bertahan.

Litosfer Bumi terbagi menjadi beberapa segmen kaku, atau lempeng tektonik, yang
mengalami pergerakan di seluruh permukaan Bumi selama jutaan tahun. Lebih dari 70%
permukaan Bumi ditutupi oleh air, dan sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau yang
memiliki banyak danau dan sumber air lainnya yang bersumbangsih terhadap pembentukan
hidrosfer. Kutub Bumi sebagian besarnya tertutup es; es padat di Antartika dan es laut di paket
es kutub. Interior Bumi masih tetap aktif, dengan inti dalam terdiri dari besi padat, sedangkan
inti luar berupa fluida yang menciptakan medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif padat di
bagian mantel.

Bumi berinteraksi secara gravitasi dengan objek lainnya di luar angkasa, terutama
Matahari dan Bulan. Ketika mengelilingi Matahari dalam satu orbit, Bumi berputar pada
sumbunya sebanyak 366,26 kali, yang menciptakan 365,26 hari matahari atau satu tahun
sideris.[catatan 7] Perputaran Bumi pada sumbunya miring 23,4° dari serenjang bidang orbit,
yang menyebabkan perbedaan musim di permukaan Bumi dengan periode satu tahun tropis
(365,24 hari matahari). Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, yang mulai mengorbit
Bumi sekitar 4,53 miliar tahun yang lalu. Interaksi gravitasi antara Bulan dengan Bumi
merangsang terjadinya pasang laut, menstabilkan kemiringan sumbu, dan secara bertahap
memperlambat rotasi Bumi.

Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia. Sumber
daya mineral Bumi dan produk-produk biosfer lainnya bersumbangsih terhadap penyediaan
sumber daya untuk mendukung populasi manusia global. Wilayah Bumi yang dihuni manusia
dikelompokkan menjadi 200 negara berdaulat, yang saling berinteraksi satu sama lain melalui
diplomasi, pelancongan, perdagangan, dan aksi militer.

3
B. Faktor-faktor pendukung keberlangsungan bumi

Kita ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan
hidup tanpa mengalami kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu kehidupan
atau umur yang terbatas. Berikut factor – factor pendukung keberlangsungan kehidupan pada
bumi :

1. Air

Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat vital bagi kehidupan manusiadan makhluk
hidup lainnya.dapat dikatakan air merupakan sumber daya yang terbatas. Selama ini
kebutuhan manusia akan air sangatlah besar. Jika kita melihat dari segi penggunaan, maka air
tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia.Mulai dari hal kecil, seperti air minum
untuk melepas dahaga hingga kincir air yang dimanfaatkan sebagai penghasil energy
listrik.Dari segi keberadaannya pun ada bermacam-macam jenis air.
Di bumi ini hampir 71 persen permukaanya merupakan wilayah perairan. Termasuk
negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan. Yang berarti ketersediaan air untuk
manusia sangat berlimpah. akan tetapi konsumsi air meningkat dua kali lipat dalam kurun
waktu 50 tahun terakhir. Persediaannya pun sudah sampai pada tahap yang kritis, bukan
hanya di Indonesia tetapi masyarakat dunia pun sedang menghadapi persoalan yang sama.
Penurunan kualitas dan persediaan air akibat tercemar limbah industri, limbah rumah tangga,
dan limbah lain. Disamping disebabkan oleh perubahan musim dar imusim hujan ke musim
kemarau dan efek global warming atau pemanasan global, ketidaktahuan sebagian besar
manusia akan hakikat keberadaan air, cara pemakaian air yang benar, dan berbagai manfaat
air menyebabkan masyarakat sering membuang-buang air dan menggunakannya secara tidak
bertanggung jawab.

 Tipe- tipe Air

Air yang berada jauh di bawah kerak Bumi memiliki beberapa tipe. Tipe- tipe air ini
berjumlah empat. Untuk mengetahui lebih jelas, berikut ini merupakan tipe- tipe dari air :

1. Air Meteorik

4
Air meteorik merupakan air yang berasal dari lapisan atmosfer dan mencapai
kejenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Air Juvenil

Air juvenil merupakan air baru yang ditambahkan pada kejenuhan dari kerak bumi yang
dalam, menurut sumber spesifiknya

3. Air Diremajakan

Air yang diremajakan merupakan air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan
dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab- sebab lain, kembali ke daur lagi
dengan proses metamorfosis.

4. Air Konat

Air konat merupakan air yang terjebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung
pada waktu awal mulanya. Air konat ini biasanya mengandung lebih banyak mineral dan
memiliki salinitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan air laut.
Itulah beberapa tipe dari air tanah yang perlu untuk kita ketahui. Tipe- tipe tersebut dibedakan
menurut asal dan juga posisi dari air tanah.

5
 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Potensi Air Tanah

Air tanah merupakan aset yang terpendam. Air tanah harus dikelola dengan baik
karena tidak dipungkiri bahwa makhluk hidup baik manusia, binatang dan juga tumbuhan
sangat memerlukan air tanah untuk dimanfaatkan dikemudian hari. Ada faktor- faktor tertentu
ysng mempengaruhi potensi ait tanah yang ada di dalam bumi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi potensi air tanah tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Curah hujan

Faktor pertama yang mempengaruhi potensi air tanah adalah curah hujan. Curah hujan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi potensi tanah karena sumber air tanah berasal
hdari air hujan yang turun. Curah hujan yang banyak akan menimbulkan cadangan air tanah
yang banyak pula. Kita bisa lihat hal ini ketika musim penghujan dan juga musim kemarau tiba
(baca: pembagian musim di Indonesia). ketika musim hujan, sumur- sumur warga akan banyak
airnya, selain itu sumber- sumber yang lain seperti sungai, danau dan lain sebagainya juga
akan banyak airnya. Berbeda dengan musim kemarau, ketika musim kemarau tiba maka
sumur- sumur warga akan ada sedikit air, sementara sumber air lainnya seperti sungai, danau
dan lainnya hanya akan ada air yang jumlahnya terbatas.

2. Material batuan

Faktor yang mempengaruhi potensi air tanah yang selanjutnya adalah batuan.  Batuan
selalu ada di permukaan bumi. Batuan memiliki kualitas yang berbeda- beda dan sifatnya tidak
menyerap air. Namun meski tidak menyerap air, biasanya air hujan dapat merembes melalui
celah- celah batuan. Lapisan tanah yang mengandung banyak batuan akan dapat mengunci
keberadaan air tanah sehingga akan awet di dalam tanah.

3. Geomorfologi atau Lereng

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi potensi air tanah adalah masalah kemiringan
lahan. Seperti yang kita ketahui bahwa air hujan yang turun membasahi bumi akan diserap di
dalam tanah sehingga menjadi cadangan air di dalam tanah tersebut dan dinamakan sebagai
air tanah. Air tanah ini akan meudah dikunci dan tersimpan apabila permukaan tanah yang ada
adalah datar atau memiliki tingkat kemiringan yang rendah. Apabila tanah tempat air terserap
tersebut miring maka akan memungkinkan air mengalir ke bawah meski dibawah permukaan
tanah. Maka dari itulah air tanah di tanah yang miring jumlahnya lebih sedikit daripada di
tanah yang datar.

4. Vegetasi

Faktor terakhir yang mempengaruhi potensi air tanah adalah vegetasi. Vegetasi
ini bisa merupa pepohonan atau rumput- rumputan yang berada di atas permukaan Bumi,
khususnya di tanah tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pepohonan memiliki
fungsi menyerap air hujan yang turun untuk kemudian disimpan di dalam tanah dan
menguncinya. Ketika banyak pepohonan maka air tanah yang akan tersimpan dan terkunci di
dalam tanah jumlahnya banyak, sementara jika tidak banyak pepohonan air tanah yang akan
disimpan jumlahnya jauh lebih sedikit. Air tanah yang disimpan di daerah banyak pepohonan
akan bertahan lebih lama sehingga bisa menjadi cadangan ketika musim kemarau datang.
Selain itu kualitas air tanah juga akan lebih baik daripada tempat yang tidak banyak
vegetasinya.

6
 Manfaat Air Bagi Kehidupan

Manfaat air bagi kehidupan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi cairan di dalam tubuh


Semua makhluk hidup membutuhkan air tanpa terkecuali. Baik itu manusia, hewan dan
tumbuhan semua membutuhkan air. Hampir seluruh penyusun tubuh kita adalah air.
Kekurangan air dapat menyebabkan dehidrasi.

2. Membantu pekerjaan sehari – hari


Hampir seluruh aktivitas di dalam rumah tangga membutuhkan air untuk minum, mencuci,
memasak, menyirami tanaman dan lain – lain. Bayangkan jika air di lingkungan sekitar kita
tercemar, hal ini dapat menyebabkan anda terkena penyakit karena air yang anda konsumsi
sudah tidak jernih lagi.

3. Membantu membersihkan tubuh


Air dapat membantu anda membersihkan tubuh sehingga tubuh anda terbebas dari kuman
dan penyakit. Oleh karena itu, kita harus menjaga lingkungan kita agar tidak tercemar
sehingga air yang kita gunakan selalu bersih.

4. Membantu dalam bidang pertanian


Air adalah sumber utama penghidupan, termasuk di dalamnya adalah tanaman. Apabila
tanaman kekurangan air dapat mengganggu proses metabolisme di dalamnya sehingga dapat
menyebabkan layu lalu mati. Air sangat penting dalam mengalirkan irigasi.

5. Menjaga kesehatan kulit


Air dapat membantu melembabkan kulit sehingga dapat mencegah kekeringan.

6. Sebagai pembangkit tenaga listrik


Di era yang serba modern ini air dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.

7
2. Udara

Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara tidak
tampak mata, tidak berbau, dan tidak ada rasanya. Kehadiran udara hanya dapat dilihat dari adanya
angin yang menggerakan benda. Udara termasuk salah satu jenis sumber daya alam karena memiliki
banyak fungsi bagi mahluk hidup. Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan
berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang
seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis,
sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali. Apabila makhluk hidup
bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan karbon dioksida bertambah. Ketika
tumbuhan menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan.

Bioma usus berubah setiap waktu, ini artinya itu bisa dipengaruhi oleh kualitas lingkungan
yang terus berubah (Getty Images). Diperkirakan bahwa polusi udara berperan dalam pengembangan
IBD dengan mengubah mikrobioma usus, yang menyebabkan respon imun dan peradangan. Pada
tahun 2005, Kaplan menghadiri kelas tentang mekanisme polusi udara berdampak pada jantung, dan
menyadari bahwa ada persilangan dengan IBD, bidang keahliannya. "Bagian pertama dari penelitian
saya adalah melihat data untuk melihat apakah ada lebih banyak kasus IBD di daerah dengan polusi
udara lebih banyak," katanya.

Kaplan menganalisis data lebih dari 900 kasus IBD di Inggris, yang berlangsung selama tiga
tahun.Meskipun ia tidak menemukan hubungan antara kasus-kasus IBD yang baru didiagnosis dan
tingkat polusi udara secara keseluruhan, ia menemukan bahwa penyakit Crohn lebih umum
ditemukan pada orang muda dengan paparan nitrogen dioksida yang lebih tinggi.Kaplan juga
menemukan hubungan serupa antara polusi udara dan usus buntu dan sakit perut.Namun, faktor
yang menyulitkan dari penelitian ini adalah bahwa orang mungkin tidak hidup terlalu lama di daerah
dengan polusi tinggi. Juga, mereka tidak membuktikan bahwa satu set data menyebabkan yang lain,
jadi penting untuk mengeksplorasi mekanisme di balik data, kata Kaplan.

 Manfaat udara bagi kehidupan

1. Untuk bernapas
2. Proses fotosintesis
3. Pembangkit listrik
4. Pemanfaatan energi
5. Penyebaran spora
6. Sebagai penyejuk
8
7. Mengolah makanan
8. Menyerap radiasi sinar matahari
9. Sebagai jaringan komunikasi
10. Melindungi bumi
11. Menjadi perantara uap air
12. Perantara gelombang suara dan bunyi

3. Daratan

Dalam geografi, daratan adalah bagian permukaan bumi yang secara tetap (permanen) tidak
tertutupi oleh air laut. Istilah darat digunakan secara lebih umum, sedangkan "daratan" digunakan
dengan batasan geografis. Permukaan bumi yang tertutupi oleh air lainnya, seperti sungai, rawa, atau
danau, merupakan bagian dari daratan, tetapi secara umum tidak disebut sebagai darat.

Daratan merupakan tempat hidup (habitat) bagi kebanyakan tumbuhan dan bagi banyak hewan
yang bergantung secara langsung maupun tidak langsung darinya.

Wilayah tempat daratan bertemu dengan perairan disebut pesisir. Pembagian wilayah daratan
dan perairan merupakan suatu hal yang fundamental bagi manusia dan dapat menjadi suatu
kepentingan budaya yang kuat. Demarkasi antara daratan dan perairan berbeda-beda didasarkan
pada yurisdiksi setempat. Batas maritim adalah suatu demarkasi yang bersifat politis. Berbagai batas
alam ada untuk membantu menentukan titik temu daratan dan perairan. Bentang alam dengan
materi batuan padat lebih mudah menjadi demarkasi daripada rawa, yang tidak memperlihatkan titik
jelas ujung tanah dan air. Demarkasi dapat lebih bervariasi karena pasang surut dan cuaca.

 Fungsi Daratan

Dalam hal ini wilayah daratan memiliki fungsi yakni untuk penghubung antar daerah dataran
yang berhubungan.

 Klasifikasi Macam-Macam Daratan

Berdasarkan reliefnya “tinggi rendah permukaannya” maka daratan dapat dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu:

1. Dataran Tinggi “Plato”

9
Dataran tinggi ialah jenis daratan pada permukaan bumi yang tingginya lebih dari
500M diatas permukaan laut. Dataran tinggi terbentuk akibat adanya proses erosi dan
sedimentasi. Erosi ialah peristiwa pengikisan padatan akibat transportasi angin, air, es, hujan,
pengaruh gravitasi atau akibat makhluk hidup.

Sedangkan sedimentasi ialah proses pengendapan material yang ditransportasikan


oleh media angin, air, es atau gletser di suatu cekungan. Dataran tinggi biasanya memiliki suhu
yang sejuk dan tanahnya subur.

Daerah dataran tinggi dengan luas area yang cukup luas pada daerah puncak dataran
tinggi disebut dengan plato “plateau”, plato dapat terbentuk karena erosi, sedimentasi,
naiknya gunung berapi atau karena ekstrusi lava. Contoh dataran tinggi di Indonesia antara
lain ialah Dataran Tinggi Dekkan, Dataran Tinggi Gayo, Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi
Malang.

2. Dataran Rendah

Dataran rendah ialah jenis daratan pada permukaan bumi yang berupa hamparan luas
tanah dengan tinggi kurang dari 200 m di atas permukaan laut. Istilah ini diterapkan pada
kawasan manapun yang tidak termasuk kedalam dataran tinggi.

Suhu udara pada dataran rendah biasanya berkisar antara 23 derajat celcius sampai
dengan 28 derajat celcius, suhu pada daerah dataran rendah tidak terlalu dingin seperti pada
dataran tinggi, tetapi juga tidak terlalu panas.

Kondisi ekonomi masyarakat yang tinggi di dataran rendah umumnya lebih makmur
dibandingkan yang hidup didataran tinggi. Dari segi cuaca, dataran rendah memiliki curah
hujan yang cukup tinggi. Contoh dataran rendah di Indonesia ialah dataran rendah Surakarta,
dataran rendah Semarang, dataran rendah Madiun dan dataran rendah Palembang.

3. Gunung Dan Pegunungan

Gunung ialah jenis daratan yang berupa bentuk tanah menojol diatas wilayah
sekitarnya. Suatu daerah menjulang tinggi baru dapat dikatakan gunung apabila ketinggiannya
melebihi 610 meter. Ketika mencapai ketinggian tertentu, gunung dapat memiliki lebih dari
satu jenis iklim.

10
Sebenarnya tidak ada definisi umum untuk gunung, ketinggian, volume, kecuraman,
jarak dan kontinuitas merupakan kriteria utama yang biasanya dijadikan acuan dalam
mendefinisikan gunung. Menurut kurikulum lama sekolah dasar, istilah gunung sering merujuk
pada gunung berapai, oleh karena itu hanya terdapat 2 jenis gunung secara umum yakni
gunung aktif dan gunung pasif.

Pegunungan ialah barisan yang terbentuk dari gunung-gunung yang terkait secara
geologis. Pegunungan biasanya terbentuk karena gerakan lempeng tektonik melalui proses
yang kompleks, selain di bumi ternyata gunung juga telah ditemukan pada banyak planet lain
dalam sistem tata surya kita.

4. Bukit Dan Perbukitan

Bukit ialah jenis daratan yang mempunyai permukaan tanah lebih tinggi dari
permukaan tanah di sekitarnya. Namun ketinggian bukit lebih rendah dari pada gunung
“kurang dari 600 meter”. Namun karena tidak ada definisi umum untuk bukit dan gunung,
beberapa bukit ada yang dianggap sebagai gunung dan demikian pula sebaliknya. Sedangkan
perbukitan ialah rangkaian bukit yang berjajar pada suatu daerah yang bukit-bukit tersebut
terhubung secara geologis.

5. Lembah

Lembah merupakan jenis daratan yang lebih rendah dari pada permukaan di
sekitarnya, biasanya lembah merupakan daerah di sekitar pegunungan dengan struktur
memanjang dan dialiri oleh sebuah sungai. Lembah dapat memiliki luas sampai ribuan
kilometer persegi. Dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh berbagai fenomena
geografi, lembah dapat berkembang menjadi ngarai dengan tebing yang curam.

6. Jurang “Tebing”

Jurang ialah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal, tebing biasanya
terbentuk akibat erosi. Erosi ialah peristiwa pengikisan padatan akibat transportasi angin, air,
es, hujan, pengaruh gravitasi atau akibat makhluk hidup. Tebing dapat ditemukan pada daerah
pantai, pegunungan dan sepanjang sungai, seringkali tebing terbentuk oleh bebatuan yang
tahan terhadap perubahan cuaca.

11
7. Ngarai

Ngarai ialah jenis daratan berupa bentang alam menyerupai lembah tetapi memiliki sisi
yang hampir tegak lurus dengan permukaan tanah, keadaan tebing ngarai sangatlah curam.
Ngarai terbentuk dari lembah yang terus menerus terkikis akibat berbagai fenomena geografi.

8. Sungai, Rawa Dan Danau

Sungai, rawa dan danau merupakan bagian daratan yang bisa ditutupi oleh air.
Biasanya ketika kita menyinggung tentang “darat” dalam artian umum, maka sungai, rawa dan
danau tidak termasuk ke dalamnya.

 Kerusakan Lingkungan Daratan

Akhir akhir ini sering terjadi bencana alam yang melanda kota, desa dan kampung,
merusak bangunan, harta benda bahkan meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Tanah
longsor, banjir bandang, sungai meluap, kebakaran hutan, kekeringan dan lain sebagainya. Jika
diteliti ternyata semua bencana itu bersumber dari ulah segelintir orang yang tidak
bertanggung jawab.

Penebangan pohon dihutan yang semena mena mengakibatkan hutan jadi gundul dan
gersang. Ketika hujan turun tidak ada lagi pohon yang menahan air hujan. Dahulu semua air
yang turun ditahan oleh pepohonan, kemudian meresap dan disimpan didalam tanah.
Sekarang tidak ada lagi pepohonan yang menahan air hujan, air terus meluncur kesungai
mengalir deras menuju laut. Sungai yang ada tidak mampu menampung luapan air , akibatnya
terjadilah banjir di mana mana. Penebangan pohon dengan semena mena oleh segelintir orang
telah menimbulkan kerusakan dan bencana berkepanjangan. Musim hujan terjadi banjir
dimana mana. Musim panas terjadi kekeringan dan kesulitan mendapatkan air bersih.

4. Suhu

Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses meningkatnya
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±
0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
12
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.

Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih
terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya
kapasitas kalor lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan


yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang
lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis
hewan.

Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan
yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga
saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan
yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk
beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah
pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

5. Atmosfer

Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi
di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.
Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena
pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan
peralatan sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik mengenai atmosfer termasuk fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya.

Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit
argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya.
Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari
Matahari dan mengurangi suhu ekstrem antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada
dalam 11 km dari permukaan planet. Atmosfer tidak memiliki batas mendadak, tetapi agak
menipis lambat laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan
angkasa luar.

13
6. Sumber makanan (tanaman,buah-buahan, ikan, hewan dll)

Makanan Pokok adalah makanan utama yang dikonsumsi oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Makanan Pokok memberikan gizi atau nutrisi dasar agar dapat
mempertahankan hidup sesuai dengan iklim dan lingkungannya. Namun, Makanan Pokok tidak
menyediakan semua gizi atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Untuk memenuhi
keseluruhan kebutuhan gizi pada tubuh manusia, kita memerlukan makanan pelengkap lainnya
agar dapat hidup sehat dan mencegah terjadinya kekurangan gizi. Makanan Pokok dalam bahasa
Inggris disebut dengan Staple Foods.

Makanan pokok berbeda-beda pada setiap wilayah atau kawasan di muka bumi ini
tergantung pada budaya, iklim dan keadaan tempat pada wilayah atau kawasan yang
bersangkutan. Namun makanan yang dijadikan makanan pokok adalah makanan yang relatif
murah dan dapat disimpan dalam waktu yang lama atau tidak mudah rusak. Makanan-makanan
pokok tersebut diantaranya adalah Beras, Jagung, Gandum, Sorgum, kedelai dan umbi-umbian
seperti kentang, ubi jalar, talas dan singkong serta buah-buahan seperti Pisang Raja.

 Kelaparan pada sebagian orang karena tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya

Zaman perang atau di reportase televisi yang melaporkan kondisi kronis negara-negara
yang menjadi simbol kemiskinan, seperti Ethiopia, Bangladesh, atau negara di kawasan Benua
Afrika yang terkenal langka sumber daya alam. Tetapi, kali ini cerita miris tentang kematian
yang disebabkan karena kelaparan dan kemiskinan ternyata terjadi di Tanah Air. Sebagai negara
sedang berkembang yang memiliki angka pertumbuhan ekonomi di atas 5%, dan memiliki
kekayaan alam yang berlimpah, rasa-rasanya muskil mendengar kasus kematian warga
masyarakat akibat kelaparan.

Sedikitnya tiga warga yang mendiami pedalaman Pulau Seram di Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku dilaporkan meninggal dunia akibat busung lapar. Sementara, ratusan
jiwa penduduk yang lain mengalami kelaparan parah sejak sebulan terakhir. Bencana kelaparan
menyebabkan sejumlah warga terserang busung lapar hingga sebagian akhirnya tewas. Di Pulau
Seram ini, sebanyak 170 jiwa yang terdiri dari 75 orang dewasa, 60 orang usia lanjut, dan 35
balita saat ini dalam kondisi tengah menghadapi ancaman kelaparan akibat gagal panen.

14
Kasus kematian sejumlah warga akibat kelaparan seperti terjadi di Pulau Seram ini
sebetulnya bukan hal baru. Sebelumnya kasus yang lebih parah juga pernah terjadi di
Kabupaten Asmat, Papua. Di Kabupaten Asmat dilaporkan sedikitnya 60 warga meninggal
gara-gara kekurangan gizi kronis dan serangan penyakit campak. Kondisi kelaparan
menyebabkan daya tahan menurun, sehingga sedikit saja penyakit menyerang, maka akibatnya
bisa sangat fatal.

C. Faktor – faktor Penghambat Keberlangsungan Bumi

 Pembangunan Berkelanjutan

Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan sekitarnya. Maka dari itu kita
sebagai makhluk hidup harus dapat menjaga kelestarian lingkungan alam tempat kita tinggal.
Terutama ekosistem tanah yang merupakan lahan berpijak dan lahan kita membuat tempat
tinggal. Pembangunan-pembangunan  yang di dirikan untuk memenuhi kebutuhan kita sebagai
makhluk hidup terus dilakukan namun banyaknya manusia yang tidak bertanggung jawab atas
pembangunan yang semena-mena tersebut menimbulkan permasalahn-permasalahan baru.
Pembangunan berkelanjutan adalah konsep yang baik namun di Jakarta pembangunan
berkelanjutan sudah tidak sesuai. 

Pembangunan yang terus-menerus dilakukan oleh sektor industri tanpa melihat


keseimbangan tanah yang ada sehinngga menimbulkan permasalahan seperti ambruknya
gedung-gedung bertingkat, kurangnya daerah resapan air Berkurangnya air tanah yang
dialkukan oleh masyarakat juga menjadi salah satu masalah kerusakan tanah. Hal ini menjadi
tanggung jawab kita semua terutama pemerintah dalam memberikan kebijakan dan peraturan
tegas kepada pihak yang ingin mendirikan bangunan. Agar tanah Jakarta bisa tetap layak
digunakan.

Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama yaitu ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat. Ketiga aspek tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Hubungan
ekonomi dan sosial di harapkan dapat menciptakan hubungan yang adil. 

 Konsep Pembangunan Berkelanjutan 

Konsep pembangunan berkelanjutan menyadari bahwa sumber daya alam merupakan


bagian dari ekosistem. Dengan memlihara fungsi ekositem maka kelestarian sumber daya alam
akan tetap terjaga.  Konsep pembangunan berkelanjutan juga berhubungan erat dengan masalah
etika. Konsep ini sangat memperhatikan kesejahteraan generasi yang akan datang. Namun, pada
saat yang bersamaan juga tidak mengurangi perhatian terhadap upaya-upaya untuk
meningkatkan taraf hidup orang-orang miskin yang ada pada generasi sekarang. Dalam
hubugannya dengan etika konsep pembangunan berkelanjutan pun harus mempunyai etika
terhadap lingkungan. 

Kurangnya penyelarasan dan pemerataan hasil pembangunan mengakibatkan kondisi


sosial sebagian masyarakat menjadi semakin tertinggal dan rusaknya lingkungan hidup akibat
eksploitasi yang tidak memikirkan keadaan lingkungan dan generasi masa depan. Di sisi etika,
terhambatnya implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia juga terkait erat dengan
tingkat korupsi, yang terjadi hampir di seluruh lapisan masyarakat. Dr. Koetjaraningrat, seorang
pakar antropologi, menyakini bahwa sebelum Indonesia dapat membangun, maka sikap mental
masyarakatnya harus diperbaiki terlebih dahulu.

Sepanjang mental masyarakat masih condong kepada mental korupsi dari pada mental
untuk melawan korupsi, maka Indonesia akan sulit atau tidak mungkin untuk membangun.

15
 Dampak Buruk Pembangunan Berkelanjutan

Masalah pembangunan berkelanjutan ini tentunya terjadi di kota kota besar terutama
Jakarta yang merupakan Ibu Kota negara Indonesia dengan total penduduk 9.588.198 jiwa
menurut sensus penduduk tahun 2010 dan memiliki luas wilayah 740 km2. Kota Jakarta
memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan negara Indonesia karena Jakarta
merupakan pusat perekonomian Indonesia, pusat pemerintahan Republik Indonesia, serta
merupakan pusat bertemunya orang-orang dari seluruh penjuru dunia dan dari seluruh penjuru
Indonesia.  Oleh karena itu dibutuhkan banyak gedung bangunan untuk meningkatkan
kebutuhan perekonomian dan sumber daya di Jakarta. Walaupun Jakarta memiliki letak yang
strategis dalam memenuhi kebutuhan negara, kota ini tidak terlepas dari berbagai masalah salah
satunya adalah pembangunan yang berkelanjutan yang akhirnya sangat berdampak buruk bagi
kerusakan lingkungan yaitu tanah tempat kita berpijak.

D. Mengenal Pemanasan Global

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-


rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change  (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah
kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik,
termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan pemanasan global atau global warming adalah adanya proses peningkatan
suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut).

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim
yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil Ini mencerminkan
besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan


yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim, serta perubahan jumlah dan polapresipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang
lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika
16
ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.

E. Penyebab Pemanasan Global

1. Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasukcahaya tampak. Ketika energi
ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan
ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumiterus
meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin


meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar
15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

2. Efek umpan balik             

Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer

Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut
dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi
uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas
CO2 sendiri

Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban


relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).
Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang
panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan,
sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut
akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan
efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil
bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar
125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
17
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya


(albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan
atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap
lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih
banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah


beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain
itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

3. Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan


kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya
aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak
tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama
pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan
tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi
Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun
1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global
Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah
berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-
2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan
bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap
efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah
dipandang remeh Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan
meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar
pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari
Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus matahari hanya memberi peningkatan kecil
sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil
untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich
menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari
sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

F. Pengaruh Pemanasan Global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan


sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para
ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global

18
terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia.

1. Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara


dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain
di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya
akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga
akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari
kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen
untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat
sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). 
Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola
cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

2. Peningkatan permukaan laut

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,


sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitarGreenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 -
35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau.Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang
sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

3. Suhu global cenderung meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat

19
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir
alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4. Gangguan ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan
global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe
spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah.

5. Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang


berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan  malnutrisi. Perubahan
cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub
utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam
(banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam
biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana
sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi,defisiensi mikronutrien, trauma psikologis,
penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air


(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada
beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi
lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu
bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi
ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan
berdampak perubahan iklim (Climat change)yang bis berdampak kepada peningkatan kasus
penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan
musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan  seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

G. Ancaman Pemanasan Global Terhadap Kehidupan

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan


temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse
effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2),
20
metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam
atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global
termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-
geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,
peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi
fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi
masyarakat
meliputi :
(a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai
(b)gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan,
pelabuhan dan bandara
(c) gangguan terhadap permukiman penduduk
(d) pengurangan produktivitas lahan pertanian
(e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb).
Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan
global, yakni: kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.

H. Pengendalian Pemanasan Global


Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi
efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya
iklim di masa depan. Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai
dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara
lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan
dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun
dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang
koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah
kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut  carbon
sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

1. Menghilangkan karbon dioksida

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam  pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda
dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya
melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam  kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman
yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan
kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian
atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan
penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah
kaca.

21
2. Persetujuan internasional

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah


kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk
menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam
suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di  Jepang, 160 negara merumuskan
persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

22
BAB III
METODOLOGI

A. Metode Pengumpulan Data

“Metodologi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu; dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya
cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu
tujuan. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan
dan menganalisis sampai menyusun laporannya.

Pengkajian karya ini penulis memilih penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif, karena
penulis melakukan pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, dan studi literatur
yang dimana analisis tersebut dibangun kedalam tema yang dibuat agar pengkaryaan ini dapat
memiliki makna yang cukup dalam.

Menurut Creswell dalam buku METODE PENELITIAN KUALITATIF Sugiyono (2018:4)


menyebutkan penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku
individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan. Proses
penelitian mencakup membuat pertanyaan penelitian dan prosedur yang masih bersifat
sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan,analisis data secara induktif, membangun
data parsial kedalam tema, dan selanjutnya memberikan interpretas terhadap makna suatu data.
Kegiatan akhir adalah membuat laporan kedalam struktur fleksibel.

Adapun metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-
ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis
data dan mengintrepertasikannya. Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui
teknik survey, studi kasus, studi komparatif, studi tentang tentang waktu dan gerak, analisis
tingkah laku, dan analisis documenter.

B. Objek dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah target populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:34). Sedangkan
objek penelitian adalah sesuatu yang merupakan inti dari problematikapenelitian (Arikunto,
2005:45). Dalam hal ini, penulis memilih face paintingsebagai subjek dari kampanye ini, karena
dalam hal ini khususnya kampanye tentang dampak dari global warming sendiri penulis belum
pernah melihatnya. Sedangkan objek dari penelitian ini yaitu dampak dari global warming dengan
cara memberikan inovasi kampanye yang baru di masyarakat.

C. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi Lapanga

Pada teknik ini penulis mengumpulkan data dengan cara langsung terjun ke lapangan
langsung dibeberapa tempat seperti di Bandung dan di Yogyakarta, selama kurun 2 tahun
kebelakang dari mulai tahun 2018 sampai 2016 penulis mengamati dampak global warmingyang
cukup signifikan di bulan-bulan tertentu.

seperti di musim hujan ketika di Yogyakarta hujan jarang turun pada musimnya, kemudian di
musim kemarau hujan turun tetapi dengan keadaan cuaca yang cukup panas. Sedangkan di
Bandung sendiri penulis merasakan cuaca ekstrim yang dimana cuaca panas yang cukup ekstrim.

23
2. Wawancara

Kemudian di teknik wawancara ini,penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada


masyarakat khususnya beberapa sumber yang memperhatikan permasalahan lingkungan tentang
apa yang mereka rasakan terkait dengan dampak dari global warming itu sendiri.

3. Studi Literatur

Pada teknik ini, penulis mendapatkan data melalui kajian jurnal. dimana didalamnya terdapat
beberapa teori yang dapat diterapkan terhadap pengkajian karya tugas akhir ini.

24
BAB IV

KERUSAKAN LINGKUNGAN DI MUKA BUMI

4.1 Kerusakan Lingkungan di Muka Bumi


1.    Sungai
Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
a.    Pembuangan limbah industri ke perairan
b.   Pembuangan limbah rumah tangga (domestic) ke sungai, seperti air cucian, air
bekas MCK.
c.    Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
d.   Terjadinya erosi yang membawa paetikel-partikel tanah ke perairan.
e.    Penggunaan racun dan bahan peledak
f.    Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakan ke sungai
g.   Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas
pantai.
Adapun dampak pencemaran sungai sbb :
a.  Mempercepat kematian biota yang ada di dalamnya, jika pun bisa bertahan maka akan
terjadi mutasi dan jika dikonsumsi akan berakibat langsung pada kesehatan manusia.
b.  Mengurangi bahkan merusak kualitas airnya.
c.  Abrasi, berupa erosi lateral. Akan membawa material pinggir sungai yang mengakibatkan
pendangkalan sungai. Akibatnya jika terjadi hujan lebat maka sungai tidak dapat menampung
kapasitas air dan mengakibatkan banjir.
d.  Hunian di bantaran sungai akan mengakibatkan menghilangnya kealamian sungai karena
proses kehidupan sungai.
2.   Terumbu karang
Pada saat sekarang ini sudah banyak laporan atas dasar rusaknya terumbu karang,
terumbu karang yang memanjang di lautan adalah keajaiban bawah air dengan warna yang
berpendar berbentuk fantastis telah dicampur tangani oleh tangan-tangan kotor manusia.
Berbagai macam tekanan termasuk lumpur akibat penggundulan hutan dan polusi pantai akibat
padatnya pengunjung pantai, yang mencekik mereka, dan pengambilan berlebihan oleh para
pencari karang, nelayan, dan turis yang merusak dan mengurasnya.
4.2 Dampak Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan memberikan banyak dampak pada masyarakat atau makhluk hidup sekitar
kita diantarnya :
1.     Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat penyebaran wabah penyakit
2.     Munculnya berbagai kerawanan sosial
3.     Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
25
4.     Penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan
5.    Kerusakan lingkungan yang berakibat fatal menimbulkan kerugian, baik material maupun
jiwa.

4.3 Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan


1.  Reboisasi atau penghijauan di lahan yang telah rusak.
2.  Mencegah penebangan liar dan menerapkan system tebang pilih
3.  Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan menggantinya dengan bahan bakar alternative
4.   Membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan
pertanian
5.   Mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan
6.   Menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan mikroorganisme di tanah
7.   Melakukan upaya remidiasi yaitu membersihkanpermukaan tanah dari berbagai
macam polutan.
 Dengan Menerapkan prinsip 4R yaitu :
1.   Reduce, artinya mengurangi pemakaian
2.   Reuse, artinya memakai ulang
3.   Recycle artinya mendaur ulang
4.   Replant, artinya menanam atau menimbun sampah organik.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kerusakan lingkungan hidup di muka bumi ini banyak disebabkan oleh manusia karena
kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, wacana diatas
menggambarkan bahwa bumi sudah jauh dari hijaunya lingkungan hidup, partisipasi
masyarakat dalam menanggulangi kerusakan lingkungan masih sangat minim. Masyarakat
masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada lingkup
lingkungan setempat yang dilaksanakan secara spontan. Tingkat partisipasi dilakukan di
lingkuungan setempat dan kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan kerusakan
sangat kurang.

5.2 Saran
Untuk menantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan di muka bumi ini diperluan
kesadaran masyarakat tentang dampak kerusakan lingkungan, adanya penegakan hukum pada
masyarakat yang sewenang-wenang merusak lingkungan, serta kerjasama dengan pihak yang
terlibat.

27

Anda mungkin juga menyukai