Anda di halaman 1dari 3

A.

Dasar Teori
Oksigen sangat berperan dalam penyediaan energi sehingga sangat dibutuhkan
dalam proses kehidupan. Sel-sel organisme memperoleh energi dari reaksi enzimatis
yang sebagian besar memerlukan oksigen yang diperoleh lewat respirasi. Respirasi
meliputi dua proses penting yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
organisme dan lingkungan luar (respirasi eksternal) dan penggunaan oksigen di dalam sel
untuk metabolisme molekul organik (respirasi internal). Pada organisme bersel satu
pertukaran gas dapat secara langsung lewat permukaan sel, sedangkan pada organisme
tingkat tinggi harus melewati suatu organ khusus antara paru-paru dan insang.
Respirasi eksternal sangat dipengaruhi oleh komposisi gas dalam lingkungan luar
organisme yang bersangkutan. Di udara (pada permukaan air laut) kandungan oksigen
maksimum adalah 20,95% atau 159 mmHg. Di dalam air kandungan oksigen sangat
dipengaruhi kelarutan oksigen di dalam air. Secara umum kelarutan oksigen di dalam
larutan/air dipengaruhi oleh tekanan partial oksigen di atas permukaan air (pO 2), suhu air
dan kandungan garam di dalam air.
Jika kandungan oksigen (pO2) lingkungan berkurang, beberapa golongan hewan
melakukan konformitas dan golongan lain mampu melakukan regulasi konsumsi oksigen
sehingga konsumsi oksigennya konstan. Jadi pada gilongan regulator penurunan (pO 2)
(sampai batas tertentu) tidak menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen. Hal ini
dimungkinkan karena terjadi penyeimbangan dua faktor yaitu ekstraksi oksigen dan
ventilasi.
Hewan poikiloterm merupakan hewan yang suhu tubuhnya dapat berubah-ubah
seiring dengan perubahan suhu lingkungan. Contoh hewan poikiloterm yaitu ikan. Dalam
proses respirasi Ikan menggunakan insang. Hewan poikilotermik (berdarah dingin) harus
menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan dengan mengambil panas matahari di
pagi hari dalam melakukan fungsi fisiologis metabolis untuk melakukan aktivitas gerakan
tubuh (Iyai, 2006).
Ikan memiliki kemampuan untuk mengenali dan memilih range suhu tertentu
yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara maksimum. Selama
hidupnya suhu tubuh organisme perairan sangat tergantung pada suhu air tempat
hidupnya. Oleh karena itu adanya perubahan suhu air akan membawa akibat yang kurang
menguntungkan bagi organisme perairan, diantaranya kematian, menghambat proses
pertumbuhan,mengganggu proses respirasi, dan lain-lain (Staf, 2010).
Karena Suhu adalah salah satu faktor fisik terpenting dalam air karena dengan
zat / unsur yang terkandung di dalamnya akan menentukan kerapatan air, kejenuhan air,
mempercepat reaksi kimia, dan mempengaruhi jumlah oksigen yang terlarut dalam air.
Tingginya suhu yang dapat ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat kematian pada
ikan tetapi dapat menyebabkan kesehatan jangka panjang, misalnya stres menyebabkan
tubuh lemah, kurus, dan berperilaku tidak normal. Menurut Kordi, perubahan suhu
sebesar 5 ° C di atas normal dapat menyebabkan stres pada kerusakan jaringan ikan dan
bahkan kematian (Aliza et al., 2013).
Peningkatan dan penurunan suhu berdampak pada konsentrasi oksigen terlarut
dalam air. Ketika suhu naik maka oksigen terlaut akan naik, sedangkan pada saat suhu
rendah maka oksigen terlaut akan turun.
Bukaan operculum ikan merupakan proses ikan menelan air dengan mulutnya dan
menekannya melewati ingsang kemudian dikeluarkan melalui lubang di bawah
operculum. (Pough et al, 2005). Gerakan operculum dipengaruhi adanya tingkat
konsumsi oksigen dimana jika terdapat pencemaran limbah pada suatu perairan maka
akan menyebabkan kerusakan ingsang, sehingga kemampuan mengonsumsi oksigen akan
berkurang dan Gerakan operculum akan meningkat (Tobin, 2005).
Ikan yang mengalami kekurangan oksigen akan mempercepat pergerakan
operkulumnya disertai dengan pergerakan mengambil udara di permukaan air dan
pergerakanan ikan menjadi pasif (Reebs, 2009).
Sumber :
Aliza, Dwinna. 2013. The Effect of Water Temperature Increased on Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus). Medika Veterina. 7 (2).
Iyai, Deny Anjelius., dkk. 2006. Diversitas dan Ekologi Biawak (Varanus indicus) di Pulau
Pepaya Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Irian Jaya Barat. Jurnal Biodiversitas. 7 (2):181-
186.
Reebs, S.G. 2009. Oxygen and Fish Behavior. Canada: Universite de Moncton
www.howfishbehave.ca diakses pada 07 Desember 2020
Staf pengajar Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. 2010. Distribusi Suhu
Permukaan Pada Musim Peralihan Barat-Timur Terkait dengan Fishing Ground Ikan Pelagis
Kecil di Perairan Spermonde. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 20 (1): 1 – 7.

Anda mungkin juga menyukai