Anda di halaman 1dari 11

Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019

ISSN 1907 – 3232

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DENGAN PENDEKATAN


PERMAINAN TRADISIONAL DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA
SISWA KELAS V SEMESTER II SD NEGERI 5 UBUD
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

I GUSTI NYOMAN ARYA


NIP. 19641230 198404 1 001

ABSTRACT
The purpose of this Classroom Action Research is to be carried out in SD Negeri 5
Ubud, in Class V Semester II of the Academic Year 2017/2018 which aims to Improve
Learning Achievement in Physical Education, Sports, and Health through Expository
Learning Models with the Use of Traditional Game Approaches.
Expository learning models can improve student achievement. This classroom action
research study involved 25 research subjects that apply to 2 cycles through the stages of
planning, implementation, observation and reflection. The learning achievement test is
the alt which is used in collecting data, the results of the research data are then analyzed
using discription analysis.
The results obtained from this study indicate the ability of students to follow the
learning process from an initial average of 68.2 increased to 75 in the first cycle and
increased to 79.2 in the second cycle, with an initial learning completeness of 44% in the
first cycle to 72% and in the second cycle to 100%.
The conclusion obtained from this study is the Expository Learning Model Using
Traditional Games can Improve Physical Education, Sports, and Health Achievement of
Students in Class V Semester II Elementary School 5 Ubud, 2017/2018 Academic Year.

Keywords: Traditional Games, Physical Fitness, Physical

ABSTRAK
Tujuan dilakukan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini di SD Negeri 5 Ubud,
pada Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 yang bertujuan untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan melalui
Model Pembelajaran Ekspository dengan Penggunaan pendekatan Permainan Tradisional.
Model pembelajaran ekspositori dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Penelitian
tindakan penelitian kelas ini melibatkan 25 subyek penelitian yang berlaku pada 2 siklus
melalui tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tes prestasi
belajar merukan alt yang digunakan dalam mengumpulkan data hasil penelitian data
selanjutnya dianalisis menggunakan analisis diskriptis.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan adanya kemampuan peserta
didik untuk mengikuti proses pembelajaran dari rata-rata awal dari 68,2 meningkat
menjadi 75 pada siklus I dan meninngkat menjadi 79,2 pada siklus II , dengan ketuntasan
belajar awal 44% pada siklus I meningkat menjadi 72% dan pada siklus II menjadi 100%.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Model Pembelajaran Ekspositori
Dengan Memanfaatkan Permainan Tradisional dapat Meningkatkan Prestasi Belajar
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Siswa Kelas V Semester II SD Negeri 5
Ubud Tahun Pelajaran 2017/2018 .

Kata kunci: Permainan tradisional, Kebugaran Jasmani, Prestasi Belajar Penjasorkes


1
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

PENDAHULUAN perkembngan yagn bersifat psikis atau


Pendidikan Jasmani Olahraga dan mental berkembang dengan pesat.
Kesehatan merupakan bagian integral Dalam proses pembelajaran pada
dari pendidikan secara nasional, mata pelajaran pendidikan jasmani
bertujuan untuk mengembangkan aspek olahraga dan kesehatan guru harus dapat
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, melakukan pendekatan yang men
keterampilan befikir kritis, keterampilan yenangkan sehingga siswa dapat belajar
sosial, penalaran, stabilitas emosisonal, dengan penuh semangat. Keberadaan
tindakan moral, aspek pola hidup sehat mata pelajaran pendidikan jasmani
dan pengenalan lingkungan bersih olahraga dan kesehtan dalam KTSP
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan sebenranya sangat membantu pengajar
kesehatan terpilih yang direncanakan pedidikan jasmani dalam
secara sistematis dalam rangka mempersiapkan, melaksanakan dan
mencapai tujuan pendidikan nasional mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun
(Depdiknas Pedoman Penyusunan ruang lingkup pedidikan jasmani
KTSP, 2007:162). meliputi aspek permainan dan olahraga.
Mata pelajaran pendidikan Aktivitas pengembangan senam,
jasmani olahraga dan kesehatan aktivitas ritmik,akuatik (aktivitas air),
bertujuan untuk mengembang pendidikan luar kelas, dan kesehatan.
keterampilan dasar-dasar berolahraga. Semua aspek tersebut begitu juga
Selain hal tersebut yang diperlukan juga kemampuan yang diperoleh berdampak
dimaksudkan untuk menguasai berbagai pada kebugaran jasmani peserta didik.
keterampilan yang dapat dimanfaatkan Hasil observasi awal di SD Negeri
dalam kehidupan mereka kelak 5 Ubud, dengan nilai rata-rata 68,2 pada
dikemudian hari. Menurut para ahli bila, saat berlangsungnya proses belajar
pola pertumbuhan dan perkembangan mengajar terlihat bahwa aktivitas kurang
anak berbanding terbalik dengan terlihat bergairah, peserta didik tidak
kecepatannya, pada usia pra sekolah dalam stamina yang baik artinya siswa
pertumbuhan yang beruhubungan dalam pembelajran hanya melakuan
dengan fisik tumbuh begitu cepat. sekali dua kali gerakan saja terliaht
Sedangkan pada usia sekolah hingga sudah kelelahan. Kebanyakan mereka
menjelang remaja disebut pola hanya sekadar melakuan kewajiban
pertumbuhan lambat akan tetapi mengikuti pembelajaran saja, tanpa
kreativitas dan keingina yang besar
2
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

untuk menguasai keterampilan yang Pembelajaran Ekspositori dapat


diajarkan dengan sebaik-baiknya. Meningkatkan Prestasi Olahraga Siswa
Berikut ini adalah hasil belajar Kelas V Semester II SD Negeri 5 Ubud
(nilai rata-rata) Pendidkan Jasmani, Tahun Ajaran 2017/2018?
Olahraga, dan Kesehatan Kelas V Sedangkan yang menjadi tujuan
Semester II SD Negeri 5 Ubud Tahun dalam penelitian ini adalah untuk
Ajaran 2017/2018 yang diperoleh meningkatkan prestasi belajar siswa
setelah berakhirnya proses pembelajran Kelas V Semester II SD Negeri 5 Ubud
untuk yang ketiga kalinya. Dari 25 Tahun Pelajaran 2017/2018 pada Mata
orang siswa nilai rata-rata prestasi Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
belajar siswa adalah 68,2. Dari hasil dan Kesehatan melalui Model
tersebut dapat dijabarkan bahwa 14 Pembelajaran Ekspositori dengan
orang siswa tergolong masuk kategori Pendekatan Permainan Tradisional.
tidak tuntas dan harus diremidial, dan Permainan tradisional telah lama
siswa yang sudah tuntas adalah dikembangkan hingga saat ini, hanya
sebanyak 11 orang. KKM yang saja sekarang telah berkurang
ditentukan untuk mata pejaran peminatnya. Hal ini dikarenakan siswa-
Pendidikan Jasmani Olahraga dan siswa zaman sekarang lebih memilih
Kesehatan adalah 75. Prosentase bermain menggunakan playstation,
ketuntasan belajar yang diperoleh pada gadget dan teknologi lainnya yang lebih
awal pembelajaran hanya mencapai praktis. Sementara dalam permainan
44%. tradisional tersebut banyak hal positif
Berdasarkan data diatas diperoleh yang didapatkan, yakni bagaimana
kesimpulan bahwa tingkat ketuntasan bekerjasama dalam tim, bagaimana
siswa Kelas V berada di bawah Standar bermain sportif dan bagaimana prilaku
Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) ketika menerima kekalahan. Bukan
yaitu 85%, hasil menunjukan hasil yang hanya itu saja, permainan tradisional
diperoleh adalah (44%) hanya 11 orang juga dimaksudkan agar masyarakat
yang mencapai ketuntasan. Hal ini terutama siswa-siswa dan remaja
menunjukan hasil belajar Penjasorkes mampu meningkatkan rasa solidaritas
siswa kelas V masih rendah. antar sesama.
Rumusan masalah yang dapat Sebagai siswa yang tumbuh
disampaikan pada penelitian ini adalah; dalam lingkungan yang penuh dengan
apakah Melalui Pendekatan Permainan hal-hal tradisional atau adat, tentunya
Tradisiaonal Dengan Model banyak hal yang pernah dilalui dan
3
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

dilakukan. Mulai dari tarian tradisional, digunakan sebagai bagian dari proses
lagu radisioanal dan permainan belajar, bukan hanya untuk mengisi
tradisional. Tidak lengkap rasanya waktu kosong atau sekadar permainan.
sebagai warga adat tanpa pernah Bermain sebaiknya dirancang menjadi
melakukan salah satu dari ketiganya, suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami
permainan tradisional misalnya. sendiri oleh peserta, kemudian ditarik
Bermain bagi siswa mampu dalam proses refleksi untuk menjadi
meningkatkan afiliasi dengan teman hikmah yang mendalam (prinsip, nilai,
sebaya, mengurangi tekanan, atau pelajaran-pelajaran).
meningkatkan perkembangan kognitif, Bermain apabila dihubungkan
meningkatkan daya eksplorasi, memberi dengan teknik-teknik dasar yang harus
tempat berteduh yang aman bagi dikuasai siswa dalam setiap permainan
perilaku yang secara potensial akan dapat mempercepat tingkat
berbahaya. Permainan meningkatkan penguasaan mereka. Biasanya, apabila
kemungkinan bahwa siswa-siswa akan suatu pelajaran dilakukan secara
berkomunikasi dan berinteraksi dengan monoton dalam wangku lama akan
satu sama lain. Selama interaksi ini, menimbulkan kejenuhan pada diri siswa.
siswa-siswa mempraktekkan peran yang Namun jika dilakukan dengan bermain
mereka laksanakan dalam hidup masa maka permainan sambil melatih gerakan
depannya. yang harus dikuasai siswa, akan
Bermain juga dimaksudkan untuk menimbulkan dampak positif.
membangun suasana belajar yang Di satu sisi guru dapat
dinamis, penuh semangat, dan memasukkan materi teknik dasar
antusiasme. Karakteristik permainan permainan yang memungkinkan
adalah menciptakan suasana belajar dilakukan siswa terus menerus tanpa
yang menyenangkan (fun) serta serius membosankan, di pihak lain keinginan
tapi santai (sersan). Bermain digunakan siswa untuk bermain sesuai taraf
untuk penciptaan suasana belajar dari perkembangannya tidak dihambat oleh
pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak kepentingan pembelajaran yang
(akrab), dan dari jenuh menjadi riang dilakukan guru. Jadi prinsip belajar
(segar). Metode ini diarahkan agar sambil bermain dan bermain seraya
tujuan belajar dapat dicapai secara belajar tetap berjalan seiring. Dengan
efisien dan efektif dalam suasana menggunakan model Contextual
gembira meskipun membahas hal-hal Teaching and Learning menggunakan
yang sulit atau berat. Sebaiknya bermain pendekatan driil dan bermain peneliti
4
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

yakin akan dapat menanggulangi oleh siswa; c) Korelasi (Correlation).


permasalahan yang sedang dihadapi. Memberikan makna terhadap materi
Roy Killen dalam Wina Sanjaya pelajaran, baik makna untuk
yang dikutif dari tautan http://www. memperbaiki struktur pengetahuan yang
kajian pustaka. com menamakan telah dimiliki siswa maupun makna
metode ekspositori dengan istilah untuk meningkatkan kualitas
strategi pembelajaran langsung (Direct kemampuan berpikir dan kemampuan
Instruction). Karena dalam hal ini siswa motorik siswa. d) Menyimpulkan
tidak dituntut untuk menemukan materi (Generalization). Memahami inti (core)
itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah dari materi pelajaran yang telah
jadi. Oleh karena metode ekspositori disajikan (http://www.gurukelas.com).
lebih menekankan kepada proses Mengaplikasikan (Aplication).
bertutur, maka sering juga dinamakan Unjuk kemampuan siswa setelah mereka
istilah metode chalk and talk. menyimak penjelasan guru.Sudut
Pendapat lain dikemukakan oleh pandang tradisional Piaget memandang
Wina Sanjaya (2008:179) seperti bahwa pengetahuan sebagai adanya
berikut. Metode ekspositori adalah realita lahiriah, obyektif dan
bentuk pendekatan pembelajaran yang tetap.Subyek menerima secara pasif
berpusat guru (teacher centered realita obyek tersebut. Subyek pada
approach). Guru sangat berperan dasarnya dilihat sebagai suatu tabula
dominan dan fokus utama metode ini rasabagaikan sehelai kertas putih kosong
adalah kemampuan akademik siswa (Piaget, 1969).
(academic achievement student). Ausubel (Romiszowski, 1990)
Disamping prinsip juga dijelaskan menyatakan model pembelajaran
mengenai prosedur pelaksanaan metode konvensional atau ekspositori
ekspositori sebagai berikut: a) Persiapan didasarkan pada proses meaningful
(Preparation). Tahap persiapan reception learning. Pendekatan ini
berkaitan dengan mempersiapkan siswa cenderung menekankan penyampaian
untuk menerima pelajaran; b) Penyajian informasi yang bersumber dari buku
(Presentation).Penyampaian materi teks, referensi atau pengalaman pribadi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang dengan menggunakan teknik ceramah,
telah dilakukan. Hal yang harus demonstrasi, diskusi dan laporan studi.
diperhatikan oleh guru adalah Dengan demikian pengetahuan yang
bagaimana materi pelajaran dapat akan dipelajari siswa harus disajikan dan
dengan mudah ditangkap dan dipahami
5
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

guru perlu memberikan berbagai definisi teknik atau prosedur tertentu untuk
dari konsep yang akan diterima siswa. kegiatan praktik; (6) Apabila seluruh
Wina Sanjaya (2006) menjelaskan siswa memiliki tingkat kesulitan yang
bahwa strategi pembelajaran ekspositori sama sehingga guru perlu menjelaskan
adalah strategi pembelajaran yang untuk seluruh siswa; (7) Apabila guru
menekankan kepada proses akan mengajar pada sekelompok siswa
penyampaian materi secara verbal dari yang rata-rata memiliki kemampuan
seorang guru kepada sekelompok siswa rendah; (8) Jika ligkungan tidak
dengan maksud agar siswa dapat mendukung untuk menggunakan strategi
menguasai materi pelajaran secara yang berpusat pada siswa,misalnya tidak
optimal. adanya sarana dan prasarana yang
Strategi Pembelajaran ekspositori dibutuhkan; (9) Jika tidak memiliki
akan efektif apabila: (1) Guru akan waktu yang cukup untuk menggunakan
menyampaikan bahan-bahan baru serta pendekatan yang berpusat pada siswa.
kaitannya dengan yang akan dan harus Prestasi belajar mempunyai arti
dipelajari siswa; (2) Apabila guru dan manfaat yang sangat penting bagi
menginginkan agar siswa mempunyai peserta didik, pendidik, orang tua/wali
gaya model intelektual tertentu, murid dan sekolah.Prestasi belajar
misalnya agar siswa bisa mengingat merupakan kemampuan siswa yang
bahan pelajaran, sehingga ia akan dapat dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap
mengungangkapkannya kembali dan keterampilan yang dicapai siswa
manakala diperlukan; (3) Jika bahan dalam kegiatan belajar mengajar.Nilai
pelajaran yang akan diajarkan cocok atau angka yang diberikan guru kepada
untuk dipresentasikan, artinya peserta didik merupakan manifestasi
dipandang dari sifat dan jenis materi dari prestasi belajar anak yang berguna
pelajaran memang materi itu hanya untuk pengambilan keputusan atau
mungkin dapat dipahami oleh siswa kebijakan terhadap anak yang
manakala disampaikan oleh guru, bersangkutan maupun sekolah.
misalnya materi pelajaran hasil Djamarah (1994:23)
penelitian berupa data-data khusus; (4) mendefinisikan prestasi belajar sebagai
Jika ingin membangkitkan hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
keingintahuan siswa tentang topik yang mengakibatkan perubahan dalam
tertentu; (5) Guru menginginkan untuk diri individu sebagai hasil dari aktivitas
mendemonstrasikan suatu teknik atau dalam belajar. Kalau perubahan tingkah
prosedur, biasanya merupakan suatu
6
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

laku adalah tujuan yang mau dicapai ini adalah kemampuan atau kompetensi
dari aktivitas belajar, maka perubahan guru, pendidikan dan lain-lain. Cara
tingkah laku itulah salah satu indikator mengajarnya itu merupakan factor
yang dijadikan pedoman untuk kebiasaan guru itu atau pembawaan guru
mengetahui kemajuan individu dalam itu dalam memberikan pelajaran. Juga
segala hal yang diperolehnya di sekolah. dikatakan oleh Slamet (2003: 54-70)
Dengan kata lain prestasi belajar bahwa faktor-faktor yang
merupakan kemampuan-kemampuan mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat tetapi dapat digolongkan menjadi dua
perbuatan belajar atau setelah menerima golongan saja, yaitu faktor intern dan
pengalaman belajar, yang dapat faktor ekstem. Faktor intern diklasifikasi
dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni menjadi tiga faktor yaitu: faktor
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
Dengan mengkaji hal tersebut di kelelahan. Faktor jasmaniah antara lain:
atas, maka faktor-faktor yang dapat kesehatan, cacat tubuh. Faktor
mempengaruhi prestasi belajar menurut psikologis antara lain: intelegensi,
Purwanto (2000: 102) antara lain: (1) perhatian, minat, bakat, motif,
faktor yang ada pada diri organisme itu kematangan, kesiapan. Faktor kelelahan
sendiri yang dapat disebut faktor antara lain: kelelahan jasmani dan
individual, seperti rohani. Sedangkan faktor ekstern
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, digolongkan menjadi tiga faktor yaitu:
latihan, motivasi, dan faktor pribadi, (2) faktor keluarga, faktor sekolah, faktor
faktor yang ada diluar individu yang masyarakat. Faktor keluarga antara lain:
disebut faktor sosial., seperti faktor cara orang tua mendidik, relasi antara
keluarga/keadaan rumah tangga, guru keluarga, suasana rumah tangga dan
dan cara mengajamya, alat-alat yang keadaan ekonomi keluarga. Faktor
dipergunakan dalam belajar-mengajar, sekolah antara lain: metode mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang kurikulum, relasi guru dengan siswa,
tersedia dan motivasi sosial. Dalam relasi siswa dengan siswa, disiplin
penelitian ini factor ke 2 yaitu faktor sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
yang dari luar seperti guru dan cara standar pelajaran, keadaan gedung,
mengajarnya yang akan menentukan metode belajar dan tugas rumah. Faktor
prestasi belajar siswa. Guru dalam hal masyarakat antara lain: kegiatan siswa

7
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

dalam masyarakat, mass media, teman pencapaian tujuan pembelajaran karena


bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. dapat menciptakan suasana belajar yang
Peningkatan prestasi belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa.
penulis teliti dalam hal ini dipengaruhi Dengan menggunakan cara ini tanpa
oleh factor ekstern yaitu metode disadari siswa bahwa dalam proses
mengajar guru. bermainnya ada pembelajaran yang
Hasil belajar yang dilakukan sedang dijalani dengan berulang.
siswa pada mata pelajaran penjasorkes Hipotesis tindakan dalam
dipengaruhi oleh beberapa faktor penelitian ini adalah jika permainan
diantaranya adalah metode pembelajaran tradisional dilaksanakan di SD Negeri 5
dan aktivitas belajar.Sehubungan dengan Ubud menggunakan model
hasil belajar ini, untuk SD Negeri 5 pembelajaran Ekspositori dengan benar
Ubud masih membutuhkan bimbingan dan bersemangat maka prestasi belajar
guru dikarenakan banyak di antara Penjasorkes akan dapat ditingkatkan.
mereka yang masih berada di bawah METODEPENELITIAN
kriteria ketuntasan minimal yang Lokasi yang digunakan sebagai tempat
dipersyaratkan. penelitian adalah SD Negeri 5 Ubud yang beralamat
Ketuntasan belajar Pendidikan di Jalan Suweta, Sambahan, Kec.Ubud,
Jasmani Olahraga dan Kesehatan dapat Kab.Gianyar.
dicapai siswa dalam proses belajar Untuk rancangan penelitian ini penulis
sehari-hari baik di dalam kelas maupun memilih rancangan penelitian tindakan yang
di luar kelas ditunjukkan dengan disampaikan oleh Dave Ebbut seperti terlihat pada
terdapat proses perubahan dalam gambar berikut.
kemampuan dan keterampilan serta
tingkah laku menuju arah yang semakin
membaik.
Untuk mengatasi masalah
tersebut, guru sebagai peneliti
mengupayakan jalan pemecahan dengan
pendekatan permainan tradisional.
Dengan cara tersebut menurut peneliti
merupakan suatu cara yang dapat
memberikan percepatan dalam proses Gambar Model Rancangan Dave Ebbut

8
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

Prosedur yang dilakukan dengan Hasil tes prestasi belajar di siklus I


model ini adalah pada awalnya telah membuktikan bahwa
menemukan kekurangan-kekurangan penggunaan model pembelajaran
yang ada, setelah dianalisis ternyata Ekspositori sangat berpengaruh
kemampuan anak dalam mata pelajaran terhadap prestasi belajar siswa.
penjaskes masih rendah sehingga dibuat 2. Hasil yang Diperoleh dari Siklus II
perencanaan, dilanjutkan dengan Hasil yang diperoleh dari tes
langkah-langkah tindakan yaitu melatih prestasi belajar di siklus II dengan
terus sesuai kaidah pembelajaran di SD nilai rata-rata nilai siswa mencapai
Negeri 5 Ubud karena penilaian 79,2. Hasil yang diperoleh telah
terhadap kemajuan anak harus memenuhi usulan indikator
diupayakan berkesinambungan, begitu keberhasilan penelitian. Dengan
juga penilaiannya. Lara Fridani, dkk mengoptimalkan model
(2009: 6.6) mengatakan bahwa pembelajaran ekspositori yang
assesment perkembangan anak dipadukan dengan permainan
dilaksanakan secara terus menerus dan tradisional berpengaruh terhadap
berkesinambungan. Setelah langkah peningkatan kemampuan siswa
tindakan dimonitor berserta efeknya dalam meningkatkan prestasi
serta kegagalannya bisa ditemukan, belajarnya.
dibuat revisi untuk perencanaan Semua hasil yang diperoleh dari
selanjutnya. Demikian terus bergulir awal, siklus I dan siklus II dipaparkan
sampai penelitian berhasil sesuai dalam bentuk tabel dan grafik seperti
indikator yang diusulkan. berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel. Data Prestasi Belajar Penjas
Hasil Penelitian orkes Siswa kelas V SD Negeri 5
Ubud.
1. Hasil yang Diperoleh dari Siklus I
Nilai rata-rata siswa di siklus I
sebesar 75 menunjukkan bahwa
siswa setelah menguasai materi yang
diajarkan. Hasil ini menunjukkan
peningkatan kemampuan siswa Grafik. Histogram Prestasi Belajar
Penjas orkes siswa kelas IV
menguasai pelajaran Pendidikan
semester I tahun pelajaran
Olahraga dan Kesehatan Apabila 2017/2018 SD Negeri 5 Ubud
dibandingkan dengan nilai awal
siswa yang hanya mencapai 68,2.

9
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

pada siklus II naik menjadi 79,2.


Prosentase ketuntasan belajar awal siswa
hanya 44% sedangkan pada siklus I
menjadi 72% dan pada siklus II menjadi
Pembahasan 100%.
Kalau dibandingkan antara nilai Dengan terjadinya kenaikan
awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, prestasi belajar sesuai harapan maka
terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dapat disampaikan bahwa rumusan
dari rata-rata nilai awal adalah 68,2 naik masalah dan tujuan penelitian sudah
di siklus I menjadi 75 dan di siklus II mampu dipenuhi. Dari perolehan bukti
naik menjadi 79,2. Kenaikan ini tidak tersebut dapat disimpulkan juga bahwa
bisa dipandang sebelah mata karena hipotesis penelitian yang diajukan sudah
kenaikan nilai ini adalah dari upaya- dapat diterima.
upaya yang maksimal yang dilaksanakan DAFTAR PUSTAKA
peneliti demi peningkatan mutu Ahmad, Rusli. 2008. Filsafat Olahraga.
Medan: Diktat Fakultas Ilmu
pendidikan dan kemajuan pendidikan
Keolahragaan Universitas
khususnya di SD Negeri 5 Ubud . Negeri Medan
PENUTUP
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono;
Simpulan Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Setelah dilakukan perbaikan
Bumi Aksara.
pembelajaran dengan model
pembelajaran ekspositori dipadukan Depdiknas. 2008. Pengolahan dan
Analisis Data Penelitian.
dengan permainan tradisional, dapat Jakarta: Direktorat Tenaga
ditarik kesimpulan bahwa prestasi Kependidikan Dirjen PMPTK.

belajar mata pelajaran Penjaskesorkes Depdiknas. 2011. Membimbing Guru


dapat ditingkatkan. Melihat hasil dalam Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Pusat
penelitian yang disampaikan semua data Pengembangan Tenaga
yang diperoleh, maka tujuan penelitian Kependidikan Badan
Pengembangan Sumber Daya
ini sudah terpenuhi. Manusia Pendidikan dan
Pada awalnya ada 14 siswa Menjaminan Mutu Pendidikan.

mendapat nilai di bawah KKM pada Syaodih Sukmadinata, Nana. 2007.


siklus I menurun menjadi 7 siswa dan Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosda
siklus II tidak ada siswa mendapat nilai Karya.
di bawah (KKM). Nilai rata-rata awal
68,2 naik menjadi 75 pada siklus I dan
10
Nomor 26 Tahun XXI Oktober 2019
ISSN 1907 – 3232

Udin, S.W. 1997. Teori Belajar dan


Model-Model Pembelajaran.
Depdikbud: Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai