Anda di halaman 1dari 6

Nama : Kadek Indah Verent Dwi Lestari

Nim : P07124116 026


Mata Kuliah : Bahasa Inggris

1. Antenatal depressive symptoms and early initiation of breastfeeding in


association with exclusive breastfeeding six weeks postpartum: a
longitudinal population-based study
Karin Cato1*, Sara M. Sylvén1,2, Marios K. Georgakis1,3, Natasa
Kollia4, Christine Rubertsson1 and Alkistis Skalkidou1

Penelitian ini secara umum membahas mengenai gejala depresi


yang dialami oleh ibu hamil yang akan mempengaruhi proses
menyusui serta penundaan melakukan inisiasi menyusu dini yang akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada 6 minggu pertama
postpartum.
Dalam sampel kami, seperlima dari pasangan ibu-bayi tidak
memiliki kesempatan untuk menyelesaikan sesi menyusui pertama
dalam waktu dua jam setelah kelahiran, meskipun ada rekomendasi
untuk memulai menyusui selama periode siaga awal bayi baru lahir
selama jam-jam pertama setelah kelahiran . Ini bisa disebabkan oleh
pemisahan ibu dan bayi baru lahir setelah operasi caesar atau
komplikasi lain. Di Rumah Sakit Universitas Uppsala, semua bayi
yang dilahirkan melalui operasi caesar harus dikeluarkan dari ruang
operasi dan dipisahkan dari ibu, untuk periode waktu yang singkat. Jika
bidan atau perawat tidak tersedia untuk bertanggung jawab atas bayi di
ruang pemulihan, bayi akan terus dipisahkan dari ibu dan dengan
demikian sesi menyusui pertama akan ditunda. Wanita yang
mengalami robekan vagina yang lebih besar atau plasenta yang
tertahan mungkin juga mengalami rutin klinis yang sama. Dalam
analisis univariat, pemberian ASI tertunda (> 2 jam) setelah kelahiran
juga dikaitkan dengan primipara dan penggunaan anestesi epidural
selama persalinan. Mengingat bahwa primipara cenderung juga
menyusui untuk periode yang lebih pendek dibandingkan dengan
multipara [20], wanita yang tidak memiliki pengalaman menyusui
sebelumnya mungkin lebih membutuhkan dukungan menyusui yang
ditargetkan. Mengenai penggunaan anestesi selama persalinan, telah
disarankan untuk mempengaruhi refleks bayi baru lahir, membuatnya
lebih bermasalah bagi mereka untuk menyusui, dan oleh karena itu
mungkin membuat komplikasi dan menunda sesi menyusui pertama
[21]. Lebih lanjut, kami mencatat peningkatan frekuensi pendekatan
langsung ketika sesi menyusui pertama berlangsung lebih dari dua jam
pascapersalinan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya [22].
Semakin tinggi tingkat pendekatan langsung di antara para wanita itu
dapat mengindikasikan keinginan untuk membantu dan mendukung
angka dua ibu-bayi untuk menetapkan pemberian ASI, tetapi model
dukungan menyusui ini telah terbukti meningkatkan pengalaman
negatif menyusui di kalangan perempuan [ 22, 23]. Dengan demikian,
wanita dengan inisiasi menyusui yang ditunda, lebih mungkin
melaporkan pengalaman menyusui pertama yang negatif.
Terlepas dari rekomendasi tentang pemberian ASI eksklusif selama
6 bulan pertama, hanya 77% dari wanita yang berpartisipasi menyusui
secara eksklusif pada 6 minggu pascapersalinan. Faktor-faktor risiko
potensial untuk penghentian menyusui dini atau menyusui parsial pada
6 minggu postpartum adalah usia yang lebih rendah, primipara,
pendidikan ibu yang rendah, obesitas dan gejala depresi selama
kehamilan yang semuanya telah diselidiki dan ditunjukkan dalam
penelitian sebelumnya [ 12, 13, 20, 24, 25]. Demikian juga, operasi
caesar dan komplikasi kebidanan lainnya selama persalinan, serta sesi
menyusui pertama ditunda terkait dengan tidak menyusui secara
eksklusif pada enam minggu postpartum. Wanita yang menjalani
operasi caesar mungkin mengalami lebih banyak rasa sakit postpartum
yang mempengaruhi menyusui secara negatif [26]. Juga, wanita yang
menjalani operasi caesar yang direncanakan untuk alasan psikososial,
seperti misalnya takut akan melahirkan, mungkin lebih rentan,
mungkin juga memiliki efikasi diri menyusui yang lebih rendah.

Kelebihan
Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi penelitian selanjutnya
agar semua ibu yang sedang hamil dapat mempersiapkan diri lebih dini
mengenai persiapan baik mengenai persalinan, menyusui untuk dapat
mengurangi depresi selama kehamilan, sehingga pada saat bersalin
setiap bayi yang lahir dapat melakukan inisiasi menyusu dini untuk
mendapatkan kontak kulit secara langsung dengan ibunya serta
meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi dan diharapkan dapat
memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.

Kekurangan
Proses persalinan yang berbeda antara persalinan normal dengan
section caesaria maupun komplikasi akan mempengaruhi untuk
dilakukannya inisiasi menyusu dini. Selain itu faktor primipara
cenderung lebih pendek dalam periode menyusui dibandingkan
multipara yang memiliki pengalaman dalam proses menyusui. Selain
itu kekurangan dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi
depresi selama kehamilan tidak begitu dalam dibahas.
2. Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu terhadap Peningkatan Kadar
Haemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester III
Elisa Ulfiana1 Farida Amalia Yuliandani2Retno Kusuma Dewi3Wilujeng Kartika
Ratri4 1Lecturer Poltekkes Kemenkes Semarang 2 ,3, 4 Students of Midwifery
Applied Bachelors Study Program Poltekkes Kemenkes Semarang
Corresponding author: Elisa Ulfiana Email : my_ulep@yahoo.com
Received : March 20th, 2019; Revised: April 11th, 2019; Accepted: April 24th,
2019

Secara umum penelitian ini menggambarkan presentase kenaikan ibu


hamil yang mengalami anemia dalam 2 tahun terakhir di wilayah Puskesmas
Genuk Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian ubi jalar ungu terhadap peningkatan kadar haemoglobin pada ibu
hamil trimester 3.
Ubi jalar (Ipomoea Batatas) adalah salah satu tanaman herbal yang
tumbuh menjalar didalam tanah dan menghasilkan umbi (Murtiningsih, 2011).
Dari tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua provinsi
di Indonesia. Pada tahun 1968, Indonesia merupakan Negara penghasil ubi jalar
nomor empat terbesar di dunia karena berbagai daerah menanam ubi jalar
(Rukmana, 2002).
Soenardi pada tahun 2009 mengatakan bahwa ubi jalar salah satu
palawija yang potensial dikembangkan untuk penganekaragaman konsumsi
pangan dan merupakan jenis umbi yang relative tahan disimpan, semakin lama
disimpan rasanya bertambah manis. Sifat kimiawi dan efek farmakologis ubi jalar
manis, dingin, astringent .Ubi jalar memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya vitamin,
dan mineral. Dalam seratus gram ubi jalar terkandung energi (123 kkal), protein
(2,7 g), lemak (0.79 g), mineral kalsium (30 mg), fosfor (49 mg), besi (4 mg),
vitamin B-1 (0.09 mg), vitamin B-2 (0.32 mg), vitamin C (2-20 mg), dan air
(68,5%). Kandungan lemak dalam ubi jalar cukup rendah (Toruan, 2012).
Ubi jalar mengandung 4 mg zat besi dalam 100 gram (Toruan, 2012), sehingga
penggunaan ubi jalar dapat dikonsumsi ibu hamil yaitu dapat meningkatkan kadar
hemoglobin dalam sel darah merah, dapat mencegah dan mengobati anemia
karena kaya akan zat besi.

Hasil penelitian menunjukkan kadar hemoglobin ibu hamil sebelum


diberikan intervensi pada kelompok intervensi rata-rata 10.8545 dan pada
kelompok kontrol rata-rata 10.4636, dengan kejadian anemia sebelum
mengkonsumsi ubi jalar sebagian besar mengalami anemia ringan dan sesudah
mengkonsumsi ubi jalar menjadi normal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar hemoglobin ibu hamil
sesudah diberikan intervensi pada kelompok intervensi rata-rata 11,4318 dan
pada kelompok kontrol rata-rata 10,6455, dengan kejadian anemia sebelum
mengkonsumsi tablet fe sebagian besar mengalami anemia ringan dan sesudah
mengkonsumsi tablet fe tetap anemia ringan.
Pemberian ubi jalar pada kelompok intervensi menunjukkan rata-rata adanya
peningkatan kadar hemoglobin karena menurut Toruan (2012) Ubi Jalar
mempunyai kandungan zat besi 4 mg setiap 100 gram ubi jalar sehingga bisa
mencegah terjadinya anemia dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena ubi jalar
mempunyai kandungan zat besi yang cukup untuk mencegah anemia atau
kekurangan darah.
Pemberian tablet Fe pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa
peningkatan kadar hemoglobin rata-rata adalah 0,18 gr/dl, sehingga konsumsi
tablet Fe saja belum cukup untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara
signifikan sehingga diperlukan makanan tambahan lain untuk membantu
meningkatkan kadar hemoglobin, salah satunya dengan mengkomsumsi ubi jalar.
Hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada perbedaan kadar
hemoglobin ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok
kontrol dengan hanya menggunakan konsumsi tablet Fe saja dapat disebabkan
karena faktor lain yang menurut Waryono (2010) dapat disebabkan karena faktor
gizi ibu hamil yang kurang dari kebutuhan, serta faktor penghambat penyerapan
tablet besi seperti cara minum yang salah.
Kelebihan
Dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan kepada peneliti selanjutnya
dengan menggunakan bahan-bahan seperti ubi jalar ungu yang mudah didapatkan
oleh ibu hamil untuk mengatasi anemia selama kehamilan.

Kekurangan
Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin dan
hendaknya memperhatikan atau mengendalikan variabel confounding serta bagi
peneliti selanjutnya dapat memvariasikan ubi jalar ungu tersebut seperti direbus
atau diolah dalam bentuk yang lain agar ibu hamil tidak bosan untuk
mengkonsumsinya atau dapat mencari alternative bahan makanan alami lainnya
yang dapat digunakan untuk mengatasi anemia selama kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai