Iman Islam Ihsan, Islam Dan Sains, Islam Dan Penegakan Hukum, Amar Makruf Dan Nahi Munkar, Fitnah Akhir Zaman.
Iman Islam Ihsan, Islam Dan Sains, Islam Dan Penegakan Hukum, Amar Makruf Dan Nahi Munkar, Fitnah Akhir Zaman.
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, karna telah membimbing kita dari alam kebodohan menuju alam pengetahuan
seperti yang kita rasakan pada hari ini dengan memberikan kita pengetahuan sehingga
saya bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang
telah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi para pembaca. Semoga
artikel ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih mengembangkan
ilmu pengetahuan Agama Islam untuk meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada
Allah SWT.
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa artikel ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat megharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi kesempurnaan artikel ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….....ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………….......................…..iii
I. Iman, Islam,
Ihsan……………………………………………................…......……..1
II. Islam dan Sains………………………………………...........................7
III. Islam dan Penegakan Hukum…………………………………….....…17
IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf Nahi Mungkar………..........…23
V. Fitnah Akhir
Zaman……………………………………………............…….......…..41
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………...................…………..47
LAMPIRAN.......................................................................................................49
iii
BAB I
Dasar agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya. Jika Islam dan Iman disebut
secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak
(lahir) dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal
batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka
masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri. Ketiga konsep di atas,
yaitu islam, iman dan ihsan telah menjadi pokok ajaran agama Islam sendiri yang juga
sangat berperang penting dalam proses pendidikan Islam. Hal ini dibuktikan dengan
hadis Nabi saw (Hadis No. 2 dalam kitab Matan Arba’in An-Nawawi):
ॐ ॐ⺂ ॐ
葀 ॐ ॐ γ ॐ ॐ˴ ॐ ⺂ ˸ ॐϴ ॐ ⺂ॐ ˸ॐ ॐ ⺂ॐ ˸ॐδॐ˴ ˸ ॐϮ˴ॐ ˸ॐ ϴ
ॐ葀 ϧ˸ ॐ˴ : ϝॐ ॐ ॐ ॐ ⺂ॐ
ॐ 葀ॐ ϴ 艠ॐ 葀ॐ˴ ˸⺂˸ ϧॐ艠 ॐ :ϝॐ ॐ ˸ γ˴ Ϯϴ
1
γॐ Ϯॐ ॐ˴ ϝॐ ॐ ॐ˴ ॐ˴ॐ ॐ ॐ˴ ॐ ˸⺂˸ ϧॐ艠 ॐ ϝॐ ॐ .Ϊ˴ ॐ ⺂ॐ ॐ葀 葀ॐ ॐ⺂ϧॐ
ॐϴ : ϝॐ ॐ ϧ ॐϧ葀δ ˱ ⺂ ॐ 艠 ϝॐ ॐ ॐ⺂ ς
˶ ॐ ⺂ॐ ϧ ॐϧ葀δ ॐ ˴⺂ॐ ˸ ॐ ˸⺂⺂ॐ ॐόॐ ॐϴ
“Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allahdan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku
tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda:
“ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika
engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”. Kemudian dia berkata:
“Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang
ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang
tanda-tandanya“, beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika
engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu
dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau
2
bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan
agama kalian“. (Riwayat Muslim).
Dari hadis nabi diatas, dapat dinyatakan bahwa agama Islam meliputi tiga pilar
utama, yaitu: Iman, Ihsan, dan Islam.
A. IMAN
Iman secara etimologis berarti ‘percaya’ perkataan iman di ambil dari kata kerja
“aamanaa yuk minu’yang berarti percaya atau membenarkan. Secara terminologis iman
adalah mempercayai dengan hati mengikrarkan dan mengamalkan dengan perbuatan
segala apa yang di bawa Nabi Muhammad SAW( jamaludin kafie, 198123 ).
Iman kepada Allah dan mengenalinya dengan hanya mendengar kabar dari
orang lain dan mengikuti kata-kata orang lain tentang wujudnya Allah ini
adalah peringkat iman yang lemah.
3
2. Ada 6 rukun iman yang harus kita ketahui yaitu diantaranya :
Kata islam berasal dari bahasa arab adalah bentuk masdar dari kata kerja “ islam,
islami, islama “ yang secara etimologi mengandung makna “ sejahtra, tidak cacat,
selamat”. Seterusnya kata salm dan silm mengandung arti kedamaiyan keptuhan
dan penyerahan diri . dari kata-katani dibentuk kata islam sebagai istilah dengan
pengertian “ sejahtra tidak tercela selamat damai patuh dan berserah diri .
pengertian islam menurut istilah yaitu sikap penyerahan diri seorang hamba kepada
tuhannya denga senantiasa melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganyya
demi mencapai kedamaiyan dan keselamatan hidup di dunia maupun akhirat. Islam
sebagai agama maka tidak terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu
berupa rukun islam yaitu:
1) Membaca dua kailamt syahadat
2) Mendirikan solat lima waktu
3) Menunaikan zakat
4) Puasa pada bulan ramadhan
5) Naik hajji bagi yang mampu
4
1. Pengertian Islam
Islam adalah agama yang paling di ridhoi disisi Allah dan sebagai agama yang
benar ajarannya dikuatkan dan alasan dan bukti sebagai brikut:
a. Jelas asal usulnya yaitu sebagai agama wahyu yang terakhir
b. Dibawakan oleh nabi teakhir Muhammad SAW
c. Diterangkan dalam kitab sucinya yaitu Al-qur’an
d. Ajarannya tidak bertentangan dengan fitrah manusia
e. Mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan dapat diamalkan secara
praktis oleh pemeluknya.
2. Karateristik islam
C. IHSAN
Kata ihsan berasal dari bahasa arab dari kata kerja ( fi’il ) yaitu: ihsana artinya
perbuatan baik. 1. Para uama menggolongkan ihsan menjadi 4 bagian yaitu:
5
a. Landasan Qauli
“ Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat ihsan terhadap segala
sesuatu “(HR muslim). Tuntutan untuk berbuat ihsan dalam islam yaitu secara
maksimal dan optimal.
b. Landasan kauny
Dengan melihat fenomena dalam kehidupan ini secara sunnatullah setiap orang
suka berbuat yang ihsan.
6
BAB II
Islam adalah agama kemaslahatan hidup bagi umat manusia. Mulai dari perbaikan
akhlak, cara beribadah, hingga upaya menjalani kehidupan di dunia ini sebagai bekal di
akhirat nanti. Tak ada yang meragukan itu. Islam laksana cahaya yang senantiasa
menyinari umat manusia. Ia akan memberikan pencerahan dan kemudahan hidup. Tak
heran, bila Islam selalu dikaitkan dengan kegemilangan dan kejayaan.
Sepanjang sejarahnya, Islam telah hadir dengan beragam ilmu pengetahuan dan
melahirkan ribuan intelektual Muslim. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan,
memudahkan manusia dalam membangun peradaban dunia. Bahkan, pada abad ke-6
hingga 14 Masehi, Islam mengalami masa kejayaannya (The Golden Age of Islam).
Saat itu, sejumlah intelektual Muslim berhasil mewujudkan karya-karya mereka dengan
bersumber dari Alquran. Dan, Islam pun identik dengan sains dan teknologi.
A. Landasan agama
Pengembangan sains dalam sejarah Islam sejalan dengan perintah Alquran untuk
mengamati alam dan menggunakan akal, dua dasar metodologis sains. Alquran sendiri
merupakan sumber pertama ilmu, seperti yang dinyatakan dalam surat an-Nisa' ayat 82:
''Maka, apakah mereka tidak memerhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.''
7
Perintah penggunaan akal sebagai dasar kerasionalan ilmu dengan perintah
mengamati alam sebagai dasar keempirikan ilmu selalu berjalan seiring, misalnya dalam
surat ar-Rum ayat 22, al-Baqarah ayat 164, Ali 'Imran ayat 190-191, Yunus ayat 5, dan
al-An'am ayat 97. Firman Allah SWT juga sering disertai pertanyaan afala ta'qilun
(mengapa tidak kau gunakan akalmu) dan afala tatafakkarun (mengapa tak kau
pikirkan).
Secara harfiah, (etimologi), islam berasal dari Bahasa arab yang mempunyai
banyak arti antara lain tunduk, patuh, berserah diri dan selamat.
Menurut istilah Harun Nasution memberikan definisi tentang islam, bahwa
islam adlah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada masyarakat
manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya
membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal
berbagai segi kehidupan manusia.
Sedangkan kata sains berasal dari Bahasa latin “Scientia” yang berarti
pengetahuan. Pengertian sains juga merujuk kepada susunan pengetahuan yang
didapatkan dengan metode tertentu, atau bahasa yang lebih sederhana, sains
adalah cara ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan menggunakan metode
tertentu.
Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu ilmu berkembang
dari dua cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun-
rumpun ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian
berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial ( the social sciences). Ilmu-ilmu alam
dibagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu (the physical sciences) dan ilmu hayat
(the biological sciences). Ilmu alam ialah ilmuyang mempelajari zat yang
membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup
yag didalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika
(memepelajari massa dan energi), kimia (mempelajari subtansi zat), astronomi
(mempelajari benda-benda langit dan bumi).
8
2. Intraksi Agama dan Sains
9
antara agama dan sains di Indonesia, sekurang-kurangnya ada tiga model
paradigma keilmuan, yaitu islamisasi ilmu, pengilmuan Islam, dan integritas-
interkoneksi keilmuan.
3. Sains dalam Al-Qur’an
Mu’jizat islam (al-qur’an) yang paling utama ialah hubunganya dengan ilmu
pengetahuan.
Dalam islam, pada hakikatnya sains dan Al-Qur’an tidak bertentangan.
Ayat-ayat Qur’an yang memperintahkan manusia untuk mencari ilmu begitu
banyak. Bahkan wahyu pertama yang didapat nabi Muhammad saw yaitu Qs Al-
Alaq ayat 1-5 berupa perintah yang diawali dengan kata ‘iqra’ yang artinya,
‘Bacalah’. Perintah tersebut berbunyi:
˴˸ॐ ॐ ˴˸ॐ ॐ
ॐ ˴ॐ ⺂ॐ
ॐ葀ॐϮॐ˴ (4) 葀ॐϮॐ ⺂ 葀ॐ ॐϮॐ˴ ϳॐ⺂ॐ (3) ˸ॐ Θॐ ॐ Ϛ (2) ˶ॐϮ˴ॐ 葀 ॐ ॐ ⺂艠ॐ ˶
ॐ ॐϮ˸ॐ (1) ˶ ॐ ˴ ˴ॐ 葀Ϯ
ॐ ॐϮ˸ॐ ϳॐ⺂ॐ Ϛ
葀ॐϮ ॐϴ 葀ॐ⺂ ॐ ॐ ॐ ⺂艠ॐ
Artinya,“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah mencipatakan.
Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhamnulah Yang
Maha Pemurah. Yang mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Dia
mengajari manusia apa yang belum diketahuinya.”
Kata iqra’, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik
yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra’ itu
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab,
1996:433).
Al-Qur’an (kitab suci umat islam) mengandung ilmu pengetahuan yang
pasti dan tidak ada pertentangan di dalamnya. Di dalam Al-Qur’an terdapat
kurang lebih 750 rujukan yang berkaitan dengan ilmu. Ayat-ayat Al-Qur’an
yang membahas tetntang sains dalam berbagai bidang adalah sebagai berikut:
a. stronomi
Dua tahun yang lalu para astronom menemukan 7 planet batuan yang
mengambil TRAPPIST-1, yang yang berjarak 40 tahun cahaya Bumi. Sistem
planet ditemukan dengan penyimpanan kedipan cahaya bintang saat planet
melintasinya. Pengamatan dilakukan dengan teleskop spitzer milik nasa dan
10
teleskop TRAPPIST di observatorium La Silla, chile. 7 eksoplanet ini
berukuran seperti bumi dengan 3 di antaranya merupakan zona layak huni.
Penemuan ini bisa bisa menjadi bagian “teka-teki” dala menemukan
lingkungan layak huni yang telah menjadi bagian dalam Al-Qur’an.
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah menciptakan
langit dan bumi adalah (kuasa) pula menciptakan yang serupa dengan
mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak
ada keraguan padanya? Maka orang-orsng zalim itu tidak menghendaki
kecuali kekafiran” (Qs. Al-Isra’/17:99)., “Dan catatan Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi itu pada penciptaan yang serupa dengan itu?
Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. Yasin/36:81).
Selain dari uraian diatas Ayat Al-Qur’an yang membahas tentang ilmu
astronomi seperti teori penciptaan langit dan bumi (teori big bang) dalam
Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 30, planet beredar meurut orbitnya
mengelilingi matahari (Qs. Al-Anbiya:33), dll.
b. Biologi
11
c. Fisika
-Menembus penjuru langit dengan kekuatan.
Dalam Al- Qur’an Surat Ar Rahman 55] Ayat 33 Allah berfirman yang
artinya: “Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Ayat diatas mengandung isyarat bahwa manusia harus mempunyai
kekuatan untuk melawan gaya gravitasi bumi, mana kala manusia ingin
menembus penjuru langit meninggalkan bumi. Misalnya pada Roket, saat
Roket meninggalkan landasan peluncuran pasti ada gaya atau kekuatan
tambahan yang akan melawan gaya gravitasi bumi dan membawa Roket ke
atas.
-Semakin ke atas kandungan oksigen semakin rendah
Dalam Al-Qur’an Al-An’am Ayat 125 Allah berfirman yang artinya:
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.
Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya *[503], niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki
langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman” (Qs. Al-An’am: 125).
Penjelasan Al-Qur’an di atas tersebut memang fakta bahwa secara
Fisika, semakin ke atas (ruang angkasa) maka kandungan oksigen semakin
rendah.
d. Kimia
12
rasul Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat
lagi Maha Perkasa.” (Qs. A-Hadid:35).
e. Matematika
-Operasi penjumlahan
Operasi penjumlahan dapat dilihat pada Al-Qur’an .surat Al-A’raaf ayat 142
yang artinya: “ dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat)
sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah
malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah
ditentukan Tuhannya empat puluh malam. dan mengatakan Musa kepada
saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan
perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat
kerusakan".
Dari dalil-dalil yang telah dipaparkan diatas itu, hal itu merupakan hanyalah
sebagian kecil dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mejelaskan tentang sains. Ada
banyak sekali ayat-ayat dalam al-qur’an yang bejumlah ratusan lebih ayat yang
menerangkan pembahasan mengenai sainspada zaman ini yang telah di buktikan
kebenarannya dan dimanfaatkan. Misalnya tentang relativitas waktu (As sajdah:
5 dan Al Ma’aari:4), fungsi Atmosfer (Ath Thariq: 11), proses terjadinya hujan
(An Nur: 43), Binatang Lebah (An Nahl: 68), binatang pemamah biak (An Nahl:
66), operasi pengurangan (Al Ankabut: 14), dan masih banyak lagi.
4. Hubungan Islam dan Sains
Hubungan Islam dan Sains tidak lepas dari kemajuan dan kemunduran sains
dalam peradaban Islam. Umat Islam mulai mempelajari atau melakukan
penafsiran ilmiah sejak generasi pertama sampai abad ke-lima hijriyah hingga
menjadikan diri mereka sebagai pelopor Ilmu pengetahuan di seluruh penjuru
dunia, umat Islam telah menjadi pelopor dalam research tentang alam, sekaligus
sebagai masyarakat pertama dalam sejarah ilmu pengetahuan yang melakukan
experimental science atau ilmu thabi’i berdasarkan percobaan yang kemudian
berkembang menjadi applied science atau technology.
Islam mendorong ummatnya untuk selalu berupaya mengembangkan sains
seperti tercantum dalam QS Al-'Alaq: 1-
5:
13
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Iqra' terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun
lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Wahyu
pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran
menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik,
dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra' berarti bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah,
maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah
iqra' mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Pandangan Al-Qur’an terhadap Sains :
1. Seluruh pengetahuan, termasuk pengetahuan kealaman (sains) ada dalam
al-Qur’an. Pendapat ini didukung antara lain oleh al-Ghazali, al-Suyuti,
dan Maurice Bucaile.
2. Al-Qur’an hanya sebagai petunjuk untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Pendapat ini didukung antara lain oleh Ibnu Sina, al-Biruni,
dan al-Haitam.
B. Kemajuan sains dalam peradaban islam
Puncak keemasan umat islam dalam bidang sains terjadi pada masa
pemerintahan dinasti abbasiyah (750 M). Dibawah pemerintahan raja Harun
al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Raja Harun
al- Rasyid yang cukup terkenal dalam sejarah peradaban islam sangat
mementingkan ilmu pengetahuan selama pemerintahannnya. Hal itu
menyebabkan banyak munculnya para ilmuwan muslim yang sangat
gemilang dan berkontribusi besar bagi perkembangan sains dan teknologi.
14
Kemajuan yang dicapai Dinasti Abbasiyah di bawah kekuasan khalifah
Harun Al-Rasyid beserta putranya tersebut di atas, paling tidak disokong
oleh gaya kepemimpinan yang mereka anut bersifat terbuka. Hal ini
dibuktikan dengan adanya data keperibadian khalifah Harun Al- Rasyid yang
terkenal murah hati, lebih mengedepankan akal dari pada emosi dan
senantiasa berlaku sopan santun serta dermawan terhadap seluruh rakyatnya.
Di masa ini kota Bagdad menjadi pusat ilmu pengetahuan dan perdagangan
yang sangat pesat. Data sejarah juga membuktikan bahwa pada masa
pemerintahan beliau, dibangun pula sebuah perpustakaan sebagai pusat
telaah referensi ilmu pengetahuan dan sebagai pusat diskusi ilmu
pengetahuan yang diberi nama Baitul Hikmah yang berarti Gedung ilmu
pengetahuan.
Diberitakan pula bahwa pada masa kekuasaan khalifah Harun al-Rasyid,
cabangcabang ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, astronomi dan
kemiliteran turut mengalami perkembangan yang sangat pesat.
C. Kemunduran sains dalam peradaban islam
Konflik terjadi pada masa akhir kemunduran sains Islam yakni
kemunculan sains modern (Newton), konflik juga terjadi saat"Kitab Ihya
Ulumuddin" karya Imam Al-Ghazali. Siapa yang tidak mengenal kitab Ihya
Ulumuddin? Ya, kitab hasil karya Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang sering
dijadikan sebagai sandaran dan rujukan bagi sebagian ummat Islam terutama
di Indonesia. Imam Al-Ghazali sering sekali dianggap sebagai ahli filsafat
Islam dan ilmu kalam. Dan kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin itu pun
dianggap sebagai ‘masterpiece’ Imam Al-Ghazali dalam hal ilmu kalam dan
filsafat. Ihya’ ulumiddin menyerukan umat Islam untuk kembali
menghidupkan ajaran agama, pendapat ini menyebabkan kesalahpahaman
bahwa adanya larangan untuk mempelajari sains, sehingga budaya
mempelajari sains ditinggalkan. Kesalahpahaman ini berdampak pada
ketimpangan posisi ilmu seperti terpisahnya tradisi filsafat kelompok (ilmu
duniawi) dengan tradisi pemikiran keagamaan (ilmu ukhrawi ). Dampak dari
kesalah pahaman agama dan sains menimbulkan ketimpangan posisi ilmu
sehingga terpisahnya tradisi filsafat dengan tradisi pemikiran keagamaan,
15
keduanya berada pada tempat yang berbeda, filsafat dan sains berada dalam
satu kelompok (ilmu duniawi) dan agama berada dalam kelompok lain (ilmu
ukhrawi).
16
BAB III
A. Islam
Kata islām berasal dari bahasa Arab aslama - yuslimu dengan arti semantik sebagai
berikut: tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan,
memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), masuk
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap
perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-
hukum-Nya. Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan
untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam
mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup. Seorang
muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi
disertai usaha untuk memahami hikmahnya.
“Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu".
Islam dapat juga disebut dengan iman, millah, dan syariah dalam pengertiannya
sebagai aturan yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan yang mencakup
kepercayaan, keyakinan, adab, akhlak, perintah, dan larangan. Agama Islam
17
berdasarkan kewajiban untuk berserah diri dan menunaikan ajarannya disebut islam;
jika dilihat berdasarkan kepercayaan terhadap Allah dan yang Dia turunkan, maka
disebut iman; karena Islam itu diktatif dan terdokumentasikan, maka disebut millah; dan
karena sumber hukumnya adalah Allah, maka disebut syari'ah.
Islam adalah sebuah kepercayaan dan pedoman hidup yang menyeluruh. Dalam
Islam diajarkan pemahaman yang jelas mengenai hubungan manusia dengan Allah (dari
mana kita berasal), tujuan hidup (kenapa kita di sini), dan arah setelah kehidupan (ke
mana kita akan pergi). Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara
menyatakan kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.
B. Penegakan Hukum
18
penegak hukumnya. Adapun penegak hukum meliputi instrumen administratif yaitu
pejabat administratif di lingkungan pemerintahan. Sedangkan dalam lingkungan pidana
dimonopoli oleh negara melalui alat-alatnya mulai dari kepolisian, kejaksaan dan
kehakiman sebagai personifikasi negara.
“Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan peringatan dan beserta mereka Dia turunkan kitab dengan membawa
kebenaran, supaya kitab itu memberi keputusan antara manusia tentang apa yang
mereka perselisihkan (QS.2:213).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara
antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum warga
Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara yang
bersangkutan.
Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu berlaku secara yuridis,
maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah mati (dode regel), kalau
secara sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa
(dwang maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka kemungkinannya hanya hukum
yang dicita-citakan yaitu ius constituendum. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri,
apakah cukup sistematis, cukup sinkron, secara kualitatif dan kuantitatif apakah sudah
cukup mengatur bidang kehidupan tertentu. Dalam hal penegakan hukum mungkin
sekali para petugas itu menghadapi masalah seperti sejauh mana dia terikat oleh
19
peraturan yang ada, sebatas mana petugas diperkenankan memberi kebijaksanaan.
Kemudian teladan macam apa yang diberikan petugas kepada masyarakat. Selain selalu
timbul masalah jika peraturannya baik tetapi petugasnya malah kurang baik. Demikian
pula jika peraturannya buruk, maka kualitas petugas baik.
Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika sarana tidak
cukup memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal. Mengenai warga
negara atau warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat kepatuhan kepada peraturan.
Indikator berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga. Jika derajat kepatuhan rendah,
hal itu lebih disebabkan oleh keteladanan dari petugas hukum.
sistem Islam, sekuat apapun upaya untuk mengintervensi hukum pasti akan gagal.
Pasalnya, hukum Allah SWT tidak berubah, tidak akan pernah berubah, dan tidak boleh
diubah. Khalifah dan aparat negara hanya bertugas menjalankan hukum, dan tidak
berwenang membuat atau mengubah hukum. Mereka hanya diberi hak untuk melakukan
ijtihad serta menggali hukum syariah dari al-Quran dan Sunnah Nabi saw.
Di mata hukum Islam, semua orang memiliki kedudukan setara; baik ia Muslim,
non-Muslim, pria maupun wanita. Tidak ada diskriminasi, kekebalan hukum, atau hak
istimewa. Siapa saja yang melakukan tindakan kriminal (jarimah) dihukum sesuai
dengan jenis pelanggarannya. Dituturkan dalam riwayat sahih, bahwa pernah seorang
wanita bangsawan dari Makhzum melakukan pencurian. Para pembesar mereka
20
meminta kepada Usamah bin Zaid agar membujuk Rasulullah saw. agar memperingan
hukuman. Rasulullah saw. murka seraya bersabda:
Mekanisme pengadilan dalam sistem hukum Islam efektif dan efisien. Ini bisa
dilihat dari beberapa hal berikut ini.
Pertama: keputusan hakim di majelis pengadilan bersifat mengikat dan tidak bisa
dianulir oleh keputusan pengadilan manapun. Kaedah ushul fikih menyatakan:
Ω ॐ˴ ˵ ξॐ ϴ ॐ Ω ॐ˴ ˵ ॐॐ
Keputusan hakim hanya bisa dianulir jika keputusan tersebut menyalahi nas syariah atau
bertentangan dengan fakta. Keputusan hakim adalah hukum syariah yang harus diterima
dengan kerelaan. Oleh karena itu, pengadilan Islam tidak mengenal adanya keberatan
(i’tiradh), naik banding (al-istinaf) dan kasasi (at- tamyiiz). Dengan begitu penanganan
perkara tidak berlarut-larut dan bertele-tele.
Kedua: Mekanisme pengadilan dalam majelis pengadilan mudah dan efisien. Jika
seorang pendakwa tidak memiliki cukup bukti atas sangkaannya, maka qadhi akan
meminta terdakwa untuk bersumpah. Jika terdakwa bersumpah, maka ia dibebaskan dari
tuntutan dan dakwaan pendakwa. Namun, jika ia tidak mau bersumpah maka terdakwa
akan dihukum berdasarkan tuntutan dan dakwaan pendakwa.
21
Ketiga: Kasus-kasus yang sudah kadaluwarsa dipetieskan, dan tidak diungkit kembali,
kecuali yang berkaitan dengan hak-hak harta. Pasalnya, kasus lama yang diajukan ke
sidang pengadilan ditengarai bermotifkan balas dendam.
Seorang Muslim wajib hidup sejalan dengan syariah. Kewajiban ini hanya bisa
diwujudkan tatkala ia sadar syariah. Penegakkan hukum menjadi lebih mudah, karena
setiap Muslim, baik penguasa maupun rakyat, dituntut oleh agamanya untuk memahami
syariah sebagai wujud keimanan dan ketaatannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Qadhi diangkat oleh Khalifah atau struktur yang diberi kewenangan Khalifah. Qadhi
secara umum dibagi menjadi tiga; yakni qadhi khushumat, qadhi hisbah dan qadhi
mazhalim. Qadhi khushumat bertugas menyelesaikan persengketaan yang menyangkut
kasus ’uqubat dan mu’amalah. Qadhi hisbah bertugas menyelesaikan penyimpangan
yang merugikan kepentingan umum. Qadhi mazhalim bertugas menyelesaikan
persengketaan rakyat dengan negara, baik pegawai, pejabat pemerintahan, maupun
Khalifah. Lembaga-lembaga tersebut memiliki kewenangan dan diskripsi tugas yang
tidak memungkinkan terjadinya tumpang tindih.
Islam pun mewajibkan kaum Muslim untuk melaksanakan amar makruf nahi
mungkar, baik dilaksanakan secara individu, kelompok (partai politik), maupun
kelembagaan negara (mahkamah mazhalim). Kontrol atas penegakan hukum bukan
sekadar menjadi isu politik dan yuridis, namun juga menjadi isu sosial yang mampu
memberi “tekanan” kuat bagi siapa saja yang berusaha merobohkan sendi-sendi hukum.
22
BAB IV
1. Secara Etimologis
sebagai berikut:
“Amar ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya
kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya”2
Nahi menurut bahasa larangan, menurut istilah yaitu suatu lafadz yang
digunakan untuk meninggalkan suatu perbuatan, sedangkan menurut ushul fiqih
adalah, lafadz yang menyuruh kita untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang
diperintahkan oleh orang yang lebih tinggi dari kita.
23
Jadi bisa disimpulkan bahwa Allah berupa iman dan amal salih. “Amar”
adalah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya
kepada yang lebih rendah kedudukannya. Selanjutnya kata “ma’ruf”
mempunyai arti “mengetahui” bila berubah menjadi isim kata ma’ruf maka
secara harfiah berarti terkenal yaitu apa yang dianggap sebagai terkenal dan oleh
karena itu juga diakui dalam konteks kehidupan sosial namun ditarik dalam
pengertian yang dipegang oleh agama islam. Sedangkan Nahi menurut bahasa
adalah larangan, menurut istilah adalah suatu lafad yang digunakan untuk
meninggalkan suatu perbuatan. Sedangkan menurut ushul fiqh adalah lafad yang
menyuru kita untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang diperintahkan oleh
orang yang lebih tinggi dari kita.
2. Secara Terminologis
24
“Jika amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan kewajiban dan amalan sunah
yang sangat agung (mulia) maka sesuatu yang wajib dan sunah hendaklah
maslahat di dalamnya lebih kuat/besar dari mafsadatnya, karena para rasul
diutus dan kitab-kitab diturunkan dengan membawa hal ini, dan Allah tidak
menyukai kerusakan, bahkan setiap apa yang diperintahkan Allah adalah
kebaikan, dan Dia telah memuji kebaikan dan orang-orang yang berbuat baik
dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, sertamencela orang-orang
yang berbuat kerusakan dalam beberapa tempat,apabila mafsadat amar ma’ruf
dan nahi mungkar lebih besar dari maslahatnya maka ia bukanlah sesuatu yang
diperintahkan Allah,sekalipun telah ditinggalkan kewajiban dan dilakukan yang
haram, sebab seorang mukmin hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam
menghadapi hamba-Nya, karena ia tidak memiliki petunjuk untuk mereka, dan
inilah makna”
“pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama
bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekirannya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik”
25
Ayat ini mengedepankan mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran atas iman, padahal iman merupakan dasar bagi setiap amal shalih,
sebagai isyarat tentang pentingnya mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kepada kemungkaran, dimana umat Islam dikenal dengannya, bahkan ia
merupakan ciri utama yang membedakannya dari umat-umat lain, dan dilahirkan
bagi umat manusia untuk melaksanakan kewajiban mengajak kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran. Sesungguhnya Allah yang maha tinggi dan maha
kuasa mengingatkan umat Islam agar tidak lupa pada tugas utamanya dalam
kehidupan ini, atau bermalasmalasan dalam melaksanakannya, yaitu mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran .
Dengan jelas Allah menegaskan bahwa umat islam adalah sebaik -baik
umat yang senantiasa berbuat ihsan sehingga keberadaannya sangat besar
manfaatnya bagi segenap umat manusia. Dengan amar ma’ruf nahi munkar
berarti menyempurnakan bagin umat yang lain tidak ada yang memerintahkan
untuk melaksanakan semua ma’ruf bagi kemaslahatan seluruh umat lapisan
manusia dan tidak pula melarang semua orang dari berbuat kemungkaran.12
“Tiadalah dari seorang Nabi yang diutus AIIah kepada suatu umat sebelum aku
melainkan dari umatnya ia mempunyai penolong (hawairyyum) dan sahabat
yang mereka berpegang teguh pada sunnahnya dan mengikuti perintahnya.
Kemudian sesudah mereka muncul generasi-generasi penerus yang mereka
mengatakan sesuatu yang mereka sendiri tidakmelakukannya, dan melakukan
sesuatu yang mereka tidak diperintahkan. Maka bagi yang berjihad terhadap
mereka dengan tangannya, ia seorang yang beriman dan siap yang berjihad
terhadap mereka dengan lisannya, ia adalah seorang yang beriman, dan siapa
yang berjihad terhadap mereka dengan hatinya, ia juga seorang yang beriman.
Dan sesudah itu tidak ada sebesar biji sawipun iman. "
26
Hadits-hadits tersebut dan banyak hadits-hadits lain yang semakna -
menunjukkan bahwa wajibnya menentang kemungknran (al-munkar) hanyalah
menurut kemampuan yang ada. Tetapi penentangan dengan hati adalah
keharusan.Maka jika hati tidak mau menentang, itu pertanda hilangnya iman dari
orang yang bersangkutan. Diriwayatkan oleh Abu juhaifah, ia menceritakan: Ali
Ra pernah berkata:
"sesungguhnya jihad pertama yang harus diatasi adalah jihad dengan tangan
knlian, kemudian jihad dengan lisan, lalu dengan hati. Barang siapa hatinya
tidak mengetahui kebaikan (al-ma'ruf) dan menentang kemunkaran (almunkar),
maka ia jungkir balik, yang di atas menjadi di bawa".
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini,
hendaklah ada sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini” 2] Dan firman-
ॐ
Nya. Ϳ ॐ ˸ ˸ ⺂ॐ ˸Θ ⺂ॐ 葀ॐ˴ ॐ ˸ॐ˴ ॐ ⺂ॐ
ॐ ⺂˸ ॐ ⺂ ॐ ⺂˸ ॐ α ॐ Ϯ⺂ 艠˵˸˸˴ ॐ ˴ ˸ॐ ॐ˸ 葀 Θ “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“.
Al-Imran/3 :110].
27
ॐ ⺂葀ॐ ⺂ॐ ˸˴Ϯॐ ˴ॐ ˸όॐ ॐϴ 葀ॐ⺂ 艠ॐ ˸⺂ ॐ Ϯ˴ॐ ˸όॐ ॐϴ 葀ॐ⺂ 艠ॐ γॐ ˸˴ ͋ॐ Ϯॐ ॐ˱˸Θॐ 葀Θ ॐ
‘alaihi wa sallam. Ϛ ॐ˴˴ॐ 葀
ॐ ϴ艠ॐ ϒ ॐ ϴॐ˴ “Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah
dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak
mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. HR Muslim].
ॐ˴
ॐ ˶ॐ⺂⺂˴⺂ॐ ˸Θॐ ⺂ॐ 葀ॐ˴ ॐ ˸ॐ˴ ॐϴ⺂ॐ
ॐ ˸˵Ϯ ⺂ॐ 葀Ϡ Ϛ ⺂˸ ॐ ⺂ ॐ ⺂˸ ॐϴ⺂ॐ ˸ ˴ॐ ⺂ॐ ॐ⺂⺂ ॐ ˸˴γॐϴ 葀Θ 葀Θॐ ⺂⺂ॐ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
28
C. Derajat Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai satu kewajiban atas umat Islam,
bagaimanakah derajat kewajibannya? Apakah fardhu ‘ain ataukah fardhu
kifayah? Para ulama berselisih tentang hal ini. Pendapat pertama memandang
kewajiban tersebut adalah fardhu ‘Ain. Ini merupakan pendapat sejumlah ulama,
diantaranya Ibnu Katsir, Az Zujaaj, Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil-
dalil syar’i, diantaranya: 1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ϧ ॐ ˴ 葀Θ ˴ 葀Θॐ ⺂⺂ॐ
ॐ ˴ॐ ⺂˴⺂ॐ ˸Θॐ ⺂ॐ 葀ॐ˴ ॐ ˸ॐ˴ ॐϴ⺂ॐ ⺂˸ ॐ ⺂ ॐ ⺂˸ ॐϴ⺂ॐ ˸ ˴ॐ ⺂ॐ ॐ⺂⺂ ॐ ˸˴γॐϴ “Dan hendaklah
ॐ ˸˵Ϯ ⺂ॐ 葀Ϡ Ϛ
ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. Ali Imran:104]
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik“. Ali Imran :110] Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikan syarat bergabung dengan umat Islam yang terbaik, yaitu dengan
amar ma’ruf nahi mungkar dan iman. Padahal bergabung kepada umat ini,
hukumnya fardu ‘ain. Sebagaimana firman-Nya: Ϊॐ ˴ॐ ⺂ॐ ॐ⺂⺂ ˴ॐ Ωॐ 葀 ॐ ˴ ˱ ˸ॐ 葀 ॐ ॐ˴ 葀 ॐ ⺂ॐ
ॐ葀 Ϯ ⺂ॐ ॐ葀 ॐ⺂⺂ ϝॐ ॐ ⺂ॐ ˵˱ ⺂ ॐ “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
29
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata,
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Fushilat :33]
Sehingga memiliki sifat-sifat tersebut menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana Umar
bin Al Khathab menganggapnya sebagai syarat Allah bagi orang yang
bergabung ke dalam barisan umat Islam. Beliau berkata setelah membaca surat
Ali Imran:110,”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat
tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya” Sedangkan pendapat
kedua memandang amar ma’ruf nahi mungkar fardhu kifayah. Ini merupakan
pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang menyatakan secara tegas adalah
Abu Bakr Al-Jashash 12] , Al-Mawardiy, Abu Ya’la Al-Hambaliy, Al
Ghozaliy, Ibnul Arabi, Al Qurthubiy 13], Ibnu Qudamah 14], An-Nawawiy
15] , Ibnu Taimiyah 16] , Asy-Syathibiy 17] dan Asy-Syaukaniy 18]. Mereka
berhujjah dengan dalil-dalil berikut ini: 1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
ॐ ˴ॐ ⺂˴⺂ॐ ˸Θॐ ⺂ॐ 葀ॐ˴ ॐ ˸ॐ˴ ॐϴ⺂ॐ ⺂˸ ॐ ⺂ ॐ ⺂˸ ॐϴ⺂ॐ ˸ ˴ॐ ⺂ॐ ॐ⺂⺂ ॐ ˸˴γॐϴ ϧ ॐ ˴ 葀Θ ˴ 葀Θॐ ⺂⺂ॐ “Dan
ॐ ˸˵Ϯ ⺂ॐ 葀Ϡ Ϛ
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah
orang-orang yang beruntung“. Ali Imran:104]
30
Hukum tafaquh fiddin (memperdalam ilmu agama) adalah fardhu kifayah.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan sekelompok kaum
mukminin dan tidak semuanya untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu orang yang
belajar dan menuntut ilmu tersebut yang bertanggung jawab memberi peringatan,
bukan seluruh kaum muslimin. Demikian juga jihad, hukumnya fardhu
kifayah. Syeikh Abdurrahman As Sa’diy menyatakan,”Sepatutnya kaum
muslimin mempersiapkan orang yang menegakkan setiap kemaslahatan umum
mereka. Orang yang meluangkan seluruh waktunya dan bersungguh-sungguh
serta tidak bercabang, untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemanfatan mereka.
Hendaklah arah dan tujuan mereka semuanya satu, yaitu menegakkan
kemaslahatan agama dan dunianya” 21] 3. Tidak semua orang dapat
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Karena orang yang menegakkannya
harus memiliki syarat-syarat tertentu. Seperti mengetahui hukum-hukum syari’at,
tingkatan amar makruf nahi mungkar, cara menegakkannya, kemampuan
melaksanakannya.
31
terlaksananya fardhu kifayah ini dengan terwujudnya pelaksanaan kewajiban
tersebut. Sehingga apabila kewajiban tersebut belum terwujud pelaksanaannya
oleh sebagian orang, maka seluruh kaum muslimin terbebani kewajiban tersebut.
Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah orang yang menunaikan dan
melaksanakan fardhu kifayah. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang
yang melaksanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu ‘ain hanya
menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku fardhu kifayah
menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Demikian juga
fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang berdosa, sedangkan
fardhu kifayah jika ditinggalkan akan berdosa seluruhnya. Pendapat ini Insya
Allah pendapat yang rajih. Wallahu a’lam. Amar makruf nahi mungkar dapat
menjadi fardhu ‘ain, menurut kedua pendapat diatas, apabila : Pertama :
Ditugaskan oleh pemerintah. Al Mawardi menyatakan,”Sesungguhnya hukum
amar makruf nahi mungkar fardhu ‘ain dengan perintah penguasa”. 24] Kedua :
Hanya dia yang mengetahui kema’rufan dan kemungkaran yang terjadi. An
Nawawiy berkata,”Sesungguhnya amar makruf nahi mungkar fardhu kifayah.
Kemudian menjadi fardhu ‘ain, jika dia berada ditempat yang tidak
mengetahuinya kecuali dia”. 25] Ketiga : Kemampuan amar makruf nahi
mungkar hanya dimiliki orang tertentu. Jika kemampuan menegakkan amar
makruf nahi mungkar terbatas pada sejumlah orang tertentu saja, maka amar
makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka. An Nawawi
berkata,”Terkadang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain, jika berada
di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang
yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemungkaran atau tidak
berbuat kema’rufan”.Keempat : Perubahan keadaan dan kondisi. Syeikh Abdul
Aziz bin Baaz memandang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain
dengan sebab perubahan kondisi dan keadaan, ketika beliau berkata, “Ketika
sedikitnya para da’i. Banyaknya kemungkaran dan kebodohan yang merata,
seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap
orang sesuai dengan kemampuannya”.
32
D. Amar ma’ruf Nahi Munkar dalam Kehidupan Manusia
1. Aspek Sosial
33
datang dari Allah, kecuali bagi orang-orang yang tahu bahwa mereka termasuk
orang-orang yang melakukannya, dalam QS. Al-Hajj: 40-41 dijelaskan:
Ini adalah gambaran yang indah bagi pengaruh amar ma'ruf dan nahi
mungkar dalam masyarakat, dari hadits tersebut jelas bahwa amar ma'ruf dan
nahi munkar bisa menyelamatkan orang-orang lalai dan orangorang ahli maksiat
dan juga orang lain yang taat dan istiqamah, dan bahwa sikap diam atau tidak
peduli terhadap amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan suatu bahaya dan
kehancuran, ini tidak hanya mengenai orang-orang yang bersalah saja, akan
tetapi mencakup semuanya, yang baik dan yang buruk, yang taat dan yang jahat,
yang takwa dan yang fasik. Amar ma'ruf dan nahi munkar merupakan hak dan
kewajiban rakyat .
34
untuk memberikan nasihat atau kritik bagi pemangku kekuasaan dalam
masyarakat, dan minta penjelasan hal-hal yang menjadi kemaslahatan rakyat,
atau mengingkari hal-hal yang tidak menjadi maslahat bagi rakyat.
Tolok ukur kebaikan dan kemungkaran adalah syari'at dalam satu sisi,
dan kemaslahatan rakyat dari sisi lain. Ini merupakan persoalan yang luas dari
tuntutan rakyat pada penguasa, khususnya dalam mencegah kezaliman, tidak
menerimanya atau bersabar atasnya. Al-Qur'an telah menganggap terjadinya
kezaliman dari penguasa, dan diamnya rakyat atas kezaliman tersebut
merupakan suatu dosa besar dari kedua belah pihak, yang bisa mengakibatkan
turunnya siksa di dunia, dan juga di akhirat kelak.
35
dilalui sejak dalam kandungan mempunyai pengaruh terhadap pembinaan
pribadi, bahkan diantara ahli jiwa yang berpendapat bahwa pribadi itu tidak lain
dari kumpulan pengalaman yang dilalui dan diterimannya sejak lahir.Tindakan-
tindakan ritual seperti shalat dan membaca do’a, agama lebih dari keseluruhan
tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk
keutuhan manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau
iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi dihari kemudian.
Kalau kita pahami bahwa agama akhirnya menuju kepada penyempurnaan
keluhuran pribadi, karena memang tujuan utama agama adalah
menyempurnakan akhlak manusia yang berbudi luhur serta membentuk
keutuhan manusia atas dasar iman atau percaya pada Allah SWT. Maka dari itu
bisa tercipta kehidupan bermoral di muka bumi, hanya dengan landasan moral
itulah maka suatu bangsa akan teguh berdiri, jika sebaliknya maka Negara akan
hancur luluh.
Amar ma’ruf merupakan tawaran konsep dan tatanan sosial yang baik
(terkonsepkan secara konkrit), sebagai solusi yang baik berupa contoh yang
sudah ada maupun berupa usulan ketika kita mengadakan nahi munkar yang
merupakan tindakan pencegahan atau penghapusan akan hal-hal yang jelek/salah.
Sudah pasti untuk hal-hal tertentu dalam menjalankan nahi munkar (atau bukan
juga amar ma’ruf) diperlukan kemauan politik setidaknya dorongan politik,
mereka yang mempunyai otoritas. Hal ini ibarat kepastian hukum (new
enforcement) terhadap para pelaku kriminal, lebih-lebih kriminal dalam hal
sosial. 19
2. Aspek Politik
Sudah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 104, bahwasanya menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, maka perlu kita pahami bersama, bahwa ajaran amar ma’ruf nahi
munkar tersebut bukan tanpa metode, dan mekanisme yang sesuai dengan
tatanan kehidupan masyarakat. Allah SWT pun telah mengajarkan bagaimana
kita seharusnya melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
36
Maka, dalam hal ini, tidak ada kebebasan bagi sembarang orang atau
kelompok untuk secara langsung melakukan tindakan kekerasan atas dasar amar
ma’ruf nahi munkar, kecuali atas dasar otoritas yang diberikan oleh negara.
Otoritas inilah yang dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini
dapat dipahami sebagai makna dari “biyadihi"/dengan tangan” dalam hadis yang
dikutip sebelumnya, tentang anjuran merubah kemungkaran. Selain itu,
implementasi amar ma’ruf nahi munkar juga harus didasari dengan penghargaan
akan keniscayaan perbedaan dan keragaman yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh karenanya, prinsip tasamuh
tidak dapat dipisahkan alam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan
demikian, maka umat muslim Indonesia, sebagai mayoritas di negeri ini, dapat
memperkokoh tegaknya negara hukum Indonesia.
Dalam hal ini, tidak ada kebebasan bagi semua orang atau kelompok
untuk secara langsung melakukan tindakan kekerasan atas dasar amar ma’ruf
nahi munkar, kecuali atas dasar otoritas yang diberikan oleh negara. Otoritas
inilah yang dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dapat
dipahami sebagai makna dari “biyadihi/dengan tangan” dalam hadis yang
dikutip sebelumnya, tentang anjuran merubah kemungkaran. Selain itu,
implementasi amar ma’ruf nahi munkar harus didasari dengan penghargaan akan
keniscayaan perbedaan dan keragaman yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh karenanya, prinsip tasamuh
tidak dapat dipisahkan dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan
demikian, maka umat muslim Indonesia, sebagai mayoritas di negeri ini, dapat
memperkokoh tegaknya negara hukum Indonesia.
37
orangorang zalim, dan ia akan kembali lagi diterapkan jika yang naik ke pucuk
pimpinan adalah orang yang adil dan baik.
Adapun para ulama, mereka tidak mengabaikan prinsip ini, banyak dari
mereka yang mengalami tekanan dan siksaan, sebagaimana yang terjadi pada
Said bin Jubair, Imam Malik, Imam Ahmad, Ibnu Taimiyah dan lain-lain di
beberapa masa dan beberapa Negara.
38
E. Gerakan Amar Maruf Nahi Munkar
39
Jika medan juang dakwah dituntut untuk bersikap lembut, amar ma’ruf
bersikap tegas, sedangkan nahi mungkar lebih tegas lagi. Dulu, Nabi Saw pernah
memecahkan gentong-gentong miras, meninju orang mabuk di pasar karena
meresahkan warga di sekitarnya, termasuk memerintahkan untuk membakar
masjid dhiror. Habib mengatakan: “Masjid yang dibangun untuk memecah belah
kaum muslimin saja dibakar, apalagi tempat kemaksiatan yang lain. Jika Nabi
hidup di masa kini, bukan tidak mungkin, sarang judi, tempat pelacuran, pabrik
miras, dan tempat kemaksiatan akan diperintahkan untuk dibakar. Dalam
konteks sekarang, aparat pemerintahlah yang harus tegas menutup (segel) tempat
maksiat seperti itu,FPI, kata Habib, bukan untuk mengambil atau mendahului
wewenang pemerintah dan aparat kepolisian, tapi mendorong pemerintah untuk
menegakkan hisbah (amar maruf nahi mungkar). Sebagai umat Islam, dalam
menyikapi kemungkaran hendaknya jangan menjadi penoton, tapi ambil bagian
untuk itu.
40
BAB V
A. Pengertian Fitnah
Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk
memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain
berdasarkan atas fakta palsu yang dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau
reputasi seseorang. Kata "fitnah" diserap dari bahasa Arab, dan pengertian aslinya
adalah "cobaan" atau "ujian".
B. Hukum Fitnah
Di dalam Al-Qur’an dan hadist sendiri ada banyak makna tentang fitnah, seperti
fitnah bermaksud Syirik Dalam Islam, berpaling dari jalan yang benar, sesat,
pembunuhan dan kebinasaan, perselisihan dan peperangan, kemungkaran dan
kemaksiatan. Termasuk adalah menyebar berita dusta atau bohong atau mengada-ngada
yang kemudian merugikan orang lain juga termasuk dalam fitnah. padahal Bahaya
Berbohong Dan Hukumnya Dalam Islam sudah jelas termasuk Fungsi Al-Quran dalam
Kehidupan Sehari-hari.
Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk
dalam dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT. Oleh karenya, Islam melarang
umatnya memfitnah sebab fitnah adalah haram. Dalam surah Al-hujarat ayat 12 Allah
SWT berfirman :
˱ ॐ
˸ ˴葀ॐδ⺂ॐ
ॐॐ 葀Θγ ॐ ॐॐ ଉ˵ϴॐॐ 葀Θ˸ ॐ ଉॐ ͋ॐϴ ॐ ⺂ॐ ॐ˸ ॐ ॐ ॐ ॐ ⺂ॐ 葀δॐ ˴葀ॐδ⺂ॐ ξ
ॐ ॐ ॐॐ ॐ葀 ˴ ॐ˱˸ Θॐ ॐ˸˴ ॐ ˵ॐ ॐ˸ ॐ ॐ ॐ葀ϴϳॐ⺂ॐ ॐ˴ϴॐ ϳϴ
˸ Ϡ˸Θॐ ॐ ॐ
葀 ˴ॐ Ώॐ˸ॐ ॐ ॐ ॐ ॐ ॐ ॐ˸ ॐ ॐ⺂ॐ ˱ ˸ ˸ॐॐ 葀ॐ ˵ॐ⺂ Ϊॐ Θ ॐϴ
artinya : Wahai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, (sehingga
kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari
prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjing setengahnya yang
lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati?
( Jika demikian kondisi mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Jadi
41
patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujarat : 12).
Artinya : Maka nyatalah bahwa tidak ada yang lebih zhalim dari orang yang mereka-
reka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah, dan mendustakan sebaik-baik saja
kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahwa) dalam neraka
jahanam tersedia tempat tinggal bagi orang2 kafir?” (Q. S. Az-Zumar : 32).
Artinya : Akan terjadi fitnah, orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, orang
yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada
yang berlari, barangsiapa yang mencari fitnah maka dia akan terkena pahitnya dan
barangsiapa yang menjumpai tempat berlindung maka hendaknya dia berlindung” (HR.
Bukhari Muslim)
Ada dua macam fitnah, yakni fitnah syubhat dan fitnah syahwat.
1. Fitnah Syubhat
Syubhat berarti samar-samar atau tidak jelas. Dalam fiitnah syubhat, seseorang
menjadi rusak ilmu dan keyakinannya sehingga menjadikan perkaran ma’ruf menjadi
samar dengan kemungkaran, sementara kemungkaran sendiri tidak ia hindari
(dikerjakan). Fitnah syubhat merupakan fitnah paling berbahaya oleh karena kurangnya
ilmu dan lemahnya bashirah, ketika diiringi dengan niat buruk dan hawa nafsu maka
timbullah fitnah besar dan keji.
42
Yang termasuk dalam fitnah syubhat antara lain:
a. Kekafiran
b. Kemunafikan
Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. dan bila dikatakan kepada
mereka: ’Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.’ Mereka menjawab:
“Sesungguhnya Kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (Q. S. Al Baqarah 2:
10-11).
43
agama. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi 73 agama.
72 di dalam neraka, dan sati di dalam sorga, yaitu Al-Jama’ah.”
“Dan sesungguhnya akan muncul beberapa kaum dari kalangan umatku yang hawa-
nafsu menjalar pada mereka sebagaimana virus rabies menjalar pada tubuh penderitanya.
Tidak tersisa satu urat dan persendian kecuali sudah dijalarinya.” (H. R. Abu Dawud,
Ahmad, Al-Hakim).
2. Fitnah Syahwat
Fitnah syahwat merupakan segala perbuatan yang dapat melemahkan dan mengikis
iman seseorang disebabkan oleh mengikuti hawa nafsu. Mereka yang terkena fitnah
syahwat biasanya malas beribadah serta tidak segan melanggar perintah Allah dan
mengerjakan apa yang dilarang. Hal ini disebabkan oleh hawa nafsu beserta andil dari
iblis yang senantiasa mengiringi dan membuat iman semakin lemah.
Umumnya, fitnah syahwat adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia,
kesenangan, dan yang membangkitkan hawa nafsu.Allah SWT berfirman:
Artinya : “Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang
diingini) berupa wanita, anak-anak, harta kekayaan yang berlimpah dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).” (Q. S. Al-
Imran : 14).
D. Bahaya Fitnah
Apapun yang kita dengar dari orang lain, segala ucapan itu kita terima dengan
telinga, bukan dengan lidah (ucapan). Berita-berita itu menyebar luas dari telinga ke
telinga seolah keluar dari mulut ke mulut. Hati adalah yang menentukan apakah semua
berita yang di dengar itu adalah benar atau salah. Allah SWT berfirman:
ॐ 葀⺂
ॐ ॐ⺂ ॐ 葀ΘϠॐ˸ॐ ॐ ॐ ˸⺂˸ ॐ ⺂ॐ 葀Θ ॐ ⺂ॐ ˸ॐ⺂˸ॐ ॐϮॐ
ॐ γॐ ˴ ˸ॐ Ϡ⺂ॐ ˱ ˴ ॐϠ ˸ॐ⺂˸˴ ॐ ˵ॐ ⺂ 葀Ϯ˴ ˸ 葀Θॐ⺂ 葀
葀 δॐ˴ Ϳ⺂
44
Artinya : Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan
kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”
(Q. S. An Nur : 15).
Firman Allah SWT mengenai pertanggung jawaban panca indera kita di akhirat;
ॐ ˵ ⺂ॐ ॐ ˸ ˸ॐϴ ॐ葀ϴϳॐ⺂ॐ ॐ ⺂
葀 δॐ˴ Ώॐϳॐ ˴ॐ 葀˴ॐ⺂⺂ॐ Γ˸ॐ ˸ॐॐ⺂ॐ ॐ ⺂γ⺂ॐ ˸ ॐ˸ ⺂ 葀 ॐ ˸ ⺂ॐ 葀˴ॐ ͋ॐ ⺂ॐ 葀 ॐ Ϯ
Fitnah itu hukumnya sangat berat, lebih berat daripada ketidaktaatan atau dosa
besar. Sebab fitnah itu sendiri berbahaya;
1. Menimbulkan kesengsaraan
2. Menimbulkan keresehan
Dikarenakan fitnah yang disebarkan masyarkat jadi tidak tenang karena takut.
Misalnya, ada yang difitnah menjadi pencuri, pastinya orang akan takut jika suatu saat
mereka akan jadi korban.
45
Satu fitnah bisa menghancurkan satu bangsa karena satu fitnah saja bisa
menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya bisa menjadi seperti lingkaran setan
(masalah yang tiada akhir). Padahal Keutamaan Menyambung Tali Silaturahmi dalam
Islam sangatlah besar.
Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, pada kenyataannya itu memang benar.
Fitnah umumnya dilatarbelakangi ketidaksukaan atau kebenciaan terhadap orang lain,
tidak menutup kemungkinan turut membangkitkan niatan jahat berbuat kriminal yang
dapat mencelakai orang lain.
Sudah sangat jelas bahwa fitnah banyak memberikan korbannya kerugian, mulai
dari fisik, psikis, sampai harta benda dan keluarga. Yang paling menyakitkan adalah
hancurnya harga diri karena pada dasarnya setiap manusia pasti ingin dihargai di mata
manusia lainnya.
Ciri-ciri orang munafik yakni; bicaranya dusta, ketika diberi kepercayaan (amanah)
justru mengkhianatinya, dan melanggar janji.
46
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/7735-hukum-amar-maruf-nahi-mungkar.html
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
Khairul Umam, A Ahyar Aminuddin, Usul Fiqih II, (Bandung: Pustaka Setia, 1998) 97
2 Ibid, 97
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fitnah
https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/akhlaq/larangan/fitnah-
dalamislam/amp?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%
3D#aoh=16078515865892&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Da
ri%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fdalamislam.com%2Fakhlaq%2Flaran
gan%2Ffitnah-dalam-islam
https://tafsirweb.com/224-quran-surat-al-baqarah-ayat-10.html
Fakhri, Jamal. (2020). Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Implikasinya dalam
Pembelajaran. TA’ DIB, Vol. XV. No. 01, Edisi Juni 2020
Khoirudin, Azaki. (2017). Sains Islam Berbasis Nalar Ayat-Ayat Semesta. At-Ta’dib.
Vol. 12. No. 1. Hal. 196-217.
47
Boso, Hasyim. 2013. Islam Dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap
Perubahan Islam)
https://www.neliti.com/id/publications/76085/islam-dan-ilmu-pengetahuan-pengaruh-
temuan-sains-terhadap-pehan-islam
http://guardyan.blogspot.com/2012/11/hubungan-islam- dan-sains.html
https://www.kompasiana.com/rezakur/5c87ad1cc112fe3bd029b224/astronomi-berbasis-
al-qur-an
48
LAMPIRAN
49