RISET OPERASI
“Analisis Sensitivitas”
Oleh:
Amelia Sri Sulastri (P3E119003)
Veni Mustifar (P3E119041)
Yeyen Fitri Prastika (P3E119045)
Siti Aslinda (P3E119034)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun tugas Riset Operasi
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
Halaman judul..........................................................................................
Kata pengantar.........................................................................................
Daftar isi....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................
2.1 Analisis Sensitivitas..............................................................................
2.2 Perubahan Nilai Kanan Fungsi Batasan……………………………………...
2.3 Perubahan Pada Koefisien-Koefisien Fungsi Tujuan…………………………
2.4 Perubahan Pada Koefisien-Koefisien Teknis ………………………………….
2.5 Penambahan Variabel Baru ………………………………………………….
2.6 Penambahan Batasan Baru……………………………………………………
BAB III PENUTUP...................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................
Daftar Pustaka…………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk ini sebaiknya dilihat kembali contoh masalah yang telah ada ideal
Primal:
Maksimumkan Z =3X1 + 5X2
Batasan-batasan;
1. 2x1 ≤ 8
2. 3x2 = 15
3. 6x1 + 2x2 ≥ 30
X1 ≥ 0; X2 ≥ 0
Dual:
Minimumkan : Yo = -8Y1 + 15Y2 + 30Y3
Batas-batasan;
1. –Y1 + 6Y3 ≤ 3
2. 3Y2 +2Y3 ≤ 5
Y1 ≥ 0; Y2 ≥ 0; Y3 ≥ 0
Table terakhir (optimal) untuk masalah perusahaan sepatu ideal adalah sebagai
berikut:
Variable
Z X1 X2 X3 X4 X5 N.K
Dasar
Z 1 0 0 0 5/6 1/2 27 ½
X3 0 0 0 1 5/9 1/3 6 1/3
X2 0 1 0 0 1/3 0 5
X1 0 1 0 0 -5/18 1/6 5/6
Sebelum menjelaskan kaidah primal-dual, perlu ditekankan bahwa rumusan primal
(dan tertu saja dualnya) dalam hal ini adalah dalam bentuk standar.
Kaidah I:
Pada setiap iterasi dalam simpleks (baik primal maupun dual), matriks yang berisi
variable-variabel “starting solution” (tidak termasuk baris tujuan) dapat dipakai
untuk menghitung koefisien-kofesien bari tujuan yang berhubungan dengan matriks
terseut.
Langka 1:
Pilih koefisien-koefisien dari fungsi tujuan yang berhubungan dengan variabel dasar
iterasi yang bersangkutan, lalu disusun dalam suatu vaktor-baris. Misalnya pada tabel
4.12, variabel dasar adalah X2 dan X1. Fungsi tujuan pada masalah perusahaan
sepatu “IDEAL” adalah: 3X1 + 5X2.
Langkah 2:
Kalikan vektor baris tersebut dengan matriks pada tabel simpeks yang beranggotakan
variabel-variabel starting-solution (dalam hal ini X2 dan X1).
Jadi yang dapat dilakukan pada tabel 3.8 adalah sebagai berikut:
Tampak bawah 5/6 dan ½ tidak lain merupakan koefisien-koefisien baris 1 (fungsi
tujuan) yang berhubungan dengan matriks tersebut. Nilai-nilai yang diperoleh pada
lankah kedua ini (5/6 dan ½) disebut simplex multipliers. 2 Pada tabel akhir
(optimal) simplex multipliers ini menunjukkan “optimal solution” bagi dual-nya.
Kaidah II:
Pada setiap iterasi dalam simpleks (baik primal maupun dual), nilai kanan (kecuali
untuk baris tujuan) dapat dihitung dengan mengalihan matriks yang dimaksud pada
kaidah I, dengan vektor-kolom yang berisi nilai kanan dari fungsi-fungsi batasan
mula-mula.
Kaidah III :
Pada setiap iterasi dalam simpleks baik primal maupun dual, koefisien-koefisien
batasan yang terletak di bawah setiap variabel (1,2,….., n ) merupakan hasil kali
matriks pada kaidah I dengan vektor kolom untuk setiap variabel pada tabel awal.
Contoh: Dalam tabel 4.12 yang merupakan tabel final bagi permasalahan perusahaan
sepatu “IDEAL”, matriks trsebut adalah:
Ternyata, X1 berubah dari 5/6 menjadi 5/9; sedangkan X2 berubah dari 5 menjadi 5 .
Artinya, karena mesin-mesin yang khusus dipakai untuk bersama oleh barang I1 dan
I2 tetap; maka jelas jumlah barang I1 akan berkurang. Meskipun demikian, laba total
yang diperoleh akan bertambah sebagai berikut:
Perlu diperhatikan, ternyata apabila kapasitas mesin 2 dinaikkan menjadi 20, maka
X1 menjadi “infeasible” (<0); yang tentu saja melanggar batasan nonnegatif.
Perubahan kontribusi laba per unit tersebut mengakibatkan laba total yang diperoleh
berubah menjadi:
Fungsi tujuan:
Minimumkan Z =60.000Y1 + 75.000Y2 + 45.000Y3
Fungsi-fungsi batasan
1. 4Y1 + 4Y2 +2Y3 ≥ 30
2. 5Y1 + 6Y2 + 5Y3 ≥ 40
3. 6Y1 + 8Y2 + 5Y3 ≥ 60
4. Y1, Y2, Y3 ≥ 0
Pada tabel simpleks ketiga (tabel optimal) tampak bahwa X2 bukan variabel yang
optimal (dalam hal ini disebut juga vaiabel bukan dasar). Nilai X2 pada baris Z
adalah 5; yang apabila dihubungkan dengan fungsi batasan dual yang mengangkut
X2 (yakni fungsi batasan kedua) adalah:
Andaikan setelah dicapainya tahap optimal terjadiperubahan pada koefisien teknis
X2 dari:
Ternyata dengan perubahan koefisien teknis X3, tabel tersebut di atas tidak optimal
lagi, karena ada nilai negatif pada baris tujuannya (=-10). Akibatnya perlu
dilanjutkan sampai tahap optimal teercapai. Meskipun demikian kita masih dapat
mmetik manfaat dari analisa inikarena kita tidak perlu mengulangi dari tahap awal.
2.5 Penambahan Variabel Baru
Sebetulnya kasus ini seolah-olah merupakan gabungan antara kasus kedua
(perubahan pada koefisien-koefisien fungsi tujuan) dan kasus ketiga (perubahan
koefisien-koefisien teknis fungsi-fungsi batasan). Dalam hal ini dapat dipergunakan
anggapan bahwa variabel tambahan tersebut sudah “ada”, dengan koefisien nol.
Akibatnya penambahan variabel baru tersebut baru akan mempengaruhi penyelesaian
optimal apabila “memperbarui” baris tujuan tabel optimal.
Misalkan ditambah variabel baru Xa di mana:
Koefisien Xa pada fungsi tujuan adalah 20
Koefisien Xa pada pembatasan pertama adalah 4
Koefisien Xa pada pembatas kedua adalah 5
Koefisien Xa pada pembatas ketiga adalah 3
Sehingga fungsi pembatas dual yang mengangkut Xa adalah:
4Y1 + 5Y2 + 3Y3 ≥ 20
Nilai dual optimal: Y1 = 0, Y2 =30/4 dan Y3 = 0; ternyata memenuhi fungsi
batasan dual di atas, sehingga penambahan Xa tidak mempengaruhi penyelesaian
optimal; karena nilai koefisien-koefisien baris tujuan tatap positif semua.
Apabila koefisien Xa pada fungsi tujuan sebesar 40 misalnya, sehingga
fungsi batasan dual menjadi: 4Y1 + 5Y2 + 3Y3 ≥ 40, maka fungsi batasan tersebut
“dilanggar”, karena 4(0) + 5(30/4) + 3(0) adalah kurang dari 40.
Dengan menggunakan kaidah-kaidah di muka, nilai-nilai pada kolom Xa adalah
sebagai berikut:
Variabel
Z X1 X2 X3 Xa X X6 NK
Dasar
Z -2 *)
X4 1/10
X1 ¼ **)
X3 ½
Karena salah satu variabel pada baris Z masih negatif, maka tabel di atas
menjadi tidak optimal dan perlu dilanjutkan lagi sampai ditmukan tabel optimal.
Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 NK
Dasar
Z 1 0 5 0 0 30/4 0 0 562.500
X4 0 0 2 0 1 -3/2 6/5 0 1.500
X1 0 1 -5/2 0 0 5/4 -2 0 3.750
X3 0 0 2 1 0 -1/2 1 0 7.500
X7 0 5 3 7 0 0 0 1 65.000
Tabel di atas perlu modifikasi. Karena X1 dan X3 adalah variabel-variabel dasar,
maka nilai koefisien-koefisien X1 dan X3 pada baris X7 harus 0. (pada tabel-tabel di
atas masih bernilai 5 dan 7.hal ini dapat dihitung dengan menambahkan [ (-5) X
persamaan X1 + (-7) x persamaan X3 ] pada persamaan X7 + sehingga didapat nilai-
nili koefisien
Meskipun baris Z menunjukkan syarat optimal (karena tidak ada tanda negatif),
tetapi kolom nilai kanan menunjukkan tidak feasible; sehingga masih perlu
dilanjutkan hingga tabel optimal diperoleh
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran