Anda di halaman 1dari 134

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mencapai salah satu target Universal Akses 100-0-100


pada tahun 2019, yaitu 100% layanan terhadap akses air minum, 0%
bebas kawasan kumuh dan 100% layanan terhadap akses sanitasi
dasar, Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota melaksanakan kegiatan pembangunan sarana
Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas).

Program Sanimas bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat demi mencapai kualitas kehidupan
masyarakat, dengan sumber dana pinjaman Islamic Development Bank (IDB). Dalam
penyelenggaraannya, kegiatan ini menekankan pada pelibatan masyarakat secara utuh
sejak tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai dengan pengelolaan sarana.

Petunjuk Teknis ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya serta merupakan revisi dari Buku
Pedoman Pelaksanaan Sanimas cetakan tahun 2015. Petunjuk Teknis ini memuat aturan
mengenai mekanisme pelaksanaan Program Sanimas yang terdiri dari petunjuk teknis
pengadaan barang/jasa, pembangunan infrastruktur, pengelolaan dana serta operasi dan
pemeliharaan sebagai acuan bagi para pelaksana di Tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam menyelenggarakan Program Sanimas.

Untuk itu seluruh stakeholder pelaksana Program Sanimas ini diharapkan dapat
memahami tata laksana dan kaidah-kaidah yang ada didalam Petunjuk Teknis ini serta
menerapkannya pada pelaksanaan Sanimas di lokasi sasaran.

Kami tetap membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan Sanimas, untuk memberikan masukan serta saran dan kritisi atas revisi dari
Petunjuk Teknis ini guna mengoptimalkan hasil pembangunan sanitasi melalui kegiatan
Sanimas.

Semoga bermanfaat,
Jakarta, Agustus 2016
Direktur Jenderal Cipta Karya

Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc.


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ................................................................................. i
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1. Umum ............................................................................................ 1
1.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ........................................................ 2
1.3. Pengguna Pedoman .......................................................................... 5

BAB II KETENTUAN PELAKSANAAN ....................................................... 7


2.1 Penetapan Lokasi Sasaran ................................................................. 7
1.1. Penerima Manfaat ............................................................................ 8
1.2. Organisasi Pelaksana Tingkat Pusat .................................................. 8
1.3. Organisasi Pelaksana Tingkat Provinsi ............................................. 11
1.4. Organisasi Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota .............................. 15
1.5. Organisasi Pelaksana Tingkat Kelurahan ........................................... 21
1.6. Organisasi Pengelola Tingkat Masyarakat ........................................ 23
1.7. Konsultan Manajemen ...................................................................... 29
1.8. Pendanaan ........................................................................................ 40
1.9. Pengarusutamaan Gender ................................................................ 47

BAB III TAHAPAN PENYIAPAN WARGA ................................................... 49


3.1. Promosi Sanitasi ................................................................................ 49
3.2. Sosialisasi Awal Tingkat Kelurahan ................................................... 49
3.3. Rembug Kelurahan Tahap I ..................................................... 51

BAB IV TAHAP PERENCANAAN .............................................................. 57


4.1. Promosi Sanitasi ................................................................................ 57
4.2. Pelaksanaan Pemetaan Sanitasi Kelurahan ...................................... 57
4.3. Penyusunan Dokumen Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi ................. 58
4.4. Rembug Kelurahan Tahap II .............................................................. 62
4.5. Seleksi Titik Lokasi (Metode Selotif) .................................................. 64
DAFTAR ISI i
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
4.6. Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap II .... 71
4.7. Penyusunan RKM ............................................................................... 76
4.8. Penyusunan DED dan RAB ................................................................. 79
4.9. Pengajuan Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) .................. 80

BAB V TAHAPAN PELAKSANAAN FISIK .................................................. 83


5.1. Promosi Sanitasi ................................................................................. 83
5.2. Penandatanganan Kontrak Kerja ....................................................... 83
5.3. Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap III ... 84
5.4. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ......................................... 89

BAB VI PASCA PELAKSANAAN FISIK ...................................................... 105


6.1. Promosi Sanitasi ................................................................................105
6.2. Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap IV ....105
6.3. Serah Terima Infrastruktur ................................................................110
6.4. Tahap Operasi dan Pemeliharaan .....................................................110

BAB VII PENGENDALIAN ...................................................................... 113


7.1. Umum ................................................................................................113
7.2. Pemantauan .......................................................................................114
7.3. Pelaporan ...........................................................................................114
7.4. Evaluasi Program ...............................................................................118
7.5. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat .................................................119
7.6. Keterlibatan Perempuan, Kelompok Rentan/Marjinal Dan Penduduk
Miskin ................................................................................................121

BAB VIII PENUTUP ............................................................................... 125

ii DAFTAR ISI
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

DAFTAR SINGKATAN
IDB Islamic Development Bank
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara
BAPPEDA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
BAPPENAS Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
BASPK Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan
BKM Badan Keswadayaan Masyarakat
BOP Biaya Operasional
BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
CPMU Central Project Management Unit
CSIAP Community Sanitation Improvement Action Plan
DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJCK Direktorat Jenderal Cipta Karya
DPIU District Project Implementation Unit
EA Executing Agency
FISSA Financial Statement for Special Account
FGD Focussed Group Discussion
TFL Tenaga Fasilitator Lapangan
Kemen PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Kemenkeu Kementerian Keuangan
Kemenkes Kementerian Kesehatan
KM Kader Masyarakat
KPA Kuasa Pengguna Anggaran
KPP Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
KPPN Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara
KSM Kelompok Swadaya Masyarakat

DAFTAR SINGKATAN iii


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
LKM Lembaga Keswadayaan Masyarakat
LMK Laporan Manajemen Keuangan
LMP Laporan Manajemen Proyek
LP2K Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MDG’s Millenium Development Goals
MIS Management Information System
MTPRP Medium-Term Poverty Reduction Plan
Musrenbang Musyawarah Rencana Pembangunan
MPA Methodology for Participatory Assessment
NPMC National Project Management Consultant
O&M Operation and Maintenance
O&P Operasi dan Pemeliharaan
PA Pengguna Anggaran
PAC Public Awareness Campaign
PBM Pembangunan Berbasis Masyarakat
PCR Project Completion Report
Pemda Pemerintah Daerah
PJM Program Jangka Menengah
Pronangkis Program Penanggulangan Kemiskinan
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PPHLN Pengelolaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri
PHAST Participatory Hygiene and Sanitation
Transformation
PLPBM Penyehatan Lingkungan Permukiman Berbasis
Masyarakat
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PSPLP Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan
Permukiman
PPIU Provincial Project Implementation Unit

iv DAFTAR SINGKATAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
PIP Pengembangan Infrastruktur Permukiman
PPK Pejabat Pembuat Komitmen
PPM Pengelolaan Pengaduan dan Masalah
PPMS Project Performance Monitoring System
P2KP Program Peningkatan Kualitas Permukiman
QPR Quarterly Progress Report
RAB Rencana Anggaran Biaya
RKM Rencana Kegiatan Masyarakat
RPA Rapid Participatory Assesment.
RPMC Regional Project Management Consultant
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Satker Satuan Kerja
Selotif Seleksi Lokasi Partisipatif
SIM Sistem Informasi Manajemen
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKTM Surat Keterangan Tanda Miskin
SP2D Surat Perintah Pencairan Dana
SP2K Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan
SP3 Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Sanimas Sanitasi Berbasis Masyarakat
SPM Surat Perintah Membayar
SSK Strategi Sanitasi Kota
TAMK Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten/Kota
TFL Tenaga Fasilitator Lapangan
TKK Tim Koordinasi Kabupaten
TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
UPK Unit Pengelola Keuangan
UPL Unit Pengelola Lingkungan
UPS Unit Pengelola Sosial
WA Withdrawal Application

DAFTAR SINGKATAN v
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. UMUM
Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) bertujuan untuk
menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,
baik secara individu maupun kelompok untuk turut berpartisipasi
memecahkan berbagai permasalahan yang terkait pada upaya
peningkatan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat.
Mekanisme penyelenggaraan program Sanimas menerapkan
pendekatan pembangunan berkelanjutan berbasis masyarakat
melalui peran serta masyarakat secara utuh dalam seluruh tahapan
kegiatan, mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan tahap operasi dan pemeliharaan.
Program Sanimas ini dilaksanakan dalam rangka upaya
pencapaian target universal access air minum dan sanitasi serta
memastikan keberlanjutannya memerlukan upaya kolaboratif
semua pihak, baik lintas kementerian, pemerintah daerah, unsur
masyarakat, swasta dan lembaga mitra.
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJM) 2015 – 2019 yang mengamanatkan
program 100 – 0 – 100, yaitu 100% akses aman air minum, bebas

PENDAHULUAN 1
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
kumuh dan 100% akses sanitasi yang layak pada akhir tahun 2019.
Program Sanimas akan dilaksanakan secara bertahap di 1.800 lokasi
sasaran di 13 provinsi terpilih yang sebelumnya menjadi lokasi
pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP). Lokasi
sasaran kegiatan Sanimas adalah k e l u r a h a n yang terletak di
daerah perkotaan dan semi perkotaan yang rawan sanitasi serta
mendukung program sanitasi di daerah perkotaan tersebut. Selain
itu kelurahan penerima program Sanimas sebelumnya telah
menerima bantuan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini merupakan perwujudan dari
sinergi diantara program pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Pada pelaksanaannya, program Sanimas akan
menggunakan lembaga keswadayaan masyarakat (BKM/LKM) yang
sudah ada.

1.2. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Tahapan kegiatan pelaksanaan program di tingkat desa/kelurahan
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Tahapan pelaksanaan untuk kelurahan yang baru
mendapatkan program Sanimas.
2. Tahapan pelaksanaan untuk kelurahan yang sudah
pernah mendapatkan program Sanimas di tahun
sebelumnya.
Perbedaan tahapan antara kelurahan lama dan baru
terletak pada tahap persiapan warga dan tahap perencanaan.
2 PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
P erbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1. Perbedaan Tahapan Pelaksanaan Program Sanimas di Tingkat
Masyarakat
No Kelurahan Baru* Kelurahan Lama**
1. Tahap Persiapan Masyarakat Tahap Persiapan Masyarakat
a. Promosi Sanitasi. a. Promosi Sanitasi.
b. Sosialisasi program; b. Sosialisasi program;
c. Pelaksanaan Rembug c. Pelaksanaan Rembug
Warga Desa/kelurahan Tahap Warga Desa/kelurahan
I, untuk membentuk Pokjasan Tahap I, Penandatanganan
kelurahan ; Penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan
Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat untuk menerima
Masyarakat untuk menerima dan melaksanakan program
dan melaksanakan program sesuai dengan ketentuan/
sesuai dengan pedoman; serta penyusunan
ketentuan/pedoman; serta jadwal pelaksanaan tahapan
penyusunan jadwal kegiatan.
pelaksanaan tahapan
kegiatan.

2. Tahap Perencanaan Kegiatan Tahap Perencanaan Kegiatan


a. Promosi sanitasi a. Promosi sanitasi
b. Pemetaan Sanitasi T ingkat b. Rembug kelurahan Tahap II
kelurahan c. Rembug Warga Tingkat
c. Penyusunan Rencana Aksi RT/RW Tahap I
Perbaikan d. Pelaksanaan Pemetaan
Sanitasi/Community Kebutuhan Sanitasi di
Sanitation Improvement RT/RW terpilih
Action Plan (CSIAP) e. Rembug Warga T ingkat
d. Rembug kelurahan Tahap RT/RW Tahap II
II (Seleksi lingkungan dan f. Pembentukan KSM
Penetapan CSIAP) Sanitasi.
e. Rembug Warga T ingkat g. Penyusunan RKM
RT/RW Tahap I h. Penyusunan rencana
f. Pelaksanaan Pemetaan operasi dan pemeliharaan
Kebutuhan Sanitasi di (O&P)
RT/RW terpilih i. Verifikasi RKM
g. Rembug Warga Tingkat j. Penyusunan dokumen
RT/RW Tahap II pencairan dana
h. Pembentukan KSM Sanitasi
PENDAHULUAN 3
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
No Kelurahan Baru* Kelurahan Lama**
i. Penyusunan RKM
j. Penyusunan rencana
operasi dan pemeliharaan
(O&P)
k. Verifikasi RKM
l. Penyusunan dokumen
pencairan dana

Tahap Pelaksanaan Konstruksi Tahap Pelaksanaan Konstruksi


3. a. Promosi santasi a. Promosi sanitasi
b. Rembug Warga T ingkat b. Rembug Warga T ingkat
RT/RW Tahap III RT/RW Tahap III
c. Penandatanganan kontrak c. Penandatanganan kontrak
kerja kerja
d. Pelaksanaan Kegiatan Fisik d. Pelaksanaan Kegiatan Fisik
e. Rembug warga (tahap I e. Rembug warga (tahap I
setelah pencairan 40% setelah pencairan 40%
pertama, tahap II setelah pertama, tahap II setelah
pencairan 30% kedua, tahap pencairan 30% kedua, tahap
III setelah pencairan 30% III setelah pencairan 30%
ketiga) ketiga)
f. Pembentukan KPP (Rembug f. Pembentukan KPP (Rembug
warga) warga)
g. Pengawasan Kegiatan g. Pengawasan Kegiatan
h. Pelaporan Kegiatan h. Pelaporan Kegiatan
i. Rembug Pelaksanaan i. Rembug Pelaksanaan
Mingguan Mingguan

Tahap Operasi dan Pemeliharaan Tahap Operasi dan Pemeliharaan


4. a. Promosi sanitasi a. Promosi sanitasi
b. Rembug Warga T ingkat b. Rembug Warga T ingkat
RT/RW Tahap IV RT/RW Tahap IV
c. Serah Terima Sarana Sanitasi c. Serah Terima Sarana Sanitasi
d. Operasi dan Pemeliharaan d. Operasi dan Pemeliharaan
* K elurahan Baru : Lokasi baru di desa/kelurahan yang belum pernah mendapatkan program
Sanimas
**Kelurahan Lama : Lokasi baru di desa/kelurahan yang sudah pernah mendapatkan program
Sanimas (tambahan)

4 PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
1.3. PENGGUNA PEDOMAN
Pedoman Pelaksanaan ini diharapkan mampu memberikan
gambaran bagi semua pihak sehingga memudahkan didalam proses
pelaksanaan didalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan.
Pengguna Pedoman Pelaksanaan ini adalah seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders) dari berbagai pihak dari tingkat pusat
sampai dengan tingkat desa/kelurahan, mulai dari masyarakat,
fasilitator, konsultan sampai dengan aparat pemerintah. Pedoman
Pelaksanaan ini diharapkan mampu memberikan gambaran bagi
semua pihak secara proporsional sehingga mampu
melaksanakan program secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
Tabel 1.2. Pengguna Pedoman
No. Pelaku Manfaat
1 Pengelola Program  Memahami filosofi program secara
(di seluruh level) utuh
 Dasar pelaksanaan kebijakan
pengendalian program
 Acuan dalam penilaian kinerja
pelaksanaan program
 Membangun kemitraan dan sinergi
program pembangunan
2 Organisasi Masyarakat  Acuan pelaksanaan kegiatan di
(BKM/LKM,PokjaSan lapangan
Desa/kelurahan, KSM, KPP)  Membangun koordinasi, kemitraan
dan sinergi dengan stakeholder
 Menjamin ketepatan sasaran dan
penerima manfaat

PENDAHULUAN 5
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
No. Pelaku Manfaat
3 Masyarakat, Kader  Memahami aturan yang harus
Masyarakat diikuti dalam pelaksanaan tahapan
kegiatan
 Mendapatkan gambaran
kesempatan yang ditawarkan dalam
program
 Mengembangkan kontrol sosial
4 Fasilitator Program  Acuan pelaksanaan pendampingan
(konsultan manajemen, masyarakat
tenaga fasilitator  Pengendalian kualitas pekerjaan
lapangan)  Acuan penyusunan rencana kerja
pelaksanaan dan evaluasi program
5 Kelompok Peduli  Memahami tata cara pelaksanaan
program
 Melakukan kontrol sosial
 Melakukan advokasi
 Membangun kemitraan dan sinergi
 Mengembangkan jaringan
kelembagaan

6 PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB II
KETENTUAN PELAKSANAAN

2.1. PENETAPAN LOKASI SASARAN


Kriteria penentuan kabupaten/kota sasaran program Sanimas
adalah kabupaten/kota yang telah menyusun dokumen Strategi
Sanitasi Kota (SSK) dan menyampaikan surat minat mengikuti
program Sanimas.
Kriteria lokasi sasaran Sanimas adalah lokasi yang berada di
kawasan perkotaan dan semi perkotaan yang pernah mendapat
program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP).
Kriteria kelurahan sasaran adalah :
1. Kelurahan yang pernah menjadi lokasi sasaran program
PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP).
2. Kelurahan yang telah menerima minimal satu kali siklus
dana bantuan serta memiliki kebutuhan untuk penanganan
permasalahan sanitas.
Mekanisme pemilihan dan penetapan lokasi sasaran :
1. District Project Implementation Unit (DPIU) melakukan
sosialisasi tingkat kabupaten/kota dalam rangka peminatan
kelurahan untuk menerima program Sanimas sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2. Kelurahan yang berminat menyampaikan Surat Pernyataan
KETENTUAN PELAKSANAAN 7
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Minat yang ditandatangani oleh Lurah dan Koordinator
BKM/LKM kepada PPK Kabupaten/Kota.
3. DPIU melakukan verifikasi terhadap kelurahan yang
diusulkan oleh PPK Kabupaten/Kota .
4. DPIU b e rsama d engan KP A menetapkan kelurahan
t e rp ilih Program Sanimas .

2.2. PENERIMA MANFAAT


Penerima manfaat program Sanimas adalah masyarakat yang
tinggal di kawasan perkotaan dan semi perkotaan yang
berpenduduk relatif padat, rawan sanitasi, dan diutamakan
masyarakat berpenghasilan rendah.

2.3. ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT PUSAT


2.3.1. Executing Agency
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bertugas selaku
Executing Agency yang merupakan institusi
penyelenggara Sanimas dan bertanggung jawab atas
keseluruhan penyelenggara program.
Tugas dari Executing Agency antara lain :
1. Menyusun kebijakan penyelenggaraan program
Sanimas;
2. Melaksanakan pembinaan dan pengendalian
pelaksanaan Program Sanimas ;

8 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
3. Membentuk Central Project Management Unit (CPMU);
4. Melaporkan penyelenggaraan program kepada pihak
lender;
5. Menyusun program dan perencanaan anggaran serta
kegiatan tahunan.
2.3.2. Central Project Management Unit (CPMU)
CPMU dibentuk di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Karya melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya
untuk melaksanakan tugas Executing Agency dalam rangka
mengkoordinir seluruh kegiatan yang terkait dengan
penyelenggaraan program Sanimas termasuk menyiapkan
pedoman umum, pelaksanaan dan petunjuk teknis.
Tugas CPMU antara lain:
1. Membantu Executing Agency dalam melaksanakan
tugasnya;
2. Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan, peningkatan
pemahaman dan dukungan program kepada stakeholder
terkait dan kelompok peduli;
3. Membangun kemitraan diantara stakeholder khususnya di
tingkat provinsi dan Kabupaten/kota;
4. Mengkoordinir seluruh kegiatan yang terkait dengan
penyelenggaraan program Sanimas ;
5. Menyiapkan pedoman umum, pedoman pelaksanaan dan
petunjuk teknis;
6. Memfasilitasi pembukaan rekening khusus untuk program

KETENTUAN PELAKSANAAN 9
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Sanimas ;
7. Melakukan kegiatan pengelolaan/manajemen keuangan;
8. Melakukan pembinaan dan pengendalian
penyelenggaraan program pada tingkat nasional/tingkat
provinsi/Kabupaten/kota;
9. Melakukan monitoring dan evaluasi program;
10. Melakukan penyusunan withdrawal application (WA),
termasuk kelengkapan dokumen pendukungnya serta
mengirimkan WA (melalui Kementerian Keuangan) ke
Islamic Development Bank (IDB); untuk pengisian kembali
rekening khusus;
11. Menyusun permohonan pengisian kembali rekening khusus;
12. Menyusun Financial Statement for Special Account (FISSA),
Quarterly Progress Report (QPR), dan laporan keuangan
tahunan serta melaporkannya kepada pihak IDB;
13. Memberikan arahan dan supervisi kepada konsultan
manajemen proyek, di tingkat pusat dan daerah;
14. Menyusun Project Completion Report (PCR) dan laporan
akhir keuangan kepada pihak IDB;
15. Fasilitasi pelaksanaan audit;
16. Mengumpulkan laporan pelaksanaan kegiatan dari
Provincial Project Implementation Unit (PPIU);
17. Memberikan arahan kepada Konsultan Tingkat Pusat dan
Konsultan Regional terkait dengan penyelenggaraan
program.

10 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2.3.3. Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Tingkat Pusat
Kegiatan program Sanimas di tingkat pusat berada pada Satuan
Kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman Berbasis
Masyarakat (PLPBM) dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat
oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kelembagaan Satker di tingkat pusat terdiri dari Kepala
Satuan Kerja (Kasatker), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Pejabat Penguji Surat Perintah Membayar (SPM) dan Bendahara.
Tugas Satker Tingkat Pusat antara lain :
1. Memfasilitasi CPMU dalam penyelenggaraan dan
pengendalian program;
2. Melakukan kontrak pengadaan jasa konsultan untuk
mendukung CPMU dalam penyelenggaraan dan
pengendalian program;
3. Memfasilitasi CPMU dalam melakukan monitoring dan
evaluasi program.

2.4. ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT PROVINSI


2.4.1. Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi, dalam hal ini Gubernur, adalah
sebagai pembina pelaksanaan program di kabupaten/kota
di wilayah provinsi yang bersangkutan.
Dalam melaksanakan fungsi pembinaan
tersebut, Gubernur melaksanakan tugas sebagai

KETENTUAN PELAKSANAAN 11
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
berikut :
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan program Sanimas
di wilayah kerjanya;
2. Membina dan mengendalikan penyelenggaraan
program Sanimas di wilayah kerjanya;
3. Membentuk Provincial Project Implementation Unit
(PPIU);
4. Menyusun program dan perencanaan anggaran
serta kegiatan tahunan di tingkat provinsi;
5. Menyiapkan dana Biaya Operasinal (BOP) sebesar
minimal 1% dari total dana bantuan yang ada di wilayah
kerjanya untuk mendukung kegiatan program Sanimas.
2.4.2. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (Pokja AMPL)/Sanitasi Provinsi
Pokja AMPL/Sanitasi Provinsi program Sanimas akan
menggunakan Pokja AMPL/Sanitasi yang sama dengan yang
telah dibentuk oleh Gubernur yang anggotanya terdiri dari
dinas/instansi terkait.
Tugas Pokja AMPL/Sanitasi antara lain:
1. Memberikan arahan kepada Provincial Project
Implementation Unit (PPIU) dan District Project
Implementation Unit (DPIU) dalam rangka pelaksanaan
dan pengendalian program;
2. Melakukan pertemuan dengan PPIU dan DPIU sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.

12 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2.4.3. Provincial Project Implementation Unit (PPIU)
PPIU dibentuk di tingkat provinsi diketuai oleh
Kepala/Wakil/Kepala Bidang pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) atau Kepala/Wakil/Kepala
Bidang pada Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya, dan
ditetapkan melalui SK Gubernur.
Tugas PPIU antara lain :
1. Melaksanakan koordinasi dengan unsur-unsur
pemerintah provinsi;
2. Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan,
peningkatan pemahaman dan dukungan program
kepada stakeholder terkait dan kelompok peduli di
tingkat provinsi;
3. Membangun kemitraan diantara stakeholder khususnya
di tingkat provinsi dan kabupaten/kota;
4. Mengkoordinir seluruh kegiatan yang terkait
dengan penyelenggaraan program Sanimas ;
5. Melakukan pemeriksaan terhadap 2 (dua) sampel
dokumen RKM masing- masing kabupaten/kota;
6. Melakukan pembinaan dan pengendalian
penyelenggaraan program pada tingkat
provinsi/kabupaten/kota;
7. Melakukan monitoring dan evaluasi program tingkat
provinsi;
8. Fasilitasi pelaksanaan audit;

KETENTUAN PELAKSANAAN 13
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
9. Menyusun Laporan Manajemen Keuangan (LMK) dan
Laporan Manajemen Proyek (LMP) tingkat provinsi
berdasarkan Laporan Kemajuan Keuangan dan Laporan
Manajemen Proyek Kabupaten/kota dari DPIU.
10. Mengirimkan Laporan Manajemen Keuangan (LMK)
dan Laporan Manajemen Proyek (LMP) kepada CPMU
setiap bulan;
11. Mengelola penanganan pengaduan masyarakat di
tingkat provinsi;
12. Mengumpulkan SP2D dari tingkat kabupaten
(dari DPIU) dan menyampaikannya kepada CPMU.
2.4.4. Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Tingkat
Provinsi
Kegiatan pembinaan Sanimas di tingkat provinsi berada pada
Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan
Lingkungan Permukiman (PSPLP) Provinsi dimana Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat inti satuan kerja
tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Kelembagaan Satker PSPLP
Provinsi terdiri dari Kepala Satuan Kerja (Kasatker),
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penguji Surat
Perintah Membayar (SPM) dan Bendahara.
Tugas Satuan Kerja tingkat provinsi antara lain :
1. Mendukung PPIU dalam menyelenggarakan program;
2. Bersama dengan PPIU, melakukan proses pengadaan

14 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
dan mobilisasi Tenaga Fasilitator Lapangan;
3. Melakukan koordinasi dengan CPMU, PPIU dan DPIU;
4. Melaporkan hasil pengendalian pelaksanaan kepada
PPIU dan CPMU.

2.5. ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT KABUPATEN/KOTA


2.5.1. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/kota dalam hal ini Bupati/Walikota,
sebagai penanggung jawab pelaksanaan program di
Kabupaten/kota. Tugas dari pemerintah Kabupaten/kota
adalah mengkoordinasikan penyelenggaraan program
Sanimas di wilayah kerjanya.
Tugas Bupati/Walikota antara lain:
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan program Sanimas
di wilayah kerjanya;
2. Membina dan mengendalikan penyelenggaraan Sanimas
di wilayah kerjanya;
3. Menunjuk dan mengajukan pejabat satuan kerja kepada
Menteri PUPR;
4. Membentuk District Project Implementation Unit (DPIU)
5. Menyediakan dana Biaya Operasional (BOP) kegiatan
DPIU minimal 5% dari total dana bantuan melalui dana
APBD Kabupaten/kota.
6. Berperan sebagai pembina Kelompok Pemanfaat dan
Pemelihara (KPP).

KETENTUAN PELAKSANAAN 15
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2.5.2. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (Pokja AMPL)/Sanitasi Kabupaten/kota
Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten/kota menggunakan Pokja
AMPL/Sanitasi yang telah dibentuk oleh Bupati/Walikota
yang terdiri dari pejabat dari instansi/dinas terkait.
Tugas Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten/kota antara lain:
1. Mensosialisasikan program pada tingkat kabupaten/
kota, kecamatan dan kelurahan;
2. Memberi arahan dalam pelaksanaan dan pengendalian
program di wilayah kerjanya;
3. Memantau dan melakukan evaluasi pelaksanaan
program di tingkat Kabupaten/kota;
4. Melakukan pertemuan dengan DPIU dan perangkat
kelurahan sekurang- kurangnya 2 (dua) kali dalam
setahun;
5. Menyusun laporan penyelenggaraan program
Sanimas di wilayahnya dan melaporkannya kepada
Pokja AMPL/Sanitasi provinsi melalui PPIU.
2.5.3. District Project Implementation Unit (DPIU)
DPIU dibentuk di tingkat Kabupaten / Kota diketuai oleh
Kepala / Wakil / Kepala Bidang pada Badan atau Dinas
Teknis dan ditetapkan melalui SK Bupati / Walikota.
Tugas DPIU antara lain:
1. Membantu Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten/kota
dalam melaksanakan tugas pengendalian pelaksanaan

16 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Sanimas ;
2. Melaksanakan sosialisasi program Sanimas dan promosi
sanitasi kepada Badan Keswadayaan
Masyarakat/Lembaga KeswadayaanMasyarakat
(BKM/LKM) untuk mendapatkan calon lokasi sasaran
dengan memperhatikan dokumen Strategi Sanitasi Kota
(SSK).
3. Bersama KPA menetapkan kelurahan Sanimas
berdasarkan hasil verifikasi;
4. Melaksanakan peningkatan pemahaman dan dukungan
program kepada stakeholder terkait dan kelompok
peduli di tingkat Kabupaten/kota;
5. Membangun kemitraan diantara stakeholder di tingkat
Kabupaten/kota;
6. Mengkoordinir seluruh kegiatan yang terkait
dengan penyelenggaraan program Sanimas di tingkat
Kabupaten/kota;
7. Memfasilitasi pembentukan Pokja Sanitasi Kelurahan,
KSM dan KPP;
8. Memastikan bahwa kebijakan kesetaraan kaum
perempuan, kelompok rentan/marjinal dan kepedulian
terhadap penduduk miskin telah dipertimbangkan di
dalam perumusan dokumen CSIAP dan RKM.
9. Melakukan verifikasi dan pengesahan Dokumen
Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/Community

KETENTUAN PELAKSANAAN 17
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Sanitation Action Plan (CSIAP) dan Rencana
Kegiatan Masyarakat (RKM) masing-masing lokasi
sasaran;
10. Melakukan pembinaan dan pengendalian
penyelenggaraan program pada tingkat
Kabupaten/kota;
11. Bersama Satker PIP/PPK Kegiatan Sanitasi, melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan program tingkat
Kabupaten/kota.
12. Fasilitasi pelaksanaan audit;
13. Mengelola penanganan pengaduan masyarakat di
tingkat Kabupaten/kota;
14. Mengumpulkan dokumen SP2D dari Satker
PIP/PPK Kegiatan Sanitasi Kabupaten/kota untuk
disampaikan kepada PPIU;
15. Mengusulkan dana operasional kegiatan DPIU dari APBD
Kabupaten/kota;
16. Mengusulkan revisi dokumen SSK kepada Pokja
AMPL/Sanitasi Kabupaten/kota apabila diperlukan;
17. Memfasilitasi kegiatan serah terima sarana sanitasi
yang sudah terbangun dan pembinaan terhadap KPP;
18. Melakukan pendampingan teknis dan
pemberdayaan masyarakat kepadaBKM/LKM, KSM
dan KPP;
19. Melaksanakan kegiatan pengawasan pekerjaan fisik dan

18 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
memantau proses pengajuan dan pemanfaatan dana
bantuan;
20. Menyampaikan Laporan Manajemen Keuangan (LMK)
dan Laporan Manajemen Proyek (LMP) dari Satker
PIP/PPK Kegiatan Sanitasi Kabupaten/kota kepada
PPIU setiap bulan;
21. Menyampaikan Laporan kinerja tiga bulanan TFL dan
TAMK kepada PPIU dan ditembuskan kepada CPMU
22. Memberikan pendampingan kepada BKM/LKM dalam
hal tidak tersedia TFL;
23. Mengatur pelaksanaan pertemuan koordinasi mingguan
dengan TFL, TAMK dan Satker serta melakukan
pencatatan hasil pertemuan tersebut untuk kemudian
dilampirkan pada laporan bulanan DPIU.
2.5.4. Satuan Kerja (Satker) dan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Kegiatan Sanitasi Tingkat Kabupaten/Kota
Kegiatan Sanimas di tingkat Kabupaten/kota berada pada
Satuan Kerja Pengembangan Infrastruktur Permukiman (PIP)
Kabupaten/kota dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat
oleh Menteri PUPR. Kelembagaan Satker PIP
Kabupaten/kota terdiri dari Kepala Satuan Kerja (Kasatker),
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kegiatan Sanitasi, Pejabat
Penguji Surat Perintah Membayar (SPM) dan Bendahara.
Penyelenggaraan Sanimas di tingkat kabupaten/kota

KETENTUAN PELAKSANAAN 19
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Kegiatan Sanitasi. PPK Kegiatan Sanitasi tingkat
kabupaten/kota bertugas mengelola dana bantuan di
tingkat kabupaten/kota yang telah ditetapkan dalam Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Tugas Satuan Kerja dan PPK Kegiatan Sanitasi
Kabupaten/kota antara lain :
1. Kepala Satker sebagai KPA bersama-sama dengan DPIU
menetapkan kelurahan penerima program Sanimas;
2. Melakukan koordinasi dengan DPIU dalam rangka
perencanaan dan pelaksanaan program;
3. Menandatangani dokumen kontrak Surat Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan (SP3) dengan BKM/LKM;
4. Menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)
berdasarkan rekomendasi dari TAMK dan TFL;
5. Fasilitasi kepada BKM mengenai kelengkapan
dokumen pendukung untuk syarat pencairan dana;
6. Dibantu oleh TAMK dan TFL, melakukan pemeriksaan
kepada BKM/LKM dan KSM mengenai kemajuan fisik
dan keuangan;
7. Melakukan amandemen/addendum dokumen kontrak
(SP3) sebelum termin 3;
8. Membuat dan menyampaikan Laporan Manajemen
Keuangan (LMK) dan Laporan Manajemen Proyek
(LMP) termasuk dokumentasi foto kepada DPIU

20 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
berdasarkan SP2D dan kemajuan fisik di lapangan;
9. Menyampaikan dokumen SP2D dan kelengkapannya
kepada DPIU;
10. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI);
11. Melakukan update progres keuangan dan fisik
melalui website e-Monitoring Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat pada saat terjadi
transaksi keuangan dan setiap bulan;
12. Melakukan pembinaan kepada BKM/LKM, dan KSM;
13. Melakukan pemeriksaan dokumen untuk
kelengkapan serah terima hasil penyelesaian
pekerjaan fisik;
14. Mengambil tindakan terhadap BKM/LKM yang tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam
dokumen kontrak (SP3);
15. Melaksanakan tindak lanjut terhadap rekomendasi
auditor.

2.6. ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT KELURAHAN


Pemerintah kelurahan, dalam hal ini Lurah, mempunyai peranan
yang sangat penting sekali di suatu wilayah khususnya bagi
masyarakat Kelurahan. Kelurahan sebagai organisasi pemerintahan
yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan masyarakat.
Lurah merupakan subjek yang harus mendorong partisipasi

KETENTUAN PELAKSANAAN 21
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
masyarakat dalam pembangunan melalui tuntutan dan anjuran
kepada masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan.
Tugas Lurah antara lain untuk:
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan program Sanimas di
wilayah kerjanya;
2. Memfasilitasi sosialisasi awal kesiapan masyarakat dan
Rembug Kelurahan Tahap I;
3. Turut mensosialisasikan penerapan prinsip-prinsip pelaksanaan
Sanimas ;
4. Mengesahkan usulan pembentukan KSM dan KPP hasil dari
rembug warga;
5. Memfasilitasi penyusunan rencana aksi perbaikan
sanitasi/Comunity Sanitation Improvement Action Plan (CSIAP);
6. Melaksanakan monitoring pelaksanaan kegiatan program
Sanimas ;
7. Mengetahui serah terima sarana sanitasi terbangun dari
DPIU kepada masyarakat (KPP);
8. Memfasilitasi Pokjasan Kelurahan dalam melaksanakan
tugasnya.

2.6.1. Kelompok Kerja Sanitasi (Pokjasan) Kelurahan


PokjaSan Kelurahan dibentuk berdasarkan kesepakatan
dalam Rembug Kelurahan tahap I. PokjaSan Kelurahan
merupakan wadah koordinasi yang bersifat non struktural
bagi pembangunan dan pengelolaan sanitasi di tingkat

22 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
kelurahan dan bertanggung jawab kepada masyarakat
melalui rembug kelurahan. PokjaSan terdiri dari wakil
kelurahan, posyandu, PKK, organisasi kemasyarakatan
lainnya, dan masyarakat calon penerima manfaat. Jumlah
anggota Pokjasan minimal sebanyak 5 orang, ketua Pokjasan
dipilih oleh anggota secara musyawarah, dan dituangkan
dalam berita acara.
Tugas pokok Pokjasan kelurahan adalah mengkoordinasikan
dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dalam perwujudan
pengelolaan sanitasi di tingkat kelurahan.
Pokjasan kelurahan bertugas antara lain:
1. Bekerjasama dengan BKM/LKM dan Kader Masyarakat
menyusun rencana aksi perbaikan sanitasi di tingkat
kelurahan (Community Sanitation Improvement Action
Plan/CSIAP).
2. Bekerjasama dengan BKM/LKM, Kader Masyarakat dan
KSM menyusun dokumen perencanaan.

2.7. ORGANISASI PENGELOLA TINGKAT MASYARAKAT


Masyarakat merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan
program di tingkat kelurahan, sehingga keberhasilan program ini
akan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat dalam
setiap tahapan kegiatan mulai dari proses penyiapan
masyarakat, sosialiasasi, perencanaan, pelaksanaan pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaannya.
KETENTUAN PELAKSANAAN 23
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Pengelolaan program Sanimas di tingkat kelurahan dilaksanakan
melalui organisasi/lembaga masyarakat dan kelompok swadaya
masyarakat dengan didampingi oleh tim fasilitator.
2.7.1. Badan Keswadayaan Masyarakat/Lembaga
Keswadayaan Masyarakat BKM/LKM
Sesuai dengan prinsip keterpaduan program, maka
pelaksanaan kegiatan Sanimas akan menggunakan
lembaga masyarakat yang sudah ada dan telah
berperan aktif dalam pelaksanaan program PNPM
Mandiri Perkotaan, yaitu BKM/ LKM yang ada di lokasi
kelurahan sasaran. BKM/LKM adalah penanggung jawab
pelaksanaan program Sanimas di tingkat masyarakat.
BKM/LKM dapat memfasilitasi pembentukan lebih dari satu
KSM sesuai dengan dana bantuan yang diterima.
Secara rinci tugas BKM/LKM dalam Program Sanimas adalah:
1. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai
program Sanimas secara terus menerus di tingkat
masyarakat;
2. Mengidentifikasi permasalahan sarana penyehatan
lingkungan permukiman di tingkat kelurahan;
3. Menyelenggarakan rembug warga;
4. Menjamin dan memfasilitasi keterlibatan kaum
perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk
miskin dalam setiap tahapan kegiatan;
5. Menyusun rencana aksi perbaikan sanitasi (Community

24 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Sanitation Improvement Action Plan) bersama-sama
dengan PokjaSan kelurahan;
6. Memfasilitasi pembentukan KSM dan KPP;
7. Bersama KSM menyusun dan mengajukan Rencana
Kegiatan Masyarakat (RKM);
8. Mengajukan RKM kepada DPIU untuk diverifikasi;
9. Bersama KSM membuka rekening atas nama
BKM/LKM dengan tanda tangan 2(dua) orang dari
BKM/LKM dan 1(satu) orang dari KSM;
10. Menjamin dan memfasilitasi terlaksananya transparansi
kegiatan;
11. Menandatangani kontrak kerja (SP3) dengan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) Kegiatan Sanitasi;
12. Melakukan pengajuan pencairan dana bantuan kepada
PPK Kegiatan Sanitasi;
13. Membuat Buku Kas Umum disertai dengan
bukti-bukti pengeluaran berdasarkan laporan yang
dibuat oleh KSM;
14. Menyusun laporan keuangan berdasarkan laporan
penggunaan dana yang dibuat oleh KSM;
15. Memonitor pelaksanaan kegiatan fisik;
16. Mengelola pengaduan masyarakat dengan
menugaskan salah satu anggota BKM/LKM;
17. Mendampingi KSM dalam menyelenggarakan
rembug warga untuk menyampaikan laporan

KETENTUAN PELAKSANAAN 25
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
kemajuan pelaksanaan kegiatan;
18. Mempublikasikan laporan bulanan kemajuan kegiatan
melalui papan informasi yang dapat diakses oleh semua
pihak;
19. Menyusun laporan akhir/pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan dengan dibantu KSM;
20. Bersama KSM menyelenggarakan rembug warga
RT/RW Tahap IV untuk menyampaikan laporan
akhir/pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan, dan
penggunaan dana bantuan;
21. Menyediakan data dan dokumen pendukung untuk
memenuhi proses audit kegiatan Sanimas oleh auditor
serta evaluasi oleh Executing Agency dan IDB;
22. Mendokumentasikan keseluruhan dokumen kegiatan
Sanimas untuk kebutuhan auditor dan arsip.
2.7.2. Kader Masyarakat
Kader Masyarakat adalah kader yang sudah ada di
masing-masing lokasi kelurahan sasaran yang terpilih,
merupakan warga setempat yang memiliki kemampuan
mengajak dan mendorong masyarakat setempat untuk
terlibat aktif dalam pelaksanaan program Sanimas.
Tugas dan fungsi Kader Masyarakat dalam program
Sanimas adalah:
1. Sebagai mitra TFL, BKM/LKM, PokjaSan Kelurahan
dan KSM dalam pendampingan masyarakat pada setiap

26 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
tahapan kegiatan Sanimas .
2. Sebagai tenaga pendampingan KPP pada tahap paska
konstruksi.
3. Sebagai penggerak dan narasumber yang terkait dengan
kondisi kelurahan dan bertindak sebagai mediator,
pengarah, sekaligus menjadi motivator bagi masyarakat
untuk melaksanakan program Sanimas agar
pelaksanaan program di tingkat kelurahan dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.
2.7.3. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
BKM/LKM memfasilitasi pembentukan KSM melalui Rembug
Warga di tingkat RT/RW Tahap II dengan bentuk dan
susunan struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dengan minimal 30% keanggotaannya adalah
kaum perempuan. Kepengurusan KSM tidak boleh dirangkap
oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dan BKM/LKM serta
pengurus KSM yang terbentuk tidak boleh mencalonkan
sebagai anggota legislatif.
Tugas KSM antara lain :
1. Menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
pembangunan sarana/prasarana sanitasi, DED, RAB
difasilitasi oleh TFL.
2. Melaksanakan kegiatan fisik/konstruksi di lapangan.
3. Menyelenggarakan rembug warga untuk
menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan

KETENTUAN PELAKSANAAN 27
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
kegiatan.
4. Menyusun rencana pendanaan operasi dan
pemeliharaan sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai.
Pembiayaan operasi dan pemeliharaan dapat diperoleh
melalui swadaya maupun melalui sumber pendanaan
APBD.
5. Menyusun rencana penggunaan dana (RPD) yang
akan diajukan kepada BKM/LKM.
6. Melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik
dan keuangan pembangunan sarana sanitasi setiap
minggu kepada BKM/LKM, dilengkapi dengan bukti
dokumen yang diperlukan.
7. Melakukan koordinasi dengan PokjaSan
kelurahan, BKM/LKM, Kader Masyarakat dan Tenaga
Fasilitator Lapangan selama pelaksanaan konstruksi;
2.7.4. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)
Secara inti kepengurusan maupun keanggotaannya
KPP diutamakan berasal dari KSM yang telah
melaksanakan pembangunan sarana sanitasi dan penerima
manfaat. Hal ini dimungkinkan karena merekalah (KSM)
yang telah merencanakan dan membangun sarana
tersebut. Dengan demikian mereka bersama masyarakat
akan semakin bertanggung jawab pada upaya menjaga dan
merawat sarana tersebut. Pembentukan KPP dilakukan
dalam kegiatan Rembug Warga Tingkat RT/RW Tahap III.

28 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Untuk memformulasikan hal ini, maka dalam AD/ART KPP
sudah harus dimunculkan pasal tentang Operasi dan
Pemeliharaan.
Ketua KPP tidak boleh dirangkap oleh Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL), Koordinator BKM/LKM dan
Ketua KSM. Pengurus KPP yang terbentuk tidak boleh
mencalonkan sebagai anggota legislatif.
Tugas dan fungsi KPP adalah :
1. Mengumpulkan iuran, membuat perencanaan
belanja, membukukan dan melaporkan secara rutin;
2. Mengoperasikan dan memelihara sarana fisik sanitasi
berbasis masyarakat;
3. Mengontrol semua saluran perpipaan secara rutin;
4. Mengembangkan mutu pelayanan & jumlah sarana
pengguna;
5. Melakukan kampanye tentang kesehatan rumah tangga
dan lingkungan.

2.8. KONSULTAN MANAJEMEN


Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan Program Sanimas
didukung oleh konsultan yang memberi pendampingan teknis dan
kendali mutu yang ditempatkan di tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten/kota dan Kelurahan. Tugas konsultan manajemen di
tingkat pusat dan daerah adalah sebagai berikut:

KETENTUAN PELAKSANAAN 29
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2.8.1. Konsultan Tingkat Pusat
Konsultan tingkat pusat bertugas untuk memberikan
dukungan manajemen dan teknis kepada CPMU dalam
menyelenggarakan program Sanimas agar pelaksanaan
program dapat sesuai dengan prinsip-prinsip,
pendekatan, kriteria dan indikator keberhasilan
pelaksanaan program. Konsultan Tingkat Pusat
bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya
kepada CPMU.
Tugas Konsultan Tingkat Pusat antara lain:
1. Memberikan dukungan teknis dan manajemen kepada
CPMU dalam penyelenggaraan Program Sanimas di
tingkat pusat;
2. Membantu CPMU dalam pelaksanaan peningkatan
kapasitas bagi staff CPMU, PPIU, DPIU, Konsultan
Regional dan Tenaga Fasilitator Lapangan;
3. Melakukan pengendalian pelaksanaan program Sanimas
tingkat nasional;
4. Memberikan saran penanganan pengaduan, serta
alternatif tindak lanjut penanganannya kepada CPMU;
5. Melakukan evaluasi program yang mencakup
pencapaian tujuan dan sasaran program;
6. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan CPMU,
PPIU dan DPIU;
7. Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan

30 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
kemajuan fisik dan keuangan, laporan mingguan
dan laporan bulanan sesuai dengan format- format
yang telah ditetapkan, serta menyusun laporan
triwulan, dan laporan lainnya yang disepakati dalam
kontrak;
8. Menyusun dan melaporkan kemajuan fisik dan
keuangan pelaksanaan program kepada CPMU dan
Satker di tingkat Pusat.
2.8.2. Konsultan Regional
Konsultan Regional berkedudukan di ibu kota provinsi yang
ditentukan CPMU, bertugas mendukung PPIU dan DPIU
dalam penyelenggaraan program dan selalu berkoordinasi
dengan konsultan tingkat pusat. Konsultan Regional
bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya
kepada CPMU melalui Satker Pusat, PPIU, DPIU dan
Konsultan Tingkat Pusat.
Pada tahap persiapan, Konsultan Regional berkewajiban
menyiapkan pelaksanaan sosialisasi, diseminasi dan
pelatihan di tingkat provinsi dan Kabupaten/kota. Pada
tahap pelaksanaan, Konsultan Regional bertanggung jawab
untuk melakukan pendampingan, supervisi dan monitoring
serta memberikan dukungan teknis dan manajemen dalam
penyelenggaraan program di tingkat provinsi dan
Kabupaten/kota.
Secara rinci tugas dan tanggung jawab Konsultan Regional

KETENTUAN PELAKSANAAN 31
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
adalah:
1. Membantu Pokja Sanitasi Provinsi dan PPIU dalam
mensosialisasikan program Sanimas kepada stakeholder
Kabupaten/kota;
2. Membantu Satker Provinsi dan PPIU dalam
pengelolaan manajemen proyek mencakup progres
fisik dan keuangan, serta penyaluran dana;
3. Melakukan pendampingan kepada PPIU dan DPIU
dalam penyelenggaraan sosialisasi di tingkat Provinsi
dan Kabupaten/kota;
4. Menjamin penerapan prosedur pelaksanaan Sanimas
sesuai dengan pedoman dan petunjuk teknis yang
berlaku;
5. Menjamin penerapan Quality Assurance pada setiap
tahapan pelaksanaan program;
6. Menjamin penyebarluasan informasi program
melalui media informasi dan komunikasi;
7. Memberikan saran penanganan pengaduan, serta tindak
lanjut dan melaporkan hasilnya kepada PPIU dan DPIU;
8. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
KONSULTAN TINGKAT PUSAT, PPIU, DPIU, Satker Pusat,
Satker Provinsi dan Satker Kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan program;
9. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan
pelaksanaan (sosialisasi, persiapan, perencanaan,

32 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
pelaksanaan fisik dan pemeliharaan);
10. Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan
bulanan, laporan interim dan laporan akhir serta
melaporkannya kepada DPIU, PPIU dan CPMU.
Dalam pelaksanaannya, pendampingan Konsultan Regional
di tingkat Kabupaten/kota dilakukan oleh Tenaga Ahli
Manajemen Kabupaten/kota (TAMK) yang bertugas
mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan capacity
building bagi para pelaksanaan program di tingkat
kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan.
Tugas dan tanggung jawab TAMK antara lain:
1. Membantu DPIU dalam perencanaan kegiatan
Sanimas di tingkat kabupaten/kota;
2. Membantu penyiapan pelaksanaan Rembug
Kelurahan dan penyiapan penerapan prosedur dan
pedoman baik teknis maupun non teknis seperti
pemberdayaan masyarakat, sosial, lingkungan, teknis
pelaksanaan prasarana;
3. Memberikan dukungan upaya penyadaran sanitasi
dan promosi perubahan perilaku masyarakat.
4. Memberikan dukungan teknis dalam proses
perencanaan kegiatan di tingkat kelurahan;
5. Membantu Satker Kabupaten/kota dalam hal
memverifikasi CSIAP dan RKM yang disusun oleh
BKM/LKM;

KETENTUAN PELAKSANAAN 33
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
6. Mendukung Tenaga Ahli Pelatihan konsultan
tingkat pusat dan konsultan regional dalam
penyiapan kebutuhan pelatihan dan pemantauan hasil
pelatihan;
7. Melakukan pendampingan, supervisi dan monitoring
pelaksanaan tahapan kegiatan;
8. Memberikan saran penanganan pengaduan, serta
alternatif tindak lanjut penanganannya kepada DPIU dan
BKM/LKM;
9. Melakukan evaluasi pelaksanaan program Sanimas di
wilayah kerjanya;
10. Melakukan evaluasi kinerja TFL setiap tiga bulan dan
hasilnya disampaikan kepada konsultan regional, DPIU
dan Satker PSPLP Provinsi;
11. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Satker
PIP Kabupaten/kota, DPIU, konsultan regional dan TFL;
12. Mengumpulkan data pencairan dana/rekapitulasi SPM
dan SP2D di lingkup wilayah kerjanya dan disampaikan
kepada konsultan regional;
13. Menjamin spesifikasi teknis sarana Sanitasi yang
direncanakan oleh BKM/LKM sesuai dengan Petunjuk
Teknis yang ditetapkan;
14. Memfasilitasi penyusunan rencana operasi dan
pemeliharaan;
15. Melaksanakan verifikasi perencanaan dan verifikasi

34 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
dokumen pencairan;
16. Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan
kemajuan fisik dan keuangan, laporan mingguan dan
laporan bulanan sesuai dengan format-format yang
telah ditetapkan, serta menyusun laporan triwulan,
dan laporan lainnya untuk disampaikan kepada
konsultan regional.
2.8.3. Konsultan Provinsi
CPMU atas persetujuan pemberi pinjaman (IDB) dapat
membentuk konsultan tingkat provinsi. Konsultan Tingkat
Provinsi berkedudukan di provinsi masing-masing penerima
program Sanimas.
2.8.4. TENAGA FASILITATOR LAPANGAN (TFL)
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) merupakan pelaku utama
pendamping pelaksanaan program secara langsung di
tingkat masyarakat. Dalam melaksanakan tugas, TFL akan
bekerja secara tim. Setiap tim Fasilitator terdiri dari 3 (tiga)
orang yang terdiri dari 1 (satu) orang fasilitator
pemberdayaan sanitasi, 1(satu) orang fasilitator teknik dan
1 (satu) orang fasilitator manajemen untuk menangani 3
(tiga) lokasi, atau disesuaikan dengan jumlah lokasi sasaran
dengan mempertimbangkan aksesibilitas pendampingan
dan kondisi lapangan.
Fasilitator tidak boleh merangkap pekerjaan ditempat lain
dan juga tidak boleh merangkap sebagai BKM/LKM, KSM dan

KETENTUAN PELAKSANAAN 35
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
KPP, serta tidak boleh mencalonkan sebagai anggota
legislatif atau sebagai partisipan calon legislatif.
Ketentuan tentang persyaratan perekrutan fasilitator setiap
tahun anggaran ditentukan oleh Satker penyelenggara atas
arahan CPMU.
Secara umum tugas dari Tim Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL) adalah sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan DPIU dan PokjaSan untuk
melakukan promosi sanitasi kepada masyarakat
terhadap pentingnya sanitasi, serta mengajak
masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap tahapan
kegiatan;
2. Memfasilitasi dan membantu BKM/LKM dalam
penyusunan CSIAP dan membantu KSM dalam
menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM);
3. Menjamin bahwa kelompok penerima manfaat
termasuk perempuan, kelompok rentan dan
penduduk miskin sudah dilibatkan pada saat proses
persiapan, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi;
4. Melakukan dokumentasi seluruh pelaksanaan kegiatan
di tingkat masyarakat.
5. Mendampingi BKM dan KSM dalam proses audit oleh
auditor, evaluasi oleh Executing Agency dan IDB;
6. Menyusun laporan bulanan kegiatan TFL sesuai
dengan format yang telah ditetapkan dan

36 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
disampaikan kepada Satker PSPLP Provinsi, konsultan
regional/TAMK, dan DPIU;
7. Mendampingi BKM/LKM dan KSM dalam melakukan
koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan
di tingkat Kecamatan dan kelurahan pada setiap
tahapan kegiatan;
Sedangkan tugas Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) secara
khusus terbagi sesuai uraian sebagai berikut:
a. Fasilitator Pemberdayaan Sanitasi
Tugas fasilitator pemberdayaan sanitasi adalah :
1. Membantu KSM dalam menggali sumber-sumber
pembiayaan dari swadaya masyarakat termasuk
ketersediaan lahan dari masyarakat;
2. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
pengelola kegiatan di tingkat kecamatan dan
kelurahan pada setiap tahapan kegiatan;
3. Memastikan bahwa kegiatan promosi sanitasi
terlaksana di setiap tahapan kegiatan Sanimas
b. Fasilitator Teknik
Tugas fasilitator teknik adalah :
1. Mendampingi KSM dalam melaksanakan kegiatan
konstruksi/fisik;
2. Mendampingi BKM/LKM dan KSM dalam
penyusunan pelaporan progres kegiatan fisik;
3. Membantu tim pengadaan barang dan jasa dalam
KETENTUAN PELAKSANAAN 37
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
melakukan survey harga bahan bangunan dan
ketersediaan potensi bahan bangunan lokal;
c. Fasilitator Manajemen
Tugas Fasilitator Manajemen adalah :
1. Mendampingi KSM dalam pengelolaan dana bantuan;
2. Mendampingi PPK Kegiatan Sanitasi dalam
proses pengajuan pencairan dana;
3. Melakukan pendampingan dalam hal
kelembagaan dan manajemen kegiatan;

38 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

Gambar 2.1. Organisasi Pelaksana Sanimas

KETENTUAN PELAKSANAAN 39
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2.9. PENDANAAN
2.9.1. Sumber Dana Sanimas IDB
Sumber dana program Sanimas berasal dari :
 Dana pinjaman dari IDB (Islamic Development Bank)
sebagai pinjaman Pusat, yang akan digunakan untuk
kegiatan pelaksanaan konstruksi (dana bantuan), biaya
konsultan dan workshop;
 Dana APBN (Rupiah) yang akan digunakan untuk
biaya gaji TFL, sosialisasi, pelatihan, monitoring dan
supervisi;
 Dana APBD yang akan digunakan untuk dana
operasional untuk mendukung pelaksanaan program;
o Dana APBD provinsi dialokasikan paling sedikit 1%
dari total dana bantuan per provinsi diperuntukan
kegiatan tingkat provinsi untuk :
1. Sosialisasi program tingkat provinsi,
2. Rapat koordinasi tingkat provinsi,
3. Biaya operasional PPIU,
4. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan
program,
5. Penyusunan pelaporan.
o Dana APBD Kabupaten/kota dialokasikan paling
sedikit 5% dari total dana bantuan
kabupaten/kota diperuntukan kegiatan tingkat
kabupaten/kota sampai dengan kelurahan
40 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
meliputi:
1. Sosialisasi program tingkat kabupaten/kota
sampai tingkat kelurahan
2. Rapat koordinasi tingkat kabupaten/kota
3. Peningkatan kapasitas warga dalam tahap
perencanan program di tingkat masyarakat
dan biaya operasional penyusunan dokumen
RKM
4. Biaya operasional DPIU
5. Biaya operasional satker PIP kabupaten/kota
6. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan
program
7. Penyusunan pelaporan
 Dana swadaya masyarakat.

Dana swadaya masyarakat berasal dari calon


pemanfaat dan non pemanfaat yang dapat di
pergunakan dalam setiap tahapan kegiatan Sanimas
2.9.2 Dana Lainnya
Program sanimas membuka peluang untuk pendanaan
yang bersumber dari dana lainnya untuk mendukung
pelaksanaan dan pengembangan sarana prasarana
sanimas IDB. misalnya : Dana CSR, Dana Desa, APBD, DAK
Sub Bidang Sanitasi dan Swasta.
2.9.3 Penyaluran Dana Bantuan
Dana Bantuan disalurkan melalui rekening khusus pada

KETENTUAN PELAKSANAAN 41
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
BKM/LKM.
2.9.4 Penggunaan Dana Bantuan
Dana bantuan digunakan untuk pembangunan baru
infrastruktur sanitasi dengan opsi pilihan sarana sebagai
berikut :
1. Pembangunan IPAL Komunal dengan sistem perpipaan
2. Kombinasi IPAL Komunal dengan sistem perpipaan dan
MCK.
3. Pengembangan jaringan dan Sambungan Rumah pada
lokasi Sanimas IDB sebelumnya.
Kriteria pemilihan teknologi akan dijelaskan dalam
Petunjuk Teknis Pembangunan Infrastruktur Sanimas
Besaran alokasi dana bantuan yang disediakan untuk
pembangunan prasarana- sarana sanitasi bagi setiap
1 (satu) lokasi sasaran maksimal sebesar
Rp.425.000.000 (empat ratus dua puluh lima juta rupiah)
termasuk maksimal 10% untuk komponen penunjang
berupa penyediaan air bersih, drainase dan sarana
persampahan.
Rincian penggunaan dana bantuan adalah : a) minimal
60% untuk biaya konstruksi. b) maksimal 35% untuk
biaya upah, c) maksimal 5% hanya operasional
pelaksanaan fisik sedang berlangsung sampai dengan
masa tes komisioning dan asuransi pekerja.

42 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2.9.4. Mekanisme Pencairan Dana Bantuan
Pencairan dana bantuan kegiatan sanitasi menggunakan
mekanisme Rekening Khusus Bank Indonesia (RKBI),
dan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Dana kegiatan untuk masing-masing
kabupaten/kota disalurkan melalui dokumen
anggaran/DIPA Satker PIP Kabupaten/Kota.
2. Penerima dana bantuan adalah masyarakat
kelurahan dan disalurkan melalui rekening khusus
BKM/LKM.
3. Secara khusus koordinator BKM/LKM diwajibkan
membuka rekening dana bantuan pemerintah
program Sanimas di Bank Umum terdekat atas nama
BKM/LKM dan memberitahukan nomor rekeningnya
kepada PPK Sanitasi Kabupaten/kota.
4. Apabila dalam satu kelurahan mendapat dana
bantuan lebih dari 1 sistem komunal,maka
koordinator BKM/LKM diwajibkan membuka
rekening sesuai dengan jumlah sistem komunal
tersebut (lebih dari satu rekening)
5. Kontrak kerja ditandatangani oleh PPK Sanitasi
Kabupaten/kota dengan BKM/LKM
6. Penyaluran dana kepada masyarakat dilakukan
dalam 3 Tahap, yaitu: Tahap I sebesar 40 % dari
total dana bantuan setelah CSIAP dan RKM disetujui,
Tahap II sebesar 30% dari total dana bantuan pada
KETENTUAN PELAKSANAAN 43
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
saat pekerjaan fisik mencapai minimal 30%, dan
tahap III sebesar 30% dari total dana bantuan pada
saat pekerjaan fisik mencapai minimal 60% dan
pekerjaan pemasangan SR sudah terpasang
minimal 50% dari rencana. Pencairan dana
untuk pembayaran kegiatan Sanimas dilakukan
dengan tata cara Rekening Khusus, dimana KPPN
menerima Surat Perintah Membayar (SPM) dari
Kuasa Pengguna Anggaran.
7. Satker/PPK Sanitasi Kabupaten/kota dapat
melakukan penangguhan terhadap pencairan dana
bantuan Tahap II dan Tahap III, jika terjadi
penyimpangan didalam pelaksanaan kegiatan di
lapangan dan/atau penyimpangan didalam
penggunaan dana yang dinyatakan dalam berita
acara hasil rembug warga, maka Kasatker bersama
tim yang terdiri dari TFL, BKM, TAMK, dan PPK
sanitasi segera melakukan investigasi permasalahan
dan menyusun rencana tindak lanjut.
2.9.5. Ketentuan Pengembalian Dana Bantuan
a. Apabila di dalam pelaksanaan kegiatan program
Sanimas terjadi atau ditemui penyelewengan dan
penyalahgunaan dana oleh pelaku kegiatan atau dari
pihak manapun, maka yang bersangkutan wajib
mengembalikan dana bantuan tersebut kepada

44 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
masyarakat setempat untuk digunakan sesuai
dengan pedoman kegiatan program yang telah
ditetapkan.
b. Untuk lokasi yang batal atau mundur, maka dana
bantuan yang sudah dicairkan diharuskan
dikembalikan ke Kas Negara atau dialihkan ke lokasi
lain yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
2.9.6. Kelebihan Dana Bantuan
Apabila terdapat efisiensi kegiatan di lapangan sehingga
menyebabkan terjadinya sisa dana bantuan, maka :
- BKM atas usulan KSM mengajukan addendum
pekerjaan kepada PPK untuk optimalisasi atau
pengembangan jaringan sambungan rumah.
- Dikembalikan ke Kas Negara
Kedua opsi diatas dipilih dan diputuskan melalui rembug
warga.

KETENTUAN PELAKSANAAN 45
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

Gambar 2.2 Mekanisme Pencairan Dana Bantuan Sanimas

46 KETENTUAN PELAKSANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2.10. PENGARUSTAMAAN GENDER
Dalam pelaksanaan Sanimas, pendekatan kesetaraan dan
keadilan gender dimana terdapat kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan dalam setiap tahap kegiatan dan dalam
pemanfaatan hasil kegiatan pembangunan.
Beberapa strategi untuk mencapai kesetaraan gender sebagai
berikut :
1. Sinkronisasi kegiatan Sanimas dengan kegiatan kelompok
perempuan
2. Pelaksanaan rembug warga disesuaikan dengan waktu luang
kaum perempuan
3. Penyebutan nama kaum perempuan di undangan rembug
4. Pelaksanaan kampanye atau promosi sanitasi secara rutin
oleh BKM
5. Sarana IPAL Komunal dengan sistem perpipaan dan
kombinasi MCK dengan perpipaan memenuhi kebutuhan
kaum perempuan dan kelompok rentan/marjinal
6. Kepengurusan KSM dan KPP minimal 30% kaum perempuan

KETENTUAN PELAKSANAAN 47
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB III
TAHAPAN PENYIAPAN WARGA

3.1. PROMOSI SANITASI


Upaya menyebarluaskan informasi tentang suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.

3.2. SOSIALISASI AWAL TINGKAT KELURAHAN


Sosialisasi adalah upaya memperkenalkan atau menyebarluaskan
informasi mengenai program Sanimas kepada masyarakat sebagai
penerima program dan pelaksana kegiatan, serta kepada para
pelaku dan institusi atau lembaga masyarakat pendukung
program di tingkat kelurahan.
Sosialisasi harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan-kegiatan
rembug/rapat atau pertemuan-pertemuan, baik pertemuan kelompok,
keagamaan, arisan, maupun pertemuan-pertemuan lain yang ada di
kelurahan, serta melalui penempelan poster-poster di lokasi kelurahan
terpilih. Kegiatan ini juga menjadi sarana pendekatan TFL dengan
masyarakat serta kesempatan bagi TFL untuk melakukan orientasi
lapangan. Kegiatan sosialisasi di tingkat kelurahan dipersiapkan dan
dilaksanakan oleh Lurah, BKM/LKM dan TFL.

TAHAPAN PENYIAPAN WARGA 49


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Tujuan Sosialisasi
Melalui kegiatan sosialisasi yang intensif diharapkan dapat mendorong
partisipasi masyarakat dalam pelaksanakan tahapan program,
sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan di kelurahan tidak
hanya ditetapkan oleh aparat pemerintah kelurahan atau tokoh-
tokoh masyarakat, namun melibatkan representasi
masyarakat/laki-laki dan perempuan. Pada kegiatan sosialisasi di
tingkat kelurahan ini sekaligus dilaksanakan juga penandatanganan
Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat sebagai bentuk komitmen
masyarakat untuk melaksanakan tahapan program sesuai dengan
ketentuan/pedoman dan prinsip - prinsip pelaksanaan yang
ditetapkan. Narasumber dalam kegiatan sosialisasi tingkat
kelurahan adalah TFL, pihak Kecamatan, dan DPIU.
Peserta Sosialisasi Kelurahan
1. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan wakil Kelompok/Organisasi
Masyarakat, wakil yang merepresentasikan persebaran wilayah di
kelurahan.
2. Aparat Pemerintahan Kelurahan, para ketua RT/RW setempat,
dan Aparat Pemerintah Kecamatan.
3. Peserta yang hadir pada Sosialisasi Kelurahan minimal 30%
perempuan.
4. Peserta sosialisasi bertanggung jawab untuk
menyebarluaskan informasi dilingkungan masing-masing.
5. Peserta sosialisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan
pemilihan wakil yang akan hadir dalam rembug-rembug

50 TAHAPAN PENYIAPAN WARGA


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
berikutnya.
Format-format untuk pelaksanaan sosialisasi dapat dilihat pada
Lampiran Pedoman Sanimas Format 1.1 - 1.4 Setelah sosialisasi
dilaksanakan, BKM/LKM dengan dibantu Kader Masyarakat, Lurah dan
TFL mempersiapkan Rembug Kelurahan Tahap I dengan menyebarkan
undangan kepada para Aparat Kelurahan, pengurus RT/RW
setempat, Tokoh Masyarakat, Aparat Kecamatan, dan DPIU.

3.3. REMBUG KELURAHAN TAHAP I


Rembug Kelurahan Tahap I dipersiapkan dan dilaksanakan oleh
BKM/LKM dengan didampingi oleh Kader Masyarakat, Lurah dan
TFL. Narasumber dalam kegiatan ini adalah TFL, pihak Kecamatan dan
DPIU.
Tujuan Rembug Kelurahan Tahap I:
Rembug Kelurahan Tahap I bertujuan :
1. Memahami prinsip-prinsip dan mekanisme penyelenggaraan
program;
2. Menyamakan persepsi/pandangan dalam pelaksanaan program;
3. Menyepakati kesiapan dalam menerima program.
Materi yang akan disampaikan pada Rembug Kelurahan Tahap I
adalah:
1. Prinsip-prinsip, pendekatan dan mekanisme program;
2. Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat;
3. Tugas, fungsi dan ketentuan dasar Pokjasan kelurahan (masa tugas,
wewenang dll);

TAHAPAN PENYIAPAN WARGA 51


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
4. Mekanisme seleksi kampung dengan metode S e l o t i f
(Seleksi Lokasi Partisipatif)
Peserta Rembug Kelurahan Tahap I:
1. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan wakil Kelompok/Organisasi
Masyarakat, wakil yang merepresentasikan persebaran wilayah di
kelurahan.
2. Aparat Pemerintahan Kelurahan, para ketua RT/RW (atau
sebutan lainnya)setempat, dan Aparat Pemerintah Kecamatan.
3. Peserta yang hadir pada Rembug Kelurahan Tahap I minimal 30%
wakil perempuan.
Persiapan pelaksanaan Rembug Kelurahan Tahap I:
1. BKM/LKM dibantu Kader Masyarakat (KM) dan TFL
memfasilitasi kesepakatan antara Aparat Pemerintahan
Kelurahan dan Pengurus RT/RW mengenai waktu dan tempat
Rembug Kelurahan Tahap I;
2. BKM/LKM dibantu Kader Masyarakat (KM) dan TFL menyebarkan
undangan kepada Para Pengurus RT/RW, dengan langsung
menuliskan dalam undangan nama yang bersangkutan. BKM/LKM
disarankan mengajak perwakilan masyarakat, dengan
mengutamakan kaum perempuan dan kelompok masyarakat miskin
(Format 1.5 Lampiran);
3. BKM/LKM dibantu Kader Masyarakat (KM) dan TFL
mengundang Aparat Pemerintahan Kelurahan, Aparat
Pemerintahan Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama
dan Kelompok/Organisasi Masyarakat;

52 TAHAPAN PENYIAPAN WARGA


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
4. BKM/LKM dibantu Kader Masyarakat (KM) dan TFL
mengundang DPIU, Satker Kabupaten/Kota dan TAMK untuk
bertindak sebagai narasumber dan sebagai wakil Pemerintah dalam
penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat;
5. BKM/LKM dibantu Kader Masyarakat (KM) dan TFL
membantu Aparat Pemerintahan Kelurahan dalam menyiapkan
tempat pertemuan, peralatan dan materi yang diperlukan;
6. BKM/LKM dibantu Kader Masyarakat (KM) dan TFL
menyiapkan Daftar Hadir, membuat Notulensi serta
pendokumentasian kegiatan Sosialisasi dan Surat Pernyataan
Kesiapan Masyarakat.

TAHAPAN PENYIAPAN WARGA 53


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

(Format 1.7 – 1.9 Lampiran);

BOX 2.1
CEKLIS PERSIAPAN REMBUG KELURAHAN TAHAP I
 Menyiapkan undangan minimal satu minggu sebelum
pelaksanaan pertemuan. Isi undangan menyebutkan waktu, tempat
dan tujuan pertemuan secara jelas.
 Undangan ditandatangani oleh pihak penyelenggara.
 Konfirmasi Pemberitahuan Kehadiran Peserta (minimal 2 hari sebelum
pelaksanaan).
 Tempat dan peralatan telah tersedia dan cukup memadai.
 Konsumsi sesuai perkiraan jumlah peserta
 Materi dan Bahan yang akan dibagikan telah tersedia sesuai
perkiraan jumlah peserta.
 Adakan pertemuan dengan penyelenggara dan penyaji lainnya untuk
membicarakan rincian pelaksanaan pertemuan dan peran masingmasing.
 Daftar Hadir dan alat pendokumentasian (kamera atau video)
 Jadwal Acara

54 TAHAPAN PENYIAPAN WARGA


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Proses Pelaksanaan Rembug Kelurahan Tahap I:
1. Perkenalan antara Narasumber dengan peserta undangan;
2. Narasumber memaparkan tentang Gambaran Umum,
prinsip-prinsip serta mekanisme pelaksanaan program
Sanimas, terutama sistem seleksi kampung dan proses
SELOTIF yang dilaksanakan di tingkat RT/RW;
3. Diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya;
4. Penjelasan mengenai pentingnya Surat Pernyataan Kesiapan
Masyarakat;
5. Pembentukan Pokjasan kelurahan;
6. Penyepakatan jadwal pelaksanaan kegiatan berikutnya;
7. BKM/LKM dibantu Kader Masyarakat dan TFL membuat
notulensi rapat dan dokumentasi.

TAHAPAN PENYIAPAN WARGA 55


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BOX 2.2 CEKLIS INFORMASI DAN MATERI DALAM REMBUG KELURAHAN

 Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran Program Sanimas


 Prinsip‐Prinsip Program.

 Sumber dan Alokasi Dana.

 Mekanisme Pencairan Dana.

 Para Pelaku Program dan tugas‐tugasnya

 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

1. Tahap Penyiapan masyarakat

2. Tahap Perencanaan, ditekankan pada sistem seleksi lingkungan dan


penjelasan mengenai Survey Pemetaan Sanitasi

3. Tahap Pelaksanaan Fisik

4. Tahap Pasca Pelaksanaan Fisik

Catatan
Untuk kelurahan yang pernah mendapatkan bantuan
pemberdayaan dan pernah melaksanakan rembug–rembug
penyiapan masyarakat, maka proses rembug penyiapan dilakukan
dengan:
a. Memperluas jangkauan penyebarluasan informasi pada kelompok
lainnya;
b. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program-
program sebelumnya terutama pada tingkat partisipasi
masyarakatnya.

56 TAHAPAN PENYIAPAN WARGA


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB IV
TAHAP PERENCANAAN

Tahap perencanaan merupakan lanjutan dari tahapan persiapan. Kegiatan-


kegiatan dalam tahapan ini akan dilakukan di RT atau RW (atau dengan
sebutan lainnya) setempat. Adapun kegiatan utama pada tahap perencanaan
meliputi:

4.1. PROMOSI SANITASI


Upaya menyebarluaskan informasi tentang suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.

4.2. PELAKSANAAN PEMETAAN SANITASI KELURAHAN


Pemetaan Sanitasi Kelurahan dilakukan oleh BKM / LKM dan KSM di
bantu oleh kader masyarakat setempat dan di fasilitasi TFL
untuk melakukan pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi
pelayanan sanitasi kelurahan, kondisi kependudukan, sampai
dengan permasalahan sanitasi yang dihadapi sebagai bahan
untuk menyusun CSIAP dan Rencana Kerja Masyarakat. Contoh
Format dan petunjuk yang digunakan dalam proses ini dapat dilihat
dalam Format 2.1-2.4 Lampiran.
Data dan Informasi yang akan digali melalui Pemetaan Sanitasi
Kelurahan ini adalah:
TAHAP PERENCANAAN 57
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
1. Kondisi wilayah, dilakukan dengan membuat peta sederhana
kawasan desa, yang berisi:
 Tata letak tapak,
 Status tanah dan penguasaan,
 Peta Jaringan Sanitasi,
 Kondisi Prasarana dan Sarana Sanitasi yang ada,
 Permasalahan Sanitasi yang ada (Kesehatan dan Pencemaran
Lingkungan) (lihat Format 2.4)
2. Kondisi demografi, dilakukan dengan:
 Pengumpulan dan pemutakhiran data kependudukan;
 Pengumpulan data sosial masyakarat seperti tingkat
pendidikan, strata ekonomi;
 Pengumpulan data permasalahan kependudukan yang
mencakup permasalahan sosial seperti konflik antar penduduk;
 Pemetaan Sanitasi Kelurahan dilaksanakan oleh Pokja
Sanitasi, BKM/LKM bersama dengan KM dan TFL serta relawan
masyarakat dari masing-masing RT/RW (atau sebutan lainnya) .

4.3. PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI PERBAIKAN


SANITASI (COMMUNITY SANITATION IMPROVEMENT
ACTION PLAN/CSIAP)
Dari hasil Pemetaan Sanitasi Kelurahan, kemudian Pokja Sanitasi, KM
didampingi oleh BKM/LKM dan TFL melakukan identifikasi
permasalahan dan pemetaan kondisi sanitasi kelurahan. Hasil

58 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
identifikasi permasalahan kemudian dicermati bersama oleh Pokja
Sanitasi dan KM yang didampingi TFL untuk merumuskan kondisi
sanitasi kelurahan, serta menyusun Dokumen Rencana Perbaikan
Sanitasi di tingkat Kelurahan atau Community Sanitation Improvement
Action Plan (CSIAP).

Penyusunan Dokumen Rencana Perbaikan Sanitasi dilakukan dengan:


1. Penyusunan daftar identifikasi masalah, yang dilakukan
dengan mengkompilasi data dan permasalahan sanitasi;
TAHAP PERENCANAAN 59
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2. Penentuan daerah-daerah bermasalah, penentuan daerah
bermasalah diidentifikasi dari hasil kompilasi data dan
permasalahan sanitasi yang disusun yang kemudian dinilai skala
prioritasnya dengan menggunakan Metoda Metaplan. Dengan
menggunakan metaplan, penentuan daerah penerima manfaat
program dapat dilakukan secara optimal.
Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/CSIAP ini disusun secara
partisipatif oleh PokjaSan Kelurahan dan BKM/LKM dengan
didukung oleh perwakilan masyarakat, tokoh masyarakat dan
dilakukan konsultasi kepada pemerintah setempat, masyarakat
dan Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten/Kota. Hal yang perlu
ditekankan pada tahap ini adalah bahwa usulan kegiatan yang
muncul harus sesuai dengan Strategi Sanitasi Kabupaten/kota
yang telah disusun oleh pemerintah kabupaten/kota, dalam hal ini
maka masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator harus
berkoordinasi dengan tim Pokja AMPL/Sanitasi tingkat
kabupaten/kota.
CSIAP merupakan perencanaan partisipatif jangka menengah,
dengan jangka waktu 3 tahun, mengenai rencana investasi
pembangunan sarana sanitasi komunal, upaya peningkatan
kualitas hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat tingkat
kelurahan dari hasil pemetaan sanitasi serta usulan kegiatan
pembangunan skala kecil yang diusulkan oleh kelompok
masyarakat. Hasil pemetaan sanitasi menjadi input penting
dalam penyusunan perencanaan ini.

60 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

Kerangka isi dokumen CSIAP sebagai berikut:


KATA PENGANTAR (dari PokjaSan kelurahan)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Pengertian Dasar Sanitasi.
1.3. Maksud dan Tujuan.
BAB II PROFIL KELURAHAN
2.1. Administratif, kependudukan, Pendidikan,
Kesehatan, Sosial Masyarakat, Perekonomian.
2.2. Kelembagaan masyarakat.
BAB III PROFIL SANITASI KELURAHAN
3.1. Kondisi Umum Sarana dan Prasarana Sanitasi.
3.2. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga.
3.3. Pengelolaan Persampahan.
3.4. Pengelolaan Drainase lingkungan.
3.5. Penyediaan Air Bersih.
BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN SANITASI
(Rumusan permasalahan Sanitasi yang ada di kelurahan,
termasuk identifikasi kawasan yang beresiko sanitasi)
BAB V UPAYA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SANITASI
(Rumusan usulan program dan kegiatan serta rencana tindak
pengembangan pengelolaan sanitasi di kelurahan).

TAHAP PERENCANAAN 61
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
BAB VI PROGRAM PENDUKUNG PERUBAHAN PERILAKU
(kegiatan pendukung terjadinya perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat)
BAB VII PENUTUP LAMPIRAN
Hasil dari perumusan masalah kemudian dijadikan bahan dalam
Rembug Kelurahan Tahap II.

4.4. REMBUG KELURAHAN TAHAP II


Setelah pemetaan sanitasi dan penyusunan CSIAP, maka tahapan
berikutnya adalah melakukan Rembug Kelurahan Tahap II. Kegiatan ini
disiapkan oleh BKM/LKM dengan dukungan Kader Masyarakat dan
TFL.
Rembug Kelurahan Tahap II dilaksanakan dalam bentuk diskusi
terbuka untuk merumuskan prioritas titik lokasi penanganan
permasalahan sanitasi.
Tujuan Rembug Kelurahan Tahap II:
1. Merumuskan prioritas permasalahan yang terdapat di kelurahan;
2. Menentukan titik lokasi penanganan permasalahan;
3. Menyusun rencana kegiatan pelaksanaan pembangunan.
Jenis infrastruktur yang akan dibangun harus disesuaikan dengan
kriteria teknis program Sanimas
Proses yang dilakukan dalam Rembug Kelurahan Tahap II
adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan kembali prinsip-prinsip program Sanimas;
2. Pemaparan kondisi dan permasalahan sanitasi kelurahan

62 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
diperoleh dari hasil pemetaan sanitasi dan telah disusun di dalam
CSIAP;
3. Verifikasi CSIAP oleh seluruh peserta;
4. Paparan TFL mengenai Alternatif Solusi Permasalahan, dalam
kerangka masa sekarang dan masa yang akan datang;
5. Peserta rembug kelurahan dibagi ke dalam beberapa kelompok
diskusi dimana masing-masing kelompok tersebut membuat
prioritas penanganan permasalahan (sesuai dengan Format
Penentuan Prioritas);
6. Kemudian dilakukan pleno untuk membahas Prioritas
Penanganan Permasalahan;
7. Identifikasi Prioritas Lingkungan Penerima Manfaat berdasarkan
skor hasil pemetaan sanitasi;
8. Penentuan titik lokasi;
9. Pembuatan Berita Acara Rembug Kelurahan t a h a p II yang
dilakukan oleh BKM/LKM dan dibantu oleh Kader dan TFL (Format
2.5-2.8 Lampiran).
Peserta Rembug Kelurahan Tahap II
1. Masyarakat umum;
2. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi
Masyarakat serta anggota masyarakat secara luas;
3. Pemerintahan Kelurahan, Para Pengurus RT/RW (atau
sebutan lainnya) setempat, Pemerintah Kecamatan, Pokjasan;
4. Peserta yang hadir pada Rembug Kelurahan Tahap II minimal 30%
perempuan.

TAHAP PERENCANAAN 63
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
4.5. SELEKSI TITIK LOKASI PARTISIPATIF (Selotif)
Selotif merupakan penyempurnaan dari metode RPA (Rapid
Participatory Assesment) yang menggunakan 5 varialbel, sedanghan
dengan metode Selotif menggunakan tiga variabel pokok, khusus
untuk memilih lokasi pada kegiatan pemberdayaan Sub Bidang Sanitasi
di lingkungan Direktorat PPLP Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
Kegiatan ini di dahului oleh pembentukan Tim Selotif di tingkat
kelurahan, yang terdiri dari Kepala Desa/Lurah, Pokjasan
Desa/Keluraha, Tokoh masyarakat di Desa/Kelurahan, keterwakilan
masyarakat di titik lokasi dengan jumlah disesuaikan.
Secara bertahap didampingi TFL Tim Selotif melakukan pertemuan-
pertemuan di setiap titik lokasi untuk melakukan penilaian terhadap
titik lokasi untuk menyeleksi masyarakat yang paling siap untuk
implementasi program.
a. Tujuan Metode Selotif :
Untuk memilih lokasi sanimas yang paling memenuhi kaidah
petunjuk umum dan keberlanjutan melalui penilaian secara cepat
dan terstruktur oleh sekelompok wakil calon pemanfaat dari 2 - 4
calon titik lokasi di setiap Desa/Kelurahan yang diusulkan,
”mendapatkan lokasi yang pasti sukses”.
b. Variabel dan Bobot Penilaian Selotif :
1. Tingkat Partisipasi warga masyarakat (bobot 50 %);
2. Tingkat kepadatan penduduk (bobot 30 %);
3. Kondisi rawan sanitasi (bobot 20 %);

64 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Tabel 4.1
Jenis Informasi dan Alat Selotif yang Digunakan di Titik Lokasi
Variabel Penilaian titik
No Selotif Tools Bukti Dokumen
Lokasi
Berita Acara Rembug
Tingkat Partisipasi
1 FGD dan Rembug Tentang Kesiapan
masyarakat
Kontribusi
2 Tingkat kepadatan penduduk Transect Walk Data Sekunder

Transect Walk dan Peta Jaringan Sanitasi


3 Kondisi rawan sanitasi
wawancara Permukiman

Untuk lebih jelas, skema dari prosedur pelaksanaan Selotif dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Pembekalan Metode Selotif


Di Fasilitasi TFL
(Sosialisasi Kelurahan)

 Persiapan Data Lokasi 1


Sanitasi, Peta Lokasi 2
Lokasi;
 Penunjukan Lokasi 3
Anggota Tim. Lokasi 4

 Dilaksanakan di
setiap calon lokasi Pelaksanaan Metode Selotif
 Penilaian titik lokasi;

 Berita Acara Penilaian


Lokasi; Penetapan Lokasi Terpilih
 Anggota Tim Selotif,
TFL, Kepala Desa/
Lurah

Gambar 4.1
Tahapan Pelaksanaan Seleksi Lokasi Partisitif

TAHAP PERENCANAAN 65
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

c. Partisipan Selotif
Setiap calon titik lokasi mengirimkan perwakilannya yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhanl sebagai anggota Tim
Selotif yang ditunjuk melalui forum rembug warga.
Tim Selotif yang terbentuk wajib mendapatkan pelatihan cara
pelaksanaan Selotif oleh TFL.
Tugas anggota tim Selotif :
1. Mengikuti kegiatan Selotif di setiap titik lokasi;
2. Menyiapkan data sekunderberupa Peta calon lokasi, data
sekunder kependudukan dan data kepemilikan septik tank
yang memenuhi syarat (struktur kedap air);
3. Melakukan skoring dan penilaian tiap calon titik lokasi;
4. Menetapkan dan mengumumkan lokasi pemenang (Berita
Acara);
5. Berita Acara penetapan lokasi pemenang diverifikasi oleh TFL
untuk disampaikan kepada Lurah dan PPK/SKPD.
d. Penetapan Skor dan Pembobotan (Nilai)
Dalam Selotif, setiap indikator dalam variabel lakandiberi skor.
Kemudian skor tersebut akan dikonversikan kedalam nilai. Skor
berkisar antara 1, 2, 3,dan 4; sedangkan Nilai berkisarantara 25,
50, 75, dan 100. Nilai tersebut merupakan kuantifikasi dari setiap
pernyataan yang bersifat kualitatif. Penetapan skor dan
pembobotan (nilai) ini penting dalam rangka penyederhanaan
dalam memberikan penilaian tentang kondisi masyarakat secara

66 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
obyektif. Skorini sangat penting digunakan untuk penilaian
titik lokasi dengan formula sebagai berikut:
Formula Perhitungan Nilai Titik Lokasi:

N
NV = x B
T

Keterangan:
NV = Nilai Variabel
N = Jumlah Kumulatif Skor Indikator;
T = Jumlah Kumulatif Skor Maksimum Indikator
B = Bobot Variabel

NT = V1+V2+V3

Keterangan:
NT = Nilai Total
V1 = Variabel kesatu : Tingkat Partisipasi masyarakat
V2 = Variabel kedua : Tingkat Kepadatan Penduduk
V3 = Variabel Ketiga : Kondisi Rawan Sanitasi

Penjelasan:
a. NT tertinggi otomatis menjadi pilihan titik lokasi
penerima kegiatan;
b. Apabila terdapat Nilai NTyang sama, maka NV1 tertinggi
menjadi lokasi terpilih;

TAHAP PERENCANAAN 67
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
e. Penentuan Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan Selotif perlu disepakati bersama antara
dengan masyarakat (misalnya ketuaRT/RW dan tokoh
masyarakat) sehingga lokasi pemenang dapat ditetapkan
selambat-lambatnya dalam waktu satu minggu.
Untuk memaksimalkan peran dan keterlibatan kaum
perempuan, maka pertemuan rembug warga sebelum
pelaksanaan metode Selotif dilaksanakan antara jam 14,00 –
18,00 waktu setempat.
f. Alat dan Bahan yang perlu disiapkan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan Selotif terdiri dari:
Kertas lebar (plano), Kainlebar, Spidol besar aneka warna, Spidol
kecil aneka warna, Lem/perekat, Selotif, Gunting, Alat tulis,
Bahan-bahan lokal seperti biji-bijian atau kacang-kacangan,
lampu (jika ada kegiatan dimalam hari). Akan sangat baik jika ada
rekaman video/kamera yang dapat dipergunakan untuk
melengkapi laporan.
A. Transect Walk (Kesiapan Teknis)
Transect walk bertujuan untuk mengenali dan mengkaji
kondisi sarana sanitasi Titik Lokasi yang sudah ada, untuk
menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilitas
sanitasi yang ada, dan menilai tingkat kelayakan teknis
sebagai prasyarat pembangunan infrastruktur sanitasi yang
direncanakan dengan cara melakukan observasi langsung
bersama-sama dengan masyarakat.

68 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Tugas TFL dan masyarakat di kegiatan transect walk adalah:
1. Menentukan, mengobservasi serta melakukan diskusi
( F G D ) dengan masyarakat, antara lain:
− Lokasi yang dicalonkan masyarakat untuk bangunan
Sanitasi Berbasis Masyarakat;
− Tingkat kepadatan penduduk (masyarakat) yang
tinggal di lokasi;
− Sarana sanitasi yang digunakan masyarakat saat ini:
jamban, sungai, kolam, dsb;
− Pola penggunaan sarana sanitasi;
− Ketersediaan lahan;
− Muka air tanah;
− Material lokal;
− Saluran drainase.

2. Mencatat semua sanitasi yang dibangun oleh proyek


sebelumnya atau oleh pribadi. Secara acak pilihlah titik
dengan proporsional (10% dari total) dari masing-masing
kategori.
3. Melakukan observasi dan pencatatan kualitas konstruksi
dengan menggunakan Format observasi jamban/sanitasi,
kemudian mendiskusikan dengan masyarakat yang ada
disekitar lokasi sarana sanitasi / jamban tentang
pemeliharaan (keberadaan dan keteraturannya), lingkup
dan pemakaian, serta konflik kepentingannya Kemudian
catat hasil temuannya. Untuk lokasi yang pernah
TAHAP PERENCANAAN 69
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
mendapat proyek jamban/sarana sanitasi, perludi pilih
secara acak jamban/sarana sanitasi yang dibangun
sebelum, selama, dan setelah intervensi proyek dengan
cara menjumlahkan semua jamban/sarana sanitasi pada
ketiga kategori tersebut dan digambarkan persentase
dan pemeliharaan serta menggunakan jamban keluarga
4. Menilai kepuasan layanan yang diterima (demand
responsiveness), dengan menggunakan skala penilaian
dari tiap rumah tangga yang dikunjungi selamatransect.
Masyarakat dapat membantu memilih aspek penilaian
kepuasan layanan.
5. Menilai kepuasan penggunaansarana meliputi tingkat
akses layanan, desain, penggunaan untuk
(kelompok/warga rentan terhadap akses sanitasi),
kualitas konstruksi, kemudahan penggunaan dan
pemeliharaan, nilai manfaat yang dirasakan dari
kontribusi untuk memperolehlayanan tersebut, laporan
mengenai layanan kepada pengguna dengan catatan
terpisah untuk pria dan wanita.
B. Tools 2 FGD (Variabel Tingkat Partisipasi Masyarakat)
Kesediaan berkontribusi bertujuan untuk melihat kesediaan
warga dalam berkontribusi dalam hal:
1. Swadaya Sambungan Rumah (SR);
2. Besarnya jumlah iuran bulanan per KK;
3. Bersedia kontribusi lahan untuk prasarana sanitasi;

70 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
4. Kontribusi Inkind (kerja bakti /gotong royong tahap
pekerjaan fisik)
Proses Tools-2 adalah
1. Kegiatan dilakukan oleh Tim Selotif di setiap calon titik
lokasi;
2. TFLmenjelaskan tujuan, maksud dan cara penerapan
teknik ini;
3. Mulai berdiskusi untuk menggali kesiapan warga dalam
berkontribusi pada kegiatan Sanimas, dengan
menanyakan tentang variabel ;
Pelaksanaan penilaian seleksi lokasi oleh Tim Selotif dapat
dilakukan dengan menggunakan indikotor-indikator
penilaian variabel tersebut di atas, lebih lengkapnya tertuang
dalam lampiran format 3.5

4.6. REMBUG WARGA TINGKAT RT/RW (ATAU SEBUTAN LAINNYA)


TAHAP II
Setelah titik pelaksaaan Pemetaan Selotif, kemudian dilaksanakan
Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap II untuk
mempresentasikan hasil Pemetaan Selotif, serta memilih Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) Sanitasi. Rembug Warga Tingkat RT/RW
(atau sebutan lainnya) Tahap II harus dilakukan tersendiri sebagai
dokumen resmi pertanggungjawaban kegiatan.

TAHAP PERENCANAAN 71
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Tujuan Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap
II
1. Memaparkan hasil Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan
Selotif kepada masyarakat, serta menentukan titik lokasi
pembangunan;
2. Membentuk KSM Sanitasi;
3. Merencanakan jadwal dan pelaksanaan Penyusunan RKM;Peserta
yang hadir pada rembug RT/RW (atau sebutan lainnya)
Tahap II minimal 30% perempuan.
Proses yang dilakukan dalam Rembug Warga Tingkat RT/RW
(atau sebutan lainnya) Tahap II adalah sebagai berikut:
1. Paparan kembali oleh narasumber mengenai
sistem seleksi lingkungan/kampung dalam program, dan
pelaksanaan pemetaan sanitasi;
2. Pemaparan hasil Pemetaan Sanitasi kepada masyarakat;
3. Peserta musyawarah kemudian memilih anggota KSM Sanitasi;
4. Peserta musyawarah kemudian menentukan waktu dan
pelaksanaan penyusunan RKM;
Berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2010 dan perubahannya, dibentuk
tim swakelola untuk mendukung kegiatan pembangunan Program
Sanimas yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
KSM dibentuk melalui rembug warga di titik lokasi sasaran (calon
pemanfaat sarana) yang ditetapkan melalui SK Lurah berjumlah 6
orang yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, seksi perencana,
seksi pelaksana dan seksi pengawas (Contoh SK Kepala Desa/Lurah

72 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
pembentukan KSM) dapat dilihat pada Lampiran:
KSM bertugas sampai dengan serah terima prasarana dan sarana
sanitasi kepada Satker PIP Kabupaten/Kota.
Susunan dan Tugas pengurus KSM
Adapun tugas kepengurusan KSM adalah:
1. Ketua:
a. Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan;
b. Memimpin pelaksanaan tugas panitia dan kegiatan rapat-rapat.
2. Sekretaris:
a. Membantu penyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan
kegiatan tata usaha dan dokumentasi;
b. Melaksanakan surat-menyurat;
c. Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara
bertahap.
3. Bendahara:
a. Menerima, menyimpan, membayarkan, uang serta
mempertanggungjawabkan dan mengarsipkan dokumen-
dokumen pertanggungjawaban.
b. Melakukan Pengelolaan administrasi keuangan dengan
melakukan pencatatan pada:
Tahap Konstruksi
1) Laporan keuangan mingguan untuk diumumkan (ditempel
dipapan pengumuman/tempat strategis) sehingga dapat dilihat
dengan mudah oleh masyarakat
2) Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan dana dan

TAHAP PERENCANAAN 73
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
laporan harian sesuai format yang ditentukan untuk kemudian
diserahkan kepada Satker Pengembangan Sistem PLP
4. Seksi-Seksi
a. Seksi Perencana
Tugas seksi perencana adalah bersama TFL membantu:
1) Mensosialisasikan pilihan teknologi sanitasi kepada
masyarakat;
2) Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi sanitasi
yang akan dibangun, sesuai dengan pilihan, kemampuan
masyarakat serta kondisi lingkungan;
3) Menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan
potongan – RAB dan menyusun analisa struktural, elektrikal,
arsitektural sesuai dengan teknologi sanitasi yang dipilih
masyarakat;
4) Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi dan kurva S;
5) Menyusun dokumen RKM;
6) Melakukan inventarisasi tenaga kerja;
7) Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
8) Mengatur tenaga kerja di lapangan;
9) Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan;
10) Mengatur mekanisme pengawasan terhadap pekerja.
b. Seksi Pelaksana
Tugas seksi pelaksana didampingi TFL adalah membantu:
1) Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama
pembangunan;

74 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2) Membuat laporan tentang keadaan material;
3) Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan konstruksi;
4) Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di masyarakat;
5) Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat;
6) Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan
lingkungan.
c. Seksi Pengawas
Seksi Pengawas mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan dan
pelaporan, baik fisik maupun administrasi pekerjaan swakelola,
dan didamping TFL antara lain:
1) Bertanggung jawab terhadap pengawasan administrasi,
teknis dan keuangan;
2) Menilai kualitas dan progres pekerjaan fisik;
3) Berkoordinasi dalam menyusun laporan pekerjaan untuk
diteruskan dan/atau ditindak lanjuti ke Satker PIP
Kabupaten/Kota;
Catatan:
Untuk sebagai catatan, bahwa mekanisme kerja KSM tercantum dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang
disepakati oleh pengurus KSM dan seluruh calon pengguna/penerima
manfaat. Sementara, status pembentukan KSM disahkan dengan
Surat Keputusan (SK) Lurah yang diketahui oleh Camat setempat.

TAHAP PERENCANAAN 75
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
4.7. PENYUSUNAN RKM
Rencana kegiatan masyarakat (RKM) merupakan bukti dokumen resmi
perencanaan perbaikan sanitasi oleh masyarakat, sekaligus sebagai
dasar untuk pencairan dana/material dari berbagai stakeholder yang
telah memberikan komitmen RKM hanya akan dilakukan oleh
masyarakat yang lingkungannya terseleksi sebagai titik lokasi
pembangunan sarana sanitasi. Penyusunan RKM dilakukan dengan
pendekatan partisipatif, artinya semaksimal mungkin melibatkan
masyarakat (laki-laki dan perempuan) dalam semua kegiatan yang
dilakukan, baik manajemen maupun teknis. Pekerjaan yang
membutuhkan keahlian teknis diserahkan kepada tenaga ahli, namun
tetap melibatkan masyarakat.
Dokumen RKM ini berisi mengenai :
1. Profil Lokasi
2. Ketersediaan lahan
3. Penentuan Calon Pengguna
4. Jenis dan Besaran Swadaya
5. Pemilihan Teknologi Sarana Sanitasi
6. Detailed Engineering Design (DED), Rencana Anggaran Biaya
(RAB),
7. Jadwal Pelaksanaan Konstruksi
8. Mekanisme Pencairan Dana
9. Rencana Penggunaan Dana
10. Struktur Organisasi Pelaksana
11. Rencana Penguatan Kapasitas Masyarakat

76 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
12. Rencana Operasi dan Pemeliharaan
Dalam penyusunan RKM ini, TFL berkewajiban untuk
memberikan bimbingan baik teknis dan manajemen kepada KSM
seperti contoh berikut dibawah ini:
1. Rekomendasi Pilihan Sarana Sanitasi
Rekomendasi Pilihan Sarana Sanitasi ini berisikan
 Latar Belakang yang mendasari Kegiatan, didasarkan pada Hasil
Survey;
 Tujuan dan Sasaran yang hendak dicapai dengan Pelaksanaan
Pembangunan Sarana Sanitasi;
 Manfaat Pekerjaan terhadap warga dan Lingkungan Hidup
Warga;
 Pelaksanaan Pekerjaan, baik yang berhubungan dengan
Dana, Waktu, Pelaksana dan Pelaku-pelaku lain yang mungkin
terlibat;
 Kebutuhan Lahan untuk kegiatan yang diusulkan, serta
mekanisme pelaksanaannya;
 Mekanisme Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pengawasan
 Profil Lokasi Sasaran yang menunjukkan Kondisi Awal dan
Data Prasarana Sanitasi setempat
2. Usulan Rencana Operasi dan Pemeliharaan
Operasi dan Pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan
terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun
berkala untuk menjaga agar Prasarana dan Sarana tetap dapat
berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.

TAHAP PERENCANAAN 77
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Pelibatan masyarakat dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
dilakukan dengan dibentuknya Kelompok Pemanfaat dan
Pemelihara (KPP).
Tujuan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur
Terbangun adalah:
1. Tersedianya infrastruktur yang tetap berfungsi dengan
kualitas dan umur pelayanan yang sesuai dengan rencana;
2. Pemeliharaan yang tepat waktu dan tepat sasaran, dapat
menghemat biaya pemeliharaan;
3. Tersedianya organisasi pengelola yang aktif dan berfungsi
dengan baik. Pada tahap persiapan usulan RKM, rencana
operasi dan pemeliharaan baru disusun sebagai rencana awal,
sedangkan finalisasi rencana operasi dan pemeliharaan dibahas
dan ditetapkan melalui Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau
sebutan lainnya) Tahap III sebelum pelaksanaan pekerjaan
konstruksi;
4. Usulan rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan;
5. Pada dasarnya sumber pendanaan operasi dan
pemeliharaan adalah warga pemanfaat infrastruktur dengan
berlandaskan gotong royong dan kesadaran bahwa
pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan infrastruktur
adalah tugas bersama seluruh warga pemanfaat, bukan
milik pemerintah atau aparat.
6. Namun, pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan selain
bersumber dari iuran warga diharapkan didukung oleh APBD.

78 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
7. Pada tahap penyusunan RKM, aspek pembiayaan baru
disusun pada tahap identifikasi dari rencana pembiayaan.
sedangkan secara mendetail terhadap aspek operasi dan
pemeliharaan didiskusikan dalam Rembug Warga Tingkat
RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap III. Contoh Penyusunan
Usulan dapat dilihat di (Format 4.1-4.4 Lampiran).

4.8. PENYUSUNAN DED DAN RAB


Setelah RKM, langkah selanjutnya adalah Penyusunan Rencana Teknis
dan RAB yang dilaksanakan oleh BKM/LKM, KM dengan dibimbing oleh
TFL. Hasil dari Kegiatan ini harus dikonsultasikan dengan Satker PIP dan
TAMK.
Pada Tahap ini dilaksanakan:
1. Penyusunan Rencana Teknis; Hasil Penyusunan Rencana Teknis
diwujudkan dalam Dokumen Rencana Teknis dan Gambar
Desain Teknis (Format 4.8 Lampiran);
2. Penyusunan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB); Hasil
Penyusunan RAB berupa Perhitungan Volume Pekerjaan,
(berdasarkan Rencana Teknis yang telah disusun), harga dari
berbagai macam bahan/ material, alat dan tenaga yang
dibutuhkan pada suatu konstruksi (Format 4.9 Lampiran).
Tujuan Kegiatan Penghitungan Rencana Anggaran Biaya adalah untuk
Memprediksi Biaya Pelaksanaan. Melalui Penghitungan RAB
dapat diketahui Taksiran Biaya setiap item/sub kegiatan. Perlu
dicatat bahwa taksiran biaya yang dibuat bukanlah biaya
TAHAP PERENCANAAN 79
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
sebenarnya. Biaya sebenarnya akan diperoleh pada saat
pelaksanaan. Dalam penyusunan RAB, KSM dibimbing oleh TFL dan
TAMK.

4.9. PENGAJUAN DOKUMEN RENCANA KERJA MASYARAKAT


(RKM)
Usulan RKM yang telah difinalisasi dan rencana DED serta RAB
tersebut dikonsolidasikan dalam satu buku, dijilid dengan judul:
Dokumen Rencana Kerja Masyarakat.
Dalam dokumen RKM, semua hasil dari Penyusunan RKM
dikonsolidasikan
1. Profil Lokasi
2. Ketersediaan lahan
3. Penentuan Calon Pengguna
4. Jenis dan Besaran Swadaya
5. Pemilihan Teknologi Sarana Sanitasi
6. Detailed Engineering Design (DED), Rencana Anggaran Biaya
(RAB),
7. Jadwal Pelaksanaan Konstruksi
8. Mekanisme Pencairan Dana
9. Rencana Penggunaan Dana
10. Struktur Organisasi Pelaksana
11. Rencana Penguatan Kapasitas Masyarakat
12. Rencana Operasi dan Pemeliharaan

80 TAHAP PERENCANAAN
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Verifikasi Dokumen Rencana Kerja Masyarakat.
Verifikasi Dokumen Rencana Kerja Masyarakat dilakukan oleh DPIU.
Usulan dokumen harus selaras dengan Rencana Pembangunan
Pemerintah Daerah, Kriteria Teknis yang ada dan Prioritas
Pembangunan Daerah, dengan demikian tidak terjadi Pendanaan
Pembangunan yang tumpang-tindih. Pada Verifikasi ini, dapat
dilakukan kunjungan lapangan oleh DPIU untuk mengetahui Situasi
dan Kondisi Lapangan (Format 4.5 Lampiran). Verifikasi dan asistensi
Dokumen disarankan agar tidak lebih dari 7 hari dihitung sejak
masuknya dokumen ke DPIU.
Finalisasi Dokumen Rencana Kerja Masyarakat
Finalisasi dilakukan oleh KSM, BKM/LKM dan Kader Masyarakat
dengan Pendampingan dari TFL dan DPIU. Finalisasi Usulan
RKM dilakukan untuk Perbaikan dan Pembenahan Usulan RKM
berdasarkan hasil verifikasi oleh DPIU, terutama apabila ditemukan
hal-hal yang belum sempurna. Setelah dilakukan Finalisasi, maka
Dokumen Rencana Kerja Masyarakat dapat digunakan untuk pada
tahap selanjutnya yaitu Pelaksanaan Fisik.

TAHAP PERENCANAAN 81
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB V
TAHAP PELAKSANAAN FISIK

Tahap pelaksanaan fisik dimulai dengan melaksanakan Penandatanganan


Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PPK Sanitasi dengan Koordinator
BKM/LKM, dilanjutkan dengan pelaksanaan Rembug Warga Tingkat
RT/RW(atau sebutan lainnya) Tahap III.
Dalam pelaksanaan fisik dilakukan supervisi yang terdiri atas pemantauan
kegiatan dan pelaporan. Setelah pelaksanaan fisik infrastruktur selesai
dilakukan serah terima hasil infrastruktur. Dalam melaksanakan kegiatan, KSM
difasilitasi oleh TFL.
5.1. PROMOSI SANITASI
Upaya menyebarluaskan informasi tentang suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.

5.2. PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)


Setelah RKM diverifikasi oleh DPIU, PPK Sanitasi Kota/Kabupaten
bersama BKM menandatangani PKS. PKS antara lain berisikan tentang
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan (tanggal mulai dan tanggal
akhir kontrak), syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan, hak dan
kewajiban para pihak serta tata cara pembayaran/pencairan dana.
Dalam PKS dinyatakan bahwa pembayaran dilakukan dimuka dan
TAHAP PELAKSANAAN FISIK 83
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
selanjutnya mempertimbangkan kemajuan pekerjaan di lapangan
yang dilakukan dalam 3 (tiga) tahap sesuai dengan Mekanisme
Pencairan Dana untuk Pembangunan Swakelola dalam Perpres
70 tahun 2012. Tahap pertama sebesar 40% bisa dicairkan setelah
RKM disetujui. Selanjutnya 30% dibayarkan pada saat kemajuan
pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 30%, dan dana
sisanya (Tahap 3) sebesar 30% dibayarkan pada saat kemajuan
pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 60% dan SR
terpasang minimal 50% dari perencanaan.
Satker/PPK dapat melakukan penangguhan pencairan dana untuk
Pencairan Tahap II dan III jika terjadi penyimpangan pelaksanaan
kegiatan dan dana di lapangan sampai dengan penyelesaian
permasalahan oleh lembaga pengawasan fungsional (Inspektorat
Jenderal dan/atau BPK). Contoh Perjanjian Kerja
S a m a ( P K S ) dapat dilihat pada Format 7.1 lampiran.

5.3. REMBUG WARGA TINGKAT RT/RW (ATAU SEBUTAN


LAINNYA) TAHAP III
Rembug Warga T ingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap III
bertujuan untuk menetapkan rencana pelaksanaan pembangunan
sarana sanitasi, pembentukan T im Pengadaan barang/jasa,
finalisasi rencana operasi dan pemeliharaan serta pembentukan
Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).
5.3.1. Menetapkan Rencana Pelaksanaan Pembangunan
Rencana pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi yang

84 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
disepakati mencakup:
1. Mensosialisasikan kontrak kepada masyarakat
2. Mekanisme pengumpulan iuran dana OP sebagai
persyaratan pencairan
3. Metode pelaksanaan kegiatan konstruksi,
4. Rencana pengadaan material,
5. Jadwal rencana kerja,
6. Rekrutmen tenaga kerja,
7. Kesepakatan besaran upah pekerja,
8. Mekanisme pembayaran upah/material,
9. Kesanggupan swadaya masyarakat.
Pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi disepakati
secara swakelola (tidak menggunakan pihak ke-
3/kontraktor), kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan keahlian atau peralatan tertentu.
Sehingga, pelaksanaan pembangunan dioptimalkan untuk
memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat
setempat dengan melakukan efisiensi penggunaan alat berat.
Rencana pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi yang
disepakati mencakup besaran upah, jumlah pekerja, calon
pekerja, mekanisme pembayaran upah/material dan rencana
pengajuan pencairan secara mendetail.
5.3.2. Finalisasi Rencana Operasi dan Pemeliharaan
Rencana Operasi dan Pemeliharaan yang disepakati meliputi
rencana penyediaan dana yang harus masuk rekening pada

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 85


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
saat pencairan dana BLM, rencana pengumpulan dana/iuran
pemeliharaan termasuk besarannya dan mekanisme
penyelenggaraan pemeliharaan infrastruktur. Rencana Operasi
dan Pemeliharaan ini disepakati dan akan dilaksanakan oleh
KPP. KPP mulai bekerja sejak tahap pelaksanaan
pembangunan, sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan.
5.3.3. Pembentukan Tim Pengadaan Barang/Jasa
Tim pengadaan barang/jasa dibentuk melalui Rembug Warga
Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap III yang
anggotanya terdiri dari BKM/LKM dan KSM. Pengadaan
barang/jasa dilakukan melalui pemilihan pengadaan
barang/jasa oleh tim pengadaan barang/jasa yang telah
dibentuk. Untuk penjelasan lebih detail mengenai pengadaan
barang/jasa dapat dilihat pada Buku Petunjuk Teknis
Pengadaan Barang/Jasa
5.3.4. Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)
KPP adalah Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara Sanitasi yang
anggotanya terdiri dari para penerima manfaat sanitasi dan
anggota KSM. Selanjutnya struktur dan keanggotaan KPP
ditetapkan melalui Surat Keputusan Lurah.
Hal-hal yang disepakati dalam Rembug Warga Tingkat
RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap III dalam Pembentukan
KPP adalah sebagai berikut :
o Masyarakat menyusun dan menyepakati AD/ART KPP;
o Masyarakat memilih pengurus KPP;

86 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
o Menyepakati besaran iuran anggota.
Untuk penjelasan lebih detail mengenai KPP dapat
dilihat pada Buku 4 : Operasi dan Pemeliharaan Oleh
Masyarakat.
5.3.5. Proses Pelaksanaan Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau
sebutan lainnya) Tahap III
1. KSM dibantu oleh Kader Masyarakat dan TFL
menyiapkan materi yang akan disampaikan di dalam
Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya)
Tahap III antara lain mengenai:
a. Mekanisme dan rencana pelaksanaan pembangunan
sarana sanitasi;
b. Finalisasi rencana Operasi dan Pemeliharaan serta
rencana pendanaannya;
c. Pembentukan Tim Pengadaan Barang/Jasa;
d. Pembentukan KPP.
2. KSM dibantu oleh KM dan TFL dan perwakilan
BKM/LKM melaksanakan Rembug Warga Tingkat
RT/RW(atau sebutan lainnya) Tahap III.
3. Perwakilan BKM/LKM sebagai pimpinan musyawarah
menjelaskan kembali prinsip-prinsip penting program
terutama tentang perlunya keterbukaan dalam
pengelolaan kegiatan dan adanya hak masyarakat untuk
melakukan pemantauan.
4. Ketua KSM memaparkan rencana Pelaksanaan Kegiatan

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 87


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Fisik.
5. Peserta musyawarah menyepakati rencana dan jadwal
pelaksanaan kegiatan, yang sebelumnya telah di cek
dan (jika diperlukan) dirubah sesuai kondisi terkini,
kemudian memberikan wewenang kepada KSM untuk
melaksanakannya.
6. Identifikasi tenaga terampil dan pendaftaran calon
pekerja untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan sendiri.
Calon pekerja harus digolongkan menurut jenis kelamin
laki-laki dan perempuan. Orang yang tergolong
kurang mampu harus mendapatkan prioritas.
Pendaftaran tenaga kerja dapat diteruskan selama
pelaksanaan bila terdapat calon tenaga kerja baru.
7. Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).
8. Ketua KSM memaparkan rencana Operasi dan
Pemeliharaan kepada warga.
9. Peserta musyawarah menyepakati rencana Operasi dan
Pemeliharaan serta rencana biaya pendanaannya selama
satu tahun dan juga menyepakati pelaksanaan
pemeliharaan infrastruktur terbangun.
10. Peserta menyepakati dana yang harus disiapkan sebesar
25% dari kebutuhan operasi dan pemeliharaan dalam
satu tahun, sebagai syarat pencairan BLM tahap
pertama, 50% dari kebutuhan operasi dan pemeliharaan,
sebagai syarat pencairan BLM tahap kedua dan 25%

88 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
dari kebutuhan operasi dan pemeliharaan, sebagai
syarat pencairan BLM tahap ketiga.
11. Peserta menyepakati berita acara realisasi
sumbangan/swadaya masyarakat (non-finansial) dan
lahan yang akan digunakan untuk pembangunan
infrastruktur.
12. Ketua KSM menjelaskan kembali dan menyimpulkan
pokok-pokok hasil diskusi Rembug Warga Tingkat RT/RW
(atau sebutan lainnya) Tahap III.

5.4. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


Pelaksanaan konstruksi mulai dilakukan segera setelah
Penandatanganan SP3. Proses pembangunan ini dilaksanakan oleh
KSM dengan bimbingan TFL, serta dengan pengawasan BKM/LKM
dan masyarakat, KPP dibantu oleh TFL, KM, PPIU dan DPIU.
Proses Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur meliputi beberapa
kegiatan yang terkait di dalamnya, seperti perencanaan pekerjaan,
manajemen tenaga kerja, pengaturan tenaga kerja, penyiapan
lokasi, pengadaan barang/jasa, pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan konstruksi dan pelaporan. (Contoh Rencana Jadwal
Pelaksanaan dilihat pada Format 6.1 Lampiran).
5.4.1. Perencanaan Pekerjaan
Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan konstruksi, diperlukan
perencanaan pekerjaan meliputi perencanaan untuk tenaga
kerja yang diperlukan, pengadaan material konstruksi, dan

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 89


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
pengusahaan peralatan yang diperlukan.
Urutan umum tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dan
memerlukan perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran Lapangan (dengan menggunakan alat ukur
theodolite/waterpass, meteran);
2. Pembersihan lahan/land clearing;
3. Penyiapan lokasi, sebagai tindak lanjut dari land clearing,
dengan pelaksanaan pemasangan patok benchmark;
4. Penyiapan untuk pengaman pekerjaan seperti turap;
5. Pengadaan dan pengelolaan material, yang terkait
dengan mekanisme penyimpanan barang dan
pengelolaan bahan dan alat;
6. Kegiatan finishing seperti tindakan perlindungan dari
erosi, pembersihan akhir, dsb Sebelum membuat rencana
kerja, berbagai informasi yang spesifik perlu dikumpulkan,
untuk membuat suatu rencana kerja yang realistis.
Tanpa rencana yang baik dan realistis, sulit untuk
membuat estimasi berapa besar material, peralatan, dan
tenaga kerja yang diperlukan dan tersedia. Dan tanpa
adanya rencana kerja akan menghasilkan tenaga kerja
yang tidak teratur dan tidak optimal, sehingga tidak akan
mencapai hasil yang diharapkan (baik dalam kualitas dan
kuantitas). Informasi yang diperlukan untuk dapat
menyusun rencana kerja adalah sebagai berikut:
a. Tanggal awal dan tanggal penyelesaian;

90 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
b. Volume dan lokasi berbagai jenis pekerjaan yang
dilaksanakan;
c. Kebutuhan masukan untuk tenaga kerja, material
konstruksi, perkakas/alat kerja;
d. Ketersediaan tenaga kerja, peralatan, perkakas, dan
material konstruksi;
e. Informasi tentang awal dan akhir musim hujan secara
umum.
5.4.2. Manajemen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang termotivasi dengan baik penting artinya
untuk keberhasilan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Peran
pengawas penting artinya dalam memotivasi tenaga kerja. Ia
dapat membantu memotivasi para pekerja dalam berbagai
cara:
1. Menciptakan rasa pencapaian dan menunjukkan
penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja;
2. Mendelegasikan tanggung jawab kepada pekerja serta
memberi petunjuk dan pelatihan kepada pekerja sehingga
mereka dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik;
3. Mengatur dan mengelola pekerjaan dengan cara yang
efektif dan efisien, dan mengkomunikasikan serta
berperilaku benar di depan pekerja;
4. Memastikan adanya kondisi kerja yang baik dan pantas di
lapangan.

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 91


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
5.4.3. Pengaturan Tenaga Kerja
Pengaturan tenaga kerja di lapangan penting sekali bila
kegiatan konstruksi dilaksanakan dengan menerapkan metode
kerja Pembangunan Berbasis Masyarakat (Community Driven
Development). Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam
mengatur tenaga kerja di tapak pekerjaan:
1. Mobilisasi pekerja. Rencana kerja harus disiapkan jauh
sebelumnya agar penduduk setempat dapat
mempersiapkan diri apabila tenaga kerja mereka
diperlukan. Kemudian tenaga kerja yang tersedia harus
dipastikan agar jumlahnya tercukupi untuk pekerjaan yang
direncanakan dalam hari atau minggu tertentu.
Mobilisasi tenaga kerja diusahakan di sekitar tapak
pekerjaan dengan melibatkan kaum perempuan;
2. Menetapkan kelompok pekerja. Kelompok tenaga kerja
dapat disusun untuk melaksanakan pekerjaan. Tergantung
pada jenis dan volume pekerjaan, satu kelompok terdiri
dari 10-25 pekerja. Tiap kelompok harus ada ketua
kelompok;
3. Pengaturan jarak antar kelompok pekerja.
Kelompok-kelompok pekerja sebaiknya tidak bekerja
berdekatan satu dengan lainnya. Bila mereka bekerja
terlalu terpisah, ini akan menyulitkan pengawasan. Jarak
antara lokasi kerja berbagai kelompok pekerja sebaiknya
diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan;

92 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
4. Menugaskan kegiatan-kegiatan bagi kelompok pekerja.
Agar dapat menggunakan pengalaman dan ketrampilan
yang diperoleh secara optimal, sebaiknya satu kelompok
ditugaskan untuk bekerja terus dalam bidang dan kegiatan
yang sama selama masa konstruksi;
5. Penyeimbangan kelompok. Beban kerja a g ar dibagi
rata antara berbagai kelompok, dan memberikan
keseimbangan yang baik dalam pembagian tugas antara
pekerja dalam kelompok tertentu;
6. Menetapkan tugas-tugas harian. Tujuannya untuk
memungkinkan agar rata-rata pekerja menyelesaikan
kerja sehari dalam waktu sekitar 75% dari jam kerja
normal. Metode ini hanya digunakan pada tahap
awal, untuk selanjutnya ditentukan melalui percobaan di
tempat kerja;
7. Memberikan kesempatan kerja kepada kaum
perempuan sebesar 30% dari total kebutuhan tenaga
kerja.
5.4.4. Penyiapan Lokasi
Dalam pelaksanaan program Sanimas dimungkinkan
adanya proses pengadaan lahan, yang dilakukan melalui
mekanisme “hibah lahan”.
Prinsip dasar yang dianut:
1. Setiap penduduk diajak berkonsultasi dalam rangka
mempersiapkan rencana pengadaan lahan;

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 93


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
2. Apabila masyarakat telah memutuskan untuk
memberikan kontribusi lahan dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan, beberapa persyaratan safeguard
yang harus dipenuhi adalah:
 Konsultasi yang memadai dengan para pemilik lahan:
o Kepastian bahwa hibah tanah/lahan tidak
mempengaruhi standar hidup dari penduduk yang
terkena dampak pembebasan lahan;
o Hibah tanah/lahan dikonfirmasikan sebelumnya
secara lisan dan tertulis;
o Sudah dipersiapkan sistem tindak lanjut keluhan
masyarakat;
o Mekanisme safeguard terkait dengan pengadaan
lahan dibahas melalui proses pengambilan
keputusan sesuai dengan pedoman pelaksanaan
diikuti oleh fasilitator dan konsultan serta
menyebarluaskannya kepada masyarakat.
 Tanggung Jawab Pelaksanaan
Seluruh organisasi pelaksana Program Sanimas
bertanggung jawab penuh, dan implementasinya akan
didukung oleh tenaga ahli safeguard di tingkat
kabupaten yang akan mendukung TFL yang akan
mempersiapkan kegiatan dan pelaksanaan pelaporan.
5.4.5. Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan material yang akan digunakan dalam

94 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
pembangunan fisik harus sesuai dengan spesifikasi teknis
dan volume yang telah disepakati dan disetujui dalam RKM
dan RAB. Jika terjadi ketidaksesuaian volume yang
diakibatkan oleh kondisi lapangan maka harus dilakukan
revisi/perhitungan kembali terhadap RAB tersebut dengan
meminta persetujuan kepada DPIU/PPK Tingkat
Kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur, penggunaan
alat berat diupayakan seminimal mungkin dengan
mempertimbangkan biaya. Jika konstruksi yang dibangun
membutuhkan alat berat maka harus diperhitungkan
tingkat efesiensi dalam penggunaannya sehingga
program ini benar-benar dapat memberikan pendapatan
secara optimal kepada masyarakat.
Mekanisme Pengadaan barang dan Jasa mengacu pada
B u ku 1 : Pengadaan Barang/Jasa Sanimas IDB 2016
5.4.6. Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi
Tujuan pemantauan adalah untuk memastikan kesesuaian
pelaksanaan kegiatan fisik agar sesuai dengan rencana dan
tujuan yang diharapkan. Dilakukan dengan pengumpulan
informasi yang terkait pekerjaan fisik, seperti pengecekan
kualitas material, pemantauan pelaksanaan konstruksi melalui
pengukuran progres harian dan mingguan, pemantauan
pemanfaatan dana, pemantauan jumlah pekerja yang
berpartisipasi. Selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 95


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
permasalahan dan kesulitan yang dihadapi selama pekerjaan
konstruksi, misalnya kejadian alam seperti cuaca, ataupun
bencana alam.
Pengawasan pelaksanaan konstruksi dilaksanakan oleh
BKM/LKM, Masyarakat, KPP dan dibantu oleh TFL, KM, PPIU
dan DPIU (PPIU dan DPIU melakukan pengawasan dalam
tinjauan langsung yang dilakukan secara berkala).
Dalam tahap ini merupakan tahapan yang penting, untuk
itu diharapkan masyarakat secara luas mampu melaksanakan
fungsi kontrol untuk:
 Pengendalian Mutu;
 Pengendalian Kuantitas/Volume Pekerjaan;
 Pengendalian Waktu;
 Pengendalian Biaya.
 Pengamatan lokasi kerja
1. Pengendalian Mutu
Hal-hal yang terkait dengan pengendalian mutu:
 Penyimpanan Bahan/Material perlindungan kualitas
Dan bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mudah diperiksa oleh
pengawas;
 Metode Pengangkutan Material/Campuran
Pengangkutan material harus diatur agar tidak terjadi
gangguan di antara pelaksanaan berbagai pekerjaan.
Bila perlu pengawas dapat mengenakan pembatasan

96 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
bobot pengangkutan untuk melindungi setiap jalan dan
infrastruktur yang ada di sekitar lokasi;
Lebih rinci dapat dilihat pada Buku Petunjuk Teknis
Pembangunan Sanimas.
 Pengujian/Pemeriksaan Material;
Material yang akan digunakan harus diinspeksi oleh
pengawas. Bila perlu pengawas dapat melaksanakan
pemeriksaan ulang material bahan-bahan yang telah
tersimpan sebelumnya;
Lebih rinci dapat dilihat pada Buku Petunjuk
Teknis Pembangunan Infrastruktur.;
2. Pengendalian Kuantitas/Volume
Pengawasan Kuantitas, dilakukan untuk mengecek
bahan-bahan/campuran yang ditempatkan, dipindahkan,
atau yang terpasang. Pengawas akan memeriksa bahan-
bahan/campuran berdasarkan atas batas toleransi
pembiayaan; Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan
baik kualitas dan persyaratan lainnya, maka pengukuran
kuantitas dilakukan agar kuantitas pekerjaan benar-
benar terukur dengan baik sesuai dengan
pembiayaan dan disetujui oleh DPIU. Lebih rinci dapat
dilihat pada Buku Petunjuk Teknis Pembangunan
Infrastruktur Sanimas;
3. Pengendalian Waktu;
Di dalam pelaksanaan konstruksi, hubungan antara tenaga

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 97


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
kerja, alat berat, dan jumlah jam per hari dengan waktu
pelaksanaan penyelesaian sangat erat;
 Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan yang dibuat KSM dicek oleh DPIU
dan TAMK sebelum pekerjaan dimulai terhadap:
o Kelayakan rencana target terhadap kondisi cuaca;
o Metode konstruksi yang sistematis dan benar;
o Pengendalian waktu oleh pengawas berdasarkan
jadwal pelaksanaan tersebut;
o Dari jadwal pelaksanaan tersebut dijabarkan
kedalam target harian, kemudian di cek terhadap
pencapaian target hariannya. Bila target harian
tidak terpenuhi maka selisih volume harus di
programkan/dikejar untuk hari berikutnya. Bila
dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan
konstruksi dapat diselesaikan sesuai jadwal.
 Alat Berat
Jika alat berat dibutuhkan dalam pelaksanaan
konstruksi, maka:
o Kapasitas alat/kombinasi alat harus dihitung lebih
dahulu;
o Bila perlu ditambahkan jumlah alat atau menambah
jam kerja alat.
 Tenaga Kerja dan Jumlah Jam Kerja
Jadwal kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan

98 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
dengan target waktu. Bila kondisi pekerjaan
diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja
perlu ditambah atau lembur.
4. Pengendalian Biaya
Yang perlu di perhatikan dalam pengendalian biaya adalah
pengukuran hasil pekerjaan yang dilakukan dengan akurat
dan benar sehingga kuantitas biaya sesuai dengan gambar
rencana.
5. Pengamanan Lokasi Kerja
Jika kondisi tanah di lokasi kerja, jenis tanahnya mudah
bergerak (tanah pasir, lempung) dan memerlukan
kedalaman galian yang cukup dalam, maka perlu
penerapan galian agar tanah tidak longsor. Lebih rinci
dapat dilihat pada Buku Petunjuk Teknis Pembangunan
Infrastruktur Sanimas.
5.4.7. Pelaporan Kegiatan
Bagian lain dari Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan
adalah Pencatatan serta Pendokumentasian Hasil dan
Proses di lapangan. Catatan dan Dokumentasi ini disusun
dalam Bentuk Laporan, yang harus dibuat secara
sederhana dan seringkas mungkin dan dilakukan secara
berkala.
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dibuat setiap Bulan dan
diserahkan kepada Satker Kab/Kota tiap akhir bulan, yang
terdiri dari :

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 99


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
1) Catatan Harian Kegiatan (Format 8.1);
2) Daftar Hadir Pekerja Harian dan Penerima Insentif
(Format 8.2);
3) Catatan Harian Penggunaan Material (Format 8.3);
4) Rekapitulasi Pelaksanaan Mingguan (Format 8.4);
5) Laporan Kemajuan Pelaksanaan Bulanan (Format 8.5);
6) Laporan Masalah yang dihadapi (Format 8.6);
7) Catatan Harian Fasilitator Teknik (Format 9.1);
8) Catatan Harian Fasilitator Pemberdayaan (Format 9.2);
9) Catatan Harian Fasilitator Manajemen (Format 9.3);
10) Evaluasi Kemampuan Organisasi Warga Setempat (Format
9.4);
11) Laporan Administrasi Keuangan;
12) Foto yang menggambarkan Kondisi Lapangan (sesuaikan
kondisi progres).
Selain itu, BKM/LKM selaku Penanggung Jawab Pelaksanaan
Kegiatan wajib melaporkan Kemajuan Pelaksanaan kepada
masyarakat yang d isampaikan melalui Forum Rembug
Warga Pelaksanaan Fisik dan Papan-papan Informasi di
lokasi sasaran secara periodik setiap dua minggu.
5.4.8. Rembug Warga Pelaksanaan Fisik
Pelaksanaan Rembug Warga Pelaksanaan Fisik dilakukan
untuk melaporkan dan membahas mengenai Laporan
Pelaksanaan Kegiatan, Kendala-kendala Pelaksanaan dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik kedepan serta agenda
100 TAHAP PELAKSANAAN FISIK
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
lainnya yang sekiranya diperlukan. Rembug warga dilakukan
secara rutin 1 (satu) minggu sekali dan hasilnya
disebarluaskan melalui kegiatan penempelan informasi
kegiatan. Dalam pelaksanaanya, KSM, BKM/LKM serta KM
memaparkan laporan pelaksanaan kegiatan fisik dan
keuangan, laporan penggunaan material, kendala-
kendala pelaksanaan kegiatan dan rencana pelaksanaan
kegiatan fisik kedepan.
Pelaksanaan Rembug Warga Pelaksanaan Fisik ini
diharapkan dapat menjadi wadah pemecahan
permasalahan serta wadah interaksi masyarakat sebagai
pemilik kegiatan selain sebagai salah satu bentuk
transparansi pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan.
Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam Rembug Warga
Pelaksanaan Fisik :
1. Mempersiapkan Laporan Pelaksanaan Kegiatan yang
disampaikan oleh BKM/LKM dan KSM :
 Pelaksanaan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Fisik;
 Keuangan;
 Laporan Penggunaan Material;
 Kendala-kendala Pelaksanaan Kegiatan;
 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik Kedepan.
2. Menyimpulkan pokok-pokok untuk Rembug Warga
Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap IV
5.4.9. Keterbukaan Informasi

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 101


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
1. Maksud
Dalam Rangka mewujudkan Transparansi Pengelolaan
Dana Bantuan Program Sanimas ID, KSM dan BKM/LKM
berkewajiban menyampaikan Informasi di Papan Informasi
dan Pemasangan Papan Kegiatan. Penempelan
informasi ini dilakukan oleh KSM dan BKM/LKM yang
meliputi informasi tentang RKM, dan hasil-hasil rembug
warga, laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
keuangan, serta informasi-informasi lainnya. Penempelan
informasi melalui papan informasi ditempatkan di lokasi
strategis agar mudah terlihat dan dibaca oleh seluruh
lapisan masyarakat, misalnya di kantor Kelurahan, masjid,
gereja, balai pertemuan dll, dengan bentuk dan ukuran
yang mudah dibaca oleh masyarakat. Penempelan
informasi dilakukan secara rutin 1 (satu) minggu sekali.
Pembuatan papan informasi harus
dimusyawarahkan dengan masyarakat/warga kelurahan
agar secara bersama-sama menetapkan pembiayaan,
lokasi pemasangan, pembuat dan penanggung jawab
dalam perawatan dan perbaikannya.
Agar masyarakat mudah membaca pengumuman yang
tercantum di papan informasi tersebut, rancangan harus
dibuat menarik, tidak mudah rusak dan berukuran ideal
agar dapat terlihat dari jarak tertentu. Pada umumnya
ukuran yang digunakan sekitar 1 x 1,5 meter dan biaya

102 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
yang dibutuhkan untuk pembuatan papan informasi
pada prinsipnya ditanggung oleh masyarakat sendiri.
2. Langkah-Langkah Yang Perlu Disiapkan Dalam
Keterbukaan Informasi
Menyiapkan Papan Informasi dan Pemasangan Papan
Kegiatan oleh KSM dan BKM/LKM yang meliputi:
o Nama Kecamatan/Kelurahan/RW/RT, nama KSM dan
BKM/LKM;
o Informasi tentang Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM);
o Hasil Rembug Kelurahan dan Rembug Warga;
o Laporan Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dan Keuangan.
Agar informasi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
secara luas, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
o Papan informasi harus dipasang di tempat yang banyak
dikunjungi orang tetapi aman dari gangguan;
o Papan informasi harus dipasang agak tinggi agar tidak
mudah rusak;
o Tulisan agak besar, kalimat sederhana dan singkat
disertai gambar berwarna agar menarik perhatian dan
minat pembacanya;
o Papan informasi dilindungi kaca atau plastik untuk
mengurangi kemungkinan informasi dirusak orang;
o Informasi yang ditempel di papan informasi dapat
berupa foto copy atau tulisan tangan, asalkan jelas &
terbaca dengan baik;

TAHAP PELAKSANAAN FISIK 103


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
o Informasi harus selalu diperbaharui
Setelah Pelaksanaan Fisik selesai KSM dan BKM/LKM diwajibkan pula
untuk membuat/mencantumkan Logo PUPR, ditempatkan di lokasi
yang mudah dilihat dan dapat disesuaikan dengan Kondisi Lapangan.

104 TAHAP PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB VI
PASCA PELAKSANAAN FISIK

6.1. PROMOSI SANITASI


Upaya menyebarluaskan informasi tentang suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.

6.2. REMBUG WARGA TINGKAT RT/RW (ATAU SEBUTAN


LAINNYA) TAHAP IV
Rembug Warga Tingkat RT/RW (atau sebutan lainnya) Tahap IV
bertujuan untuk memberikan informasi hasil pelaksanaan
kegiatan dan hasil pengelolaan dana bantuan oleh KSM dan
BKM/LKM kepada warga lokasi sasaran. Rembug dilaksanakan
setelah pelaksanaan fisik selesai 100% atau pada saat batas waktu
penyelesaian pekerjaan habis. Rembug Warga ini merupakan
penilaian akhir Sanimas yang akan menjadi dasar dalam
pemeriksaan. Forum ini dipimpin oleh Lurah dengan mengundang
Satker PIP Kabupaten/kota, DPIU, Pemerintah Kecamatan,
Pemerintah Kelurahan, BKM/LKM, Pokjasan, KSM, KM, LSM,
PKK,
Tokoh masyarakat Kelurahan, dan warga lokasi kegiatan

PASCA PELAKSANAAN FISIK 105


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
dengan perwakilan Pengurus RT/RW. Dalam Rembug ini, BKM/LKM
bersama KSM menjelaskan secara rinci dan transparan laporan
pertanggung-jawaban. Materi adalah Laporan Penyelesaian
Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)
disertai dengan foto-foto pelaksanaan. Hasil Rembug Warga ini
disampaikan kepada pemerintah kelurahan dan kabupaten Isi
laporan pertanggungjawaban terdiri dari :
1. Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%),
laporan pertanggungjawaban BKM berisi Laporan Penyelesaian
Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)
dan pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan
Kegiatan (SP3K).
2. Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada
waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai
100%) maka laporan pertanggungjawaban BKM berisi
Laporan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan Berita
Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan Surat
Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K).
Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)
Laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan (LP2K) adalah laporan
yang ditandatangani oleh Ketua BKM/LKM dan diketahui
KM dan TFL untuk menyatakan bahwa seluruh jenis kegiatan
telah selesai dilaksanakan (kondisi 100%) serta siap diperiksa oleh
Satker PIP Kabupaten/kota. Kondisi 100% dapat dicapai setelah
dilakukan Commisioning Test. Commisioning Test dilakukan

106 PASCA PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
bersama-sama Satker PIP Kabupaten/kota, TFL, Pemerintah
Kelurahan dan KPP.
Pada saat LP2K ditandatangani, seluruh administrasi baik
pertanggung- jawaban dana maupun jenis administrasi lainnya
harus sudah dilengkapi dan dituntaskan, termasuk realisasi kegiatan
dan biaya (RKB). Lembar LP2K yang sudah ditandatangani
diserahkan pada TFL dengan tembusan kepada Satker Kabupaten
untuk mendapatkan tindak lanjut berupa pemeriksaan di lapangan.
Format LP2K dapat dilihat pada Format 10.1 Lampiran.
Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)
KSM bersama KM harus membuat rincian realisasi kegiatan dan
biaya berikut rekapitulasinya dan disetujui Satker Kabupaten/kota.
Hal ini sebagai bentuk penjelasan tentang apa saja yang telah
dilaksanakan di lapangan serta penggunaan dana bantuan BLM.
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) harus dibuat sesuai dengan
kondisi pada saat LP2K dibuat pelaksanaan di lapangan. Catatan
harus berdasar kepada kondisi aktual di lapangan dan sesuai
dengan catatan pelaporan harian.
Pada prinsipnya pembuatan RKB merekap atau merangkum seluruh
catatan penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan yang
dibuat selama pelaksanaan.
Gambar-gambar yang dilampirkan dalam dokumen
penyelesaian adalah denah atau lay out, peta situasi, detail
konstruksi dan lain-lain yang juga bagian dari RKB.
Jika terjadi perubahan pada infrastruktur terbangun, dilakukan

PASCA PELAKSANAAN FISIK 107


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
perubahan pada gambar dan harus dituangkan dalam berita acara
revisi dan dalam As built Drawing (gambar pelaksanaan).
Format RKB dapat dilihat dalam Format 10.2 Lampiran
Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K)
Surat pernyataan penyelesaian kegiatan ini berisikan
kesanggupan BKM/LKM untuk menyelesaikan kegiatan sampai
dengan waktu yang direncanakan, dengan sepengetahuan Pejabat
Pembuat Komitmen dari Satker PIP Kabupaten/kota, Lurah dan
DPIU. Format SP2K dapat dilihat pada Format 10.4 Lampiran.
Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemukan adanya kekurangan
dalam pelaksanaan termasuk dalam hal administrasi, maka
Satker PIP Kabupaten/kota atau DPIU dapat memberikan
kesempatan waktu kepada BKM/LKM untuk menyelesaikan
kegiatan konstruksi dan atau melakukan perbaikan.
Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK)
Apabila sampai batas waktu akhir tahun anggaran, ternyata
kegiatan pembangunan infrastruktur belum dapat diselesaikan,
atau dana belum disalurkan seluruhnya, maka Ketua BKM/LKM
dan TFL dengan sepengetahuan Pejabat Pembuat Komitmen
dari Satker Kabupaten/kota, dan Kepala Kelurahan membuat Berita
Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K.
BASPK menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang
dicapai pada saat itu.
Lampiran yang harus dibuat jika muncul BASPK, yaitu realisasi
kegiatan dan biaya hingga saat itu maupun gambar-gambar

108 PASCA PELAKSANAAN FISIK


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
infrastruktur terbangun hingga saat itu. Jika pada saat BASPK
masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN,
maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik kembali dan
harus dikembalikan ke kas negara. Format BASPK seperti pada
Format 10.5 Lampiran.
Laporan Akhir Pekerjaan
Laporan akhir pekerjaan oleh BKM/LKM sebagai pihak kedua
dalam kontrak dengan Satker/PPK PIP Kabupaten/kota sebagai
pihak pertama, yang memuat :
1) Berita Acara Perubahan Pekerjaan (Adendum/Amandemen
Kontrak);
2) Gambar Pelaksanaan (As built Drawing);
3) Foto-foto pelaksanaan kegiatan (progres 0%, 30%, 60%, 100%);
4) Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K) (format
10.1);
5) Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) (Format 10.2);
6) Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K)
(format 10.3);
7) Laporan bulanan asli dan salinan rangkap 2;
8) Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) (format 10.4);
9) Berita Acara Status Pelaksanaan (BASPK) (format 10.5).
Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh BKM/LKM
bersama TFL dan KM untuk disampaikan kepada Satker
Kabupaten/kota selambat- Iambatnya 1 (satu) minggu sejak
tanggal serah terima pekerjaan. Jika sampai batas waktu tersebut

PASCA PELAKSANAAN FISIK 109


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
dokumen penyelesaian belum bisa dituntaskan, maka Ketua
BKM/LKM, TFL dan Satker Kabupaten/kota harus membuat Berita
Acara Keterlambatan dan Kesanggupan penyelesaiannya untuk
disampaikan kepada DPIU.

6.3. SERAH TERIMA INFRASTRUKTUR


Serah Terima Hasil Pekerjaan dilakukan segera setelah selesainya
kegiatan konstruksi dan sarana sanitasi yang dibangun sudah
sepenuhnya dapat berfungsi dan bermanfaat maksimal 60 hari
setelah pekerjaan fisik selesai. Serah Terima Pekerjaan dilakukan
oleh KSM ke Koordinator BKM, Koordinator BKM kepada PPK
Sanitasi Kabupaten/kota, PPK Sanitasi Kabupaten/kota ke Kasatker
PIP Kabupaten/kota kemudian Kasatker PIP menyerahkan ke KPP
dengan sepengetahuan DPIU dan kepala desa/Lurah.

6.4. TAHAP OPERASI DAN PEMELIHARAAN


Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan keberlanjutan
pelayanan aset yang sudah dibangun melalui upaya pemeliharaan
yang tepat. KPP yang telah dibentuk akan melaksanakan kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasarana-sarana sanitasi yang telah
dibangun.
Tujuan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan adalah sebagai berikut:
1. Terkumpulnya iuran dari masyarakat untuk pembiayaan
operasional dan pemeliharaan sarana sanitasi yang terbangun
2. Dapat berfungsinya sarana sanitasi sesuai dengan
110 PASCA PELAKSANAAN FISIK
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
peruntukannya
3. Adanya tambahan jumlah masyarakat penerima manfaat
4. Tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk ikut memelihara
sarana
5. Memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok
masyarakat/lembaga masyarakat untuk mengoperasikan
dan mengoptimalkan sarana sanitasi yang ada sebagai
sumber daya serta meningkatkan kapasitas masyarakat
dengan penciptaan peluang pelatihan teknis maupun non
teknis.
catatan:
Tata cara operasi dan pemeliharaan sarana sanitasi yang
dibangun dapat dilihat dalam Buku 4 : Operasi Dan
Pemeliharaan Oleh Masyarakat.

PASCA PELAKSANAAN FISIK 111


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB VII
PENGENDALIAN

7.1. UMUM
Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan program Sanimas
sesuai dengan prinsip, pendekatan dan mekanisme yang telah
ditetapkan. Pengendalian program bertujuan untuk :
1. Menjamin setiap proses pelaksanaan sesuai dengan aturan,
prinsip dan kebijakan;
2. Menjamin bahwa perencanaan dirumuskan melalui proses dan
mekanisme yang benar;
3. Menjamin terlaksananya Keselamatan, Keamanan Kerja dan
Lingkungan (K3L) disetiap tahapan;
4. Menjamin jenis dan lokasi kegiatan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan;
5. Mengendalikan pemanfaatan dana agar sesuai dengan
perencanaan dan dikelola secara transparan;
6. Menjamin agar kualitas setiap kegiatan yang dilaksanakan
dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan;
7. Menjamin agar setiap pelaku dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-
masing;
8. Menjamin ketepatan waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana

PENGENDALIAN 113
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
yang telah ditentukan.
Pengendalian program Sanimas dilakukan melalui
pengawasan/pemantauan, pelaporan serta evaluasi, dengan strategi
sebagai berikut:
1. Pengawasan/pemantauan secara ketat dan obyektif pada
setiap proses tahapan kegiatan di setiap level pelaku;
2. Pelaporan di semua tingkatan pelaku dilaksanakan secara disiplin,
akurat dan tepat waktu;
3. Pelaksanaan evaluasi secara regular didukung dengan pemberian
sanksi untuk penegakan aturan.

7.2. PEMANTAUAN
Sesuai dengan prinsip transparansi dalam program ini, pemantauan
akan terdiri dari:
1. Pemantauan Internal, dilakukan oleh seluruh unit pelaksana
program pelaku di dalam system (Aparat Pemerintah/Struktural,
Konsultan/Fungsional, serta masyarakat kelurahan sasaran);
2. Pemantauan Eksternal, dilakukan oleh pelaku di luar unit
pelaksana kegiatan (LSM, Perguruan Tinggi, Ormas, Media Massa,
dll). Dalam pengendalian program, pengawasan dilakukan melalui
pemantauan (monitoring) secara berjenjang oleh pelaku-pelaku
program Sanimas .

7.3. PELAPORAN
Pelaporan adalah konsolidasi dari rencana kegiatan dan tindak lanjut
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
pemantauan yang telah dilakukan pada setiap tahapan kegiatan.
Laporan ditulis secara sederhana, ringkas, dan dilakukan secara berkala.
Selain memuat data hasil dan proses pelaksanaan di lapangan, laporan
juga memuat foto/dokumentasi kegiatan, permasalahan, hambatan,
dan rekomendasi penyelesaian permasalahan.

PENGENDALIAN 115
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

7.3.1. PELAPORAN JALUR STRUKTURAL

Gambar 7.1. Bagan Pelaporan Struktural


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

7.3.2. PELAPORAN JALUR KONSULTAN


Pelaporan yang dibuat oleh fasilitator dan konsultan
manajemen secara berjenjang setiap bulan sesuai bagan di
bawah ini.NPMC

Gambar 7.2. Pelaporan Konsultan

PENGENDALIAN 117
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
7.4. EVALUASI PROGRAM
Evaluasi Program adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan identifikasi kendala-
kendala, solusi dan alternatif tindakan penyelesaian yang dilakukan
selama pelaksanaan program. Secara umum evaluasi dilakukan untuk
mengukur kinerja program secara keseluruhan, dengan berbasis
pada hasil penilaian indiKator kinerja yang ditetapkan.
7.4.1. Indikator Kinerja Program
Indikator utama program Sanimas terdiri dari indikator output
dan outcome, sebagai berikut:
a. Output:
 Terbangunnya sarana sanitasi
 Bertambahnya jumlah sambungan rumah (SR)
 Terbentuknya organisasi masyarakat pengelola dan
pemanfaat serta bertanggung jawab atas kelestarian
infrastruktur terbangun, yang memiliki rencana
operasional dan pemeliharaan.
b. Outcome:
Meningkatnya jumlah penduduk yang memiliki
akses pelayanan prasarana/sarana sanitasi dasar,
terutama kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal
dan penduduk miskin;

7.5. PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
Program Sanimas menganggap bahwa pengaduan/keluhan merupakan
bentuk kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan program. Program
Sanimas memberi kesempatan kepada masyarakat atau pihak lain
yang ingin menyampaikan pengaduan di tingkat kelurahan sampai
dengan tingkat pusat kepada unit pengelola pengaduan :
1. TFL;
2. Konsultan (TAMK/RPMC/NPMC);
3. Aparat Pemerintah terkait (aparat kelurahan, DPIU, PPIU, CPMU).
Sarana pengaduan yang disediakan di lokasi kegiatan antara lain :
1. kotak pengaduan;
2. papan informasi;
3. dan lain-lain.
Sarana pengaduan dapat juga disampaikan ke jenjang yang lebih tinggi
melalui :

1. surat;

2. email;

3. sms center;

4. dan lain-lain.
Stakeholder di tingkat propinsi dan kabupaten/kota (PPIU dan DPIU)
mempunyai kewajiban untuk memastikan informasi dan prosedur
penyampaian pengaduan tersedia dan dipahami oleh masyarakat.
Semua jenis pengaduan masyarakat harus dikelola dan sesegera
mungkin mendapatkan penanganan dan hasil tindak lanjut
penanganan di informasikan kepada masyarakat melalui papan
informasi yang disediakan oleh KSM.

PENGENDALIAN 119
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

Gambar 7.3. Bagan Alir Penanganan Keluhan


Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
7.6. KETERLIBATAN PEREMPUAN, KELOMPOK
RENTAN/MARJINAL DAN PENDUDUK MISKIN
Keterlibatan perempuan menjadi penting diperhatikan karena
sebagai kelompok masyarakat penerima manfaat maka laki-laki dan
perempuan masing- masing mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Dalam masyarakat patriarchal, kelompok perempuan masih menjadi
kelompok marjinal. Sehingga untuk mendorong keterlibatan
perempuan dalam program, baik dalam tahap persiapan,
perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan maka diperlukan
affirmative action.
Pengarusutamaan gender atau disingkat PUG adalah strategi yang
dilakukan secara rasional dan sistimatis untuk mencapai dan
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek
kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui
kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi,
kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh
kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
Pengarusutamaan gender bertujuan terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksana, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam
rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ruang lingkup pengarusutamaan gender meliputi seluruh perencanaan,
PENGENDALIAN 121
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan
program pembangunan nasional (Inpres Nomor 9 Tahun 2000 Tentang
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional).
Kuantitatif
Salah satu upaya mendorong keterlibatan perempuan dalam
program, adalah penentuan kuota perempuan dalam tiap tahap
kegiatan. Dalam program ditetapkan minimal 30% dalam pertemuan
dan minimal 30% sebagai fasilitator adalah perempuan. Hal ini harus
diupayakan oleh setiap stakeholder baik aparat pemerintah terkait
maupun konsultan dari pusat, nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
Kualitatif
Selain upaya pemenuhan kuota jumlah perempuan dalam tiap tahap
kegiatan dan jumlah fasilitator, adalah peningkatan peran perempuan
di dalamnya. Dalam hal peran fasilitator (TFL) menjadi penting,
karena sebagai ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan
kelompok perempuan dalam masyarakat akan sangat berperan untuk
mendorong bagaiamana peran perempuan dalam program. Untuk itu
menjadi keharusan dan kesepakatan bersama bagi semua stakeholder
akan pentingnya partisipasi perempuan dalam program. Pemahaman
konsep gender dalam program yang disampaikan dalam pelatihan,
menjadi suatu upaya bagi semua stakeholder untuk memahami,
mengerti dan melaksanakan upaya pencapaian target seperti
ituangkan dalam PUG.
Upaya peningkatan keterlibatan dan peran serta perempuan,
penduduk miskin dan kelompok rentan lainnya dilakukan melalui:
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB
1. Pertemuan dengan kelompok-kelompok di masyarakat,
termasuk dalam setiap rembug kelurahan/warga;
2. Pertemuan khusus dengan kelompok perempuan,
kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin;
3. Menjamin keterwakilan kelompok rentan/marjinal dan penduduk
miskin di dalam BKM/LKM/KSM;
4. Keanggotaan BKM/LKM dan KSM minimal 30% kaum perempuan;
5. Peningkatan peran serta kaum perempuan, kelompok
rentan/marjinal dan penduduk miskin di dalam penyusunan CSIAP
dan RKM, terutama di dalam penentuan prasarana/sarana sanitasi
yang akan dibangun;
6. Peningkatan peran serta kaum perempuan, kelompok
rentan/marjinal dan penduduk miskin di dalam tahap
pelaksanaan pekerjaan fisik;
7. Peningkatan peran serta kaum perempuan, kelompok
rentan/marjinal dan penduduk miskin dalam perencanaan operasi
dan pemeliharaan prasarana/sarana sanitasi terbangun.

PENGENDALIAN 123
Petunjuk Teknis
SANIMAS IDB

BAB VIII
PENUTUP

Petunjuk Teknis ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi seluruh pelaku yang terkait
dalam implementasi program Sanimas pada berbagai tingkatan. Hal-hal yang menyangkut
teknis pelaksanaan di lapangan dapat dilihat pada buku lampiran 1, 2, 3 dan 4.13

PENUTUP 125

Anda mungkin juga menyukai