Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

SINDEN ROTO (SISTEM PENDETEKSI UNSUR HARA OTOMATIS)


SOLUSI MASALAH PENURUNAN KUALITAS LAHAN DI KABUPATEN
BREBES

BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

M. Bagas Dwi Nugroho 185040201111081 Tahun Angkatan 2018

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2019
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1. Petani saat Memanen Bawang Merah...................................................... 1
2. Kondisi Lahan di kabupaten Brebes........................................................ 3
3. Pengecekan Kualitas tanah........................................................................ 3
4. Rancangan Sistem Pendeteksi Unsur hara Otomatis……....................... 4
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan bagian dari ekosistem tropika basah yang
tergolong sangat rentan terhadap degradasi jika pengelolaannya tidak tepat.hal
ini dapat dilihat dari banyaknya tanaman yang sakit akibat kualitas tanahnya
menurun. Sebagaimana dikatakan oleh Arsyad (2000) bahwa degradasi tanah
adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya terjadinya penurunan
kemampuan tanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang
dan jasa. Bentuk degradasi tanah yang terpenting di kawasan Asia antara lain
adalah erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan kadar bahan
organik tanah dan pencucian unsur hara. Perubahan penggunaan lahan dan
pola pengelolaan tanah menyebabkan perubahan kandungan bahan organik
tanah. Makin intensif penggunaan suatu lahan, makin rendah kandungan
bahan organik tanah.
Salah satu daerah yang mengalami kerusakan lahan atau menurunnya
kualitas tanah adalah kabupaten brebes. Kondisi rusak terhadap kualitas tanah
terjadi di separuh lahan bawang merah di Kabupaten Brebes.
Pemberian pestisida tanaman bawang dinilai menjadi salah satu penyebab
kemerosotan kualitas tanah. Sebagian besar atau 50 % kualitas lahan pertanian
di sentra produksi bawang merah di brebes sudah rusak. Menurut Kepala
Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Edi Kusmartono penurunan kualitas tanah
dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain derajat pelurusan air dan
kemampuan menyerap air yang masih rendah, serta kadar pH atau asam tanah
cukup rendah dibawah 7,0. Kondisi tanah dengan pH dibawah 7,0 bisa
dikatakan rusak dan ringan hingga sedang. Sedangkan kerusakan parah jika
pH menunjukan angka dibawah 4,0. Sedangkan rata-rata kerusakan kualitas
tanah itu juga disebabkan karena dosis pestisida yang digunakan petani terlalu
tinggi. Kemudian pada 2015, berdasarkan hasil penelitian KLH Brebes
mencatat, kerusakan terjadi di lahan bawang merah mencapai 48 persen dari
total luas lahan. Luas yang tidak rusak 43 persen atau 6,668 hektare. Di
Kecamatan Jatibarang, luas tanah yang rusak mencapai 2.985 hektare (Ha)
atau 80 persen dari total luas lahan. Kemudian di Kecamatan Larangan, luas
tanah yang rusak mencapai 69 persen.
Semakain tingginya kerusakan lahan atau menurunnya kualitas tanah
akibat penyalahgunaan pestisida akan mengakibatkan kerugian yang cukup
besar bagi petani bawang merah di kabupaten Brebes. Ketua Asosiasi Bawang
Merah Indonesia (ABMI) Juwari juga mengakui jika sebagian besar para
petani di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang menggunakan pupuk melebihi
dosis. Padahal penggunaan pupuk melebihi dosis dapat menyebabkan
penurunan kualitas tanah. Selain itu, petani di brebes juga memberikan
pupuk atau pestisida yang tidak sesuai dengan kondisi lahan atau dengan
kata lain para petani itu asal-asalan dalam memberikan pupuk tanpa melihat
efek sampingnya. Oleh karena itu, upaya pemerintah kabupaten Brebes
seolah-olah tidak menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalal tersebut.
Sistem Pendeteksi Unsur Hara Secara Otomatis merupakan solusi
untuk mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan atau tanah di
Kabupaten Brebes yang mengutamakan manfaat jangka panjang. Selain
itu, Sistem Pendeteksi Unsur hara secara otomatis ini dapat mendeteksi
unsur hara apa yang kurang pada lahan tersebut sehingga petani dapat
memberikan pupuk atau pestisida yang tepat sehingga tidak terjadi
degradasi degradasi tanah (penurunan kualitas tanah) sehingga produksi
tanamannya bisa optimal. Penurunan kualitas tanah (Degradasi Tanah)
merupakan permasalahan yang dapat diselesaikan, hanya saja
membutuhkan kesadaran serta tanggung jawab bersama masyarakat luas
dan pemerintah.

1.1 Tujuan
Adapun tujuan pengajuan gagasan ini adalah:
1. Untuk menyusun rancangan Sistem Pendeteksi Unsur Hara Secara
Otomatis dalam mengatasi masalah penurunan kualitas lahan di
kabupaten Brebes.
2. Untuk mengetahui konsep Sistem Pendeteksi Unsur Hara dalam
mengatasi masalah degradasi lahan (penurunan kualitas lahan).

1.2 Manfaat
Gagasan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pemerintah dan
masyarakat, seperti :
1. Memberikan solusi masalah Penurunan kualitas lahan di Kabupaten
Brebes yang bermanfaat untuk jangka panjang.
2. Produksi tanaman budidaya akan optimal karena kesesuaian,
ketepatan, dan dosis pupuk atau pestisida .
2.Gagasan
2.1 Kondisi Kekinian
Brebes mengalami hambatan dalam peningkatan kualitas lahan, salah
satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang kondisi lahan serta tata cara
merawat lahan tersebut. Menurut Kepala KLH Brebes, Edy Kusmartono
Penyebab utama kerusakan tanah itu karena banyaknya penggunaan
pestisida. Kemudian pola tanam petani juga tidak berubah atau pola satu
tanam bawang merah itu saja. Sehingga kondisi sekarang ini kerusakan tanah
mencapai 50 persen sawah akibat penggunaan pestisida. KLH Brebes
meneliti tujuh kecamatan sentra bawang merah dalam dua tahun terakhir,
yakni Kecamatan Wanasari, Jatibarang, Tanjung, Larangan, Brebes,
Bulakamba, dan Songgom. Hasilnya, rata-rata kualitas tanah di tujuh
kecamatan itu rusak ringan hingga sedang, belum sampai rusak berat.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari
membenarkan banyak petani di Brebes yang menggunakan pembasmi hama
yang melebihi dosis. Penggunaan pestisida yang berlebihan itu berdampak
pada penggunaan pupuk. Jika dulu pupuk hanya digunakan tiga kali selama
menanam, kini harus 4-5 kali. Juwari membeberkan, saat ini para petani
dengan lahan seluas 1.000 meter menggunakan pupuk hingga 50 kilogram
(kg). Padahal kebutuhan pupuk yang sebenarnya untuk luas lahan 1.000
meter hanya 25 kg.

Gambar 1. Seorang petani membawa sejumlah bawang merah saat panen.


(Sumber: https://nasional.tempo.co/read/794853/)

Pada 2015, di kecamatan Ketanggungan, kerusakan terjadi dilahan


bawang merah mencapai 48 persen daru total luas lahan. Sedangkan luas
yang tidak rusak 43 persen atau 6,668 hektar. Di Kecamatan Jatibarang, luas
tanah yang rusak mencapai 2.985 hektare atau 80 persen dari total luas lahan.
Sedangkan di Kecamatan Larangan, luas tanah yang rusak mencapai 69
persen.

2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan


1. Mengurangi Pengguanan Pestisida pada Tanaman Bawang
Menurut Juwari, di Brebes hanya segelintir petani yang paham tentang
penggunaan pestisida. Dulu, ada petani lulusan Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Mereka tahu bagaimana penggunaan
pestisida. Namun itu hanya lima persen dari jumlah total petani. Selebihnya
adalah petani konvensional. Jadi, sulit untuk memberitahu petani terkait
penggunaan Pestisida.

Gambar 2. Kondisi Lahan di Kabupaten Brebes


(Sumber : http://jateng.tribunnews.com)

2. Disertifikasi Tanaman
Disertifikasi tanaman, yaitu mengatur pola tanam agar tidak melulu
bawang merah. Menurut Edy, jika petani terus-menerus menanam bawang,
akan terjadi kejenuhan pada tanah. Tetapi petani tidak bisa melaksanakannya
karena sudah tergantung pada bawang merah dan meyakini bahwa produksi
bawang merah lebih menguntungkan karena harga jualnya cukup tinggi.
3. Sosialisasi
ABMI sudah berkali-kali mensosialisasikan terkait bahaya
penggunaan pestisida yang berlebihan kepada para petani. Kendati demikian,
hingga kini belum bisa maksimal. Para petani di Brebes masih menggunakan
pola tanam dan cara pemupukan yang tidak sesuai kebutuhan normalnya.
Kata Ketua ABMI, Petani bawang merah khususnya di Brebes memang
membutuhkan wadah pelatihan terkait ekologi tanah. Karena mereka
kebanyakan masih belum tau dan belum paham bagaimana pengelolaan
tanaman bawang merah yang benar.
Gambar 3. Pengecekan Kualitas tanah
(Sumber : https://www.liputan6.com)

2.3 SINDEN ROTO Sebagai Solusi Masalah Degradasi Lahan


SINDEN ROTO merupakan inovasi teknologi berupa sistem
pendeteksi secara otomatis untuk mengatasi degradasi lahan akibat ketidak
sesuaian pengguanaan pestisida atau pupuk terhadap kondisi lahan. Sebagai
solusi, SINDEN ROTO mempertimbangkan kondisi masyarakat di
Kabupaten Brebes.

Gambar.4 Rancangan SINDEN ROTO (Sistem Pendeteksi Unsur Hara


Otomatis)
Pada SINDEN ROTO ini terdapat 2 sensor yaitu sensor untuk unsur
hara itu sendiri dan yang kedua adalah sensor untuk dosis pestisida atau
pupuk yang harus diberikan ke lahan. Di bagian atas SINDEN ROTO ini
terdapat dua lampu LED. Lampu LED yang bagian kiri akan hidup jika tanah
pada lahan tersebut kekurangan unsur hara dan lampu LED ang satunya
hidup jika pestisida atau pupuk yang diberikan tidak sesuai dosis. Di bagian
atas juga terdapat LCD yang akan menunjukan kekurangan unsur hara apa
dan juga dosis pestisida atau pupuk yang harus diberikan. Pada bagian
sebelah kanan terdapat buzzer atau bel, yang akan berbunyi saat lampu LED
itu menyala.
Kelebihan SINDEN ROTO
SINDEN ROTO ini dirancang sesuai dengan kebutuhan petani.
Inovasi teknologi ini sangat membantu petani karena akan mengurangi
terjadinya degradasi lahan akibat ketidak tepatan pengguanaan pestisida atau
pupuk, sehingga tanaman yang diproduksi akan tumbuh optimal dan akan
mendapat keuntungan yang maksimal. Selain itu, SINDEN ROTO ini juga
aman jika terkena air karena dilapisi dengan bahan yang tidak bisa ditembus
dengan air. SINDEN ROTO ini bekerja secara otomatis sehingga petani
tidak kerepotan dalam pengecekannya.
2.4 Langkah-langkah Strategi yang Harus Dilakukan untuk
Mengimplementasikan Gagasan
Berikut ini alur secara umum dari tahapan-tahapan yang akan dilakukan
untuk mengimplementasikan SINDEN ROTO.

PENANGANAN MASALAH
DEGRADASI LAHAN DI
KABUPATEN BREBES

ISU STRATEGIS TANTANGAN KEBIJAKAN


1.Masalah Merancang sistem 1. Mengurangi
Penurunan Kualitas sensor atau degradasi lahan
Lahan pendeteksi 2. Rencana
2.Kurangnya pembuatan
pengetahuan Petani sensor
3. Kurang terjaganya 3. Rencana
lahan akibat ketidak pengaplikasian
tepatan pengguanaan
pestisida atau pupuk.

Pengkajian
Mencari
Mitra

Sosialisasi

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Dalam upaya mengimplementasikan gagasan dibutuhkan strategi


langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah,
yang pertama dibutuhkan pengkajian dengan cara meneliti ataupun
mengamati keadaan yang sedang terjadi. Langkah kedua adalah mencari
mitra yang dapat menjadi investor. Investor itu bisa saja dari pemerintah
maupun pengusaha. Langkah ketiga adalah sosialisasi. Sosialisasi ini
dibutuhkan untuk menjalin relasi kepada para petani yang nantinya akan
menjadi konsumen. Langkah keeempat adalah perencanaan. Langkah ini
nantinya akan meminta persetujuan dari lembaga terkait. Langkah kelima
yaitu pelaksanaan. Pada langkah ini SINDEN ROTO sudah terealisasi.
Langkah keenam atau terakhir yaitu evaluasi. Langkah ini sangat penting
dilakukan guna memperbaiki segala sistem, layanan, dan sebagainya.

2.5 Pihak-Pihak yang Membantu Dalam Mengimplementasikan


Gagasan
Pengimplementasian konsep SINDEN ROTO (Sistem Pendeteksi
Unsur Hara Otomatis) agar dapat terealisasikan, maka pihak-pihak yang
dapat membantu adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan
Pihak perusahaan sangat dibutuhkan sebagai investor yang akan
membantu untuk merealisasikan gagasan.
2. LIPI
Dalam pengimplementasian gagasan dibutuhkan peran lembaga LIPI
agar gagasan dapat disetujui.
3. Laboratorium
Pihak laboratorium sangat membantu dalam proses penelitian gagasan
yang ingin diimplementasikan.
3. KESIMPULAN
3.1 Konsep SINDEN ROTO
SINDEN ROTO merupakan Inovasi teknologi berupa system
pendeteksi yang digunakan sebagai langkah antisipasi degradasi lahan yeng
terjadi di suatu masyarakat. SINDEN ROTO ini bekerja dengan system
sensor. Sensor yang digunakan ada dua jenis, yaitu sensor untuk hara itu
sendiri dan juga sensor untuk dosis pemberian pupuk. SINDEN ROTO ini
diharapkan dapat memberikan solusi kepada masyarakat yang masih salah
dalam pengolahan lahan pertanian. SINDEN ROTO ini juga aman jika
terkena air kare
na dilapisi dengan bahan yang tidak bisa ditembus dengan air. SINDEN
ROTO ini bekerja secara otomatis sehingga petani tidak kerepotan dalam
pengecekannya.
3.2 Teknik Implementasi yang akan dilakukan
Perealisasian gagasan SINDEN ROTO sebagai solusi untuk
mengurangi degradasi lahan di suatu daerah terutama di Kabupaten Brebes,
maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Tabel 2).
Tahun Program Kegiatan
A
2019-2022 Pengkajian Pengkajian Konsep
p
Inovasi SINDEN
a
ROTO
b
i
2022-2024 Mencari Mitra Pencarian Mitra kerja
l
sebagai pendukung
3
perealisasian Inovasi
3
.
2024-2025 Sosialisai Memaparkan ide
3
dihadapan mitra kerja.
P
2025-2030 Perencanaan Pembahasan Konsep
r
dan persetujuan pihak
e
terkait
d
i 2030-3036 Pelaksanaan Pembuatan Inovasi
k SINDEN ROTO
s
i 2036-2040 Evaluasi Peningkatan mutu.
3.3 Hasil yang Akan Diperoleh
Apabila progaram ini dapat berjalan, maka bisa diprediksikan hal-hal
berikut ini:
1. Inovasi SINDEN ROTO akan mengurangi degradasi lahan,
2. Inovasi SINDEN ROTO bisa lebih efektif penggunaannya dibandingkan
inovasi lain,
3. SINDEN ROTO ini aman jika terkena air karena dilapisi dengan bahan
yang tidak bisa ditembus dengan air.
4. SINDEN ROTO ini bekerja secara otomatis sehingga petani tidak
kerepotan dalam pengecekannya.
Daftar Pustaka

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB.


Liputan 6. 2016. Kerusakan Tanah Pertanian Bawang Merah Capai 50
persen. Diakses dari https://www.liputan6.com/bisnis /read/2574396
/kerusakan-tanah-pertanian-bawang-merah-capai-50-persen tanggal 29
Januari 2019 pukul 21.00
Sitorus, S.R.P. 2009. Kualitas degradasi dan Rehabilitasi Lahan.
Edisi Ketiga. Sekolah Pasca Sarjana. Bogor: IPB.
Tempo.Co. 2016. Separuh Lahan Pertanian di Brebes Rusak Akibat
Pestisida. Diakses dari https://bisnis.tempo.co/read/1187532/kata-
menteri-perdagangan-soal-impor-bawang-putih tanggal 29 Januari 2019
pukul 21.00.
Tribun Jateng. 2016. Kerusakan Kualitas Tanah Akibat Pestisida Terjadi di
Separuh Lahan Bawang Merah di Brebes. Diakses dari http://jateng .
tribunnews.com/2016/08/14/kerusakan-kualitas-tanah-akibat-pestisida-
terjadi-di-separuh-lahan-bawang-merah-di-brebes?page=2 tanggal 29
Januari 2019 pukul 21.00
Utomo, W.H. 2013. Degradasi Lahan di Indonesia dengan referensi
penggunaan Phytomining untuk reklamasi lahan tambang.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan
Pemulihan Lahan Terdegradasi dengan Topik Khusus Degradasi
Lahan, di Bogor 29-30 Juni 2012. Hlm. 15-28. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai