Anda di halaman 1dari 2

Organofosfat merupakan pestisida yang sangat berbahaya karenaikatan pestisida

organofosfat dan kolinesterase hampir bersifat irreversibel. Intoksikasi dapat timbul


akibat penyerapan dari beberapa tempat termasuk dari kulit dan saluran nafas

Mekanisme keracunan organofosfat dalam tubuh :

Pestisida golonganorganofosfat mcmiliki aktivitas antikolinesterase seperti


halnya fisostigmin, neostigmin, pirido-stigmin, distigmin, ester asam fosfat, ester
tiofosfat dan karbamat."

Cara kera semua jenis pestisida organofosfat yaitu menghambat penyaluran


impuls saraf dengan cara mengikat kolinesterase sehingga tidak terjadi hidrolisis
asetilkolin.

Secara sederhana, reaksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Hambatan ini dapat terjadi beberapa jam hingga beberapa minggu tergantung dari
jenis anti kolinestrasenya . Hambatan yang bersifat irreversibel dapat disebabkan oleh
turunan ester asam fosfat yang dapat merusak kolinesterase dan perbaikan baru timbul
setelah tubuh mensintesis kembali kolinesterase.

Asetilkolin adalah suatu neurotransmitter yang terdapat di antara ujung-ujung saraf


dan otot serta berfungsi meneruskan rangsangan saraf. Apabila rangsangan ini
berlangsung terus menerusakan menyebabkan penimbunan asetilkolin. Kolinesterase
yang terdapat di berbagai jaringan dan cairan tubuh dapat menghentikan rangsangan
yang ditimbulkan asetilkolin di berbagai tempat dengan jalan menghidrolisis
asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat dalam waktu sangat cepat, sehingga
penimbunan asetilkolin tidak terjadi.
Pestisida organoklorin adalah senyawa sintetitik yang mempunyai aktivitas
spektrum sangat luas, bersifat apolar dan persisten. Sifat tersebut menyebabkan
penggunaan pestisida, menimbulkan banyak masalah kesehatan dan lingkungan

Mekanisme keracunan Organoklorin dalam tubuh :

Diantara pestisida yang paling banyak mendapatkan perhatian para ahli


toksikologi lingkungan adalah insektisida organoklorin. Sebagai agen neurotoksik,
sebenamya insektisida ini tidak terlalu toksik dibanding insektisida lain (LD-50 relatif
besar).

Namun demikian, oleh sifatnya yang sangat stabil dan kelarutannya yang besar
dalam lemak, insektisida organoklorin, utamanya DDT, dapat mengalami
biokonsentrasi berantai dan tersebar ke seluruh permukaan bumi. Oleh proses
ini,kandungan DDT dalam jaringan lemak burung dapat mencapai 10 ppm (Peakal,
1970) dan dapat mencapai burung pinguin di Kutub Selatan.

Pada hewan mamalia, dan diduga berlaku pula pada manusia, DDT menginduksi
enzim lever yang mengakibatkan menurunnya kadarhormon estrogen. Selain itu DDT
dan organoklorin menghambat ATP-ase sehingga terjadi gangguan metabolisme
glukose. Sementara itu dilaporkan oleh National Cancer Institute bahwa DDT
mempercepat kanker lever, paru dan limfa (Peakal 1970).

Anda mungkin juga menyukai