2017-Buku Knowledge Management Edisi 04 Juli Agustus 2017 PDF
2017-Buku Knowledge Management Edisi 04 Juli Agustus 2017 PDF
Bunga Rampai
Penerapan Teknologi Konstruksi
InBuild KNOWLEDGE
MANAGEMENT
i
Direktur Jenderal
Bina Konstruksi
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI
K
eberhasilan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam penyelenggaraan mudik
lebaran tahun 2017, diapresiasi dengan mendapatkan penghargaan dari Unit Kerja Presiden
(UKP) Pancasila dengan kriteria ketersediaan sarana dan prasarana jalan. Hal ini tidak terlepas
dari kerja sama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan beberapa
penyedia jasa konstruksi di Indonesia melalui pembangunan infrastruktur jalan yang semakin
berkembang. Pembangunan tersebut tidak terlepas dari penggunaan teknologi konstruksi yang
digunakan pada proyek konstruksi yang semakin maju. Maka dari itu, masyarakat luas perlu juga
mengetahui akan adanya teknologi-teknologi terbaru yang digunakan tersebut.
Pada edisi ini, Balai Penerapan Teknologi Konstruksi bekerjasama dengan PT. Brantas Abipraya yang
merupakan salah satu BUMN kontruksi yang sedang berkembang pesat, dengan core business
proyek-proyek bidang perairan, seperti bendungan, dam, hingga jaringan irigasi. Saat ini, perusahaan
sudah berekspansi menangani proyek-proyek di luar bisnis perairan, yaitu jalan, jembatan, gedung,
darmaga, bandara, hingga proyek reklamasi. mengulas metode kerja konstruksi pembangunan
infrastruktur. PT Brantas Abipraya merupakan Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional yang telah berdiri
sejak tahun 1980 dan saat ini berkembang menjadi General Contractor. Berbagai macam metode
konstruksi yang digunakan oleh PT. Brantas Abipraya akan diulas di edisi ini. Besar harapan kami,
semoga dengan penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi ini, dapat menjadi lesson
learned dan sharing knowledge bagi Badan Usaha Jasa Konstruksi lainnya dalam mempercepat
pembangunan infrastruktur di Indonesia.
“Bersama KITA membangun”
P
enerapan teknologi konstruksi di Indonesia, sangat menarik untuk disimak. Hal ini disebabkan
karena karakteristik setiap lokasi proyek yang berbeda beda. Bagaimana metode kerja
konstruksi untuk membangun simpang tak sebidang di atas jalur kereta, bagaimana
penggunaan bahan Zincalume untuk mencegah tergulungnya tanah di atas box tunnel dan
metode kerja konstruksi menarik lainnya.
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi memiliki fungsi menyebarluaskan materi penerapan teknologi
konstruksi. Proses penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi dilakukan dengan
memanfaatkan sistem informasi yaitu melalui www.pjjak.net. Di dalam website ini, tersedia menu
knowledge management. Knowledge management berisi artikel ulasan di bidang konstruksi yang terkini,
terangkum di dalam Bunga Rampai serta ulasan metode kerja yang digunakan oleh penyedia jasa yang
terangkum dalam in build management. Balai Penerapan Teknologi Konstruksi bekerjasama dengan
Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional, salah satunya dengan PT. Brantas Abipraya.
PT. Brantas Abipraya merupakan salah satu Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional yang terbesar di
Indonesia dengan pengalaman dalam pembangunan bendungan besar, jalan jembatan, bangunan
gedung dan infrastruktur lainnya. Sebagai salah satu Badan Usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar, PT.
Brantas Abipraya telah mengerjakan pembangunan infrastruktur dengan metode kerja konstruksi yang
bervariasi. Metode konstruksi yang menarik untuk diulas dari PT. Brantas Abipraya yaitu penggunaan
special lifter frame pada pelaksanaan pembangunan STS (Simpang Tak Sebidang), penerapan shoring
truss pada proyek penggantian Jembatan Dolago, penerapan jacked box tunnelling pada underpass
Cibubur dan metode konstruksi lainnya.
Metode konstruksi ini dapat menjadi bahan referensi bagi pelaku usaha jasa konstruksi di Indonesia
yang menghadapi kondisi lapangan yang sama. Semoga sharing knowledge dari PT. Brantas Abipraya ini
bermanfaat luas bagi kemajuan konstruksi di Indonesia.
Selamat Berkarya!
P
engembangan dan penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi. Kegiatan strategis
yang harus dikembangkan dan dilaksanakan oleh Balai Penerapan Teknologi Konstruksi. Begitu
beragam materi teknologi konstruksi yang harus disebarluaskan, mulai dalam bentuk media
cetak dan media elektronik. Sejalan dengan pengembangan tugas tersebut, Balai Penerapan
Teknologi Konstruksi pun diamanatkan untuk mengelola sistem informasi terkait penerapan teknologi
konstruksi. SIBIMA Konstruksi (Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri Bidang Konstruksi) hadir
sebagai penggabungan tugas dan fungsi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi dalam penyebarluasan
materi teknologi konstruksi.
Salah satu menu unggulan dalam SIBIMA Konstruksi adalah knowledge management. Knowledge
management memuat ulasan dan artikel dari topik konstruksi terbaru dan kekinian (update) yang sedang
hangat dan berkembang di Indonesia. Tak hanya teknologi konstruksi yang diulas dalam knowledge
management, tetapi juga material konstruksi serta metode kerja konstruksi. Knowledge management
terbagi atas Bunga Rampai (kumpulan artikel tentang konstruksi) serta In Build (kumpulan metode kerja
konstruksi).
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi berupaya menggandeng semua pelaku industri jasa konstruksi di
Indonesia untuk memperkaya muatan materi di Knowledge Management. Salah satunya bekerjasama
dengan Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional terbesar di Indonesia yaitu PT. Brantas Abipraya. Sejak
berdirinya dari tahun 1980, PT Brantas Abipraya telah memiliki segudang pengalaman baik dalam
bidang bangunan air, jalan jembatan serta bangunan gedung lainnya.
Pada edisi ini, materi teknologi konstruksi yang akan diulas yaitu metode kerja konstruksi yang digunakan
oleh PT. Brantas Abipraya. Metode konstruksi special lifter frame pada pelaksanaan pembangunan
STS (Simpang Tak Sebidang) Permata Hijau dengan bentang 70 meter, metode konstruksi jacked box
tunnelling dengan penggunaan bahan Zincalume (mencegah tergulungnya tanah) pada underpass
Cibubur serta metode kerja konstruksi lainnya yang sangat menarik. Semua materi ini kami rangkum
dan kami persembahkan untuk konstruksi Indonesia yang lebih baik.
Salam Konstruksi!
Email : balaiptk@gmail.com
sibimakonstruksi@gmail.com
DAFTAR ISI
PT
Brantas Abipraya (Persero), berdiri sejak Tahun 1980 sebagai
hasil pemekaran dari proyek Induk Pengembangan Wilayah
Sungai Kali Brantas. Perusahaan bergerak pada industri yang
sangat kompetitif yaitu Jasa Pelaksana Konstruksi, atau yang lazim disebut
Kontraktor. Sesuai dengan sumber daya, pengalaman dan keahlian (yang dimiliki),
maka Perusahaan mengambil segmen pasar utama yaitu bidang Bangunan Air.
Dalam bidang ini Perusahaan telah sangat berpengalaman terutama dalam
membangun Bendungan Besar.
Kegiatan usaha Perusahaan dilakukan melalui persaingan bebas yang sehat, dengan
menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan etika bisnis yang lazim
berlaku. Pada saat ini Perseroan mempunyai kantor divisi di Medan, Jakarta,
Surabaya, Makassar dan Samarinda serta kantor cabang di Padang, Pekanbaru dan
Banjarmasin.
Perseroan sampai saat ini berhasil mencatat sejumlah prestasi yaitu: Sebagai “Wajib
Pajak (WP) Patuh” untuk tiga kali periode berturut-turut sejak Tahun 2009- 2010,
Tahun 2010-2011, Tahun 2011-2012 dan Tahun 2013-2014. Perseroan juga
mendapat predikat kinerja
keuangan “Sangat Bagus” dari Majalah Infobank untuk perusahaan BUMN kategori
Non Keuangan untuk Tahun 2011-2013.
1. Informasi Proyek :
Nama proyek : Pembangunan STS (Simpangan Tak
Sebidang) Permata Hijau
Lokasi proyek : Permata Hijau, Jakarta Selatan
Kontrak Pekerjaan : Desain Built Contract.
Nilai kontrak : 131 Milyar
Panjang total jembatan FO : 623 m
Panjang bentang utama : 374 m
Panjang sisi Permata Hijau : 136 m (63 m PCU Girder + 35 m Pile
Slab + 38 m timbunan)
Panjang sisi Patal Senayan : 113 m (63 m PCU Girder + 25 m Pile
Slab + 25 m timbunan)
1
Tinggi jembatan : 5,5 – 12 m
Lebar Jembatan : 10 m
Bangunan Bawah:
a) Jembatan Pendekat (PCU Girder)
- Pondasi Bore Pile 1m : 29 titik (kedalaman 30 m s/d 55 m)
- Pile Slab 0,8 m : 42 titik (kedalaman 15 m s/d 20 m)
b) Jembatan Utama (Main Span)
- Pondasi Bore Pile 1m : 47 titik (kedalaman 30 m s/d 55 m)
- Pier ( Kolom ) : 13 buah (A1, A1”, P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7,
P8, P9, A2”, A2)
Bangunan Atas:
a) Jembatan Pendekat (PCU Girder)
- PCU Girder : 4 span ( L = 30,8 m )
- Lantai Jembatan : 440 m3 ( beton fc‟ = 33,2 MPa )
b) Jembatan Utama (Main Span)
Khusus menggunakan metode SLF, bentang 70 meter yang melintas rel
KA.
- Box Girder : 10 span (typical span = 19,6 - 42,0 m ;
special span = 70 m)
- Typical Segmen : 124 buah (6 bh segmen EJ, 5 bh segmen
pier)
2
2. Latar Belakang Teknologi SLF:
3
mulai dari jam 1 malam hingga jam 4 pagi. Lewat dari jam tersebut tidak
boleh melakukan aktivitas kegiatan konstruksi lagi.
4
5. Metode Pelaksanaan di Lapangan
Pelaksanaan pekerjaan menggunakan Special Lifting Frame (SLF) :
a. Sebelum special lifter frame diletakkan diatas pier table dilakukan assembly
dibawah. Setelah terangkai sempurna, SLF diangkat menggunakan crane ke
atas pier table.
5
Gambar 5. Peletakan SLF di atas pier table
b. Ketika posisi lifting frame sudah terpasang diatas pier table, setting SLF
dalam mode erection. Lifting Spreader Beam dirangkai di atas box precast,
alat tersebut siap untuk mengangkat box girder. Pengangkatan pada satu sisi
dengan menggunakan schedule beam sehingga elevasi box girder dapat
diketahui.
6
Gambar 7. Memasang SLF dalam mode erection untuk mengirimkan segmen di lapangan
c. Pengangkatan box precast segmen pertama. Box precast diangkat setinggi alat
SLF kemudian putar hingga sejajar dengan SLF dan tempatkan box pada
center SLF. Ubah SLF menjadi driving mode dan gerakkan ke sisi upstream
pier table.
7
Gambar 9. Mengangkat segment pertama (di lapangan)
8
d. Tempatkan box segmen 1 pada posisi di atas pier table. Ubah SLF menjadi
erection mode. Turunkan box segmen 1 pada posisi di samping pier table.
Tahan box segmen 1 dengan temporary holding beam. Setelah holding beam
terpasang disatu sisi upstream, arahkan SLF ke arah downstream untuk
persiapan mengangkat kembali box segmen 1 di sisi downstream sehingga
jembatan menjadi balance.
9
Gambar 13. Merubah
SLF menjadi driving
mode dan bergerak
ke sisi sebaliknya
untuk persiapan
pengangkatan box
segmen sehingga
balance
e. Ubah SLF menjadi Driving Mode, gerakan ke sisi downstream. Ubah SLF
menjadi Erection Mode dan lakukan pengangkatan segmen 1 pada sisi
downstream hingga setinggi SLF, putar dan letakkan pada center SLF. Geser
SLF pada sisi pier table downstream. Ubah SLF kembali pada erection mode,
turunkan box segmen 1 downstream pada posisinya dan kunci dengan
temporary holdiung beam.
Gambar 14.
Mengangkat box
segmen 1 sisi
upstream
10
f. Setelah box segmen terpasang pada sisi upstream dan downstream sempurna.
Dilakukan pembesian dan pengecoran pada wide join (stitch) untuk proses
menyambungkan cast insitu dari pada pier cable dengan precast box girder.
Setelah wide joint mengeras, dilakukan stressing tendon permanen sehingga
menjadi satu kesatuan.
Gambar 15.
Pembesian serta
pengecoran dari wide
joint
Gambar 16.
Stressing tendon
permanen
11
Gambar 17. Setelah cor
beton di wet joint dan
dilakukan proses stressing
tendon permanen
h. Menaruh segmen pada center special lifter kemudian merubah special lifter
menjadi driving mode dan bergerak ke sisi kanan. Erection mode digunakan
untuk proses pengangkatan sedangkan driving mode dilakukan untuk proses
pergerakan SLF.
12
Gambar 19. SLF bergerak ke sisi kanan
13
j. Gerakkan special lifter ke sisi kiri dan mengangkat segment kedua dan
pasangkan ke segment pertama dengan memasang temporary stress bar.
Pasang tendon permanent.
k. Lakukan stressing tendon antar segmen hingga menjadi satu kesatuan yang
utuh. Ulangi langkah-langkah tersebut.
14
6. Kendala Saat Implementasi.
a) Metode ini sangat Berisiko Tinggi, terutama saat pengangkatan Box Girder
seberat 30 Ton dan saat sdh pada level untuk digeser pada alat SLF yg
beratnya 90 ton, kemudian selanjtnya box Girder perlu dilakukan pemutaran
pada posisi diatas Traveller.
b) Berisiko tinggi apabila terjadi ketidak seimbangan pada Alat Traveller pada
saat memindahkan Box girder dari sisi luar ROW jalur kereta menuju ROW
Jalur kereta,, karena hal serupa pernah terjadi pada proyek di Dompa dan
Mahkota.
c) Clossure poada saat pertemuan Antara dua segmen.Penggunaan Alat ukur
Theodolit, dalam banyak hal menimbulkan error hasil pengamatan sehingga
diusulkan untuk memakai system sensor. Perbedaan ini bisa tampak pada
chamber.
d) Pada saat perencanaan belum sepenuhnya menghitung beban2 yang bekerja
saat pada saat pelaksanaan, sehingga apabila terjadi retak pada saat
pelaksanaan, perlu dicarikan dulu penyebabnya, sebelum pekerjaan dapat
dilanjutkan pada proses selanjutnya.
7. Referensi.
a) Launching Gantry dengan system stressing eksternal pada Proyek Ring Road
Bogor.
b) Balance Cantilever dengan system Stressing Internal.
c) Metode balance cantilever launcher dengan lifting Crane.
15
b) Dengan Metode SLF ini maka pekerjaan, bisa lebih cepat dilaksanakan dari
waktu yang direncanakan didalam S Curve, progress realisasi bisa 20% head
schedule.
c) Apabila akan dilaksanakan pada Proyek lainnya, maka sudah tersedia SOP
untuk pelaksanaan tahapan pekerjaan SLF.
d) Pelaksana proyek memperoleh pengalamam melkasnakan pekerjaan yang
termasuk High Risk Proyek, dengan menggunakan SHMS.
9. Kesimpulan.
a) Metode SLF dapat mereduksi waktu pelaksanaan erection Box Girder.
b) Metode ini dapat dilaksanakan sebagai solusi tanpa mengganggu lalu-lintas
pada Persimpangan, terutama lintas KRL yang tdk diijinkan terputus.
c) Metode ini juga dapat dilaksanakan pada pekerjaan yang melintasi Jurang
yang dalam ataupun sungai yang alirannya deras.
Biodata:
Nama : Dody Perbawanto
Tempat Lahir : Bogor
Tanggal Lahir : 30 April 1965
Nomor KTP : 3578243004650002
NPWP : 72-596.328.4-013.000
E-mail : dodyperbawanto@gmail.com
Handphone : 081315900077
Alamat rumah : Tenggilis Mujoyo Selatan IV/15 Surabaya
Kecamatan : Tenggilis Mojoyo
Kab/Kodya : Tenggilis Mojoyo
Provinsi : Jawa timur
Kode Pos : 60292
Nama Instansi : PT. Brantas Abipraya
Jabatan : Manager Operasi Jalan Jembatan Divisi 2
Alamat Instansi : Jl. D.I. Panjaitan Kav. 14 Cawang, Jakarta Timur.
16
17
Penerapan Metode Konstruksi Shoring Truss
Pada Proyek Penggantian Jembatan Dolago Cs
18
Gambar 22. Kondisi jembatan pasca banjir bandang
19
perencana belum memperhitungkan beban-beban yang terjadi pada saat
pelaksanaan.
b. Mitigasi Risiko kerusakan pada masa pelaksanaan akibat kemungkinan
timbulnya banjir yang menghanyutkan material.
20
7) Slipper Beam di atas Shoring, Merupakan Profil Baja type H 350 mm x
500 mm yang berfungsi untuk merangkai beberapa shoring menjadi satu
Kesatuan.
8) Scew Jack, merupakan unit pengungkit yang berfungsi untuk mengatur
ketinggian truss yang akan dipasang di atas shoring.
9) Cross Beam di atas Screw jack
Cross beam ini berfungsi sebagai pengikat dari screw jack yang akan
juga menjadi tumpuan dari truss.
10) Truss, sebagai penopang perancah.
11) Baja Profil I, digunakan sebagai landasan bekisting.
21
b) Persiapan lahan kerja, yaitu menyiapkan kondisi lahan sedemikian
rupa sehingga dapat dilaksanakannya pekerjaan instalasi Shoring dan
truss.
c) Menyiapkan segala kebutuhan baik tenaga, material dan alat yang
akan dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan Shoring
dan truss.
2) Pekerjaan Pemancangan
a) Langkah pertama yaitu menyiapkan titik-titik pemancangan sesuai
dengan yang direncanakan pada gambar kerja.
b) Pemancangan dilakukan sedalam 15 m, pada kedalaman tersebut
didapat daya dukung yang mampu untuk menahan beban seluruh
konstruksi yang berada di atasnya. Pemancangan dilakukan dengan
menggunakan peralatan Diesel hammer K 25. Tiang pancang yang
digunakan adalah tiang pancang pipa besi dengan diameter 30 cm.
22
c) Pemotongan Tiang Pancang
Untuk mendapatkan permukaan yang rata, maka tiang pancang yang
telah dipancang diukur elevasinya dan dilakukan pemotongan tiang
pancang pada elevasi yang sama.
23
Gambar 27. Pemasangan
Slipper Beam
6) Pemasangan Shoring
Baja Profil dirangkai terlebih dahulu membentuk suatu konstruksi yang
terdiri dari 4 buah tiang baja dan baja pengikat yang disambung
24
menggunakan sambungan mur baut. Shoring yang sudah dipasang
disambung ke Cross Beam dengan menggunakan sambungan mur dan
baut agar terjadi ikatan antar Shoring pada bagian bawah.
25
8) Pemasangan Screw Jack
Srew Jack dipasang di atas Cross Beam digunakan untuk menopang
Cross Beam dengan ketinggian yang dapat disesuaikan dengan rencana
pemasangan truss.
26
10) Pemasangan Truss
Truss yang sudah dirangkai dipasang di atas Cross Beam dengan
menggunakan peralatan crane dan disambung di Cross Beam dengan
menggunakan sambungan mur dan baut.
27
Terpasangnya konstruksi sistem shoring dengan truss, maka
pelaksanaan pekerjaan struktur atas pembangunan jembatan Dolago
dapat dimulai antara lain yaitu pemasangan begisting balok tie beam,
balok anak dan diapragma serta lantai jembatan.
28
14) Pemasangan Spherical Bearing
29
16) Pemasangan overstek Besi Balok Pelengkung
30
18) Pekerjaan Bekisting & Pengecoran Kolom Penggantung
31
70% sebelum pelengkung di kerjakan. Pengecoran pelengkung maka
harus dilakukan pengecoran pengaku paling atas terlebih dahulu.
Pengecoran dilakukan dari satu sisi per 2 segmen, dilakukan secara
bertahap. Setelah selasai pengecoran pelengkung dari dua sisi maka
dapat dilanjutkan dengan pengecoran pengaku. Pengecoran struktur
atas dilaksanakan hanya dalam waktu 4 bulan.
32
7. Manfaat Penggunaan Teknologi Konstrruksi Shoring Truss.
a. Dapat dibebani dengan peralatan konstruksi yang berat. Yang diperlukan
pada pekerjaan dibagian atas.
b. Meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja karena konstruksi lebih kokoh
dan stabil.
33
34
Penerapan Metode Erection PCU-Girder Dengan
Launcher & Cremona dan Portal Gantry
Pada Proyek Jembatan Sembayat Baru II (MYC)
35
2. Latar Belakang Teknologi Erection PCU-Girder Launcher & Cremona dan
Portal Gantry.
Pada lokasi Kerja bentang ABT1 dan P1 belum tersedia lahan yang cukup untuk
melaksanakan pekerjaan dan juga errection harus dilakukan diatas air dengan
ketinggian sekitar 10 meter. Pada saat musim penghujan, Sungai Bengawan Solo
memiliki debit air yang cukup besar dan deras.
Gambar 42. Metode launcing girder dengan launcher & Cremona serta portal
36
Penyelesaian launcing girder dilaksanakan dengan 2 metode yaitu :
a. Metode Launcher & Cremona dilaksanakan untuk bentang di atas sungai
b. Metode Portal Gantry dilaksanakan untuk bentang di daratan dengan
membuat portal rangka baja pada kedua sisi pilar
37
Gambar 44. Metode setting U girder di atas launcher
Untuk setting perancah membutuhkan waktu selama 1815 menit. Sedangkan untuk
cycle time for erection menghabiskan waktu sekitar 360 menit.
38
6. Metode Erection PCU-Girder metode Portal Gantry
Erection PC-U Girder dengan menggunakan System Gantry adalah
pengembangan dari System Crane, dimana karena faktor Lokasi dan juga Biaya
Pelaksanaan maka untuk mengatasinya dengan cara membuat peralatan
pengganti Crane. Untuk menentukan dapat tidaknya digunakan system hoist
creane.
a. Sistem Launching dibagi menjadi dua bagian yakni,
1) Launching di darat, Mulai dari Stock PC-U Girder dipasang Sistem Rel
dibawah diberi alas kayu kereta lounching memakai Trolly Elektrik.
2) Lounching ke atas jembatan, Mengangkat Girder keatas Pier Jembatan
menggunakan Portal dan Hoist Creane.
39
2) Memasang Kaki Portal, satu kaki dipasang dibawah dengan diberi alas
pondasi dan satu kaki berada diatas Pier, tinggi serta panjang Portal
disesuaikan dengan ukuran Jembatan.
3) Hoist Creane memakai roda trolly dipasang diatas Portal,untuk
pengangkatan dan penggeseran Girder.
c. Persiapan Stockgirder:
1) Stock Girder di setting diatas oprit dengan posisi sejajar Jembatan.
2) Pondasi stressing bar ujung harus betul –betul kuat.
3) Membuat pondasi untuk tumpuan kaki portal.
40
g. Menggeser Girder Keatas Pier:
1) Trolly Hoist Creane dengan tenaga motorelektrik berjalan membawa
Girder keatas Pier.
2) Girder digeser sampai pada posisi letaknya.
41
42
Gambar 47. Cycle time metode portal gantry
43
7. Manfaat Penggunaan Teknology Erection PCU-Girder metode Launcher &
Cremona dan Portal Gantry.
a. Metode Launcher & Cremona Dimungkinkan dilaksanakan walaupun
errection dilaksanakan diatas air sungai. (Antara ABT1 dan P1).
b. Metode Portal Gantry di laksanakan diatas permukaan darat. (Antara P2
dan ABT2).
8. Kesimpulan.
Kedua metode ini dimungkinkan dilaksanakan pada lokasi jembatan Sembayat
II, dengan memperhatikan mitigasi pada bagian 6 diatas, sehingga perlu
dibuatkan SOP nya sebelum pelaksanaan pekerjaan.
Biodata Pemateri :
44
45
Penerapan Teknologi Jacked Box Tunneling
pada Underpass Cibubur
1. Informasi Proyek
46
Lingkup Pekerjaan:
Panjang Total Underpass : 1.129,66 m
47
2. Latar belakang Teknologi.
Pembangunan Underpass Cibubur ini merupakan salah satu realisasi dari
rangkaian upaya penanganan kemacetan, khususnya yang terjadi di kawasan
Cileungsi, Cibubur dan Cimanggis. Pembangunan underpass ini menggunakan
metode Jacking System. Jacking System merupakan kegiatan mendorong box
tunnel ke dalam tanah dengan sistem hidraulik atau metode jacking untuk
mendorong box tunnel masuk tegak lurus ke dalam tanah pada jalur yang telah
direncanakan. Teknik ini lebih efisien dari pada membangun jembatan layang,
pembangunan ini akan lebih murah dan tidak mengganggu arus lalu lintas
eksisting diatasnya. Saat pembangunan underpass cibubur ini diatas terdapat
jalan tersibuk di Republik ini, agar pembangunannya tidak menggangu lalu lintas
tol Jagorawi maka dibuat dengan tidak mengeduk atau membuat galian di atas
jalan tol. Semuanya dilakukan dari bawah jalan tol. Dengan dibangunnya
underpass ini diharapkan bisa mengurangi kemacetan arus lalu lintas di jalan
trans yogi hingga gerbang tol cibubur.
Permasalahan di proyek Underpass Cibubur antara lain :
a. Operasi jalan tol di atasnya tidak boleh terganggu.
b. Wilayah Kerja Terbatas.
c. Waktu pengerjaan terbatas.
d. Gaya Dorong Dapat Menggulung Permukaan Jalan Tol
e. Gaya Dorong Yang Bertambah Besar Dapat Merusak Box
f. Kebutuhan Kapasitas Hydraulic Jack Berpotensi Bertambah.
g. Diperlukan Lokasi Jacking Yang Efektif Untuk Menahan Gaya Dorong Pada
Lokasi Yang Sangat Terbatas.
h. Traffic Management paling Rumit di Indonesia.
48
4. Inovasi Penyelesaian Masalah.
Perlu penerapan inovasi teknologi pada pembangunan infrastruktur Underpass
Cibubur dengan penggunaan Jacked Box Tunneling dengan Sistem Non-
Intrusive Tunneling.
49
jack telah terpasang. Apabila menyentuh platform maka posisi bracket
perlu dinaikkan. Adapun posisi pemasangan jack harus sesuai dengan
tahapan jumlah segmen didorong.
3) Pemasangan hose pada jack dan hidraulik pump. Hose harus terpasang
sempurna pada masing-masing nipple jack dan hidraulik. Harus dipastikan
bahwa hose ditempatkkan pada tempat yang bebas dan tidak mengganggu
proses pengeluran material tanah.
4) Hidraulik pump terhubung dengan sumber listrik yang memadai dan aman.
Hidraulik telah dilindungi oleh tenda sehingga terhindar dari gangguan
cuaca.
5) Seluruh sistem jacking dicek dan dipastikan berfungsi dengan baik.
50
c. Persiapan Sistem Nose Blade & ADS
1) Nose Blade terpasang dengan baik pada box segmen. Semua baut dan stress
bar telah terinstal dan telah dikencangkan sesuai dengan desain
perhitungan.
2) Sistem pelumas ADS bekerja dengan baik. Grease pump bekerja dengan
baik sehingga dapat menyalurkan grease menuju ke pipa-pipa penyaluran
dengan merata
3) Roll ADS dapat berputar dengan baik tanpa ada halangan
4) Lempengan ADS telah terikat sempurna pada portal.
e. Persiapan Box
1) Sebelum pengecoran box, tendon harus dipastikan sudah sesuai dengan
desain. Hal yang terkait dengan tendon yang perlu dicek adalah : Jumlah,
layout, ukuran dan konfigurasi penempatan tendon yang menerus dan
tidak.
2) Coakan untuk angkur harus sudah sesuai dengan rencana dimensi Box
3) Mutu Beton pada saat jacking harus sudah mencapai minimal K-350
51
4) Sisi luar box harus rata, tidak boleh ada tonjolan atau bagian yang
menggelembung
h. Persiapan Manajemen Traffic di area jalan tol jagorawi pada saat jacking:
1) Monitoring perkerasan aspal pada badan jalan tol
2) Antisipasi yang dilakukan apabila ada sliding/penurunan perkerasan pada
badan jalan tol (pengaturan traffic, overlay perkerasan jalan dsb)
52
A. Jacking Box
8. Tahapan Jacking Box
a. Cek posisi box sebelum jacking dimulai. Apabila posisi belum sesuai
maka perlu dilakukan penyesuaian posisi terlebih dahulu. Record
koordinat awal box (x,y,z) yang akan digunakan sebagai data acuan.
b. Setiap piston jack dikeluarkan hingga menyentuh spacer baja dan
pembacaan pressure pada masing-masing jack hidraulik harus pada satu
acuan yang sama ( biasanya pressure awal diambil 50 bar)
c. Masing-masing piston jack yang keluar diukur panjangnya dan dicatat
sebagai acuan awal.
d. Box segmen didorong dengan gaya yang sama pada setiap jack hingga
salah satu piston jack mencapai panjang maksimum (30 cm).
e. Catat pressure terakhir yang tercapai dan ukur perpanjangan piston
dibandungkan dengan panjang acuan awal
f. Buat grafik gaya jacking terhadap pergerakan box segmen
53
g. Release Piston.
h. Pasang spacer block baru lalu ulangi tahapan 1 hinga box terdorong
sampai area jacking 1.
i. Pastikan bahwa material zincalum terkunci dengan baik pada portal.
j. Angkat semua spacer block.
k. Sliding box selanjutnya ke area jacking 2.
l. Sistem ADS harus selalu dimonitor selama pekerjaan jack berjalan untuk
memastikan bahwa pelumas dan ADS bekerja dengan baik.
9. Pembuangan Tanah
a. Pekerjaan pembuangan tanah dilakukan bersamaan dengan pekerjaan
penggalian tanah dan jacking box.
b. Yang perlu diperhatikan pada saat pekerjaan excavasi tanah adalah
excavasi tanah tidak boleh melebihi garis batas area yang sudah
ditentukan sebelumnya oleh konsultan.
c. Pekerjaan excavasi harus selalu dimonitor karena ini berkaitan dengan
pergerakkan relative box terhadap kelurusan baik arah vertical dan
horizontal terhadap acuan yang sudah ditentukan. Apabila box
cenderung bergerak ke atas maka posisi tanah bagian bawah harus edikit
diganggu untuk adjust posisi box agar kembali ke posisi awal dan
sebaliknya apabila box cenderung bergerak ke bawah maka posisi tanah
bagian atas harus sedikit diganggu.
d. Siklus pembungan tanah dari dalam box keluar merupakan salah satu
factor kritis yang mempengaruhi kecepatan jacking box.
54
10. Monitoring Control Geometry Box
a. Selama pekerjaan jacking berlangsung pergerakkan box pada arah x,y
dan z harus selalu dimonitor baik dengan alat survey dan instrument laser
beam.
b. Apabila terjadi penyimpangan harus segera dilaporkan kepada kosultan
pengawas untuk segera diambil tindakan perbaikannya.
B. Penyambungan Segmen
1. Penyambungan segmen 2 dan segmen 3
Sliding dari area 4 ke area 3:
a. Install strand-strand penarik pada segmen yang akan ditarik
b. Pasang anchor block beserta aksesoris sliding pada segmen
c. Tarik segmen dengan menggunakan dua buah jack 250 ton. Segmen di
tarik hingga merapat ke stopper beam pada posisi yang sudah
ditentukkan terlebih dahulu.
d. Tutup block out slidding tendon beserta dengan aksesorisnya dengan
busa.
Sliding dari area 3 ke area 2
a. Install strand-strand penarik pada segmen yang akan ditarik.
b. Pasang anchor block beserta aksesoris sliding pada segmen.
c. Tarik segmen dengan menggunakan dua buah Jack 250 ton. Segmen di
tarik hingga merapat ke stopper beam pada posisi yang sudah ditentukan
terlebih dahulu.
d. Rapatkan segmen 3 dengan segmen 2 dengan menggunakan jack 400 ton
hingga jarak 10 cm dari segmen 2.
e. Pasang tendon 7s beserta aksessorisnya.
f. Pengecoran wet joint antara segmen 2 dan segmen 3
55
g. Setelah wet join mencapai kekuatan 28 Mpa, stressing tendon dengan
menggunakan 2 Jack 150 Ton.
h. Pekerjaan jacking siap dilaksanakan.
C. Safety Procedure
Untuk menjaga Keselamatan dan Kesehatan dari pekerja selama pekerjaan
dilaksanakan ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Selama proses peletakan dan penyusunan spacer dilarang ada orang yang
berada di area penempatan pacer.
2. Setiap orang yang tidak berkepentingan dilarang berada di dekat hidraulik
pump.
3. Pada saat pendorongan dilarang ada orang yang berada di atas block spacer.
D. Manajemen Traffic
Adapun manajemen traffic pada pembangunan underpass Cibubur anatara lain :
1. Selama pekerjaan Jacking berlangsung perkerasan jalan pada badan jalan tol
harus dimonitor terhadap adanya sliding.
56
2. Apabila terjadi sliding harus segera diambil tindakan perbaikannya dan juga
pengaturan trafficnya.
3. Koordinasi dengan pihak Jasa Marga harus dilakukan secara intensif.
57
58
Urutan Pekerjaan :
1 Persiapan
Lokasi.
2 Pemasangan
Steel Sheet Pile
pada sekeliling
lokasi Casting
Yard
3 Dewatering
Lokasi Casting
Yard
4 Penggalian
tanah di dalam
lokasi Casting
Yard
59
5 Pemasangan
Ground Anchor
untuk
perkuatan
Sheet Pile
6 Penggalian
tanah hingga
tercapai elevasi
lantai Casting
Yard yang
dibutuhkan
7 Pemasangan
Ground Anchor
pada bagian
lantai Casting
Yard
8 Pengecoran
pelat lantai
Casting Yard
60
9 Pengecoran
Massive
Reaction Wall
sebagai
perletakan dari
Hydraulic Jack
10 Pembuatan Box
Tunnel
11 Pembuatan Box
Penyayat
12 Pemasangan
Hydraulic Jack
61
13 Pemasangan
Anti Drag
System pada
bagian atas dan
bawah Box
14 Pelaksanaan
Jacked Box
Tunnel
15 Pengambilan
tanah dari
dalam Box
yang sudah
tertanam
62
6. Kendala saat implementasi Pelaksanaan Jacked Box Tunneling.
Proyek pembangunan Underpass Cibubur ini termasuk kedalam proyek yang
sangat besar dalam hal resikonya karena underpass ini dibangun pada elevasi
sebesar ±2 meter dimana pada umumnya ±3 meter dikarenakan terbatasnya
lahan pembebasan maka, resiko yang mungkin terjadi adalah runtuhnya tanah
saat memasukkan box. Tetapi hal tesebut dapat ditangani dengan memberikan
kayu disemua jacking yang ditumpu oleh reaction wall. Reaction wall tidak besar
tetapi didukung oleh kabel prestress.
63
7. Manfaat Penggunaan Teknologi Jacked Box Tunneling.
a. Tidak membutuhkan ruang kerja yang luas.
b. Tidak perlu menutup lalu lintas jalan Tol.
c. Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilaksanakan selama 24 Jam dan tdk terkendala
oleh mobilitas kendaraan.
64
65
Penerapan Teknologi Grouting TAM (Tube A Machete)
pada Waduk Banjul Mati.
66
e. GROUTING TAM pada Main dam dan Spillway.
f. Jalan Inspeksi dan Hydromekanikal.
g. Timbunan Main Dam.
h. Perbaikan daerah Genangan.
i. Pekerjaan Electrikal (Powerhouse dan Jaringan Listrik).
j. Renovasi Direksi Kit dan Landskap.
67
2. Latar Belakang Teknologi Grouting TAM (Tube A Manchete)
Lokasi Waduk secara geologi kurang memenuhi syarat. Kondisi geologi lokasi
proyek didominasi oleh 2 produk endapan vulkanik muda yaitu endapan vulkanik
Ijen Tua yang terdiri dari batuan sedimen gunung api, batu apung, tuff dan lava
basalt dan endapan vulkanik Baluran yang terdiri dari lava basalt, batuan sedimen
gunning api dan lahar. Kedua endapan tersebut ditutupi oleh endapan alluvial
yang bersifat Unconsolidated. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan
perbaikan kondisi geologi dengan metode Grouting.
68
akurasi kelurusan pengeboran diragukan, sehingga diperlukan diameter yang
lebih besar.
Grouting TAM, menjadi metode perbaikan yang dipilih dan dianggap paling
efektif untuk dilakukan sesuai keadaan geologi di Bajulmati.
69
endapan yang hardly groutable, karena sifatnya yang jenuh air dan
mengalirkan air tanah.
Dari Uraian diatas, terlihat bahwa kondisi geologi pondasi Waduk Banjul Mati
terdiri dari lebih dari satu jenis batuan dengan tingkat kerusakan geologi yang
berbeda-beda. Hal ini terlihat jelas dengan besarnya angka permeabilitas.
Kondisi geologi yang buruk tersebut (porous) dapat menyebabkan menurunnya
daya dukung tanah/batuan dan memperbesar terjadinya rembesan air mellalui
bawah pondasi waduk.
Pada lokasi dasar sungai (riverbed) terdapat endapan sungai berukuran boulder
hingga fine gravel yang bersifat lepas dan mudah runtuh. Kondisi batuan ini
menyebabkan pengeboran dan pemasangan packer sulit untuk dilaksaanakan,
sehingga dipilih grouting dengan metode Tube A Manchete (TAM).
70
No. Jenis Alat Gambar
1 Mesin Bor
2 Pompa Bor
Stang Bor/ Drilling Rod
3
66-73 mm
4 Pipa Casing 89 mm
5 Core Barel & Bit
6 Tripod
7 Air Hose
8 Water Sifel
Peralatan Lain (Kunci,
8
Pipa, dll)
Tahapan pelaksanaan :
a. Pengeboran dimulai dengan Ø 66-73 mm dari kedalaman 0.00 m hingga 2.50 atau
5.00 m tergantung kondisi batuan.
b. Water Pressure Test (WPT).
c. Pemasangan casing Ø 83-89 mm hingga kedalaman 5.00 m termasuk
membersihkan kotoran didalam casing.
d. Pemasangan casing dan pekerjaan WPT dengan pengeboran Ø 66-73 mm kembali
ke stage 2 (kedalaman 5-7, 5 atau 10 m).
e. Pemasangan casing Ø 83-89 mm dan melakukan pengeboran kembali pada
kedalaman 5-10 m serta membersihkan kotoran didalam casing.
f. Pengeboran Ø 66-73 mm untuk stage 3 (kedalaman 10-15 m) dan seterusnya diikuti
dengan pemasangan casing hingga kedalaman 40 m.
71
c. Uji kelulusan air / Water Pressure Test (WTP)
Water Pressure Test (WPT) dilakukan untuk menentukan besarnya angka kelulusan air
dalam batuan/tanah (lugeon value) serta untuk mengetahui besarnya angka koefisien
permeabilitas dalam batuan tersebut.Angka ini akan dipergunakan untuk menentukan
komposisi material grouting dan tekanan yang dipakai.
72
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3, dst
Setelah dilakukan pengeboran Water Pressure Test stage 2 Stage 3, dst, WPT dilaksanakan
stage 1, kemudian dilaksanakan dilaksanakan setelah pekerjaan setelah pemasangan casing stage
pekerjaan Water Pressure Test pemasangan casing stage 1 dan di atasnya dan pengeboran stage
(WPT) stage 1 pengeboran stage 2, dst yang akan dilakukan WPT
73
d. Pengeboran lubang kembali dengan pipa casing Ø 83-89 mm
Lubang dibor kembali dengan ukuran pipa yang lebih besar yaitu dengan
pipa casing Ø 83-89 mm, pengeboran dilakukan tiap stage dengan
kedalaman 5 meter.
74
lubang perforated 4 buah dengan posisi berseberangan. Lubang ditutup
sementara dengan vynil tape.
Tahapan pelaksanaannya :
a. Merekatkan selang pre-grout di luar pipa manchetteuntuk pelaksanaan
pregrouting.
b. Memasukan pipa manchette Ø 56 mm kedalam lubang bor. Pipa
manchette dilengkapi lubang perforasi Ø 8 mm yang ditutup dengan
vynil tape. Panjang pipa manchette ± 4 m.
c. Penyambungan antar pipa manchette menggunakan lem pipa yang
pelaksanaanya harus cepat agar sambungan antar pipa manchette lebih
kuat
d. Pipa manchette dimasukan kedalam lubang bor hingga kedalaman
yang ditetapkan.
e. Setelah pemasangan pipa manchette selesai, lubang pipa manchette
ditutup dengan vynil tape, agar tidak ada kotoran yang masuk ke
dalam lubang pipa manchette.
f. Pengangkatan pipa casing Ø 89 mm.
75
g. Injeksi semen pregrout dengan perbandingan 1:1 dan secara simultan mengangkat
pipa casing dan pipa tremi.
Casing
- 10.00 - 10.00 diangkat - 10.00
Casing
- 15.00 diangkat - 15.00 - 15.00
Casing
- 20.00 - 20.00 - 20.00
Setelah casing terpasang hingga dasar Setelah diperkirakan semen telah Tahap selanjutnya adalah terus
lubang kemudian dimasukkan pipa mengisi dasar lubang, pipa tremi dan memompakan semen kental ke dalam
manset dan pipa tremi yang telah casing diangkat sedikit demi sedikit ke lubang lewat pipa tremi sambil terus
dibuat lubang anulus dan ditutup atas sambil memompakan semen diangkat bersama casing hingga
dengan isolasi ke dalam lubang bor, kental lewat pipa tremi sehingga semua pipa tremi dan casing terangkat
selanjutnya semen kental dipompakan semen terus mengisi lubang bor ke permukaan dan semen penuh
ke dasar lubang lewat pipa tremi hingga permukaan lubang
Pre-grout adalah proses pengisian material semen dan air untuk mengisi rongga antara
casing bor dan pipa Manchette. Tahap pelaksanaan pregrout sebagai
berikut :
a. Setelah pengeboran dan casing terpasang hingga dasar lubang, pipa tremi dan pipa
Manchette yang telah dibuat lubang perforated dimasukkan dan ditutup dengan isolasi
kedalam lubang bor, selanjutnya semen milk yang kental dipompakan ke dasar lubang
lewat pipa tremi.
b. Setelah diperkirakan semen milk telah mengisi dasar lubang, pipa tremi dan casing
diangkat sedikit demi sedikit keatas sambil memompakan semen milk yang kental
lewat pipa tremi sehingga semen terus mengisi lubang bor.
c. Tahap ketiga dan selanjutnya adalah terus memompakan semen milk yang kental
kedalam lubang lewat pipa tremi sambil terus diangkat bersama casing hingga semua
pipa tremi dan casing terangkat ke permukaan dan semen milk penuh hingga
permukaan lubang.
76
h. Persiapan campuran grouting
a. Komposisi Campuran Groutinng
Bahan grouting yang digunakan berupa material suspense. Material yang dipakai
adalah semen dan bahan tambahan berupa pasir halus, bentonit atau bahan
sejenisnya. Air sebagai bahan cairan yang dipakai sebagai pencampur semen, harus
77
bebas dari kandungan lumpur, bahan organik dan unsur lain yang dapat
mengakibatkan penurunan kualitas campuran. Bahan semen yang digunakan adalah
Portland Cement (PC) tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi
syarat yang ditentukan dalam SII - 3 – 1981.
Komposisi semen dan air ditentukan berdasarkan kondisi batuan dan besarnya
penyerapan grouting.
Stage I II III IV V VI
Kedalaman
1–5 5 – 10 10 – 15 15 – 20 20 – 25 25 – 30
(m)
Tekanan
2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
(Kg/cm2)
Tekanan GroutingAdditionalMenurut Kedalaman
78
Proses pencampuran semen grout dilaksanakan berdasarkan perbandingan berat
antara semen dan air yang telah ditetapkan sesuai spesifikasi teknik. Setiap stage
kedalaman diawali dengan campuran encer (5 : 1) ; (3 : 1); (2 : 1); (1 : 1) , dan
yang paling kental 0.5 : 1
79
o Pada saat pelaksanaan injeksi, sirkulasi cairan semen grout sebagian masuk
mengisi celah-celah dan rekahan pada lubang grouting sebagian kembali ke
hooper yang kembali dipompakan oleh grout pump ke lubang grouting.
o Selama pelaksanaan grouting, penyiapan material mixing semen grout
berikutnya segera dilakukan. Hal ini agar pelaksanaan injeksi tidak terhambat
karena keterlambatan proses pencampuran semen grout.
o Proses pencampuran semen grout dilakukan hingga proses injeksi pada suatu
stage telah selesai.
80
Pada lubang yang seluruh stepnya telah di grouting, lubang ditutup dengan dop
plastik dan dijenuhkan hingga ± 4 – 6 jam. Setelah semen grouting sudah mengeras,
rubber packer di buka kemudian air semen sisa grouting di keluarkan dari lubang
bor. Selanjutnya dilakukan penyumbatan (plugging) dengan menuang kedalam
lubang campuran kental 1:1 sampai penuh.
Metode grouting TAM dilakukan karena proses grouting secara konvensional tidak dapat
dilakukan, hal ini dikarenakan struktur lapisan tanah yang ada di Waduk Bajulmati
umumnya batuan lepas.
Tahap pelaksanaan untuk grouting TAM :
a. Grouting TAM bisa dilaksanakan setelah semen pre grout agak mengeras dan bisa
dipecahkan oleh semen grout dalam tekanan tertentu.
b. Packer set dimasukkan hingga ke dasar lubang untuk selanjutnya semen ditekan
hingga memecah pre-grout dan masuk kedalam pori/rekahan sekitar lubang.
c. Setelah volume dan tekanan tercapai, grouting dihentikan dan dilanjutkan dengan
grouting pada stage diatasnya yang berjarak 0.5 m hingga tekanan dan volume
tercapai.
81
d. Grouting per 0.5 m dengan menginjeksikan semen milk hingga tekanan dan volume
tercapai.
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3, dst
Setelah semen pre-grout Setelah volume atau tekanan Tahap berikutnya sama dengan
mengeras (+ 4 jam) dilanjutkan tercapai grouting dihentikan dan tahap sebelumnya dan tahap
memasukkan packer hingga ke dilanjutkan grouting pada step di selanjutnya yaitu grouting per 0.5
dasar lubang untuk selanjutnya atasnya yang berjarak 0.5 m m yaitu memasukkan semen
semen ditekan hingga memecah hingga tekanan atau volume hingga mencapai tekanan dan
semen pregrout dan masuk ke terpenuhi volume yang diharapkan
dalam pori/ rekahan sekitar lubang
82
j. Cek hole
Setelah semua titik selesai dilakssanakan grouting maka tahap berikutnya dilakukan
check hole dan permeability test yang bertujuan untuk mendapatkan kefektifan grouting
yg telah dilaksanakan, ditunjukkan dari Nilai Lugeon (Lu) dengan spesifikasi Lu<10^-5.
Setelah pelaksanaan TAM, grouting selesai dilakukan untuk keseluruhan titiknya,
dilakukan check hole untuk mengevaluasi apakah pekerjaan grouting yang dilakukan telah
sesuai dengan yang diharapkan atau perlu dilakukan perbaikan kembali. Hal ini dapat
terlihat dari besarnya nilai kelulusan air (lugeon) setelah dilakukan grouting, apakah sudah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan atau belum.
Check hole dilakukan pada titik yang telah ditetapkan, umumnya ditengah-tengah as
waduk. Diawali dengan pengeboran secara rotary yang dilakukan pada titik yang
ditetapkan menggunakan bor cekung (coring bit) dan sebuah core barrel untuk
mendapatkan inti batuan yang menerus. Kemudian dilanjutkan pengujian permeability test
untuk mengetahui nilai kelulusan air lubang grouting.
83
Tahapan pelaksanaan cek hole :
a. Pengecekan peralatan core drilling yang diperlukan,termasuk air untuk flush
drilling.
b. Pengeboran secara rotary menggunakan core bit dan core barrel untuk mengambil
inti batuan (core) pada setiap kedalaman 1 m hingga kedalaman 5m (1 stage).
c. Inti batuan (core) yang didapatkan dimasukan ke dalam core box, untuk diteliti
efektivitas injeksi semen grouting nya di laboratorium.
d. Pengeboran inti batuan (core) dilakukan hingga kedalaman per stagenya tercapai,
kemudian lubang bor dicuci bersih dengan menyemprotkan air ke dalam lubang
sampai air yang keluar sudah jernih.
e. Memasang packer untuk pengujian permeability test agar diketahui nilai kelulusan
air (lugeon) per stage kedalaman lubang grouting.
f. Pengujian permeability test dilanjutkan dengan injeksi semen grouting kedalam
lubang yang telah dibor tersebut.
g. Injeksi grouting dilakukan secara up-stage yaitu injeksi cairan semen grouting dari
bawah ke atasmulai kedalaman 5 m.
h. Penjenuhan cairan semen grouting yang telah diinjeksikan ditunggu ± 4 – 6 jam,
baru kemudian pengeboran stage selanjutnya bisa dilakukan.
i. Setelah cairan semen grouting stage telah jenuh, dilakukan core drillingpada
kedalaman stage yang ditentukan.
84
k. Permeability Test
Pengujian ini dilakukan untuk menghitung permeabilitas dalam unit lugeon yang
didefiniskan sebagai sebuah aliran air satuan liter per menit tiap stage dari sebuah lubang
yang dites dengan sebuah tekanan yang bervariasi. Berikut ini adalah tahapan
pelaksanaannya :
a. Pemasangan air packer pada stage lubang bor yang akan di tes, setelah disetting
sejajar dengan lubang bor lalu packer-nya dibuat mengembang sehingga tidak dapat
digerakan lagi.
b. Lalu air ditekan masuk ke dalam lubang dengan melewati flowmeter dan pressure
gauge.
c. Pengecekan sirkulasi air yang melewati peralatan tes, jika terjadi kebocoran pada air
packer terlebih dahulu diperbaiki dengan memperbesar tekanan angin pada kompresor.
d. Penekanan tekanan setiap stage kedalaman lubang bor disesuaikan dengan tekanan per
stage yang disyaratkan dalam spesifikasi. Tekanan yang digunakan selama
permeability test :
e. Untuk stage 1 tekanan awal yang digunakan 1 kg/cm2, kemudian debit awal aliran air
yang melewati flowmeter di catat.
f. Lalu setiap periode 1 menit dilakukan pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang
bor, hal ini dilakukan hingga periode waktu 5 menit.
85
g. Setelah itu tekanan injeksi dinaikan menjadi 1.5 kg/cm2 dan setiap periode 1 menit
dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama periode waktu 5
menit.
h. Kemudian tekanan dinaikan hingga mencapai tekanan maksimum 2 kg/cm2 dan setiap
periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama
periode waktu 5 menit.
i. Dilakukan penurunan tekanan menjadi 1.5 kg/cm2 lalu 1 kg/cm2 dengan metode
pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang bor sama seperti sebelumnya.
j. Permeability test stage 1 telah selesai, lalu bisa dilanjutkan dengan pengeboran inti
batuan (core) stage 2.
k. Pengujian untuk stage 2 dilakukan setelah pengeboran inti batuan (core) pada stage 2
telah selesai. Metode pelaksanaan untuk stage 2 dan selanjutnya hampir sama dengan
stage 1, yang membedakan adalah variasi tekanan per stagenya berbeda sesuai dengan
tekanan per stage yang disyaratkan dalam spesifikasi.
86
87
88
89
90
8. Kesimpulan
Metode TAM yang digunakan dalam proyek Bendungan Bajulmati dapat
mengatasi permasalahan keadaan tanah eksisting yang porous dan terdiri dari
batuan boulder, serta metode ini dapat digunakan untuk kedalaman 30-60 meter
dimana tanah keras lokasi berada.
9. Biodata
Nama Legkap : Rakhmat Cahyana
Tempat Lahir : Kediri
Tanggal Lahir : 26 Januari 1983
E-mail : rahmad.cahyana@gmail.com
Telepon : 081259779902
Alamat Rumah : Jl. Ledtjen Sutoyo 66 Masjid 8 NA, Kec. Pesantren,
Kediri, Jawa Timur. 64114.
Jabatan : Project Manager
Instansi : PT. Brantas Abipraya
Alamat Instansi : Jl. DI Panjaitan Kav.14, Cawang, Jakarta
REFERENSI
Cahyana, Rakhmat. 2017. Workshop KM PT.Brantas Abipraya bersama BPTK “
Proyek Waduk Bajulmati”. PT.Brantas Abipraya. Jakarta
Setiawan, Dodi. 2014. Grouting dengan Metode Tube a Manchette (TAM) di
Proyek Waduk Bajulmati. PT.Brantas Abipraya. Jakarta
Brantas Abipraya. 2015. Majalah Spirit. Edisi 03/Desember 2015. Hal 16.
PT.Brantas Abipraya. 2015. Jakarta.
91
93
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
Jl. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jum’at No. 28, Jakarta Selatan
Tlp/Fax. 021- 7661556
e-mail: balaiptk@gmail.com; sibimakonstruksi@gmail.com
website: sibima.pu.go.id