Anda di halaman 1dari 108

ISSN 2581-1576

Bunga Rampai
Penerapan Teknologi Konstruksi

InBuild KNOWLEDGE
MANAGEMENT

Edisi Juli-Agustus 2017


ISSN 2581-1576

BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

i
Direktur Jenderal
Bina Konstruksi
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI

K
eberhasilan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam penyelenggaraan mudik
lebaran tahun 2017, diapresiasi dengan mendapatkan penghargaan dari Unit Kerja Presiden
(UKP) Pancasila dengan kriteria ketersediaan sarana dan prasarana jalan. Hal ini tidak terlepas
dari kerja sama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan beberapa
penyedia jasa konstruksi di Indonesia melalui pembangunan infrastruktur jalan yang semakin
berkembang. Pembangunan tersebut tidak terlepas dari penggunaan teknologi konstruksi yang
digunakan pada proyek konstruksi yang semakin maju. Maka dari itu, masyarakat luas perlu juga
mengetahui akan adanya teknologi-teknologi terbaru yang digunakan tersebut.

Balai Penerapan Teknologi Konstruksi menyebarluaskan penerapan teknologi konstruksi melalui


website www.pjjak.net atau SIBIMA Konstruksi (Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri Bidang
Konstruksi). SIBIMA Konstruksi sebagai “One Stop Window for Construction Information” ini menyajikan
berbagai macam informasi terkini bidang konstruksi. Semua informasi ini dapat diakses secara luas
oleh masyarakat jasa konstruksi di Indonesia. Salah satu menu yang menarik pada SIBIMA Konstruksi
yaitu “Knowledge Management”. Knowledge Management hadir disajikan dalam Buku Bunga Rampai
Knowledge Management yang berisi ulasan artikel konstruksi yang dirangkum dari para penyedia jasa
serta tenaga ahli di bidang konstruksi.

Pada edisi ini, Balai Penerapan Teknologi Konstruksi bekerjasama dengan PT. Brantas Abipraya yang
merupakan salah satu BUMN kontruksi yang sedang berkembang pesat, dengan core business
proyek-proyek bidang perairan, seperti bendungan, dam, hingga jaringan irigasi. Saat ini, perusahaan
sudah berekspansi menangani proyek-proyek di luar bisnis perairan, yaitu jalan, jembatan, gedung,
darmaga, bandara, hingga proyek reklamasi. mengulas metode kerja konstruksi pembangunan
infrastruktur. PT Brantas Abipraya merupakan Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional yang telah berdiri
sejak tahun 1980 dan saat ini berkembang menjadi General Contractor. Berbagai macam metode
konstruksi yang digunakan oleh PT. Brantas Abipraya akan diulas di edisi ini. Besar harapan kami,
semoga dengan penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi ini, dapat menjadi lesson
learned dan sharing knowledge bagi Badan Usaha Jasa Konstruksi lainnya dalam mempercepat
pembangunan infrastruktur di Indonesia.
“Bersama KITA membangun”

Jakarta, Juli 2017

Ir. Yusid Toyib, M.Eng.Sc.


Direktur Jenderal Bina Konstruksi
Direktur Bina
Investasi Infrastruktur
SAMBUTAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR

P
enerapan teknologi konstruksi di Indonesia, sangat menarik untuk disimak. Hal ini disebabkan
karena karakteristik setiap lokasi proyek yang berbeda beda. Bagaimana metode kerja
konstruksi untuk membangun simpang tak sebidang di atas jalur kereta, bagaimana
penggunaan bahan Zincalume untuk mencegah tergulungnya tanah di atas box tunnel dan
metode kerja konstruksi menarik lainnya.

Balai Penerapan Teknologi Konstruksi memiliki fungsi menyebarluaskan materi penerapan teknologi
konstruksi. Proses penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi dilakukan dengan
memanfaatkan sistem informasi yaitu melalui www.pjjak.net. Di dalam website ini, tersedia menu
knowledge management. Knowledge management berisi artikel ulasan di bidang konstruksi yang terkini,
terangkum di dalam Bunga Rampai serta ulasan metode kerja yang digunakan oleh penyedia jasa yang
terangkum dalam in build management. Balai Penerapan Teknologi Konstruksi bekerjasama dengan
Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional, salah satunya dengan PT. Brantas Abipraya.

PT. Brantas Abipraya merupakan salah satu Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional yang terbesar di
Indonesia dengan pengalaman dalam pembangunan bendungan besar, jalan jembatan, bangunan
gedung dan infrastruktur lainnya. Sebagai salah satu Badan Usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar, PT.
Brantas Abipraya telah mengerjakan pembangunan infrastruktur dengan metode kerja konstruksi yang
bervariasi. Metode konstruksi yang menarik untuk diulas dari PT. Brantas Abipraya yaitu penggunaan
special lifter frame pada pelaksanaan pembangunan STS (Simpang Tak Sebidang), penerapan shoring
truss pada proyek penggantian Jembatan Dolago, penerapan jacked box tunnelling pada underpass
Cibubur dan metode konstruksi lainnya.

Metode konstruksi ini dapat menjadi bahan referensi bagi pelaku usaha jasa konstruksi di Indonesia
yang menghadapi kondisi lapangan yang sama. Semoga sharing knowledge dari PT. Brantas Abipraya ini
bermanfaat luas bagi kemajuan konstruksi di Indonesia.

Selamat Berkarya!

Jakarta, Juli 2017

Dr. Ir. H. Masrianto, MT.


Direktur Bina Investasi Infrastruktur
Kepala Balai
Penerapan Teknologi
Konstruksi
PENGANTAR KEPALA BALAI PENERAPAN
TEKNOLOGI KONSTRUKSI

P
engembangan dan penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi. Kegiatan strategis
yang harus dikembangkan dan dilaksanakan oleh Balai Penerapan Teknologi Konstruksi. Begitu
beragam materi teknologi konstruksi yang harus disebarluaskan, mulai dalam bentuk media
cetak dan media elektronik. Sejalan dengan pengembangan tugas tersebut, Balai Penerapan
Teknologi Konstruksi pun diamanatkan untuk mengelola sistem informasi terkait penerapan teknologi
konstruksi. SIBIMA Konstruksi (Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri Bidang Konstruksi) hadir
sebagai penggabungan tugas dan fungsi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi dalam penyebarluasan
materi teknologi konstruksi.

Salah satu menu unggulan dalam SIBIMA Konstruksi adalah knowledge management. Knowledge
management memuat ulasan dan artikel dari topik konstruksi terbaru dan kekinian (update) yang sedang
hangat dan berkembang di Indonesia. Tak hanya teknologi konstruksi yang diulas dalam knowledge
management, tetapi juga material konstruksi serta metode kerja konstruksi. Knowledge management
terbagi atas Bunga Rampai (kumpulan artikel tentang konstruksi) serta In Build (kumpulan metode kerja
konstruksi).

Balai Penerapan Teknologi Konstruksi berupaya menggandeng semua pelaku industri jasa konstruksi di
Indonesia untuk memperkaya muatan materi di Knowledge Management. Salah satunya bekerjasama
dengan Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional terbesar di Indonesia yaitu PT. Brantas Abipraya. Sejak
berdirinya dari tahun 1980, PT Brantas Abipraya telah memiliki segudang pengalaman baik dalam
bidang bangunan air, jalan jembatan serta bangunan gedung lainnya.

Pada edisi ini, materi teknologi konstruksi yang akan diulas yaitu metode kerja konstruksi yang digunakan
oleh PT. Brantas Abipraya. Metode konstruksi special lifter frame pada pelaksanaan pembangunan
STS (Simpang Tak Sebidang) Permata Hijau dengan bentang 70 meter, metode konstruksi jacked box
tunnelling dengan penggunaan bahan Zincalume (mencegah tergulungnya tanah) pada underpass
Cibubur serta metode kerja konstruksi lainnya yang sangat menarik. Semua materi ini kami rangkum
dan kami persembahkan untuk konstruksi Indonesia yang lebih baik.

Salam Konstruksi!

Jakarta, Juli 2017

Cakra Nagara, ST., MT., ME.


Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
SUSUNAN REDAKSI

Pengarah : Yusid Toyib, M.Eng. Sc


Direktur Jenderal Bina Konstruksi
Ir. Panani Kesai, M.Sc
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Dr. Ir. H. Masrianto, MT
Direktur Bina Investasi Infrastruktur
Dr. Ir. Darda Daraba, M.Si
Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Ir. Yaya Supriyatna Sumadinata, M.Eng.Sc
Direktur Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi
Ir. Ober Gultom, MT
Direktur Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi
Ir. R.M. Dudi Suryo Bintoro, MM
Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan

Penanggung Jawab : Cakra Nagara, ST., MT., ME


Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Redaktur : Budianto Kusumawardono, SIP,. MM

Dewan Penyunting : Martalia Isneini, ST., ME


Rezza Munawir, ST., MT., MMG
Adityo Budi Utomo, ST., M.Eng
Nofa Fatkhur Rakhman, SAP
Ir. Eduard Pauner, MT
Boy Sadikin
Veronica Kusumawardhani, ST., M.Si
Kontributor : Doddy Perbawanto
Dwi Adi Sunarko
Kamalul Asyifak
Harun Latief
Rahmat Cahyana

Redaksi Desain : Nuryamah, S.Pd


Shanti Astri Noviani, SP.d
Deviana Kusuma Pratiwi, ST

Penyunting : Tria Puspita Sari, ST


Dwi Citra Hapsari, ST
Alvian Ardianyah, ST

Email : balaiptk@gmail.com
sibimakonstruksi@gmail.com

Alamat : Balai Penerapan Teknologi Konstruksi


Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. Sapta Taruna Raya Komp. PU Ps. Jumat Jakarta Selatan 12310
Telp. 021-766 1556
sibima.pu.go.id
ISSN 2581-1576

DAFTAR ISI

Metode Konstruksi “Special Liftter Frame” pada pelaksanaan 1


Pembangunan STS (Simpang Tak Sebidang) Permata Hijau
dengan bentang 70 meter

Metode Shoring Truss pada pelaksanaan Jembatan Dolago 18

Metode Erection PCU-Girder Launcher & Cremona dan Portal Gantry 35


pada proyek Jembatan Sembayat Baru II

Teknologi Jacked Box Tunneling pada proyek Underpass Cibubur 46

Metode Gouting TAM (Tube A Manchete) pada pembangunan Waduk 66


Bajulmati
Selayang Pandang PT Brantas Abipraya (Persero)

PT
Brantas Abipraya (Persero), berdiri sejak Tahun 1980 sebagai
hasil pemekaran dari proyek Induk Pengembangan Wilayah
Sungai Kali Brantas. Perusahaan bergerak pada industri yang
sangat kompetitif yaitu Jasa Pelaksana Konstruksi, atau yang lazim disebut
Kontraktor. Sesuai dengan sumber daya, pengalaman dan keahlian (yang dimiliki),
maka Perusahaan mengambil segmen pasar utama yaitu bidang Bangunan Air.
Dalam bidang ini Perusahaan telah sangat berpengalaman terutama dalam
membangun Bendungan Besar.

Dalam perkembangan selanjutnya, Perusahaan telah memasuki bidang pekerjaan


lain, seperti Jalan dan Jembatan, Prasarana Perhubungan (laut dan udara) seperti
pelabuhan laut dan bandar udara, Kelistrikan, Bangunan Gedung, dan lain
sebagainya, sehingga PT Brantas Abipraya telah berkembang menjadi General
Contractor.

Kegiatan usaha Perusahaan dilakukan melalui persaingan bebas yang sehat, dengan
menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan etika bisnis yang lazim
berlaku. Pada saat ini Perseroan mempunyai kantor divisi di Medan, Jakarta,
Surabaya, Makassar dan Samarinda serta kantor cabang di Padang, Pekanbaru dan
Banjarmasin.

Perseroan sampai saat ini berhasil mencatat sejumlah prestasi yaitu: Sebagai “Wajib
Pajak (WP) Patuh” untuk tiga kali periode berturut-turut sejak Tahun 2009- 2010,
Tahun 2010-2011, Tahun 2011-2012 dan Tahun 2013-2014. Perseroan juga
mendapat predikat kinerja
keuangan “Sangat Bagus” dari Majalah Infobank untuk perusahaan BUMN kategori
Non Keuangan untuk Tahun 2011-2013.

Dengan Visi ingin menjadi Perusahaan Terpercaya dalam industri konstruksi.


Sedangkan misi Perseroan menyediakan produk konstruksi bermutu tinggi serta
professional dan berkelanjutan.
1
Metode Konstruksi ‘Special Liftter Frame’ pada pelaksanaan
Pembangunan STS (Simpang Tak Sebidang) Permata Hijau dengan
bentang 70 meter

Gambar 1. Teknologi Special Lifter Frame pada proyek Permata Hijau

1. Informasi Proyek :
Nama proyek : Pembangunan STS (Simpangan Tak
Sebidang) Permata Hijau
Lokasi proyek : Permata Hijau, Jakarta Selatan
Kontrak Pekerjaan : Desain Built Contract.
Nilai kontrak : 131 Milyar
Panjang total jembatan FO : 623 m
Panjang bentang utama : 374 m
Panjang sisi Permata Hijau : 136 m (63 m PCU Girder + 35 m Pile
Slab + 38 m timbunan)
Panjang sisi Patal Senayan : 113 m (63 m PCU Girder + 25 m Pile
Slab + 25 m timbunan)

1
Tinggi jembatan : 5,5 – 12 m
Lebar Jembatan : 10 m

Bangunan Bawah:
a) Jembatan Pendekat (PCU Girder)
- Pondasi Bore Pile  1m : 29 titik (kedalaman 30 m s/d 55 m)
- Pile Slab  0,8 m : 42 titik (kedalaman 15 m s/d 20 m)
b) Jembatan Utama (Main Span)
- Pondasi Bore Pile  1m : 47 titik (kedalaman 30 m s/d 55 m)
- Pier ( Kolom ) : 13 buah (A1, A1”, P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7,
P8, P9, A2”, A2)
Bangunan Atas:
a) Jembatan Pendekat (PCU Girder)
- PCU Girder : 4 span ( L = 30,8 m )
- Lantai Jembatan : 440 m3 ( beton fc‟ = 33,2 MPa )
b) Jembatan Utama (Main Span)
Khusus menggunakan metode SLF, bentang 70 meter yang melintas rel
KA.
- Box Girder : 10 span (typical span = 19,6 - 42,0 m ;
special span = 70 m)
- Typical Segmen : 124 buah (6 bh segmen EJ, 5 bh segmen
pier)

2
2. Latar Belakang Teknologi SLF:

Gambar 2. Peta lokasi proyek Permata Hijau


- Persimpangan sebidang antara jalan dengan rel kereta api yang sangat
padat, dimana volume lalu-lintas sangat tinggi terutama pada jam sibuk
pagi dan sore hari sehingga menimbulkan kemacetan/antrian kendaraan.
- Tingginya Frekuensi kecelakaan Lalu-Lintas pada persimpangan Permata
Hijau.
- Persimpangan sebidang antara jalan dengan rel kereta api yang sangat
padat, kemacetan kendaraan pada simpang tersebut sering terjadi
kecelakaan antara kendaraan dengan kereta. Dimana pada jalur ini lalu
lintas kereta api yang padat setiap 5 menit sekali melintas pada lintasan
sebidang rel kereta.
- Adanya kabel listrik Kereta Rel Listrik (KRL) beserta kabel2 pengatur
signal diatas jalur Kereta Api.
- Tidak memungkinkan pengangkatan Box Girder pada ROW rel KRL
karena frekuensi lintasan kereta tidak boleh terhenti.
- Waktu pekerjaan yang sangat terbatas dimana PT. Brantas Abipraya
dalam proses pembangunan flyover ini hanya diberikan waktu 3 jam yaitu

3
mulai dari jam 1 malam hingga jam 4 pagi. Lewat dari jam tersebut tidak
boleh melakukan aktivitas kegiatan konstruksi lagi.

3. Tujuan Penggunaan Teknologi SLF.


a. Frekuensi Gerakan KRL tidak memungkinkan pekerjaan pengangkatan
erection box girder pada ruang ROW Jalur Kereta, sehingga perlu
dicarikan metode pengangkatan Box Girder diluar wilayah ruang ROW
Jalur Kereta.
b. Metode Pemasangan Box Girder pada Simpang Susun, perlu dilakukan
dari samping atau dari Atas, untuk diletakkan pada Alignemen simpang
susun simpang.

4. Inovasi Penyelesaian Masalah.


Menggunakan metode „erection box girder‟ dengan menggunakan „Special
Lifter Frame’ sehingga tidak mengganggu frekwensi KRL dikarenakan
pengangkatan box girder diangkat dari sisi luar ROW KRL, kemudian digeser
dengan alat khusus, kemudian box girder tsb diletakkan pada posisinya diatas
ROW KRL. Metode ini merupakan kombinasi Antara method Gantry system
dengan Metode Crawler Crane/Lifting Frame. Metode ini untuk pertama
kalinya dilaksanakan di Indonesia, dan dicoba pada proyek ini oleh PT
Brantas Abipraya (Persero).

4
5. Metode Pelaksanaan di Lapangan
Pelaksanaan pekerjaan menggunakan Special Lifting Frame (SLF) :
a. Sebelum special lifter frame diletakkan diatas pier table dilakukan assembly
dibawah. Setelah terangkai sempurna, SLF diangkat menggunakan crane ke
atas pier table.

Gambar 3. Perakitan peralatan SLF di bawah

Gambar 4. Proses pengangkatan SLF menggunakan crane

5
Gambar 5. Peletakan SLF di atas pier table

b. Ketika posisi lifting frame sudah terpasang diatas pier table, setting SLF
dalam mode erection. Lifting Spreader Beam dirangkai di atas box precast,
alat tersebut siap untuk mengangkat box girder. Pengangkatan pada satu sisi
dengan menggunakan schedule beam sehingga elevasi box girder dapat
diketahui.

Gambar 6. Memasang SLF dalam mode erection untuk mengirimkan


segmen

6
Gambar 7. Memasang SLF dalam mode erection untuk mengirimkan segmen di lapangan

c. Pengangkatan box precast segmen pertama. Box precast diangkat setinggi alat
SLF kemudian putar hingga sejajar dengan SLF dan tempatkan box pada
center SLF. Ubah SLF menjadi driving mode dan gerakkan ke sisi upstream
pier table.

Gambar 8. Mengangkat box segmen 1 sisi upstream

7
Gambar 9. Mengangkat segment pertama (di lapangan)

Gambar 10. Segmen box girder bergerak ke center dari SLF

8
d. Tempatkan box segmen 1 pada posisi di atas pier table. Ubah SLF menjadi
erection mode. Turunkan box segmen 1 pada posisi di samping pier table.
Tahan box segmen 1 dengan temporary holding beam. Setelah holding beam
terpasang disatu sisi upstream, arahkan SLF ke arah downstream untuk
persiapan mengangkat kembali box segmen 1 di sisi downstream sehingga
jembatan menjadi balance.

Gambar 11. Ubah


SLF menjadi
erection mode dan
turunkan segmen
pada posisinya

Gambar 12. Pada saat


segmen sudah pada
posisinya maka segmen
dikunci oleh temporary
holding beam

9
Gambar 13. Merubah
SLF menjadi driving
mode dan bergerak
ke sisi sebaliknya
untuk persiapan
pengangkatan box
segmen sehingga
balance

e. Ubah SLF menjadi Driving Mode, gerakan ke sisi downstream. Ubah SLF
menjadi Erection Mode dan lakukan pengangkatan segmen 1 pada sisi
downstream hingga setinggi SLF, putar dan letakkan pada center SLF. Geser
SLF pada sisi pier table downstream. Ubah SLF kembali pada erection mode,
turunkan box segmen 1 downstream pada posisinya dan kunci dengan
temporary holdiung beam.

Gambar 14.
Mengangkat box
segmen 1 sisi
upstream

10
f. Setelah box segmen terpasang pada sisi upstream dan downstream sempurna.
Dilakukan pembesian dan pengecoran pada wide join (stitch) untuk proses
menyambungkan cast insitu dari pada pier cable dengan precast box girder.
Setelah wide joint mengeras, dilakukan stressing tendon permanen sehingga
menjadi satu kesatuan.

Gambar 15.
Pembesian serta
pengecoran dari wide
joint

Gambar 16.
Stressing tendon
permanen

11
Gambar 17. Setelah cor
beton di wet joint dan
dilakukan proses stressing
tendon permanen

Gambar 18. Grouting


lubang tendon

g. Setelah itu proses selanjutnya adalah dilakukan grouting lubang tendon


sehingga struktur dianggap balanced cantilever yang utuh. Setelah semua
sudah sempurna, Kemudian bisa melakukan pemasangan segmen selanjutnya
pada sisi upstream S2R

h. Menaruh segmen pada center special lifter kemudian merubah special lifter
menjadi driving mode dan bergerak ke sisi kanan. Erection mode digunakan
untuk proses pengangkatan sedangkan driving mode dilakukan untuk proses
pergerakan SLF.

12
Gambar 19. SLF bergerak ke sisi kanan

i. Merubah kembali ke erection mode, menurunkan segment dari center lifter


dan pasangkan stress bar segment untuk menahan daripada segment
sementara.

Gambar 20. Menurunkan segment dari center


lifter dan memasang stress bar segment

13
j. Gerakkan special lifter ke sisi kiri dan mengangkat segment kedua dan
pasangkan ke segment pertama dengan memasang temporary stress bar.
Pasang tendon permanent.

Gambar 21. Mengangkat segment kedua dan letakkan pada posisinya,


kunci dengan temporary stress bar

k. Lakukan stressing tendon antar segmen hingga menjadi satu kesatuan yang
utuh. Ulangi langkah-langkah tersebut.

14
6. Kendala Saat Implementasi.
a) Metode ini sangat Berisiko Tinggi, terutama saat pengangkatan Box Girder
seberat 30 Ton dan saat sdh pada level untuk digeser pada alat SLF yg
beratnya 90 ton, kemudian selanjtnya box Girder perlu dilakukan pemutaran
pada posisi diatas Traveller.
b) Berisiko tinggi apabila terjadi ketidak seimbangan pada Alat Traveller pada
saat memindahkan Box girder dari sisi luar ROW jalur kereta menuju ROW
Jalur kereta,, karena hal serupa pernah terjadi pada proyek di Dompa dan
Mahkota.
c) Clossure poada saat pertemuan Antara dua segmen.Penggunaan Alat ukur
Theodolit, dalam banyak hal menimbulkan error hasil pengamatan sehingga
diusulkan untuk memakai system sensor. Perbedaan ini bisa tampak pada
chamber.
d) Pada saat perencanaan belum sepenuhnya menghitung beban2 yang bekerja
saat pada saat pelaksanaan, sehingga apabila terjadi retak pada saat
pelaksanaan, perlu dicarikan dulu penyebabnya, sebelum pekerjaan dapat
dilanjutkan pada proses selanjutnya.

7. Referensi.
a) Launching Gantry dengan system stressing eksternal pada Proyek Ring Road
Bogor.
b) Balance Cantilever dengan system Stressing Internal.
c) Metode balance cantilever launcher dengan lifting Crane.

8. Manfaat yang diperoleh.


a) Pelaksanaan erection pada Box Girder pada bentang diatas ROW Jalur KRL
dengan panjang bentang 70 meter, dapat dilaksanakan tanpa menutup
lintasan mobilitas Kereta.

15
b) Dengan Metode SLF ini maka pekerjaan, bisa lebih cepat dilaksanakan dari
waktu yang direncanakan didalam S Curve, progress realisasi bisa 20% head
schedule.
c) Apabila akan dilaksanakan pada Proyek lainnya, maka sudah tersedia SOP
untuk pelaksanaan tahapan pekerjaan SLF.
d) Pelaksana proyek memperoleh pengalamam melkasnakan pekerjaan yang
termasuk High Risk Proyek, dengan menggunakan SHMS.

9. Kesimpulan.
a) Metode SLF dapat mereduksi waktu pelaksanaan erection Box Girder.
b) Metode ini dapat dilaksanakan sebagai solusi tanpa mengganggu lalu-lintas
pada Persimpangan, terutama lintas KRL yang tdk diijinkan terputus.
c) Metode ini juga dapat dilaksanakan pada pekerjaan yang melintasi Jurang
yang dalam ataupun sungai yang alirannya deras.

Biodata:
Nama : Dody Perbawanto
Tempat Lahir : Bogor
Tanggal Lahir : 30 April 1965
Nomor KTP : 3578243004650002
NPWP : 72-596.328.4-013.000
E-mail : dodyperbawanto@gmail.com
Handphone : 081315900077
Alamat rumah : Tenggilis Mujoyo Selatan IV/15 Surabaya
Kecamatan : Tenggilis Mojoyo
Kab/Kodya : Tenggilis Mojoyo
Provinsi : Jawa timur
Kode Pos : 60292
Nama Instansi : PT. Brantas Abipraya
Jabatan : Manager Operasi Jalan Jembatan Divisi 2
Alamat Instansi : Jl. D.I. Panjaitan Kav. 14 Cawang, Jakarta Timur.

16
17
Penerapan Metode Konstruksi Shoring Truss
Pada Proyek Penggantian Jembatan Dolago Cs

1. Informasi Proyek Jembatan DOLAGO


Jembatan Dolago adalah bagian jalan Trans Sulawesi merupakan jembatan
Beton prategang yang memiliki total panjang 110 meter, panjang bentang utama
(Bentang pelengkung) 70 m dan lebar 14,5 m.

2. Latar Belakang Teknologi Shoring Truss.


Pada tanggal 26 agustus 2012 telah terjadi bencana banjir bandang di desa
boyantongo Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi tengah, peristiwa itu
mengakibatkan Jembatan Dolago yang menghubungkan jalan Trans Sulawesi
didaerah tersebut terputus. Ilustrasi Pasca banjir tampak seperti pada gambar
dibawah ini.

18
Gambar 22. Kondisi jembatan pasca banjir bandang

3. Tujuan penggunaan teknologi.


Sungai ini berdasarkan data masa lampaui sering dilanda banjir bandang,
dimana banjir membawa material sampah beserta kayu hasil penebangan liar
hutan disekitar Parigi. Material yang terbawa aliran air ini dapat berisiko pada
saat pelaksanaan jembatan apabila dilaksanakan dengan metode konvensional
dengan menggunakan perancah.

4. Inovasi Penyelesaian Masalah.


Inovasi yang dilakukan pada pelaksanaan pembangunan jembatan DOLAGO,
adaalah pada bentang Utama konstruksi perancah struktur balok dan lantai
menggunakan “Shoring Truss””.
Keunggulan metode Shoring Truss ini adalah :
a. Menahan seluruh beban Beton dan bekisting serta perancah yang menjadi
beban pada saat pelaksanaan konstruksi bentang Utama. Umumnya

19
perencana belum memperhitungkan beban-beban yang terjadi pada saat
pelaksanaan.
b. Mitigasi Risiko kerusakan pada masa pelaksanaan akibat kemungkinan
timbulnya banjir yang menghanyutkan material.

5. Metode Pelaksanaan Teknologi Konstruksi Shoring Truss.


a. Bagian-bagian dari System Shoring Truss
1) Pondasi
Pondasi System Shoring Truss menggunakan tiang pancang pipa baja
dengan diameter 30 cm, yang dipancang sesuai dengan titik-titik yang
telah ditentukan sedalam 15 m.
2) Caping, merupakan penutup kepala tiang pancang dimana akan dijadikan
sebagai tempat dudukan slipper Beam serta Cross Beam dan akan
membuat ikatan antar tiang pancang.
3) Slipper Beam di atas Caping
Posisinya di atas Caping tiang pancang, menghubungkan antar tiang
pancang dengan arah sejalur dengan konstruksi. Slipper Beam
merupakan Profil baja ukuran H 350 mm x 500 mm.
4) Cross Beam di atas Caping
Cross Beam merupakan Profil baja type H 350 mm x 500 mm yang
dipasang di atas Slipper Beam dengan arah melintang.
5) Shoring, Merupakan rangkaian tiang profil baja yang dirangkai sehingga
membentuk suatu konstruksi penopang yang menahan beban/konstruksi
di atasnya, ketinggian shoring 3 meter di atas Slipper Beam.
6) Cross Beam di atas Shoring, merupakan Profil Baja type H 350 mm x
500 mm yang berfungsi unutuk merangkai beberapa Shoring menjadi
satu kesatuan pada arah melintang.

20
7) Slipper Beam di atas Shoring, Merupakan Profil Baja type H 350 mm x
500 mm yang berfungsi untuk merangkai beberapa shoring menjadi satu
Kesatuan.
8) Scew Jack, merupakan unit pengungkit yang berfungsi untuk mengatur
ketinggian truss yang akan dipasang di atas shoring.
9) Cross Beam di atas Screw jack
Cross beam ini berfungsi sebagai pengikat dari screw jack yang akan
juga menjadi tumpuan dari truss.
10) Truss, sebagai penopang perancah.
11) Baja Profil I, digunakan sebagai landasan bekisting.

b. Metode Pemasangan System Shoring dengan Truss


1) Pekerjaan Persiapan
a) Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan gambar perencanaan
perancah dan begisting yang akan dipasang dalam pembangunan
Jembatan Dolago.

Gambar 23. Rencana bekisting dan perancah Jembatan Dolago

21
b) Persiapan lahan kerja, yaitu menyiapkan kondisi lahan sedemikian
rupa sehingga dapat dilaksanakannya pekerjaan instalasi Shoring dan
truss.
c) Menyiapkan segala kebutuhan baik tenaga, material dan alat yang
akan dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan Shoring
dan truss.

2) Pekerjaan Pemancangan
a) Langkah pertama yaitu menyiapkan titik-titik pemancangan sesuai
dengan yang direncanakan pada gambar kerja.
b) Pemancangan dilakukan sedalam 15 m, pada kedalaman tersebut
didapat daya dukung yang mampu untuk menahan beban seluruh
konstruksi yang berada di atasnya. Pemancangan dilakukan dengan
menggunakan peralatan Diesel hammer K 25. Tiang pancang yang
digunakan adalah tiang pancang pipa besi dengan diameter 30 cm.

Gambar 24. Pelaksanaan pemacangan

22
c) Pemotongan Tiang Pancang
Untuk mendapatkan permukaan yang rata, maka tiang pancang yang
telah dipancang diukur elevasinya dan dilakukan pemotongan tiang
pancang pada elevasi yang sama.

Gambar 25. Pemotongan tiang pancang

3) Pemasangan Caping/dudukan Slipper Beam

Gambar 26. Pemasangan


caping/dudukan slipper beam

4) Pemasangan Slipper Beam di atas caping


Slipper Beam dipasang searah dengan jalur konstruksi menggunakan
smabungan mur baut, berfungsi untuk memberi ikatan antar tiang
pancang sehingga menjadi kaku.

23
Gambar 27. Pemasangan
Slipper Beam

5) Pemasangan Cross Beam di atas Slipper

Gambar 28. Pemasangan cross


Beam di atas slipper

6) Pemasangan Shoring
Baja Profil dirangkai terlebih dahulu membentuk suatu konstruksi yang
terdiri dari 4 buah tiang baja dan baja pengikat yang disambung

24
menggunakan sambungan mur baut. Shoring yang sudah dipasang
disambung ke Cross Beam dengan menggunakan sambungan mur dan
baut agar terjadi ikatan antar Shoring pada bagian bawah.

Gambar 29. Pemasangan Shoring di


atas cross beam

7) Pemasangan Cross Beam dan Slipper Beam di atas Shoring


Setelah Shoring terpasang maka pada bagian atas Shoring juga dipasang
cross beam dan Slipper beam agar terjalin ikatan antar Shoring pada
bagian atas.

Gambar 30. Pemasangan cross beam dan slipper beam

25
8) Pemasangan Screw Jack
Srew Jack dipasang di atas Cross Beam digunakan untuk menopang
Cross Beam dengan ketinggian yang dapat disesuaikan dengan rencana
pemasangan truss.

Gambar 31. Pemasangan Screw Jack

9) Pemasangan Cross Beam di atas Screw Jack


Cross Beam dipasang di atas Screw Jack dan digunkan sebagai
tumpuan Truss.

Gambar 32. Pemasangan Cross Beam

26
10) Pemasangan Truss
Truss yang sudah dirangkai dipasang di atas Cross Beam dengan
menggunakan peralatan crane dan disambung di Cross Beam dengan
menggunakan sambungan mur dan baut.

Gambar 33. Pemasangan truss

11) Pemasangan Baja Profil I


Setelah Truss terpasang maka dilanjutkan dengan pemasangan Baja
Profil I untuk dijadikan dudukannya beisting Balok Tie Beam, balok
anak dan Diapragma serta lantai jembatan.

Gambar 33. Pemasangan baja profil I

27
Terpasangnya konstruksi sistem shoring dengan truss, maka
pelaksanaan pekerjaan struktur atas pembangunan jembatan Dolago
dapat dimulai antara lain yaitu pemasangan begisting balok tie beam,
balok anak dan diapragma serta lantai jembatan.

12) Pemasangan Bekisting Tie Beam, Balok dan Lantai

Gambar 34. Pemasangan bekisting balok, tie beam

13) Pembesian Tie Beam, Balok, dan ;antai

Gambar 35. Pembesian tie beam

28
14) Pemasangan Spherical Bearing

Gambar 36. Pemasangan Spherical Bearing

15) Pekerjaan Ducting Steel dan Tendon

Gambar 37. Pekerjaan ducting steel dan tendon

29
16) Pemasangan overstek Besi Balok Pelengkung

Gambar 38. Pemasangan overstek besi balok pelengkung

17) Pengecoran Tie Beam, Balok, dan Lantai


Beton yang digunakan untuk pengeciran tie beam dengan fc‟30 Mpa.

Gambar 39. Pengecoran tie beam, balok, dan lantai

30
18) Pekerjaan Bekisting & Pengecoran Kolom Penggantung

Gambar 40. Pekerjaan kolom penggantung

19) Pekerjaan Balok Pelengkung

20) Pengecoran Balok Pelengkung


Dalam metode pengecoran, tie beam dilakukan secara terlebih dahulu
karena menggunakan conrete pump dari dua sisi. Dari arah parigi
dilakukan terlebih dahulu agar memperpendek jarang jangkauan
concrete pump. 150-170 ton/m kubik per hari. Setelah itu dilaksanakan
pengecoran balok dan lantainya sekaligus dalam waktu 3 hari karena
volumenya lumayan cukup besar. Pada umur beton tie beam memenuhi
syarat stressing dengan @50%. Penarikan tie beam dilakukan sebanyak

31
70% sebelum pelengkung di kerjakan. Pengecoran pelengkung maka
harus dilakukan pengecoran pengaku paling atas terlebih dahulu.
Pengecoran dilakukan dari satu sisi per 2 segmen, dilakukan secara
bertahap. Setelah selasai pengecoran pelengkung dari dua sisi maka
dapat dilanjutkan dengan pengecoran pengaku. Pengecoran struktur
atas dilaksanakan hanya dalam waktu 4 bulan.

Gambar 41. Pekerjaan balok pelengkung

6. Kendala saat Implementasi Konstruksi Shoring Truss.


a. Harus dibuat Cofferdam saat pemancangan Steel Pipe sehingga penampang
sungai mengecil dan akan berakibat buruk saat terjadinya banjir.
b. Pelaksanaanya membutuhkan waktu yang lama.
c. Banyak sisa baja profil yang terbuang tdk termanfaatkan.
d. Adapun resiko yang mungkin terjadi adalah perancah yang terpasang
terbawa arus sungai

32
7. Manfaat Penggunaan Teknologi Konstrruksi Shoring Truss.
a. Dapat dibebani dengan peralatan konstruksi yang berat. Yang diperlukan
pada pekerjaan dibagian atas.
b. Meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja karena konstruksi lebih kokoh
dan stabil.

8. Referensi dan Biodata


Nama lengkap : Harun Latief
Tempat lahir : Pinrang
Tanggal lahir : 18 Januari 1972
Email : harunltf@yahoo.com
No. Hp : 081343947497
Alamat Rumah : jl griya prima tonasa blok E.3 No. 5
Kecamatan : Biringknaya
Kabupaten/kota : Makasar
Provinsi : Sulawesi Selatan
Kode Pos : 90243
Nama Perusahaan : PT Brantas Abipraya
Jabatan : Project Manager

33
34
Penerapan Metode Erection PCU-Girder Dengan
Launcher & Cremona dan Portal Gantry
Pada Proyek Jembatan Sembayat Baru II (MYC)

1. Informasi Proyek Jembatan SEMBAYAT BARU II


Proyek Pembangunan Jembatan Sembayat Berada di desa sembayat, gersik di
jalur pantura. Berseberangan dengan jembatan sembayat pertama. Jembatan
dibangun sebagai akses utama kawasan pantai utara (pantura) Jawa Timur,
jembatan baru itu berperan vital sebagai salah satu akses transportasi
industri. Jembatan Sembayat II termasuk Type Jembatan Pelengkung yang
melintasi sungai Bengawan Solo, lokasi terletak di Propinsi Jawa Timur dengan
periode Konstruksi 753 hari (selesai 13 Desember 2017). Bentang Pelengkung
93 m dengan metode Pengecoran In Situ Pelengkung system Shoring. Bentang
causeway 50 m, Precast PC-U Girder dengan Metode Erection Portal Gantry dan
Launcher Cremona.

35
2. Latar Belakang Teknologi Erection PCU-Girder Launcher & Cremona dan
Portal Gantry.
Pada lokasi Kerja bentang ABT1 dan P1 belum tersedia lahan yang cukup untuk
melaksanakan pekerjaan dan juga errection harus dilakukan diatas air dengan
ketinggian sekitar 10 meter. Pada saat musim penghujan, Sungai Bengawan Solo
memiliki debit air yang cukup besar dan deras.

3. Tujuan penggunaan teknologi.


Menginat bahwa sebagian causeway berada pada wilayah air dan lainnya berada
pada wilayah darat, sehingga metode Erection PCU-Girder dengan Launcher &
Cremona dan Portal Gantry dinilai paling effisien dan effektif yang dimungkinkan
untuk dipakai.

4. Inovasi Penyelesaian Masalah.

Gambar 42. Metode launcing girder dengan launcher & Cremona serta portal

36
Penyelesaian launcing girder dilaksanakan dengan 2 metode yaitu :
a. Metode Launcher & Cremona dilaksanakan untuk bentang di atas sungai
b. Metode Portal Gantry dilaksanakan untuk bentang di daratan dengan
membuat portal rangka baja pada kedua sisi pilar

5. Metode Pelaksanaan Teknologi Erection PCU-Girder Launcher &


Cremona dan Portal Gantry.

Gambar 43. Metode instalasi launcher dan cremona

37
Gambar 44. Metode setting U girder di atas launcher

Gambar 45. Metode penyusunan U girder di atas pilar

Untuk setting perancah membutuhkan waktu selama 1815 menit. Sedangkan untuk
cycle time for erection menghabiskan waktu sekitar 360 menit.

38
6. Metode Erection PCU-Girder metode Portal Gantry
Erection PC-U Girder dengan menggunakan System Gantry adalah
pengembangan dari System Crane, dimana karena faktor Lokasi dan juga Biaya
Pelaksanaan maka untuk mengatasinya dengan cara membuat peralatan
pengganti Crane. Untuk menentukan dapat tidaknya digunakan system hoist
creane.
a. Sistem Launching dibagi menjadi dua bagian yakni,
1) Launching di darat, Mulai dari Stock PC-U Girder dipasang Sistem Rel
dibawah diberi alas kayu kereta lounching memakai Trolly Elektrik.
2) Lounching ke atas jembatan, Mengangkat Girder keatas Pier Jembatan
menggunakan Portal dan Hoist Creane.

b. Kemudian, pemasangan sistem rel:


1) Sistem Rel dipasang mulai dari Stock Girder sampai dibawah Pier yang
akan dipasang Girder.

39
2) Memasang Kaki Portal, satu kaki dipasang dibawah dengan diberi alas
pondasi dan satu kaki berada diatas Pier, tinggi serta panjang Portal
disesuaikan dengan ukuran Jembatan.
3) Hoist Creane memakai roda trolly dipasang diatas Portal,untuk
pengangkatan dan penggeseran Girder.

c. Persiapan Stockgirder:
1) Stock Girder di setting diatas oprit dengan posisi sejajar Jembatan.
2) Pondasi stressing bar ujung harus betul –betul kuat.
3) Membuat pondasi untuk tumpuan kaki portal.

d. Geser Girder Dari Stock Ke Atas System Rel Dan Trolly:


1) Memasang kayu dan plat untuk alas Trolly geser.
2) Mengangkat Girder dari Stock memakai alat Jack Hidrolik.
3) Memasang Trolly geser dipasang dibawah Girder.
4) Girder digeser keatas system rel dengan menggunakan alat tarik
chane block.

e. Launching Girder Dari Stock Ke System Hoist:


1) Memasang Trolly lounching elektrik dibawah girder.
2) Trolly Lounching Elektrik berjalan maju lewat diatas system Rell
membawa Girder sampai dibawah portal Hoist.

f. Menggangkat Girder Memakai Hoist Creane:


1) Seling angkat Hoist Creane dikaitkan ketitik angkat Girder.
2) Hoist Creane dengan tenaga motor elektrik mengangkat Girder keatas
Pier, sampai posisi Girder sejajar dengan tinggi Pier.

40
g. Menggeser Girder Keatas Pier:
1) Trolly Hoist Creane dengan tenaga motorelektrik berjalan membawa
Girder keatas Pier.
2) Girder digeser sampai pada posisi letaknya.

h. Memasang Bearring Pad:


1) Memastikan Posisi Girder Sudah Tepat Pada Letaknya.P
2) Lantai Dudukan Berring Harus Benar – Benar Rata.
3) Memasang Bearring Pad Harus Sesuai Dengan Tanda Yang Telah
Dibuat.
4) Girder Diturunkan Pelan – Pelan Dan Dilihat Ketepatan Posisinya.

i. Memasang Bracing Pengaman Girder.


1) Mengontrol ulang untuk memastikan letak serta posisi Girder
terpasang dengan sempurna.
2) Jika dirasa pemasangan Girder sudah benar – benar sempurna maka
dapat dipasang pengaman Brussing dengan menggunakan besi beton
dilas antara bag wall dengan Sier conector

41
42
Gambar 47. Cycle time metode portal gantry

6. Kendala saat Implementasi Erection PCU-Girder


a. Pada saat akan digeser pada posisi akhir, biasa terjadi punter. Mitigasinya
adalah pada saat Cremona akan digeser keluar, tetapkan bahwa Girder tetap
pada posisinya.
b. Perlu diperhatikan kemampuan Jack pump yg sesuai dengan beban
girdernya.

43
7. Manfaat Penggunaan Teknology Erection PCU-Girder metode Launcher &
Cremona dan Portal Gantry.
a. Metode Launcher & Cremona Dimungkinkan dilaksanakan walaupun
errection dilaksanakan diatas air sungai. (Antara ABT1 dan P1).
b. Metode Portal Gantry di laksanakan diatas permukaan darat. (Antara P2
dan ABT2).

8. Kesimpulan.
Kedua metode ini dimungkinkan dilaksanakan pada lokasi jembatan Sembayat
II, dengan memperhatikan mitigasi pada bagian 6 diatas, sehingga perlu
dibuatkan SOP nya sebelum pelaksanaan pekerjaan.

Biodata Pemateri :

Nama :Kamalul Asfiyak


Tempat Lahir : Kediri
Tanggal lahir : 08 April 1984
Email : asfiyak_kamalul@yahoo.com
Telepon : 08125384064
Alamat Rumah : Pule, RT. 03/RW.06 Kec. Kandat, Kediri, Jawa Timur
Nama Instansi : PT. Brantas Abipraya (Persero)
Jabatan : Project Manager
Alamat Instansi : Jl. D.I. Panjaitan Kav. 14, Cawang, Jakarta Timur 13340

44
45
Penerapan Teknologi Jacked Box Tunneling
pada Underpass Cibubur

Penerapan Teknologi Metode Konstruksi „Jacked Box Tunneling‟ tanpa treatment


pada badan jalan (pertama di Indonesia) dengan penggunaan bahan Zincalume untuk
„Anti Drag System‟ (mencegah tergulungnya tanah di atas box tunnel (pertama di
dunia)”. Selain itu Underpass Cibubur merupakan Underpass pertama di Indonesia
yang dibangun di bawah jalan tol, dengan kedalaman + 2 m di bawah jalan (pertama
di dunia).

1. Informasi Proyek

Gambar 48. Peta lokasi


underpass Cibubur

46
Lingkup Pekerjaan:
Panjang Total Underpass : 1.129,66 m

Box Underpass Ramp


Panjang Box : 93,00 m Ramp Barat : 785,66 m
Panjang Box : 24,10 m Ramp Timur : 151,22 m
Extension
Lebar Box Bersih : 8,5 m Deck Portal : 57,18 m
Barat
Tinggi Box Bersih : 6,0 m Deck Portal : 18,5 m
Timur
Lebar Jalan 1 Arah : 7m Lebar Jalan 1 : 7m
Arah
Dinding/Top Box : Beton Perkerasan : Rigid
bertulang
tebal 60 cm
Bottom Box : Beton Struktur : - Bored Pile
bertulang Dinding dia.80 cm
tebal 80 cm - Retaining
Wall

47
2. Latar belakang Teknologi.
Pembangunan Underpass Cibubur ini merupakan salah satu realisasi dari
rangkaian upaya penanganan kemacetan, khususnya yang terjadi di kawasan
Cileungsi, Cibubur dan Cimanggis. Pembangunan underpass ini menggunakan
metode Jacking System. Jacking System merupakan kegiatan mendorong box
tunnel ke dalam tanah dengan sistem hidraulik atau metode jacking untuk
mendorong box tunnel masuk tegak lurus ke dalam tanah pada jalur yang telah
direncanakan. Teknik ini lebih efisien dari pada membangun jembatan layang,
pembangunan ini akan lebih murah dan tidak mengganggu arus lalu lintas
eksisting diatasnya. Saat pembangunan underpass cibubur ini diatas terdapat
jalan tersibuk di Republik ini, agar pembangunannya tidak menggangu lalu lintas
tol Jagorawi maka dibuat dengan tidak mengeduk atau membuat galian di atas
jalan tol. Semuanya dilakukan dari bawah jalan tol. Dengan dibangunnya
underpass ini diharapkan bisa mengurangi kemacetan arus lalu lintas di jalan
trans yogi hingga gerbang tol cibubur.
Permasalahan di proyek Underpass Cibubur antara lain :
a. Operasi jalan tol di atasnya tidak boleh terganggu.
b. Wilayah Kerja Terbatas.
c. Waktu pengerjaan terbatas.
d. Gaya Dorong Dapat Menggulung Permukaan Jalan Tol
e. Gaya Dorong Yang Bertambah Besar Dapat Merusak Box
f. Kebutuhan Kapasitas Hydraulic Jack Berpotensi Bertambah.
g. Diperlukan Lokasi Jacking Yang Efektif Untuk Menahan Gaya Dorong Pada
Lokasi Yang Sangat Terbatas.
h. Traffic Management paling Rumit di Indonesia.

48
4. Inovasi Penyelesaian Masalah.
Perlu penerapan inovasi teknologi pada pembangunan infrastruktur Underpass
Cibubur dengan penggunaan Jacked Box Tunneling dengan Sistem Non-
Intrusive Tunneling.

5. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Metode Jacked Box Tunneling:


a. Persiapan Jacking
1) Bracket dipasang dengan baik pada Bottom Box Segmen yang akan di
Jacking. Harus dipastikan bahwa tidak ada celah yang cukup besar antara
plat baja dan permukaan concrete box. Apabila ada celah yang cukup besar
perlu dilakukan perbaikan dengan cara mengisi celah tersebut dengan
bahan pengisi structural
2) Jack dipasang dengan baik pada bracket jack. Jack harus terpasang rata
dengan pelat bracket. Bracket jack tidak boleh menyentuh plat form saat

49
jack telah terpasang. Apabila menyentuh platform maka posisi bracket
perlu dinaikkan. Adapun posisi pemasangan jack harus sesuai dengan
tahapan jumlah segmen didorong.
3) Pemasangan hose pada jack dan hidraulik pump. Hose harus terpasang
sempurna pada masing-masing nipple jack dan hidraulik. Harus dipastikan
bahwa hose ditempatkkan pada tempat yang bebas dan tidak mengganggu
proses pengeluran material tanah.
4) Hidraulik pump terhubung dengan sumber listrik yang memadai dan aman.
Hidraulik telah dilindungi oleh tenda sehingga terhindar dari gangguan
cuaca.
5) Seluruh sistem jacking dicek dan dipastikan berfungsi dengan baik.

b. Persiapan lahan dan aksesoris jacking


1) Guide rail harus terpasang dengan baik di masing-masing sisi box. Hook
pengunci guide rail harus terpasang dengan baik.
2) Spacer disusun di depan jack dan menumpu ke reaction wall. Spacer baja
diletakan di antara jack dan spacer beton. Diantara spacer beton dan antara
spacer baja dan beton harus disisipi polywood tebal 12 mm.
3) Steel Shimming (apabila diperlukan) dipasang diantara piston jack 1000 ton
dan steel spacer.
4) Beam pengunci spacer dipasang pada hook yang telah disediakan di atas
spacer
5) Box yang akan masuk ke dalam tanah di laoisi suoer grease terlebih dahulu.

50
c. Persiapan Sistem Nose Blade & ADS
1) Nose Blade terpasang dengan baik pada box segmen. Semua baut dan stress
bar telah terinstal dan telah dikencangkan sesuai dengan desain
perhitungan.
2) Sistem pelumas ADS bekerja dengan baik. Grease pump bekerja dengan
baik sehingga dapat menyalurkan grease menuju ke pipa-pipa penyaluran
dengan merata
3) Roll ADS dapat berputar dengan baik tanpa ada halangan
4) Lempengan ADS telah terikat sempurna pada portal.

d. Persiapan Sistem Pengeluaran Tanah


1) Rel Trolli dipasang pada bagian dalam kiri dan kanan box
2) Trolli bucket diinstal pada rel yang telah disediakan. Harus dipastikan
bahwa trolli dapat berjalan dengan baik tanpa ada material yang
menghalangi proses pengeluaran tanah
3) Crane telah diposisiskan di tempat yang tersedia sehingga dapat digunakan
untuk mengangkat bucket dari bawah ke atas pada saat yang dibutuhkan
dengan aman.
4) Dump truck telah siap untuk menerima tanah yang dikeluarkan

e. Persiapan Box
1) Sebelum pengecoran box, tendon harus dipastikan sudah sesuai dengan
desain. Hal yang terkait dengan tendon yang perlu dicek adalah : Jumlah,
layout, ukuran dan konfigurasi penempatan tendon yang menerus dan
tidak.
2) Coakan untuk angkur harus sudah sesuai dengan rencana dimensi Box
3) Mutu Beton pada saat jacking harus sudah mencapai minimal K-350

51
4) Sisi luar box harus rata, tidak boleh ada tonjolan atau bagian yang
menggelembung

f. Persiapan Sistem Kontrol Geometri Posisi Box


Untuk menjamin posisi box berada pada posisi yang direncanakan diperlukan
sistem untuk mengetahui posisi box secara aktual. Pekerjaan ini diperlukan
alat survey yang memadai untuk mengetahui koordinat (x,y,z) box secara
cepat dan akurat dan guiding instrument spt laser beam yang dapat dimonitor
setiap saat untuk mengetahui kelurusan arah jacking secara horizontal dan
vertical.

g. Persiapan Sistem Sliding Box


1) Strand-strand telah terinstall ke dalam box yang akan disliding
2) Pasang anchor block sliding dan kencangkan blok pengunci
3) Cek sistem jack sliding dari mulai jack, hidraulik pump, hingga
sambungan hose.
4) Pasang stopper beam menempel pada stopper beton.

h. Persiapan Manajemen Traffic di area jalan tol jagorawi pada saat jacking:
1) Monitoring perkerasan aspal pada badan jalan tol
2) Antisipasi yang dilakukan apabila ada sliding/penurunan perkerasan pada
badan jalan tol (pengaturan traffic, overlay perkerasan jalan dsb)

52
A. Jacking Box
8. Tahapan Jacking Box
a. Cek posisi box sebelum jacking dimulai. Apabila posisi belum sesuai
maka perlu dilakukan penyesuaian posisi terlebih dahulu. Record
koordinat awal box (x,y,z) yang akan digunakan sebagai data acuan.
b. Setiap piston jack dikeluarkan hingga menyentuh spacer baja dan
pembacaan pressure pada masing-masing jack hidraulik harus pada satu
acuan yang sama ( biasanya pressure awal diambil 50 bar)
c. Masing-masing piston jack yang keluar diukur panjangnya dan dicatat
sebagai acuan awal.
d. Box segmen didorong dengan gaya yang sama pada setiap jack hingga
salah satu piston jack mencapai panjang maksimum (30 cm).
e. Catat pressure terakhir yang tercapai dan ukur perpanjangan piston
dibandungkan dengan panjang acuan awal
f. Buat grafik gaya jacking terhadap pergerakan box segmen

53
g. Release Piston.
h. Pasang spacer block baru lalu ulangi tahapan 1 hinga box terdorong
sampai area jacking 1.
i. Pastikan bahwa material zincalum terkunci dengan baik pada portal.
j. Angkat semua spacer block.
k. Sliding box selanjutnya ke area jacking 2.
l. Sistem ADS harus selalu dimonitor selama pekerjaan jack berjalan untuk
memastikan bahwa pelumas dan ADS bekerja dengan baik.

9. Pembuangan Tanah
a. Pekerjaan pembuangan tanah dilakukan bersamaan dengan pekerjaan
penggalian tanah dan jacking box.
b. Yang perlu diperhatikan pada saat pekerjaan excavasi tanah adalah
excavasi tanah tidak boleh melebihi garis batas area yang sudah
ditentukan sebelumnya oleh konsultan.
c. Pekerjaan excavasi harus selalu dimonitor karena ini berkaitan dengan
pergerakkan relative box terhadap kelurusan baik arah vertical dan
horizontal terhadap acuan yang sudah ditentukan. Apabila box
cenderung bergerak ke atas maka posisi tanah bagian bawah harus edikit
diganggu untuk adjust posisi box agar kembali ke posisi awal dan
sebaliknya apabila box cenderung bergerak ke bawah maka posisi tanah
bagian atas harus sedikit diganggu.
d. Siklus pembungan tanah dari dalam box keluar merupakan salah satu
factor kritis yang mempengaruhi kecepatan jacking box.

54
10. Monitoring Control Geometry Box
a. Selama pekerjaan jacking berlangsung pergerakkan box pada arah x,y
dan z harus selalu dimonitor baik dengan alat survey dan instrument laser
beam.
b. Apabila terjadi penyimpangan harus segera dilaporkan kepada kosultan
pengawas untuk segera diambil tindakan perbaikannya.

B. Penyambungan Segmen
1. Penyambungan segmen 2 dan segmen 3
Sliding dari area 4 ke area 3:
a. Install strand-strand penarik pada segmen yang akan ditarik
b. Pasang anchor block beserta aksesoris sliding pada segmen
c. Tarik segmen dengan menggunakan dua buah jack 250 ton. Segmen di
tarik hingga merapat ke stopper beam pada posisi yang sudah
ditentukkan terlebih dahulu.
d. Tutup block out slidding tendon beserta dengan aksesorisnya dengan
busa.
Sliding dari area 3 ke area 2
a. Install strand-strand penarik pada segmen yang akan ditarik.
b. Pasang anchor block beserta aksesoris sliding pada segmen.
c. Tarik segmen dengan menggunakan dua buah Jack 250 ton. Segmen di
tarik hingga merapat ke stopper beam pada posisi yang sudah ditentukan
terlebih dahulu.
d. Rapatkan segmen 3 dengan segmen 2 dengan menggunakan jack 400 ton
hingga jarak 10 cm dari segmen 2.
e. Pasang tendon 7s beserta aksessorisnya.
f. Pengecoran wet joint antara segmen 2 dan segmen 3

55
g. Setelah wet join mencapai kekuatan 28 Mpa, stressing tendon dengan
menggunakan 2 Jack 150 Ton.
h. Pekerjaan jacking siap dilaksanakan.

2. Penyambungan segmen 3 dan segmen selanjutnya.


Sliding dari area 4 ke area 3
a. Install strand-strand penarik pada segmen yang akan ditarik.
b. Pasang anchor block beserta aksesoris sliding pada segmen.
c. Tarik segmen dengan menggunakan dua buah jack 250 ton. Segmen di
tarik hingga merapat ke stopper beam pada posisi yang sudah ditentukan
terlebih dahulu.
d. Tutup block out sliding tendon beserta dengan aksesorisnya dengan busa.

C. Safety Procedure
Untuk menjaga Keselamatan dan Kesehatan dari pekerja selama pekerjaan
dilaksanakan ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Selama proses peletakan dan penyusunan spacer dilarang ada orang yang
berada di area penempatan pacer.
2. Setiap orang yang tidak berkepentingan dilarang berada di dekat hidraulik
pump.
3. Pada saat pendorongan dilarang ada orang yang berada di atas block spacer.

D. Manajemen Traffic
Adapun manajemen traffic pada pembangunan underpass Cibubur anatara lain :
1. Selama pekerjaan Jacking berlangsung perkerasan jalan pada badan jalan tol
harus dimonitor terhadap adanya sliding.

56
2. Apabila terjadi sliding harus segera diambil tindakan perbaikannya dan juga
pengaturan trafficnya.
3. Koordinasi dengan pihak Jasa Marga harus dilakukan secara intensif.

Gambar. Aspek K3 (Manajemen Trafic)

57
58
Urutan Pekerjaan :

1 Persiapan
Lokasi.

2 Pemasangan
Steel Sheet Pile
pada sekeliling
lokasi Casting
Yard

3 Dewatering
Lokasi Casting
Yard

4 Penggalian
tanah di dalam
lokasi Casting
Yard

59
5 Pemasangan
Ground Anchor
untuk
perkuatan
Sheet Pile

6 Penggalian
tanah hingga
tercapai elevasi
lantai Casting
Yard yang
dibutuhkan

7 Pemasangan
Ground Anchor
pada bagian
lantai Casting
Yard

8 Pengecoran
pelat lantai
Casting Yard

60
9 Pengecoran
Massive
Reaction Wall
sebagai
perletakan dari
Hydraulic Jack

10 Pembuatan Box
Tunnel

11 Pembuatan Box
Penyayat

12 Pemasangan
Hydraulic Jack

61
13 Pemasangan
Anti Drag
System pada
bagian atas dan
bawah Box

14 Pelaksanaan
Jacked Box
Tunnel

15 Pengambilan
tanah dari
dalam Box
yang sudah
tertanam

62
6. Kendala saat implementasi Pelaksanaan Jacked Box Tunneling.
Proyek pembangunan Underpass Cibubur ini termasuk kedalam proyek yang
sangat besar dalam hal resikonya karena underpass ini dibangun pada elevasi
sebesar ±2 meter dimana pada umumnya ±3 meter dikarenakan terbatasnya
lahan pembebasan maka, resiko yang mungkin terjadi adalah runtuhnya tanah
saat memasukkan box. Tetapi hal tesebut dapat ditangani dengan memberikan
kayu disemua jacking yang ditumpu oleh reaction wall. Reaction wall tidak besar
tetapi didukung oleh kabel prestress.

a. Gaya Dorong dapat menggulung permukaan Jalan Tol.


b. Gaya Dorong yang bertambah besar dapat merusak Box.
c. Kebutuhan Kapasitas Hidraulic Jack Berpotensi Bertambah.
d. Diperlukan Lokasi Jacking yang Efektif untuk Menahan Gaya Dorong pada
Lokasi yang sangat Terbatas.
e. Traffic Management paling Rumit di Indonesia.

63
7. Manfaat Penggunaan Teknologi Jacked Box Tunneling.
a. Tidak membutuhkan ruang kerja yang luas.
b. Tidak perlu menutup lalu lintas jalan Tol.
c. Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilaksanakan selama 24 Jam dan tdk terkendala
oleh mobilitas kendaraan.

BIODATA KEPALA PROYEK UNDERPASS CIBUBUR

Nama Lengkap : Dwi Adi Sunarko


Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : 28 Juni 1978
Email : ffgrecords@gmail.com
Telepon : 021- 8516290
Alamat : Bluebell Residence Blok FF 05 Sumarecon Bekasi,
Medan Sumatera, Kota Bekasi 17132
Nama Instansi : PT. Brantas Abipraya (Persero)
Alamat Instansi : Jl. DI Panjaitan Kav. 14 Cawang
Jakarta Timur

64
65
Penerapan Teknologi Grouting TAM (Tube A Machete)
pada Waduk Banjul Mati.

1. Informasi Proyek Waduk Banjul Mati


Proyek Waduk Banjul Mati dibangun untuk mendukung peningkatan produksi
padi didaerah banyuwangi dan Situbondo. Tujuan dan Manfaat dibangunnya
waduk ini adalah :
a. Supply untuk irigasi teknis seluas 1800 Ha.
b. Penyediaan Air Baku sesesar 110 lt/det.
c. Potensi pembangkit microhidropower 340 KVA.
d. Pengembangan Pariwisata dan konservasi air.
Lingkup Pekerjaan terddiri dari :
a. Grouting pada Diversion Channel.
b. Galian Spillway.
c. Galian main Dam dan Timbunan Cofferdam.
d. Jalan Inspeksi dan ditreksi Kit.

66
e. GROUTING TAM pada Main dam dan Spillway.
f. Jalan Inspeksi dan Hydromekanikal.
g. Timbunan Main Dam.
h. Perbaikan daerah Genangan.
i. Pekerjaan Electrikal (Powerhouse dan Jaringan Listrik).
j. Renovasi Direksi Kit dan Landskap.

67
2. Latar Belakang Teknologi Grouting TAM (Tube A Manchete)
Lokasi Waduk secara geologi kurang memenuhi syarat. Kondisi geologi lokasi
proyek didominasi oleh 2 produk endapan vulkanik muda yaitu endapan vulkanik
Ijen Tua yang terdiri dari batuan sedimen gunung api, batu apung, tuff dan lava
basalt dan endapan vulkanik Baluran yang terdiri dari lava basalt, batuan sedimen
gunning api dan lahar. Kedua endapan tersebut ditutupi oleh endapan alluvial
yang bersifat Unconsolidated. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan
perbaikan kondisi geologi dengan metode Grouting.

3. Tujuan penggunaan teknologi.


Syarat Lokasi waduk adalah kondisi tanah memenuhi syarat daya dukung dan
stabil terhadap erosi (rembesan). Salah satu metode perbaikan pondasi pondasi
adalah dengan melakaukan grouting di lokasi main dam dan dibagian hulu
cofferdam.
Grouting merupakan perbaikan tanah dengan cara menginjeksikan bahan cair
yang akan mengisi semua retakan dan lubang. Grouting juga berfungsi untuk
memperkuat formasi lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan tanah
tersebut menjadi padat, sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan yang
direncanakan.

4. Inovasi Penyelesaian Masalah.


Usulan perbaikan pada proyek Bendungan Bajulmati:
 Diapraghma Wall (seperti pada Waduk Wojonegoro). Namun ternyata tidak
cocok diaplikasikan di Bajulmati karena kondisi Batuan berupa boulder.
 Secand Pile (seperti pada Waduk Keuliling Aceh). Metode ini hanya bisa
untuk kedalaman sampai 20m. Dimana kedalaman lebih dari 20 m dimana

68
akurasi kelurusan pengeboran diragukan, sehingga diperlukan diameter yang
lebih besar.
 Grouting TAM, menjadi metode perbaikan yang dipilih dan dianggap paling
efektif untuk dilakukan sesuai keadaan geologi di Bajulmati.

Perbaikan di bajul mati diperlukan kedalaman sampai 60-70m, sedangkan


secand pile hanya 20m atau diperlukan diameter yang sangat-sangat besar untuk
diaplikasikan di Bajulmati. Ada masalah di pondasi bahwa terdapat palung-
palung batuan tanah dengan tanah porous, hal ini dapat diatasi dengan perbaikan
dari grouting upsteam dan grouting di downstream. Titik2 grouting (sebanyak
2250 titik) dengan total 30 km panjang grouting. Metode pelaksanan grouting
terbagi menjadi dua metode yaitu metode downstage dan metode Upstage.
Metode Downstage (Grouting kemudian dilanjutkan dengan pengeboran),
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengeboran lubang per stage(2.5 –
5m) sesuai arahan tenaga ahli geologi, digrouting mulai stage pertama kemudian
dilanjutkan ke pengeboran stage berikutnya. Metode Upstage (kebalikan dari
metode downstage), metode ini dilaksanakan dengan pengeboran terlebih dahuli,
kemudian dilakukan grouting dari titik elevasi terdalam ke titik elevasi nol.
digrouting mulai pada stage terakhir dan dilanjutkan dengan stage berikutnya
(atasnya).
Kondisi geologi yang ada pada waduk Banjul mati :
a. Pada batuan dasar (Base Rock) terdiri dari jenis Lapilli Tuff, Tuffaceous Sand,
dan Laharic.
b. Pada batuan Uncolidated Sediment (alluvial, jenis batuannya adalah River
deposit yaitu berupa endapan sungai berukuran boulder hingga fine gravel
yang looses dan highly permeability, lapisan ini terdapat dibawah muka
preatic air tanah sehingga jenuh air. Endapan alluvial tersebut merupakan

69
endapan yang hardly groutable, karena sifatnya yang jenuh air dan
mengalirkan air tanah.
Dari Uraian diatas, terlihat bahwa kondisi geologi pondasi Waduk Banjul Mati
terdiri dari lebih dari satu jenis batuan dengan tingkat kerusakan geologi yang
berbeda-beda. Hal ini terlihat jelas dengan besarnya angka permeabilitas.
Kondisi geologi yang buruk tersebut (porous) dapat menyebabkan menurunnya
daya dukung tanah/batuan dan memperbesar terjadinya rembesan air mellalui
bawah pondasi waduk.
Pada lokasi dasar sungai (riverbed) terdapat endapan sungai berukuran boulder
hingga fine gravel yang bersifat lepas dan mudah runtuh. Kondisi batuan ini
menyebabkan pengeboran dan pemasangan packer sulit untuk dilaksaanakan,
sehingga dipilih grouting dengan metode Tube A Manchete (TAM).

5. Metode Pelaksanaan Teknologi Grouting TAM.


a. Persiapan lahan
Lahan yang akan dikerjakan dikupas terlebih dahulu menggunakan
excavator. Areal kerja harus bersih dari semak, rumput, pohon, batuan, dan
sampah lainnya.

b. Pengeboran lubang  66-73 mm tiap stage 5 meter dengan Rotary


Drilling Holes.
Pelaksanaan pengeboran dilakukan di lokasi yang sesuai dengan grouting
pattern yang telah ditetapkan, dimulai dari lubang primer, sekunder dan yang
terakhir tersier. Kondisi batuan yang tidak stabil (mudah runtuh),
menyebabkan pengeboran sulit dilakukan langsung hingga kedalaman yang
diinginkan sehingga dilakukan pemasangan casing pengaman agar dinding
lubang bor tidak runtuh.

70
No. Jenis Alat Gambar
1 Mesin Bor
2 Pompa Bor
Stang Bor/ Drilling Rod 
3
66-73 mm
4 Pipa Casing  89 mm
5 Core Barel & Bit
6 Tripod
7 Air Hose
8 Water Sifel
Peralatan Lain (Kunci,
8
Pipa, dll)

Tahapan pelaksanaan :
a. Pengeboran dimulai dengan Ø 66-73 mm dari kedalaman 0.00 m hingga 2.50 atau
5.00 m tergantung kondisi batuan.
b. Water Pressure Test (WPT).
c. Pemasangan casing Ø 83-89 mm hingga kedalaman 5.00 m termasuk
membersihkan kotoran didalam casing.
d. Pemasangan casing dan pekerjaan WPT dengan pengeboran Ø 66-73 mm kembali
ke stage 2 (kedalaman 5-7, 5 atau 10 m).
e. Pemasangan casing Ø 83-89 mm dan melakukan pengeboran kembali pada
kedalaman 5-10 m serta membersihkan kotoran didalam casing.
f. Pengeboran Ø 66-73 mm untuk stage 3 (kedalaman 10-15 m) dan seterusnya diikuti
dengan pemasangan casing hingga kedalaman 40 m.

71
c. Uji kelulusan air / Water Pressure Test (WTP)
Water Pressure Test (WPT) dilakukan untuk menentukan besarnya angka kelulusan air
dalam batuan/tanah (lugeon value) serta untuk mengetahui besarnya angka koefisien
permeabilitas dalam batuan tersebut.Angka ini akan dipergunakan untuk menentukan
komposisi material grouting dan tekanan yang dipakai.

No. Jenis Alat Gambar


1 Pompa Tekanan
2 Packer Set
3 Pipa Injeksi & Selang Injeksi
4 By Pass Assy
5 Flow Meter
6 Pressure Gauge
7 Stop Watch
8 Peralatan Lain (Kunci, dll)

72
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3, dst

- 5.00 - 5.00 - 5.00

- 10.00 - 10.00 - 10.00

- 15.00 - 15.00 - 15.00

- 20.00 - 20.00 - 20.00

Setelah dilakukan pengeboran Water Pressure Test stage 2 Stage 3, dst, WPT dilaksanakan
stage 1, kemudian dilaksanakan dilaksanakan setelah pekerjaan setelah pemasangan casing stage
pekerjaan Water Pressure Test pemasangan casing stage 1 dan di atasnya dan pengeboran stage
(WPT) stage 1 pengeboran stage 2, dst yang akan dilakukan WPT

Tahapan pelaksanaan Water Pressure Test (WPT) :


a. Pengeboran stage 1 yaitu kedalaman 0-5 m, kemudian dilaksanakan
pekerjaan WPT stage 1 yaitu test air dengan tekanan tinggi untuk
mengetahui nilai kelulusan air, Lugeon (LU).
b. WPT stage 2 (5-10 m) bisa dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan
casing kedalaman 0-5 m dan pengeboran stage 2 (kedalaman 5-10 m).
c. Untuk stage 3 dan seterusnya WPT dilaksanakan seperti langkah
sebelumnya.

73
d. Pengeboran lubang kembali dengan pipa casing Ø 83-89 mm
Lubang dibor kembali dengan ukuran pipa yang lebih besar yaitu dengan
pipa casing Ø 83-89 mm, pengeboran dilakukan tiap stage dengan
kedalaman 5 meter.

e. Pembersihan lubang bor.


Pembersihan lubang bor kembali dari tanah dan kotoran akibat pengeboran
yang tertimbun dilubang, untuk kemudian dipasang pipa dan dilakukan
pregrout.

f. Pemasangan pipa manset dari pipa PVC perforated Ø 1½“ dan


pemasangan pipa tremi untuk pregrout.
Pada tahap ini dilakukan modifikasi terhadap metode TAM.
Pekerjaan grouting diawali dengan pengeboran dan pengujian tekanan air dan
dilanjutkan dengan pemasangan pipa manchette Ø 56 mm yang terbuat dari
pipa air PVC 2‟‟ yang digunakan sebagai lubang grouting. Pipa manchette
tersebut yang dipasang sebagai casing pada setiap interval 0,5 m dilengkapi

74
lubang perforated 4 buah dengan posisi berseberangan. Lubang ditutup
sementara dengan vynil tape.
Tahapan pelaksanaannya :
a. Merekatkan selang pre-grout di luar pipa manchetteuntuk pelaksanaan
pregrouting.
b. Memasukan pipa manchette Ø 56 mm kedalam lubang bor. Pipa
manchette dilengkapi lubang perforasi Ø 8 mm yang ditutup dengan
vynil tape. Panjang pipa manchette ± 4 m.
c. Penyambungan antar pipa manchette menggunakan lem pipa yang
pelaksanaanya harus cepat agar sambungan antar pipa manchette lebih
kuat
d. Pipa manchette dimasukan kedalam lubang bor hingga kedalaman
yang ditetapkan.
e. Setelah pemasangan pipa manchette selesai, lubang pipa manchette
ditutup dengan vynil tape, agar tidak ada kotoran yang masuk ke
dalam lubang pipa manchette.
f. Pengangkatan pipa casing Ø 89 mm.

75
g. Injeksi semen pregrout dengan perbandingan 1:1 dan secara simultan mengangkat
pipa casing dan pipa tremi.

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3, dst

- 5.00 - 5.00 - 5.00

Casing
- 10.00 - 10.00 diangkat - 10.00

Casing
- 15.00 diangkat - 15.00 - 15.00

Pregrout Pregrout Pregrout

Casing
- 20.00 - 20.00 - 20.00

Setelah casing terpasang hingga dasar Setelah diperkirakan semen telah Tahap selanjutnya adalah terus
lubang kemudian dimasukkan pipa mengisi dasar lubang, pipa tremi dan memompakan semen kental ke dalam
manset dan pipa tremi yang telah casing diangkat sedikit demi sedikit ke lubang lewat pipa tremi sambil terus
dibuat lubang anulus dan ditutup atas sambil memompakan semen diangkat bersama casing hingga
dengan isolasi ke dalam lubang bor, kental lewat pipa tremi sehingga semua pipa tremi dan casing terangkat
selanjutnya semen kental dipompakan semen terus mengisi lubang bor ke permukaan dan semen penuh
ke dasar lubang lewat pipa tremi hingga permukaan lubang

Pre-grout adalah proses pengisian material semen dan air untuk mengisi rongga antara
casing bor dan pipa Manchette. Tahap pelaksanaan pregrout sebagai
berikut :
a. Setelah pengeboran dan casing terpasang hingga dasar lubang, pipa tremi dan pipa
Manchette yang telah dibuat lubang perforated dimasukkan dan ditutup dengan isolasi
kedalam lubang bor, selanjutnya semen milk yang kental dipompakan ke dasar lubang
lewat pipa tremi.
b. Setelah diperkirakan semen milk telah mengisi dasar lubang, pipa tremi dan casing
diangkat sedikit demi sedikit keatas sambil memompakan semen milk yang kental
lewat pipa tremi sehingga semen terus mengisi lubang bor.
c. Tahap ketiga dan selanjutnya adalah terus memompakan semen milk yang kental
kedalam lubang lewat pipa tremi sambil terus diangkat bersama casing hingga semua
pipa tremi dan casing terangkat ke permukaan dan semen milk penuh hingga
permukaan lubang.

76
h. Persiapan campuran grouting
a. Komposisi Campuran Groutinng
Bahan grouting yang digunakan berupa material suspense. Material yang dipakai
adalah semen dan bahan tambahan berupa pasir halus, bentonit atau bahan
sejenisnya. Air sebagai bahan cairan yang dipakai sebagai pencampur semen, harus

77
bebas dari kandungan lumpur, bahan organik dan unsur lain yang dapat
mengakibatkan penurunan kualitas campuran. Bahan semen yang digunakan adalah
Portland Cement (PC) tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi
syarat yang ditentukan dalam SII - 3 – 1981.
Komposisi semen dan air ditentukan berdasarkan kondisi batuan dan besarnya
penyerapan grouting.

C:W Cement (Kg) Water (Ltr) Volume (Ltr)


1 : 10 10 100 103.2 2x
1:5 20 100 106.4 4x
1:3 40 120 132.7 4x
1:2 40 80 92.7 4x
1:1 40 40 52.7 8x
1 : 0.5 80 40 65.5 4x
Komposisi Campuran TAM Grouting

b. Tekanan Injeksi Grouting


Faktor yang penting pada saat pelaksanaan grouting adalah tekanan grouting dan
pencampuran grout. Tekanan grouting yang tinggi akan membuat lebih mudahnya
cairan semen untuk menyebar mengisi celah retakandan pori batuan secara efektif,
namun apabila tekanan terlalu tinggidapat merusak batuan dasarnya, sedangkan
jika tekanan terlalu rendah menyebabkan campuran semen tidak mencapai lubang
yang agak jauh yang berakibat grouting menjadi tidak efektif.
Berikut ini tekanan grouting yang bisa digunakan sebagai petunjuk tipikal tekanan
yang diperlukan :

Stage I II III IV V VI
Kedalaman
1–5 5 – 10 10 – 15 15 – 20 20 – 25 25 – 30
(m)
Tekanan
2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
(Kg/cm2)
Tekanan GroutingAdditionalMenurut Kedalaman

c. Pencampuran Semen Grout

78
Proses pencampuran semen grout dilaksanakan berdasarkan perbandingan berat
antara semen dan air yang telah ditetapkan sesuai spesifikasi teknik. Setiap stage
kedalaman diawali dengan campuran encer (5 : 1) ; (3 : 1); (2 : 1); (1 : 1) , dan
yang paling kental 0.5 : 1

Skema Sirkulasi Campuran Grouting

Tahapan pelaksanaan pencampuran semen grouting :


o Memasukan air ke dalam grout mixer hingga sesuai dengan volume air yang
ditetapkan.
o Kemudian semen dimasukan ke dalam grout mixer, proses mixing semen dan
air di grout mixer berlangsung beberapa saat (± 1 menit).
o Setelah campuran semen grout siap, kran pada grout mixer dibuka untuk
menyalurkan cairan semen grout ke hooper untuk dipompakan ke lokasi lubang
grouting melalui selang water hose ke pressure gauge sebelum masuk ke
lubang grouting.
o Jika cairan semen grout pada hooper volumenya sudah sedikit, cairan semen
grout pada grout mixer dialirkan kembali ke hooper untuk dipompakan ke
lubang bor.

79
o Pada saat pelaksanaan injeksi, sirkulasi cairan semen grout sebagian masuk
mengisi celah-celah dan rekahan pada lubang grouting sebagian kembali ke
hooper yang kembali dipompakan oleh grout pump ke lubang grouting.
o Selama pelaksanaan grouting, penyiapan material mixing semen grout
berikutnya segera dilakukan. Hal ini agar pelaksanaan injeksi tidak terhambat
karena keterlambatan proses pencampuran semen grout.
o Proses pencampuran semen grout dilakukan hingga proses injeksi pada suatu
stage telah selesai.

Proses Pencampuran Semen Grout

d. Injeksi Semen Grouting


Hasil pengujian tekanan air (water pressure test), pengujian grouting atau hasil
grouting sebelumnya dapat dipergunakan untuk merencanakan tekanan injeksi dan
komposisi yang akan dipakai pada injeksi selanjutnya. Jika pada tes pengujian air
menunjukan kondisi batuan yang rapat, maka diawali dengan injeksi campuran
encer. Apabila menunjukan kondisi batuan yang terbuka diawali dengan campuran
yang lebih kental.Campuran yang digunakan untuk perbaikan pondasi Waduk
Bajulmati di awali dengan campuran 5 : 1 s/d 0.5 : 1. Pengentalan campuran
dilakukan setelah tidak terjadi kenaikan tekanan grouting dan volume campuran
telah mencapai 200 liter per 20 menit.Pelaksanaan untuk injeksi semen dimulai
dengan campuran 5 : 1 hingga 0.5 : 1 dan tekanannya disesuaikan dengan
kedalaman step yang akan digrouting seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi.

80
Pada lubang yang seluruh stepnya telah di grouting, lubang ditutup dengan dop
plastik dan dijenuhkan hingga ± 4 – 6 jam. Setelah semen grouting sudah mengeras,
rubber packer di buka kemudian air semen sisa grouting di keluarkan dari lubang
bor. Selanjutnya dilakukan penyumbatan (plugging) dengan menuang kedalam
lubang campuran kental 1:1 sampai penuh.

Plugging Lubang Grouting

i. Pelaksanaan grouting setelah pengerasan pregrout ± 4 jam, grouting dimulai


dari bawah ke atas.

Metode grouting TAM dilakukan karena proses grouting secara konvensional tidak dapat
dilakukan, hal ini dikarenakan struktur lapisan tanah yang ada di Waduk Bajulmati
umumnya batuan lepas.
Tahap pelaksanaan untuk grouting TAM :
a. Grouting TAM bisa dilaksanakan setelah semen pre grout agak mengeras dan bisa
dipecahkan oleh semen grout dalam tekanan tertentu.
b. Packer set dimasukkan hingga ke dasar lubang untuk selanjutnya semen ditekan
hingga memecah pre-grout dan masuk kedalam pori/rekahan sekitar lubang.
c. Setelah volume dan tekanan tercapai, grouting dihentikan dan dilanjutkan dengan
grouting pada stage diatasnya yang berjarak 0.5 m hingga tekanan dan volume
tercapai.

81
d. Grouting per 0.5 m dengan menginjeksikan semen milk hingga tekanan dan volume
tercapai.
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3, dst

- 5.00 - 5.00 - 5.00

- 10.00 - 10.00 - 10.00

- 15.00 - 15.00 - 15.00

- 20.00 - 20.00 - 20.00

Setelah semen pre-grout Setelah volume atau tekanan Tahap berikutnya sama dengan
mengeras (+ 4 jam) dilanjutkan tercapai grouting dihentikan dan tahap sebelumnya dan tahap
memasukkan packer hingga ke dilanjutkan grouting pada step di selanjutnya yaitu grouting per 0.5
dasar lubang untuk selanjutnya atasnya yang berjarak 0.5 m m yaitu memasukkan semen
semen ditekan hingga memecah hingga tekanan atau volume hingga mencapai tekanan dan
semen pregrout dan masuk ke terpenuhi volume yang diharapkan
dalam pori/ rekahan sekitar lubang

82
j. Cek hole
Setelah semua titik selesai dilakssanakan grouting maka tahap berikutnya dilakukan
check hole dan permeability test yang bertujuan untuk mendapatkan kefektifan grouting
yg telah dilaksanakan, ditunjukkan dari Nilai Lugeon (Lu) dengan spesifikasi Lu<10^-5.
Setelah pelaksanaan TAM, grouting selesai dilakukan untuk keseluruhan titiknya,
dilakukan check hole untuk mengevaluasi apakah pekerjaan grouting yang dilakukan telah
sesuai dengan yang diharapkan atau perlu dilakukan perbaikan kembali. Hal ini dapat
terlihat dari besarnya nilai kelulusan air (lugeon) setelah dilakukan grouting, apakah sudah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan atau belum.
Check hole dilakukan pada titik yang telah ditetapkan, umumnya ditengah-tengah as
waduk. Diawali dengan pengeboran secara rotary yang dilakukan pada titik yang
ditetapkan menggunakan bor cekung (coring bit) dan sebuah core barrel untuk
mendapatkan inti batuan yang menerus. Kemudian dilanjutkan pengujian permeability test
untuk mengetahui nilai kelulusan air lubang grouting.

Pattern Cek Hole di Main Dam

Core Drilling Setiap


Periode Kedalaman Packer Setting Permeability Test
1 hingga 5 m (Stage Stage 1 Stage 1
1)

Grouting Setting Time Re-core drilling


Konvensional Hingga ± 4 - 6 Stage 2 dan
(Down- Stage) jam seterusnya

Skema Pelaksanaan Cek Hole

83
Tahapan pelaksanaan cek hole :
a. Pengecekan peralatan core drilling yang diperlukan,termasuk air untuk flush
drilling.
b. Pengeboran secara rotary menggunakan core bit dan core barrel untuk mengambil
inti batuan (core) pada setiap kedalaman 1 m hingga kedalaman 5m (1 stage).
c. Inti batuan (core) yang didapatkan dimasukan ke dalam core box, untuk diteliti
efektivitas injeksi semen grouting nya di laboratorium.
d. Pengeboran inti batuan (core) dilakukan hingga kedalaman per stagenya tercapai,
kemudian lubang bor dicuci bersih dengan menyemprotkan air ke dalam lubang
sampai air yang keluar sudah jernih.
e. Memasang packer untuk pengujian permeability test agar diketahui nilai kelulusan
air (lugeon) per stage kedalaman lubang grouting.
f. Pengujian permeability test dilanjutkan dengan injeksi semen grouting kedalam
lubang yang telah dibor tersebut.
g. Injeksi grouting dilakukan secara up-stage yaitu injeksi cairan semen grouting dari
bawah ke atasmulai kedalaman 5 m.
h. Penjenuhan cairan semen grouting yang telah diinjeksikan ditunggu ± 4 – 6 jam,
baru kemudian pengeboran stage selanjutnya bisa dilakukan.
i. Setelah cairan semen grouting stage telah jenuh, dilakukan core drillingpada
kedalaman stage yang ditentukan.

Inti Batuan (Core) Hasil Check Hole

84
k. Permeability Test
Pengujian ini dilakukan untuk menghitung permeabilitas dalam unit lugeon yang
didefiniskan sebagai sebuah aliran air satuan liter per menit tiap stage dari sebuah lubang
yang dites dengan sebuah tekanan yang bervariasi. Berikut ini adalah tahapan
pelaksanaannya :
a. Pemasangan air packer pada stage lubang bor yang akan di tes, setelah disetting
sejajar dengan lubang bor lalu packer-nya dibuat mengembang sehingga tidak dapat
digerakan lagi.
b. Lalu air ditekan masuk ke dalam lubang dengan melewati flowmeter dan pressure
gauge.
c. Pengecekan sirkulasi air yang melewati peralatan tes, jika terjadi kebocoran pada air
packer terlebih dahulu diperbaiki dengan memperbesar tekanan angin pada kompresor.
d. Penekanan tekanan setiap stage kedalaman lubang bor disesuaikan dengan tekanan per
stage yang disyaratkan dalam spesifikasi. Tekanan yang digunakan selama
permeability test :

Stage Kedalaman Tekanan Maks Urut-urutan Tekanan


(Meter) (Kg/cm2) (Kg/cm2)
1 0–5 2 1 – 1.5 – 2 – 1.5 – 1
2 5 – 10 3 1–2–3–2–1
3 10 – 15 4 1–2–4–2–1
4 15 – 20 5 1–3–5–3–1
5 20 – 25 6 2–4–6–4–2
6 25 – 30 7 3–5–7–5–3
7 30 – 35 8 3 – 5 – 8– 5 – 3
8 35 – 40 9 3–7–9–7–3
Tabel Tekanan Maksimum Permeability Test

e. Untuk stage 1 tekanan awal yang digunakan 1 kg/cm2, kemudian debit awal aliran air
yang melewati flowmeter di catat.
f. Lalu setiap periode 1 menit dilakukan pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang
bor, hal ini dilakukan hingga periode waktu 5 menit.

85
g. Setelah itu tekanan injeksi dinaikan menjadi 1.5 kg/cm2 dan setiap periode 1 menit
dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama periode waktu 5
menit.
h. Kemudian tekanan dinaikan hingga mencapai tekanan maksimum 2 kg/cm2 dan setiap
periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama
periode waktu 5 menit.
i. Dilakukan penurunan tekanan menjadi 1.5 kg/cm2 lalu 1 kg/cm2 dengan metode
pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang bor sama seperti sebelumnya.
j. Permeability test stage 1 telah selesai, lalu bisa dilanjutkan dengan pengeboran inti
batuan (core) stage 2.
k. Pengujian untuk stage 2 dilakukan setelah pengeboran inti batuan (core) pada stage 2
telah selesai. Metode pelaksanaan untuk stage 2 dan selanjutnya hampir sama dengan
stage 1, yang membedakan adalah variasi tekanan per stagenya berbeda sesuai dengan
tekanan per stage yang disyaratkan dalam spesifikasi.

6. Kendala saat Implementasi Teknologi Grouting TAM.


a. Perlu pemasangan casing pengaman agar dinding lubang bor tidak runtuh.
b. Penentuan tekanan grouting yang stabil paada saat pelaksanaan grouting.
Tidak boleh terlalu tinggi maupun terlalu rendah karena akan berdampak
pada negative pada batuan dasarnya atau campuran semen tdk mencapai
jarak yang direncanakan.

7. Manfaat Penggunaan Teknologi Grouting TAM.


a. Dapat dilaksanakan pada kondisi dasar sungai yang bersifat batuan lepas dan
mudah runtuh misalnya jenis batuan boulder hingga fine gravel (porous).
b. Dapat Meningkatkan daya dukung fondasi.
c. Lebih Murah dibandingkan dengan metode Diafragma Wall.
d. Ketersediaan material dan peralatan di dalam negeri. Pekerjaan Effektif,
cepat dan Mudah diaplikasikan

86
87
88
89
90
8. Kesimpulan
Metode TAM yang digunakan dalam proyek Bendungan Bajulmati dapat
mengatasi permasalahan keadaan tanah eksisting yang porous dan terdiri dari
batuan boulder, serta metode ini dapat digunakan untuk kedalaman 30-60 meter
dimana tanah keras lokasi berada.

9. Biodata
Nama Legkap : Rakhmat Cahyana
Tempat Lahir : Kediri
Tanggal Lahir : 26 Januari 1983
E-mail : rahmad.cahyana@gmail.com
Telepon : 081259779902
Alamat Rumah : Jl. Ledtjen Sutoyo 66 Masjid 8 NA, Kec. Pesantren,
Kediri, Jawa Timur. 64114.
Jabatan : Project Manager
Instansi : PT. Brantas Abipraya
Alamat Instansi : Jl. DI Panjaitan Kav.14, Cawang, Jakarta

REFERENSI
Cahyana, Rakhmat. 2017. Workshop KM PT.Brantas Abipraya bersama BPTK “
Proyek Waduk Bajulmati”. PT.Brantas Abipraya. Jakarta
Setiawan, Dodi. 2014. Grouting dengan Metode Tube a Manchette (TAM) di
Proyek Waduk Bajulmati. PT.Brantas Abipraya. Jakarta
Brantas Abipraya. 2015. Majalah Spirit. Edisi 03/Desember 2015. Hal 16.
PT.Brantas Abipraya. 2015. Jakarta.

91
93
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
Jl. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jum’at No. 28, Jakarta Selatan
Tlp/Fax. 021- 7661556
e-mail: balaiptk@gmail.com; sibimakonstruksi@gmail.com
website: sibima.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai