langsung dengan tanah. Pada struktur bangunan, pondasi berfungsi untuk memikul beban
bangunan yang ada diatasnya. Untuk menghasilkan bangunan yang kokoh, pondasi juga
harus direncanakan dan dikerjakan dengan sangat hati-hati. Pondasi harus diperhitungkan
sedemikian rupa baik dari segi dimensi maupun secara analitis mekanis.
Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan berdasarkan jenis, kekuatan dan
daya dukung tanah tempat berdirinya . Bagi tanah yang stabil dan memiliki daya dukung
baik, maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya labil
dan memiliki daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks.
Selain itu juga podasi harus mampu menahan beban :
Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah, perpindahan
beban akibat gaya angin pada dinding.
Beban hidup, seperti berat sendiri bangunan.
Beban hidup, beban orang, air hujan dan salju.
Gaya gempa
Gaya angkat air
Momen dan Torsi
Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam
tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2. Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.
3. Kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang ditanam didalam tanah dengan kedalaman
tertentu yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedasar tanah. Pondasi dalam
biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan
tanah.Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam
untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya
beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di permukaan tidak
mempengaruhi struktur bangunan. Jenis–jenis Pondasi Dalam :
1. pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada kedalaman yang
relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan
komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton
pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari
silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.
a. Persyarata Pondasi Sumuran
Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang dipikul oleh
pondasi tersebut.
Penurunan yang terjadi harus sesuai dengan batas yang
diijinkan (toleransi) yaitu 1″ (2,54cm).
b. Alasan Menggunakan Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam
perakteknya terdapat beberapa kondisi yang dapat dijadikan
alasan untuk penggunaannya, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki
atau jenis pondasi langsung lainnya akan menjadi tidak
hemat (galian tanahnya terlalu dalam & lebar).
Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi
plat beton akan sulit dilaksanakan karena air harus
dipompa dan dibuang ke luar lubang galian.
Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan
tepat untuk konstruksi yang tanah kerasnya terletak 3-5
m.
(c) (d)
Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting
hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel (diesel
hammer), (d) Pemukul getar (vibratory hammer) ( Hardiyatmo,H.c., 2002 )
3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan
untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan dan
energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya
dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang
berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi
satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
B. Proses Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan
tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang
adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada
bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga
dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah
dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang
terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh
gambar.
C. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada
patok titik pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telah ditentukan.
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah
ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit
persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :
dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs
diberikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tiang Fb Fs
Pancang
Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton 1,75 3,5
Pratekan
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan
Farsakh, 1999)
Tip αs Ti αs Ti αs
e Tanah (%) pe Tanah (%) pe Tanah (%)
Pas 1, Pa 2, Le 2,
ir 4 sir 2 mpung 4
berlanau berpasir
Pas 2, Pa 2, Le 2,
ir kelanauan 0 sir 8 mpung 8
berlanau berpasir
dengan dengan
lempung lanau
Pas 2, La 3, Le 3,
ir kelanauan 4 nau 0 mpung 0
dengan berlanau
lempung dengan
pasir
Pas 2, La 3, Le 4,
ir 8 nau 0 mpung 0
berlempung berlempun berlanau
dengan g dengan
lanau pasir
Pas 3, La 3, Le 6,
ir 0 nau 4 mpung 0
berlempung berlempun
g
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0
persen dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil
pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
F. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk
membagi kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan
dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan
kompresibilitas tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal
atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga
Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi
Tipe Hammer Efficiency, E
Single and double acting 0.7 - 0.8
hammer
Diesel Hammer 0.8 - 0.9
drop Hammer 0.7 - 0.9
Metode pelaksanaan:
1. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
2. Pengangkatan tiang.
3. Pemeriksaan kelurusan tiang.
4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.
Pemancangan
Kelebihan:
1. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
2. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kekurangan:
1. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada
pondasi.
4. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan
penyambungan sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
5. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu
lingkungan sekitar.
2. Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
6. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
7. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
Kekurangan:
1. Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya
sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
2. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
3. Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
4. Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.
Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis,
dimensi, jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan
penggunaan pondasi tiang pancang ini adalah:
1. Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih
mudah.
2. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang
lain (bored pile).
3. Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan
merupakan hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan serta kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol
kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4. Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan
yang menggunakan drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/final set
yang ditentukan (kalendering). Sedangkan bila menggunakan Hydrolic Static Pile
Driver (HSPD),terdapat dial pembebanan yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri
dari empat silinder untuk menekan tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui
kedalaman tanah keras.
PDA Test
A. Pengertian PDA
PDA Test dari singkatan Pile Driving Analyzer Test yang merupakan
sebuah test untuk mengukur kapasitas tiang tekan secara dinamik pada fondasi dalam
baik itu tiang pancang atau tiang bor, integritas tiang, dan energy dari hammer. Alat
PDA Test sendiri berupa komputer khusus yang telah dibuat untuk mampu mengukur
variable yang dibutuhkan dalam perhitungan dinamik tersebut dengan menggunakan
prinsip wave mechanics .
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang dilakukan dengan
memasang dua buah sensor yaitu strain transduser dan accelerometer transduser pada
sisi tiang dengan posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua sensor
tersebut mempunyai fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan percepatan dan
regangan. Gelombang tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung bawah tiang
(toe) setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan kembali menuju kepala tiang dan
ditangkap oleh sensor. Gelombang yang diterima sensor secara otomatis akan disimpan
oleh komputer. Rekaman hasil gelombang ini akan menjadi dasar bagi analisa dengan
menggunakan program TNOWAVE-TNODLT, di mana gelombang pantul yang
diberikan oleh reaksi tanah akibat kapasitas dukung ujung dan gerak akan memberikan
kapasitas dukung termobilisasi (mobilized capacity).
Berikut gambar Komputer PDA dari PDI, Inc.
Gambar Sensor PDA : Strain Transducer & Accelerometer
Awal mulanya pengembangan alat PDA ini terinspirasi dari teori yang
dikembangkan oleh Jean Le Rond D‟Alambert 1747, dimana persamaaan yang
dikenalkan D‟Alambert tersebut adalah sebagai berikut :
Sementara perhitungan dari alat PDA merekam sinyal force dan velocity setelah impact
hammer,
1. Force (F) diukur melalui deformasi yang terjadi (e) à F = E A e (t)
2. Velocity (V) diukur melalui percepatan yang terjadi (a) à V = a (t) dt
Dimana :
Jc = nilai damping factor, tergantung dari jenis tanah (semakin kerah kohesif nilainya
semakin besar)
Z = pile impedance (Z=EA/c)
V = velocity pada ujung tiang, didapatkan dari force and velocity yang terukur dekat
kepala tiang, berdasarkan prinsip dari teori wave mechanics .
Dengan melalui pendekatan itu didapatkan persamaan untuk menghitung
nilai Static Resistance (Rs),
Berikut ini yang sangat menentukan kualitas data dari PDA Test,
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi prima, baik komputer, kabel, dan sensor
yang dipakai mempunyai sertifikasi kabilbrasi yang update. (Kalibrasi alat minimal
2 tahun sekali).
2. Testing Engineer harus mengerti dasar teori tentang PDA test dan mengerti tentang
kapasitas aksial tiang pondasi dalam, serta memahami penggunaan parameter yang
digunakan dalam PDA test.
3. Kondisi kepala tiang uji harus rata, kondisi dari kepala tiang hingga dasar tiang
terhadap tanah harus rata dan bagus (beton tidak keropos), umur beton sudah
memenuhi syarat > 28 hari, dan hasil test tekan betonnya sudah sesuai dengan
spesifikasi design.
4. Berat hammer yang digunakan harus antara (1- 2 %) dari daya dukung ultimate,
dengan ukuran hammer yang proporsional dengan ukuran tiang.
5. Untuk pengetesan yang menggunakan drop hammer harus menggunakan
ladder/selongsong yang tepat untuk menjaga eksentrisitas tumbukan hammer.
Tumbukan yang tidak sentris menyebabkan kualitas data PDA tidak representative,
sering kita kenal istilah GIGO, garbage in garbage out.
6. Safety saat pelaksanaan test harus sangat diutamakan baik terhadap sensor dari
kemungkinan rusak karena impact dari hammer dan sebagainya, dan juga safety
dari alat pendukung saat pelaksaan test, terutama semua orang/pekerja yang terlibat
pada saat pengetesan.
7. Laporan hasil PDA test harus dibawah pengawasan oleh geotechnical engineer
yang berpengalaman dan mengerti betul tentang batasan yang ada dalam PDA test,
dibuktikan dengan sertifikasi dari PDI, inc.
8. Safety Factor minimal pada PDA test adalah 2.25 dari daya dukung design.
9. Semua prosedur pengetesan PDA test harus memenuhi standard yang telah
ditentukan oleh ASTM D- 4945 terbaru.