Anda di halaman 1dari 29

Pondasi dalam suatu bangunan merupakan bagian paling bawah dan berhubungan

langsung dengan tanah. Pada struktur bangunan, pondasi berfungsi untuk memikul beban
bangunan yang ada diatasnya. Untuk menghasilkan bangunan yang kokoh, pondasi juga
harus direncanakan dan dikerjakan dengan sangat hati-hati. Pondasi harus diperhitungkan
sedemikian rupa baik dari segi dimensi maupun secara analitis mekanis.
Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan berdasarkan jenis, kekuatan dan
daya dukung tanah tempat berdirinya . Bagi tanah yang stabil dan memiliki daya dukung
baik, maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya labil
dan memiliki daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks.
Selain itu juga podasi harus mampu menahan beban :
 Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah, perpindahan
beban akibat gaya angin pada dinding.
 Beban hidup, seperti berat sendiri bangunan.
 Beban hidup, beban orang, air hujan dan salju.
 Gaya gempa
 Gaya angkat air
 Momen dan Torsi
Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam
tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2. Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.
3. Kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang ditanam didalam tanah dengan kedalaman
tertentu yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedasar tanah. Pondasi dalam
biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan
tanah.Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam
untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya
beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di permukaan tidak
mempengaruhi struktur bangunan. Jenis–jenis Pondasi Dalam :
1. pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada kedalaman yang
relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan
komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton
pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari
silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.
a. Persyarata Pondasi Sumuran
 Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang dipikul oleh
pondasi tersebut.
 Penurunan yang terjadi harus sesuai dengan batas yang
diijinkan (toleransi) yaitu 1″ (2,54cm).
b. Alasan Menggunakan Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam
perakteknya terdapat beberapa kondisi yang dapat dijadikan
alasan untuk penggunaannya, diantaranya adalah sebagai
berikut :
 Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki
atau jenis pondasi langsung lainnya akan menjadi tidak
hemat (galian tanahnya terlalu dalam & lebar).
 Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi
plat beton akan sulit dilaksanakan karena air harus
dipompa dan dibuang ke luar lubang galian.
 Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan
tepat untuk konstruksi yang tanah kerasnya terletak 3-5
m.

a. Tiang Pancang Komposit.


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang
berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang
pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang
dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang
timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.

1. Water Proofed Steel and Wood Pile


Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah
permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa
kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di
bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini
menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara pelaksanaanya secara singkat
sebagai berikut:
a. Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga
mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang kayu
tersebut dan ini harus terletak dibawah muka air tanah yang terendah.
b. Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam
casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
c. Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core
ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai penuh terus
dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.

2. Composite Dropped in – Shell and Wood Pile


Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini memakai
shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur spiral. Secara
singkat pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman
yang telah ditentukan di bawah muka air tanah.
b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing
dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai
lapisan tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus diperhatikan
benar-benar agar kepala tiang tidak rusak atau pecah.
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam
casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar yang mana
tulangan ini dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang
pancang kayu tersebut.
e. Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat
casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi beton tadi
ditahan dengan cara meletakkan core diujung atas shell.

3. Composit Ungased – Concrete and Wood Pile.


Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:
Ø Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan
untuk menggunakan cast in place concrete pile, sedangkan kalau menggunakan precast
concrete pile terlalu panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.
Ø Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang
pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang kayu
tersebut selalu berada dibawah permukaan air tanah terendah.
Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut:
a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga
sampai pda kedalaman tertentu (di bawah m.a.t)
b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing
terus dipancang sampai kelapisan tanah keras.
c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing
dan beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak
tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola diatas tiang
pancang kayu tersebut.
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi
sampai padat setinggi beberapa sentimeter diatas permukaan tanah. Kemudian beton
ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik keatas sampai keluar dari tanah.
f. Tiang pancang composit telah selesai.
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur
Concrete Pile Corp.

4. Composite Dropped – Shell and Pipe Pile


Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:
Ø Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place
concrete.
Ø Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit yang
bagian bawahnya terbuat dari kayu.
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:
a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya
masuk dalam tanah. Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan
dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali.
d. Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing
hingga bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja. Bila
diperlukan pembesian maka besi tulngan dimasukkan dalam shell dan kemudian beton
dicor sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing
ditarik keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi
lain pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari
tiang pipa.

5. Franki Composite Pile


Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya
disini pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari
baja.
Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut:
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa
baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara
pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa.
b. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan,
pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa
ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola.
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil
atau pasir.

2. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya


Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu:

a. Tiang pancang pracetak


Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
1. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan
cara penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan
cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan
tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah
dari bagian dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah
dengan memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang
keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan kedalam tanah.

b. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)


Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara
lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia
adalah penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan
cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam,
yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah
penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan
lebih baik dan lebih canggih.
A. Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul
yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang
hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul diperlihatkan dalam
Gambar 2.4a sampai dengan 2.4d. Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat
perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya
diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.

1. Pemukul Jatuh (drop hammer)


Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang.
Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga
alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.

2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)


Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara
atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya
sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi
jatuh (Gambar 2.4a).
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting
hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel (diesel
hammer), (d) Pemukul getar (vibratory hammer) ( Hardiyatmo,H.c., 2002 )
3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan
untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan dan
energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

4. Pemukul Diesel (diesel hammer)


Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan
bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan menggunakan
bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan
dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (Gambar 2.4c).

5. Pemukul Getar (vibratory hammer)


Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi (Gambar 2.4d).

B. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang


Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,
aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu
dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu,
biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang
pancang:
1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar
yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai
daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor
aman terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus
tidak berlebihan.

2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan


dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap
daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan
terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air.
Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum
yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit
lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar
pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian
dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.

3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya
dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang
berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.

Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :


A. Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal
saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi
tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang
pancang diberi tanda setiap 1 meter.

2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat


dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak
diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan
terakhir (final set).

4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan


manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang


berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level
tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.

b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi
satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat

d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.


7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai
kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

B. Proses Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan
tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang
adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada
bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga
dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah
dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang
terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh
gambar.

2. Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah
ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah
jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini,
haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga
dihasilkan nilai momen yang sama.

C. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada
patok titik pancang yang telah ditentukan.

2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.

3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.

4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telah ditentukan.

5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay


sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal.
Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada
dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk
tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
D. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan
untuk penetrasi setiap setengah meter.
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.

D. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek


Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas
dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada
dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang
sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban
yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung
tiang (Gambar 2.6a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih
ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar
2.9b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya
diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

E. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir


Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test
(CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir
ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya
dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT
atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan
kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang
(pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung
(bearing capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan
kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung ultimit
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1)
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode
Aoki dan De Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit
dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :

dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah
ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit
persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :

dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs
diberikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tiang Fb Fs
Pancang
Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton 1,75 3,5
Pratekan
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan
Farsakh, 1999)
Tip αs Ti αs Ti αs
e Tanah (%) pe Tanah (%) pe Tanah (%)
Pas 1, Pa 2, Le 2,
ir 4 sir 2 mpung 4
berlanau berpasir
Pas 2, Pa 2, Le 2,
ir kelanauan 0 sir 8 mpung 8
berlanau berpasir
dengan dengan
lempung lanau
Pas 2, La 3, Le 3,
ir kelanauan 4 nau 0 mpung 0
dengan berlanau
lempung dengan
pasir
Pas 2, La 3, Le 4,
ir 8 nau 0 mpung 0
berlempung berlempun berlanau
dengan g dengan
lanau pasir
Pas 3, La 3, Le 6,
ir 0 nau 4 mpung 0
berlempung berlempun
g

Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0
persen dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil
pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.

Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus

dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.

F. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk
membagi kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan
dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan
kompresibilitas tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.

d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal
atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.

e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang


masih dalam batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian
beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai
sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih
kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu)
dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah
banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang pancang, sebagai berikut :

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga
Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi
Tipe Hammer Efficiency, E
Single and double acting 0.7 - 0.8
hammer
Diesel Hammer 0.8 - 0.9
drop Hammer 0.7 - 0.9

Pile Material Coefficient of


restitution, n
Cast iron hammer and concrette pile ( 0.4 - 0.5
whitout cap )
Wood cushion on steel pile 0.3 - 0.4
Wooden pile 0.25 - 0.3

Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian


antara lain adalah sebagai berikut:
Keuntungannya yaitu:
1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya
lebih dapat diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang
sehingga mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung
vertikal.
Kerugiannya yaitu:
1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka
pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah
disekitarnya.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan
penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.

Metode pelaksanaan:
1. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
2. Pengangkatan tiang.
3. Pemeriksaan kelurusan tiang.
4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.

Perbandingan Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan


Metode Konstruksinya
Pengeboran (Drilled)
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu
lingkungan sekitar.
2. Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar.
3. Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan.
Kekurangan:
1. Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.
2. Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing, cleaning
bucket dan alat bantu pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih besar.
3. Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang.
4. Waktu pengerjaan lebih lama.

Pemancangan
Kelebihan:
1. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
2. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kekurangan:
1. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada
pondasi.
4. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan
penyambungan sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
5. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu
lingkungan sekitar.
2. Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
6. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
7. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
Kekurangan:
1. Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya
sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
2. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
3. Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
4. Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.
Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis,
dimensi, jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan
penggunaan pondasi tiang pancang ini adalah:
1. Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih
mudah.
2. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang
lain (bored pile).
3. Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan
merupakan hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan serta kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol
kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4. Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan
yang menggunakan drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/final set
yang ditentukan (kalendering). Sedangkan bila menggunakan Hydrolic Static Pile
Driver (HSPD),terdapat dial pembebanan yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri
dari empat silinder untuk menekan tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui
kedalaman tanah keras.

PDA Test

A. Pengertian PDA
PDA Test dari singkatan Pile Driving Analyzer Test yang merupakan
sebuah test untuk mengukur kapasitas tiang tekan secara dinamik pada fondasi dalam
baik itu tiang pancang atau tiang bor, integritas tiang, dan energy dari hammer. Alat
PDA Test sendiri berupa komputer khusus yang telah dibuat untuk mampu mengukur
variable yang dibutuhkan dalam perhitungan dinamik tersebut dengan menggunakan
prinsip wave mechanics .
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang dilakukan dengan
memasang dua buah sensor yaitu strain transduser dan accelerometer transduser pada
sisi tiang dengan posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua sensor
tersebut mempunyai fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan percepatan dan
regangan. Gelombang tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung bawah tiang
(toe) setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan kembali menuju kepala tiang dan
ditangkap oleh sensor. Gelombang yang diterima sensor secara otomatis akan disimpan
oleh komputer. Rekaman hasil gelombang ini akan menjadi dasar bagi analisa dengan
menggunakan program TNOWAVE-TNODLT, di mana gelombang pantul yang
diberikan oleh reaksi tanah akibat kapasitas dukung ujung dan gerak akan memberikan
kapasitas dukung termobilisasi (mobilized capacity).
Berikut gambar Komputer PDA dari PDI, Inc.
Gambar Sensor PDA : Strain Transducer & Accelerometer

Gambar Tipikal Penyusunan Pengetesan PDA (sumber ASTM D 4945)


B. Peralatan PDA Test
Peralatan untuk pengujian „PDA‟ terdiri dari :
1. Pile Driving Analyzer ( PDA ),
2. Dua (2) strain transducer.
3. Dua (2) accelerometer
4. Kabel Penghubung.
Peralatan dapat dimasukkan dalam kotak perjalanan yang cukup kuat. Setiap set
„PDA‟ dan perlengkapannya membutuhkan satu atau dua kotak yaitu berukuran sekitar 600 mm
x 500 mm x 400 mm: dengan berat sekitar 30 kg.

C. Prosedur Pengujian Pda Test


 Pengujian dinamis tiang didasarkan pada analisis gelombang satu dimensi yang
terjadi ketika tiang dipukul oleh palu.
 Regangan dan percepatan selama pemancangan diukur menggunakan strain
transducer dan accelerometer. Dua buah strain transducer dan dua buah
accelerometer dipasang pada bagian atas dari tiang yang diuji ( kira-kira 1,5- x
diameter dari kepala tiang ).
 Pemasangan kedua instrument pada setiap pengukuran dimaksudkan untuk
menjamin hasil rekaman yang baik dan pengukuran tambahan jika salah satu
instrument tidak bekerja dengan baik.
 Pengukuran direkam oleh „PDA‟ dan dianalisis dengan „ Case Method‟ yang
sudah umum dikenal, berdasarkan teori gelombang satu dimensi. Latar belakang
teoristis pengujian dinamis tiang dapat dibaca pada lampiran A.
 Pemasangan Instrumen
 Pengujian dinamis dilaksanakan untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang.
 Karena itu, pemasangan instrument dilakukan sedemikian rupa sehingga pengaruh
lentur selama pengujian dapat dihilangkan sebanyak mungkin.
Untuk itu harus dilakukan :
1. Strain transducer harus dipasang pada garis netral dan accelerometer pada lokasi
berlawanan secara diametral.
2. Posisi dari palu pancang harus tegak lurus terhadap garis strain transducer.
Persiapan Pengujian PDA test
Persiapan pengujian terdiri dari :
1. Penggalian tanah permukaan sekeliling kepala tiang, apabila kepala tiang sama rata
permukaan tanah.
2. Pengeboran lubang kecil pada tiang untuk pemasangan strain transducer dan
accelerometer.
3. Pemasangan instrument.
Informasi yang diperlukan dalam PDA test.
a. Gambar yang menunjukan lokasi dan identifikasi tiang.
b. Tanggal pemancangan.
c. Panjang tiang dan luas penampang tiang.
d. Panjang tiang tertanam.

D. Yang diukur dari komputer PDA


Melalui strain transducer akan terukur nilai Force yang terjadi didekat
kepala tiang / pada posisi sensor setelah ada impact dari tumbukan hammer terhadap
kepala tiang. Dan melalui accelerometer akan terukur nilai percepatan yang akan
dihitung untuk mendapatkan variable velocity.

Awal mulanya pengembangan alat PDA ini terinspirasi dari teori yang
dikembangkan oleh Jean Le Rond D‟Alambert 1747, dimana persamaaan yang
dikenalkan D‟Alambert tersebut adalah sebagai berikut :

“the equation that governs the displacement u of a pile particle a distance x


from the top of pile”
Disebutkan bahwa ketika ada impact dari hammer ketika ditumbukan maka
akan terjadi gelombang turun (wave down) dan gelombang naik (wave up), dengan
kecepatan yang sama.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa ketika ada perlawanan dari tanah,
perubahan kecepatan gelombang, akan mengembalikan gelombang naik (wave up). Dan
metode dinamik ini menggunakan effect dari refleksi gelombang naik ini pada velocity
dan force yang terukur dekat kepala tiang untuk mengevaluasi kapasitas tiang dan/atau
integritas tiang.
Didapatkan persamaan gelombang turun (wave-down) F = Zv, dan
gelombang naik (wave up) F=-Zv , dimana : F = impact force yang terukur pada posisi
sensor; v = impact velocity yang terukur pada posisi sensor, dan Z = impedance (EA/c) ;
E = modulus elastisitas, A = luas penampang tiang, dan c= kecepatan gelombang
material.

Sementara perhitungan dari alat PDA merekam sinyal force dan velocity setelah impact
hammer,
1. Force (F) diukur melalui deformasi yang terjadi (e) à F = E A e (t)
2. Velocity (V) diukur melalui percepatan yang terjadi (a) à V = a (t) dt

E. Perhitungan Daya Dukung Aksial Tiang


Jika didalam perhitungan daya dukung aksial tekan/tarik secara teoritis dari
data uji tanah kita kenal metode alpha, beta, lambda dan lain sebaginya. atau dalam
analisa loading test kita kenal ada metode mazurkiewicz, davisson, brinch Hansen
ataupun chin. Atau juga dalam analisa formulas dinamik dari hasil final set kita kenal
dengan hiley formula.
Sementara perhitungan dinamik daya dukung aksial PDA test dikenal dg
metode CASE method. Dari nilai rata-rata pada sinyal yang terukur force dan velocity
pada data PDA, yang terukur langsung dari alat PDA adalah sebagai berikut :
1. Tegangan tekan maksimum pada posisi sensor, dikenal dengan inisial (CSX, CSI0
2. Displacement maksimum (DMX)
Yang bisa dihitung dari alat PDA diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas tiang termobilisasi, menggunakan simplified CASE method (RMX)
2. Tegangan tarik maksimum sepanjang tiang (TSX)
3. Energi maksimum yang ditransfer ke tiang selama tumbukan (EMX)
Perhitungan CASE Method :
Berdasarkan teori “wave mechanic” didapatkan persamaan :
Dimana ;
R = tahanan tanah total
t = waktu impact dari tumbukan
t = t1 + 2L/c (dimana L adalah panjang tiang)
Z = EA/c = A √(Er) (dikenal dengan “impedance”)
Tahanan total tanah R yang dihitung menggunakan formula diatas mempunyai dua
kompenen :

1. A displacement-dependent component , Static Resistance (Rs) ini yang akan kita


ukur.
2. A velocity-dependent component, Dynamic Resitance (Rd), yang mana Rd
diturunkan dari R untuk mendapatkan Rs.
Variable Dynamic Resistance (Rd) sendiri dihitung dengan formula :

Dimana :
Jc = nilai damping factor, tergantung dari jenis tanah (semakin kerah kohesif nilainya
semakin besar)
Z = pile impedance (Z=EA/c)
V = velocity pada ujung tiang, didapatkan dari force and velocity yang terukur dekat
kepala tiang, berdasarkan prinsip dari teori wave mechanics .
Dengan melalui pendekatan itu didapatkan persamaan untuk menghitung
nilai Static Resistance (Rs),

Berikut ini yang sangat menentukan kualitas data dari PDA Test,
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi prima, baik komputer, kabel, dan sensor
yang dipakai mempunyai sertifikasi kabilbrasi yang update. (Kalibrasi alat minimal
2 tahun sekali).
2. Testing Engineer harus mengerti dasar teori tentang PDA test dan mengerti tentang
kapasitas aksial tiang pondasi dalam, serta memahami penggunaan parameter yang
digunakan dalam PDA test.
3. Kondisi kepala tiang uji harus rata, kondisi dari kepala tiang hingga dasar tiang
terhadap tanah harus rata dan bagus (beton tidak keropos), umur beton sudah
memenuhi syarat > 28 hari, dan hasil test tekan betonnya sudah sesuai dengan
spesifikasi design.
4. Berat hammer yang digunakan harus antara (1- 2 %) dari daya dukung ultimate,
dengan ukuran hammer yang proporsional dengan ukuran tiang.
5. Untuk pengetesan yang menggunakan drop hammer harus menggunakan
ladder/selongsong yang tepat untuk menjaga eksentrisitas tumbukan hammer.
Tumbukan yang tidak sentris menyebabkan kualitas data PDA tidak representative,
sering kita kenal istilah GIGO, garbage in garbage out.
6. Safety saat pelaksanaan test harus sangat diutamakan baik terhadap sensor dari
kemungkinan rusak karena impact dari hammer dan sebagainya, dan juga safety
dari alat pendukung saat pelaksaan test, terutama semua orang/pekerja yang terlibat
pada saat pengetesan.
7. Laporan hasil PDA test harus dibawah pengawasan oleh geotechnical engineer
yang berpengalaman dan mengerti betul tentang batasan yang ada dalam PDA test,
dibuktikan dengan sertifikasi dari PDI, inc.
8. Safety Factor minimal pada PDA test adalah 2.25 dari daya dukung design.
9. Semua prosedur pengetesan PDA test harus memenuhi standard yang telah
ditentukan oleh ASTM D- 4945 terbaru.

Anda mungkin juga menyukai