Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KRONOLOGIS

LONGSORAN DI SPILLWAY

PEMBANGUNAN BENDUNGAN NAPUN GETE


DI KABUPATEN SIKKA (MYC)
2 NOVEMBER 2017
LONGSORAN
KONDISI SEBELUM LONGSOR
04 APRIL 2017

Area Spillway sebelum dikerjakan


KRONOLOGI

Pekerjaan galian tanah dan batu pada saluran pelimpah/spillway telah dikerjakan sejak bulan Juli 2017.
Pemetaan geologi pun telah dilakukan di sepanjang saluran pelimpah STA 0+000 sampai STA 0+580,
sebelum pekerjaan galian tersebut dimulai.
Pekerjaan galian pada lereng sebelah kanan appron pelimpah sesuai design perencanaan akan
membentuk slope 1 : 1, tinggi 5 meter dengan berm 2 meter, yaitu sepanjang STA 0+020 – STA 0+060
KRONOLOGI

Litologi lereng saluran pelimpah terdiri


dari koluvial setebal ± 4 meter pada
lapisan atas, warna abu-abu gelap-
kecoklatan, tidak terikat semen (lepas),
terisi oleh hasil material rombakan yang
berukuran beragam silt – boulder (batuan
beku), diperkirakan adalah hasil
sedimentasi gravitasi dari pelapukan
batuan pada lereng di perbukitan sebelah
timur.
Dibagian bawahnya adalah batupasir
lanauan, coklat kemerahan, sangat lapuk,
sementasi buruk (poorly cemented),
bersifat urai (very loose), dengan porositas besar, lembab (moisture/damp), gradasi baik (well
graded), clay terbentuk pada bidang kontak batuan dengan batupasir tufaan dibawahnya, pada
bidang kontak ini juga ditemukan rembesan air tanah sehingga bersifat basah dan lembab.
Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, agak padat (medium dense), kering, sementasi tidak sempurna
(weak cemented), semen silikaan, pelapukan menengah, kontak dengan batuan diatasnya
membentuk dip 15˚ ke arah timur.
PENAMPANG GEOLOGI PELIMPAH (AS)
PENAMPANG GEOLOGI TEKNIK DAN LUGEON BANGUNAN PELIMPAH (1/2)
PENAMPANG GEOLOGI TEKNIK DAN LUGEON BANGUNAN PELIMPAH (2/2)
KRONOLOGI
09 AGUSTUS 2017

Kondisi galian berm pertama


KRONOLOGI
12 AGUSTUS 2017
Dokumentasi Kelongsoran

Awal Terjadinya longsor


KRONOLOGI
12 SEPTEMBER 2017
Dokumentasi Kelongsoran
KRONOLOGI

Sketsa lokasi
longsoran pada
tebing sebelah
kanan apron
saluran
pelimpah/spillway
KRONOLOGI

Longsoran besar terjadi di 17 September 2017 malam hari, pada lereng kanan
apron saluran pelimpah dari permukaan tanah asli hingga ke elevasi 228 m
dengan gawir/scarp yang turun 3 hingga 6 m dan terpisahkan 50cm hingga 1 m.
Pada kaki longsoran ditemukan rembesan air tanah yang mengalir. Bidang
longsoran ditunjukkan dengan bidang kontak antara litologi batupasir lanauan
dengan batupasir tufaan.
Lokasi Longsor Area Spillway
KRONOLOGI
18 SEPTEMBER 2017
Dokumentasi Kelongsoran
KRONOLOGI
18 SEPTEMBER 2017
Dokumentasi Kelongsoran

PUKUL 10.15 WITA PUKUL 10.30 WITA

PUKUL 14.00 WITA

PUKUL 15.00 WITA

PUKUL 15.30 WITA


KRONOLOGI
19 SEPTEMBER 2017
Dokumentasi Kelongsoran

PUKUL 11.00 WITA


KRONOLOGI
20 SEPTEMBER 2017
Dokumentasi Kelongsoran

PUKUL 15.00 WITA


KRONOLOGI
21 SEPTEMBER 2017
Dokumentasi Kelongsoran

PUKUL 11.00 WITA


KRONOLOGI
22 SEPTEMBER 2017
Dokumentasi Kelongsoran

PUKUL 15.00 WITA


KRONOLOGI

Dokumentasi Kelongsoran

23 SEPTEMBER 2017
PUKUL 11.00 WITA

24 SEPTEMBER 2017
PUKUL 14.00 WITA
PENDAPAT
TENAGA AHLI
TENAGA AHLI YANG MELAKUKAN INVESTIGASI ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
1. PENDAPAT STAF GEOLOGI SEKSI PERENCANAAN BWS NT II
(GOZALI MAHMUD, ST.)
2. PENDAPAT AHLI GEOLOGI KONSULTAN SUPERVISI
(Ir. HARDJUNO WIDYATMOKO, MM)
3. PENDAPAT TEAM LEADER KONSULTAN SUPERVISI
(Ir. V. FREDY GULING, M.Si)
4. PENDAPAT AHLI GEOLOGI KONTRAKTOR
(Ir. DIDI S. AGUSTAWIJAYA, M.Eng., Ph.D.)

5. PENDAPAT AHLI TIM AHLI BALAI BENDUNGAN SDA


(Ir. BASTARI, M. Eng. ; Ir. SOEDARYANTO MSc. ; RAHMAN HAKIM A ST)
6. PENDAPAT TIM AHLI PUSLITBANG SDA
(Ir. SRI HETTY SUSANTI M.Eng.)
7. PENDAPAT TIM AHLI PUSAT BENDUNGAN SDA
(Ir. MATIUS TANGYONG, MT. Ir. GUNTO NABABAN, MT)
1 PENDAPAT STAF GEOLOGI SEKSI PERENCANAAN BWS NT II
(GOZALI MAHMUD, ST)

Hasil Diskusi Geologi Kelongsoran Area Spillway Bendungan Napun Gete di Kabupaten
Sikka (MYC)
Rekomendasi dari hasil investigasi sebagai berikut:
1. Segera melakukan test mekanika tanah dengan mengambil sample material tanah dari
area longsoran.
2. Setelah ada hasil test mekanika tanah, segera merencanakan konstruksi penanggulangan
agar tidah terjadi lagi kelongsoran slope.
3. Kemiringan slope lebih direbahkan /dilandaikan
4. Dimensi wiremesh diperbesar
5. Buat pengalihan air permukaan
6. Mata air yang keluar dari dinding slope supaya dilokalisir dengan bak permanen dan air
dialirkan melalui pipa
7. Spasi drain pada slope lebih dirapatkan lagi.
8. Pada slope yang longsor harus dipasang shotcrete layer per layer. Kontraktor segera
mendatangkan wiremesh, peralatan dan tenaga kerjanya.
9. Pada lapisan tanah lepas dibuat slope dengan kemiringan landai (1:1,5).
10. Pada area longsoran tidak boleh dilakukan penggalian sebelum ada justifikasi dan
persetujuan PPK Kegiatan Bendungan III.
PENDAPAT STAF GEOLOGI SEKSI PERENCANAAN BWS NT II
(GOZALI MAHMUD, ST)
Dokumentasi Investigasi

19 AGUSTUS 2017
PUKUL 10.20 WITA
2 PENDAPAT AHLI GEOLOGI KONSULTAN SUPERVISI
(Ir. HARDJUNO WIDYATMOKO, MM)

• Dari faktor geologi kondisi lereng berupa material yang tidak homogen yaitu material kolovial dan batuan dasar
batupasir tufaan. Material kolovial merupakan material yang mudah bergerak tidak stabil, tidak terkonsolidasi, relatif
lepas, tidak mempunyai kohesi yang kuat. Bidang longsor diprakirakan merupakan batas antara kolovial dan
batupasir tufaan. Dari segi hidrologi airtanah terletak pada batas antara kolovial dan batupasir tufaan, dimana
kelulusan air kolovial lebih lulus air dibandingkan dengan kelulusan batupasir tufaan yang relatif lebih kedap (semi
kedap). Hal ini diperlihatkan ditemukannya rembesan airtanah pada longsoran bagian bawah. Selain itu dijumpai
alur pada bagian puncak lereng, tempat lewat air yang sebagian masuk ke dalam tanah yang menyebabkan tanah
menjadi jenuh sewaktu musim hujan.
• Penyebab dari segi topografi dikarenakan adanya pemotongan lereng yang lebih tajam dibandingkan dengan kondisi
lereng tanah asli. Tanah asli yang bagian atasnya berupa kolovial yang tidak stabil mempunyai kemiringan lereng 15
hingga 20 derajat, sedangkan pemotongan lereng lebih terjal dengan sudut lereng 45 derajat.
• Penyebab longsoran dari perubahan cuaca terjadi karena adanya material kolovial yang sebagian bersifat lepas,
sebagian lagi bersifat mudah mengembang dan menyusut, material umumnya tidak terkonsolidasi. Jika terjadi
perubahan cuaca, material tersebut akan bergerak sebagai contoh adalah perubahan temperatur antara siang hari
dan malam hari. Longsoran gerakan di lereng galian pelimpah yang besar terjadi pada malam hari yaitu tanggal 17
September malam. Selain faktor cuaca tersebut bersamaan dengan hal itu adalah tegangan geser material
berkurang atau menurun dari kuat geser puncaknya.
REKOMENDASI PENANGANAN LONGSOR
(Ir. HARDJUNO WIDYATMOKO, MM)

PERUBAHAN KEMIRINGAN LERENG

PENERAPAN TERRAMESH
CARA 1
Merubah geometri lereng dengan melengkapi semua kondisi yang berhubungan dengan lereng yaitu :
• Merubah geometri sudut lereng desain 1 : 1 menjadi sudut lereng lebih landai menjadi 1 : 2 dengan membuang
semua material longsoran yang ada
• Mengontrol rembesan dan drainase serta membuat drain horizontal hole untuk menurunkan muka airtanah
pada lereng.
• Perlindungan permukaan lereng dengan shotcrete sesuai dengan desain.
• Pembuatan bangunan stabilitas lereng membuat struktur berm (takikan) yang lebih lebar dengan menambah
counterweight di bagian kaki lereng untuk menahan longsoran kecil di bagian kaki lereng.
CARA 2
Perkuatan lereng dengan Bronjong (Gabion) dan Geosintetik, yaitu memakai sistem Terramesh. :
• Material longsoran harus dibuang terlebih dahulu untuk mencari pondasi batuan sebagai tumpuan bronjong.
• Sistem Terramesh (bronjong angkur) yang digunakan adalah dengan dinding bertrap, di dinding bagian depan
berisi batu dengan ketebalan 0.5 m hingga 1 m. Dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dari erosi dan
arus air.
REKOMENDASI PENANGANAN LONGSOR
(Ir. HARDJUNO WIDYATMOKO, MM)
Dokumentasi Investigasi

18 SEPTEMBER 2017
PUKUL 10.00 WITA
3 PENDAPAT TEAM LEADER KONSULTAN SUPERVISI
(Ir. V. FREDY GULING, M.Si)

• Talud spillway pada Sta 0 + 20 s/d Sta 0 + 40 tersusun oleh endapan koluvial (batuan rombakan) hingga
ketebalan 8 m, dan dibawahnya adalah batu lanau pasiran bersifat urai (loose), sementasi buruk (poorly
cemented), diameter butir lanau sampai dengan pasir halus, merupakan bidang perlapisan membentuk
sudut (dip 15 derajat) yang miringnya searah lereng.

• Longsoran di lereng ini merupakan longsoran memutar yang bidang luncurnya berbentuk cekung
(rotational slide). Material yang terbawa merupakan kolovial (material rombakan) dan batuan dasarnya.
REKOMENDASI PENANGANAN LONGSOR
(Ir. V. FREDY GULING, M.Si)

CARA 1
• Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan tanah :
• Mengubah geometri lereng
• Mengendalikan air permukaan
CARA 2
• Menambah gaya-gaya yang menahan gerakan tanah :
• Mengendalikan air rembesan
CARA 3
• Konstruksi ramah lingkungan
• Mampu melakukan konservasi sehingga kawasan area sekitarnya subur (menaikkan air tanah).
• Mata air akan muncul mengikuti bidang-bidang loose yang melampar ke arah utara mengikuti
kontur hilir sungai;
4 PENDAPAT AHLI GEOLOGI KONTRAKTOR
(Ir. DIDI S. AGUSTAWIJAYA, M.Eng., Ph.D.)

Sliding

Rembesan
mata air
Rembesan
mata air

Rembesan mata air

Bidang longsor
Batuan lepas gunungapi Aliran air
muda

Batupasir tufan
Rembesan
mata air

• Longsor yang terjadi pada tebing saluran pelimpah adalah pada material tidak kompak
porous yang berada di atas muka air tanah. Aliran air terjadi malalui bidang batas antara
batuan tidak kompak sedimen material gunungapi muda dengan batuan sedimen
volkanik kompak dari batupasir tufan. Bidang longsor adalah pada bidang batas material
batuan tidak kompak dan material batuan kompak tersebut.
• Lereng menjadi sangat rentan terhadap longsor karena dua faktor: bidang batas batuan
adalah bidang lemah; dan bidang batas menjadi tempat mengalirnya air dalam batuan.
PENDAPAT AHLI GEOLOGI KONTRAKTOR
(Ir. DIDI S. AGUSTAWIJAYA, M.Eng., Ph.D.)

• Material longsor dibersihkan


CARA 1 • Dibuat trap/sengkedan baru
• Kemiringan lereng 1:1.0 – 1.2 (350 - 420)

• Material longsoran dibersihkan


• Dibuat penahan dinding dengan metode counter weight
CARA 2 •

Bronjong batuan kali dibuat bersusun
Setiap lapisan bronjong diberi lapisan geotekstil sebagai
media pengumpul dan pengaliran air

• Material longsoran dibersihkan


• Dibuat sengkedan dengan menggunakan tiang cerucuk beton

CARA 3 ditancapkan ke dalam batupasir tufaan yang ada di bawahnya


• Tiang beton sebagai talud yang diisi material filler porous
• Material pengisi filler berlapis setiap lapisan diberi geotekstil
• Diantara tiang ada lubang drain
PENDAPAT AHLI GEOLOGI KONTRAKTOR
(Ir. DIDI S. AGUSTAWIJAYA, M.Eng., Ph.D.)
Dokumentasi Investigasi

22 SEPTEMBER 2017
PUKUL 11.00 WITA
5 PENDAPAT TIM AHLI BALAI BENDUNGAN SDA
(Ir. BASTARI, M. Eng. ; Ir. SOEDARYANTO MSc. ; RAHMAN HAKIM A ST)
PENDAPAT TIM AHLI BALAI BENDUNGAN SDA
(Ir. BASTARI, M. Eng. ; Ir. SOEDARYANTO MSc. ; RAHMAN HAKIM A ST)
PENDAPAT TIM AHLI BALAI BENDUNGAN SDA
(Ir. BASTARI, M. Eng. ; Ir. SOEDARYANTO MSc. ; RAHMAN HAKIM A ST)
Dokumentasi Investigasi

29 SEPTEMBER 2017
PUKUL 11.00 WITA
6 PENDAPAT TIM AHLI PUSLITBANG SDA
(Ir. SRI HETTY SUSANTI M.Eng.)

Hasil Diskusi Geologi Teknik Kelongsoran Spillway Bendungan Napun Gete di Kabupaten
Sikka (MYC)

Resume Rapat
Berdasarkan Hasil diskusi dengan Tim Puslitbang SDA, terkait penanganan longsor dapat
diberikan Rekomendasi teknis sebagai berikut:
1. Cek Paramater yang digunakan dengan membandingkan parameter hasil back analysis
dengan parameter hasil boring.
2. Pastikan Tegangan tanah diatas phreatic line adalah tegangan total sedangkan dibawah
phreatic line adalah tegangan effektif dengan melakukan uji triaxial pada tabah di
bawah phreatic line dengan metode CU.
3. Memperpanjang horizontal drainage hingga phreatic line.
4. Membuat Alur drainage di permukaan.
5. Memasang filter pada drainage.
6. Memasang instrumentasi piezometer dan inclinometer untuk mengecek tinggi muka air
dan pergerakan (vertikal dan horizontal).
7. Periksa kestabilan lereng untuk kondisi gempa (Pseudostatic) mengingat bendungan
terletak pada zona gempa terbaru.
8. Periksa sejauh mana kemungkinan terjadinya likuifaksi pada saat gempa.
PENDAPAT TIM AHLI PUSLITBANG SDA
(Ir. SRI HETTY SUSANTI M.Eng.)

02 NOVEMBER 2017
PUKUL 10.30 WIB
7 PENDAPAT TIM AHLI PUSBEND SDA
(Ir. MATIUS TANGYONG, MT. ; Ir. GUNTO NABABAN, MT.)

Hasil Diskusi Geologi Teknik Kelongsoran Spillway Bendungan Napun Gete di Kabupaten
Sikka (MYC)

Resume Rapat
Berdasarkan Hasil diskusi dengan Tim Pusbend SDA, terkait penanganan longsor dapat
diberikan Rekomendasi teknis sebagai berikut:
1. Perimeter perimeter yang direkomendasikan oleh beberapa tenaga ahli segera
ditindaklanjuti.
2. Segera dilaksanakan penanggulangan masalah kelongsoran dan pendekatan untuk
penyelesaian masalah tanah.
3. Segera dilaksanakan pengeboran horizontal untuk percepatan pengeringan.
PENDAPAT TIM AHLI PUSBEND SDA
(Ir. MATIUS TANGYONG, MT. ; Ir. GUNTO NABABAN, MT.)

07 NOVEMBER 2017
PUKUL 14.30 WIB
REKOMENDASI PENANGANAN

Penanggulangan longsor secara permanen perlu segera dilakukan. Untuk itu


perlu waktu penyelidikan, analisis dan perencanaan yang matang. Metode-
metode penanggulangan yang dapat dilakukan saat ini, antara lain :

1. Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan tanah :


• Mengubah geometri lereng menjadi lebih landai dengan slope 1 : 2,0
berm 4m
• Mengendalikan air permukaan, mengontrol rembesan serta membuat
horisontal drain untuk menurunkan muka air tanah pada lereng
• Memberikan perlindungan permukaan lereng dengan sementasi
shotcrete
2. Menambah gaya-gaya yang menahan gerakan tanah :
• Penambatan (beton/shotcrete)
• Beban kontra (counter weight)
• Counterfort (dinding penahan dengan bracing)
PERHITUNGAN STABILITAS LERENG

Mengubah Geometrik Lereng


Penanggulangan lereng yang tidak stabil dengan mengubah geometrik lereng menjadi lebih
landai di hitung menggunakan program PLAXIS dengan beberapa alternatif model lereng :
•Slope 1 : 2.5 dengan berm 2 m
•Slope 1 : 2.5 dengan berm 4 m
•Slope 1 : 2.0 dengan berm 2 m
•Slope 1 : 2.0 dengan berm 4 m (Recommended)

Extreme
Panjang Lahan
Lebar Horizontal Vertical Total
Pmax SF yang
Slope Berm Displacement Displacement Displacem
(kN/m2)
(m) (m) (>1.25) dibutuhkan
(m) ent
(m)
(m)

1 : 2.5 2 0.453 7.15 5.68 7.63 1.82 145


1 : 2.5 4 0.408 6.73 5.70 7.42 1.78 165
1 : 2.0 2 0.439 4.87 2.83 5.13 1.73 120
1 : 2.0 4 0.449 6.28 4.75 6.60 1.82 140
PERHITUNGAN STABILITAS LERENG

•Slope 1 : 2.0 dengan berm 4 m


PERHITUNGAN STABILITAS LERENG
GAMBAR DESIGN PENANGANAN
HASIL DISKUSI PUSLITBANG SDA

Area Spillway

Layout Area Spillway


GAMBAR DESAIN PENANGANAN
HASIL DISKUSI PUSLITBANG SDA

5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
Shotcrete t = 10 cm w/ horizontal drainage (L=1m)

A 30.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 4.00 10.00 3.00

Potongan Melintang
GAMBAR DESAIN PENANGANAN
HASIL DISKUSI PUSLITBANG SDA
PEMBERSIHAN LONGSORAN
10 OKTOBER 2017
PEMBERSIHAN LONGSORAN
28 OKTOBER 2017
PEMBERSIHAN LONGSORAN
31 OKTOBER 2017
KESIMPULAN

Longsor yang terjadi pada tebing kanan appron saluran pelimpah adalah pada
material vulkanik klastik lepas, (unconsolidated volcanic clastic), yang berifat
porous dan terletak diatas muka air tanah. Aliran air tanah bergerak melalui
bidang kontak batuan antara meterial yang tidak kompak tersebut dengan
batuan vulkanik yang lebih kompak dibawahnya, batupasir tufaan adalah
merupakan bidang lemah (bidang gelincir) dengan rekomendasi penanganan
sebagai berikut :
1. Perbaikan kestabilan lereng dengan mengubah geometrik lereng menjadi
lebih landai dengan slope 1 : 2,0 relatif aman dengan berm 4m.
2. Segera dilakukan perlindungan permukaan lereng dengan shotcrete.
3. Membuat horizontal drainage.
4. Mengurangi jumlah aktifitas alat berat disekitar daerah longsoran.
PERMASALAHAN
PENANGANAN
PERMASALAHAN PEMBEBASAN LAHAN
DI AREA LONGSOR SPILLWAY

Kebutuhan lahan untuk pembangunan Bendungan Napun Gete adalah seluas 161,61 Ha dengan
rincian sebagai berikut:

Kebutuhan lahan untuk pelaksanaan penanganan longsoran di daerah spillway ± 2 ha, diluar rencana
awal pembebasan lahan 161,61 ha.
Penanganan longsor harus dilakukan sesegera mungkin dikarenakan kondisi tanah di daerah spillway
adalah Batu pasir tufaan yang rentan longsor disaat musim hujan.
Pelaksana konstruksi sudah mengupayakan pendekatan kepada masyarakat namun belum
mendapatkan kesepakatan nilai ganti rugi yang sesuai dan disanggupi oleh pelaksana konstruksi.
LAYOUT RENCANA PEMBEBASAN LAHAN 161,61 HA
LAYOUT PEMBEBASAN TAHAP I DAN
RENCANA TAHAP II

Pembebasan Tahap I oleh


Pemda Sikka = 23,4297 ha
Rencana Pembebasan
Tahap II (36,676 ha)

INLET OUTLET
PENGELAK PENGELAK

SPOILBANK
SPILLWAY
PETA KEPEMILIKAN LAHAN YANG HARUS DIBEBASKAN
UNTUK PENANGANAN LONGSOR AREA SPILLWAY

Area Spillway

Kebutuhan Lahan
Tambahan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai