Teknologi CNC Diktat PDF
Teknologi CNC Diktat PDF
Teknologi CNC
Disadur dari Mastercam Book for Windows
Rosehan Yahuza
KATA PENGANTAR
Mata kuliah Teknoligi CNC adalah mata kuliah wajib ,pada Jurusan Teknik Mesin
Universitas Tarumanagara. Pembuatan diktat dengan menyadur buku asli berjudul
“Mastercam Book for Window” by Dr.S.C. Jonathan Lin and Dr. F.C. Tony Shine. Isi buku
dicuplik berdasarkan kebutuhan dengan bahasa yang disesuaikan. Tujuan dari
pembuatan diktat ini untuk meningkatkan motivasi belajar dan memahami materi dari
Teknologi CNC.
Buku diktat ini dibuat dengan segala kekurangan, diharapkan pembaca dapat
memberikan masukan yang positif agar buku ini dapat mudah dipahami baik bahasa
maupun materi dari diktat
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan teman-teman yang
turut membantu dan memotivasi penulisan diktat kuliah ini.
Rosehan Yahuza
DAFTAR ISI
Halaman
1
2.2.1 Sistem Loop Terbuka (Close Loop System) .......................................... 28
2.2.2 Sistem Loop Tertutup (Closed Loop System) ........................................ 29
2
5.7 Toolholders ............................................................................................ 59
5.8 Sistem Indentifikasi Boring Bar.............................................................. 62
3
7.1.4 Dimensi radius dan diameter ................................................................. 87
7.2 Pemilihan pahat untuk bubut ................................................................. 87
7.2.1 Perkakas pengasaran (roughing) ........................................................... 88
7.2.2 Perkakas pengerjaan akhir (finishing) .................................................... 88
7.2.3 Perkakas peluasan lubang (boring) ....................................................... 88
7.2.4 Perkakas perataan permukaan (facing) ................................................. 89
7.2.5 Perkakas untuk operasi yang lain .......................................................... 89
7.3 Tool Hand Type ..................................................................................... 89
7.4 Difinisi Perkakas .................................................................................... 90
7.4.1 Nomor perkakas dan nomor penggeseran ............................................. 90
7.4.2 Offset Register Parameters Setting ....................................................... 91
7.4.3 Nose radius ........................................................................................... 91
7.4.4 Imaginary tool nose ............................................................................... 92
7.4.5 Orientation (arah dari hidung pahat khayalan) ....................................... 92
7.4.6 Cutter compensation.............................................................................. 93
7.4.7 Sudut perkakas potong .......................................................................... 95
7.4.8 Machining parameters ........................................................................... 95
7.4.9 Miscellaneous ........................................................................................ 97
7.4.10 Pemosisian Perkakas potong ............................................................ 97
7.4.11 Rough Module ................................................................................... 98
7.5 Cycle Parameters .................................................................................. 99
7.5.1 Rough turning cycle (G71) ..................................................................... 99
7.5.2 Rough facing cycle (G72) ...................................................................... 99
7.5.3 Contour repeating cycle (G73) ............................................................. 100
7.5.4 Finish cycle (G70) ................................................................................ 100
7.5.5 Contoh part program G71 dan G70 ..................................................... 101
7.5.6 Groove cycle........................................................................................ 102
7.5.7 Cutting a groove .................................................................................. 103
7.5.8 Thread cycle ........................................................................................ 104
7.5.9 Drill cycle ............................................................................................. 109
7.6 Proyek ................................................................................................. 110
4
8.4.1 Zig-zag ................................................................................................ 116
8.4.2 Metode Spiral ...................................................................................... 117
8.5 Pemesinan........................................................................................... 117
8.6 Drill Cycle ............................................................................................ 119
8.6.1 Z-depth, ............................................................................................... 119
8.6.2 Cycle Mode.......................................................................................... 120
5
BAB 1. DASAR PEMPROGRAMAN CNC
Tujuan
1. Pengertian dari konsep dasar yang digunakan pada program dan pengoperasian
CNC.
2. Mengetahui kesempatan kerja yang mengunakan NC.
3. Mengetahui kata-kata yang digunakan pada program NC.
4. Mempelajari mesin dan petunjuk proses pada CNC.
5. Mengetahui bermacam-macam petunjuk titik nol pada program CNC.
Empat batasan yang sering digunakan dalam penjabaran teknologi dibahas dalam
buku ini :
• Numerical Control (NC)
• Direct Numerical Control (DNC)
• Computer Numerical Control (CNC)
• Distributive Numerical Control (DNC)
Adalah teknik yang digunakan untuk mengontrol alat dan proses pada mesin
dengan menggunakan perintah kode. NC mengontrol penggunaan instruksi tersebut dan
meterjemahkan ke dalam dua tipe sinyal kontrol: sinyal kontrol gerak dan sinyal kontrol
berganti-ganti. (Gambar 1.1).
Sinyal kontrol gerak adalah barisan dari rangkaian pulsa elektronik yang
digunakan untuk mengontrol posisi dan kecepatan meja mesin dan spindel. Setiap pulsa
6
mengaktifkan gerakan dari suatu unit penjang dasar (basic length-Unit/BLU) yang
menambah ukuran minimum dari sistem kontrol NC yaitu 0,001 inch (atau 0,01 mm),
sementara pada kontrol CNC modern, pemecahan penambahan dapat mencapai 0,0001
inch (atau 0,001 mm). Jumlah pulsa yang ditransmisikan pada setiap poros menentukan
penambahan posisi dan frekuensi pulsa tersebut mengatur kecepatan poros.
Fungsi kontrol berganti-ganti adalah menyetel sinyal on/off pada perkakas untuk
mengontrol kecepatan dan arah dari putaran spindel, kontrol dari sistem pendingin,
pemilihan alat potong, penjepitan dan pelepasan otomatis, dan sebagainya.
NC sering ditunjukkan pada generasi lama dari teknologi pengontrolan angka.
Sistem NC kontrol hard-wired yang digunakan adalah implementasi dari perangkat keras
elektronik berdasarkan teknologi sirkuit digital.
Menggunakan sebagian komputer untuk kontrol secara serentak pada suatu grup
dari alat mesin NC. Bagian utama yang dikerjakan pada komputer adalah memprogram
dan mengedit bagian program sesuai dengan penurunan bagian pada mesin NC. Ide dari
Direct Numerical Control dimulai pada pertengahan tahun 1970 di Cincinnati Milacron and
General Electric. Pada tahun 1970 sekitar enam vendor memasarkan sistem DNC.
DNC tidak digunakan secara luas pada industri utama karena dua alasan. Industri
tidak dapat menanggung pengeluaran setiap angka utama komputer yang dapat
mengeluarkan dana hingga mencapai satu juta dolar. Alasan lain adalah pengenalan
CNC pada tahun 1970-an. Kapasitas memori yang ditawarkan dan menarik kepandaian
dari perangkat dalam yang menyebabkan penghematan dan menggeser keinginan untuk
menggunakan sistem DNC.
7
Gambar 1.2. Direct Numerical Control
robot, kontrol program logik dan banyak kontrol komputer yang digabungkan dalam
sistem DNC untuk membuat sistem produksi pabrik otomatis dikerjakan
8
1.2 Keuntungan dan Batas dari Teknologi CNC
1.3 Operasi NC
9
Gambar 1.4. NC/CNC operations
Keahlian yang
Jabatan Tanggung jawab diperlukan Pendidikan/Pengalaman
Perancang proses - Menentukan proses pemesinan - Pengetahuan menyeluruh - Minimal D2, lebih diutamakan
yang akan digunakan dan dari machining, perkakas, S1
urutan proses dan pada mesin dan kemampuan peralatan
apa - Memiliki latarbelakang yang
- Memilih pahat dan pemegang baik pada manufaktur dan
benda kerja dan perkakas CNC
bantu
- Menyiapkan lembaran operasi
dan perkakas
10
Tabel 1.1 (Lanjutan)
Keahlian yang
Jabatan Tanggung jawab diperlukan Pendidikan/Pengalama
n
Tool maker - Merakit dan meneset perkakas - Sangat ahli pada pemesinan - 4 tahun masapemagangan
standar - Pengetahuan tentang CNC program
- Membuat perkakas dengan - Menyusun dan membuat
tujuan khusus perkakas
- Memperbaki perkakas yang
mengalami kerusakan
Machine setup - Memasang perkakas bantu dan - Menguasai dengan baik - Ahli mesin berpengalaman
person perkakas potong pada mesin tentang pemesinan dan secara intensip pengetahuan
- Koordinat mesin perkakas CNC
- Menghitung dan memasukan - Mengerti part program dan
offset dan nilai kompensasi machine functions
- Memperbaiki kesalahan pada
perkakas dan program
- Mensimulasikan program tanpa
benda kerja
Machine operator - Bongkar pasang bendakerja - Pengetahuan secara umum - Tamatan sekolah teknik, atau
- Memperhatikan perkembangan dari pemesianan setingakat dengan bidang
pemesinan yang sama, mahasiswa
- Inpeksi bagian finishing
- Pemeriksaan reguler
Part program suatu kode instruksi, diperlukan untuk memproduksi suatu bagian.
Program ini mengendalikan pergerakan dari mesin tool (pahat) dan kontrol on/off dari
fungsi tambahan seperti putaran spindel dan cairan pendingin. Suatu kode instruksi terdiri
dari huruf-huruf, angka-angka dan simbol-simbol yang tersusun dalam format fungsi blok
seperti contoh berikut ini :
11
1.6 Bagian dari Sistem CNC
Machine control unit (MCU) adalah jantung dari sistem CNC, MCU melakukan
fungsi-fungsi berikut ini :
12
• Melaksanakan interpolalisasi (lurus, lingkar, dan heliks) untuk menghasilkan
perintah pergerakan sumbu.
• Meneruskan perintah pergerakan sumbu ke amplifier circuit untuk menggerakkan
mekanisme sumbu.
• Menerima sinyal umpan balik dan kecepatan dari setiap pergerakan sumbu.
Suatu drive system terdiri dari amplifier circuit, drive motors dan ball lead-screws.
MCU memberi sinyal kontrol (posisi dan kecepatan) setiap sumbu ke amplifier circuit.
Sinyal dari kontrol untuk menghidupkan drive motors yang memutar ball lead-screws ke
posisi meja mesin.
Kontrol CNC mengendalikan berbagai jenis pahat, meskipun ada beberapa tipe
(cara) dalam mengendalikan pahat, kontrol CNC selalu memiliki slide table dan
pengendalian kecepatan dan posisi spindel. Meja mesin dikendalikan dalam arah sumbu
X dan Y dan spindel bergerak sejajar dengan sumbu Z.
Teklnologi CNC sudah berhasil dipakai pada hampir setiap segi dari produksi pabrik
industri. Aplikasi ini dapat diklasifikasikan dalam lima kategori :
Mesin yang dikontrol oleh CNC dapat diklarifikasikan dalam delapan kategori berikut:
• Pemotongan bahan
• Gerinda
• Pengerjaan mesin
13
• Fabrikasi
• Aplikasi kebutuhan khusus
• CNC mills and machining centers
• CNC lathes and turning centers
• CNC EDMs
• CNC grinding machine
• CNC fabrication machine (laser, plasma, electron, of frame)
• CNC fabrication machines (sheet metal punch press, bending machine, or press
brake)
• CNC welding machines
• CNC coordinate measuring machine
14
1.13 Coding System
Terdapat dua sistem kode yang digunakan dalam kontrol CNC/NC yaitu standar
EIA dan ASCII. Sistem kode EIA dikembangkan oleh EIA standard 244-B. Kode ini
digunakan secara luas di Amerika Utara sebelum kode ASCII dikembangkan. Hole pattern
dari kode EIA terdapat pada kolom bagian kiri pada gambar 1.8.
ASCII merupakan singkatan dari American Standard Code for Infomation Intercharger.
ASCII berhubungan dengan kode yang biasa disimbolkan karakter umum pada keyboard.
Kode ASCII untuk pita berlubang dikembangkan oleh RS-358-B standard. Kode ASCII
adalah kode ISO hole pattern dari kode ASCII pada kolom kanan pada gambar 1.8.
15
1.14 NC Addresses
Addresses ialah huruf pertama pada setiap kata yang mendefinisikan maksud atau
tujuan dari data numerik. Addresses yang dipergunakan dalam pemrograman NC telah
dijelaskan oleh ANSI’s EIA RS-274-B standard. Sebagian besar huruf yang dipergunakan
memiliki fungsi sendiri tapi ada juga huruf yang memiliki dua fungsi. NC Addresses
diklasifikasikan ke dalam tujuh grup sesuai dengan fungsi, pada tabel 1.2.
1. Dimension
a. Primary linier dimension
X Primary X motion dimensions
Y Primary Y motion dimensions
Z Primary Zmotion dimensions
e. Specialrotary dimensions
D Angular dimension around a special
axis or line
E Angular dimension around a special
axis or line
2. Arc center
I X dimension for circular arc center
J Y dimension for circular arc center
K Zdimension for circular arc center
16
Tabel 1.2. Lanjutan
3. Feed
F Primary feed function (applied to the
main slide table)
E Secondary feed function (applied to the
main slide table)
D Third feed function (applied to the main
slide table)
4. Thread pitches
U Secondary dimension parallel to X axis
V Secondary dimension parallel to Y axis
W Secondary dimension parallel to Z axis
7. Other function
N Sequence number of program block
T Tool function
17
1.15 NC Words
NC part program ialah kode instruksi yang terorganisir ke dalam fungsional block.
Setiap block terdiri dari satu atau lebih NC word. NC word ialah koleksi dari karakter-
karakter yang dimulai dengan address yang diikuti oleh angka. Setiap karakter terdiri dari
satu byte (8 bits) yang dapat berarti angka, huruf, atau simbol. Urutan dan penempatan
dari NC word dalam part program harus mengikuti aturan tertentu yang dinamakan tape
format atau program format.
NC word adalah koleksi dari karakter-karakter yang tersusun dalam cara tertentu yang
mengakibatkan suatu pergerakan tertentu yang dilakukan oleh mesin NC. NC word selalu
dimulai dengan huruf address yang diikuti oleh harga numerik. Tabel 1.3 memperlihatkan
daftar tujuh grup dari NC word.
Istilah preparatory dalam NC berarti menyiapkan kontrol sistem supaya siap untuk
melaksanakn informasi yang datang pada instruksi block berikut. Fungsi preparatory
dilambangkan dalam sebuah program dalam words address G dan diikuti dua digit.
Fungsi preparatory juga disebut G-codes dan hanya untuk kontrol mode operasi tertentu.
Pada halaman berikut di tabel 1.4 terdapat delapan grup G-kode yang sering
dipergunakan dalam mesin milling CNC dan berikut pada tabel 1.5 merupakan daftar G-
kode untuk mesin bubut CNC.
18
Tabel 1.4. G-Codes for Milling
Command Function and command
G-code Illustration
Group Statement
Plan selection
G17 XY-plane selection
19
Tabel 1.4 (Lanjutan)
Command Function and command
G-code Illustration
Group Statement
Linier Interpolation
G01 Xx Zz Ff
20
Tabel (lanjutan)
Command Function and command
G-code Illustration
Group Statement
Fungsi miscellaneous mempergunakan address huruf M yang diikuti oleh dua digit.
Fungsi ini melakukan satu grup instruksi seperti on/off cair pendingin, on/off spindel,
pergantian pahat, berhenti program atau akhir program. Fungsi miscellaneous yang biasa
ditulis sebagai functions atau M-functions. Tabel 1.6 meperlihatkan fungsi M yang umum
dipergunakan pada mesin milling dan bubut.
21
Tabel 1.6. Miscellaneous Functions
Function M- Function and command
Illustration
Group function Statement
Tool change
M07 Tool change to the
specified tool number
Txxxx M06
Kontrol NC mengeksekusi secara seluruh NC words yang ada dalam satu blok.
Untuk itu, NC blocks disusun sesuai dengan tugas. Tabel 1.7 memberikan beberapa
fungsi blok yang umum dipergunakan dalam part programming.
22
Table 1.7 CNC functional blocks
1. Safety feature Set the control to proper operating G90 G80 G40 G17
modes at the beginning of a part
program. This block is also used after a
tool change
Reference point return Return the tool to the machine home G91 G28 Z0
position G91 G28 Y0
Metode part programming dibagi menjadi dua kategori pemrograman manual dan
computer-assisted programming. Dalam metode manual meng-input kode instruksi ke
dalam kontrol dengan tape-punching unit, via manual data input (MDI) mode on dari unit
CNC atau menggunakan komputer dengan text editor.
Metode pemprograman dengan bantuan komputer mempergunakan komputer untuk
membantu secara otomatis menghasilkan tool path untuk memproduksi suatu bagian,
metode ini dapat muncul dalam tiga bentuk :
• NC processor language (APT, Compact II, etc)
• CAD/CAM NC software system
• Conversational programming software as part of the CNC unit
Mempergunakan bahasa NC processor untuk mennghasilkan part program secara
perlahan-lahan diganti oleh CAD/CAM, software. Lebih dari sepertiga dari perencana-an
mempergunakan software sistem CAD/CAM untuk menghasilkan part program.
23
Cara ini digunakan secara luas dan akhirnya menjadi metode utama pemrograman NC.
Yang dimaksud pemrograman konvensional ialah pemrogram iteraktif dipergunakan
dalam sperlima dari perencanaan. Tipe software program yang disediakan oleh unit
builder CNC dan merupakan bagian dari unit CNC. Metode ini cukup memuaskan untuk
pemprograman kerja yang sederhana.
24
BAB 2. SISTEM PENGONTROLAN CNC
Pengontrolan CNC dapat disebut sebagai salah satu point-to-point system (sistem
dari titik ke titik) atau a continous path system (sistem perjalanan secara kontinyu).
Pengontrolan point-to-point (PTP) menggerakkan tool ke titik program, secara umum di
dalam pergerakan yang cepat tanpa menyinggung benda kerja. Jika titik program telah
tercapai, permesinan akan dijalankan pada sumbu Z.
Sistem PTP dapat juga disebut sebagai sistem posisi karena penempatan tool
path dari sistem ini secara umum tidak dapat dikontrol. Tergantung pada tipe
pengontrolan, gerakan tool PTP (gambar) dapat dilaksanakan dengan satu diantara tiga
cara, yaitu :
• Axial path (gambar 1.1a)
• 45o line path (gambar 1.1b)
• Linear path (gambar 1.1c)
Sistem PTP adalah jenis yang sering dipakai dalam mesin drilling, punch presses,
spot welders dimana membutuhkan penempatan posisi di dalam bagan XY di dalam
mode penggerakan yang cepat ketika menjalankan mesin ke sumbu Z (lihat gambar 1.4).
Sistem pengontrolan PTP ini lebih murah dan mudah dalam pengontrolan struktur
pergerakan. Juga mudah untuk dikendalikan.
25
Sistem kontrol path secara kontinui juga disebut dengan contouring system
(sistem pembayangan). Sistem contoiuring ini mampu mensinkronisasikan dua atau lebih
penggerak aksial untuk menghasilkan sebuah jejak (path) perintah. Tergantung dari tipe
pengontrolan, sistem contouring ini dapat merupakan satu dari empat tipe-tipe ini yaitu :
2-D contouring, 2½-D contouring, 3-D contouring, dan 4-D contouring.
Sistem contouring 2-D mengimplementasikan tool path linier dan tool path
lingkaran di dalam dua bidang sumbu (XY) (pada gambar 1.3). Sumbu ketiga (Z)
terkontrol secara bebas dari dua sumbu lain. Pembayangan (contouring) dapat
diimplementasikan hanya pada satu bidang saja, yaitu pada bidang XY (di dalam sistem
2D). Dengan kata lain, sistem contouring 2-D dapat mensinkronisasikan pemakanan
hanya di dalam dua sumbu secara serentak atau bersamaan. Di dalam praktek,
pemakanan kedalaman yang diinginkan di dalam sumbu Z harus sudah dibuat sebelum
pembayangan (contouring) di dalam bidang XY.
Di dalam sistem contouring 2½-D, dua dari tiga sumbu dapat terkontrol secara
serentak atau bersamaan. Dengan demikin, pembayangan (contouring) dapat
diimplementasikan baik di dalam sumbu XY, sumbu ZX, atau sumbu YZ. Di dalam
praktek, pemakanan dapat dikerjakan dalam satu dari ketiga sumbu, kemudian diikuti
dengan contouring di dalam bidang dua sumbu. Gambar 1.4. menunjukkan contouring di
dalam bidang ZX dan bidang YZ.
26
Gambar 1.4. Sistem Contouring 2½-D
Beberapa kontrol melengkapi kontrol aksial tambahan untuk sistem kontrol 3 aksial
yang teratur. Secara umum kontrol aksial yang keempat adalah sumbu putar, dimana
digunakan untuk mengindeks tabel putar (rotary). Gambar 1.6. menunjukkan contoh
contouring 4-D.
27
2.2 Sistem Drive CNC
Sistem perjalanan CNC dapat berupa tipe open loop (loop terbuka) atau tipe close
loop (loop tertutup). Perbedan utama diantara kesua sistem bergantung kepada apakah
sistem itu memiliki feedback loop (loop umpan balik) untuk meyakinkan keakurasian dari
sistem performansinya.
Di dalam sistem pengendali (drive) loop terbuka tidak menggunakan loop umpan
balik (feedback loop). Peran motor penggerak pada kontrol perintah dari unit kontrol
mesin/machine control unit (MCU). Sistem cuma mengasumsikan meja mesin akan
mencapai posisi target. Tiada jalan lain bagi MCU untuk mengetahui aktual performansi
dari sistem. Sistem loop terbuka sangat sensitif untuk memuatkan tahanan. Posisi dan
kecepatan kesalahan (error) dapat muncul ketika tahanan pemotongan yang berat saling
bertemu. Gambar 2.1. menunjukkan sistem pengendali CNC dari loop terbuka. Sistem
pengendali loop terbuka seringkali digunakan di dalam sistem PTP dimana tool pemotong
tidak menyinggung dengan benda kerja saat pengambilan posisi. Sistem ini juga
digunakan di dalam mesin pemotong beban ringan. Sistem terbuka lebih murah, tetapi
cenderung memberikan perlawanan terhadap beban ketika proses permesinan.
28
2.2.2 Sistem Loop Tertutup (Closed Loop System)
Dengan sistem pengendali loop tertutup, sub-sistem umpan balik (feedback sub-
systems) digunakan untuk mengawasi pengeluaran (output) aktual dan mengoreksi
perbedaan terjadi antara sistem performansi yang diinginkan dan sistem performansi
yang aktual. Sub-sistem umpan balik dapat dibedakan, yaitu tipe analog atau tipe digital.
Sistem analog mengukur variasi fisik seperti posisi dan kecepatan dalam level tegangan.
Tachometers biasa digunakan untuk mengukur kecepatan, ketika memutuskan untuk
pemosisian.
Ada dua macam loop umpan balik di sistem pengendali CNC. Loop posisi dan loop
kecepatan (gambar 2.2). Loop posisi adalah bagian luar loop yang terdiri dari komparator,
sirkuit amplifier, dan resolver interface. Di dalam pengoperasian, komparator menerima
sinyal referensi dari kontrol CNC dan posisi kesalahan yang ada. Komparator
menghasilkan sinyal kesalahan dan memberikan sinyal kepada amplifier menggerakkan
servo motor untuk mengoreksi kesalahan.
29
Velocity Loop (loop kecepatan) adalah sub loop dari posisi loop. Terdiri dari
komparator, sirkuit amplifier, tachometer terikat oleh leadscrew atau servo motor, dan
tachometer interface.
Digital feedback systems (sistem umpan balik digital) digunakan seperti digital
tranduser posisi untuk mengukur (gambar 2.3). Encoder adalah digital tranduser posisi
yang populer. Counter up-down (naik-turun) dan converter digital-to-analog digunakan
pada komparator dan amplifier. Loop kecepatan di dalam sistem digital feedback sama
seperti yang terdapat pada sistem feedback analog.
30
BAB 3. CNC INTERPOLATION
Interpolasi linier menggerakkan tool dari titik mulai menuju target sepanjang garis
lurus. Interpolasi linier dan digunakan di dalam bidang 2-D atau bidang 3-D. Ini digunakan
dalam dua kategori aplikasi; machine lines/garis mesin (gambar 3.1), approximate
irregular curves (gambar 3.2) dan surfaces/permukaan (gambar 3.3).
31
Gambar 3.2. Cutting Ireegular Curve Gambar 3.3. Surface Cutting
32
Gambar 3.5. Helical Interpolation
Interpolasi kubik merata-ratakan permukaan yang terdiri dari 3 order geometri. Hal
ini memerlukan pergerakan tiga sumbu pada machine complex shapes seperti pada sheet
metal dies pada automobil
33
BAB 4. SYSTEM KOORDINAT
Tujuan
1. Mengetahui sistem koordinat dan penentuan sumbu
2. Mengetahui dan memahami cara menentukan titik nol
Gambar 4.1. Sembilan sumbu lurus Gambar 4.2. Lima sumbu putar
Sumbu utama (primer) X,Y dan Z ditempatkan pada meja luncur primer. Sumbu
sekunder (U,V dan W) ditambahkan pada sumbu utama untuk menetapkan gerakan dari
peluncur gerak sekunder atau spindel. Dengan hal serupa, sumbu tersier (P,Q dan R)
digunakan untuk mewakili gerakan lurus dari peluncur ketiga atau spindel.
Kelima sumbu putar terdiri dari 3 sumbu putar utama (A,B dan C) dan dua sumbu
khusus (D dan E) (gambar 4.3). Didefinisinya adalah :
• Sumbu A : Gerakan putar sekitar sumbu lurus primer X
• Sumbu B : Gerakan putar sekitar sumbu lurus primer Y
• Sumbu C : Gerakan putar sekitar sumbu lurus primer Z
• Sumbu D : Gerakan putar sekitar sumbu lurus manapun
• Sumbu E : Gerakan putar sekitar sumbu lurus manapun
34
4.2 Penunjukkan Sumbu Mesin
Sumbu mesin dirancang menurut “kaidah tangan kanan”. Ketika jari jempol tangan
kanan menunjuk ke arah positif sumbu X, jari telunjuk menunjuk ke arah positif sumbu Y,
dan jari tengah menunjuk ke arah positif sumbu Z. Gambar 4.4 menunjukkan kaidah
tangan kanan diaplikasikan pada mesin vertikal dan gambar 4.5 pada mesin horisontal.
Gambar 4.4. Kaidah tangan kanan Mesin Gambar 4.5. Kaidah tangan kanan Mesin
vertikal horisontal
Kontrol mesin CNC menggunakan tanda positif (+) dan tanda negatif (-) untuk
menyatakan arah gerakan dari sumbu mesin. Di bawah ini adalah definisi dari arah-arak
tersebut :
• Arah +Z : ini adalah arah yang menambah jarak antara benda kerja dan tool
pemotong
• Arah –Z : Adalah lawan dari arah +Z.
• Arah +X : a. Pada mesin vertikal, adalah arah ke kanan ketika diamati dari spindel
menuju kolom pendukung. B. Pada mesin horisontal, menunjukkan ke kanan ketika
diamati dari arah spindel menuju benda kerja.
• Arah –X : Adalah lawan dari arah +X
• Arah +Y : Menurut kaidah tangan kanan : ketika jempol menuju ke arah +X dan jari
tengah menunjuk ke arah +Z, jari telunjuk menunjuk ke arah +Y.
• Arah –Y : Lawan dari arah +Y
35
4.4 Referensi Titik Nol
Referensi titik nol adalah dasar atau titik mulai yang dipilih sebagai referensi untuk
menghitung koordinat dari titik-titik lain. Referensi titik nol juga disebut titik-titik nol (zero
point). Kontrol mesin CNC menggunakan empat jenis referensi titik nol untuk
memudahkan program dari tool path :
• Titik nol mesin (machien zero point)
• Referensi titik balik (reference return point)
• Titik nol kerja (work zero point)
• Program titik nol (program zero point)
Tititk nol mesin adalah asal dari sistem koordinat mesin. Disetel oleh pembuat
(manufaktur) perkakas mesin dan tidak bisa diubah.
Gambar 4.6. Titik Nol Mesin Turning Gambar 4.7. Titik Nol Mesin Milling
Secara umum titik nol mesin tidak digunakan langsung sebagai titik referensi untuk
menulis bagian program. Titik nol mesin ini bisa digunakan untuk tiga aplikasi sebagai
beriikut :
1. Setup awal mesin
2. Sebagai titik referensi untuk titik referensi lain, misal; referensi titik balik, titik nol kerja
dan titik nol program.
3. Sebagai penggantian posisi tool.
36
4.6 Referensi Titik Balik
Referensi titik balik adalah lokasi dimana meja mesin atau kembali spindel.
disingkat dengan huruf R dan diwakili dengan simbol :
Beberapa kontrol mesin CNC memperbolehkan sampai dengan empat referensi
titik balik. Secara umum, titik nol mesin disetel sebagai titik balik pertama pada mesin
milling (gambar 4.8). Titik balik kedua, ketiga, dan keempat ditetapkan dengan menyetel
harga parameter koordinat. Dan juga bisa disetel pada lokasi yang sesuai dengan
pekerjaan terselubung (work envelope) pada mesin bubut (turning). Pada mesin bubut,
titik balik terletak pada titik paling akhir dari pekerjaan terselubung (gambar 4.9).
Gambar 4.8. Referensi Titik Balik Mesin Gambar 4.9. Referensi Titik Balik Mesin
Milling Turning
Lokasi dari titik referensi pertama secara tepat ditetapkan dahulu pada tiap sumbu
gerak dalam hubungan dengan titik nol mesin. Karena itu, digunakan untuk kalibrasi dan
regulasi dari sistem pengukuran dari meja luncur dan spindel.Titik referensi digunakan
dalam empat situasi, yaitu :
1. Ketika kontrol diaktifkan, semua sumbu selalu diposisikan pada titik balik referensi
untuk kalibrasi sistem pengukuran.
2. Mesin harus diulang posisikan pada titik balik referensi untuk ulang penetapan harga
koordinat actual, misal dalam situasi kehilangan data posisi sekarang karena listrik
atau operasi mesin yang salah.
3. Semua sumbu harus ditarik kembali ketitik referensi sebelum tool yang diganti bisa
dipakai.
4. Pada akhir bagian program, semua sumbu harus ditarik kembali ke titik balik referensi
untuk mereset sistem kontrol untuk perjalanan sebuah bagian program yang baru.
37
4.7 Titik Nol Kerja (Work Zero Point)
Titik nol kerja adalah awal dari sistem koordinat dari sumbu benda kerja. Titik nol
kerja ini digunakan untuk menetapkan sistem koordinat kerja di dalam hubungan dengan
titik nol mesin. Titik nol kerja secara umum berhubungan dengan titik setup, karena titik
nol kerja ini merupakan lokasi peletakan benda kerja di atas meja mesin. Beberapa
kontrol CNC memperbolehkan bermacam-macam titik nol kerja di dalam satu setup mesin
atau pengoperasian. Titik nol kerja diberi label W
Titik nol kerja dapat dipilih oleh programer pada semua lokasi yang lebih tepat
dalam pengerjaan dari mesin. Hal ini memperbolehkan programer untuk menempatkan
titik nol kerja pada posisi yang lebih mudah dan lebih teratur di dalam benda kerja.
Gambar 4.10 menunjukkan dua metode umum dari pemilihan titik nol kerja untuk proses
turning dan gambar 4.11 menunjukkan contoh milling.
Program titik nol merupakan bagian awal dari suatu pemograman. Program titik
nol ini dipergunakan untuk menentukan lokasi semua titik yang lain di dalam bagian
program. Oleh karena itu, harus dipilih terlebih dahulu sebelum program yang lain
dijalankan. Program titik nol diberi label P.
Titik nol program secara umum diikuti dengan titik nol kerja. Bagaimanapun,
program titik nol ini dapat menentukan lokasi pada posisi yang tepat. Pada gambar 4.12
menunjukkan bahwa situasi dari program titik nol dan titik nol kerja saling bertepatan dan
pada gambar 4.13 menunjukkan bila kedua saling terpisah.
38
Gambar 4.12. Program Titik Nol dan titik Gambar 4.13. Program Titik Nol dan Titik
Nol Kerja Berimpit Nol Kerja Terpisah
Penggunakan sistem posisi untuk penetapkan lokasi dari titik posisi dalam benda
kerja dimana tool pemotong sedang bergerak. Dua metode dari sistem posisi yang
digunakand dalam program NC, yaitu:
- Sistem posisi absolut
- Sistem posisi incremental
39
absolut terkadang menunjukan sebagai sistem referensi posisi. Gambar 4.15
menunjukkan contoh penggunaan sistem posisi absolute
40
BAB 5. FUNDAMENTAL PEMESINAN
Tujuan:
1. Memahami proses permesinan yang dilakukan mesin milling dan turning CNC.
2. Mengetahui material dan karateristik perkakas potong yang digunakan mesin CNC
3. Mengetahui perkakas potong dan sistem perkakas untuk mesin CNC.
4. Mengetahui standarisasi pahat sisipan berdasarkan sistem ANSI dan ISO, serta
macam-macam holder digunakan
Mesin milling CNC dan pusat permesinan secara umum melakukan enam6 jenis
proses pemesinan :
• Facing
• Profilling
• Pocketing
• Stol cutting
• Hole cutting
• 3D surface machining
Tabel 5.1 mengilustrasikan enam tipe dari proses pemesinan pada halaman berikut.
Mesin turning CNC dan pusat turning bisa melakukan sepuluh jenis proses pemesinan:
• Facing
• Profilling
• Drilling
• Threading
• Cutting off
• Turning
• Groving
• Borning
• Chamfering
• Milling
Semua proses pemesinan turning di atas terilustrasi dalam Table 5.2 pada halam berikut
ini.
41
Tabel 5.1. Milling Proccesses
2. Profilling
Membuat bagian berbentuk
End mill
4. Slot cutting
Membuat beberapa variasi alur End mill
5. Hole machining
a. Drilling Drill
42
Tabel 5.1 (lanjutan)
e. Tapping Tap
f. Reaming Reamer
Memhasilkan permukaan lubang
yang halus dan presisi
Turning tool
43
Tabel 5.1 (lanjutan)
b. Ulir dalam
44
5.3 Bahan Perkakas Potong
Tabel 5.3. Karateristik dan Aplikasi dari Berbagai Macam Material Perkakas Potong
HSS Lebih liat dari karbida Pemesinan kecepatan Biaya rendah daripada
rendah, dan pemotong-an karbida, umur pahat lebih
terputus-putus panjang, sangat bagus
untuk permukaan akhir
Uncoated Sangat liat, ketahanan aus Pengerjaan kasar sampai Kecepatan potong lebih
Carbide tepi sangat baik pengerjaan akhir semua tinggi daripada HSS dan
material termasuk besi, lebih liat dari pada coated
baja, stainless steel, high carbide
temperature alloy, non
ferrous metals dan non-
metallic materials
PVD coated Sangat liat, bagus terhadap Pemesinan baja, high Dimunkinkan kecepatan
carbide ketahanan perubahan temperature alloys, ditingkatkan lebih 15% jika
panas, kekuatan tepi stainless steel, difficult to dibandingkan dengan
menahan sangat tinggi. machine material, uncoated dengan tidak
Sangat baik menahan laju aluminium, carbon and kehilangan umur pahat
pertumbuhan BUE alloy steels.
Cermet Ketahanan terhadap aus, Pengerjaan akhir pada umur pahat lebih 20 kali
kejutan dan panas sangat malleable cast iron, carbon dari convebtional carbide
baik steels alloy steels, grade
stainless steel, and
aluminium
Ceramics Sangat keras, ketahanan Untuk pengerjaan kasar Lebih baik pada pemesian
(alumina terhadap keausan kimia dan pengerjaan akhir lebih tingg
base) sangat baik kecepatan tinggi pada cast
iron dan baja
Ceramics Sangat keras dan tahan Untuk pengerjaan kasar Kecepatan pemesinan di
(silicon base) terhadap perubahan dan pengerjaan akhir cast atas 5000 sfm dan lebih
temperatur iron
Polycrystalline Kekerasan intan plus Untuk pengerjaan kasar Lebih baik 30 kali daripada
Diamond toughnss , ketahanan aus dan pengerjaan akhir on carbaide, yang setara
(PVD) sangat bai aluminium dan material silicon aluminium tinggi
lunak
Cubic born Keras, ketahanan aus Pemesinan kecepatan Biaya alternative bia
Nitride (CBN) kejutan sangat baik tinggi pada material dibandingkan dengan
hardened ferrous 50Rc – grinding
65Rc (480 – 740Bhn)
45
5.3.3 Klasifikasi mutu karbaid berdasarkan ANSI dan ISO
Sistem klasisfikasi carbide ANSI diperkenalkan oleh industri otomotif Amerika dan
secara umum dipakai di Amerika. Seringkali juga disebut C-system Amerika, karena
diawali dengan huruf C dari nomor 1 sampai 8 untuk menandai penggolongan carbide.
Nonmetalic material
46
Tabel 5.4. ANSI Carbide Clasification System
Material to Characteristic
Class Class Application
be cut Of cutting Of carbide
C1 Tungsten Roughing cuts
Cast iron,
C2 Tungsten nonferrous General-purpose
metals, and
nonmetallics
C3 Tungsten Finishing
C5 Tungsten Tungsten
Steel and steel
C6 Titanium alloy General-purpose
C7 Tungsten Finishing
Titanium and
Tantalum in
C8 varying amounts Fine finishing
Perkakas carbide digolongkan dalam dua kategori utama. Kategori pertama terbuat dari
straight tungsten carbides (kelas 1 sampai 4), yang bersifat keras dan berumur tinggi.
Perkakas tersebut sangat baik untuk proses pemesinan baja tempa, logam non besi dan
beberapa material non logam yang lunak.
Kategori kedua (kelas 6 sampai 8) termasuk kombinasi tungsten dan tantakum atau
titanium carbide, yang biasa digunakan untuk proses pemesinan baja. Kelas ini tahan
terhadap cratering yang merupakan masalah serius bila tungsten carbide digunakan pada
pemesinan baja.
47
Tabel 5.6. Hubungan antara ANSI dan ISO sistem klasifikasi Carbide
Carbide grade
ISO P01 P05 P10 P20 P25 P30 P40 P50 M10 M20 M30 M40 K01 K05 K10 K20 K30 K40
ANSI C8 C7 C6 C5 C4 C3 C2 C1
Increasing taoughness Î
Í Increasing hardness
Tabel 5.6. menunjukkan hubungan antara sistem ISO dan sistem ANSI. Catatan
bahwa sistem penunjukkan ISO dan ANSI untuk berbagai jenis dan golongan perkakas
potong tidak presisi. Sistem itu cuma belaku sebagai petunjuk umum dalam pemilihan
perkakas potong untuk aplikasi khusus. Pengguna perkakas itu kebanyakan menetapkan
sistem klasifikasi sendiri dengan golongan ANSI dan ISO yang setara untuk produk itu
sendiri.
1. Tipe dari material yang akan dimesin (tipe ferrous atau non-ferrous)
PIlih tingkat C5 – C8 untuk material baja
2. Tipe pemesinan:
Roughing C1 untuk material bukan baja
C5 untuk material baja
48
Gambar 5.1 Kecepatan Potong terhadap Material Pahat untuk
Sisem peralatan yang biasa dipakai untuk proses permesinan terdiri dari 4
komponen utama : automatic tool changer, toolholders, adaptors dan cutting tools
(perkakas-perkakas pemotongan). Setiap sistim perkakas untuk mesin CNC harus
memenuhi 3 syarat :
- Mampu menyimpan perkakas yang bermacam-macm
- Penggantian perkakas secara otomatis untuk mempersingkat waktu
- penggantian perkakas.
49
Gambar 5.2 Automatic Tool Changer tipe rantai
5.4.2 Toolholders
Toolholders dipakai sebagai fasilitas untuk pemegang dan mengganti jarak dari
perkakas pemotong dari dalam dan luar dari poros secara otomatis. Toolholders terdiri
dari lima komponen dasar :
1. Tapered shank
2. Flange
3. Retention krob
4. Opposed slots
5. Adaptor
50
5.4.2.2 Type flens
Flens memungkinkan toolholder untuk dicengkram oleh cengkeram perkakas atau
poros mesin. Ada 2 jenis yang biasa digunakan yaitu type V – flens dan BT – flens. V-
flens biasa disebut sebagai caterpilar V-flens. Mereka menggunakan ulir dengan ukuran
inchi untuk tombol resensi yang dipakai untuk memegang perkakas pemotong dengan
ukuran inchi BT-flens mempunyai ulir metris dengan tombol resensi tetapi adaptor dapat
dirancang untuk mengakomodasi perkakas pemotong dengan ukuran inchi yang
bermacam-macam. BT flens holders banyak dipakai dimesin buatan Jepang dan Eropa.
5.4.2.4 Adaptor
Adaptor dirancang dengan berbagai cinfigurasi untuk mengakomodasi jenis dan
ukuran perkakas pemotongan yang berlainan. Toolholder biasa diberi nama sesuai
dengan tipe adaptor. Yang biasa menggunakan adaptor : end mill holders, face mill
holders, top holders, collet holders, boring bor holders, morse laper holders, jacob loper
holders dan straight shank holders.
51
5. Sleeves and sockets
6. Inserts or cutting tools
52
Gambar 5.7 Sistem Perkakas untuk Mesin Bubut
53
Mesin perkakas menyediakan 6 samapi 12 sistem peralatan yang dapat dinomori
secara otomatis oleh kontrol. Tergantung dari jenis perkakas pemotongan digunakan
dudukan pelat/dudukan blok. Dibutuhkan untuk menyambungkan perkakas pemotong ke
mesin perkakas. Umumnya, perkakas untuk OD turning dan operasi facing menggunakan
dudukan pelat perkakas untuk mengebor menggunakan dudukan blok. Biasanya lengan
atu socket dibutuhkan untuk memungkinkan ukuran perkakas virus yang berbeda.
Gambar menunjukkan 12 stasion turret head dengan berbagai perkakas-perkakas
pemotongan. Beberapa pusat turning memberi 3 sumbu kontrol secara simultah (X, Z dan
orientasi poros angular). Sumbu poros dikombinasikan dengan rotasi perkakas yang
memungkinkan mesin untuk membubut, mengebor, menggurdi, milling, ngetop dan
ngeream. Lembaran kerja dengan berbagai arah dalam penyetelan satu mesin.
Pusat sumbu bubut memiliki 3 sumbu kontrol yang secara simultan, dimana
memungkinkan mesin untuk merotasi perkakas dan sering diferensikan untuk milling dan
bubut.
Gambar 5.8 12-station Turred Head Gambar 5.9 Turred pada Mill Turn
Insert yang bisa diberi indeks digunakan secara luas pada mesin-mesin CNC.
Mereka dibuat dengan bermacam-macam bentuk dan standar (gambar 5.10). Standar
ANSI menyediakan sebuah sistem identifikasi untuk menggambarkan ciri-ciri dari insert
identifikasi tersebut terdiri lebih dari 10 kode simbol. Setiap kode mendefinisikan sebuah
ciri-ciri dari insert (gambar 5.11). 7 simbol yang pertama adalah bersifat
54
Gambar 5. 11 Sistem indentifikasi Pahat sisipan
55
perintah, 2 simbol berikut adalah fakultasi (boleh memilih), dan simbol yang terakhir
adalah untuk penggunaan pengusaha pabrik. Standar ISO secara mendasar mengikuti
standard ANSI, kembali ditetapkan dalam milimeter.
80o diamond shape = untuk turning OD, baring ID, dan facing
o
55 diamond shape = untuk turning OD, profiling dan baring ID
35o diamond shape = untuk proflig OD, profling ID
o
60 shape = untuk turning OD, baring ID, dan facing
Road shape = untuk turning OD, baring ID
56
a. bentuk triangle b. bentuk 80o diamond
Tabel 5.7. Panjang sudut potong dari berbagai macam bentuk insert.
Square L = IC
Round L = IC
Triangle L = 1,732 IC
O
80 diamond L = 1,015 IC
O
35 diamond L = 1,744 IC
57
5.6.1.3 Ketebalan pahat sisipan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketebalan pemilihan pahat sisipan adalah
kesepatan pemakaian dan pengambilan sudut potong. Nomograph yang ditujukan di
Gambar 5.14 menyediakan suatu pentunjuk referensi untuk pemilihan ketebalan insert
untuk menemukan kekuatan/tegangan yang dibutuhkan. untuk menggunakan garfik
numerik ini, hubungkan satu garis diantara kecepatan pemakaian yang dipilih dan
pengambilan sudut potong maksimum yang akurat. Garis ini menghubungkan garis
ketebalan inserts yang teratur. Dua skala yang diberikan pada garis ketebalan inserts,
satu untuk pemotongan biasa dan ynag lainnya untuk pemotongan bessela.
58
3. Proyeksikan sebuah garis dari titik ini ke bagian bawah menuju skala daerah nose.
4. Jika garis ini jatuh diantara dua harga/nilai, pilih harga yang lebih besar.
5. Jika tidak tersedia daerah nose yang menghasilkan permukaan akhir yang
dibutuhkan, kurangi kecepatan pemakaian.
5.7 Toolholders
Standart ANSI untuk sistem identifikasi insert diberikan pada figure 2.16 pada
halamn berikut sistem identifikasi ANSI menggambarkan ciri berikut dari sebuah insert
toolholders.
1. Clamping method
2. Insert shape
3. Holder style
4. Rake angle
5. Hand of tool
59
6. Shank size
7. Insert IC size
8. Qualified condotion
Sebuah insert toolholders didesain secara specifik untuk memeriksa hanya satu
bentuk dan satu ukuran insert, maka adalah penting untuk memilih toolholders insert yang
tepat untuk pekerjaan tertentu. Ada 5 faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
insert toolholders yaitu :
1. holder style
2. insert shape dan size
3. rake angle
4. shank size
5. hand of tool
Lead angle mementukan jenis dari insert toolholders. Lead angle juga mengacu
pada sisi sudut potong. Hal ini tersebut dibentuk antara sudut sisi potong dan satu dari
sumbu prinsip/dasar (figure 5.16) 3 jenis lead angle adalah negatif lead, zero lead angle
dan positif lead angle (figure 5.17).
60
Gambar 5.18 Sistem Indentifikasi Holder dengan Pahat Sisipan
61
Sudut lain yang penting untuk dipertimbangkan dalam pemilihan tipe
toolholder adalah sudut profil. Sudut profile adalah sudut slope maksimum dimana
kombinasi insert dan toolholder bisa menghasilkan profilling (figure 2.19). Suatu
sudut profile bisa dihitung :
Profil angle = 90o + lead angle – insert angle
Dalam praktek, profil sudut maksimum diproduksi paling sedikit 2o lebih kecil
daripada sudut profil yang diperhitungkan.
62
BAB 6. PARAMETER PEMESINAN
Tujuan :
Tiga variabel yang menyatakan efisiensi dari proses permesinan adalah kecepatan
pemotongan, kecepatan pemakanan, dan kedalaman potong. Ketiga variabel di atas
dikenal sebagai parameter permesinan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
memilih parameter pemesinan :
• Kapasitas pengoperasian mesin pemotong
• Kemampuan dan kekuatan dari spindel mesin
• Kemampuan mesin terhadap material
• Keuletan/keelastisitas dari bahan-bahan
π .D.N
CS = (FPM dalam satuan inch)
12
π .D.N
CS = (MPM dalam sataun metrik)
1000
dimana
CS = kecepatan potong pada permukaan bidang kerja, feet/minute
(fpm) atau meter/minute (mpm).
63
D = diameter dari benda kerja, dipakai juga pada diameter alat kerja
dan benda kerja, dalam inch/mm
N = putaran (rpm)
Dalam proses penggurdian (gambar 6.1) dan freis (gambar 6.2), diameter dari
yang berputar dapat disebut diameter pemotong. Dalam proses pembubutan, diameter
tersebut mereprestasikan diameter luar dari benda kerja.
Kecepatan potong permukaan pada material adalah proses permesinan yang
menghasilkan dan secara normal didapat pada buku dan permesinan atau didapat pula
dari pengalaman. Dapat menggunakan nilai kecepatan potong permukaan untuk mencari
pecepatan spindle dengan menggunakan dua rumus berikut :
12.CS
N= (dalam satun inch)
π .D
1000.CS
N= (dalam satuan metrik)
π .D
dimana
N = kecepatan putaran dalam rpm
64
Tabel 6.1 Pemilihan Pemegang Pahat Sisipan
Corak Bentuk
Pola operasi Ilustrasi pemegang Applikasi
pemegang sisipan
C • OD Turning
L 80O • Facing
--5O diamond
D • OD Turning
J 55O • Profilling with a max
O
--3O diamond of 30 profile angle
V • OD Turning
J 35O Profilling with a max of
O
--3O diamond 50 profile angle
R • Profiling
N round
T • OD turning with
J 60O square shoulder
--3O cutting
T • OD turning facing
D 90O
45O Square
G R • OD turning facing
0O round
65
Tabel 6.1 (Lanjutan)
Corak Bentuk
Pola operasi Ilustrasi pemegang Applikasi
pemegang sisipan
C • OD Turning
L 80O • Facing
--5O diamond
J D • Boring internal
--3O 55O profiles with the max
diamond profile angle of 30O
J V • Boring internal
--3O 35O profiles with the max
diamond profile angle of 50O
• External threads
Vertical Threading cutting
insert
• Internal threads
Horizontal Threading cutting
insert
• External grooves
Vertical Grooving cutting
insert
• Internal grooves
Horizontal Grooving cutting
insert
66
ft = pemakanan per-gigi (unit : IPT atau MMPR)
fm = pemakanan per-menit (unit : IPM atau MMPR)
T = jumlah gigi (atau flute) dari pemotong
N = RPM
Kedalaman pemotongan adalah jarak masuk dari pemotong ke benda kerja dan
diukur pada arah tegak lurus terhadap arah gerak pemotong. Kedalaman pemotongan
dapat dibedakan menjadi dua: kemampuan daya spindel dan kekakuan dari perkakas
mesin.
π .D 2 . f r .N
MRR =
4
dimana
MRR = nilai pemotongan material
D = diameter bor
Fr = kecepatan pemotongan
N = kecepatan spindle, rpm
MRR = W . H . fm
dimana
W = lebar pemotongan
H = kedalaman pemotongan
Fm = kecepatan pemakan, inch/menit
π .( D 2 .d 2 ). f r .N
MRR =
4
dimana:
67
D = diameter luar benda kerja
d = diameter setelah pemotongan
fr = kecepatan pemakanan (IPR)
N = putaran per menit
Penting untuk diketahui persyaratan kekuatan yang dibutuhkan pada mesin kerja
di dalam proses permesinan terhadap benda kerja. Persyaratan yang dibutuhkan pada
proses permesinan tidak dapat melebihi/melampaui dari nilai kekuatan pada jarum mesin.
Konsepnya adalah untuk menghitung kekuatan yang dibutuhkan untuk memproses suatu
benda kerja. Besar kekuatan yang dibutuhkan untuk memotong satu kubik inch per menit
dari material tertentu disebut Unit Horsepower (UPH). Hal di atas dinyatakan secara
eksperiman dan dikembangkan untuk kebutuhan praktis. Daya kuda yang dikehendaki
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
HP = UPH . MRR . C
dimana:
HP = daya kuda yang dikehendaki pemotong
UHP = unit daya kuda
MRR = nilai pemotong material
C = faktor koreksi pemakanan
Tabel 6.2 dan 6.3 menerangkan daya kuda untuk variasi penggurdian material.
Tabel 6.4 dan 6.5 di halaman berikut memberi keterangan daya kuda untuk freis, dan
operasi pembubutan.
Tabel 6.2. Daya kuda yang dikehendaki untuk penggurdian baja AISI 1112
Drill Feed, ipr
Size (in) 0,001 0,002 0,004 0,006 0,008 0,010 0,013 0,016 0,020 0,025 0,030
1/8 1,63 1,63 1,22 1,22 -- -- -- -- -- -- --
¼ 1,43 1,32 1,17 1,02 0,94 0,86 -- -- -- -- --
3/8 1,40 1,22 1,09 1,02 0,91 0,85 -- -- -- -- --
½ 1,38 1,07 1,03 0,98 0,86 0,83 0,78 0,75 0,71 -- --
¾ 1,36 1,13 1,02 0,94 0,90 0,86 0,78 0,74 0,70 -- --
1 1,27 1,08 0,99 0,89 0,83 0,82 0,74 0,72 0,70 0,66 --
1¼ 1,22 1,06 0,92 0,87 0,80 0,77 0,72 0,69 0,65 0,62 --
1½ 1,24 1,02 0,88 0,83 0,78 0,74 0,70 0,67 0,62 0,59 --
1¾ 1,25 1,04 0,85 0,83 0,78 0,71 0,70 0,65 0,62 0,58 --
2 1,18 0,99 0,88 0,80 0,76 0,70 0,66 0,64 0,61 0,57 0,55
2½ -- -- -- -- 0,71 0,67 0,63 0,61 0,54 0,56 0,53
3 -- -- -- -- -- -- -- 0,61 0,57 0,52 0,52
68
Tabel 6.3. Pendekatan Faktor Perubah untuk Daya Kuda yang Dikehendaki
untuk Menggurdi Material Lain.
Material Faktor
Koreksi pemakanan, faktor C digunakan untuk mengimbangi efek dari daya karena
tingkat pemakanan yang tinggi memerlukan daya lebih sedikit. Gambar 6.6. Menunjukkan
faktor koreksi pemakanan.
69
Tabel 6.5. Unit Daya Kuda untuk Membubut Berbagai Material
b. High-temperature Alloys
Material BHN UHP Material BHN UHP Material BHN UHP
A286 165 0,82 Hostalloy B 230 1,10 Ti-150A 340 0,65
A286 285 0,93 Inco 700 300 1,12 U-500 375 1,10
Chromology 200 0,78 Inco 702 230 1,10 4340 200 0,78
Chromology 310 1,18 M-252 230 1,10 4340 340 0,93
M-252 310 1,20
Efisisensi dari mesin harus dapat dipertimbangkan. Jika kalkulasi daya yang diperlukan
karena daya digunakan untuk mengatasi pergeseran dari mesin.
Rumus untuk perhitungan daya yang digunakan pada motor penggerak spindle
adalah :
Hp . c
Hp =
E
dimana
70
Hp = Daya yang digunakan pada spindle motor
E = Efisiensi mesin
• Jika mungkin diameter efektif, yang lebih besar digunakan untuk memperpendek
waktu pemesinan. Semakin besar diameter permukaan rata untuk diolah maka
semakin besar diameter efektif yang digunakan.
• Tinggi perkakas potong menentukan maksimum kedalaman potong. Kedalaman
potong akan lebih kecil dari tinggi pemotong.
71
Gambar 6.8. Memperlihatkan hubungan antara ratio dari W/D terhadap sudut singgung.
Jarak sudut singgung dari 0-180O tergantung pada jumlah lebar pemotongan. Sudut
singgung adalah 180O untuk W/D = 1 Sudut makan adalah 90O untuk W/D = 0,5
Gambar 6.9. Memperlihatkan efek antara sudut singgung terhadap umur alat.Umur alat
berkurang efek antara sudut singgung melebihi 105o. Juga dengan catatan hubungan
antara umur alat dan sudut singgung bervariasi dari satu material terhadap material yang
lain. Mengikuti dua ketentuan yang digunakan untuk menentukan lebar maksimum
potongan dalam milling permukaan.
W = (0,6) D (untuk milling permukaan baja)
W = (0,75) D (untuk milling permukaan besi tuang)
dimana
W = lebar potongan
D = Diameter permukaan yang di-milling
Kedalaman maksimal pemotongan yang paling sering dari operasi milling permukaan
adalah 0,1 inch dan ratio pemakaman adalah kira-kira 0,-1 – 0,1 inch/putaran.
End mills dapat digunakan untuk membentuk lima tipa operasional yaitu :
• Milling loncat/gelombang
• Milling sekeliling bahu
• Milling lobang
• Milling kantong
• Milling permukaan
72
Operation Feature Application Illustration
type
1. Plunge Repeatly plunge to predetermined depth Rapidly remove large
milling retracts, then advances and plunges quantity of material
again. The maximum cutting force acts in
the axial (Z) direction where the machine
is strongest
2. Peripheral Uses end mill’s to produce side edges The maximum width of
shoulder shoulders or step cutter engagement is
milling 3D/4 where D is the
cutter diameter
3. Slot milling Uses cutter’s side edges to produce blind To cut various forms of
slot and through slot slots
4. Pocket Takes a zig zag or spiral out pattern of To produce deep cavity
milling cuts in sequence
End mills terdiri dari berbagai bentuk, konfigurasi,jumlah flut (flutes) dan tipe pusat
end mill. End mills tersedia dalam tiga bentuk yaitu:
• end mills padat
• end mills dengan ujung karbid
• end mills dengan pahat sisipan
End mills padat terbuat dari high speed steel (HSS) atau sintered carbide pada kedua
ujung atau salah satu ujung. End mills ujung karbida mempunyai lapisan karbida yang
keras terdapat pada badan perkakas potong yang digunakan untuk membentuk sisi
potong. Dalam aplikasi dengan mesin CNC End mills menggunakan pahat sisipan paling
luas digunakan.
End mills terbuat dari bermacam-macam konfigurasi. Termasuk end mills lurus
untuk maksud aplikasi dengan keperluan umum; end mills permukaan bergelombang
untuk operasi kasar; end mills bola untuk permesinan akhir; cetakan dan permukaan dan
shell end mills untuk menghasilkan lubang yang dalam, bahu atau bentuk profile.
73
Gambar 6.10. Various forms of end mills
End mills mempunyai dua, tiga, empat atau lebih flut yang digunakan untuk
membuang geram. Semakin sedikit jumlah alur berarti semakin besar kantong
pemotongan.
Pusat ujung dari end mills dapat dibedakan manjadi dua tipe yaitu: center cutting
(pemotong pusat) dan center hole. End mills dengan tipe pemotong pusat mempunyai
satu atau dua ujung sisi potong yang diperpanjang sampai melewati pusat dari pemotong,
Gambar 6.11 Tipe Center Cutting Gambar 6.12 Tipe Center Hole
jadi pemotongan tersebut dapat digunakan untuk pemotongan keperluan cepat. Dengan
tipe pusat lubang tidak ada sisa sisi potong, pemotongan samping secara luas dari pusat
potong dimana hal ini tidak dapat digunakan untuk membuat pengerjaan cepat.
Kriteria dapat digunakan untuk memilih end mills untuk aplikasi yang sebenarnya.
1. Gunakan end mills dengan sudut helix 30o untuk aplikasi khusus. Gunakan sudut helic
40-45O dan 15o dari sudut aksial helix dari end face untuk pengerjaan pemotongan
yang berat.
2. Gunakan end mills with wave-shaped untuk pengerjaan pemotongan kasar di sisi
samping dan untuk melepasan geram dengan cepat.
3. Pilih end mills dengan jumlah flut yang kecil untuk pemotongan kasar karena
menyediakan ruang pemotongan yang lebih besar. Perkakas dengan jumlah flut yang
banyak digunakan untuk finishing proses
74
4. Memilih perkakas end mill dengan type ujung pemotongan pusat untuk pemotongan
yang terus-menerus. Perkakas dengan lubang dipusat hanya bisa memotong sisi saja.
Sebuah ball end mills, juga dikenal sebagai spherical end mill atau ball nose end
mill, memiliki sebuah ujung yang berbentuk setengan linngkaran. Ball end mills sangat
digunakan dalam proses pengecoran, pencetakan dan benda kerja dengan permukaan
yang komplek di bidang otomotif, kapal terbang dan industri pertahanan.
Diameter efektif adalah faktor utama dalam penghitungan kebutuhan kecepatan
spindel. Diameter efektif didefinisikan sebagai diameter pemotong aktual pada kedalaman
axial pemotongan (lihat gambar 6.13). diameter efektif dipengaruhi oleh dua parameter :
jari-jari dan kedalaman axial potong.
Diameter efektif dapat dihitung dari :
[
DE = 2 R 2 − ( R − H ) 2 ]
12
dimana :
DE = diameter efektif
R = jari-jari alat
H = kedalaman axial pemotongan
Jari-jari efektif menggantikan jari-jari potong saat menghitung kecepatan potong untuk ball
end milling, sehingga menjadi :
π .DE .N
CS =
12
dimana :
DE = diameter efektif (in.)
SC = cutting speed (feet/minute)
N = kecepatan rotasi (putaran/minute)
75
Saat sebuah perkakas potong dengan ujung tidak datar, seperti ball end mill,
digunakan untuk permukaan yang memiliki pola yang zigzag, sebuah daerah yang tidak
terpotong terbentuk di antara dua potongan. Tinggi dari potongan yang tidak diinginkan ini
disebut tinggi sisa.
[
H C = R − R 2 − ( S / 2) 2 ]
12
atau
[
S = 2 R 2 − ( R − H C )2 ]
12
dimana :
Hc = tinggi sisa (in.)
R = Jari-jari alat (in.)
S = Nilai stepover di antara dua jalan pemotongan (in)
Drilling (gurdi) adalah proses untuk membuat lubang atau membesarkan lubang
yang sudah ada. Drilling yang biasa digunakan meliputi : gurdi, meperbesar lubang dan
memperdalam lubang.
6.9.1.1 kondisi awal lubang bagian awal lubang bisa memiliki satu dari tiga bentuk ini:
• lubang hasil cor atau lubang hasil pengerasan yang mana dimensi lubang sudah
terbentuk. Lubang ini dapat dibentuk dengan menggunakan ukuran yang benar dari
drill atau sebuah end mill dengan dua flut.
76
• Lubang yang belum digurdi pada lubang yang sudah ada, dengan diameter besar
yang normal, telah digurdi dengan drill yang kecil. Penggurdian akhir terbentuk
dengan menggunakan drill sesuai dengan ukuran yang benar.
• Penggurdian lubang pada bagian yang baru bisa membutuhkan lebih dari satu drill
tergantung pada ukuran, akurasi, dan kekasaran permukaan lubang.
Saat peng-gurdi-an dengan mesin NC, perkakas bergerak dengan cepat ke tingkat
referensi (R) dan kemudian bergerak ke benda kerja sampai mencapai bawah lubang.
Tiga jarak harus ditentukan secara hati-hati untuk mengoptimalkan penggunaan NC :
keamanan, tepi gurdi, dan jarak penekanan (gambar 6.15)
77
Gambar 6.15. Jarak Peng-gurdi-an
D
LL =
(
2 tan 59o )
atau
LL = 0,3 D
dimana:
D = diameter drill (in. atau mm)
LL = jarak tepi drill (in. atau mm)
78
dimana:
L = jarak peng-gurdi-an
LS = jarak aman
LD = kedalaman drill pada diameter penuh
LL = kedalaman tepi gurdi
Jarak drilling untuk lubang yang mengalami sesuatu adalah jumlah dari empat komponen
(gambar 6.15b) dan dapat dihitung dengan persamaan:
L = LS + LD + LP + LL
dimana:
LD = kedalaman lubang
LL = jarak penekanan
79
Pemegang perkakas boring dari ukuran dan tipe yang bervariasi. Tipe yang paling
sering adalah pemegang yang bulat dengan satu sisi potong ditempatkan di ujung batang
pemegang untuk melakukan operasi peluasan satu diameter. Rasio dari lebar diameter
batang (L/D) adalah ukuran utama dari kemampuan peluasan terhadap batang
pemegang. Sebagai aturan yang umum, sebuah rasio L/D dari 4-5 akan menjadikan
pemesinan stabil pada kondisi normal peluasan lubang. Chatter (getaran) akan terjadi jika
rasio ini lebih dari 5. Secara nyata, chatter merupakan hasil dari difleksi batang perkakas
potong yang merupakan sumber dari perlawanan gaya potong. Semakin besar
perlawanan gaya potong, semakin besar difleksi hasil. Pada sejumlah aplikasi kritis,
difleksi ini harus dijaga diantara batas yang diizinkan.
Seleksi feed dan kedalaman pemotngan tergantung dari faktor berikut ini :
1. Difleksi harus tidak melebihi 0,001 in. (atau 0,02 mm)
2. Gunakan formula,
F = (8.H.R) ½, Untuk menentukan feed untuk kekasaran permukaan yang
dibutuhkan
,
dimana :
H = kekasaran permukaan (in.)
R = jari-jari hidung alat (in.)
F = feed (in./rev
3. Kedalaman pemotongan untuk perluasan lubang kasar berkisar anatar 0,04 – 0,24 in.
(1-6 mm). Gunakan 0,02-0,04 in. (0,5-1 mm) untuk finishing perluasan lubang.
Penguliran (tapping) adalah proses yang menggunakan tap untuk membuat ulir
dalam pada lubang yang telah ada dengan menggunakan kombinasi aksial dan gerakan
berputar. Mesin fries CNC menggunakan hand tap, spiral-pointed tap, spiral-fluted tap,
dan metric tap untuk memotong ulir lurus.
80
menentukan ukuran gurdi tap. Gambar 6.18 menunjukkan definisi persentasi tinggi ulir.
Tabel 6.7 berisi ukuran persentase tinggi ulir untuk aplikasi umum dari kelas 1B dan 2B.
Perlu dicatat bahwa makin keras material, makin sedikit persentase ulir yang dapat
dihasilkan. Diperlukan pendekatan untuk memperbesar persentase tersebut.
Diameter lubang bor sekrup dapat dihitung secara kasar dengan menggunakan rumus :
D = DM – P
Dimana D = diameter lubang bor sekrup
DM = diameter luar bor sekrup
P = jarak antara ulir
Rumus di bawah ini digunakan untuk menghitung ukuran tap gurdi ketika
persentase tinggi ulir dianggap sebagai :
81
H = tinggi ulir
P = jarak antara ulir
Q = persentase tinggi ulir
N = jumlah ulir per in.
82
6.11.2.2 Metric Threads :
2.H .Q
D = DM −
100
H = 0,6403 P
Atau D = DM – 0,01281 P.Q
L = L1 + Ld + Lc + Lt
Lt = 0,3 D
Dimana: L = kedalaman lubang tap
L1 = panjang ulir
Ld = pengurangan panjang
(jarak anatar ulir 1-2)
Lc = panjang ruang sisa
Lt = panjang ujung gurdi
D = diameter tap gurdi Gambar 6.19 Penampang Hasil Gurdi
Pembubutan adalah proses permesinan yang penting untuk membuat profil luar
dan profil dalam dan meratakan permukaan pada mesin bubut. Beberapa faktor penting
dalam operasi pembubutan dibahas dalam bab ini, meliputi pemakanan, kedalaman
pemotongan, kesalahan hasil dari luar pusat pemotong, dan pemutus geram.
83
Gambar 6.20 Geometri Permukaan Hasil Pemotongan
F2
H =
8R
atau F = (8RH)½
Ketidakrataan permukaan dapat diperbaiki dengan mengurangi kecepatan
pemakanan atau memperbesar tool nose radius (R). Disarankan untuk menggunakan R
yang besar untuk mendapatkan kerataan permukaan yang lebih baik dari pada
memperkecil kecepatan pemakanan karena dikhawatirkan geram akan tertimbun pada
ujung sisipan dan menyebabkan kehancuran permukaan sisipan jika digunakan
pemakanan yang terlalu kecil.
84
Gambar 6.21 Posisi Pahat terhadap Titik Pusat Mesin
85
BAB 7. PEMROGRAMAN BUBUT
Banyak proses pemesinan yang dapat dilakukan pada mesin bubut CNC lathe.
Berbagai macam operasi ini meliputi pembubutan kasar (luar dan dalam) pembubutan
finishing (luar dan dalam) facing, turning, profilling, grooving, drilling, boring, threading,
chamfering, cutting off. Tiap operasi memerlukan cutting tool yang sesuai dengan proses
Kebanyakan part yang akan dimesin dengan bubut CNC adalah simetris terhadap
sumbu Z. Oleh karena itu hanya dibutuhkan setengah dari bagian untuk dibuat. Teknik yang
digunakan untuk membuat dan mengedit geometri bentuk yaitu: Hanya ada dua sumbu (X
dan Z), arah horisontal diwakili dengan sumbu Z dan arah vertikal oleh sumbu X.
Kontrol CNC untuk bubut menggunakan dua sumbu dasar. Sumbu dan arah untuk
dua sumbu bubut digambarkan pada gambar 7.1. Sumbu Z paralel dengan sumbu spindel
sedangkan sumbu X tegak lurus dengan sumbu Z. Arah penunjukan dari sumbu X dan
sumbu Z dapat dilihat pada keterangan berikut.
+Z Eretan memanjang bergerak menjauhi spindel head.
-Z Eretan memanjang bergerak menuju spindel head.
+X Eretan melintang bergerak menjauhi sumbu spindel.
-X Eretan melintang bergerak menuju sumbu spindel.
Turret diletakkan pada bagian dari garis tengah spindel (Z axis) dilihat pada arah
sumbu spindel dari headstock ke tailstock (gambar 7.1a). bubut CNC kebanyakan
menggunakan sistem koordinat tangan kiri ini.
Turret diletakkan pada bagian kanan dari garis tengah spindel dilihat dari arah
headstock ke tailstock (gambar 7.1 b). CNC lathe desktop banyak menggunakan sistem
koordinat tangan kanan in.
86
7.1.3 Selection of Program Zero (Origin)
Titik awal dari program harus ditentukan lebih dahulu sebelum part geometry
dibuat. Ada dua cara yang dapat dipakai unuk memilih program zero dari kerja bubut yaitu
diletakkan pada permukaan ujung kanan dari part (gambar 7.2a) dan pada permukaan
chuck (gambar 7.2) Pada latihan biasanya digunakan permukaan ujung kanan dari part
sebagai program origin (titik awal program).
Dimensi dari arah X dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu berdasarkan dimensi
radius dan diameter. Digunakan awalan X untuk menandakan radius value input dan
huruf D untuk menandakan diameter value input. Tabel 7.1 menunjukkan koordinat value
dari point tertentu dari part yang ditunjukan pada gambar 7.3.
Perkakas bubut terdiri dari dua komponen: pahat dan pemegang. Secara umum
yang dipakai pada CNC adalah jenis sisipan karbida kecuali mata bor dan mata tap.
Kedua sisipan karbida dan pemegang telah di standarisasi oleh ANSI dan ISO.
Beberapa tipe perkakas bubut:
87
7.2.1 Perkakas pengasaran (roughing)
Pada proses pengasaran diperlukan perkakas yang kuat dan tangguh, karena
pada proses ini perkakas mengalami beban pemotongan yang besar. Perkakas
pengasaran ini terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Sisipan :C (80° diamond) shape or D (55° diamond) shape
2. Pemegang : J (-3° lead angle) style or L (-5°lead angle) style
Gambar dibawah menunjukkan bentuknya:
Perkakas untuk pengasaran dan pengerjaan akhir pada peluasan lubang sama
dengan yang digunakan proses di atas. Perbedaan hanya pada pemegang pahat sisipan
di klem pada arah sumbu Z, sedangkan pada turning (pembubutan luar) di klem pada
arah sumbu X.
88
Gambar 7.6 Perkakas Peluasan Lubang
Hal yang membedakan adalah arah potong. Perkakas tangan kanan digunakan
untuk memotong benda ke kanan, perkakas tangan kiri memotong ke kiri (sistim koordinat
mesin adalah sistem koordinat tangan kiri. Contoh seperti pada gambar:
89
Perkakas netral dapat memotong pada kedua arah. Pada mesin yang
menggunakan koordinat tangan kanan, maka jenis pahat kebalikan dari yang diatas.
Mesin bubut meja miring (slant-bed) sering menggunakan sistem koordinat tangan kiri
Nomor perkakas (tool number) dan nomor penggeseran (offset number) biasa
menggunakan kode T pada part program. Kode T diikuti dengan empat digit angka, yang
terbagi menjadi dua group, tiap group terdiri dari dua digit angka. Group pertama
mengindikasikan nomor perkakas dan yang kedua adalah nomor penggeseran, seperti
dicontohkan berikut ini:
Contoh: perintah T0101 mengindikasikan bahwa
perkakas yang digunakan pada posisi nomor 01, dan
informasi perkakas disimpan di offset register #01
90
7.4.2 Offset Register Parameters Setting
Perkakas potong dipasang pada posisi yang spesifik di turret (magazine). Tiap
posisi diberi nomor, dan tiap perkakas diidentifikasikan oleh nomor turret. Jika suatu
perintah diberikan pada nomor tersebut maka perkakas akan berpindah ke tempat dimana
siap melakukan pemotongan. Nomor yang kedua berfungsi untuk memberikan informasi
dimensi dan tool feature. Informasi ini disimpan di offset register pada mesin CNC.
Offset register berisikan:
• offset number
• offset value in X axis (OFX)
• offset value in Z axis (OFZ)
• tool nose redius compensation value (OFR)
• direction of imaginary tool nose (OFT)
Gambar 7.7 menggambarkan informasi di atas:
Gambar 7.10 Posisi penggeseran
Perkaka untuk bubut (turning) dibuat kecil dengan hidung membulat pada tool tip
untuk menambah kekuatan dari tip, memperpanjang umur pahat, mengurangi konsentrasi
tegangan, membantu mengurangi panas dan menghasilkan permukaan yang halus.
Hidung membulat yang kecil ini sering disebut sebagai hidung pahat dan
radiusnya disebut radius hidung pahat (gambar 7.11). Tool nose radius yang sering
digunakan untuk turning adalah 1/64, 1/32, 3/64 dan 1/16 in.
Hidung pahat khayalan ini sering digunakan sebagai titik referensi untuk program
toolpath. Hal ini ditentukan sebagai titik pertemuan dari dua garis yang bersinggungan
pada hidung pahat dan sejajar dengan sumbu X dan Z (gambar 7.12). Kegunaan dari
hidung pahat khayalan ini adalah untuk membuat toolpath yang tepat pada taper dan path
yang melingkar tergantung pada orientasi dari vektor pemotongan.Untuk radius hidung
pahat yang sangat kecil maka cutter path error dapat diabaikan.Untuk radius hidung pahat
yang besar maka efek dari cutting path error harus diperhatikan. Kesalahan dari cutting
path error ini dapat dikompensasikan dengan menggunakan TNR compensation
command yang diatur dengan cutter compensation dalam control parameter.
91
7.4.4 Imaginary tool nose
Imaginary tool nose sering kali digunakan sebagai titik reference untuk
programming tool path. Ini ditentukan dari titik perpotongan antara dua buah garis yang
menyinggung tool nose dan paralel pada sumbu X dan Z.Arah dari imaginary tool nose
diindikasikan oleh angka antara 1 - 8, yang tiap nomor mewakili arah tool nose (Fig 7.13).
Arah ini digambarkan oleh tool nose center melalui imaginary tool nose
.
Gambar 7.13 Macam Perkakas Potong Gambar 7.14 Arah Tool Nose
Tool orientation ditandai dengan nomor dari 1 sampai 8 dengan tiap nomor
mewakili vektor hidung pahat. Vektor ini dipandang dari tengah hidung pahat ke hidung
pahat khayalan. Nomor 1 sampai 4 menandakan vektor dari hidung pahat sebagai yang
pertama, kedua, ketiga dan keempat dari kuadran (gambar 7.15). Pemegang pahat
(toolholders) dipandang dari arah X. Nomor 5 samapi 8 digunakan untuk menentukan
facing tool dalam empat kuadran (gambar 7.16). Facing tools memiliki toolholders yang
paralel terhadap sumbu Z.
Gambar 7.15 Orientasi dari turning tool Gambar 7.16 Orientasi dari facing too
92
Gambar 7.17 menunjukkan beberapa turning tools yang digunakan dalam the slant
bed lathes yang menggunakan sistem koordinat tangan kiri (left handed coordinate
system). Gambar 7.18 adalah untuk standard bed lathes yang menggunakan sistem
koordinat tangan kanan (right handed coordinate system).
Gambar 7.17 Typical slant bed lathe tools Gambar 7.18 Standard bed lathe tools
Konpensasi perkakas potong i dapat dipilih dari pilihan berikut : Off, kiri atau
kanan. Hasilnya adalah tool nose radius (TNR) compensation command pada part
program. Hubungan antara kedua hal tersebut adalah :
Off → G40 (TNR off)
Left → G41 (TNR left)
Right → G42 (TNR right)
Cutter compensation ini dibutuhkan ketika melakukan proses turning untuk slope
surface atau curved surface. Gambar 7.19 menggambarkan kesalahan posisi pada posisi
turning untuk slope surface dan curved surface tanpa menggunakan TNR compensation
yang benar.
Gambar 7.19 Kesalahan Gerak Potong pada Slope Surfaces and Circular Arcs.
93
Status dari parameter ini tidak akan mempengaruhi toolpath yang ditampilkan
pada layar komputer. Hal ini hanya akan menambah TNR compensation command pada
program. Tool vector dan tool nose radius pada offset registers haruslah ditentukan
secara benar pada CNC control untuk membuat TNR command bekerja dengan baik.
Parameter ini dapat dipilih dari pilihan berikut ini : off, kiri atau kanan. Hal ini
digunakan untuk menentukan sisi mana dari cutter yang di-offset dalam arah dari cutting
contour. Efek pada toolpath dapat dilihat pada gambar 7.20
Jenis Perintah
Arah pemotongan Ilustrasi gerakan pahat
pengerjaan konpensasi
Drilling Off
94
7.4.7 Sudut perkakas potong
Parameter ini mengindikasikan sudut dari tool. Sudut ini terbentuk antara ujung
pahat sisipan dan arah pemotongan. Sudut ini ditentukan oleh dua faktor: lead angle dan
insert angle. Definisi, lead angle dapat positif ataupun negatif, insert angle adalah sudut
yang asli dari insert.
Gambar 7.23 Realief Angle 32 deg Gambar 7.4 Realief Angle 50 deg
Arah Z Arah X
Gambar 7.24 Kedalaman Potong
95
7.4.8.2 Kecepatan potong (cutting speed)
Ketiga perintah NC ini digunakan dalam bubut untuk mengontrol kecepatan spindel:
G50 Ss putaran spindel maksimum in rpm
G96 Ss Kecepatan permukaan konstan in ft/min atau m/min
G97 Ss putaran spindel konstan in rpm
Kecepatan permukaan konstan (constant surface speed) digunakan dalam bubut,
peluasan lubang dan peng-alur-an, sedangkan putaran spindel konstan (constant spindle
speed) digunakan dalam gurdi dan threading. Batas kecepatan maksimum harus
ditentukan ketika Kecepatan permukaan konstan (constant surface speed) digunakan.
Gambar 7.25 menunjukkan bagaimana kedua perintah G50 dan G96 bekerja bersama
untuk menyediakan kontrol kecepatan yang sesuai.
7.4.8.4 Stock
Parameter stock ini menentukan dimensi material yang akan disisakan pada arah X
dan Z untuk pengerjaan akhir (gambar 7.26). Walaupun nilai negatif dapat juga dipakai tapi
diharapkan hanya nilai positif yang digunakan agar dapat dihasilkan gerakan pahat yang
benar. Pengisian nilai negatif mengakibatkan hasil yang tidak akurat seperti gambar 7.27
Gambar 7.26 Stock pada arah X dan Z Gambar 7.27 Nilai Negatif untuk stock arah Z
96
7.4.9 Miscellaneous
7.4.9.1 Pendingin
Pendingin (coolant) parameter dapat dipilih dari tiga pilihan berikut yaitu off, flood
atau mist (lihat gambar di bawah ini). Pemilihan dari parameter ini akan berhubungan
dengan perintah kontrol pendinginan pada part program seperti ditunjukkan berikut.
Off → M09
Flood →M08
MIST →M07
97
Gambar 7.28 Jalur Masuk
Rough module membuat sebuah set dari toolpath untuk pengasaran dari part
sampai mendekati profil untuk finishing cut. Modul ini biasa dipakai untuk diameter luar
(O.D) roughing (gambar 7.30a), diameter dalam (i.D) roughing (gambar 7.30b) dan face
roughing (gambar 7.30c).
98
7.5 Cycle Parameters
Beberapa control bubut CNC menyediakan sebuah grup of canned cycles untuk
membuat gerakan perkakas potong untuk pengerjaan kasar dan pengerjaan akhir. Kontrol ini
merupakan Fanuc-based dan kontrol lain yang kompatibel. Tujuan utama dari penggunaan
canned cycles adalah untuk memperpendek part program dan waktu pemrograman.Kontrol
berbasis bubut Fanuc terdapat empat pengerjaan kasar (roughing) dan pengerjaan akhir
(finishing) cycles untuk dimasukkan ke dalam part program :
G70 : Finish Cycle
G71 : Roughing turning cycle
G72 : Rough facing cycle
G73 : Contour repeating cycle
Ini digunakan untuk pengerjaan kasar part menjadi ukuran yang sedikit lebih besar
dari ukuran yang diinginkan sebagai persiapan untuk pengerjaan akhir. Cycle ini
menggunakan satu atau dua blok perintah untuk program G71.
One-block format :
Two-block format :
Gambar 7.31 menunjukkan pola gerakan perkakas potong yang dibuat menggunakan
perintah G71.
99
Gambar 7.31 Rough turning cycle (G71) Gambar 7.32 Rough facing cycle (G72)
One-block format :
G73 Pp Qq Uu Ww Rr Ff
Rr : jumlah pengulangan kontur
Two-block format :
G73 Ui Wk Rr
G73 Pp Qq Uu Ww Ff
Uu : jarak penarikan pada arah sumbu X
Ww : jarak penarikan pada arah sumbu X
100
selalu diprogram setelah roughing cycle.
Perintah ini mengindikasikan bahwa hanya
satu sequence number untuk cycle start box
and cycle ending block dan memiliki format
sebagai berikut:
G70 Pp Qq Gambar 7.35 Finishing Cycle
Buat gerakan perkakas potong pengerjaan kasar dan pengerjaan akhir dengan
perintah canned cycle untuk memotong part pada gambar 7.36.
Menggunakan finish module untuk membuat sebuah part program untuk gerakan
perkakas potong pengerjaan kasar dan pengerjaan akhir.
101
7.5.6 Groove cycle
Cara menentukan gerakan perkakas untuk pengaluran. Dua batas, batas dalam dan
batas luar, diperlukan untuk menentukan grooving toolpath. Batas dalam adalah bagian
part contour yang diinginkan untuk dibuat. Batas luar menentukan plunging start position
(posisi pemasukan awal) dan retracting end position (posisi penarikan akhir) dari setiap
plunging cut. Gambar 7.38 menunjukkan beberapa contoh dari OD dan ID grooving.
G74 dan G75 canned cycles dapat digunakan untuk pengaluran dan peng-gurdi-an. G74
canned cycle digunakan untuk ID grooving dan G74 digunakan untuk OD grooving. Dua
canned cycles ini memiliki bentuk sebagai berikut :
One-block format :
Two-block format :
102
7.5.7 Cutting a groove
Gunakan grooving tool (#13) dalam tool library untuk memotong sebuah groove
(gambar 7.39). Grooving tool ini, yang ditunjukkan pada gambar 7.40, memiliki lebar
0.125 “ dengan radius 0.003 “ pada kedua ujungnya.
103
7.5.8 Thread cycle
104
Contoh 1.
Hitunglah thread heght dan minor diameter dari ke tiga UNC thread:
Contoh 2.
Hitunglah thread heght dan minor diameter dari ke tiga UNF thread:
Kedalaman dari ulir adalah setengah dari perbedaan antara diameter mayor dan diameter
minor. Jumlah yang dibutuhkan untuk threading ditentukan oleh tiga faktor yaitu jumlah
pemotongan pertama, jumlah pemotongan akhir dan kedalaman dari ulir.
105
LNT
LD =
60
LA = - ( 1 + ln a ) x LD
dimana :
L : thread lead (in)
N : spindle speed (RPM)
T : time constant of the servo system
(T = 0.33s, 0.05 s, 0.067 s, 0.1 s with 0.067 s being most common)
a : thread accuracy (a=dL/L)
dL : error in thread lead
ln : natural log
Gambar 7.43 Threading Toll Path Gambar 7.44 Box Threading Cycle
G76 adalah automatic threading cycle. Kode ini membuat beberapa threading
passes untuk pemotongan sebuah ulir. Gambar 7.45 memperlihatkan hal tersebut.
106
Proyek 7
Cutting external thread
Gunakan thread module untuk memotong ulir luar 1-8 UNC seperti dalam gambar
19.85. Threading tool yang digunakan adalah #16 dalam tool library.
107
Proyek 8
Cutting internal thread
Gunakan thread module untuk membuat part program untuk memotong ulir dalam
1/8-12-UNF
108
7.5.9 Drill cycle
Drill cycle digunakan untuk membuat perintah canned cycle untuk drilling, boring
dan tapping. Drilling parameter dibagi menjadi lima grup yaitu cycle type, X-coordinate
control, Z-coordinate control, peck drilling parameter dan dwell.
Initial height : Z level dimana tool akan bergerak secara rapid dari suatu
posisi ke tengah lubang pada posisi ini
Reference height : Level dimana feed berubah dari rapid menjadi programmed rate.
Hole depth : Z-coordinate nilai dari bawah lubang.
109
Gambar 7.48 Toolpath Pattern dari Fixed Hole Depth
7.6 Proyek
Part yang akan dimesin diperlihatkan pada gambar 7.49. Anggap bahwa bahan
baku memiliki ukuran φ4.0 x 4.05. Part geometry yang digunakan untuk membuat toolpath
diberikan dalam gambar 19.4b.
Buat sebuah part geometry seperti gambar 7.50a. Part geometry yang digunakan
untuk membuat toolpath digambarkan pada gambar 7.50b. Pada contoh ini kita
menggunakan metode lain untuk membuat contour dari part. Disini digunakan multiple-
line command.
110
Gambar 19.20a menunjukkan sebuah part dengan lubang dalam (internal bore).
Profil geometri yang digunakan untuk proyek ini digambarkan dalam gambar 19.20b.
111
BAB 8. PEMROGRAMAN MILLING
112
8.2 Tooling Information
Tool Reference, informasi ini terdiri dari: tool number, diameter offset number, length
offset, cutter diameter dan corner radius.
1. Tool Number, mengidikasikan nomor tool yang dipilih, Nomornya menunjukkan
nomor tool. Contoh: nomor 2 adalah untuk perintah T2 M6 pada part program.
2. Diameter Offset, menentukan kode/nomor dimana nilai cutter compensation disimpan
dalam mesin,contoh: angka 25 untuk
kode D25. Parameter ini digunakan
jika cutter compensation di set ke kiri
atau ke kanan.
3. Length Offset, menentukan kode/
nomor dimana harga offset disimpan
pada mesin, contoh: angka 5 untuk
H5. Nilai cutter length offset adalah
jarak antara ujung pahat dengan
reference benda kerja.
Gambar 1.3 Jarak antara Ujung Pahat
113
Gambar 1.5 Rapid Depth
Gambar 1.6 Depth cuts
114
Gambar 1.8 Work Plane
8.3.3 Toolpath
115
Latihan
Material hanya memerlukan finishing saja.
Kedalaman pemotongan terhadap sumbu Z
adalah 0,5 “
8.4.1 Zig-zag
Arah gerakan ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Orientasi ditentukan oleh
roughing angle yang juga menentukan titik awal dari pocketing toolpath . Sudut
pemotongan (cutting angle) diukur dari sumbu X positif dan bernilai positif jika arah CCW
dan negatif jika CW
116
Gambar 1.14 Sudur Pemotongan
Pemotongan dimulai dari titik tengah pocket dan bergerak memutar keluar disebut
spiral keluar. Sedangkan pemotongan dimulai dari titik terluar pocket dan bergerak
memutar ke dalam disebut spiral masuk.
Gambar 1.15 Metode spiral keluar Gambar 1.16 Metode spiral Masuk
8.5 Pemesinan
117
Gambar 1.18 Arah Gerakan Potong
Latihan
(1)rroughing pada permukaan atas benda
kerja,
(2)countering dengan kedalaman 0,25”
(3)Material yang digunakan adalah berbentuk
balok yang tepinya telah dilakukan proses
permesinan, dan ketebalannya adalah
1,00”
118
8.6 Drill Cycle
Drill cycle ini digunakan untuk melakukan proses-proses seperti : drilling, boring,
dan tapping.
8.6.1 Z-depth,
• Initial height : pahat berpindah letak pada titik pusat lubang yang telah ditentukan.
• Reference height : pahat bergerak turun secara cepat
• Z-depth : pahat bergerak turun untuk pengeboran secara absolut atau inkremental.
Nilai Z negatif bila dasar lubang adalah di bawah titik referensie, dan positif bila
dasar lubang di atas titik referensi. Nilai Z dapat dimasukkan secara incremental maupun
absolut, Pada pilihan nilai incremental Z diukur, dan titik yang dipilih ke dasar lubang.
pemilihan nilai absolut Z selalu diukur dari titik nol sumbu Z ke dasar lubang.
119
8.6.2 Cycle Mode
NC
Cycle Type Example Applications
Command
Drilling atau counterboring lubang yang
Drill G81 G81 X1.0 Y1.0 Z-1.0
1. Dwell = 0 R0.2 F15.0 kedalamannya lebih kecil dari tiga kali
2. Dwell = 0 G82 G28 X1.0 Y1.0 Z-1.0 diameter cutter.
R0.2 P0.5 F15.0
Drilling lubang yang
Peck drill G83 G83 X1.0 Y1.0 Z-3.0
Q.7 R.2 F15.0 dalam(kedalamannya > 3x diameter
cutter), khususnya bila geram susah
keluar.
Drilling lubang yang
Chip break G73 G73 X1.0 Y1.0 Z-3.0
Q.7 R.2 F15.0 dalam(kedalamannya > 3x diameter
cutter)
Tapping ulir kanan dalam.
Tap G84 G84 X1.0 Y1.0 Z-1.0
R0.2 P0.25 F50.0
Boring lubang dengan feed-in dan feed
Bore #1 G85 G85 X1.0 Y1.0 Z-1.0
1. Dwell = 0 R0.2 F15.0 out.
G89 G89 X1.0 Y1.0 Z-1.0
2. Dwell = 0 R0.2 P0.25 F15.0
120
Untuk meng-gurdi pada lobang yang dalam, terdapat dua metode: Peck drilling dan Chip
break. Kedua perintah ini digunakan jika kedalaman lubang lebih besar dari 3x diameter
cutter.
Contoh
Drilling the peck cycle to drill 24
deep holes Kedalaman lubang adalah
1.75”, yang mana lebih besar dari 3x
diameter lubang.
121
Part program sebuah benda yang N106 S2000 M3
N108 G43 H1 Z.5 M08
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
N110 G1 Z-.5 F7.5
Proses permesinannya terdiri dari N112 G41 Y6.5 F10.0 D21
N114 X10.5
contouring dan drilling.
N116 Y-.5
N118 X-.5
N120 G40
N122 G0 Z.5 F7.5
N124 G91 G28 Z0 M5 M09
N126 G28 X0 Y0
N128 T2 M6
N130 G90 G80 G40 G00
N132 G54 G0 X2. Y3.
N134 S1000 M3
N136 G43 H2 Z1. M08
Gambar 1.27 Geometri Produk 2 N138 G98 G81 X2. Y3. Z-1. R.2 F7.5
N140 X8.
N142 G91 G28 Z0 M5 M09
N144 G28 X0 Y0
N146 M30
%
Latihan
Drilling and tapping 6 holes. Benda
kerja mempunyai 6 lubang ulir 9/16 –
12 , dengan diameter mata bor adalah
31/64 “.
122
Contoh
Proses permesinan yang dilakukan
terdiri dari contouring, drilling, dan
tapping.
123