Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


OSTEOATRITHIS DI RUANG FRESIA
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Sarjana Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Riandi Alfin, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh
VIRNA DAMAYANTHY EKASARI
302017078

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOATRITIS
A. Definisi
Osteoatritis (OA) adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai dengan adanya
deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan
kaki paling sering terkena OA (Alfarisi, 2018).
Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa
terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago merupakan suatu
jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang keras di
dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan antar tulang dan
sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian melakukan aktivitas atau
gerakan (Mutmainah, 2019).

B. Tanda dan Gejala


1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Perubahan ini dapat
ditemukan meski osteoartritis masih tergolong dini (secara radiologis).
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri. Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh
adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi.
3. Kaku di pagi hari
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
4. Krepitasi atau rasa gemeretak dapat timbul pada sendi yang sakit
Gejala ini umum dijumpai pada pasien osteoartritis lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk.
5. Perubahan bentuk sendi (deformitas)
Perubahan bentuk sendi ditemukan akibat kontraktur kapsul serta instabilitas
sendi karena kerusakan pada tulang rawan sendi.
6. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi yang dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak (<100cc) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah (Winangun, 2019).

C. Etiologi
Jika dilihat dari penyebab osteoartritis dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
osteoartritis primer dan sekunder. Osteoartritis primer atau osteoartritis idiopatik tidak
diketahui dengan jelas apa penyebabnya. Sedangkan osteoartritis sekunder disebabkan
oleh inflamasi kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan
dan immobilisasi yang terlalu lama. Faktor resiko yang paling utama dari osteoartritis

1
adalah bertambahnya usia. Kemudian faktor risiko osteoartritis yang lain diantaranya
obesitas atau kegemukan, kelainan tulang atau sendi, trauma sendi, penyakit inflamasi
sendi, penyakit endokrin dan metabolik (Putra et al., 2018).

D. Patofisiologi

2
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi osteoarthritis terdiri dari nyeri, nyeri pada sendi berasal dari inflamasi
pada sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf
akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen.
Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Kekakuan sendi, kekakuan pada sendi
sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah
bangun pagi. Krepitasi,sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang
sendi rawan. Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan
sebagai nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal
(DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal
(PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan
pergerakan sendi yang progresif. Deformitas sendi: pasien seringkali menunjukkan
sendinya perlahan-lahan mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan
atau lutut (Putra et al., 2018).

F. Pemeriksaan Penunjang
Berikut beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk mendukung
proses penentuan diagnosis osteoartritis, antara lain:
a. Pemeriksaan laboratorium osteoartritis.
b. Foto polos sendi (rontgen).
c. Pemeriksaan cairan sendi.
d. Pemeriksaan artroskopi.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoartritis terbagi atas 3 hal, yaitu :
a. Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
mengetahui serta memahami tetang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar
penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persediannya tetap
terpakai.
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat
dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit, Penurunan berat
badan, Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat
osteoartritis. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih
dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan
berlebih.
c. terapi farmakologi
Karena tujuan utama terapi ini untuk mengurangi nyeri secara efektif dengan
toksisitas yang rendah, obat topikal sering digunakan sebelum medikasi oral. Di
Amerika Serikat, krim capsaicin terbukti ampuh dalam penanganan nyeri OA
yang bekerja lokal dengan deplesi neurotransmiter substans P. Ketika
menggunakan obat topikal atau hasilnya kurang baik, analgesik murni biasanya
dibutuhkan. Asetaminofen adalah terapi farmakologi ssistemik pertama yang
direkomendasikan untuk OA lutut dan pinggul oleh The American Collegeof
Rheumatology, European League AgainstRheumatism, American Academy of
Orthopaedic Surgeons dan organisasi lainnya. Sejumlah besar literatur yang
membandingkan asetaminofen dengan plasebo dan dengan NSAID pada jangka

3
lama menunjukkan asetaminofen inferior terhadap NSAID dan secara klinis
tidak superior terhadap plasebo untuk mengurangi nyeri OA dalam jangka
panjang.Analgesik murni lainnya telah efektif yaitu tramadol, analgesik yang
bekerja di sentral, dan analgesik opioid. Namun,keduanya memiliki insidensi
yang tinggi terhadap efek samping yang tidak bisa ditoleransi
d. terapi intra-Artikular, kortikosteriod
Injeksi kortikosteroid intraartikular mengurangi nyeri dalam jangka
pendek,terutama pada rasa nyeri yang sangat; terapi ini juga berguna untuk
mengurangi nyeri yang tidak responsif dengan terapi sistemik optimal.
e. Hialuronan
Injeksi intra-artikular hialuronan ditujukan sebagai suplementasi viskous karena
dimaksudkan untuk meningkatkan viskositas cairan sinovial pada OA untuk
mengembalikan keadaan mendekati normal.
f. Operasi
Pasien dengan gejala tidak terkontrol secara adekuat dengan terapi medis dan
dengan derajat sedang sampai berat dan gangguan fungsional harus
dipertimbangkan menjalani operasi, terutama pada lutut atau pinggul yang
sendinya bergejala (Winangun, 2019).

H. Pencegahan
Osteoarthritis tidak dapat dicegah. Namun, dapat menurunkan risiko penyakit ini
dengan beberapa langkah di bawah ini:
a. Menjaga berat badan ideal
b. Selalu aktif, rajin bergerak, dan berolahraga
c. Menjaga postur tubuh saat duduk atau berdiri
d. Melakukan peregangan otot secara rutin
e. Beristirahat dengan cukup dan teratur

TOTAL JOIN REPLACEMENT


A. Definisi
Total join replacement adalah penggantian sebuah sendi dilepas dan diganti dengan
sendi buatan, yang di sebut prostesis. Hip join replacement juga termasuk kedalam
TJR, hip join replacement merupakan penggantian panggul total berarti membuat
irisan pada sisi pinggul. Pinggul yang rusak akan diganti dengan tiruan. Tujuan dari
operasi penggantian pinggul adalah untuk meningkatkan mobilitas dengan
menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki fungsi dari sendi pinggul.

B. Indikasi dan kontraindikasi


a. Indikasi :
1) Kondisi atritis seperti osteoatritis, traumatik atritis, rheumatoid atritis.
2) Ankilosis.
3) Revisi prosedur dimana perawatan lain telah gagal seperti rekonstruksi
alloplastik dan autogenous graft.
4) Nekrosis avaskular.
5) Multiply operated joint sendi yang telah dioperasi berulang kali.
6) Tumor jinak.

4
7) Keganasan seperti pasca eksisi tumor.
8) Degenerasi pada sendi dengan kelainan anatomi yang berat.
9) Abnormalitas perkembangan.
b. Kontraindikasi :
1) Pasien dengan pus di daerah persendian panggul
2) Lansia yang menderita osteoporosis.

C. Penatalaksanaan
1. Hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan operasi
 Dalam tahap operasi akan banyak mengeluarkan darah, biasanya pasien
melakukan autotransfusi sebelum melakukan operasi.
 Evaluasi obat yang sedang dikonsumsi oleh pasien
 Pemeriksaan darah lengkap
 Tesdarah untuk fungsi ginjal dan hati
 X-ray dada
 EKG
 Jika terdapat tanda penyakit jantung, ginjal, DM maka tindakan operatif
dapat di tunda.
2. Pre operasi
 Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum pembedahan di mulai
3. Operatif
 Prosedur operasi memakan waktu beberapa jam. Ahli bedah ortopedi akan
menghapus tulang rawan yang rusak dan tulang dan kemudian logam posisi
baru, plastik, atau permukaan sendi keramik untuk mengembalikan
keselarasan dan fungsi dari pinggul klien.
 Banyak jenis desain dan bahan yang saat ini digunakan dalam sendi pinggul
buatan. Semua dari mereka terdiri dari dua komponen dasar: komponen bola
(yang terbuat dari logam yang kuat sangat halus atau bahan keramik) dan
komponen soket (secangkir tahan lama terbuat dari plastik, keramik atau
logam, yang mungkin memiliki shell logam luar)
 Semen bedah khusus dapat digunakan untuk mengisi kesenjangan antara
tulang alami prostesis dan yang tersisa untuk mengamankan sendi buatan.
 Sebuah prostesis noncemented juga telah dikembangkan dan digunakan
paling sering pada yang lebih muda, lebih aktif pasien dengan tulang yang
kuat. Prostesis dapat dilapisi dengan logam bertekstur atau zat tulang seperti
khusus, yang memungkinkan tulang tumbuh ke dalam prosthesis
 Kombinasi bola disemen dan soket noncemented dapat digunakan
 Klien ahli bedah ortopedi akan memilih jenis prostesis yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien.

5
 Setelah operasi klien akan dipindahkan ke ruangan pemulihan, setelah
terjaga, klien akan di bawa ke kamar pasien
4. Pasca operasi
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
 Melakukan pemeriksaan neurovaskular pada anggota tubuh
 Monitor perdarahan insisional dengan mengosongkan dan merekam hisap
drainase setiap 4 jam dan menilai dressing sering.
 Memonitor asupan infus dan akurat dan output catatan selama periode pasca
operasi awal.
 Mempertahankan istirahat dan posisi yang ditentukan dari ekstremitas yang
terkena menggunakan sling, belat penculikan, brace, immobilizer, atau
perangkat lain yang ditentukan.
 Bantu klien pergeseran posisi setidaknya setiap 2 jam sementara di tempat
tidur beristirahat. Pergeseran posisi membantu mencegah luka tekanan dan
lainnya komplikasi imobilitas.
 Mengingatkan klien untuk menggunakan spirometer insentif, batuk, dan
bernapas dalam setidaknya setiap 2 jam.
 Menilai tingkat kenyamanan klien sering
 Memulai terapi fisik dan latihan seperti yang ditentukan untuk bersama
spesifik diganti
 Gunakan perangkat kompresi berurutan atau stocking antiembolism seperti
yang ditentukan
 Menilai klien dengan total penggantian pinggul tanda-tanda prosthesis
dislokasi, termasuk rasa sakit di pinggul terpengaruh atau shortening dan
internal rotasi kaki yang terkena.

Kasus 5
Tn. M 60 tahun datang ke rumah sakit karena kaki kanannya tidak dapat digerakan, jika
digerakan terasa sangat nyeri pada sendi panggul. Sebenarnya nyeri panggul sudah lama

6
dirasakan oleh Tn M sejak terjatuh dari motornya. Selama ini untuk mengurangi nyeri
klien berobat ke dokter dan diberikan analgetik, tetapi sekarang sudah tidak bisa
digerakkan lagi. Setelah di lakukan berbagai pemeriksaan didapatkan bahwa acetabular
sendi panggul mengalami kerusakan. Klien direncanakan untuk mengganti akan dilakukan
total joint replacement (TJR).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


OSTEOATRITIS DI RUANG FRESIA
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. M
Tanggal Lahir : Bandung, 22 Juli 1960
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bojong Gede
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status : Menikah
Nomor RM : 74528927
Diagnosa Medis : Osteotritis
Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2020
Tanggal Masuk RS : 29 Desember 2020

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Hubungan dengan Pasien : Istri
Alamat : Bojong Gede

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh kaki kanannya tidak dapat digerakkan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Datang ke rumah sakit karena kaki kanannya tidak dapat digerakan, jika
digerakan terasa sangat nyeri pada sendi panggul. Untuk mengurangi nyeri
klien berobat ke dokter dan diberikan analgetik.

7
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebenarnya nyeri panggul sudah lama dirasakan oleh Tn M sejak terjatuh dari
motornya. Selama ini untuk mengurangi nyeri klien berobat ke dokter dan
diberikan analgetik, tetapi sekarang sudah tidak bisa digerakkan lagi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
“Munculkan Genogram jika ada terkait penyakit keturunan”

4. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Data Psikologis
Tidak terkaji
b. Data Sosial
Tidak terkaji
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
Tidak terkaji
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
Tidak terkaji
5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebiasaan di rumah di rumah sakit
1 Nutrisi
Makan
 Jenis  Nasi,sayur dan lauk pauk  Nasi,telur,Susu
 Frekuensi  3x sehari  3x sehari
 Porsi  1/2 mangkuk  1 piring
 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada
Minum
 Jenis  Air putih, Susu  Air putih dan susu
 Frekuensi  5x sehari  Air putih 1x susu 3x
 Jumlah (cc)  5 gelas  600+1200=1800cc
 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
 Frekuensi  1 hari sekali  Belum BAB sudah 2 hari
 Warna  Coklat  Coklat
 Konsistensi  Lunak  Lunak
 Keluhan  Tidak ada  Sulit untuk BAB
BAK
 Frekuensi  2x sehari  4x
 Warna  Kuning jernih  Kuning jernih
 Jumlah (cc)  Kurang lebih  400 cc/24 jam
 Keluhan  Tidak ada  Kurang nyaman karena
menggunakan kateter

8
3 Istirahat dan tidur
 Waktu tidur
o Malam, pukul  10:00- 4:00  10:00-4:00
o Siang, pukul  11:00-12:00  12:00-1:00
 Lamanya  8jam  8 jam
 Keluhan  Tidak ada  Sering terbangun

4 Kebiasaan diri
 Mandi  2 kali sehari  1 kali sehari (di washlap)
 Perawatan kuku  1 minggu sekali  belum
 Perawatan gigi  2 kali sehari  1 kali sehari
 Perawatan rambut  2 hari sekali  Belum keramas
 Ketergantungan  Mandiri  Ketergantungan
 Keluhan/gangguan  Tidak ada  Badan terasa lengket dan
rambut kusam

6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran : Composmentis - GCS 15
Tanda-tanda vital : TD = 110/80 mmHg
HR = 79 kali/menit
RR = 20 kali/menit
S = 36,5 OC
Status Antopometri : BB = - kg
TB = - cm
IMT = -

b. Sistem Pernapasan
Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada
penggunaan otot bantu napas tambahan, bentuk dada simetris, irama napas
reguler, pengembangan dada seimbang, vocal fremitus seimbang kanan kiri.
Terdapat nyeri tekan di area dada. Terdengar suara resonan di area dada,
terdengar bunyi vesikuler di sekitar area paru, saat di auskultasi tidak
terdengar wheezing (-/-)
c. Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva terlihat merah muda, tidak anemis. Tidak terdapat peningkatan
JVP, tidak terlihat kebiruan pada bagian dada/jantung, tidak terdapat
kardiomegali, saat di perkusi pada daerah lapang jantung terdengar suara
dullness, saat dipalpasi tidak terdapat pulsasi di 4 area katup jantung, bunyi
jantung S1 dan S2 terdengar lub dub. Akral pasien hangat. CRT < 2 detik.

9
d. Sistem Pencernaan
Warna bibir merah muda, lidah klien bersih, tidak ada luka pada daerah bibir,
bentuk bibir simetris, gigi klien tidak lengkap, terdapat caries. Abdomen datar
lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat pembengkakan
dan nyeri tekan pada hepar dan lien, tidak terdapat asites, pasien tidak merasa
kembung dan mual, bising usus 12 kali/menit.
e. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening
f. Sistem Perkemihan
Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada rasa
nyeri, tidak terjadi inkontensia urine, terpasang dower kateter
g. Sistem Persarafan
 N1 (Olfaktorius): -
 N2 (Optikus): -
 N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): -
 N5 (Trigeminus): -
 N7 (Fasialis): -
 N8 (Auditorius): -
 N9 dan N10 (Glosofaringeus): -
 N11 (Asesorius): -
 N12 (Vagus): -

h. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: ROM kedua tangan kiri dan kanan dapat digerakan dengan
bebas ke segala arah. Dapat melakukan fleksi dan ekstensi pada persendian
tidak ada nyeri pada area tangan. Kekuatan otot kanan dan kiri: 5/5
Ektremitas bawah: akral hangat, tidak ada edema, ROM pada kaki kanan
tidak dapat bergerakan. Terdapat kelemahan pada kaki dengan kekuatan otot
kaki kanan dan kiri: 5/1.
i. Sistem Integumen

10
Warna kulit sawo matang, kebersihan kulit bersih, kulit kepala bersih, rambut
rontok saat di sisir dan terlihat lepek, turgor kulit elastis tidak kering tidak ada
lesi/ dekubitus.
j. Sistem Reproduksi
Tidak ada gangguan pada area genital

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan
Kesan : acetabular sendi panggul mengalami kerusakan
b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Tanggal 28 Desember 2020
Hematologi
- Hemoglobin - 13,5 ~ 17,5 g/dL
- Hematokrit - 40 ~ 52 %
- Eritrosit - 4,5 ~ 6,5 juta/uL
- Lekosit - 4400 ~ 11300 /mm3
- Trombosit - 150000 ~ 450000 /mm3
Index Eritorsit
- MCV - 80 ~ 100 fL
- MCH - 26 ~ 34 pg
- MCHC - 32 ~ 36 %
Hitung Jenis Lekosit
- Basofil - 0~1 %
- Eosinofil - 1~6 %
- Batang - 3~5 %
- Segmen - 40 ~ 70 %
- Limfosit - 30 ~ 45 %
- Monosit - 2 ~ 10 %
Kimia Klinik
- Ureum - 15 ~ 50 mg/dL
- Kreatinin - 0,7 ~ 1,2 mg/dL
- Natrium (Na) - 135 ~ 145 mEq/L
- Kalium (K) - 3,6 ~ 5,5 mEq/L

11
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
- Kalsium (Ca Bebas) - 4,7 ~ 5,2 mg/dL
- Magnesium (Mg) - 1,70 ~ 2,55 mg/dL
Analisa Gas Darah
- pH - 7,34 ~ 7,44
- PCO2 - 35 ~ 45 mmHg
- PO2 - 69 ~ 116 mmHg
- HCO3 - 22 ~ 26 mEq/L
- TCO2 - 22 ~ 29 mmol/L
- Base Excess - (-2) ~ (+3) mEq/L
- Saturasi O2 - 95 ~ 98 %

c. Program Terapi
Tidak terkaji
A. INTRA OPERASI
1. Anastesi dimulai jam: WIB
2. Pembedahan dimulai jam: WIB
3. Jenis anastesi:
□ Spinal √ Umum/general anastesi □Lokal □ Nervus blok □……………
4. Posisi operasi: √terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees
□ lateral: □ kanan □ kiri □ lainnya......
5. Catatan Anestesi:
6. Pemasangan alat-alat:
Airway: □ Terpasang ETT no:........ □ Terpasang LMA no:.......
□ OPA □ O2 Nasal
7. Pemeriksaan TTV :
Suhu:
Nadi: x/mnt, Teraba □ kuat, □ Lemah, □ teratur, □ tidak teratur,
RR: x/mnt,
TD: mmHg,
Saturasi O2: %
8. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas

Normal Jika tidak normal

12
Ya Tidak jelaskan
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas

9. Total cairan masuk


Infus :
Tranfusi :
10. Total cairan keluar
Urine :
Perdarahan :
11. Balance cairan :

C. POST OPERASI
Pasien pindah ke :
- Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam WIB

- Recovery Room, jam WIB


1. Keluhan saat di RR :
□ Mual □ Muntah □ pusing □ Nyeri luka operasi □ Kaki terasa baal □ Menggigil
□ lainnya…..
2. Keadaan Umum : □ Baik □ Sedang □ Sakit berat
3. Pemeriksaan TTV :
Suhu :
Nadi : x/mnt
R : x/mnt,
TD : mmHg
Sat O2 : %
4. Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo □ Coma

13
5. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal Jika tidak normal
Ya Tidak jelaskan
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas

6. Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 □4-5  6-7 □ 8-9 □ 10

B. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
Pre Operasi
1. DS : Trauma Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri ↓
panggul Kerusakan fokal tulang
- Terasanyeri jika rawan sendi yang
digerakan progresif
DO : ↓
- Skala nyeri 8 Perubahan metabolisme
- Tampak meringis tulang
- Posisi menghindari nyeri ↓

14
- Gelisah Peningkatan aktivitas
enzim yang merusak
makro molekul matriks
tulang rawan sendi

Penurunan kadar
proteoglikan

Berkurangnya kadar
proteoglikan

Perubahan sifat-sifat
kolagen

Berkurangnya kadar air
tulang rawan/cairan
sinovial disendi

Adanya gesekan antar
tulang

Mengeluarkan mediator
kimia (histamin,
bradikinin,
prostaglandin)

Merangsang reseptor
nyeri di medula spinalis

nyeri
2 DS: Trauma Ganggauan
- Pasien mengatakan kaki ↓ mobilitas fisik
kanan tidak bisa Kerusakan fokal tulang
digerakkan rawan sendi yang

15
- Nyeri saat bergerak progresif
DO: ↓
- Nyeri saat digerakkan Perubahan metabolisme
- Gerakan terbatas tulang
- Kekuatan otot menurun ↓
5/1 Peningkatan aktivitas
- Rentanf gerak ROM enzim yang merusak
menurun makro molekul matriks
- Sendi kaku tulang rawan sendi

Penurunan kadar
proteoglikan

Berkurangnya kadar
proteoglikan

Perubahan sifat-sifat
kolagen

Berkurangnya kadar air
tulang rawan/cairan
sinovial disendi

Adanya gesekan antar
tulang

Kaku

Terjadi penurunan
fungsi tulang

Melemahnya kekuatan
otot

16
Nyeri saat di gerakkan

Gerak menjadi terbatas

Gangguan mobilitas
fisik
Intra Operasi
1 DS : - Prosedur pembedahan Risiko infeksi
DO : ↓
- Suhu 38,8o c Insisi
- Leukosit 20800 ↓
Paparan lingkungan

Risiko infeksi
Post oprasi
1 DS : Pembedahan Nyeri akut
- Pasien mengatakan ↓ berhubungan
nyeri di bagian Insisi jaringan dengan proses
pinggul ↓ pembedahan
DO : Terputusnya
- Skala 8 inkontinuitas jaringan
- Terdapat luka vertikal ↓
13 cm di bagian Peradangan pelepasan
pinggul mediator kimia seperti
- Luka tampak masih histamin, bradikinin,
basah prostaglandin

Nyeri akut
2 DS : Luka operasi Risiko infeksi
DO : ↓
- Suhu Terputusnya kontinuitas
- Leukosit jaringan kulit
- ↓
Jaringan kontak dengan
dulia luar

17

Tempat masuknya
mikroorganisme

Tidak adekuat
pertahanan sistem imun

Risiko infeksi
DS : Tindakan pembedahan Gangguan
DO : ↓ integritas
- Kerusakan jaringan Adanya insisi bedah jaringan
- Nyeri ↓
- Kemerahan Kerusakan integritas
- Terdapat luka vertikal jaringan
13 cm di bagian
pinggul

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


Pre Opresi
1) Nyeri akut berhubungan dengan patologis penyakit
2) Gangguan mobilitas fisik
Intra Operasi
1) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses bembedahan
2) Risiko infeksi
3) Gangguan integritas jaringan

18
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M Ruangan :
No. Medrek : 74528927 Diagnosa Medis : Osteoatritis

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri Observasi
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam nyeri akut dapat Observasi 1) Untuk mengetahui lokasi,
patologis penyakit teratasi, dengan kriteria: 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, karakteristik, dutrasi,
a. Nyeri berkurang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri frekuensi, kualitas dan
b. Skala nyeri menjadi 0 2) Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri
c. Pasien tidak meringis kesakitan 3) Identifikasi faktor yang memperberat dan 2) Untuk mengetahui tingkay
memperingan nyeri nyeri
3) Untuk mengetahui fapa saja
Teraputik fator yang dapat
1) Berikan teknik nonfarmakologi untuk memperberat dan
mengurangi rasa nyeri dengan memperingan nyeri
menggunakan (PENGARUH TERAPI
KOMPRES HANGAT TERHADAP Terapeutik
PENURUNAN NYERI SENDI 4) memberikan rasa hangat
OSTEOARTHRITIS PADA LANSIA DI pada klien dengan
POSYANDU LANSIA PUSKESMAS menggunakan cairan atau
PANDIAN SUMENEP. Mujib Hannan, alat yang menimbulkan

19
Emdat Suprayitno, Hesti Yuliyana. Jurnal hangat pada bagian tubuh
Kesehatan “Wiraraja Medika” 2019) yang memerlukannya
2) Pengaruh Range Of Motion Untuk 5) untuk mengondisikan
Menurunkan Nyeri Sendi Pada lansia tubuh, meningkatkan
Dengan Osteoartritis di Wilayah Puskesmas kesehatan, dan
Godean I Sleman Yogyakarta. Maruli mempertahankan
Taufandas, Elsye Maria Rosa, Moh.Afandi. kebugaran, atau dapat
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018 digunakan sebagai tindakan
terapeutik
Edukasi
1) Menjelaskan strategi meredakan nyeri Edukasi
2) Menganjurkan menggunakan analgetik 6) untuk mngetahui bagaimana
secara tepat cara meredakan nyeri
3) Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk 7) Untuk mengurangi nyeri
mengurangi rasa nyeri 8) Agar pasien dapat
melakukan melakukan
Kolaborasi secara mandiri
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
Kolaborasi
9) Untuk mengurangi nyeri
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Dukungan Mobilisasi Observasi
fisik selama 3x24 jam gangguan mobilitas Observasi 1) Untuk mengetahui adakah

20
fisik dapat teratasi, dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik keluhan lain yang pasien
a. Kaki pasien dapat digerakkan lainnya rasakan
b. Pasien dapat beraktivitas kembali 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan 2) Untuk memenuhi
pergerakan kebutuhan pasien
3) Monitor kondisi umum selama melakukan 3) Untuk mengatahui
mobilisasi perkembahan mobilisasi
pasien
Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat Terapeutik
bantu seperti pagar tempat tidur 4) Untuk mencegah risiko
2) Fasilitasi melakukan melakukan pergerakan jatuh
jika perlu 5) agar pasien tidak merasa
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien kaku
dengan dalam meningkatkan pergerakan 6) agar pasien dapat
memenuhi tujuan tindakan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi Edukasi
2) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus 7) untuk memberikan
dilakukan seperti duduk di tempat tidur, informasi kepada pasien
duduk disisi tempat tidur, pindah dari 8) untuk melatih
tempat tidur ke kursi meningkatkan pergerakan
pasien

21
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi Observasi
berhubungan dengan selama 3x24 jam resiko infeksi dapat Obeservasi 1) Untuk mengetahui apakah
prosedur invasif teratasi dengan kriteria hasil: 1) monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan terjadi tanda infeksi
a. leukosit 4400 ~ 11300 sistemik
b. suhu 35,50-37,5o c Terapeutik
Teraputik 2) Untuk mencegah terjadinya
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak penuralan infeksi
dengan pasien dan lingkungan pasien 3) Menjaga agar tetap steril
2) Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi Edukasi
4) Agar dapat mengetahui
Edukasi tanda dan gejala infeksi
1) Mejelaskan tanda dan gejala infeksi 5) Agar pasien tetap bersih
2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar 6) Agar pasien dapat mandiri
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dalam melakukan
operasi pemeriksaan kondisi luka

Kolaborasi Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik 7) Untuk mencegah terjadinya
infeksi lebih lanjut
4 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka Observasi
jaringan selama 3 x 24 jam gangguan intergritas Observasi 1) Untuk mengetahui

22
kulit dapat teratasi, dengan kriteria: 1) Monitor karakteritik luka (drainase, warna, karakteristik luka
a. Integritas kulit berkurang ukuran, bau) 2) Untuk mengetahui adanya
b. Nyeri berkurang dengan skala 2 2) Monitor tanda-tanda infeksi tanda infeksi pada luka
(dari 0-10)
c. Perdarahan berkurang Teraputik Terapeutik
d. Kemerahan berkurang 1) Lepaskan balutan dan plester secara 1) Untuk meminimaliris
e. Hematom berkurang perlahan nyeri
2) Cukur rambut di sekitar daerah luka jika 2) Unyuk menjaga
perlu kebersihan dan agar
3) Pasang balutan sesuia jenis luka terbebeas dari kuman dan
4) Pertahankan teknik steril saat melakukan bekteri
perawatan luka 3) Pasangkan sesuai
5) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan kebutuhan
drainase 4) Menjaga agar tetap steril
6) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam 5) Mengganti sesuai
atau sesuai dengan kondisi pasien kebutuhan pasien
7) Berika suplemen vitamin dan mineral 6) Untuk mencegah
seperti Vit A, C, zinc, asam amino sesuai terjadinya dekubitus
indikasi 7) Untuk mempercepat
proses penyembuhan
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi Edukasi

23
2) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi 1) Untuk mengetahui tanda
kalori dan protein dan gejala infeksi
3) Anjurkan prosedur perawatan luka secara 2) Untuk mempercepat
mandiri proses penyembuhan
3) Agar pasien lebih mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik Kolaborasi
1) Untuk mencegah
terjadinya infeksi lebih
lanjut

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama Pasien : Tn. M Ruangan : Fresia
No. Medrek : 74528927 Diagnosa Medis : Osteoatritis

Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf


Selasa, I - Observasi TTV TD 110/80 mmHg, N Diagnosa Keperawatan 1
29 Desember 79x/menit, R 20x/menit, 36,5o c S : pasien mengatakan nyeri kaki kanan
2020 07.00 - Monitor kualitas nyeri : pasien mengatakan kaki O : pasien tampak meringis kesakitan, skala 8

24
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
kanan tidak dapat di gerakan, jika di gerakkan A : nyeri akut belum teratasi
terasa sakit P : Lanjutkan intervensi: 1, 2, 3, 4, 5
- Menghindari aktivitas yang dapat memperberat
nyeri
- Memberikan teknik nonfarmakologi untuk Diagnosa Keperawatan 2
mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan S : pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa
kompres hangat digerakkan
08.30 - Memberikan Pengaruh Range Of Motion Untuk O : nyeri saat digerakkan, gerakan terbatas,
Menurunkan Nyeri Sendi sendi kaku
A : gangguan mobilitas fisik belum teratasi
- Obervasi TTV P : lanjutkan intervensi
12.30 - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
seperti pagar tempat tidur
- Fasilitasi melakukan melakukan pergerakan jika
perlu
13.30 - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dengan dalam meningkatkan pergerakan
Rabu, I 09.00 - Dilakukan operasi TJR Diagnosa Keperawatan 1
30 Desember S : pasien mengatakan nyeri kaki kanan
2020 14.00 - Observasi TTV TD 110/80 mmHg, N O : pasien tampak meringis kesakitan, skala 7
79x/menit, R 20x/menit, 36,5o c A : nyeri akut belum teratasi

25
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
15.30 - Monitor kualitas nyeri : pasien mengatakan kaki P : Lanjutkan intervensi: 1, 2, 3, 4, 5
kanan tidak dapat di gerakan, jika di gerakkan
terasa sakit Diagnosa Keperawatan 2
- Menghindari aktivitas yang dapat memperberat S : pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa
17.00 nyeri digerakkan
- Memberikan teknik nonfarmakologi untuk O : nyeri saat digerakkan, gerakan terbatas,
mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan sendi kaku
18.00 kompres hangat A : gangguan mobilitas fisik belum teratasi
20.00 - Memberikan Pengaruh Range Of Motion P : lanjutkan intervensi
Diagnosa Keperawatan 3
- Obervasi TTV S:-
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu O : Suhu 37,6o c, Leukosit 19500
seperti pagar tempat tidur A : risiko infeksi belum teatasi
- Fasilitasi melakukan melakukan pergerakan jika P : lanjutkan intervensi
perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien Diagnosa Keperawatan 4
dengan dalam meningkatkan pergerakan S : pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa
digerakkan
- Obervasi TTV O : nyeri saat digerakkan, gerakan terbatas,
- Observasi tanda infeksi pada luka operasi sendi kaku

26
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
A : nyeri akut b.d prosedur operasi belum
- Observasi TTV TD 110/80 mmHg, N teratasi
II
79x/menit, R 20x/menit, 36,5o c P : lanjutkan intervensi
- Monitor kualitas nyeri : pasien mengatakan kaki
kanan tidak dapat di gerakan, jika di gerakkan Diagnosa Keperawatan 5
terasa sakit. Menghindari aktivitas yang dapat S : pasien mengeluh demam
memperberat nyeri. Memberikanteknik O : suhu 37,9, leukosit 30500
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri A : risiko infeksi belum teratasi
Pengaruh Range Of Motion P : lanjutkan intervensi
III
- Observasi tanda inveksi Diagnosa Keperawatan 6
- Observasi TTV S:-
- Melakukan perawatan luka
IV O : luka tampak basah, kemerahan
- Edukasi mengenai tanda infeksi, perawatan luka A : gangguan intervensi belum teratasi
- Mengajarkan pasien melakukan perawatan luka P : lanjutkan intervensi

Kamis, 31 I - Observasi TTV TD 110/80 mmHg, N Diagnosa Keperawatan 1


Desember 79x/menit, R 20x/menit, 36,5o c S : pasien mengatakan nyeri kaki kanan
2020 - Monitor kualitas nyeri : pasien mengatakan kaki O : pasien tampak meringis ke sakitan, skala 7,
kanan tidak dapat di gerakan, jika di gerakkan tampak menghindar
terasa sakit A : nyeri akut belum teratasi

27
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
- Menghindari aktivitas yang dapat memperberat P : Lanjutkan intervensi: 1, 2, 3, 4, 5
nyeri
- Memberikan teknik nonfarmakologi untuk Diagnosa Keperawatan 2
mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan S : pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa
kompres hangat digerakkan
- Berikan Pengaruh Range Of Motion O : nyeri saat digerakkan, gerakan terbatas,
- Obervasi TTV sendi kaku
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu A : gangguan mobilitas fisik belum teratasi
seperti pagar tempat tidur P : lanjutkan intervensi
- Fasilitasi melakukan melakukan pergerakan jika Diagnosa Keperawatan 3
perlu S:-
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien O : Suhu 37,3o c, Leukosit 11300
dengan dalam meningkatkan pergerakan A : risiko infeksi teatasi
P : lanjutkan intervensi
- Obervasi TTV
- Observasi tanda infeksi pada luka operasi Diagnosa Keperawatan 4
S : pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa
- Observasi TTV TD 110/80 mmHg, N
digerakkan
79x/menit, R 20x/menit, 36,5o c
II O : nyeri saat digerakkan, gerakan terbatas,
- Monitor kualitas nyeri : pasien mengatakan kaki
sendi kaku
kanan tidak dapat di gerakan, jika di gerakkan

28
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
terasa sakit. Menghindari aktivitas yang dapat A : nyeri akut b.d prosedur operasi belum
memperberat nyeri. Memberikan teknik teratasi
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri P : lanjutkan intervensi
Pengaruh Range Of Motion
- Observasi tanda inveksi Diagnosa Keperawatan 5
- Observasi TTV S:-
III - Melakukan perawatan luka O : suhu 37,7
- Edukasi mengenai tanda infeksi, perawatan luka A : risiko infeksi belum teratasi
- Mengajarkan pasien melakukan perawatan luka P : lanjutkan intervensi
IV
Diagnosa Keperawatan 6
S:-
O : luka tampak kemarahan masih terlihat basah
A : gangguan integritas kulit belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

29
RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Virna Damayanthy Ekasari


NIM : 302017078
Kelompok : 7

Resume Analisis Tindakan Keperawatan


Nama Prosedur : Kompres Hangat
Tujuan Tindakan : Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah dan
mengurangi rasa sakit
Indikasi Pasien yang klien yang mengalami radang, kekejangan otot
Membutuhkan Tindakan (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan,
tubuh dengan abses atau hematom.

Rasionalisasi Prosedur
RASIONAL
NO KEGIATAN
(Integrasi Jurnal)
1. Persiapan:

1. Kom berisi air hangat 40o-50o C


2. Teromometer suhu air
3. Alat tulis
4. Lap kerja
5. Waslap lember observasi
2. Tahap Orientasi: Pemasangan kompres
hangat biasanya dilakukan
1. Mengucapkan salam.
hanya setempat saja pada
2. Memperkenalkan diri
bagian tubuh tertentu.
3. Menanyakan keadaan pasien dan nama tgl
Dengan pemberian panas,
lahir pasien
pembuluh-pembuluh darah
4. Menjelaskan tujuan
akan melebar sehingga
5. Menjelaskan prosedur tindakan.
memperbaiki peredaran
6. Menanyakan kesiapan pasien.
darah di dalam jaringan

30
Tahap Kerja: tersebut. Dengan cara ini
penyaluaran zat asam dan
1. Mejaga privasi pasien
bahan makanan ke sel-sel
2. Minta pasien untuk mengisi lembar
diperbesar dan pembuangan
biodata (khusus pertemuan pertama)
dari zat-zat yang dibuang
3. Minta pasien untuk mengisi lembar
akan diperbaiki. Aktivitas
observasi skala pengukuran nyeri Wong
sel yang meningkat akan
Baker Facial Gramace Scale
mengurangi rasa sakit/nyeri
4. Mengatur posisi pasien senyaman
dan akan menunjang proses
mungkin
pemyembuhan luka dan
5. Mengukur suhu air dengan thermometer
proses peradangan (Hannan
suhu : 40o-50o C
et al., 2019).
6. Mengompres daerah yang sakit dengan
menggunakan waslap
7. Memantau respons pasien

Tahap Terminasi:

1. Mengevaluasi tindakan.
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan kepada klien
4. Mengucapkan salam

RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Virna Damayanthy Ekasari

31
NIM : 302017078
Kelompok : 7

Resume Analisis Tindakan Keperawatan


Nama Prosedur : Range of Motion
Tujuan Tindakan : Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan
mobilitas ekstermitas yang sakit dan mencegah
kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
Indikasi Pasien yang semua pasien yang dirawat dan mampu
Membutuhkan Tindakan melakukan ROM sendi dan kooperatif

Rasionalisasi Prosedur
RASIONAL
NO KEGIATAN
(Integrasi Jurnal)
1. Persiapan:

1. Alat tulis
2. Tahap Orientasi: Latihan ROM dapat
digunakan sebagai terapi
1. Mengucapkan salam.
non farmakologis dalam
2. Memperkenalkan diri
menurunkan nyeri pada
3. Menanyakan keadaan pasien dan nama tgl
lansia yang mengalami
lahir pasien
osteoartritis, pergerakan
4. Menjelaskan tujuan
pada persendian
5. Menjelaskan prosedur tindakan.
menyebabkan peningkatan
6. Menanyakan kesiapan pasien.
aliran darah dan suplai
Tahap Kerja:
nutrisi ke dalam jaringan
Gerakan rom tulang rawan pada

1. Leher persendian tetap terjaga

Tekuk kepala ke bawah dan ke atas lalu dengan baik dan tidak

menoleh kesamping kanan dan kiri menekan syaraf

2. Lengan/pundak disekitarnya, sehingga nyeri


berkurang (Taufandas et al.,

32
Angkat tangan ke atas lalu kembali ke bawah, 2018).
setelah itu ke samping dan ke bawah lagi
3. Siku
Dengan menekuk lengan, gerakan lengan ke
atas dan kebawah.
4. Pergelangan tangan
Tekuk pergelangan tangan kedalam dan
keluar lalu samping kiri dan kanan
5. Jari Tangan
Tekuk ke empat jari tangan ke arah dalam
lalu regangkan kembali. Kepalkan seluruh jari
lalu buka.Tekuk tiap jari satu persatu.
6. Lutut
Angkat kaki keatas lalu lutut ditekuk
kemudian diturunkan lagi. Gerakan kaki ke
samping kanan dan kiri lalu putar kearah
dalam dan luar.
7. Pergelangan kaki
Tekuk pergelangan kaki keatas lalu
luruskan.Tekuk jari kaki ke atas dan
kebawah.
8. Jika mampu berdiri lakukan gerakan badan
membungkuk kemudian putar pinggang ke
samping kanan dan kiri.
INGAT. Tidak dipaksakan dalam latihan,
lakukan seringan mungkin.

Tahap Terminasi:

5. Mengevaluasi tindakan.
6. Menjelaskan rencana tindak lanjut
7. Berpamitan kepada klien
8. Mengucapkan salam

Referensi

33
34

Anda mungkin juga menyukai