1 PB PDF
1 PB PDF
Volume 17 Nomor 3
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363
ABSTRAK
Morfin adalah salah satu obat analgesik golongan opioid kuat yang berguna untuk mengurangi
rasa nyeri yang hebat setelah operasi dan tidak mampu lagi diobati dengan analgetik golongan
non opioid, merupakan salah satu alkaloid tumbuhan alam yang ditemukan dalam opium dan
merupakan prototype opiate. Morfin dimetabolisme melalui reaksi glukuronidasi oleh isoenzim
uridine difosfat-glucoronyltransferase, hasil metabolitnya ialah morfin-3-glukoronida (M3G) dan
morfin-6-glukoronida (M6G). Efek utama morfin ialah berikatan dan mengaktivasi reseptor µ-
opioid pada system saraf pusat. Aktivasi dari reseptor ini akan menghasilkan efek analgesia,
sedasi, physical dependence, euforia dan respiratory depression. Morfin memiliki beberapa efek
samping dari saluran cerna hingga saluran kemih berupa konstipasi, mual, dan muntah.
Kata kunci : Morfin, analgesik, opioid, non opioid, M3G, M6G, reseptor µ-opioid, efek samping
ABSTRACT
Morphine is one of the strongest opioid analgesic that can reduce severe pain after surgery that
cannot be treated with non-opioid analgesics, is one of the alkaloid that found in opium and is a
prototype opiate. Morphine is metabolized through a gluconidation reaction by the uridine
disfosfat-glucuronyltransferase isoenzyme, the results of the metabolites are morphine-3-
glucoronide (M3G) and morphine-6-glucoronide (M6G). The main effect of morphine is bind and
activate µ-opioid receptors in the central nerve system. This receptor activation is caused to
analgesia, sedation, physical dependence, euphoria, and respiratory depression. Morphine has
several side effects from the gastrointestinal tract until the urinary tract in the form of
constipation, nausea and vomit.
Keyword : Morphine, analgesics, opioid, non-opioid, M3G, M6G, µ-opioid receptor, side effect
(M6G). senyawa ini aktif secara biologis dan MOR adalah reseptor G-protein-
dapat diukur dari sampel darah perifer. coupled yang dapat mengaktifkan beberapa
Biasanya jumlah metabolit M3G lebih banyak jalur pensinyalan seluler. Jalur pertama
daripada M6G (Gretton, et al, 2013). dimediasi oleh aktivasi G-protein sensitive
terhadap pertussis-toksin. Jalur kedua diinduksi
Aktivitas Farmakologi oleh perektrutan β-arrestin ke reseptor, yang
Morfin ialah agonis reseptor opioid, menyebabkan aktivasi selanjutnya dari kaskade
dengan efek utamanya yaitu berikatan serta pensinyalan “non-classical” lainya seperti jalur
mengaktivasi reseptor µ-opioid pada system protein kinase yang diaktifkan oleh mitogen.
saraf pusat. Aktivasi dari reseptor ini akan (Frölich, et al, 2011 ; Boyer, 2012).
menghasilkan efek analgesia, sedasi, physical Morfin umumya dianggap sebagai
dependence, euforia dan respiratory depression. agonis MOP pola dasar yang dibandingkan
Morfin adalah obat yang biasa dengan semua analgesic lainnya, juga
digunakan dalam manajemen dari nyeri akut menghilangkan tingkat aktivitas pada resptor
maupun kronis. Sering dijumpai juga tambahan, bertindak sebagai agonis pada
penggunaan morfin sebagai analgesic sebelum reseptor MOP, tetapi juga memiliki aktivitas
dilakukannya operasi, untuk anestesi regional pada reseptor KOP dan DOP.
dan nyeri sendi. Efek analgesic morfin Dimana agonis receptor MOP ini
mengambil bagian pada mu(µ) opioid receptor bertanggungjawab atas sebagian besar sifat
(MOR), sebuah G protein-coupled receptor analgesic dari opioid. Aktivitas pada reseptor
(GPCR) pada sel-sel neuron (Flemming, 2010). opioid juga bertanggungjawab atas banyak efek
Pengikatan morfin pada MOR samping yang biasanya terlihat dengan
menyebabkan aktivasi protein G dan penggunaannya. Opioid dapat menyebabkan
penghambatan adenylyl siklase. Pelepasan penurunan tingkat kesadaran dan euphoria,
adenosine monofosfat siklik (cAMP) berkurang, menjadikan seringnya disalahgunakan. (Morgan,
menyebabkan penghambatan saluran Ca2+ dan et al, 2012 ; Butler, et al, 2011).
Na+ sehingga menghasilkan efek analgesia. Mereka juga memberikan efek pada
Efek yang ditimbulkan morfin pada system system pernapasan, mengurangi laju pernapasan
saraf pusat ada dua, yaitu depresi dan stimulasi dan mendapatkan reflex jalan nafas, efek yang
(Zakaria, et al, 2015). dianggap menguntungkan selama anestesi
(Chang, et al, 2010).
Farmaka 137
Volume 17 Nomor 3
Dalam praktek klinis, morfin sering parah, menghilangkan rasa sakit sebelum,
diberikan melalui rute oral atau intravena, selama dan setelah operasi terutama operasi
meskipun subkutan, transdermal, sublingual, besar yang melibatkan tulang dan organ besar
imtramuskular, epidural, intratekal, dan rute (Charles, 2002).
intra-artikular juga biasa digunakan tergantung Morfin juga dapat digunakan sebagai
pada pengaturan. anestesi umum untuk menenangkan pasien, juga
Namun, karena kelarutan lemaknya anestesi regional seperti anestesi spinal atau
yang rendah, morfin menembus barrier darah- epidural (Chang, et al, 2010).
otak secara perlahan, hal ini menyebabkan
morfin memiliki onset efek yang relative lambat Efek Samping
jika diberikan melalui rute di luar barrier ini. Morfin memiliki efek pada beberapa
Dengan kata lain bahwa bahkan setelah organ saluran cerna. Di lambung, morfin dapat
pemberian secara intravena, efek analgesic menginhibisi sekresi HCl, sehingga
puncak tidak akan tercapai untuk beberapa menyebabkan pergerakan lambung menurun,
waktu. Pemberian morfin secara oral akan lebih tonus bagian antrum meningkat serta
lanjut bertindak untuk memperlambat timbulnya motilitasnya berkurang disamping itu sfringter
aksi ini dan mengurangi bioavailabilitas morfin pylorus berkontraksi, berakibat pada pergerakan
(Pathan dan Williams, 2012). pada isi lambung menuju duodenum melambat.
Pada usus halus, morfin dapat menurukan
Penggunaan Klinis sekresi empedu maupun pancreas, serta
Morfin dapat meringankan rasa sakit memperlambat penyerapan makanan pada usus
yang disebabkan oleh serangan jantung atau halus. Sedangkan di dalam usus besar, morfin
infark miokard. Nyeri ini biasanya berupa nyeri dapat menurukan atau meniadakan gerakan
dada yang parah dan menyiksa yang sering propulsi usus besar, meningkatkan tonus lalu
menjalan ke sisi dalam lengan kiri, leher, menyebabkan spasme pada usus besar, hal ini
punggung, dan kepala. Bidang ini adalah salah mengakibatkan penerusan isi kolon diperlambat
satu penggunaan morfin yang penting dalam dan tinja menjadi lebih keras (Charles, 2002)
praktik klinis saat ini (Pathan dan Williams, Konstipasi atau sembelit ada masalah
2012). umum, terjadi pada 40% - 95% pasien yang
Selain itu, morfin juga dapat diberikan opioid, bahkan hanya dengan dosis
menghilangkaan nyeri tulang dan sendi yang tunggal morfin. Walaupun sering dianggap
Farmaka 138
Volume 17 Nomor 3
sebagai efek samping yang sepele, konsekuensi menghambat neurotransmiter pada reseptor
jangka panjang dari sembelit dapat tersebut. Impuls efferen akan melalui saraf
menyebabkan morbiditas dan mortalitsa yang kranialis V, VII, IX, X dan XII lalu ke
signifikan, dengan efek buruk pada kualitas saluran gastrointestinal sehingga dapat
hidup pasien. menimbulkan efek mual dan muntah
Sembeli parah dapat memaksa pasien (Acalovschi, 2002).
untuk mengurangi dosis opioid yang Morfin juga mempengaruhi saluran
mengakibatkan penurunan analgesia. Sembelit berkemih. Mekanisme retensi urin masih belum
kronis dapat menyebabkan pembentukan wasir, sepenuhnya dipahami. Opioid dalam hal ini
nyeri rectum dan rasa terbakar, sumbatan usus, morfin dikenal dapat meengurangi tonus
dan potensi pecahnya usus dan kematian. detrusor dan kekuatan kontraksi, mengurangi
Opioid mengaktifkan reseptor mu disaluran sensasi penuh dan keinginan untuk
pencernaan yang bertanggungjawab atas membatalkan, serta menghambat reflex
motilitas usus membentuk distribusi vascular berkemih. Efek ini bersifat nalokson reversible.
serta aplikasi local ke usus. Efek samping jantung dari opioid tidak
Morfin dapat bertindak dalam CNS terlalu umum. Morfin telah dikaitkan dengan
untuk mengubah aliran otonom ke usus. Perifer pelepasan histamine dan akibat vasodilatasi dan
mempengaruhi motilitas usus dengan stimulasi hipotensi. Efek samping ini sebagian diblokir
langsung reseptor opioid dalam system saraf oleh H1 antagonis tetapi sepenuhnya dibalik
enteric. (Benyamin, et al, 2008). oleh nalokson. Stimulasi dari parasimpatis juga
Mual dan muntah yang terjadi sebagai berkontribusi terhadap terjadinya bradikardia
efek samping morfin, disebabkan oleh akibat (Benyamin, et al, 2008).
morfin menstimulasi pada pusat muntah di
bagian otak medulla oblongata. Ketika pusat Penyalahgunaan
muntah menerima rangsangan impuls afferen Neurogenesis yang adekuat penting
dari CTZ dimana melalui stimulasi langsung untuk fungsi otak. Oleh karena itu, penguangan
maupun tidak pada saluran pencernaan. Pada neurogenesis yang diinduksi morfin dapat
area pusat muntah itu, terdapat banyak reseptor- mempengaruhi kkinerja memori, pembelajaran,
reseptor yang memiliki peran dalam proses reaktivitas emosional, dan tingkat kecemasan.
terjadinya mual dan muntah, sedangkan Ada kemungkinan bahwa seiring dengan
antiemetik umumnya bekerja dengan penurunan kemampun belajar, adaptasi dalam
Farmaka 139
Volume 17 Nomor 3
Butler, S.F., et al. 2011. Abuse Risks And Nineteeth-Century Britain. Burlington:
Routes Of Administration Of Different Ashgate Publishing Company
Prescription Opioid Compounds And Framitafreshi, H., Karimian, M., Marefati, N.
Formulations. Harm Reduction Journal. 2015. Long-Term Morphine Addiction
Vol 8:29 Reduces Neurogenesis And Memory
Chang, et al. 2010. A Comparison Of The Performance And Alters Emotional
Respiratory Effects Of Oxycodone Reactivity And Anxiety Levels In
Versus Morphine: A Randomised, Male Rats. Dove Press Journal: Open
Double-Blind, Placebo-Controlled Access Animal Physiology. Vol 7 pp
Investigation. Anaesthesia. Vol 65 pp 129-136
1007-1012 Frölich, N., et al. 2011. Distinct
Charles, E., I. 2002. Clinical Pharmacology of Pharmacological Properties Of
Opioid for Pain. The Clinical Journal of Morphine Metabolites At G-Protein
Pain. Vol 18 No. 4 And Β-Arrestin Signaling Pathways
Courtwright, D. T. 2001. Forces Of Habit. Activated By The Human µ-Opioid
Drugs and The Making of The Modern Receptor. Biochemical Pharmacology,
World. Harvard University Press Elsevier. hal-00690183
Dilokthornsakul, et al. 2016. Risk Factors of Gretton, et al. 2013. Plasma Morphine and
Prescription Opioid Overdose Among Metabolite Concentrations Are
Colorado Medicaid Beneficiaris. The Associated With Clinical Effects of
Journal of Pain. Vol 17 No.4 pp 436- Morphine in Cancer Patients. Journal of
443 Pain and Symptom Management. Vol
Flemming, K. 2010. The Use of Morphine to 45 No. 4
Treat Cancer –Related Pain: A Holtman, et al. 2010. The analgesic and toxic
Synthesis of Quantitative and effects of nornicotine enantiomers alone
Qualitative Research. Journal of Pain and in interaction with morphine in
and Symptom Management. Vol 39 rodent models of acute and persistent
No.1 pain. Pharmacol Biochem Behav. Vol
Foxcroft, L. 2007. The Making of Addiction: 94(3): 352
The ‘Use and Abuse’ of Opium in Morgan, et al. 2012. Effects of Morphine on
Thermal Sensitivity in Adult and Aged
Farmaka 141
Volume 17 Nomor 3