Anda di halaman 1dari 2

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan konsekuensi yang kompleks.

Berbagai tantangan yang diakibatkan penuaan penduduk telah mencakup hampir setiap aspek
kehidupan. Untuk menyikapi kondisi tersebut, dibutuhkan suatu program pembangunan
kelanjutusiaan yang mampu mengayomi kehidupan lansia.

Pada tahun 2022, terdapat delapan provinsi yang termasuk ageing population yaitu
Sumatera Barat, Lampung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara,
dan Sulawesi Selatan (Badan Pusat Statistik, 2022). Lima dari sembilan kabupaten/kota di
Provinsi Bali memiliki persentase lansia diatas angka persentase lansia Provinsi Bali. Kelima
kabupaten/kota tersebut adalah Tabanan, Klungkung, Bangli, Gianyar, dan Karangasem. Kota
Gianyar, pada bagian barat berbatasan dengan kota Badung dan Denpasar, bagian utara
berbatasan dengan Bangli, bagian timur berbatasan dengan Klungkung dan bagian selatan
berbatasan dengan Selat Bandung dan Samudra Indonesia.

Berdasarkan hasil sensus dan proyeksi, penduduk lansia di Bali mengalami


peningkatan secara terus menerus. Struktur penduduk Bali yang mulai berada pada ageing
population ditandai dengan persentase penduduk lansia dari tahun 2010 yang telah mendekati
10 persen, dan dalam periode 10 tahun yaitu pada tahun 2020 mencapai 11,58 persen.
Kondisi ini diproyeksikan akan mencapai lebih dari 10 persen pada tahun-tahun mendatang.
Peningkatan penduduk lansia sering dikaitkan dengan masa transisi fenomena baby boom
pada masa lalu yang telah bergeser ke periode elderly boom (Bagian penjelasan Perda
Provinsi Bali No. 11 Tahun 2018). Persentase lansia Bali yang tinggal sendiri secara rata-rata
bergerak antara 5,44 – 6,35 persen, sedangkan rata-rata nasional bergerak antara 8,90 – 10,41
persen.

Dalam usaha menjadikan lansia sebagai aset pembangunan, pemahaman yang


mendalam dari berbagai aspek yang berkaitan dengan lansia menjadi sangat penting.
Pemahaman ini diperlukan mengingat para lansia mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda dengan penduduk pada umumnya. Umumnya, lansia mengalami penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain (Kuntjoro, 2002).
Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Menurut survei Perhimpunan Gerontologi Medik
Indonesia (PERGEMI), sebanyak 24,6% penduduk lanjut usia di Indonesia memiliki riwayat
penyakit kronis. Dari kelompok lansia dengan riwayat tersebut, mayoritasnya atau 37,8%
memiliki penyakit hipertensi. Kemudian 22,9% memiliki penyakit diabetes, 11,9% penyakit
rematik, dan 11,4% penyakit jantung.

Namun, umumnya lansia saat ini lebih berpendidikan, lebih sehat, dan lebih terpapar
pengetahuan dan informasi yang menjadi bekal untuk meningkatkan kualitas hidup lebih baik
dibandingkan dengan lansia di masa lalu (Peraturan Presiden RI Nomor 88 tahun 2021
tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan). Oleh karena itu, dibutuhkan strategi dan kebijakan
yang tepat sehingga dapat menciptakan lansia yang sejahtera. Persiapan untuk membentuk
lansia yang produktif harus disiapkan sejak dini. Hal ini memerlukan upaya yang terencana,
multidisiplin, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan sektor swasta.

Anda mungkin juga menyukai