Kimia Analitik
Dasar
dengan Strategi Problem Solving
dan Open-ended Experiment
Editor:
Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si.
i
PERHATIAN
KECELAKAAN BAGI ORANG-ORANG YANG CURANG
(QS Al-Muthaffifin Ayat 1)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku ajar
ini dapat tersusun dengan baik. Buku ajar ini disusun untuk mahasiswa
calon guru agar mahasiswa tidak hanya menguasai tentang materi
subyek saja, tetapi juga dapat memvariasikan pendekatan, strategi, dan
metode pembelajaran untuk nantinya dikembangkan di sekolahnya
masing-masing.
Penyusunan buku ajar ini dilatarbelakangi oleh kesulitan yang
dialami mahasiswa dalam menyelesaikan problem analitik serta hasil
penelitian disertasi. Dengan demikian buku ini disusun untuk
memudahkan mahasiswa dalam memahami materi analisis kuantitatif,
khususnya analisis gravimetri dan analisis titrimetri. Mahasiswa
diharapkan membaca Bab I terlebih dulu sebelum mempelajari materi
analisis kuantitatif. Selain itu mahasiswa juga diharapkan untuk
melakukan latihan soal yang terdapat pada setiap Bab untuk
meningkatkan kemampuan problem solving. Kemampuan problem
solving tidak muncul begitu saja, namun memerlukan latihan.
Penyusunan buku ajar didahului dengan penjelasan tentang karak-
teristik materi kimia analitik, startegi problem solving, dan kegiatan ope-
n-ended experiment. Hal ini dilakukan agar mahasiswa memahami
terlebih dahulu tentang strategi dan tahapan problem solving, sehingga
dapat menerapkannya dengan baik ketika mempelajari materi analisis
kuantitatif. Bab selanjutnya mengkaji tentang pengolahan data hasil
analisis kuantitatif. Kajian pada Bab II mengupas tentang galat yang
muncul selama analisis, angka bermakna, perhitungan statistik
sederhana, outlier, serta ketepatan dan kecermatan.
Sebelum mempelajari analisis kimia kuantitatif, maka Bab III akan
mengantarkan mahasiswa memahami tentang jenis dan penggunaan
peralatan dalam analisis kuantitatif, tahapan yang dilakukan dalam
analisis kuantitatif, dan bagaimana cara membuat larutan yang akan
iii
digunakan dalam analisis. Uraian analisis kuantitatif konvensional
terdapat pada Bab IV. Pembahasan diawali dengan penggolongan
analisis kuantitatif dilanjutkan dengan pendahuluan metode analisis
gravimetri dan titrimetri, serta bentuk-bentuk open-ended experiment
dalam Dasar Kimia Analitik.
Uraian materi analisis kimia kuantitatif konvensional secara
lengkap dimulai dari analisis gravimetri pada Bab V dan analisis
titrimetri pada Bab VI sampai dengan Bab IX. Pada Bab VI menjelaskan
tentang titrasi asam basa, dilanjutkan dengan titrasi pengendapan pada
Bab VII. Titrasi pembentukan kompleks dikaji pada Bab VIII, sedangkan
titrasi redoks terdapat pada Bab IX. Pembahasan untuk setiap jenis
titrasi meliputi definisi, kurva titrasi, indikator, penerapannya, dan
beberapa soal terkait dengan penentuan kuantitas analit. Beberapa
latihan soal diberikan dengan cara penyelesaiannya menggunakan
tahapan problem solving. Pada setiap Bab dari buku ini dilengkapi juga
dengan kesimpulan, pertanyaan untuk mereviu pemahaman mahasiswa,
dan daftar pustaka yang dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa
dalam menjawab soal ataupun memahami dan mempelajari lebih lanjut
tentang materi tersebut.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Anna
Permanasari, M.Si yang telah banyak membantu dalam menyem-
purnakan isi buku ini, Subdit HKI dan Publikasi DP2M Dirjen Dikti yang
telah memfasilitasi penyusunan buku ajar ini. Tak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada suami tercinta serta ananda M. Reza Nur Hakim
dan Rizki Rafli Darmawan yang telah memberikan motivasi hingga buku
ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih
banyak kekurangan dan masih perlu penyempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan masukan, saran, komentar dan kritikan untuk
menyempurnakan buku ajar ini.
iv
DAFTAR ISI
v
B. RINGKASAN ......................................................................... 52
C. PERTANYAAN ...................................................................... 53
D. DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 53
vi
B. RINGKASAN ....................................................................... 133
C. PERTANYAAN .................................................................... 134
D. DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 136
vii
viii
BELAJAR KIMIA ANALITIK
BAB DENGAN STRATEGI PROBLEM
1 SOLVING DAN OPEN-ENDED
EXPERIMENT
A. URAIAN MATERI
a. Uji kualitas.
Kualitas udara di sekitar kita, air yang kita minum, ataupun
makanan yang kita santap dapat ditentukan komponen-komponen
penyusunnya. melalui analisis kimia. Selain itu, analisis kimia juga
digunakan secara rutin untuk menentukan mutu atau kualitas suatu
bahan baku yang akan digunakan, produk setengah jadi ataupun
produk jadi. Hasil yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan
spesifikasi yang ditetapkan. Bidang ini disebut pengawasan mutu
atau quality control.
B. RINGKASAN
1. Kimia analitik berisikan sejumlah pengetahuan dan keterampilan
untuk menentukan komposisi dan struktur materi yang diawali
dengan pengambilan sampel, melakukan pengukuran, menganalisis
data yang diperoleh, dan menjelaskannya menjadi informasi
pengetahuan yang baru.
C. PERTANYAAN
1. Mengapa Anda harus mempelajari Kimia Analitik?
2. Jelaskan peranan Kimia Analitik yang dapat Anda terapkan dalam
kehidupan sehari-hari!
3. Menurut Anda, apakah strategi problem solving dan open-ended
experiment dapat diterapkan pada mata kuliah Kimia Dasar?
Jelaskan jawaban Anda!
4. Bagaimana peran strategi problem solving terhadap proses berpikir
Anda dalam mempelajari materi kimia analitik?
5. Indikator asam basa merupakan senyawa yang menunjukkan
warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa. Apakah bunga
tapak dara dapat berfungsi sebagai indikator asam basa?
Bagaimana cara Anda mengujinya?
6. Anda ingin membuat 100 mL larutan HClO4 0,10 M dari larutan
HClO4 yang memiliki densitas atau kerapatan 1,242 g/mL dan kadar
34%.. Bagaimana Anda dapat membuat larutan tersebut?
D. DAFTAR PUSTAKA
Cooper, M.M. et al. (2008). “An Assessment of the Effect of Collaborative
Groups on Students’ Problem-Solving Strategies and Abilities”.
Journal of Chemical Education. 85, (6), 866-872
Feranie, S. & Tayubi, Y. R. 2009. “Model Pembelajaran yang Memadukan
Pendekatan Konseptual Interaktif dan Strategi Problem Solving
untuk Perkuliahan Kimia Dasar”. Makalah. Tersedia:
Http://upi.edu. presentasi_seminar_pasca-selly.pdf.
A. URAIAN MATERI
Problem 2.1
Seorang mahasiswa menentukan kadar kalsium dalam daun
kelor menggunakan metode gravimetri. Kadar kalsium yang
dihasilkan adalah 3,2% (b/b). Kadar kalsium yang diperoleh
menunjukkan adanya perbedaan yang cukup besar dibandingkan
pengukuran yang dilakukan oleh laboran dengan sampel dan
metode yang sama. Hasil pengukuran laboran menunjukkan kadar
kalsium sebesar 7,8%. Mengapa hal ini terjadi? Apakah data
tersebut dapat digunakan ataukah dirata-ratakan? Jelaskan!
b. Galat Operasional
Galat operasional biasanya terjadi karena terbatasnya
kemampuan seorang analis dalam melakukan analisis kimia.
Misalnya mengambil sejumlah volume tertentu larutan sampel yang
akan dianalisis dengan menggunakan pipet ukur, membiarkan
masih ada gelembung udara yang ada dalam buret, meniup cairan
yang terdapat pada ujung pipet ukur, menimbang zat higroskopis
pada cawan dengan menggunakan timbangan teknis, atau salah
dalam mengoperasikan instrumen. Untuk meminimalkan kesalahan
dalam pengukuran dengan menggunakan instrumen dapat
meminta bantuan dari operator.
c. Galat Instrumen
Galat instrumen terjadi karena ketidakmampuan instrumen
(alat ukur) untuk beroperasi sesuai dengan standar yang
diperlukan. Misalnya dalam penggunaan timbangan analitis yang
belum dikalibrasi. Oleh karena itu setiap instrumen harus
dilakukan kalibrasi dan optimasi sebelum digunakan.
Selain galat pasti dan galat tidak pasti, dalam analisis kimia juga
terdapat galat terkait dengan perolehan hasil penentuan kuantitas suatu
analit. Jenis galat tersebut adalah galat mutlak dan galat relatif. Galat
mutlak ditentukan dengan menghitung selisih antara nilai terukur
dengan nilai sebenarnya. Jangan lupa Anda harus memperhatikan
tandanya (positif atau negatif) dan menggunakan satuan yang sama.
Contoh, massa zat dalam sampel adalah 2,72 g. Setelah sampel
tersebut dianalisis ternyata massa yang terukur sama dengan 2,62 g.
Jadi galat mutlaknya adalah (2,62 g – 2,72 g) = –0,10 g. Apabila nilai
yang terukur merupakan rerata dari beberapa hasil pengukuran maka
disebut galat rata-rata. Adapun galat relatif merupakan persentase
kesalahan mutlak atau kesalahan rata-rata terhadap nilai sebenarnya.
Dengan demikian galat relatif untuk contoh di atas adalah
−0,10 g
2,72 g
x 100% = −3,7%.
Problem 2.2
Berdasarkan contoh yang telah Anda pelajari maka:
1. Mengapa galat mutlak dan galat relatif dapat bernilai negatif?
2. Bagaimana rumus umum dari galat mutlak dan galat relatif
berdasarkan penjelasan dan contoh di atas?
Galat mutlak dan galat relatif dapat bernilai negatif ketika hasil
pengukuran lebih kecil daripada hasil perhitungan (hasil teoritis atau
hasil sesungguhnya). Rumus yang digunakan untuk menentukan galat
mutlak dan galat relatif adalah:
Galat mutlak = nilai hasil pengukuran – nilai hasil perhitungan ........ (2.1)
c. Operasi pangkat
Jika terdapat persamaan matematis:
y = bn ................................................................................................................ (2.7)
maka standar deviasi relatif dari y dan b dihubungkan oleh
persamaan:
𝑠𝑦 𝑛.𝑠
𝑦
= 𝑏 𝑏 .......................................................................................................... (2.8)
Contoh Soal
Derajat keasaman (pH) suatu larutan ditentukan berdasarkan
rumus:
pH = -log [H+].
Jika[H+] adalah 1,9 x 10-4 dengan standar deviasi 1,3 x 10-5, maka
berapakah pH larutan, standar deviasi mutlak dan standar deviasi
relatifnya?
Jawab
pH = -log [H+] = -log (1,9 x 10-4) = 3,7
untuk mendapatkan standar deviasi dari nilai pH maka rumus pH
diubah menjadi:
d(pH ) 0,434
pH = -0,434 ln [H+] sehinggad( H + ) = − [H +]
Berdasarkan persamaan (2.6), maka standar deviasi dari pH larutan
adalah:
0,434
𝑠𝑝𝐻 = 𝑠[𝐻 +] − [𝐻 + ] sehingga
0,434
𝑠𝑝𝐻 = (1,3 x 10−5 ) − {1,9 𝑥 10 −4 )
= 0,03
𝑠𝑝𝐻 0,03
Standar deviasi relatif (rsd) = 100 x 𝑝𝐻
= 100 𝑥 3,7
= 0,8%
Kesimpulan:
Standar deviasi mutlak = 0,03 dan standar deviasi relatif = 0,8%
Problem 2.3
Dua orang mahasiswa masing-masing menimbang 0,2500
gram natrium hidroksida (Mr = 40,0) dan melarutkannya hingga
volume 100 mL. Mahasiswa A menyatakan larutan yang dihasilkan
memiliki konsentrasi 0,0625 M sedangkan mahasiswa B mencatat
konsentrasi larutan sebesar 0,06. Manakah hasil yang benar?
Problem 2.4
Seorang analis telah melakukan pengukuran kadar klorida
dalam garam yang dihasilkan dari industri garam di dekat pantai
Talise di kota Palu menggunakan metode goravimetri dan
titrimetri. Data hasil pengukuran selanjutnya diolah. Analis
tersebut ingin membandingkan apakah metode gravimetri dan
titrimetri memberikan kadar klorida yang sama. Menurut Anda,
parameter apa yang diperlukan analis dalam mengolah data yang
diperolehnya?
Contoh Soal:
1. Hasil pengukuran kadar besi dalam air sumur di kelurahan X adalah
sebagai berikut: 101,4; 101,2; 101,5; 101,9; dan 101,6 ppm.
a. Berapakah besarnya konsentrasi rerata sampel, rentang, dan
simpangan baku?
b. Berapakah rata-rata kadar besi dalam air sumur di kelurahan X
pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%?
Jawab:
(101,4+101,2+ 101,5+101,9+101,6) 𝑝𝑝𝑚
a. Rerata sampel: = 101,5 𝑝𝑝𝑚
5
Rentang = (101,9 – 101,2) ppm = 0,7 ppm
4. Outliers
Sebelum Anda memahami pengertian ourliers, maka perhatikan
Problem 2.5. Peristiwa yang dialami oleh mahasiswa dalam Problem 2.5
sering terjadi dalam pengukuran. Data yang dihasilkan ada
kemungkinan tidak sesuai dengan yang Anda harapkan. Bahkan
Problem 2.5
Seorang mahasiswa mencatat volume larutan NaOH yang
diperlukan untuk tercapainya titik akhir adalah sebagai berikut
(mL):
12,12 12,15 12,13 13,14 12,12
Apakah semua data dapat digunakan dalam pengolahan
selanjutnya? Kalau tidak, tentukanlah data mana yang dapat Anda
gunakan dan data mana yang tidak dapat Anda gunakan?
Problem 2.6
Empat orang mahasiswa menitrasi 10 mL larutan HCl 0,10 M
dengan larutan NaOH 0,10 M menggunakan indikator
fenolftalein. Setiap mahasiswa melakukan lima kali titrasi.
Banyaknya volume NaOH yang ditambahkan hingga muncul
warna merah terdapat pada Tabel 2.3. Bagaimana dengan
ketepatan dan kecermatan dari hasil pengukuran keempat orang
mahasiswa tersebut?
Tabel 2.3 Hasil Pengukuran oleh Empat Orang Mahasiswa
Mahasiswa Volume larutan NaOH 0,10 M (mL)
A 10,08 10,11 10,09 10,10 10,12
B 9,88 10,14 10,02 9,80 10,21
C 10,19 9,79 9,69 10,05 9,78
D 10,04 9,98 10,02 9,97 10,04
C. PERTANYAAN
1. Anda ingin membuat larutan standar Boraks Na2B4O7.10H2O
dengan konsentrasi 0,0500 M. Untuk keperluan tersebut, Anda
menimbang 10,645 gram Boraks kemudian dilarutkan sampai 1000
ml dalam labu ukur. Identifikasikan kesalahan-kesalahan yang
muncul dalam pembuatan larutan standar boraks!
2. Hasil kali kelarutan garam perak (AgX) adalah 4,0(±0,4) x 10-8.
Kelarutan molar AgX dalam air adalah 2,0 x 10-4. Berapakah galat
kelarutan garam AgX dalam air?
3. Statistika diperlukan dalam menginterpretasi data hasil
pengukuran. Ketika Anda membandingkan hasil pengukuran
klorida secara gravimetri dan titrimetri, parameter statistika apa
sajakah yang Anda perlu untuk menentukan ada tidaknya
perbedaan antara hasil pengukuran secara gravimetri dan
titrimetri?
4. Hasil pengukuran kadar nikel (%b/b) dalam uang logam Rp.
1.000,00 menunjukkan hasil sebagai berikut:
5,62 5,54 5,54 5,68 5,55 5,55 5,55 5,63
Berapakah rerata, median, rerata, simpangan baku, dan varians dari
data tersebut?
5. Hasil analisis kadar (%b/b) tembaga dalam cincin imitasi adalah
sebagai berikut:
D. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw-Hill
Companies, Inc
Miller, J.C. dan Miller, J.N., 1988, Statistic for Analytical Chemistry, Ellis
Horward Limited, New York
Skoog, D. A., West, D.M., Holler, F.J., & Crouch, S.R. 2004. Fundamentals of
Analyitical Chemistry. 8th. ed. Canada: Brooks/Cole-Thomson
Learning Academic Resource
Tim Kimia Analitik. 2000. Dasar-dasar Kimia Analitik. Bandung: Jurdik
Kimia UPI
A. URAIAN MATERI
1. Peralatan Dasar dalam Analisis Kimia Kuantitatif
Problem 3.1
Anda ingin mengambil 25,00 mL larutan sampel untuk
dianalisis menggunakan metode titrimetri. Di laboratorium
terdapat peralatan untuk mengambil dan mengukur volume seperti
pipet tetes, pipet gondok (pipet volume), pipet ukur, buret, dan
gelas ukur. Manakah diantara peralatan tersebut yang harus Anda
gunakan? Mengapa Anda memilih peralatan tersebut?
7) Gelas ukur
Gelas ukur merupakan peralatan yang
digunakan untuk mengukur volume dengan
ketelitian yang rendah. Umumnya gelas
ukur terbuat dari kaca, namun ada juga yang
terbuat dari plastik yang tahan terhadap zat-
zat kimia. Gelas ukur berbentuk silinder yang
pada bagian bawahnya terdapat penyangga,
sehingga gelas ukur dapat diletakkan dalam
posisi tegak. Gelas ukur memiliki skala di
sepanjang dindingnya.
b. Peralatan pendukung
Peralatan pendukung diperlukan untuk menunjang keterlak-
sanaan dan keberhasilan suatu metode analisis kimia kuantitatif,
sehingga hasil yang diperoleh maksimal. Beberapa jenis peralatan
pendukung yang diperlukan dalam analisis kimia kuantitatif
konvensional adalah:
6) Corong Buchner
Corong Buchner merupakan peralatan
yang umumnya terbuat dari porselen,
namun demikian ada juga yang terbuat
dari kaca atau plastik. Pada permukaan
atau dasar corong terlihat bagian yang
berpori-pori. Bagian ini nantinya dilapisi
kertas saring yang dibasahi dengan
pelarut. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kebocoran pada awal penyaringan.
Penggunaan corong Buchner biasanya
dilakukan dengan bantuan pompa vakum.
Pompa vakum berfungsi untuk menghisap cairan yang terdapat
dalam campuran yang disaring, sehingga proses penyaringan
menjadi lebih cepat. Penyaringan dengan corong Buchner
dilakukan untuk campuran halus seperti koloid. Misal penyaringan
endapan logam-oksin yang berwarna kuning ataupun endapan
aluminium hidroksida.
7) Cawan Porselen
Cawan porselen memiliki diame-
ter 90 mm, tinggi 35 mm, dan volu-
menya 100 mL. Permukaan cawan por-
selen bersifat glasir, sehingga memu-
dahkan untuk pemanasan. Glasir
adalah lapisan keras yang berkilap
pada porselen atau keramik
8) Desikator
Desikator merupakan panci
bersusun dua. Bagian bawah diisi
dengan bahan pengering dan
dilengkapi dengan penutup yang sulit
dilepas dalam keadaan dingin karena
dilapisi vaselin. Desikator ada dua
jenis yaitu desikator biasa dan
desikator vakum.
Desikator vakum pada bagian
tutupnya terdapat katup yang dapat dibuka dan ditutup, serta
dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa
digunakan adalah silika gel. Desikator berfungsi sebagai tempat
menyimpan sampel yang harus bebas air dan mengeringkan
padatan. Setelah sampel dikeringkan atau setelah dekomposisi,
sampel harus didinginkan dalam desikator pada temperatur kamar.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyerapan
kembali kelembapan.
9) Erlenmeyer
Erlenmeyer merupakan
peralatan laboratorium yang
terbuat dari kaca pyrex (tahan
panas). Diameter Erlenmeyer
semakin ke atas semakin kecil.
Sepanjang dinding Erlenmeyer
terdapat skala. Ukuran dan
kapasitas Erlenmeyer ber-
variasi. Ada yang berukuran 50
mL, 100 mL, 200 mL, 250 mL
sampai 2 L. Erlenmeyer berfungsi untuk menyimpan dan
memanaskan larutan, serta untuk menampung filtrat hasil
penyaringan. Selain itu erlenmeyer juga digunakan sebagai wadah
larutan analit dalam analisis titrimetri.
14) Spatula
Spatula terbuat dari baja tahan
katat (stainless steel) atau alumunium,
berbentuk sendok panjang dengan
bagian ujung atasnya datar. Spatula
digunakan untuk mengambil bahan
kimia yang tersedia dalam bentuk
padat.
Problem 3.2
Seorang analis ingin membuat 100 mL larutan natrium
hidroksida dengan konsentrasi 0,1 M. Di laboratorium tersedia
NaOH padat. Menurut Anda, peralatan apa saja yang dibutuhkan
untuk membuat larutan tersebut dan bagaimana tingkat ketelitian
dari peralatan yang telah Anda pilih?
Problem 3.3
Seorang mahasiswa bermaksud menentukan kadar merkuri
dalam air sungai di sekitar pendulangan emas Poboya. Bagaimana
cara (tahapan) yang dilakukan mahasiswa tersebut untuk
menentukan kuantitas merkuri dalam air sungai tersebut?
c. Sampling
Sampling merupakan tahap awal yang dilakukan dalam analisis
kimia kuantitatif, yaitu mengambil sebagian dari materi/obyek
yang akan dianalisis. Pengambilan sampel harus representatif,
artinya dapat mewakili keseluruhan materi yang dianalisis. Ketika
akan menganalisis kadar merkuri dalam air sungai yang mengalir di
Poboya, maka perlu dilakukan pengambilan sampel dari beberapa
titik pada setiap jarak tertentu (misal 100 m). Selain itu kedalaman
dan jarak dari tepi juga harus dipertimbangkan sehingga sampel
yang kita ambil dapat mewakili populasi air sungai. Pengambilan
sampel tersebut dinamakan teknik pengambilan sampling secara
gabungan (integrated sampling). Selain integrated sampling, ada
jenis teknik sampling lainnya yaitu Grab sampling dan automatic
sampling (Pradipa, 2013). Pada Grab sampling, sampel diambil
secara langsung pada badan air yang sedang dipantau. Sampel
tersebut hanya menggambarkan keadaan zat cair pada saat
pengambilan sampel. Adapun automatic sampling dilakukan ketika
Anda akan menentukan kualitas air secara terus-menerus.
Pengambilan sampel dilakukan secara berkala pada waktu-waktu
tertentu.
Bagaimana kalau sampel berwujud padat? Untuk sampel
berwujud padat, maka sampel harus digerus/digiling, selanjutnya
dilakukan pengayakan menggunakan ayakan berukuran mesh
untuk mendapatkan sampel yang homogen. Apabila jumlah sampel
yang diambil banyak, sedangkan yang Anda butuhkan hanya
sedikit, maka sampel homogen tersebut dikumpulkan menjadi
kerucut. Ujung kerucut ditekan lalu dibagi menjadi empat bagian
yang sama dengan jalan menarik dua garis tengah yang saling tegak
lurus. Bagian yang berseberangan diambil sebagai sampel. Apabila
jumlah tersebut masih banyak, maka kerjakan dengan cara yang
sama, sehingga jumlah sampel yang digunakan dapat mewakili
populasi.
e. Pengukuran
Tahap ketiga yang dilakukan dalam analisis kimia adalah
melakukan pengukuran. Metode untuk analisis kuantitatif konven-
sional antara lain gravimetri dan titrmetri. Namun, sebagian besar
orang lebih memilih metode fisiko-kimia yang melibatkan
penggunaan instrumen modern yang lebih efisien, efektif, serta
mudah dan cepat dalam pengoperasian.
3. Konsentrasi Larutan
Problem 3.4
Berapakah konsentrasi dari larutan yang mengandung 4,00 g
NaOH (Massa molar = 39,997 g/mol) dalam 250 mL larutan?
4. Pembuatan Larutan
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih yang
dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah tertentu (gram atau
mL) zat terlarut dalam sejumlah volume pelarut yang sesuai, sehingga
diperoleh volume yang tepat. Dengan demikian pada saat Anda akan
membuat larutan, maka Anda perlu memerhatikan terlebih dahulu
bahan kimia yang tersedia. Bahan kimia tersebut dapat berupa padatan
atau cairan. Apabila bentuk zat yang akan dibuat larutan berupa
padatan, maka zat tersebut harus ditimbang sesuai dengan yang
dibutuhkan. Banyaknya zat yang ditimbang dapat Anda tentukan
melalui perhitungan berdasarkan hubungan antara konsentrasi dan
volume larutan yang diperlukan. Adapun jika zat yang akan dibuat
dalam bentuk cairan, maka dilakukan pengukuran sejumlah volume
dengan memperhitungkan massa jenis dan kadar zat terlarut dalam
keadaan pekat.
Contoh soal berikut ini mendeskripsikan cara menyiapkan larutan
dengan konsentrasi dan volume tertentu dari larutan pekatnya.
Perhatikan baik-baik!
B. RINGKASAN
1. Analisis kimia kuantitatif memerlukan peralatan dengan tingkat
akurasi dan presisi yang tinggi. Selain itu juga memerlukan
beberapa peralatan laboratorium pendukung untuk keterlaksanaan
dan keberhasilan analisis.
2. Tahapan yang perlu diperhatikan dalam analisis kuantitatif adalah
sampling, pengubahan cuplikan menjadi bentuk yang sesuai untuk
diukur, pengukuran, dan perhitungan serta interpretasi data hasil
perhitungan.
3. Molaritas (M) yaitu banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000
mL larutan.
4. Persen berat (%b/b) yaitu banyaknya gram zat terlarut dalam 100
mL larutan
5. Persen volum (%v/v) yaitu banyaknya volum (mL) zat terlarut
dalam 100 mL larutan
6. Persen berat per volume (%b/v) yaitu banyaknya gram zat terlarut
dalam 100 mL larutan
7. Bagian per juta (ppm) yaitu banyaknya miligram zat terlarut dalam
1 L larutan.
8. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui dengan pasti. Larutan standar dibedakan dua yaitu
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer merupakan larutan yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara penimbangan, sedangkan larutan standar sekunder
merupakan larutan yang konsentrasinya diperoleh melalui titrasi
dengan larutan standar primer.
D. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw-Hill
Companies, Inc
Miller, J.C. dan Miller, J.N., 1988, Statistic for Analytical Chemistry, Ellis
Horward Limited, New York
Skoog, D. A., West, D.M., Holler, F.J., & Crouch, S.R. 2004. Fundamentals of
Analyitical Chemistry. 8th. ed. Canada: Brooks/Cole-Thomson
Learning Academic Resource
Tim Kimia Analitik.2000. Dasar-dasar Kimia Analitik. Bandung: Jurdik
Kimia UPI
Yunita. 2009. Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia. Bandung: CV.
Insan Mandiri
Problem 4.1
Apa yang akan tejadi ketika Anda menambahkan larutan
barium klorida ke dalam larutan amonium sulfat sedikit demi
sedikit? Apakah jumlah barium klorida yang ditambahkan harus
sama dengan jumlah larutan amonium sulfat? Ataukah jumlah
barium klorida yang ditambahkan harus berlebih? Mengapa
demikian?
Metode analisis gravimetri yang akan dibahas dalam buku ajar ini
adalah metode analisis gravimetri dengan cara pengendapan. Prinsip
dari metode analisis gravimetri berdasarkan reaksi:
xAy+(aq) + yRx-(aq) → AxRy(s)
Persamaan reaksi tersebut menyatakan sejumlah x mol larutan A
bereaksi dengan y mol larutan R menghasilkan endapan AxRy. Larutan A
merupakan analit dan R merupakan pereaksi (reaktan) pengendap.
Pereaksi pengendap biasanya ditambahkan secara berlebihan untuk
menekan kelarutan endapan yang dihasilkan. Endapan AxRy merupakan
senyawa yang sangat sedikit larut dan dapat ditimbang. Terkadang
endapan yang telah dikeringkan masih diperlakukan lebih lanjut dengan
pembakaran menjadi senyawa yang memiliki komposisi tertentu.
Senyawa tersebut kemudian ditimbang, sehingga diperoleh berat yang
konstan. Contoh analisis ion Fe3+ yang diendapkan dengan larutan
amoniak menurut reaksi:
Fe3+(aq) + 3 NH4OH(aq) → Fe(OH)3(s) + 3 NH4⁺(aq)
a. Kegiatan 1
Sebuah botol berisi larutan kalium sulfat dengan konsentrasi
tertentu. Tugas Anda adalah bagaimana menentukan konsentrasi
kalium sulfat tersebut menggunakan prinsip analisis gravimetri.
1) Senyawa atau larutan apa yang sesuai untuk mengendapkan
ion sulfat dengan baik. Jelaskan alasannya!
2) Sebutkan variabel bebas yang diperlukan untuk menghasilkan
endapan yang dapat disaring!
3) Berikut adalah prosedur secara ringkas untuk menentukan
konsentrasi kalium sulfat:
a) Ambil larutan sampel kemudian encerkan, tambahkan
beberapa tetes larutan HCl pekat.
b. Kegiatan 2
Sebuah botol berisi larutan asam cuka dengan konsentrasi
tertentu. Tugas Anda adalah bagaimana menentukan konsentrasi
asam asetat tersebut menggunakan prinsip titrasi netralisasi.
1) Jenis larutan apa yang dapat digunakan sebagai titran untuk
menentukan konsentrasi asam asetat tersebut? Jelaskan
alasannya!
2) Sebutkan variabel bebas yang diperlukan untuk menentukan
titik akhir!
c. Kegiatan 3
Setiap kelompok memilih satu problem di antara enam
problem yang ada dan menurut kelompok Anda menarik untuk
diselesaikan serta kemukakan alasannya. Jenis problem yang harus
Anda selesaikan adalah:
1) Asam askorbat atau vitamin C merupakan vitamin larut air. Jika
Anda ditugasi menentukan kadar asam askorbat dalam vitamin
C yang dijual di apotik, bagaimana Anda dapat
menyelesaikannya?
2) Di sekitar pantai Talise terdapat industri pembuatan garam
dapur. Jika Anda ditugasi menentukan kemurnian garam
dapur, bagaimana Anda dapat menyelesaikannya?
3) Uang logam (Rp. 500,00 yang berwarna kuning) mengandung
tembaga dengan jumlah tertentu. Jika Anda ditugasi
menentukan kadar tembaga dalam uang logam tersebut,
bagaimana Anda dapat menyelesaikannya?
4) Uang logam (Rp.1000,00 edisi terbaru) mengandung ion nikel
dengan kadar tertentu. Jika Anda ditugasi menentukan kadar
nikel dalam uang logam tersebut, bagaimana Anda dapat
menyelesaikannya?
5) Daun kelor sering digunakan untuk membuat sayur karena
mengandung kalsium dengan kadar tertentu. Jika Anda
ditugasi menentukan kalsium dalam daun kelor, bagaimana
Anda dapat menyelesaikannya?
6) Air sumur mengandung ion besi (II) dengan kadar tertentu.
Jika Anda ditugasi menentukan kadar besi dalam air sumur,
bagaimana Anda dapat menyelesaikannya?
Catatan
1. Pastikan bahwa Anda telah memperhatikan semua kemungkinan
bahaya terkait dengan alat dan bahan kimia yang Anda gunakan
dan pahamilah prosedur yang benar untuk membuang limbah
bahan kimia.
2. Uraikan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya
galat/kesalahan dalam eksperimen Anda.
B. RINGKASAN
1. Analisis kimia kuantitatif bertujuan untuk menentukan kadar atau
konsentrasi suatu analit dalam sampel tertentu.
2. Analisis kuantitatif konvensioanal melibatkan proses kimia,
sedangkan analisis kuantitatif instrumentasi melibatkan proses
fisika dengan menggunakan prinsip interaksi materi dengan energi
dalam pengukurannya.
3. Analisis kuantitatif konvensional terdiri atas analisis gravimetri dan
titrimetri.
4. Prinsip analisis gravimetri adalah sampel dilarutkan dengan
pelarut yang sesuai, kemudian ditambahkan zat pengendap.
Endapan yang terbentuk selanjutnya disaring, dicuci, dikeringkan
atau dipijarkan dan setelah dingin ditimbang sampai diperoleh
berat yang konstan.
5. Prinsip analisis titrimetri adalah larutan sampel dititrasi dengan
larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat (larutan
standar) untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan analit.
Jumlah analit dalam sampel ditentukan dengan mengukur volume
larutan standar yang digunakan sehingga tercapai titik ekuivalen.
C. PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan antara analisis kuantitatif secara konvensional
dan instrumental!
2. Mengapa metode analisis kuantitatif konvensional melibatkan
proses/reaksi kimia dalam menentukan kuantitas analit dalam
sampel?
3. Bagaimana persamaan dan perbedan prinsip analisis gravimetri
dan analisis titrimetri?
4. Tanaman lidah buaya banyak dimanfaatkan orang. Salah satu
pemanfaatan tanaman tersebut adalah sebagai es lidah buaya.
Seorang mahasiswa akan menentukan kadar kalsium dalam lidah
buaya, namun mahasiswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menentukan metode analisisnya. Apa yang dapat Anda sarankan?
5. Perairan di kota Palu diduga mengandung merkuri. Berdasarkan
dugaan tersebut, seorang mahasiswa ingin menentukan kuantitas
merkuri menggunakan metode titrimetri. Menurut Anda, apakah
mahasiswa tersebut sudah memilih metode yang sesuai? Jelaskan
jawaban Anda!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buchari. (1990). Analisis Instrumental, Bagian 1 Tinjauan Umum dan
Analisis Elektrometri. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw-Hill
Companies, Inc
Pursitasari, I. D. (2012). Pengembangan Perkuliahan Dasar-dasar Kimia
Analitik dengan Open-ended Experiment Berbasis Investigasi
Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving dan
Penguasaan Materi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi tidak
diterbitkan. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI
A. URAIAN MATERI
Secara umum, langkah utama dalam metode analisis gravimetri
dengan metode pengendapan adalah: (1) penyiapan sampel siap ukur,
(2) analisis/pengukuran, dan (3) perhitungan kadar analit dalam
sampel. Penjelasan dari setiap langkah utama tersebut adalah:
2. Analisis/Pengukuran
Pembahasan pada langkah analisis/pengukuran meliputi: (a)
tahapan analisis, (b) kondisi pengendapan, dan (c) proses pengendapan.
Uraian selengkapnya adalah:
2) Pembentukan Endapan.
Penambahan pereaksi pengendap menyebabkan partikel-
partikel ion reaktan berkelompok membentuk partikel yang
disebut nukleus dengan diameter 10-8 cm-10-7 cm. Adanya
pergerakan ion-ion menyebabkan ion-ion yang berlawanan
muatannya akan menempel pada permukaan nukleus, sehingga
terbentuk partikel koloid dengan diameter 10-7 cm-10-4 cm. Partikel
koloid ini selanjutnya akan semakin besar hingga membentuk
endapan dengan diameter lebih besar daripada 10-4 cm (Gambar
5.1).
3) Peptisasi
Peptisasi merupakan proses melarutnya endapan menjadi
koloid. Pada waktu endapan dicuci, maka ada kemungkinan
endapan yang sudah terbentuk akan larut lagi. Endapan tersebut
akan kembali menjadi koloid, sehingga endapan dapat menembus/
melewati kertas saring ketika penyaringan. Kondisi seperti ini
dapat mempengaruhi hasil analisis. Bagaimana cara mencegah
terjadinya peptisasi?
Cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya peptisasi
antara lain dengan menggunakan larutan elektrolit ketika mencuci
endapan. Contoh pada penentuan barium sulfat. Endapan barium
sulfat yang dihasilkan berada dalam kesetimbangan dengan ion-
ionnya menurut reaksi:
BaSO4(s) Ba2+(aq) + SO42-(aq)
Pencegahan peptisasi dapat dilakukan dengan menambahkan
larutan asam sulfat (H2SO4), sehingga reaksi akan bergerak ke kiri
dan barium sulfat tetap berada dalam bentuk endapannya.
4) Kontaminasi Endapan
Problem 5.2
Apa yang akan terjadi jika larutan barium klorida
ditambah dengan asam sulfat dan asam nitrat berlebih?
b. Kondisi Pengendapan
Problem 5.4
Anda diminta untuk menentukan kadar ion barium dalam
suatu sampel menggunakan analisis gravimetri dengan metode
pengendapan. Berdasarkan materi yang telah Anda pelajari
sebelumnya, bagaimana kondisi pengendapan yang harus
diperhatikan untuk memperoleh kuantitas barium dengan
benar?
c. Proses pengendapan
Problem 5.5
Ketika Anda menambahkan larutan asam sulfat encer ke
dalam larutan barium klorida, bagaimana prediksi Anda?
Berdasarkan data Ksp BaSO4 sebesar 1 x 10-10, apakah begitu
menambahkan larutan asam sulfat sedikit demi sedikit akan
langsung mengendap di dasar wadah? Bagaimana proses
yang terjadi sehingga diperoleh endapan BaSO4?
Persamaan reaksi:
As2O3(s) + 4 HNO3(aq) + H2O(l) → 2 H3AsO4(aq) + 4 NO2(aq)
2 H3AsO4(aq) + 2 NH4Cl(aq) + 2 MgCl2(aq)→2 MgNH4AsO4(s)+6 HCl(aq)
2 MgNH4AsO4(s) → Mg2As2O7(s) + 2 NH3(g) + H2O(g)
Perencanaan solusi
1) perbandingan mol As2O3 : mol Mg2As2O7 = 1 : 1
2) massa As2O3 :
massa As 2 O 3 massa Mg 2 As 2 O 7
=
Mr As 2 O 3 Mr Mg 2 As 2 O 7
massa As 2 O 3
3) % massa As2O3 dalam insektisida = 𝑥 100%
massa sampel insektisida
Pelaksanaan solusi
mol As2O3 = mol Mg2As2O7
massa As 2 O 3 massa Mg 2 As 2 O 7
Mr As O
= Mr Mg As O
2 3 2 2 7
Problem 5.6
Bagaimana Anda dapat menyelesaikan soal tersebut dengan
menggunakan faktor gravimetri?
a. Penentuan besi
Besi diendapkan sebagai besi(III)hidroksida, kemudian
dipijarkan pada temperatur tinggi menjadi Fe2O3. Pada analisis
batuan, besi dipisahkan dahulu dari unsur-unsur yang mengganggu.
b. Penentuan klorida
Ion klorida dalam larutan diendapkan sebagai perak klorida
(AgCl). Endapan yang terbentuk mula–mula berbentuk koloid tetapi
kemudian akan menggumpal.
Ag+(aq) + Cl-(aq)→ AgCl(s)
Endapan yang terbentuk tersebut mudah dicuci dan disaring.
Sebagai pencuci digunakan larutan asam nitrat (HNO3) encer. Air
tidak dapat digunakan sebagai pencuci. Apakah endapan perak
klorida dapat dicuci dengan larutan NH4OH?
Perak klorida yang terbentuk disaring melalui sintered-glass
cawan, bukan dengan kertas saring biasa karena AgCl mudah
direduksi menjadi Ag bebas oleh karbon dalam kertas saring
selama pembakaran kertas saring.
c. Penentuan alumunium
Alumunium bereaksi dengan pereaksi pengendap organik
seperti 5-hydroxy-quinoline (oksin, C9H6(OH)N ) untuk membentuk
kelat tak larut yaitu alumunium oksinat pada pH sekitar 4,5–9,5.
Al3+(aq) + 3 C9H6(OH)N(aq) → Al[C9H6ON:]3(s) + 3 H+(aq)
Pengendapan dapat terbentuk secara sempurna jika pH larutan
di atas pH 4,5. Satu keuntungan dari penggunaan pengendap
organik adalah pada pengeringan dapat digunakan temperatur
rendah. Aseton perlu ditambahkan untuk menghindari adanya
kopresipitasi.
Problem 5.7
Analisis Sulfat dalam Air
Senyawa sulfat mudah dijumpai di alam, seperti dalam
air hujan. Senyawa sulfat juga berasal dari hasil buangan pabrik
(limbah) kertas, tekstil (karena proses pembuatannya atau
pewarnaan memakai asam sulfat) dan industri lainnya. Air laut dan
air sumur penduduk dapat tercemari oleh limbah tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka:
1) Rancanglah suatu prosedur untuk menganalisis kadar sulfat
dalam air laut dan air sumur?
2) Berdasarkan prosedur yang telah Anda buat, maka lakukan
eksperimen untuk menentukan kadar sulfat dalam air
tersebut?
3) Prediksikan sumber-sumber galat yang mungkin terjadi dalam
analisis sulfat tersebut!
4) Berapakah kadar sulfat dalam air laut dan air sumur?
5) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar sulfat
dalam air laut dan air sumur?
B. RINGKASAN
1. Prinsip analisis gravimetri adalah sampel dilarutkan dengan
pelarut yang sesuai, kemudian ditambahkan zat pengendap dan
endapan yang dihasilkan kemudian ditimbang hingga diperoleh
bobot yang konstan.
2. Langkah-langkah dalam analisis gravimetri adalah pelarutan
sampel, menambahkan pereaksi, digest, penyaringan endapan,
pencucian endapan, pengeringan atau pemijaran endapan,
penimbangan endapan, dan perhitungan.
C. PERTANYAAN
1. Mengapa dalam analisis gravimetri dapat terjadi koagulasi,
kopresipitasi, dan . pasca pengendapan (postprecipitation)?
2. Cuplikan garam dapur kotor yang beratnya 0,36 gram, setelah
dilarutkan dalam air kemudian disaring, selanjutnya ion kloridanya
diendapkan dengan larutan perak nitrat. Apabila endapan AgCl (Mr
=143,5) yang terjadi setelah dipanaskan pada temperatur 110–
120⁰C memiliki berat 1,0 gram. Berapa % berat Cl dalam cuplikan
garam dapur kotor tersebut?
3. Dalam suatu sampel batuan fosfat seberat 0,5428 gram, fosfor
diendapkan sebagai MgNH4PO4.6H2O dan dipanggang menjadi
Mg2P2O7. Jika berat endapan Mg2P2O7 adalah 0,2234 gram, maka
hitunglah persentase P2O5 dalam sampel!.
4. Besi yang terkandung dalam cuplikan ferrokarbonat kotor
ditetapkan secara gravimetri. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam
asam encer, kemudian ke dalam larutannya ditambahkan brom,
sehingga semua ion ferro teroksidasi menjadi ferri. Setelah oksidasi
sempurna, ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan
amonium hidroksida berlebihan. Endapan yang terjadi kemudian
dipijarkan, ditimbang dan ternyata beratnya 1,0 gram.
a. Tuliskan semua reaksi yang terjadi!
b. Berapa gram berat besi tersebut, jika dalam bentuk
ferrokarbonat (Mr = 116), sebagai Fe (Mr = 56), dan sebagai
FeO (Mr = 72) dari cuplikan semula?
5. Berapa berat K4Fe(CN)6 yang dihasilkan dari 1,68 g cuplikan yang
mengandung 82,5% K4Fe(CN)6?
6. Hitunglah berat kalsium oksida yang dihasilkan dari 3,164 g
kalsium oksalat yang dipanaskan pada temperatur tinggi. Reaksinya
adalah:
CaC2O4 → CaO + CO + CO2
7. Sampel bijih yang mengandung magnetit (Fe3O4) dianalisis secara
gravimetri. Pelarutan 1,5419 g sampel dalam HCl pekat
menghasilkan campuran Fe2+ dan Fe3+. Larutan tersebut ditambah
HNO3 untuk mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ kemudian diencerkan
D. DAFTAR PUSTAKA
Bassett, et al., Pudhaatmaka, A. H. dan Setiono, L. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw-Hill
Companies, Inc
Pursitasari, I. D. 2012. Pengembangan Perkuliahan Dasar-dasar Kimia
Analitik dengan Open-ended Experiment Berbasis Investigasi
Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving dan
Penguasan Materi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi pada SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Skoog, D. A., West, D.M., Holler, F.J., & Crouch, S.R. 2004. Fundamentals of
Analyitical Chemistry. 8th. ed. Canada: Brooks/Cole-Thomson
Learning Academic Resource
Tim Kimia Analitik. 2000. Dasar-dasar Kimia Analitik. Bandung: Jurdik
Kimia UPI
Wirawan, A. 2011. Analisis Gravimetri.
Tersedia di. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/gravimetri/
Salah satu jenis analisis titrimetri adalah titrasi asam basa. Prinsip
titrasi ini adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan
basa. Bab VI akan membahas tentang kurva titrasi berdasarkan jenis
asam atau basa yang digunakan. Selain itu, Bab VI juga akan membahas
indikator asam-basa, cara pemilihan indikator, penerapan dan
perhitungan terkait dengan titrasi asam basa yang diselesaikan dengan
strategi problem solving.
Problem 6.1
Bagaimanakah prediksi Anda dalam menentukan pH pada titik
ekuivalen jika yang direaksikan adalah: (a) asam kuat dengan basa
kuat, (b) asam kuat dengan basa lemah. (c) basa kuat dengan asam
lemah, dan (d) basa lemah dengan asam lemah.
Titrasi asam kuat dengan basa kuat melibatkan reaksi antara asam
kuat dan basa kuat. Pada titik ekuivalen, larutan asam kuat akan tepat
habis bereaksi dengan basa kuat, sehingga pH larutan hanya ditentukan
oleh pH air. Reaksi yang terjadi adalah:
H2O(l)
H+(aq) + OH-(aq)
kondisi larutan pada saat titik ekuivalen adalah netral dan memiliki
pH = 7. Kurva titrasi antara 50 mL HCl 0,1 M dengan NaOH 0,20 M
ditunjukkan oleh Gambar 6.1.
Gambar 6.2 Kurva titrasi CH3COOH 0.1 M dengan larutan NaOH 0,100 M
Pada titik tengah titrasi, maka setengah dari jumlah total mol
NaOH maupun CH3COOH telah bereaksi, Dengan demikian
konsentrasi CH3COO⁻ akan sama dengan konsentrasi CH3COOH,
sehingga pH nya akan sama dengan pKa yaitu 4,76. Pada titik
ekuivalen, CH3COOH habis bereaksi sehingga di dalam erlenmeyer
terdapat larutan CH3COONa. Larutan CH3COONa merupakan garam
yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah, sehingga dalam air
akan terhidrolisis sebagian sesuai reaksi berikut:
CH3COONa(aq) → Na+(aq) + CH3COO⁻(aq)
CH3COO⁻(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH⁻(aq)
Keberadaan ion OH⁻ dalam larutan sebagai akibat hidrolisis
parsial dari CH3COON menyebabkan pH larutan meningkat dan
larutan bersifat basa. Dengan demikian perhitungan pH larutan
ditentukan oleh konsentrasi CH3COONa, tetapan kesetimbangan
asam, dan tetapan kesetimbangan air. Jadi pH larutan pada saat titik
ekuivalen adalah 8,73. Nilai pH tersebut berada pada trayek pH
indikator fenolftalein. Oleh sebab itu titrasi asam asetat dengan
natrium hidroksida menggunakan indikator fenolftalein. Bagaimana
jika menggunakan indikator metil oranye?
Penambahan larutan NaOH setelah titik ekuivalen menyebab-
kan ion OH⁻ dari hasil hidrolisis CH3COONa dapat diabaikan. Hal ini
disebabkan ion OH⁻ dari NaOH lebih mendominasi daripada ion
OH⁻ dari hidrolisis CH3COONa. Oleh sebab itu dengan adanya
penambahan NaOH setelah titik ekuivalen, maka pH larutan akan
Gambar 6.3 Kurva Titrasi 100 mL Larutan Asam Lemah 0,1 M (pKa
bervariasi) dengan NaOH 0,1 (Sumber: Christian, 2004: 277).
Gambar 6.5 Kurva titrasi 100 mL basa lemah 0,1 M (pKb bervariasi)
dengan HCl 0,100 M
(Sumber: Christian, 2004: 279)
Perhatikan kurva dari (a), (b), (c), dan (d). Menurut Anda,
apakah yang membedakan bentuk kurva –kurva tersebut? Jelaskan!
Problem 6.4
Indikator asam basa menunjukkan warna yang berbeda
dalam suasana asam maupun suasana basa. Oleh karena itu
indikator digunakan dalam titrasi asam basa untuk mengetahui
tercapainya titik ekuivalen. Ketika telah terjadi perubahan warna
pada larutan yang dititrasi, maka Anda harus segera
menghentikan proses titrasi. Apakah setiap indikator asam basa
dapat digunakan untuk semua jenis reaksi asam basa? Bagaimana
cara Anda menentukan indikator yang akan digunakan dalam
titrasi?
O OH-
H3O+
C O COO-
H+
O3S- N N N(CH3)2
red
= O3S- N N N(CH3)2 + H+
H+
- H
O3S N N N(CH3)2
merah kuning
Gambar 6.7 Struktur molekul indikator metil oranye
Tabel 6.1 Indikator, Trayek pH, dan Transisi Perubahan Warna Asam Basa
Warna pada pH Warna pada
Indikator Rentang pH
rendah pH tinggi
Asam pikrat tak berwarna 0,1-0,8 Kuning
Timol biru Merah 1,2-2,8 Kuning
2,6-dinitrifenol tak berwarna 2,0-4,0 Kuning
Metil kuning Merah 2,9-4,0 Kuning
Bromfenol biru Kuning 3,0-4,6 Biru
Metil oranye Merah 3,1-4,4 Kuning
CH2CO2R CH2OH
Contoh Soal.
Sebanyak 1,10 gram mentega dititrasi dengan mengguna-
kan 25 mL KOH 0,250 M. Setelah proses saponifikasi
berlangsung sempurna maka KOH yang tidak bereaksi dengan
mentega dititrasi dengan larutan HCl 0,250 M dan
membutuhkan 9,26 mL menggunakan indikator pp untuk
menentukan titik akhir. Berapakah bilangan saponifikasi atau
bilangan penyabunan dari mentega tersebut? Dan hitung pula
berapa massa molekul lemak dalam mentega tersebut
(asumsikan semua mentega adalah lemak). Diketahui Mr KOH =
56,106)
b. Penulisan Reaksi
c. Perencanaan Solusi
• menentukan jumlah KOH yang ditambahkan yaitu
VKOH x MKOH
• menentukan jumlah KOH yang tidak bereaksi (sisa)
yaitu VHCl x MHCl
• menentukan jumlah KOH yang bereaksi dengan lemak
= (VKOH x MKOH) – (VHCl x MHCl)
• menentukan jumlah lemak yaitu 1/3 x jumlah KOH
yang bereaksi
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑡𝑒𝑔𝑎
• menentukan Mr lemak yaitu 𝑚𝑜𝑙 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
Contoh
Suatu padatan cuplikan hanya mengandung 1,372 g Na2CO3
dan NaHCO3. Padatan tersebut ditritrasi dengan larutan standar HCl
0.7344 M dan membutuhkan volume total 29.11 mL untuk
menyelesaikan titrasi tersebut. Hitung massa masing-masing
komponen dalam campuran? (Diketahui Mr Na2CO3 = 105,99 g/mol
dan NaHCO3 = 84,01 g/mol).
Penyelesaian:
Identifikasi masalah
Diketahui: massa sampel = 1,372 g
[HCl] = 0,7344 M dengan volume total = 29,11 mL
Ditanyakan: massa Na2CO3 dan massa NaHCO3
Representasi
Penulisan reaksi
Campuran basa dapat dititrasi secara asidimetri dengan
syarat perbedaan antara Kb basa pertama dan Kb basa kedua
minimal adalah 10-4. Reaksi yang terjadi pada waktu melakukan
titrasi di atas adalah sebagai berikut:
Na2CO3(aq) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
B. RINGKASAN
1. Titrasi asam basa merupakan titrasi antara asam atau basa dengan
menggunakan larutan standar asam kuat (asidimetri) atau basa
kuat (alkalimetri).
2. Kurva titrasi menggambarkan hubungan antara volume larutan
standar yang ditambahkan dengan pH larutan.
3. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator asam
dan basa,.
4. Pemilihan indikator yang digunakan untuk menentukan titik akhir
harus secermat mungkin untuk meminimalkan kesalahan titrasi.
C. PERTANYAAN
1. Tiga orang mahasiswa melakukan titrasi terhadap larutan X dengan
larutan Y sebagai titran (Tabel 6.3).
D. DAFTAR PUSTAKA
Bassett, et al., Pudhaatmaka, A. H. dan Setiono, L. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Christian, G. D. 2004. Analytical Chemistry. America Serikat: John Wiley
and Sons.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw-Hill
Companies, Inc
Skoog, D. A., West, D.M., Holler, F.J., & Crouch, S.R. 2004. Fundamentals of
Analyitical Chemistry. 8th. ed. Canada: Brooks/Cole-Thomson
Learning Academic Resource
Tim Kimia Analitik. 2000. Dasar-dasar Kimia Analitik. Bandung: Jurdik
Kimia UPI
Wirawan, A. 2011. Analisis Titrimetri. Tersedia di. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrimetri/
A. URAIAN MATERI
Salah satu cara untuk menentukan kadar klor dalam air PDAM
adalah titrasi argentometri. Titrasi argentometri merupakan titrasi
terhadap larutan analit dengan larutan standar perak nitrat. Titrasi
argentometri menggunakan prinsip reaksi pengendapan. Zat yang akan
ditentukan dititrasi dengan larutan standar yang mampu mengen-
dapkan zat tersebut. Contoh pada penentuan ion klorida. Ion klorida
dalam sampel dititrasi dengan perak nitrat, sehingga terbentuk endapan
perak klorida. Pada saat semua ion klorida telah bereaksi dengan ion
perak, maka terjadi titik ekuivalen.
Pendeteksian titik ekuivalen titrasi dilakukan dengan menggunakan
indikator. Berdasarkan jenis indikator yang digunakan tersebut, maka
terdapat beberapa jenis titrasi argentometri, yaitu titrasi dengan
metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Ketiga metode
tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci pada sub bab berikutnya
setelah Anda mempelajari kurva titrasi argentometri.
Problem 7.2
Penambahan larutan titran (ion Ag⁺) sedikit demi sedikit ke
dalam larutan analit (ion Cl⁻) pada titrasi argentometri akan
menyebabkan perubahan pCl atau pAg. Bagaimanakah Anda dapat
menggambarkan hubungan antara volume larutan titran yang
diperlukan selama titrasi dengan nilai pCl atau pAg?
pAg = 8,1
• penambahan 20 mL titran
mmol Cl- = 50,0 mL x 0,05 mmol/mL = 2,5 mmol
mmol Ag+ = 20 mL x 0,100 mmol/mL = 2,0 mmol
mmol Cl- akhir reaksi = (2,5 – 2,0) mmol = 0,5 mmol
volume total larutan = (50 + 20) mL = 70 mL
[Cl⁻] = 0,5 mmol/70 mL = 7,1 x 10-3 M
pCl = -log 7,1 x 10-3 = 2,2
KspAgCl 1,8 x 10-10
Ag+ = = = = 2,5 x 10-8 M
Cl- 7,1 x 10 -3
Gambar 7.1 Kurva titrasi pCl vs volume AgNO3 yang ditambahkan pada
pengendapan 50 mL larutan Cl⁻ 0,050 M dengan larutan Ag⁺ 0,100 M
Gambar 7.2 Kurva titrasi pAg vs volume AgNO3 yang ditambahkan pada
pengendapan 50 mL larutan Cl⁻ 0,050 M dengan larutan Ag⁺ 0,100 M
Titrasi terhadap ion halida terdapat pada Gambar 7.3. Nilai Ksp
AgBr dan AgI lebih kecil daripada AgCl. Nilai Ksp AgBr adalah 4 x
10-13 dan Ksp AgI adalah 8,3 x 10-17. Apa yang dapat Anda
simpulkan dari Gambar 7.3?
Problem 7.3
Sekelompok mahasiswa menentukan kemurnian garam dapur
yang beredar di kota Palu. Mahasiswa tersebut melarutkan garam
dalam air kemudian melakukan penyaringan. Filtrat yang
dihasilkan selanjutnya dititrasi dengan larutan AgNO3
menggunakan indikator kalium kromat. Hasil yang diperoleh
menunjukkan kandungan NaCl dalam garam tersebut adalah 94%.
Menurut Anda, metode argentometri jenis apa yang digunakan
oleh sekelompok mahasiswa tersebut? Mengapa demikian?
Tuliskan reaksi yang terjadi!
b. Metode Volhard
Metode Volhard meru-
pakan titrasi argentometri
dengan menggunakan larutan
standar ion tiosianat (SCN⁻)
dan Fe(III) atau ion Fe3+
sebagai indikator. Titrasi
dengan metode Volhard meru-
pakan titrasi langsung terhadap
Ag+ serta merupakan titrasi
balik terhadap ion klorida,
bromida, dan iodida. Larutan Sumber: www.
AgNO3 ditambahkan dalam rismakan.wordpress.com
jumlah tertentu dan berlebih, Gambar 7.5.Perubahan warna
kemudian kelebihan larutan yang terjadi pada titrasi dengan
perak nitrat tersebut dititrasi metode Volhard
dengan larutan standar ion tiosianat (SCN⁻). Penambahan ion SCN⁻
setelah titik ekuivalen akan bereaksi dengan indikator Fe(III)
membentuk ion kompleks yang berwarna merah (Gambar 7.5).
Pada saat terbentuk warna merah, maka Anda harus segera
menghentikan titrasi.
b. Metode Fajans
Metode Fajans merupakan titrasi argentometri dengan
menggunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi merupakan
senyawa organik yang dapat berubah warnanya jika teradsorpsi
COOH COO-
Cl Cl
C C
O+ O+
HO OH HO OH
Fluorescein Diklorofluorescein
COO- COO-
Br Br I I
C C
O+ O+
HO OH HO OH
Br Br I I
Eosin Eritrosin
HC2NH5 NHC2H5
O O
Cl
S O
Br CH3 CH3
Br
CO2C2H5
OH
HO
Br Br
Bromtimol biru Rhodamin 6 G
Problem 7.4
Seorang mahasiswa melarutkan satu gram garam dapur dengan
akuades dan mengencerkannya sampai volume 250 mL. Selanjutnya
25 mL larutan garam tersebut dimasukkan ke erlenmeyer lalu
ditambah 1 mL indikator K2CrO4. Larutan yang dihasilkan kemudian
dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 M. Hasil percobaan menunjukkan
volume AgNO3 yang diperlukan sebanyak 15,9 mL; 16,2 mL; dan 15,8
mL.
a. Jelaskan jenis metode yang digunakan oleh mahasiswa tersebut
dalam menentukan kemurnian garam dapur?
b. Berapa kemurnian garam dapur tersebut?
c. Penulisan reaksi
KCl AgCl + KNO3
+ AgNO3 →
KBr AgBr + KNO3
AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) → Ag2CrO4(s) + 2 KNO3(aq) (TE)
d. Perencanaan solusi
Memisalkan massa KCl = x g dan KBr = (0,3172 – x) g
menghitung jumlah AgNO3 yang bereaksi dengan sampel =
(V AgNO3 sampel - V AgNO3 blanko) x M AgNO3
menghitung jumlah KCl dan KBr = mmol AgNO3
menghitung % b/b KCl dan NaBr dalam sampel
e. Pelaksanaan solusi
jumlah AgNO3 yang bereaksi dengan sampel = (36,85 –
0,71) mL x 0,1120 M = 4,0477 mmol
jumlah KCl dan KBr = 4,0477 mmol
perhitungan massa KCl dan KBr =
𝑥𝑔 0,3172−𝑥 𝑔
74,551 𝑔/𝑚𝑜𝑙
+ 102,89 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 4,048 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
1,341 x 10-2 x + 3,083 x 10-3 – 9,719 x 10-3 x =
4,048 𝑥 10−3
3,691 x 10-3 x = 9,650 x 10-4
x = 0,2614 g (massa KCl)
massa KBr = 0,3172 g – 0,2614 g = 0,0558 g
0,2614 g
%b/b KCl = 0,3172 g x 100%=82,41 %
0,0558 g
%b/b KBr = x 100%=17,59 %
0,3172 g
Penyelesaian
a. Identifikasi masalah
Diketahui: massa uang perak = 0,5000 g
kadar Ag = 90%
volume KCNS < 50 mL
Ditanyakan: KCNS =…M
b. Representasi masalah
c. Penulisan reaksi
Ag+(aq) + SCN⁻(aq) → AgSCN(s)(putih)
d. Perencanaan solusi
menghitung jumlah Ag dalam sampel = kadar Ag x massa
sampel
menghitung jumlah KSCN = mol Ag
menentukan konsentrasi KSCN = mol/volume
B. RINGKASAN
Setelah mempelajari Bab VII, maka kesimpulan yang dihasilkan
adalah:
1. Titrasi pengendapan atau biasa disebut titrasi argentometri
merupakan titrasi terhadap larutan analit dengan larutan standar
perak nitrat.
2. Kurva titrasi argentometri menyatakan hubungan antara volume
titran (zat pengendap) yang ditambahkan dengan pCl atau pAg.
3. Titrasi argentometri dapat dibedakan atas tiga metode berdasarkan
indikator yang digunakan untuk penentuan titik akhir, yaitu:
metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.
4. Metode Mohr merupakan titrasi larutan analit dengan larutan yang
mengandung ion perak sebagai larutan standar menggunakan
indikator kalium kromat untuk menentukan titik akhir.
5. Metode Volhard merupakan tirasi terhadap larutan analit yang
direaksikan dengan larutan yang mengandung ion perak berlebih.
Kelebihan ion perak akan dititrasi oleh larutan kalium tiosianat
sebagai larutan standar. Indikator ion Fe3+ digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi
6. Metode Fajans merupakan titrasi larutan analit dengan larutan
yang mengandung ion perak sebagai larutan standar menggunakan
indikator adsorpsi.
7. Analit yang dapat ditentukan dengan titrasi argentometri dapat
antara lain ion Cl⁻ , CN⁻, dan Br⁻, S
A. URAIAN MATERI
Pada reaksi tersebut, ion Ag⁺ merupakan atom pusat dan ion
sianida merupakan ligan dengan bilangan koordinasi dua. Beberapa
contoh ion logam, ligan dan ion kompleks dapat dilihat pada Tabel 8.1.
O
O
O N
M
O N
O
O
O
Gambar 8.3. Senyawa Kompleks Logam-EDTA (M: logam)
c. Penambahan 60 mL EDTA
Jumlah Ca2+ awal adalah 0,5 mmol. Jumlah EDTA yang
ditambahkan adalah 60,0 mL x 0,010 M = 0,6 mmol. Konsentrasi
0,6−0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
EDTA adalah EDTAsisa yaitu 𝐶𝑌 = 110 𝑚𝐿
= 9,1 𝑥 10−4 𝑀dan
0,50 𝑚𝑚𝑜𝑙
[𝐶𝑎𝑌 2− ] = 110 𝑚𝐿
= 4,55 𝑥 10−3 𝑀 sehingga:
2−
[𝐶𝑎𝑌 ]
= 𝐾𝑒𝑓𝑓
[𝐶𝑎2+ ]. 𝐶𝑌
4,55 𝑥 10−3
= 1,8 x 1010
[𝐶𝑎2+ ]. (9,1 𝑥 104 )
[𝐶𝑎2+ ] = 2,8 𝑥 10−10
pCa = -log (2,8 x 10-10) = 9,55
2+
Gambar 8.6. Kurva Titrasi Kompleksometri antara 100 mL Larutan Ca 0,100
M dengan EDTA 0,100 M pada pH 7 dan pH 10
(Sumber: Christian, 2004: 304)
4. Indikator Logam
Indikator logam merupakan zat warna organik yang membentuk
OH OH
0,5 N N
NO2
HN C C NH
C O
C N CH
O C
NH
HN C
-
O
O
murexide
N N
N
HO
pirydilazonaphtol (PAN)
Gambar 8.7. Struktur Kimia Indikator dalam Titrasi Kompleksometri
Problem 8.2
Mengapa larutan sampel harus di bufer sampai pH =
10? Permasalahan apa yang timbul apabila titrasi dilakukan
pada pH yang lebih tinggi atau lebih rendah darpada pH 10?
c. Penulisan reaksi
Ni2+ + Y4- → NiY2-
Fe2+ + Y4- → FeY2-
Cr3+ + Y4- → CrY-
Cu2+ + Y4- → CuY2-
d. Perencanaan solusi
Titrasi 1: mmol Ni = mmol EDTA1 (Fe, Cr ditopeng)
Titrasi 2: mmol Ni + mmol Fe = mmol EDTA2 (Cr
ditopeng)
Titrasi 3: mol Ni + mol Fe + mol Cr + mol Cu = mol EDTA3
menghitung massa dan persentase Ni. Fe, dan Cu
e. Pelaksanaan solusi
Titrasi 1:
mmol Ni = VEDTA1 x MEDTA1 = 26,14 mL x 0,058M = 1,516 mmol
massa Ni = 1,516 mmol x 58,69 mg/mmol = 88,98 mg
Titrasi 2:
1,516 mmol + mmol Fe = VEDTA2 x MEDTA2
1,516 mmol + mmol Fe = 35,43 mL x 0,058 M
mmol Fe = 2,055 mmol – 1,516 mmol
mmol Fe = 0,539 mmol
B. RINGKASAN
1. Titrasi kompleksometri merupakan titrasi terhadap larutan analit
dengan titran yang mampu membentuk ion atau senyawa
kompleks.
2. Kurva pada titrasi EDTA dibuat dengan memplot pM (logaritma
negatif dari konsentrasi ion logam bebas yaitu pM = -log[Mn+]) pada
sumbu y dan volume larutan EDTA yang ditambahkan pada sumbu x.
3. Titrasi kompleksometri digolongkan menjadi dua yaitu: titrasi yang
melibatkan ligan monodentat dan titrasi yang melibatkan ligan
polidentat.
4. Prosedur yang dapat digunakan dalam titrasi dengan EDTA antara
lain titrasi langsung, titrasi balik, titrasi substitusi, titrasi tidak
langsung, dan titrasi alkalimetri.
C. PERTANYAAN
1. Sebanyak 50,0 mL larutan ion logam M2+ 0,0100 M dibufer pada pH
10,0 kemudian dititrasi dengan 0,0100 M EDTA. Harga Kef untuk
MY2- adalah 4,0 x1014. Bagaimana Anda dapat menggambarkan
kurva titrasi yang menghubungkan antara volume titran yang
ditambahkan dengan harga pM?
2. Anda menimbang 5,6130 g cangkang telur yang telah dikeringkan
dan dimasukkan ke gelas kimia 250 mL untuk menentukan
kandungan kalsium karbonat yang terdapat di dalamnya.
Selanjutnya ditambah 25 mL larutan HCl 6,00 M untuk melarutkan
A. URAIAN MATERI
Pada saat titik ekuivalen jumlah analit sama dengan jumlah titran,
yaitu [Fe2+] = [Ce4+] dan [Fe3+] = [Ce3+], sehingga persamaan (9.3)
menjadi:
𝐸 𝑜 3+ 2+ + 𝐸 𝑜 4+ 3+
𝑜 𝑜 𝐹𝑒 /𝐹𝑒 𝐶𝑒 /𝐶𝑒
2 𝐸𝑒𝑘 = 𝐸𝐹𝑒 3+ /𝐹𝑒 2+ + 𝐸𝐶𝑒 4+ /𝐶𝑒 3+ 𝐸𝑒𝑘 =
2
..... (9.4)
Problem 9.2
Bagaimana Anda menentukan potensial titik ekuivalen pada
titrasi antara ion Fe2+ dengan ion dikromat?
2+ 4+
Gambar 9.1 Kurva titrasi 50 mL larutan Fe 0,100 M dengan larutan Ce
0,1000 M
Seperti halnya pada titrasi lain, pada titrasi redoks apabila titik
akhir titrasi tidak dapat diamati secara nyata, perlu digunakan
indikator. Prinsip penggunaan indikator pada dasarnya sama yaitu
Problem 9.3
Berdasarkan hasil perhitungan pada saat Anda membuat
kurva titrasi antara 50 mL larutan Fe2+ 0,100 M dititrasi
dengan larutan Ce4+ 0,1000 M, maka indikator apa yang cocok
digunakan dalam titrasi tersebut?
a. Titrasi permanganometri
Titrasi permanganometri merupakan titrasi redoks yang
menggunakan larutan standar larutan kalium permanganat
(KMnO4). Kalium permanganat merupakan oksidator yang mudah
diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator (autoredoks)
untuk menunjukkan perubahan warna yang terjadi. Mengapa
demikian? Setetes larutan KMnO4 0,1 N memberikan warna merah
muda yang jelas. Apabila belum tercapai titik ekuivalen, maka
warna tersebut akan hilang kembali ketika dilakukan pengadukan
atau pengocokan. Pada saat warna larutan analit berubah menjadi
merah muda dan warna tersebut relatif permanen, maka Anda
harus segera menghentikan proses titrasi.
Reaksi antara larutan kalium permanganat dengan suatu
reduktor menghasilkan senyawa mangan dengan beberapa jenis
bilangan oksidasi. Jumlah bilangan oksidasi mangan yang
dihasilkan tergantung pada pH larutan seperti tampak pada reaksi
reduksi berikut ini:
MnO4- + 8 H+ + 5e Mn2+ + 4 H2O E0 = 1,51 V (suasana
asam kuat)
MnO4- + 8 H+ + 4e Mn3+ + 4 H2O E0 = 1,50 V (suasana
asam)
MnO4- + 4 H+ + 3e MnO2 + 2 H2O E0 = 1,70 V (pH 2-12)
MnO4- + e MnO42- E0 = 0,56 V (suasana
basa kuat)
Problem 9.4
Sampel tanah mengandung besi(III) oksida. Rizki
melarutkan sampel tersebut dengan HCl dan menambahkan
timah(II) klorida. Selanjutnya larutan tersebut dalam suasana
asam dititrasi menggunakan larutan KMnO4 yang telah
distandardisasi dengan larutan Na2C2O4. Larutan yang dititrasi
harus dipanaskan sampai temperatur 60-70⁰C.
a. Mengapa titrasi permangometri harus dilakukan pada
temperatur 60-70:C?
b. Mengapa pada proses pelarutan sampel, Rizki
menambahkan timah(II) klorida? Tuliskan reaksi yang
terjadi!
c. Mengapa larutan KMnO4 distandardisasi terlebih dulu
dengan larutan Na2C2O4?
d. Apakah Rizki menggunakan indikator untuk menentukan
titik akhir titrasi? Mengapa?
Tips
Kalium dikromat seringkali digunakan sebagai perendam
buret yang kotor, karena sifat oksidatornya. Sifat oksidator
kalium dikromat dapat menghancurkan lemak yang biasa
digunakan untuk pelicin kran buret.
c. Titrasi Bromatometri
Titrasi bromatometri merupakan titrasi redoks yang
menggunakan ion bromat sebagai larutan standar. Kalium bromat
merupakan oksidator yang kuat dan memiliki potensial reduksi
standar sebesar 1,44 volt menurut reaksi reduksi berikut ini:
d. Titrasi Iodimetri
Iodin (I2) sukar larut dalam air, namun mudah larut dalam
larutan yang mengandung ion iodida membentuk triiodida (I3⁻).
I2 + I⁻ → I3⁻
Kelarutannya dapat ditingkatkan dengan menambahkan
kalium iodida. Penambahan kalium iodida juga dapat mengurangi
sifat mudah menguap dari iodin. Iodin (dalam bentuk triiodida, I3⁻)
merupakan oksidator yang lebih lemah daripada kalium
permanganat dan kalium dikromat. Potensial reduksi standar dari
iodin sebesar 0,54 V sesuai reaksi:
I3- + 2 e 2 I⁻ E0 = 0,54 V
Meskipun iodin sebenarnya dalam bentuk triiodida, namun
untuk mempermudah pembahasan dalam buku ini akan ditulis
dalam bentuk I2. Analisis titrimetri yang melibatkan iodin
dibedakan menjadi dua yaitu titrasi iodometri langsung dan titrasi
iodometri tidak langsung.
1) Titrasi iodometri langsung (Iodimetri)
Iodometri langsung merupakan titrasi terhadap larutan
analit dengan larutan iodin sebagai larutan standar (titran)
menggunakan indikator amilum. Oleh karena itu titrasi iodo-
metri langsung disebut titrasi iodimetri. Beberapa senyawa
yang dapat dititrasi dengan larutan iodin adalah tiosulfat
(S2O32-), arsen(III), antimony(III), sulfida (S2-), sulfit (SO32-), dan
ferosianida [Fe(CN)6]4+. Larutan iodin merupakan larutan
standar sekunder, sehingga sebelum Anda gunakan untuk
menentukan kuantitas analit, maka larutan iodin harus Anda
standardisasi terlebih dulu dengan larutan standar primer.
Standardisasi larutan iodin dapat Anda lakukan dengan
menggunakan arsen trioksida (As2O3) sebagai larutan standar
primer. Senyawa As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida
dan kemudian dinetralkan dengan penambahan asam. Reaksi
yang terjadi adalah:
As2O3 + 2 NaOH → 2 NaAsO2 + H2O
NaAsO2 + HNO3 → HAsO2 + NaNO3r
b. Representasi masalah
Penulisan reaksi
Fe2O3(s) + 6 HCl(aq) → 2 Fe(Cl)3(aq) + 3 H2O(l)
2 Fe3+(aq) + Zn(Hg)(s) → Zn2+(aq) + Hg(l) + 2 Fe2+(aq)
Cr2O72-(aq) + 6 Fe2+(aq) + 14 H+(aq) 2 Cr3+(aq) + 6
Fe3+(aq) + 7 H2O(l)
c. Perencanaan solusi
• menentukan jumlah mmol K2Cr2O7 = V x M
• menentukan jumlah mmol Fe2+ = 6 x mmol K2Cr2O7
(perbandingan mmol K2Cr2O7 dan Fe2+ = 1 : 6)
• menentukan jumlah mol Fe2O3 = ½ x mmol Fe2+
• menghitung massa dan % b/b Fe2O3 dalam sampel
d. Pelaksanaan solusi
• jumlah K2Cr2O7 = 36,92 mL x 0,0215 M = 0,7938 mmol
• jumlah Fe2+ = 6 x 0,7938 mmol = 4,7628 mmol
• jumlah Fe2O3 = ½ x 4,7628 mmol = 2,3814 mmol
• massa Fe2O3 = 2,3814 mmol x 159,69 mg/mmol = 380,29
mg = 0,3803 g
0,3803 𝑔
% b/b Fe2O3 = 𝑥 100% = 77,8%
0,4891 𝑔
c. Penulisan reaksi
C6H8O6(aq) + I2(aq) → C6H8O6(aq) + 2 HI(aq)
I2(aq) + 2 Na2S2O3(aq) → 2 NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
d. Perencanaan solusi
menentukan mmol Na2S2O3 = V x M
menentukan mmol I2(sisa) = ½ x mmol Na2S2O3
menentukan mmol I2 yang bereaksi dengan asam askorbat
= (V x M)iodin awal – mmol I2(sisa)
menentukan mmol C6H8O6 = mmol I2 yang bereaksi
c. Penulisan reaksi
KBrO3 + 5 KBr + 6 HCl → 3 Br2 + 3 H2O + 6 KCl
NH2C6H4SO2NH2 + 2 Br2 → NH2C6H2Br2SO2NH2 + 2 HBr
Br2 + 2 KIexc → 2 KBr + I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2 NaI + N2S4O6
d. Perencanaan solusi
menghitung mmol KBrO3 = V x M
menghitung mmol Br2 yang dihasilkan = 3 x mmol KBrO3
menghitung mmol Na2S2O3 = V x M
menghitung mmol Br2 yang bereaksi dengan KI = I2 yang
dititrasi = ½ x mmol Na2S2O3
menghitung mmol Br2 yang bereaksi dengan sulfanilamide
=
mmol Br2 yang dihasilkan - mmol Br2 yang bereaksi
dengan KI
menentukan mmol NH2C6H4SO2NH2 dan massanya
menentukan %b/b sulfanilamide dalam bedak
e. Pelaksanaan solusi
jumlah KBrO3 = 25,00 mL x 0,0177 M = 0,4425 mmol
jumlah Br2 yang dihasilkan = 3 x 0,4425 mmol = 1,3275
mmol
jumlah Na2S2O3 = 12,92 mL x 0,1215 M = 1,5698 mmol
jumlah Br2 yang bereaksi dengan KI = I2 yang dititrasi = ½
x 1,5698 mmol = 0,7849 mmol
jumlah Br2 yang bereaksi dengan sulfanilamide = (1,3275
– 0,7849) mmol = 0,5426 mmol
B. RINGKASAN
1. Titrasi redoks merupakan titrasi terhadap larutan analit dengan
larutan standar oksidator atau reduktor.
2. Kurva titrasi redoks menyatakan hubungan antara volume
oksidator/reduktor yang ditambahkan dengan potensial sel yang
terukur selama berlangsungnya titrasi.
3. Indikator yang digunakan dalam titrasi redoks adalah indikator
redoks reversible dan indikator redoks khusus.
4. Jenis titrasi redoks yang menggunakan larutan standar berupa
oksidator antara lain: permanganometri (larutan standar KMnO4),
bikromatometri (larutan standar K2Cr2O7), bromatometri (larutan
standar KBrO3), iodimetri (larutan standar I2) / iodometri (larutan
standar Na2S2O3),
5. Metode titrasi redoks dapat digunakan untuk menentukan
kuantitas analit seperti besi, antimon(III), arsen(III), bromin,
hidrogen peroksida, molibdenum(III), nitrit, oksalat, timah(II),
titanium(III), tungsten(III), uranium(IV), dan vanadium(IV),
kalsium, dll.
D. DAFTAR PUSTAKA
Bassett, et al., Pudhaatmaka, A. H. dan Setiono, L. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Christian, G.D. 2004. Analytical Chemistry. New York: John Wiley & Sons
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw-Hill
Companies, Inc
Pursitasari, I. D. 2012. Pengembangan Perkuliahan Dasar-dasar Kimia
Analitik dengan Open-ended Experiment Berbasis Investigasi
Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving dan
Penguasan Materi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi pada SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Skoog, D. A., West, D.M., Holler, F.J., & Crouch, S.R. 2004. Fundamentals of
Analyitical Chemistry. 8th. ed. Canada: Brooks/Cole-Thomson
Learning Academic Resource
Tim Kimia Analitik. 2000. Dasar-dasar Kimia Analitik. Bandung: Jurdik
Kimia UPI
http://kimiaanalisa.web.id/
Lampiran 1:
INDEKS
A G
Adsorpsi · 75 galat
air raja · 46 acak · 18
amilum · 177 mutlak · 19
analisis pasti · 17
gravimetri · 59, 71 relatif · 19
Kjeldahl · 112 gelas
titrimetri · 60 arloji · 39
Analit · 2 kimia · 37
angka bermakna. · 22 ukur · 37
angka penyabunan · 107 gravimetri
autokatalis · 171 elektrolisis · 57
pengendapan · 58
B penguapan · 57
batang pengaduk · 43
batas ketangguhan · 25 H
bijih besi · 86 higroskopis · 171
bola hisap · 42
botol semprot · 42
I
indikator · 125
buret · 35
adsorpsi · 126
C asam basa · 103
cawan porselen · 40 logam · 145
corong indikator redoks · 164
Buchner · 40 khusus · 168
kaca · 40 reversible · 165
iodin · 177
D ion logam · 142
desikator · 41
destruksi · 113 K
Digest · 72 karakterisasi · 3
distilasi · 113 katalis · 171
Kecermatan · 29
E kelat · 139
EDTA · 140
kelewatjenuhan relatif · 82
Erlenmeyer · 41
kesadahan air · 152
F Ketepatan · 28
faktor gravimetri · 83 konsentrasi · 47
fundamental · 3 Kopresipitasi · 75
kurva titrasi
A
Adsorpsi. Penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain
Alkalimetri: Titrasi antara larutan asam atau garam terhidrolisis yang berasal
dari basa lemah dengan larutan standar basa
Asidimetri. Titrasi terhadap larutan basa atau garam terhidrolisis yang berasal
dari asam lemah dengan larutan standar asam
Atom logam. Ion pusat dalam senyawa kompleks yang berfungsi sebagai
penerima pasangan elektron dari ligan.
B
Berpikir kritis. Proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan
dalam proses mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah
dengan menganalisis dan menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri
ilmiah.
C
Cincin kelat. Cincin heterosiklik yang terbentuk dari interaksi ion logam
dengan satu atau lebih gugus fungsional
E
EDTA. Etilen diamin tetra asetat
Empiris. Proses penyelesaian masalah didukung oleh data dan fakta yang
dapat dipercaya.
F
Faktor gravimetri. Jumlah gram analit dalam 1 gram endapan
I
Indikator. Zat yang bisa berubah warna saat terjadi kelebihan jumlah titran
yang ditambahkan
Indikator adsorpsi. Senyawa organik yang terserap pada permukaan endapan,
sehingga akan terjadi perubahan warna
Indikator redoks. Zat yang berubah warnanya karena terjadi reaksi reduksi-
oksidasi secara lengkap
Indikator logam. suatu zat warna organik yang membentuk kelat berwarna
dengan ion logam pada rentang (-log[Mn+]).
Iodimetri. Proses yang terjadi ketika reduktor dititrasi langsung dengan iodin
(oksidator)
K
Kelewatjenuhan relatif. Perbandingan konsentrasi suatu zat terhadap
kelarutan kesetimbangannya
Keterampilan berpikir kreatif. Keterampilan kognitif untuk memunculkan
dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari
ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan
masalah secara divergen
Kopresipitasi. Pengendapan ikutan
Kurva titrasi. Grafik yang menyatakan hubungan antara pH larutan pada
keadaan tertentu sebagai fungsi dari volume larutan standar yang
ditambahkan melalui buret
L
Larutan standar. Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat
Ligan. Zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas yang akan
diberikan ke atom pusat untuk menjadi senyawa kompleks.
M
Metode Denigs. Modifikasi metode Liebig dengan menambahkan ion iodida
dan amoniak.
Metode Fajans. Titrasi pengendapan dengan menggunakan ion perak sebagai
titran dan indikator adsorpsi untuk menentukan titik akhir.
Metode Liebig. Metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas ion
sianida (ion CN-)
Metode Mohr. Titrasi pengendapan dengan menggunakan ion perak sebagai
titran dan kalium kromat sebagai indikator
Metode Volhard. Titrasi pengendapan yang menggunakan kalium sianida
sebagai titran untuk mengendapakan ion perak dan menggunakan
indikator Fe(III).
Molaritas. sejumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
O
Oklusi. Peristiwa tertahannya zat pengotor dalam kristal
Open-ended experiment. Kegiatan laboratorium yang dilakukan oleh siswa
berdasarkan prosedur yang dirancang.
P
Persen berat. Gram zat terlarut dalam 100 gram larutan
Persen volume. Volume zat terlarut (mL) dalam 100 mL larutan
Penopengan (masking). Suatu senyawa yang dapat bereaksi dengan senyawa
pengganggu tanpa bereaksi dengan analit.
S
Senyawa kompleks. Molekul atau ion yang terbentuk karena interaksi antara
atom pusat dengan ligan.
Sistematis Penyelesaian masalah dilakukan dengan menggunakan tahapan
tertentu.
Standar primer. zat dengan tingkat kemurnian tinggi yang digunakan untuk
menstandardisasi zat lain
T
Titik akhir. Keadaan saat terjadinya perubahan warna indikator
Titik ekivalen. keadaan saat jumlah titran yang ditambahkan tepat bereaksi
sempurna dengan analit.
Trayek indikator. Bagian dari skala pH yang menyatakan terjadinya
perubahan warna. Biasanya berkisar pKindikator ± 1
Bab III
2. TC = to content TD = to deliver
Bab V
2. 68,72%
3. 26,25%
Bab VI
2. f = 1,007
3. 75,80%
4. 23,10%
5. a. karena Vmo > 2 Vpp maka sumber alkalinitas merupakan
campuran CO32- dan HCO3-
b. konsentrasi CO32- = 315,0 ppm dan HCO3- = 184,9 ppm
Bab VII
1. pBr = 3,9996 (penambahan volume 49,90 mL AgNO3)
pBr = 8,3975 (penambahan volume 50,10 mL AgNO3)
pI = 3,9996 (penambahan volume 49,90 mL AgNO3)
pI = 11,9996 (penambahan volume 49,90 mL AgNO3)
2. 743, 73 𝑝𝑝𝑚
3. [Fe3+] = 0,036 M
6. a. 136,02 ml b. 40 ml
7. 4,61%
8. 26,19%
9. 29,86%
10. 90,92%
Bab VIII
1. (a) pM = 2,00; (b) pM = 2,48; (c) pM = 5,00; (d) pM = 8,22; (e) pM
= 11,45; dan (f) pM = 13,15
2. 98,12%
3. [EDTA] = 9,547 x 10-3 M
4. Volume AgNO3 = 42,17 mL
5. (a) CaCO3= 106,1 ppm dan (b) MgCO3 = 41,55 ppm
6. Bi = 56,36%; Pb= 37,71%
7. NaCN = 30,20%