Anda di halaman 1dari 2

Legenda Putri Terung Sidoarjo

Dahulu kala pada masa Kerajaan Majapahit hiduplah suatu kerajaan kecil.
Kerajaan tersebut bernama Kerajaan Terung yang dipimpin oleh Raja yang sangat
sakti bernama Raja Husein.Beliau memiliki anak perempuan bernama Raden Ayu
Putri Sundari Cempokowati atau biasa dikenal sebagai Raden Ayu Putri Terung.
Suatu ketika, Raja Husein Pergi mencari wilayah baru untuk memperluas
kerajaannya. Kemudian, beliau menemukan hutan yang sangat lebat. Dengan
kesaktiannya, maka dibabathabislah hutan rimba tersebut yang kini dikenal
dengan Kabupaten Sidoarjo.
Di lain waktu sang putri lupa membawa belati untuk memotong bunga
dagangannya. Tiba-tiba di depannya sudah ada perjaka tampan yang gagah
perkasa. Perjaka tersebut bernama Raden Rahman.
“Hmmm... harum sekali bunga ini. Apakah aku boleh membeli sebungkus
bunga darimu, Putri.” tanya Raden Rahman kepada Putri Terung.
“Mohon maaf tapi aku lupa untuk membawa belatiku, apakah Engkau
membawa sebuah belati?” jawab sang putri sambil bertanya lagi kepada Raden
Rahman.
“Ya, silakan asal belati itu jangan sekali-kali kau pangku.” jawab Raden
Rahman sambil menjelaskan pantangan tersebut.
Di saat asyik memotong bunga, sang putri lupa akan larangan dari Raden
Rahman untuk tidak memangku belati tersebut. Saat itu juga belati tersebut lenyap
disertai hilangnya Raden Rahman.
Beberapa bulan kemudian, saat Raja Husein kembali ke kerajaan, tampak
perut Putri Terung yang membesar layaknya seorang wanita yang sedang
mengandung. Betapa terkejutnya sang raja melihat keadaan putrinya.
“Ya Tuhan... apa yang terjadi dengan anakku? Siapa yang telah
menghamilimu, Nak?” beberapa saat sang raja terdiam dan merenungkan apa
yang telah terjadi, “Ya Tuhan, dosa apa yang telah hambamu ini lakukan?” teriak
sang raja.
“Mohon ampun Ayah, saya juga tidak tahu kenapa saya menjadi begini?
Awalnya aku hanya meminjam sebilah pisau kepada seorang pemuda dengan
syarat aku tidak boleh memangku pisau tersebut. Tapi aku lupa dan aku
memangkunya. Seketika itu pisau dan pemuda tersebut hilang entah kemana.”
jawab Putri Terung.

1
Sang raja yang awalnya mulai luluh dan hampir memaafkan anaknya tiba-
tiba berubah pikiran setelah mendengar kata-kata dari para dayang kerajaan yang
terus saja mengompori sang putri.
“Ya Gusti, bagaimana bisa seorang wanita hamil tanpa adanya hubungan
dengan seorang lelaki? Anak aib itu Paduka, harus kita singkirkan sebelum aib ini
menyebar keseluruh negeri!” Akhirnya sang raja pun menghukum sang putri.
“Akan kubunuh kau dengan pusakaku!” namun sebelum Putri Terung
dibunuh, ia mengatakan sesuatu kepada sang raja.
“Ayah, aku rela engkau bunuh. Tapi jika darahku berwarna putih serta
berbau harum itu pertanda bahwa aku masih suci dan aku tidak bersalah, Ayah.
Dan jika darahku berwarna merah serta berbau amis itu pertanda bahwa aku tidak
suci dan aku bersalah, Ayah.”
Seketika itu sang raja menusukkan keris ke tubuh sang putri. Betapa
terkejutnya setelah melihat darah putih berbau wangi. Hal ini menandakan bahwa
sang putri masih suci. Raja Husein pun sangat terpukul dan menyesal karena
telah membunuh anaknya sendiri.
Tak beberapa lama, datang seorang kyai tua dan berkata,
“Sungguh malang nasib Putri ini, ia hamil namun dibunuh sebelum ia
melahirkan jabang bayinya. Entahlah, kita tidak tahu apakah yang ada di dalam isi
perut sang putri? Apakah ular? Pusaka? Atau jabang bayi manusia?”
Untuk itu Raden Ayu Putri Sundari Cempokowati akan dikenal dengan
sebutan Raden Ayu Putri Oncat Tondo Wurung. Sejak saat itu pula, jika ada
keturunan Terung yang akan melahirkan, menikah, dan sebelum dikhitan harus
menyediakan persembahan berupa tumpeng nasi kuning yang akan dibagikan
kepada warga sekitar untuk mengenang dan mendoakan jasad sang putri.

Anda mungkin juga menyukai