Anda di halaman 1dari 4

PAHLAWAN SESUNGGUHNYA

Suatu pagi yang cerah mentari bersinar menunjukan pesonanya, setelah seminggu
bersembunyi dibalik awan. Jam menunjukan pukul 06.00 anita segera beranjak ke kamar
mandi karena hari ini ia harus datang pagi untuk membersihkan ruang kelas. Memastikan
perlengkapan sekolah tidak ada yang tertinggal anita pun segera pergi ke sekolah, berpamitan
dengan orang tersayang berharap hari ini menyenangkan. Ditengah perjalanan anita melihat
banyak kejadian ada yang menyenangkan seperti anak yang diantar ayahnya ke sekolah
hingga yang mengharukan seperti anak seumuran nya berjualan koran di jalanan. Anita
memandangi sekeliling nya dan begumam dalam hati nya betapa beruntungnya ia
dibandingkan beberapa orang. Tak terasa kendaraan umum yang ia naiki berhenti tepat di
depan gerbang SMP GARUDA tak berlama-lama anita segera turun dan berjalan menuju
kelas nya. Ternyata ia bukan yang pertama sudah ada sinta yang menyapu sekeliling kelas.

Anita : Pagi sekali sin kamu sampai

Sinta : iya nit, ayahku berangkat kerja pagi hari ini

Tak lama teman-teman yang lain pun berdatangan, anita dan sinta sudah selesai
membersihkan ruang kelas. Tepat jam 07.30 bel tanda masuk berbunyi, Imam ketua kelas VII
D menyiapkan pasukan nya untuk memulai pelajaran. Hari itu bu Lisa dengan sigap
memasuki kelas untuk memberi materi.

Bu Lisa : Anak-anak silahkan kalian buat tulisan dengan tema “Pahlawan”


kalian bebas menuangkan pikirin kalian dalam tulisan itu

Suana kelas mendadak ricuh, semua siswa berdiskusi untuk menentukan siapa yang
akan mereka tulis, di tengah kericuhan aku tiba-tiba ingat dengan mereka yang ku temui tadi
pagi, bukankah mereka juga termasuk pahlawan? Ahhh aku jadi teringat ketika almarhum
ayah mengajakku ke tempat pembuangan sampah. Ketika itu aku protes ke ayah mengapa
mengajak aku ke tempat yang kumuh dan bau, namun ayah hanya tersenyum melihat
tingkahku. Tanpa memperdulikan ku ayah terus mengarahkan mobil menuju tempat itu, benar
saja bahkan tempat itu jauh lebih kumuh dari dugaanku.

“Pak Imron” panggil seorang pria paruh baya sambil berjalan menghampiri kami. “Eh pak
Joko, lama sekali kita tidak bertemu. Apa kabar? Spontan ayah menyuruhku salim dengan
pak Joko. Ada perlu apa bapak kesini, bukankah sampah di komplek sudah diambil petugas
kebersihan? “Nah itu dia pak, beberapa hari ini petugas kebersihan tidak mengambil sampah
di komplek kami, yasudah jadi saya harus mengantarkan sendiri ke tempat pembuangan
ini.”kalau begitu saya mewakili para pekerja disini memohon maaf ya pak, nanti akan saya
sampaikan ke atasan saya”.

Setelah berbincang cukup lama, aku dan ayah pulang. Ketika diperjalanan ayah
menyadari anak perempuannya cemberut sedari pagi. Ayah berusaha mengajakku berbicara
namun aku tak membalasnya.

Ayah : Anita, kamu tahu bahwa pak Joko adalah seoarang pahlawan?

Dengan heran aku menatap ayah, namun lagi lagi aku enggan untuk berbicara

“Selama ini pasti kamu hanya mengetahui pahlawan yang ada di dalam buku pelajaran mu
kan”

Aku menghela napas. “Memang pak Joko pernah berperang?” Tanyaku polos pada ayah

Ayah tersenyum dan sedikit tertawa mendengar jawabanku.

“Sayang, coba kamu bayangkan kalau tidak ada petugas kebersihan yang membantu kita
membersihkan jalanan, belum lagi masih banyak manusia yang tidak peduli dengan
lingkungan sekitar” Mulai mengerti maksud ayah aku jadi merasa bersalah, tidak seharusnya
aku bersikap seperti itu. “Ayah aku minta maaf”, Ayah memberhentikan mobil dan menatap
ke arah ku.

Ayah : Anita, anak ayah. Semua manusia bisa menjadi pahlawan, bahkan kamu bisa
menjadi pahlawan untuk diri kamu sendiri. Tak harus ikut berperang untuk menjadi pahlawan
coba lihat ke luar jendela. Lihat anak-anak yang berjualan di sepanjang jalan ini. Mereka
sedang berjuang untuk sebuah kehidupan, mereka berperang melawan keadaan jadi mereka
juga pahlawan.

Aku tersenyum mendengar perkataan ayah, betapa beruntungnya aku mempunyai


ayah sepertinya.”Ayah juga pahlawan, karena ayah berjuang untuk kehidupan kita” Ayah
memeluk ku dengan erat kemudia mengusap pipi ku dengan manja.

Flashback off

Bu Lisa : Anita, kenapa melamun?


Ternyata bu Lisa memperhatikan ku sejak tadi, ahh aku malu sekali.”Tidak bu, aku hanya
bingung memikirkan pahlawan yang ingin ku ceritakan”. Bu Lisa tersenyum heran.

Aku mengambil pena dan menggoreskannya di atas kertas, kata demi kata, bait demi bait
sudah mulai membentuk sebuah cerita. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca ketika menulis, aku
teringat dengan pahlawanku. Ayahku adalah pahlawan bagiku jadi hari ini aku akan
menuliskan bagaimana seorang anak perempuan mengaggumi pahlawannya. Ayah adalah
sosok pahlawan yang tak kenal lelah, tidak pernah mengakui ketika dirinya sedang lemah.
Laki-laki itu sangat istimewa bagiku, mencari nafkah di kala matahari dan badai tidak
berpihak pada bumi. Di tengah aku menulis tak terasa air mata jatuh membasahi kertas dan
tulisanku, karena sadar aku langsung mengusap air mata itu dan menenagkan diri. Tulisan ku
pun selesai, Bu Lisa memanggil satu persatu siswa untuk menceritakan tulisan mereka.
Banyak temanku mengambil sosok pahlawan yang ada dibuku sejarah, ketika namaku di
sebut mendadak aku gugup. Takut tulisanku ini tidak seperti yang bu Lisa harapkan, tapi
dengan percaya diri aku maju mengahap teman-temanku dan menceritakan tulisanku. Sontak
semua yang ada di kelas bertepuk tangan termasuk Bu Lisa. Bu Lisa memeluk ku dengan
hangat seolah menenangkan dan menyuruhku kembali ke tempat duduk.

Aku menghela napas, seraya berdamai dengan diri sendiri aku menepuk pundakku sendiri”
Tidak papa nita, kamu luar biasa hari ini” Gumamku dengan diri sendiri.

Bu Lisa : Baik anak-anak kalian sudah melakukan tugas dengan baik hari ini,
Ibu sangat kagum dengan cerita kalian, baiklah ibu akan menjelaskan sedikit tentang
pahlawan.

“Pahlawan sejatinya adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain, jadi bukan hanya mereka
yang melawan penjajah saja yang bisa disebut pahlawan, kalian pun bisa loh di sebut
pahlawan juga”

Andre : Bagaimana bu, aku mau jadi pahlawan seperti Ultramen

Mendadak ruang kelas di penuhi suara tawa karena tingkah Andre

Bu Lisa melanjutkan pembicaraannya” Dengan belajar yang tekun dan menyelesaikan tugas
yang harus diselesaikan kalian bisa jadi pahlawan, karena kalian telah sadar bahwa penerus
bangsa Indonesia ini adalah kalian. Dengan belajar kalian dapat bermanfaat baik untuk diri
sendiri maupun orang banyak. Nah menjadi pahlawan juga tidak memandang usia, status
sosial, agama dan lain-lain. Kalian hanya perlu melakukan yang terbaik dan jangan pernah
menyerah.

Sinta : Bu, aku tahu kienapa dengan belajar kita dapat disebut pahlawan. Karena kita
berperang melawan kebodohan, dengan begitu kita menyelamatkan bangsa ini. Benerkan Bu
Lisa?

Bu Lisa tersenyum bangga mendengar jawaban Sinta.”Benar Sinta, Ibu bangga dengan
murid-murid ibu”

Baiklah karena waktu Ibu sudah selesai, silahkan kalian simpan buku kalian dan bersiap
melanjutkan pelajaran berikutnya.

Bu Lisa meninggalkan ruang kelas, dan aku melanjutkan pelajaran seperti biasa. Hari ini aku
pulang dengan perasaan bangga. Mendengar penjelasan bu Anita tadi aku yakin Ayah pasti
bangga dengan anak perempuannya.Anita janji yah, anita akan melanjutkan perjuangan ayah
berjuang untuk keluarga kecil kita.

Nama : Jesslyn Aurellia Lugito

Kelas : X MIPA 4 / 20

Anda mungkin juga menyukai