11/14/20
Menurut KBBI, semangat berarti ‘kekuatan kemauan, gairah untuk berkerja dan
berjuang’. Sedangkan komitmen berarti ‘perjanjian’ (keterikatan) untuk melakukan
sesuatu serta tanggung jawab’. Kata kebangsaan berarti ‘ciri-ciri yang menandai
golongan; perihal bangsa; kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara’. Dengan
demikian semangat dan komitmen kebangsaan berarti semangat berjuang untuk
melakukan sesuatu yang bertalian dengan bangsa.
Semangat kebangsaan dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk
mempertahankan suatu bangsa dan memberikan dampak positif dalam perkembangan
berbangsa dan bernegara. Semangat dan komitmen kebangsaan dapat ditumbuhkan
dengan memupuk nasionalisme dan patriotisme. Sikap patriotisme bersumber dari
perasaan cinta tanah air sehingga menimbulkan kerelaan berkorban demi bangsa dan
negaranya.
menurut KBBI, nasionalime adalah ‘paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri; kesadaraan keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial
atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu’. Adapun patriotisme berarti ‘sikap
seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan
kemakmuran tanah airnya serta semangat cinta tanah air’.
PENDiDiKAN
PENDiDiKAN PANCASiLA
PANCASiLA DAN
DAN KEWARGANEGARAAN
KEWARGANEGARAAN
1. Hakikat Semangat dan Komitmen Kebangsaan
1) Sejarah Singkat
Lagu “Indonesia Raya" diciptakan oleh W. R
Soepratman dan diperdengarkan pertama kali
pada saat Kongres Pemuda II tanggal 28
Oktober 1928 di Jakarta. Pada masa
pemerintahan Belanda, terdapat larangan
terhadap pemutaran lagu “Indonesia Raya" di
radio-radio. Beberapa waktu kemudian,
pemerintah mengizinkan lagu diputar, tetapi
kata “merdeka” dalam syair lagu diganti dengan
kata “mulia”; dan sebelum lagu “Indonesia
Raya" dinyanyikan, terlebih dahulu harus
dinyanyikan lagu kebangsaan Belanda. Berbeda
dengan Belanda, Jepang saat pertama kali
memasuki Indonesia, memperbolehkan lagu
“Indonesia Raya” dinyanyikan dan diputar di
radio agar mendapat dukungan dari rakyat
Indonesia. Namun, setelah Jepang resmi
menjajah, lagu “Indonesia Raya” dilarang
dinyanyikan. Setelah melihat kekalahan Jepang
di Perang Dunia II, bangsa Indonesia kembali
menyanyikan lagu “Indonesia Raya" di seluruh
penjuru tanah air sebagai bentuk nasionalisme
bangsa.
2) Dasar Hukum
Dasar hukum yang mengatur tentang lagu kebangsaan adalah UUD NRI
Tahun 1945 Pasal 36B, dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Penggunaan lagu
kebangsaan “Indonesia Raya” juga diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
a) Lagu kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:
1) untuk menghormati Presiden dan/atau Wakil Presiden;
2) untuk menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau
penurunan Bendera Negara yang diadakan dalam upacara;
3) dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah;
4) dalam acara pembukaan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah;
5) untuk menghormati kepala negara atau kepala pemerintahan
negara sahabat dalam kunjungan resmi;
6) dalam acara atau kegiatan olahraga internasional;
7) dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni internasional yang diselenggarakan di Indonesia.
1) Sejarah Singkat
Bendera atau panji berwarna merah dan putih diduga telah digunakan di
Nusantara sejak masa kerajaan. Sebagai contoh, Kerajaan Singasari, Kediri,
Majapahit, Bone, dan Aceh diperkirakan menggunakan panji dwi warna ini
atau panji merah putih dalam melawan penjajah. Pada Tahun 1928,
bendera merah putih digunakan sebagai bendera pemersatu bangsa
Indonesia. Bendera merah putih resmi menjadi bendera nasional Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. sesuai proklamasi diucapkan, dilakukan
pengibaran bendera merah putih.
2) Dasar Hukum
Dasar hukum tentang Bendera Merah Putih adalah UUD NRI Tahun 1945 Pasal 35 dan
UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan. Dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 disebutkan bahwa Bendera
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang
Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua per tiga)
dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih
yang kedua bagiannya berukuran sama. Bendera Negara dibuat dari kain yang
warnanya tidak luntur. Penggunaan Bendera Negara dapat berupa pengibaran
dan/atau pemasangan sebagai berikut.
a) Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara
matahari terbit hingga matahari terbenam.
b) Dalam keadaan tertentu, pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara
dapat dilakukan pada malam hari.
c) Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan
Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak
penggunaan rumah, gedung atau kantor, satuan pendidikan, transportasi umum,
dan transportasi pribadi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan di kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
d) Selain pengibaran pada setiap tanggal 17 Agustus, Bendera Negara dikibarkan
pada waktu peringatan hari-hari besar nasional atau peristiwa lain.
1) Sejarah Singkat
Lambang burung Garuda banyak muncul di berbagai kisah
daerah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam kisah-kisah tersebut,
Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan,
keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Selain terdapat dalam kisah-
kisah, Garuda juga terdapat dalam candi-candi sebagai
kendaraan Wishnu, seperti Prambanan, Mandut, dan Penataran.
Tanggal 10 Januari 1950, dibentuk sebuah panitia yang
bertugas untuk menyeieksi usulan rancangan lambang negara
untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah, yaitu Panitia
Lencana Negara. Kemudian, terpilihlah rancangan lambang
negara yang diusulkan oleh Sultan Hamid II. Setetah dilakukan
diskusi bersama presiden, diperoleh kesepakatan, yaitu
mengganti warna pita yang dicengkeram Garuda menjadi warna
putih yang semula berwarna merah putih dan menambahkan Rancangan lambang negara
semboyan “Bhinneka Tunggal ika”. Selanjutya, dilakukan yang diusulkan oleh Sultan
Hamid II
penambahan lainnya, seperti penambahan jambul di kepala
Garuda. Garuda Pancasila diresmikan sebagai lambang
negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
2) Dasar Hukum
Dasar hukum yang mengatur tentang lambang negara
Garuda Pancasila adalah UUD NRI Tahun 1945 Pasal 36A
dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam UU
No. 24 tahun 2009 disebutkan bahwa Lambang Negara
Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda,
dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” ditulis di atas pita
yang dicengkeram oleh Garuda. Ketentuan lain yang
berkaitan dengan Garuda Pancasila adalah sebagai berikut.
a) Garuda dengan perisai memiliki paruh, sayap, ekor,
dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga
pembangunan.
b) Garuda memiliki sayap yang masing-masing berbulu
17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher
berbulu 45.
c) Di tengah-tengah perisai Garuda, terdapat sebuah
garis hitam tebal yang melukiskan khatulistiwa.
c) Penggunaan Lambang Negara di dalam gedung, kantor atau ruang kelas satuan
pendidikan dipasang pada:
1) gedung dan/atau kantor Presiden dan Wakil Presiden;
2) gedung dan/atau kantor lembaga negara;
3) gedung dan/atau kantor instansi pemerintah;
4) gedung dan/atau kantor lainnya.
d) Penggunaan Lambang Negara di luar gedung atau kantor pada:
1) istana Presiden dan Wakil Presiden;
2) rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
3) gedung atau kantor dan rumah jabatan kepala perwakilan Republik Indonesia
di luar negeri;
4) rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat.
c. Rela Berkorban
Perwujudan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan
dalam kehidupan dapat dilakukan dengan rela berkorban
antara lain dengan melakukan tindakan sebagai berikut :
1) Berkorban dengan tenaga dan waktu.
2) Berkorban memberikan sumbangan pemikiran bagi
kemajuan Indonesia.
3) Berkorban dengan harta benda yang dimiliki.
4) Berkorban dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat
mengancam perstuan bangsa.