Anda di halaman 1dari 37

YAYASAN PENDIDIKAN IGNATIUS SLAMET RIYADI

SMP IGNATIUS SLAMET RIYADI


PPKn AKREDITASI “A”
Jl. Raya Bogor KM, 24 Cijantung 13770 Telpon 8401693 Jakarta Timur

11/14/20

ABSALOM FRETS HUNINHATU, S.Pd


PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
PETA KONSEP

Semangat dan Komitmen


Kebangsaan untuk Memperkuat
Negara Kesatuan Republik Indonesia

Arti penting Semangat


Peran Tokoh Masyarakat
dan Komitmen
Makna Semangat akan Pentingnya
Kebangsaan untuk
dan Komitmen Semangat dan
Memperkuat Negara
Kebangsaa Komitmen Kebangsaan
Kesatuan Republik
untuk Memperkuat
Indonesia
Negara Kesatuan
Republik Indonesia

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini, siswa


diharapkan mampu:
• Mensyukuri semangat dan komitmen
kebangsaan kolektif untuk
memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
• Menunjukkan semangat dan komitmen
kebangsaan kolektif untuk
memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
• Memahami pentingnya semangat dan
semangat komitmen kebangsaan
untuk memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
• Mendemonstrasikan peran tokoh
masyarakat akan pentingnya semangat
dan komitmen kebangsaan untuk
memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


A. Makna Semangat dan Komitmen
Kebangsaan

1. Hakikat Semangat dan Komitmen Kebangsaan

 Menurut KBBI, semangat berarti ‘kekuatan kemauan, gairah untuk berkerja dan
berjuang’. Sedangkan komitmen berarti ‘perjanjian’ (keterikatan) untuk melakukan
sesuatu serta tanggung jawab’. Kata kebangsaan berarti ‘ciri-ciri yang menandai
golongan; perihal bangsa; kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara’. Dengan
demikian semangat dan komitmen kebangsaan berarti semangat berjuang untuk
melakukan sesuatu yang bertalian dengan bangsa.
 Semangat kebangsaan dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk
mempertahankan suatu bangsa dan memberikan dampak positif dalam perkembangan
berbangsa dan bernegara. Semangat dan komitmen kebangsaan dapat ditumbuhkan
dengan memupuk nasionalisme dan patriotisme. Sikap patriotisme bersumber dari
perasaan cinta tanah air sehingga menimbulkan kerelaan berkorban demi bangsa dan
negaranya.
 menurut KBBI, nasionalime adalah ‘paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri; kesadaraan keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial
atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu’. Adapun patriotisme berarti ‘sikap
seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan
kemakmuran tanah airnya serta semangat cinta tanah air’.

PENDiDiKAN
PENDiDiKAN PANCASiLA
PANCASiLA DAN
DAN KEWARGANEGARAAN
KEWARGANEGARAAN
1. Hakikat Semangat dan Komitmen Kebangsaan

 Adapun komitmen kebangsaan dapat ditunjukkan dengan sikap antara lain


sebagai berikut.
a. Memiliki semangat persatuan dan kesatuan.
b. Memiliki semangat berjuang mempertahankan kemerdekaan.
c. Mendukung dan aktif agar tercapai cita-cita bangsa yaitu adil dan makmur.
d. Memiliki semangat berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Perkembangan Periode Semangat dan Komitmen Kebangsaan

a) Periode Sebelum Pergerakan Nasional


Semangat dan komitmen kebangsaan Indonesia dalam melawan bangsa asing yang
menjajah telah muncul sejak zaman kerajaan. Beberapa pahlawan yang berjuang
dengan gigih melawan penjajah adalah Sultan Agung Mataram (1645), Sultan Ageng
Tirtayasa dan Ki Tapa di Banten (1650), dan Sultan Hasanuddin di Makasar (1660).
Perjuangan bangsa Indonesia waktu itu masih bersifat lokal dan tidak membawa hasil
yang besar karena belum ada persatuan dan kesatuan dari berbagai kerajaan.
Sementara itu, kaum penjajah terus menggunakan politik devide et impera kepada para
pejuang.

b) Periode Pergerakan Nasional


Periode pergerakan nasional dimulai sekitar awal abad ke-20 ditandai dengan munculnya
kesadaran bangsa Indonesia atas pentingnya persatuan dan kesatuan dan pergerakan
rakyat yang terorganisir. Berbagai organisasi telah terbentuk, seperti Sarekat Dagang
Islam (1911) dan Indische Partij (1913). Namun, awal kebangkitan pergerakan nasional
secara nyata terjadi ketika Boedi Oetomo terbentuk pada tahun 1908. Tahun 1928
terselenggara Kongres Pemuda ll. Pada kongres tersebut para pemuda mengucapkan
tekad bersama mengenai hasil keputusan kongres, yaitu Sumpah Pemuda dengan
pernyataan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Perkembangan Periode Semangat dan Komitmen Kebangsaan

c) Periode Masa Pendudukan Jepang


Pendudukan Jepang di Indonesia memberikan penderitaan bagi rakyat Indonesia yang
dapat dilihat dari jumlah korban romusha, yaitu kurang lebih 400.000 jiwa. Namun,
perasaan senasib sebagai bangsa terjajah telah memperkuat keinginan bersama untuk
mencapai kemerdekaan, rasa kesatuan sebagai bangsa yang tinggal dalam wilayah
nusantara, dan keinginan untuk menikmati kemakmuran dan keadilan sebagai sebuah
negara. Golongan muda, seperti Wikana dan Jusuf Kunto berperan dalam peristiwa
Rengasdengklok yang membuat Soekarno dan Moh. Hatta segera mempersiapkan dan
melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

d) Periode Proklamasi dan Perang Kemerdekaan


Puncak perjuangan rakyat Indonesia adalah
Proklamasi Kemerdekaan yang berlangsung
tanggal 17 Agustus 1945. Awalnya, Belanda
tidak menerima begitu saja atas kemerdekaan
Indonesia sehingga terjadi perang kemerdekaan
yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Tahun 1949, Belanda menyerahkan
kedaulatan kepada Indonesia.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Perkembangan Periode Semangat dan Komitmen Kebangsaan

e) Periode Mengisi Kemerdekaan


Setelah meraih kemerdekaan, semangat dan komitmen kebangsaan rakyat Indonesia
semakin diuji. Bangsa Indonesia wajib menjaga kemerdekaan yang telah direbut dengan
susah payah dan penuh perjuangan. Rakyat Indonesia, secara bersama-sama dengan
semangat dan komitmen kebangsaan, hendaknya bertekad menjadikan Indonesia
sebagai sebuah negara maju, negara yang besar dan juga mempunyai peran penting
bagi dunia internasional. Dalam mewujudkan sebuah negara yang maju, bangsa
Indonesia memiliki sejumlah nilai penting yang berkaitan dengan semangat dan
komitmen kebangsaan, antara lain: 1) takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) jiwa
semangat yang merdeka; 3) jiwa nasionalisme; 4) jiwa patriotisme; 5) memiliki harga
diri sebagai bangsa yang merdeka; 6) tidak kenal menyerah; 7) jiwa persatuan dan
kesatuan; 8) sikap antipenjajah dan antipenjajahan; 9) sikap percaya kepada diri sendiri
serta percaya pada kekuatan dan kemampuan diri; 10) sikap percaya kepada hari depan
yang gemilang dari bangsa Indonesia; 11) memiliki idealisme kejuangan yang tinggi; 12)
sikap berani, rela, dan ikhlas untuk berkorban bagi tanah air, bangsa dan negara; 13)
sikap kepahlawanan; 14) sikap setia kawan; 15) mendukung kebersamaan; 16) memiliki
disiplin yang tinggi; 17) sikap ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


B. Arti Penting Semangat dan Komitmen Kebangsaan
untuk Memperkuat NKRI

1. Semangat dan Komitmen


Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI
Wuiud dari semangat dan komitmen kebangsaan antara lain adanya kesepakatan bahwa
Pancasila adalah dasar negara, lagu “Indonesia Raya" adalah lagu kebangsaan, Bendera Merah
Putih adalah bendera negara, dan Garuda Pancasila adalah lambang negara.

a. Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara terminoiogis, dasar negara merupakan
landasan dan sumber untuk membentuk dan
menyelenggarakan negara. Secara yuridis
ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana terdapat
pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Selain
itu, ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-
Undangan bahwa Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum negara . Dengan
demikian, setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


b. Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan

1) Sejarah Singkat
Lagu “Indonesia Raya" diciptakan oleh W. R
Soepratman dan diperdengarkan pertama kali
pada saat Kongres Pemuda II tanggal 28
Oktober 1928 di Jakarta. Pada masa
pemerintahan Belanda, terdapat larangan
terhadap pemutaran lagu “Indonesia Raya" di
radio-radio. Beberapa waktu kemudian,
pemerintah mengizinkan lagu diputar, tetapi
kata “merdeka” dalam syair lagu diganti dengan
kata “mulia”; dan sebelum lagu “Indonesia
Raya" dinyanyikan, terlebih dahulu harus
dinyanyikan lagu kebangsaan Belanda. Berbeda
dengan Belanda, Jepang saat pertama kali
memasuki Indonesia, memperbolehkan lagu
“Indonesia Raya” dinyanyikan dan diputar di
radio agar mendapat dukungan dari rakyat
Indonesia. Namun, setelah Jepang resmi
menjajah, lagu “Indonesia Raya” dilarang
dinyanyikan. Setelah melihat kekalahan Jepang
di Perang Dunia II, bangsa Indonesia kembali
menyanyikan lagu “Indonesia Raya" di seluruh
penjuru tanah air sebagai bentuk nasionalisme
bangsa.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


b. Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan

2) Dasar Hukum
Dasar hukum yang mengatur tentang lagu kebangsaan adalah UUD NRI
Tahun 1945 Pasal 36B, dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Penggunaan lagu
kebangsaan “Indonesia Raya” juga diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
a) Lagu kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:
1) untuk menghormati Presiden dan/atau Wakil Presiden;
2) untuk menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau
penurunan Bendera Negara yang diadakan dalam upacara;
3) dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah;
4) dalam acara pembukaan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah;
5) untuk menghormati kepala negara atau kepala pemerintahan
negara sahabat dalam kunjungan resmi;
6) dalam acara atau kegiatan olahraga internasional;
7) dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni internasional yang diselenggarakan di Indonesia.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


b. Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan

b) Lagu kebangsaan dapat diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:


1) sebagai pernyataan rasa kebangsaan;
2) dalam rangkaian program pendidikan dan pengajaran;
3) dalam acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi,
partai politik, dan kelompok masyarakat lain;
4) dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni internasional.

Selain itu, terdapat ketentuan mengenai larangan yang berkaitan


dengan lagu kebangsaan “Indonesia Raya", yaitu setiap orang
dilarang:
5) mengubah lagu kebangsaan dengan nada, irama, kata-kata,dan
ubahan lain dengan maksud untuk menghina atau merendahkan
kehormatan lagu kebangsaan;
6) memperdengarkan, menyanyikan, ataupun menyebarluaskan hasil
ubahan agu kebangsaan dengan maksud untuk tujuan komersial;
7) menggunakan lagu kebangsaan untuk iklan dengan maksud untuk
tujuan komersial.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


c. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan

1) Sejarah Singkat
Bendera atau panji berwarna merah dan putih diduga telah digunakan di
Nusantara sejak masa kerajaan. Sebagai contoh, Kerajaan Singasari, Kediri,
Majapahit, Bone, dan Aceh diperkirakan menggunakan panji dwi warna ini
atau panji merah putih dalam melawan penjajah. Pada Tahun 1928,
bendera merah putih digunakan sebagai bendera pemersatu bangsa
Indonesia. Bendera merah putih resmi menjadi bendera nasional Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. sesuai proklamasi diucapkan, dilakukan
pengibaran bendera merah putih.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


c. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan

2) Dasar Hukum
Dasar hukum tentang Bendera Merah Putih adalah UUD NRI Tahun 1945 Pasal 35 dan
UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan. Dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 disebutkan bahwa Bendera
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang
Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua per tiga)
dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih
yang kedua bagiannya berukuran sama. Bendera Negara dibuat dari kain yang
warnanya tidak luntur. Penggunaan Bendera Negara dapat berupa pengibaran
dan/atau pemasangan sebagai berikut.
a) Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara
matahari terbit hingga matahari terbenam.
b) Dalam keadaan tertentu, pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara
dapat dilakukan pada malam hari.
c) Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan
Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak
penggunaan rumah, gedung atau kantor, satuan pendidikan, transportasi umum,
dan transportasi pribadi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan di kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
d) Selain pengibaran pada setiap tanggal 17 Agustus, Bendera Negara dikibarkan
pada waktu peringatan hari-hari besar nasional atau peristiwa lain.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


c. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan

e) Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di:


1) Istana Presiden dan Wakil Presiden;
2) gedung atau kantor lembaga negara;
3) gedung atau kantor lembaga pemerintah;
4) gedung atau kantor lembaga pemerintah nonkementerian;
5) gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;
6) gedung atau kantor dewan perwakilan rakyat daerah;
7) gedung atau kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
8) gedung atau halaman satuan pendidikan;
9) gedung atau kantor swasta;
10) rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
11) rumah jabatan pimpinan lembaga negara;
12) rumah jabatan menteri;
13) rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian;
14) rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat;
15) gedung atau kantor atau rumah jabatan lain;
16) pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
17) lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik
Indonesia;
18) taman makam pahlawan nasional.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


c. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan

f) Bendera Negara wajib dipasang pada:


1) kereta api yang digunakan presiden atau wakil presiden;
2) kapal milik pemerintah atau kapal yang terdaftar di Indonesia pada
waktu berlabuh dan berlayar;
3) pesawat terbang milik pemerintah atau pesawat terbang yang
terdaftar di Indonesia.
g) Bendera Negara dapat dikibarkan dan/atau dipasang pada:
1) kendaraan atau mobil dinas;
2) pertemuan resmi pemerintah dan/atau organisasi;
3) perayaan agama atau adat;
4) pertandingan olahraga;
5) perayaan atau peristiwa lain.
h) Bendera Negara dipasang pada mobil dinas presiden, wakil presiden,
ketua MPR, ketua DPR, ketua DPD, ketua MA, Ketua MK, Ketua BPK,
menteri atau pejabat setingkat menteri, Gubernur BI, mantan presiden,
dan mantan wakil presiden sebagai tanda kedudukan. Bendera Negara
sebagai tanda kedudukan dipasang di tengah-tengah pada bagian
depan mobil.
i) Pejabat tinggi pemerintah negara asing jika menggunakan mobil yang
disediakan Pemerintah, Bendera Negara dipasang di sisi kiri bagian
depan mobil.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


c. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan

j) Bendera Negara dapat digunakan sebagai:


1) tanda perdamaian;
2) tanda berkabung;
3) penutup peti atau usungan jenazah.
k) Bendera Negara digunakan sebagai tanda berkabung, dengan dikibarkan
setengah tiang, apabila presiden atau wakil presiden, mantan presiden atau
mantan wakil presiden, pimpinan atau anggota lembaga negara, menteri atau
pejabat setingkat menteri, kepala daerah, dan/atau pimpinan dewan perwakilan
rakyat daerah meninggal dunia.

Selain itu, terdapat ketentuan mengenai larangan yang berkaitan dengan


bendera merah putih, yaitu setiap orang dilarang:
1) merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan
lain dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan
Bendera Negara;
2) memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
3) mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
4) mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan
memasang lencana atau benda apapun pada Bendera Negara;
5) memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan
tutup barang yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

1) Sejarah Singkat
Lambang burung Garuda banyak muncul di berbagai kisah
daerah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam kisah-kisah tersebut,
Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan,
keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Selain terdapat dalam kisah-
kisah, Garuda juga terdapat dalam candi-candi sebagai
kendaraan Wishnu, seperti Prambanan, Mandut, dan Penataran.
Tanggal 10 Januari 1950, dibentuk sebuah panitia yang
bertugas untuk menyeieksi usulan rancangan lambang negara
untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah, yaitu Panitia
Lencana Negara. Kemudian, terpilihlah rancangan lambang
negara yang diusulkan oleh Sultan Hamid II. Setetah dilakukan
diskusi bersama presiden, diperoleh kesepakatan, yaitu
mengganti warna pita yang dicengkeram Garuda menjadi warna
putih yang semula berwarna merah putih dan menambahkan Rancangan lambang negara
semboyan “Bhinneka Tunggal ika”. Selanjutya, dilakukan yang diusulkan oleh Sultan
Hamid II
penambahan lainnya, seperti penambahan jambul di kepala
Garuda. Garuda Pancasila diresmikan sebagai lambang
negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

2) Dasar Hukum
Dasar hukum yang mengatur tentang lambang negara
Garuda Pancasila adalah UUD NRI Tahun 1945 Pasal 36A
dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam UU
No. 24 tahun 2009 disebutkan bahwa Lambang Negara
Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda,
dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” ditulis di atas pita
yang dicengkeram oleh Garuda. Ketentuan lain yang
berkaitan dengan Garuda Pancasila adalah sebagai berikut.
a) Garuda dengan perisai memiliki paruh, sayap, ekor,
dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga
pembangunan.
b) Garuda memiliki sayap yang masing-masing berbulu
17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher
berbulu 45.
c) Di tengah-tengah perisai Garuda, terdapat sebuah
garis hitam tebal yang melukiskan khatulistiwa.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

d) Pada perisai Garuda, terdapat lima buah ruang


yang mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut:
1) dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan
dengan cahaya di bagian tengah perisai
berbentuk bintang yang bersudut lima;
2) dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
dilambangkan dengan tali rantai bermata
bulatan dan persegi di bagian kiri bawah
perisai;
3) dasar Persatuan Indonesia dilambangkan
dengan pohon beringin di bagian kiri atas
perisai;
4) dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan dilambangkan dengan kepala
banteng di bagian kanan atas perisai;
5) dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia dilambangkan dengan kapas dan
padi di bagian kanan bawah perisai.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

e) Lambang negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas:


1) warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;
2) warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;
3) warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;
4) warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung;
5) warna alam untuk seluruh gambar lambang.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

Selanjutnya, penggunaan lambang negara diatur sebagai berikut.


a) Lambang negara wajib digunakan di:
1) dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan;
2) luar gedung atau kantor;
3) lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan
tambahan berita negara;
4) paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah;
5) uang logam dan uang kertas;
6) materai.
b) Lambang negara dapat digunakan:
1) sebagai cap atau kop surat jabatan;
2) sebagai cap dinas untuk kantor;
3) pada kertas bermaterai;
4) pada surat dan lencana gelar pahlawan, tanda jasa, dan tanda
kehormatan;
5) sebagai lencana atau atribut pejabat negara, pejabat pemerintah atau
warga negara Indonesia yang sedang mengemban tugas negara di luar
negeri;
6) dalam penyelenggaraan peristiwa resmi;
7) dalam buku dan majalah yang diterbitkan oleh Pemerintah;
8) dalam buku kumpulan undang-undang;
9) di rumah warga negara Indonesia.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

c) Penggunaan Lambang Negara di dalam gedung, kantor atau ruang kelas satuan
pendidikan dipasang pada:
1) gedung dan/atau kantor Presiden dan Wakil Presiden;
2) gedung dan/atau kantor lembaga negara;
3) gedung dan/atau kantor instansi pemerintah;
4) gedung dan/atau kantor lainnya.
d) Penggunaan Lambang Negara di luar gedung atau kantor pada:
1) istana Presiden dan Wakil Presiden;
2) rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
3) gedung atau kantor dan rumah jabatan kepala perwakilan Republik Indonesia
di luar negeri;
4) rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

e) Lambang Negara sebagai cap atau kop surat


jabatan digunakan oleh:
1) Presiden dan Wakil Presiden;
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3) Dewan Perwakilan Rakyat;
4) Dewan Perwakilan Daerah;
5) Mahkamah Agung dan badan peradilan;
6) Badan Pemeriksa Keuangan;
7) menteri dan pejabat setingkat menteri;
8) kepala perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri yang berkedudukan sebagai duta besar
luar biasa dan berkuasa penuh, konsul
jenderal, konsul, dan kuasa usaha tetap,
konsul jenderal kehormatan, dan konsul
kehormatan:
9) Gubernur, bupati atau walikota;
10) notaris; dan
11) pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh
undang-undang.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

Selain itu, terdapat ketentuan mengenai larangan


yang berkaitan dengan lambang negara, yaitu
setiap orang dilarang:
a) mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat
rusak lambang negara dengan maksud menodai,
menghina, atau merendahkan kehormatan
Lambang Negara;
b) menggunakan lambang negara yang rusak dan
tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan
perbandingan ukuran;
c) membuat lambang untuk perseorangan, partai
politik, perkumpulan, organisasi dan/atau
perusahaan yang sama atau menyerupai lambang
negara;
d) menggunakan lambang negara untuk keperluan
selain yang diatur dalam UU No. 24 Tahun 2009.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Indonesia sebagai Satu Kesatuan

a. Indonesia sebagai Satu Kesatuan Politik

Satu kesatuan politik memiliki pengertian sebagai berikut:


1) bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia juga harus merasa satu rasa,
senasib sepenanggungan, sebangsa, dan setanah air, serta mempunyai
satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa;
2) bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan
negara yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan menuju
tujuannya;
3) bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan hukum
dalam arti bahwa hanya satu hukum nasional yang mengabdi kepada
kepentingan nasional.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


b) Indonesia sebagai Satu Kesatuan Wilayah

Satu kesatuan wilayah memiliki pengertian sebagai berikut:


1) bahwa kebulatan wilayah nasional beserta kekayaannya merupakan
satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa
Indonesia;
2) bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama, dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan suatu
kesatuan bangsa yang bulat dalam arti seluas-luasnya. Kesatuan
wilayah Indonesia juga didasari oleh Deklarasi Juanda 13
Desember 1957 dan ditindaklanjuti dengan Perpu No. 4/1960.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari banyak lautan
dipandang sebagai satu kesatuan yang terdiri dari daratan yang
dihubungkan oleh perairan.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


c) Indonesia sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan
Keamanan

Satu kesatuan pertahanan dan keamanan mengandung


pengertian sebagai berikut:
1) bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada
hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan
negara;
2) bahwa tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


d) Indonesia sebagai Satu Kesatuan Ekonomi

Satu kesatuan ekonomi mengandung pengertian sebagai berikut:


1) bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun
efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa
keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh
wilayah tanah air;
2) tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di
seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki
oleh daerah-daerah dalam pengembangan kehidupan
ekonominya.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


e) Indonesia sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya

Satu Kesatuan Sosial Budaya mengandung pengertian sebagai


berikut:
1) bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan
bangsa harus merupakan kehidupan yang serasi dengan
terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama,
merata, dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan
yang sesuai dengan kemajuan bangsa;
2) bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu.
Sementara itu, corak ragam budaya yang ada
menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi
modal dan landasan pengembangan budaya bangsa
seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


C. Peran Tokoh Masyarakat akan Pentingnya
Semangat dan Komitmen Kebangsaan untuk
Memperkuat NKRI
1. Peran Tokoh Masyarakat akan Pentingnya Semangat dan
Komitmen Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI

a. Keteladanan b. Pewarisan c. Ketokohan

• Menurut KBBI, keteladanan • Menurut KBBI, pewarisan • Menurut KBBI, ketokohan


memiliki arti ‘hal yang dapat berarti ‘proses, cara, memiliki arti ‘perihal
ditiru atau dicontoh'. Contoh perbuatan mewarisi atau tokoh'. Adapun tokoh
keteladanan bisa dilihat dari mewariskan’. Contoh dari berarti ‘orang yang
hal-hal yang terkecil, dan pewarisan antara lain terkemuka’. Contoh dari
dapat dimulai dari diri sendiri. tulus ikhlas dalam ketokohan antara lain
Contoh dari sikap keteladanan membantu orang yang senantiasa berupaya
antara lain disiplin atau tepat terkena musibah, jujur berbuat kebaikan, tidak
waktu dalam mengerjakan dan bertanggung jawab cepat puas dan ingin
tugas, membayar pajak tepat dan dapat dipercaya meningkatkan prestasi,
waktu, mematuhi tata tertib dalam mengemban selalu ingin memberikan
berlalu lintas, ikut serta dalam amanah, serta terbiasa hasil atau capaian yang
kegiatan gotong royong di belajar dan bekerja tepat terbaik, serta rajin dan
lingkungan sekitar, dan waktu. cekatan dalam
memberikan bantuan kepada membantu orang lain
orang yang kurang mampu. yang membutuhkan.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Peran Tokoh Masyarakat akan Pentingnya Semangat dan
Komitmen Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI

a. Cinta Tanah Air


Perwujudan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan
dalam kehidupan dapat dilakukan dengan perilaku cinta tanah
air antara lain dengan melakukan tindakan sebagai berikut :
1) Menjaga keamanan wilayah negara dari ancaman yang
datang dari luar maupun dari dalam negeri.
2) Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan.
3) Mengolah kekayaan alam dengan menjaga ekosistem guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4) Rajin belajar guna menguasai ilmu pengetahuan dari
berbagai disiplin untuk diabdikan kepada negara.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Peran Tokoh Masyarakat akan Pentingnya Semangat dan
Komitmen Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI

b. Membina Persatuan dan Kesatuan


Perwujudan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan dalam
kehidupan dapat dilakukan dengan membina persatuan dan kesatuan di
lingkungan rumah, sekitar rumah, sekolah, sekitar sekolah, hingga
lingkungan yang lebih luas lagi, antara lain dengan melakukan tindakan
sebagai berikut :
1) Bersedia menjalin kerja sama antarlembaga maupun antar
organisasi yang berasal dari kota, kabupaten, maupun provinsi lain.
2) Ikut serta dan aktif dalam perkumpulan mahasiswa Indonesia yang
berasal dari berbagai daerah Indonesia.
3) Ikut serta menjadi tim relawan korban bencana daerah lain.
4) Menghargai dan mempelajari ragam kesenian atau kebudayaan
daerah lain.
5) Terbuka dalam menjalin pertemanan tanpa mempermasalahkan
perbedaan suku, agama, maupun bahasa dan kebudayaan.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Peran Tokoh Masyarakat akan Pentingnya Semangat dan
Komitmen Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI

c. Rela Berkorban
Perwujudan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan
dalam kehidupan dapat dilakukan dengan rela berkorban
antara lain dengan melakukan tindakan sebagai berikut :
1) Berkorban dengan tenaga dan waktu.
2) Berkorban memberikan sumbangan pemikiran bagi
kemajuan Indonesia.
3) Berkorban dengan harta benda yang dimiliki.
4) Berkorban dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat
mengancam perstuan bangsa.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Peran Tokoh Masyarakat akan Pentingnya Semangat dan
Komitmen Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI

d. Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI


Perwujudan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan dalam kehidupan
dapat dilakukan dengan memiliki pengetahuan budaya dalam
mempertahankan NKRI di tengah era globalisasi dengan cara sebagai
berikut :
1) Mempersiapkan sumber daya manusia. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan dan keahlian para sumber daya manusia
atau tenaga kerja. Dengan meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan dan keahlian diharapkan SDM atau tenaga kerja mampu
bersaing dengan SDM atau tenaga kerja asing.
2) Mempersiapkan sosial budaya dalam rangka menciptakan suasana yang
kompetitif di berbagai sektor kehidupan.
3) Mempersiapkan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun
luar negeri/regional.
4) Mempersiapkan perekonomian rakyat. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara memperbanyak lapangan kerja, mengembangkan usaha-
usaha kecil menengah, dan pemberian modal usaha.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


2. Peran Tokoh Masyarakat akan Pentingnya Semangat dan
Komitmen Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI

e. Sikap dan Perilaku Menjaga NKRI


Perwujudan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan
dalam kehidupan dapat dilakukan dengan sikap dan perilaku
menjaga kesatuan NKRI antara lain dengan melakukan
tindakan sebagai berikut :
1) Ikut serta dalam upaya menjaga kesatuan wilayah dan
kekayaan tanah air Indonesia.
2) Ikut serta dalam menciptakan ketahanan nasional dengan
cara mempererat persatuan bangsa Indonesia.
3) Menghargai adanya keragaman suku, budaya. agama dan
warna kulit dengan cara memberikan perlakuan yang sama.
4) Menaati peraturan yang berlaku di Indonesia tanpa
pandang bulu.

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN


TERIMA KASIH
absalom@stkipkusumanegara.ac.id

PENDiDiKAN PANCASiLA DAN KEWARGANEGARAAN

Anda mungkin juga menyukai