Anda di halaman 1dari 6

Zahra Ibtisamah ( XI Mipa 3 )

Makalah Seni Musik Barat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertunjukan musik merupakan suatu penyajian seni oleh bunyi yang berkualitas
untuk dapat didengar dan dinikmati oleh penonton. Musik terdiri atas unsur jiwa dan
struktur, maka pertunjukan musik ditampilkan dalam paduan bentuk dan isi.
Bentuknya berupa struktur seni suara yang biasanya berwujud melodi, ritme, dan
harmoni. Sedangkan isinya berupa pesan yang terdengar dari ungkapan lirik lagu.
Unsur struktur lagu yang merupakan seni suara akan berpengaruh terhadap rasa
musikal, sedangkan unsur isinya yang berwujud pesan akan berpengaruh terhadap
pikiran intelektual pendengarnya. Unsur struktur musical bersifat universal, sedangkan
unsur pesan lirik harus mengacu dan bersumber pada norma, etika, dan moral yang
bersifat lokal. Oleh karena itu, sajian dalam pertunjukan seni musik harus
mempertimbangkan kedua hal itu dengan bijak.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Bentuk-Bentuk Pertunjukan Musik Barat
2. Apa Tujuan Pertunjukan Musik ?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Pertunjukan Musik barat ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Pertunjukan Musik Barat


Terdapat bentuk-bentuk pertunjukan seni musik yang berkaitan erat dengan tujuan
serta jenis musik yang disajikan. Secara garis besar, bentuk-bentuk pertunjukan musik
tersebut sebagai berikut :

1. Pertunjukan musik tunggal


Pertunjukan musik tunggal, yaitu bentuk pertunjukan musik yang hanya menampilkan
seorang musikus dalam memainkan alat musik tertentu. Sebagai contoh, pertunjukan
gitar tunggal, pertunjukan piano tunggal, pertunjukan organ tunggal, pertunjukan biola
tunggal, pertunjukan saksopon tunggal, dan sebagainya.

2. Pertunjukan kelompok musik terbatas


Yang dimaksud pertunjukan musik terbatas adalah pertunjukan kelompok musik
seriosa dalam bentuk duet alat musik, trio, kuartet, atau kuintet alat musik sampai
dengan bentuk ansambel terbatas sifat pertunjukan musik seperti ini tidak jauh berbeda
dari pertunjukan musik sebelumnya, yakni terkesan formal dan penonton harus benar
benar disiplin.

3. Pertunjukan musik orkestra


Pertunjukan musik orkestra ini, meskipun masih memiliki sifat formal dan disiplin
tinggi, namun dihadiri oleh jumlah penonton yang jauh lebih besar dari pada
pertunjukan musik lainnya. Bentuk-bentuk orkestra besar seperti orkes pilharmoni,
orkes simfoni, dan sejenisnya menampilkan musikus andal dalam jumlah besar, bahkan
bisa mencapai 100-an pemusik. Untuk menampilkan bentuk pertunjukan musik seperti
ini diperlukan ruang yang cukup besar serta tata akustik gedung yang sangat baik.
4. Pertunjukan musik elektrik
Pertunjukan musik elektrik, yakni penyajian kelompok musik dengan menggunakan
perlengkapan atau alat-alat musik elektrik berkekuatan tinggi. Pertunjukan musik
elektrik berkekuatan tinggi ini sangat berbeda dari penyajian musik sebelumnya yang
ditampilkan di dalam ruang tertutup, pertunjukan jenis musik ini biasanya dilakukan
di ruang terbuka dengan jumlah penonton yang bisa mencapai ribuan orang. Penyajian
dan kelompok-kelompok band ternama pada umumnya menggunakan bentuk
pertunjukan musik seperti ini. Sifat dari pertunjukan musik ini tidak formal dan
penonton boleh saja berteriak-teriak atau ikut menyanyi bersama penyanyi yang
sedang tampil di atas pentas.

B. Tujuan Pertunjukan Musik

1. Tujuan magis
Pada masyarakat primitif, musik diciptakan khusus agar mampu meningkatkan daya
sugesti pengikut mereka dalam melaksanakan ritual kepercayaan yang sudah mereka
anut. Musik ini biasa ditemui dalam mantra. Dalam hal ini musik disajikan untuk
tujuan membangkitkan sugesti magis tertentu.

2. Tujuan religius
Setelah lahirnya agama-agama di dunia ini, musik diciptakan dan disajikan untuk
keperluan pemujaan kepada Sang Pencipta. Karya musik ini dianggap suci karena
merupakan bagian dari sarana upacara keagamaan sehingga musik ini mempunyai
sifat dan karakter yang agung. Berkaitan dengan musik yang bersifat religius, setiap
agama mempunyai cara pengungkapan tersendiri untuk mendekatkan diri dengan
penciptanya melalui musik. Doa dan mantra-mantra yang biasanya bersifat musikal

3. Tujuan simbolis
Tujuan simbolis dalam sajian atau pertunjukan adalah tujuan untuk menanamkan
penghormatan pada simbol-simbol kebanggaan terhadap sesuatu yang besar, seperti
bangsa dan negara. Kadang juga untuk menanamkan kebanggaan pada organisasi atau
lembaga tertentu. Musik yang disajikan bertujuan simbolis yang dapat membangkitkan
rasa kebanggaan tertentu pada diri seseorang. Sebagai contoh penciptaan lagu
kebangsaan, lagu perjuangan, lagu pujian untuk pahlawan, dan sejenisnya memiliki
tujuan simbolis yang harus diresapi oleh pendengarnya.
4. Tujuan pendidikan norma sosial
Musik juga sering digunakan sebagai media untuk menanamkan normanorma, aturan-
aturan yang sekalipun tidak tertulis namun berlaku di tengah masyarakat. Dengan
musik, nilai-nilai moral dan etika ditanamkan kepada anak-anak. Pendidikan karakter
seperti perilaku sopan, halus, hormat kepada orang tua, cinta keindahan, menyayangi
tanaman dan binatang, patuh kepada guru, norma-norma kehidupan bermasyarakat,
bahkan nilai-nilai keagamaan dapat ditanamkan melalui musik.

5. Tujuan kreatif
Musik juga disajikan dengan tujuan untuk unjuk dan uji kreativitas. Biasanya disajikan
musik eksperimental. Pertunjukan ini sekaligus untuk uji kreativitas, apakah karya
musik yang ditampilkan mendapat sambutan atau tidak. Tujuan akhir dari proses
kreasi seperti ini sering tidak jelas. Namun, banyak seniman eksperimental yang
mengungkapkan bahwa tujuan utamanya, yaitu untuk mencapai kepuasan batin.

C. Sejarah Perkembangan Pertunjukan Musik Barat


Pertunjukan musik sebenarnya sudah dimulai sejak zaman kuno. Hal ini dapat
diketahui dengan temuan arkeologis benda-benda purbakala dan alat-alat musik yang
ditemukan di tempat-tempat peribadatan di Mesir. Dalam tradisi Yahudi bisa diketahui
adanya teks-teks Alkitab yang menggambarkan beberapa aktivitas yang menggunakan
alat musik dan nyanyian-nyanyian. Bahkan ada jenis musik yang bisa diketahui yaitu
musik Kenisah (abad 10 – 6 SM) dan musik Sinagogal (500 SM). Kemudian
perkembangannya diketahui terjadi di Yunani pada masa klasik hellenisme dan pada
abad-abad awal masehi yang sudah terdapat musik gregorian yang diusung oleh para
musisi gereja. Tentu saja pertunjukan musik ketika itu lebih banyak ditujukan untuk
tujuan keagamaan, puji-pujian kepada Tuhan, dan persembahan untuk raja.
Pertunjukan musik untuk hiburan sudah ada, tetapi untuk kalangan terbatas. Setelah
lahir folk song di wilayah Irlandia, Skotlandia, dan beberapa negara lain di Eropa,
barulah pertunjukan musik sebagai hiburan rakyat mulai berkembang. Berikut
disajikan sejarah singkat perkembangan pertunjukan seni musik barat :

1. Musik Abad pertengahan (375-1400)


Musik zaman pertengahan biasanya dipertunjukkan dalam bentuk drama liturgi,
gregorian, tipe litani (berbalasan dilakukan dalam ibadah), tipe sekuensi, kanzone,
rondo. Pertunjukan musik polifon pada abad ke-9 – 11 konon dimulai dari Islandia dan
Norwegia.Sebagai pendukung, perkembangan lain adalah sudah adanya sekolah-
sekolah musik, organum baru, sudah ada notasi musik juga berkembang.

2. Musik Barok (1600 – 1750)


Musik zaman Barok dianggap mewakili zaman yang sangat rumit dalam berbagai hal,
mulai melodinya, bentuk-bentuk musiknya, dan warna musiknya. Musik yang juga
diambil dari tradisi tari-tarian yang menjadi seni rakyat. Istilah barok sendiri
sebenarnya muncul dalam buku Ensiklopedi karya Denis Diderot pada tahun 1750.
Bentukbentuk musik yang berkembang pada masa ini adalah opera, oratorio, musik
kamar, dan instrumentalia. Pada zaman ini musik gereja berkembang di Italia, Jerman,
dan Austria. Gereja dengan beberapa tradisi Katolik, protestan, Anglikan (Inggris)
mengembangkan gaya masing-masing. Musisi yang sangat terkenal pada masa itu di
antaranya J.S Bach (1685 – 1750), Handel Antonio Vivaldi, Alessandro Scarlatti.

3. Musik Zaman Klasik (1750 – 1820)[7]


Menurut Friedrich Blume, musik zaman klasik bercirikan karya seni musik yang
menonjolkan daya ekspresi sebagai inti garapannya. Bentuk struktur musikalnya
bersejarah sedemikian hingga terciptalah suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat
bertahan terus. Dapat diketahui bahwa masa klasik dibagi dalam pra klasik (1730 –
1760), klasik awal (1760 – 1780), dan klasik tinggi (1780 – 1820). Musik klasik ini
ditandai dengan bentuk musik seperti opera klasik, opera bufa, opera comique, oratorio
yang bekembang. Musisi ternama yang kita kenal adalah Mozart, Beethoven, Gluck dan
lain-lain. Musik gereja sendiri banyak memperoleh pengaruh dari gaya musik zaman
klasik ini. Baik gereja Katolik maupun Protestan mendapat sumbangan yang signifkan.
Zaman musik Klasik ini berlangsung pada tahun 1760 – 1820 yang berpusat pada tiga
komponis besar; Joseph Haydn (1732 – 1809), Wolfgang Amadeus Mozart (1756 – 1791),
dan Ludwig Van Beethoven (1770 – 1827). Musik yang berkembang adalah jenis musik
vokal, musik opera.

4. Musik Zaman Romantis (abad ke-18 – 19)


Musik zaman romantis dikenal mulai abad ke-18. Istilah musik romantis digunakan
untuk menggambarkan perasaan yang menonjol dalam berbagai aspek kesenian. Pada
zaman ini masih terdapat opera yang terus berkembang, drama musik, konser sebagai
warisan dari zaman klasik. Musik gereja berkembang di Wina dalam tradisi Katolik,
terkait dengan tantangan abad pencerahan oleh para pemikir di dalamnya. Dalam
tradisi Katolik terdapat musik gereja, gerakan cecilianis, dan musik devosional.
Sedangkan pada tradisi protestan terdapat nyanyian jemaat, musik gereja, paduan
suara gereja yang dibarengi dengan berbagai alat musik yang digunakannya; organ,
piano, dan lain-lain. Para musisi Zaman Romantis adalah Franz Schubert, Robert
Schuman, Anton Bruckner dan lain-lain.

5. Musik Musik Zaman Modern (Abad ke-19 – Abad ke-20)


Musik gereja abad ke-20 tampak dalam nyanyian jemaat sedikitnya memiliki dua unsur
yang menonjol :
a. Keagungan Tuhan, kemuliaan dalam ajaran Trinitas, syairnya terdapat makhluk
makhluk surgawi dalam bahasa yang agung. Didominasi oleh musik latin hingga abad-
abad pertengahan hingga memasuki zaman reformasi.
b. Mengandung pesan pementingan perilaku kesalehan manusia yang mulai terbuka,
munculnya puritanisme, pietisme, ekspansi, spiritualisme yang memasukkan teologi
kelompok tertentu (orang-orang kulit hitam) yang menjadi tematema yang dimasukkan
ke dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai