Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

DINAS KESEHATAN
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT GODEAN II
Nogosari, Sidokarto, Godean, Sleman, Yogyakarta, 55564
Telepon (0274) 6496511
Email: puskgodeanloro@gmail.com

PEDOMAN PROGRAM KESEHATAN JIWA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak tahun 2000, Kementrian Kesehatan Indonesia mengalami
reorganisasi administratif. Direktur Jenderal Kesehatan Jiwa (Dirjen Keswa)
berada di bawah Dirjen Kesehatan Komunitas, dan orientasi Kementrian
Kesehatan telah berubah dari kesehatan jiwa berbasis rujukan (pasien
gangguan jiwa dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menuju kesehatan jiwa
komunitas dasar (pasien gangguan jiwa dapat dirawat di komunitas atau di
pelayanan primer), sehingga pelayanan kesehatan jiwa yang sebelumnya
disediakan di RSJ maupun Rumah Sakit Umum (RSU) dapat dilakukan
berbasis komunitas di pelayanan primer, yakni puskesmas.
Menurut WHO satu di antara empat orang di seluruh dunia memiliki
masalah kejiwaan. Di Asia Tenggara hampir sepertiga dari populasi suatu
ketika akan mengalami gangguan neuropsikiatrik. Seiring dengan
meningkatnya kepedulian pada peningkatan prevalensi permasalahan
kejiwaan, Dirjen Keswa menerbitkan Buku Pedoman untuk kesehatan jiwa
komunitas, yang berisi pandangan mengenai sepuluh rekomendasi WHO pada
kesehatan jiwa.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam menerapkan pelayanan
kesehatan jiwa di Puskesmas, kebijakan pemerintah akan sulit dilakukan jika
tidak dilakukan perubahan-perubahan tertentu. Ada beberapa contoh dari
negara berkembang yang lain dan rekomendasi dari WHO dalam
mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan primer. Hal yang
paling realistis bagi negara dengan sumber daya kesehatan jiwa yang minim
adalah mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan
primer. Untuk mengetahui apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat, survei
data kesehatan jiwa di masyarakat perlu dilakukan studi untuk mengetahui apa
problem kesehatan jiwa yang sering terjadi di masyarakat.
Menurut Depkes RI (2005) dari studi Bank Dunia tahun 1995 dibeberapa
Negara menunjukkan bahwa hari produktif yang hilang sebesar 8,1% dari
Global Burden Disease disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka ini

1
lebih tinggi dari dampak yang disebabkan oleh penyakit TBC (7,2%), Kanker
(5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) maupun Malaria (2,6%). Besarnya masalah
tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar dibandingkan dengan
masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat. Puskesmas merupakan
unit terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sehubung dengan hal
tersebut puskesmas diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif
dan kuratif terhadap pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan tingkat primer.
Upaya promotif dan preventif yang dilakukan meliputi penyuluhan, pencegahan,
peningkatan kesehatan jiwa masyarakat.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
jiwa masyarakat di puskesmas, melakukan peningkatan kualitas pelayanan
berupa peningkatan dan pengembangan kegiatan melalui “Deteksi Dini
Kesehatan Jiwa”. Hal ini dimaksudkan sebagai strategi acuan bagi pengelola
program kesehatan jiwa dalam melakukan peningkatan kualitas dan
pengembangan pelayanan puskesmas.

B. Ruang Lingkup
Pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas meliputi seluruh upaya kesehatan
terutama upaya promotif, preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif primer dan
rehabilitatif primer serta pelayanan rujukan kepada pasien dengan gangguan jiwa.

C. Tujuan Pedoman
Tujuan diterbitkannya pedoman ini adalah sebagai acuan dalam
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
menghadapi masalah kesehatan jiwa.

D. Batasan Operasional
Masalah kesehatan jiwa adalah masalah kesehatan jiwa yang ada di
puskesmas dan masyarakat yang membutuhkan perhatian dan penanganan
khusus dalam ha ini adalah kasus bunuh diri, pasung dan rujukan gangguan
jiwa.

E. Landasan Hukum
1. Undang – undang No. 3 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa
2. Undang – undang No 23 Tahun 1966 tentang Penjelasan tambahan
tentang kesehatan jiwa

2
3. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan
upaya peningkatan kesejahteraan sosial kesehatan jiwa
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah Provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/ kota.
5. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang upaya-upaya
kesehatan jiwa
6. Undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
7. Undang –undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A . Ketenagaan
1. Dokter umum
2. Perawat
3. Bidan
4. Promkes
5. Psikolog

B. Jadual Kegiatan,
Jadual pelaksanaan kegiatan program jiwa disepakati dan disusun
bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas
sektor tiap tiga bulan sekali.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan yang dibutuhkan


1. Koordinasi pelaksanaan kegiatan program jiwa dilakukan oleh
Penanggung jawab program jiwa beserta penanggung jawab program lain
yang menempati ruang C dari gedung Puskesmas. Pelaksanaan rapat
koordinasi dilakukan di aula Puskesmas yang terletak di sebelah utara
ruang C.

Aula R
Puskesmas KIA
Ruang Tunggu

R
R.C Periks
a

2. Mudah dijangkau dan ada informasi yang jelas tentang tata letak
ruangan.

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
Pelayanan kesehatan jiwa ada di ruang BPU, ruang psikologi dan di
masyarakat.

2. Peralatan
1. Panduan pengobatan jiwa: 1 buah
2. Buku
3. Buku pedoman pencatatan dan pelaporan kesehatan jiwa di
Puskesmas: 1buah
4. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 kit
5. Kit audividual, yang terdiri dari:
a) Wireless microphone: 4 buah
b) Speaker: 2 buah
c) LCD projektor

5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN JIWA

A. Perencanaan
Di dalam menentukan kegiatan pembinaan kesehatan jiwa melalui strategi
pelayanan kesehatan jiwa, tahap-tahap yang perlu dilakukan adalah:
1. Kesepakatan di antara lintas sektor tentang pembinaan kesehatan jiwa.
2. Pengumpulan data dasar tentang pasien gangguan jiwa.
3. Melakukan pendekatan dan kerjasama lintas sektor di tingkat
kecamatan/desa/kelurahan, untuk memberikan informasi tentang
pelayanan kesehatan jiwa yang akan dilakukan oleh Puskesmas.

B. Pelaksanaan
1. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading
sektor dari Puskesmas.
2. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
kesehatan jiwa.
3. Melaksanaan kegiatan kesehatan jiwa sesuai dengan jadual yang telah
disusun.

6
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program


pelayanan kesehatan jiwa direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas
program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan.

7
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program


pelayanan kesehatan jiwa perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

8
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program


pelayanan kesehatan jiwa perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan
puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.

9
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program kesehatan jiwa dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan selama 1 tahun.
2. Pelayanan kesehatan : Cakupan kunjungan jiwa.
3. Cakupan penyuluhan yaitu presentase kesehatan jiwa anggota kelompok
yang mendapat penyuluhan dalam setahun.
4. Tersedianya dana untuk penyelenggaraan kegiatan program jiwa.
5. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.

10
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor
terkait dalam pelayanan kesehatan jiwa dengan tetap memperhatikan prinsip
proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan program mini
tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya
meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat/ kader
lansia dalam bidang kesehatan.Karena pembinaan kesehatan jiwa merupakan
strategi pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa dengan segala kondisinya baik
fisik,mental dan psiko-sosial.Jumlah pasien jiwa yang semakin meningkat,harus
menjadikan perhatian kita untuk dapat melakukan pembinaan sedini mungkin agar
mereka tetap terpelihara kesehatannya dan terkontrol.

Sleman, 30 Juni 2015


Mengetahui Penangggung Jawab UKM

dr. Desi Arijadi Rebyuk, AmKL


NIP 19701209 200701 1 006 NIP 19690905 199002 2 001

11

Anda mungkin juga menyukai