Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ vital yang mempunyai peran penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa, reabsorbsi selektif air,
elektrolit, dan non elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya menjadi urin.
Fungsi ginjal seringkali terganggu karena adanya batu yang berdasarkan
letak terbentuknya terbagi menjadi nefrolitiasis, ureterolitiasis, dan
vesicolitiasis.1
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal. Batu
ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal dan mengandung
komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas
pada kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di ureter atau di
kandung kemih. Batu kalsium urat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat
secara bersama dapat dijumpai pada 65-85% dari jumlah keseluruhan batu
ginjal.1
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran
kemih.2 Nefrolitiasis adalah kasus yang sering dijumpai dengan prevalensi
10% pada pria dan 5% pada wanita. Dari penelitian didapatkan bahwa
prevalensi penyakit ini semakin meningkat di Amerika Serikat, dimana
survei pada tahun 1988-1994 menunjukkan bahwa orang dewasa yang
berusia 20-74 tahun memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan
survei pada tahun 1976-1980 (5,2% vs 3,2%). 2 Peningkatan terjadi pada
orang kulit putih tetapi tidak pada ras Afrika maupun Meksiko di Amerika,
lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, dan meningkat seiring dengan
pertambahan usia.2
Faktor resiko penyebab batu saluran kemih adalah adanya penurunan
masukan jumlah cairan dan pengeluaran urin sebagai faktor risiko
pembentukan batu. Faktor makanan juga dapat berperan sebagai substansi
pembentuk batu. Obstruksi batu saluran kemih dapat menyebabkan dilatasi
pelvis renalis maupun kaliks yang dikenal sebagai hidronefrosis.1

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).3
Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung
kemih, dua otot sphincter, dan uretra.
1. Ginjal

Gambar 1. Ginjal3
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati
dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal).3

2
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang
peritoneum yang melapisi rongga abdomen.Kedua ginjal terletak di sekitar
vertebra T12 hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh
dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.2
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang.Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin.2
Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan
fibrosa berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas :3
 lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
 lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
a. Unit Fungsional Ginjal

Gambar 2. Nefron Ginjal4

3
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah
nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula
(atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).4
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah
tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.4
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal.5
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich
Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi.
Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan
ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali
glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral.Sebagian besar air (97.7%)
dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus
melalui osmosis.5
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem
pengumpul yang terdiri dari:3
 tubulus penghubung 

4
 tubulus kolektivus kortikal 
 tubulus kolektivus medularis 
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut
aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan
sekresi renin.Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran
untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati
ureter.5
Persyarafan pada ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.4
2. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria.Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal.4
Ureter laki-laki melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus
deferens sedangkan ureter perempuan melintas di sepanjang sisi cervix uteri
dan bagian atas vagina.4
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan
m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca
communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis,
lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami
penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta
muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering
terbentuk batu/kalkulus.5
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis,
a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan

5
persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis,
pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.6
3. Vesika Urinaria

Gambar 3. Vesika Urinaria5


Vesika urinaria atau kandung kemih adalah satu kantung berotot yang
dapat mengempis, terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih
mempunyai tiga muara, yaitu dua muara ureter dan satu muara uretra.
Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang di
sebut muskulus destrusor. Di dinding kandung kemih terdapat scratch
reseptor yang akan bekerja memberikan stimulus sensasi berkemih apabila
volume kandung kemih telah mencapai kurang lebih 150 cc.6
4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar.Terdapat beberapa perbedaan uretra pada
pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual, sedangkan uretra pada wanita panjangnya
sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter
interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter),

6
sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior
dari kandung kemih dan bersifat volunter).6

Gambar 4. Uretra pria6


Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika,
pars membranosa dan pars spongiosa.6
 Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang
melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat
berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
 Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek
dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
 Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar
penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

7
Gambar 5. Uretra wanita6
Letak uretra wanita berada di bawah simphis pubis dan bermuara
disebelah anterior vagina. Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra
diantara kelenjar skene. Kurang lebih 1/3 medial uretra, terdapat sfingter
uretra eksterna yang terdiri dari otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra
terdapat eksterna dan tonus otot levator ini berfungsimempertahankan urine
tetap berada di dalam buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika
tekanan intra vesika melebihi tekanan intrauretra akibat kontraksi otot
destrusor dan relaksasi sfingter uretra eksterna.6
2.2 Fisiologi

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan


ekstrasel dalam batas – batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra
sel ini dikontrol oleh filtrasi glomerolus, reabsorpsi dan sekresi tubulus.
Untuk lebih jelasnya fungsi dasar ginjal dapat dibagi menjadi dua fungsi,
yaitu :4

1. Fungsi Eksresi

a. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mOsm dengan


mengubah – ubah eksresi air.
b. Mempertahankan kadar masing – masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.

8
c. Mempertahankan Ph plasma sekitar 7.4 dengan mengeluarkan H+ dan
membentuk kembali HCO3- .
d. Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein,
terutama urea, asam urat dan kreatinin.

2. Fungsi Non – Eksresi

a. Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah.


b. Menghasilkan eritripoetin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel
darah merah oleh sum – sum tulang.
c. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif.
d. Degradasi insulin, sekitar 20 % dari insulin dibentuk oleh pankreas dan
didegradasi oleh sel – sel tubulus ginjal, akibatnya penderita diabetes yang
menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang jumlahnya
sedikit.
Pembentukan urin adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam
mempertahankan homeostasis tubuh. Pembentukan urin berlangsung dalam
tiga tahap yaitu :4
a. Filtrasi glomerulus
Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat
glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Proses
filtrasi: Ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat
lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan
darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen
yang tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus,
kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran
dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula
Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat
glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein,
glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan
asam amino masih diperlukan tubuh.

9
b. Reabsorpsi
Reabsorpsi yaitu proses penyerapan kembali zat-zat hasil filtrasi yang
masih diperlukan tubuh misalnya vitamin, glukosa & asam amino. Dimulai
dari tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi dilakukan oleh dinding usus
secara difusi & transfor aktif. Dinamakan reabsorpsi obligat, dimana 80%
air diserap kembali di tubulus ini. Filtrat yang keluar dinamakan urine
sekunder/filtrat tubulus. Lalu masuk melewati lengkung henle
desenden(turun) terjadi reabsorpsi 6% air dan lengkung henle asenden(naik)
terjadi reabsorosi Na+ & Cl-. Akhirnya masuk ke tubulus kontortus distal,
terjadi penambahan dan pengurangan filtrat. Reabsorpsi Na+, Ca2+ & air
dikontrol oleh hormon antideuretik(ADH), reabsorbsi ini dinamakan
reabsorpsi fakultatif karena reabsorpsinya disesuikan dengan kebutuhan.
c. Sekresi
Sekresi beberapa zat dari darah dikapiler ke filtrat berupa ion K+,
PO3-, keratin, obat-obatan dan senyawa toksik terjadi di tubulus kontortus
distal, lalu mengalir ke duktus kolektifus akan terjadi reabsorpsi air dan ion
Na+ dipengaruhi oleh ADH & aldesteron dan augmentasi ion K+ dan ion
bikarbonat. Kemudian urine diampung di katung kemih, daya tampungnya
300 cc, tekanan ke dinding katung menyababkan ingin buang air kencing.
2.3 Nefrolitiasis
2.3.1 Definisi

10
Gambar 6. Nefrolitiasis2
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam pelvis
renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium
oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal,
juga membentuk kalkulus (batu ginjal).3
Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal
yang menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa
nyeri karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.2
2.3.2 Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga
dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat
yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan
pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).2
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalam 2 faktor :2
a. Faktor endogen :
 Hyperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
 Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Faktor eksogen :
 Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya
pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan
yang masuk
 Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu.

11
 Makanan
Makanan kaya oksalat maupun asam urat dapat meningkatkan resiko
terbentuknya batu.
2.3.3 Patofisiologi
Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu
adalah kalsium, fosfat, asam urin dan sistein. Peningkatan konsentrasi
larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau urin statis sehingga membuat
tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi
meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat
presipitasi kalsium dan magnesium fosfat.2
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :3
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan
terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui
daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapan. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan
kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi
pengendapan.
d. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

12
2.3.4 Jenis-jenis dan Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium
oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat
(MAP), xanthyn, sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai
kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk
usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.5
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Faktor
terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri, hiperurikosuria,
dan hipositraturia
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli banyak
menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk
pemecah urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak
diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat
urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang
yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

13
2.3.5 Tanda dan Gejala
Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,
akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin
berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih
biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuria.2
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Hematuria
b. Piuria
c. Polakisuria/frequency
d. Urgency
e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada
daerah pinggang.
f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah,
selanjutnya ke arah penis atau vulva.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan
adanya batu leukosit meningkat.
2.3.6 Komplikasi
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan nefron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
karena kompresi batu pada membrane ginjal sehingga suplai oksigen
terhambat. Hal in menyebabkan iskemia ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal.7
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada traktus urinarius.4
c. Hidronefrosis

14
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urin.3
2.3.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Urin
b. Pemeriksaan darah
c. Pemeriksaan Radiologis
Foto Polos perut / BNO untuk melihat lokasi batu dan besar batu
dan pemeriksaan rontgen saluran kemih menggunakan kontras/ IVP
(Intranenous Pyelogram) untuk melihat fungsi ekskresi ginjal, batu lusen
dan kelainan pada traktus urinarius lainnya.8
c. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi
teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa
memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Batu dengan diameter lebih
kecil dari 3 mm juga sering terlewatkan dengan ultrasonografi.8
2.3.8 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil
yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat
keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran
urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan
batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien
BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.4
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan
agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin
sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti
ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri.
Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan

15
batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat
dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan
untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.4
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu
ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi
keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama
rawat inap di rumah sakit.6
Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran
kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada
kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :5
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan
batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan

16
jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan
tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :5
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang
berada di vesica urinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra
2.4 Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat.7
2.4.1 Etiopatogenesis
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka
hanya satu ginjal saja yang rusak.6
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal
yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas
jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Gangguan dapat sebagai  akibat dari bentuk abnormal di pangkal
ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau
kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada
pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat
terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.6

17
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal
terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap,
maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.8
2.5 Blass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography (BNO-IVP)
Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan menyuntikkan bahan
kontras secara intravena dan dilakukan pengambilan gambar radiologis
secara serial yang disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal,
berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi pemeriksaan PIV adalah
untuk mendeteksi lokasi obstruksi misalnya pada batu ginjal, konfirmasi
penyakit ginjal polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang tidak
terdeteksi oleh teknik pemeriksaan lain. Pemeriksaam PIV memerlukan
persiapan yaitu :8
a. 2 hari sebelum foto PIV penderita hanya makan bubur kecap
b. Minum air putih yang banyak
c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
d. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto
e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas) dalam lambung
dan usus.
Sebelum pasien disuntikkan kontras medium harus dilakukan terlebih
dahulu uji kepekaan. Jika pasien alergi terhadap kontras maka pemeriksaan
pielografi intravena dibatalkan. Lima menit setelah penyuntikan dibuat film
bucky anteroposterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15 menit, 30
menit dan post miksi.8
Beberapa ahli menyatakan bahwa PIV masih merupakan pencitraan
yang terbaik untuk memberikan gambaran secara vertikal mengenai struktur
anatomi dari saluran kemih.7
Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni :8
 Tidak memiliki riwayat alergi

18
 Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan
mengukur kadar BUN atau kreatininnya (<2). Karena kontras itu bersifat
nefrotoksik dan dikeluarkan lewat ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau tidak
berfungsi, akan sangat berbahaya bagi pasien.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan
fungsi dari traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder,
yang meliputi:9
 Kelainan kongenital
 Radang atau infeksi
 Massa atau tumor
 Trauma
Pada pielografi normal akan diperoleh gambaran bentuk ginjal seperti
kacang. Kutub ( pool ) atas ginjal kiri setinggi Th.XI, bagian bawah, batas
bawah setinggi korpus vertebra LIII. Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm
lebih rendah daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak dan
pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan
lateral sejajar dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak
perirenal, ginjal mendapat lebih jelas terlihat. Hal ini terutama dapat dilihat
pada orang gemuk. Pelvis renalis kemudian dilanjutkan dengan kalik mayor,
biasanyadari kalik mayor dilanjutkan dengan kalik minor. Jumlahnya
bervariasi antara 6-14. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke
daerah pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam suatu
arkus, turunke bawah dan masuk ke dalam dan depan untuk memasuki
trigonum buli- buli.9

19
Gambar 7. Menit ke 5 IVP9
Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu meliputi nefrogram dan sistem
pyelocalices (PCS). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal kanan dan kiri
yang terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi putihnya sedang-sedang
saja.9
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-
penyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis,
massa/tumor renal, dll.

Gambar 8. Menit ke 15 IVP9


Penilaian ureter:
1) Jumlah ureter.

20
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 saja, itu mungkin disebabkan
kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika difoto.
2) Posisi ureter
3) Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm
4) Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter, ureterolithiasis,
ureteritis.9

Gambar 8. Menit ke 45 IVP9


Menilai buli-buli : Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow
(divertikel) ataupun filling defect (masa tumor), indentasi prostat, dan
ekstravasasi kontras.
gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.
Contoh penyakit pada menit ke 45 yaitu cystitis, pembesaran prostat, massa
vesikolithiasis.9

21
Gambar 10. POST MIKSI IVP9
Derajat Hidronefrosis menurut IVP:8
 Hidronefrosis derajat 1
Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk bluntting/
tumpul.
 Hidronefrosis derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening/ datar.
 Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing/ menonjol.
 Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor, dan kaliks minor, serta adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk balloning/ menggembung.

22
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Usia : 40 th
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jawa
Nomor CM : 348xxx
II. ANAMNESIS (SUBJEKTIF)
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 7 Desember 2017
pukul 09.30 WIB di Ruang Radiologi RSUD Kota Semarang.
A. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung kiri
B. Keluhan Tambahan
-
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Radiologi RSUD KRMT Wongsonegoro pada tanggal 7
Desember 2017 untuk melakukan foto BNO-IVP setelah sebelumnya
memeriksakan diri ke poli Bedah Umum dengan keluhan nyeri pada
punggung kiri.
Keluhan nyeri pada punggung kiri telah berlangsung selama 5 bulan terakhir
dan menjalar hingga panggul kiri. Keluhan semakin berat terutama saat
pasien kelelahan dan tidak diperingan dengan istirahat. Nyeri bersifat hilang
timbul dan masih dalam batas dapat ditoleransi oleh pasien sehingga tidak
sampai mengganggu aktifitasnya sehari-hari. Sebelum mengalami keluhan
rasa nyeri ini, pasien sempat mengeluh terdapat pasir pada kencingnya dan
berlangsung selama 2 minggu lalu. Pasien sempat memeriksakan diri pada
dokter di puskesmas dan telah diberi obat namun tidak menghilangkan
keluhannya.

23
Selama mengalami keluhan ini, tidak ada keluhan demam, kelelahan dan
keadaan umum masih dalam keadaan baik. Gangguan berkemih seperti
kesusahan saat buang air kecil, nyeri saat berkemih, urin keruh dan
hematuria maupun urin seperti teh juga disangkal. Pasien belum pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya dan riwayat keluarga dengan
keluhan serupa juga disangkal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama, namun sempat kencing
berpasir sebelumnya.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat keluhan serupa.
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS.
G. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke puskesmas sekitar 1 bulan yang lalu lalu diberi
obat minum namun sekarang sudah tidak melanjutkan obat minumnya.
Tidak ada perbaikan setelah pengobatan.
H. Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum alkohol disangkal. Riwayat konsumsi buah dan sayur
jarang. Riwayat merokok (+). Riwayat konsumsi air pasien mengatakan
bahwa dalam sehari pasien kurang minum (3-4 gelas/hari). Makan cukup 3x
sehari dengan lauk yang lengkap.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis ( tanggal 7 Desember 2017)
 Keadaan Umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos Mentis
 Kepala
Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut, kulit kepala
tidak ada kelainan.
 Mata
Tidak diperiksa

24
 Hidung
Tidak diperiksa
 Telinga
Tidak diperiksa
 Mulut
Tidak diperiksa
 Thorax
Tidak diperiksa
B. Status Lokalis

Nyeri (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


RADIOLOGI
BNO-IVP
Foto polos abdomen tampak opasitas triangular pada hemi abdomen kiri
setinggi VL 1-2.
GINJAL KANAN ukuran, letak dan bentuk normal. Kontras sudah tampak
pada menit ke 5. PCS tidak melebar, kaliks minor cupping tak tampak
filling defect maupun distorsi kaliks.
GINJAL KIRI ukuran, letak dan bentuk normal. Kontras sudah tampak pada
menit ke 5. PCS tampak melebar, kaliks minor flattening, tak tampak
filling defect maupun distorsi kaliks.
Opasitas yang pada foto polos berada di hemi abdomen kiri setinggi VL
1-2, tampak berada di PCS kiri.
URETER KIRI tidak melebar, tak tampak kinking, tak tampak pelebaran
maupun bendungan.

25
VESIKA URINARIA dinding regular, tak tampak filling defect, additional
shadow, maupun indentasi.
POST MIKSI tampak sisa urin pada kedua PCS dan vesika urinaria.
Kesan :
Fungsi ekskresi kedua ginjal baik
Hidronefrosis kiri gr 2 e.c Nefrolithiasis

26
27
28
V. DIAGNOSIS
Diagnosa Kerja
Nefrolitiasis
Diagnosa Sekunder
Hidronefrosis grade 2
VI. PROGNOSIS
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam

BAB 4
PEMBAHASAN
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem kaliko-pelvis
renal. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal dan
mengandung komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal
dijumpai khas pada kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di
ureter atau di kandung kemih. Batu kalsium urat, kalsium oksalat, dan
kalsium fosfat secara bersama dapat djumpai pada 65-85% dari jumlah
keseluruhan batu ginjal. Umumnya nefrolitiasis akan bergejala nyeri perut
kolik pada bagian pinggang atau punggung belakang dan jarang mengenai 2
sisi yang disebabkan oleh gesekan batu saat peristaltik. Selain itu beberapa
orang akan mengeluhkan kesusahan dalam berkemih maupun gangguan
pada urin seperti hematuria, pyuria secara makroskopik dan kelainan
mikroskopik lainnya. Akibat paling sering dari nefrolitiasis adalah
hidronefrosis yang disebabkan karena adanya bendungan urin oleh batu

29
sehingga menekan struktur sistem kaliko-pelvis renal sehingga ukuran renal
membesar.
Pada pasien ini, Keluhan nyeri pada punggung kiri telah berlangsung
selama 5 bulan terakhir dan menjalar hingga panggul kiri. Keluhan semakin
berat terutama saat pasien kelelahan dan tidak diperingan dengan istirahat.
Nyeri bersifat hilang timbul dan masih dalam batas dapat ditoleransi oleh
pasien sehingga tidak sampai mengganggu aktifitasnya sehari-hari. Sebelum
mengalami keluhan rasa nyeri ini, pasien sempat mengeluh terdapat pasir
pada kencingnya dan berlangsung selama 2 minggu lalu namun keluhan
kencing darah dan gangguan berkemih disangkal. Berdasarkan pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri tekan pada flank kiri dan tidak didapatkan kelainan
lainnya. Pada pemeriksaan radiologi BNO-IVP ditemukan batu ginjal opak
pada PCS kiri sehingga menyebabkan hidronefrosis grade 2.

BAB 5
DAFTAR PUSTAKA

1. Ziemba JB, Matlaga BR. Epidemiology and economics of nephrolithiasis.


Investig Clin Urol. 2017 Sep. 58 (5):299-306.
2. Turk C, Knoll T, Petrik A, Sarica K, Skolarikos A, Straub M, et al.
Guidelines on urolithiasis. European Association of Urology. [Online]
[2015 Feb 15] [cited 2017 Dec 20] Available from : http://uroweb.org/wp-
content/uploads/EAU-Guidelines-Urolithiasis-2015-v2.pdf.
3. Borghi L, Schianchi T, Meschi T, Guerra A, Allegri F, Maggiore U, et al.
Comparison of two diets for the prevention of recurrent stones in idiopathic
hypercalciuria. N Engl J Med. 2002 Jan 10. 346(2):77-84.
4. Gerst SR, Hricak H. Radiology of the urinary tract. In: Tanagho EA,
McAninch JW, ed. Smith’s General Urology. 17th ed. California, Ca:
McGraw Hill; 2008:chap 6.

30
5. Purnomo, B.B., 2003. Dasar dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta.
Perpustakaan nasional Republik Indonesia, 62-65
6. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI, 453- 455.
7. Sjamsuhidajat, R.I, 2004. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua, Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 756-763.
8. Fulgham PF, Bishoff JT. Urinary tract imaging: Basic principles. In:
Wein AJ, ed. Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier; 2011:chap 4.
9. Baumgarten DA, Francis IR, Casalino DD, et al; American College of
Radiology. ACR Appropriateness Criteria® acute onset flank pain —
suspicion of stone disease. National Guideline Clearinghouse. [Online]
[2009 Apr 27] [Cited 2017 Dec 20] Available from
http://www.guidelines.gov/content.aspx?id=15759.

31

Anda mungkin juga menyukai