Anda di halaman 1dari 13

UNDANG-UNDANG TENTANG K3

2  Undang-Undang 1.Undang-undang Uap tahun 1930 (Stoom Ordonnantie)


2.Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja3.Undang-undang Republik
Indonesia No. 13 tahun tentang Ketenagakerjaan

3  Peraturan Pemerintah 4.Peraturan Uap tahun 1930 (Stoom Verordening)


5.Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida6.Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang
Pengaturan dan PengawasanKeselamatan Kerja di Bidang Pertambangan7.Peraturan
Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurniadan Pengolahan
Minyak dan Gas Bum

4  Peraturan Menteri8.Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transkop Nomor :


PER.01/MEN1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi
Dokter Perusahaan9.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.
Per.01/MEN/1978tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pengangkutan dan
PenebanganKayu10.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.
Per.03/MEN/1978tentang Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban Pegawai
PengawasKeselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja11.Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.: Per.01/MEN/1979Tentang Kewajiban Latihan
Hygiene Perusahaan Kesehatan Dan KeselamatanKerja Bagi Tenaga Para Medis
Perusahaan. 12.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.
Per.01/MEN/1980tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan13.Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980
Tentang:Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja.

5  14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R. I. No. Per


14.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1980tentang
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan15.Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. : Per.01/MEN/1981Tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja 16.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1982tentang Bejana Tekan17.Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982tentang Kwalifikasi Juru Las18.Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.: Per.03/MEN/1982 TentangPelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja19.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No Per.02/MEN/1983
tentang Instalasi AlarmKebakaran Automatik 20.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.:
Per.03/MEN/1985 tentang KeselamatanDan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes

6  21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R. I. No. Per


21.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.04/MEN/1985 tentang PesawatTenaga
dan Produksi22.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1985 tentang
Pesawat Angkatdan Angkut23.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. : Per-04/MEN/1987
tentang PanitiaPembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan
AhliKeselamatan Kerja24.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.01/MEN/1988
tentang Kwalifikasi danSyarat-syarat Operator Pesawat Uap25.Peraturan Menteri Tenaga
Kerja R.I. No. Per.01/MEN/1989 tentang Kwalifikasi danSyarat-syarat Operator Keran
Angkat26.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.02/MEN/1989 tentang
PengawasanInstalasi Instalasi Penyalur Petir 27.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.02/MEN/1992 tentang Tata CaraPenunjukan, Kewajiban dan Wewenang
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja28.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No.
Per.04/MEN/1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

7  29. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R. I. No. Per


29.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.05/MEN/1996 tentang SistemManajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja30.Peraturan Menteri tenaga Kerja R.I. No.
Per.01/MEN/1998 tentang PenyelenggaraanPemeliharaan Kesehatan Bagi tenaga Kerja
Dengan Manfaat Lebih dari PaketJaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja31.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.03/MEN/1998 tentang Tata
CaraPelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan32.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.04/MEN/1998 tentang Pengangkatan,Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter
Penasehat33.Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. 03/MEN/1999 tentang Syarat-
syaratKeselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang

8  Keputusan Menteri tentang K3


34.Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : Kep. 155/MEN/1984
TentangPenyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Dan Transmigrasi Nomo
r Kep.125/MEN/82, Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja
Dewan KeselamatanDan Kesehtan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja WilayahDan Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja35.Keputusan
Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum No.: Kep.174/MEN/1986.
No.: 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan
Konstruksi36.Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang
BenderaKeselamatan Dan Kesehatan Kerja37.Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.:
KEPTS.333/MEN/1989 tentangDiagnosis dan PelaporanPenyakit Akibat Kerja38.Keputusan
Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang HariKeselamatan Dan
Kesehatan Kerja Nasional

9  39. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R. I. No. Kep


39.Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Kep.51/MEN/1999 tentang NilaiAmbang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja40.Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
Kep.186/MEN/1999 tentang UnitPenanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja41.Keputusan
Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Kep.197/MEN/1999 tentangPengendalian Bahan Kimia
Berbahaya42.Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.: Kep.-
75/MEN/2002tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI Mengenai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja43.Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
No.:Kep.235/MEN/2003 Tentang Jenis- Jenis Pekerjaan Yang MembahayakanKesehatan,
Keselamatan Atau Moral Anak44. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I.
No.: Kep.68/MEN/IV/2004Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat
Kerja
10  Instruksi Menteri45.Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11/M/BW/1997
tentang Pengawasan KhususK3 Penanggulangan Kebakaran

11  Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial


DanPengawasanKetenagakerjaan
46.Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan
PengawasanKetenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja R.I. No. : Kep. 84/BW/1998
TentangCara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik
Kecelakaan47.Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.407/BW/1999 tentang Peryaratan, Penunjukan
Hak dan Kewajiban Teknisi Lift.48.Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan PengawasanKetenagakerjaan No.: Kep.311/BW/2002 tentang Sertifikasi
Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik 

Tingkatan Dasar Hukum K3


(Keselamatan dan Kesehatan
Kerja)
Peraturan Perundangan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

 Agung Supriyadi, MKKK Kirim Sebuah email29/11/2018

1 4 menit baca

Dasar Hukum K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) sangat diperlukan bagi kita, para pelindung
keselamatan dan kesehatan kerja, sebagai landasan normatif untuk penerapan K3 di lingkungan
kerja. Dasar hukum K3 di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari jumlah peraturan K3 dari peraturan
perundang-undangan daerah.
ilustrasi buku hukum k3
Sebelum membahas dasar hukum K3, kita harus membahas terlebih dahulu tentang perundangan
peraturan perundangan di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Perundangan di Indonesia terdiri atas:
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
 Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
 Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah Provinsi; dan
 Peraturan Daerah Kabupaten / Kota.
Daftar Isi

Dasar Hukum K3 dalam Undang-undang Dasar 1945


Undang-undang Dasar 1945 sebagai undang-undang tertinggi di Indonesia, telah menjadi dasar
hukum bagi peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang lain. Hal ini dapat kita
lihat dalam Pembukaan Undang-undang 1 tahun 1970 bagian “mempertimbangkan” yang membahas
pasal 5, 20 dan 27 dari Undang-undang Dasar 1945.
Pasal 5:
(1) Presiden memegang wewenang membuat undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
(2) Presiden menyetujui peraturan pemerintah untuk membuat undang-undang menyetujui mestinya.
Pasal 20
(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,
maka rancangan sebelumnya tidak dapat dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa depan.
Pasal 27
(1) Semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak menerima kesejahteraan

Dasar Hukum K3 terdiri dari Undang-undang


Undang-undang merupakan tingkat kedua sebagai dasar hukum K3 di Indonesia. Setiap undang-
undang menyetujui hukuman juga atas penolakan terhadap pelaksanaan undang-undang. Beberapa
undang-undang yang terkait dengan K3 antara lain
Undang-undang Uap tahun 1930
Undang-undang yang paling tua dalam peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Undang-
undang Uap tahun 1930 setelah dicabutnya Veiligheidsreglement tahun 1910 (Stbl. No.
406). Undang-undang Uap tahun 1930 menyatakan:
Pasal 6
1. “Adalah harus untuk menggunakan atau mempergunakan pesawat dengan tidak memiliki Ijin
untuknya, yang diberikan oleh Kepala Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja.”
2. “Dengan Peraturan Pemerintah dapatlah di-tunjuk pesawat terbang atau atas nama tidak
sesuai ayat sebelum ini”.
Undang-undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
Undang-undang ini bisa dibilang sebagai undang-undang induk yang banyak dibuat pertimbangan
hukum oleh peraturan perundangan lain di bawahnya. Undang-undang 1 tahun 1970 tentang tentang:
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan yang ditentukan persyaratan-persyaratan keselamatan kerja untuk:
1. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Menghindari, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Menghindari dan mengurangi bahaya peledakan;
4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada saat kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya;
5. memberi pertolongan pada kecelakaan;
6. memberi tahu-alat perlindungan diri pada para pekerja;
7. Menghindari dan mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, gas, angin, angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
8. Menghindari dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan.
9. Menerima penerangan yang cukup dan sesuai;
10. mengadakan suhu dan kelembaban udara yang baik;
11. mengadakan penyegaran udara yang cukup;
12. mengatasi kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
13. Diperoleh dari keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses meraih;
14. Selamat dan memperlancar pengangkutan orang, hewan, tanaman atau barang;
15. membantu dan menghargai segala jenis bangunan;
16. Penyimpanan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, Penyimpanan dan penyimpanan
barang;
17. Menghindari aliran listrik yang berbahaya;
18. Menyesuaikan dan meningkatkan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya kecelakaan
menjadi bertambah tinggi.

Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan
Undang-undang ini mengatur tentang hubungan ketenagakerjaan termasuk yang terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 86
(1) Setiap pekerja / pekerja memiliki hak untuk mendapat perlindungan atas:
1. keselamatan dan kesehatan kerja;
2. moral dan kesusilaan; dan
3. Nilai yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mencapai produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan untuk keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Persetujuan disetujui dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan yang diminta
dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dasar hukum K3 terdiri dari Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah ditetapkan oleh Presiden sebagai bentuk peraturan pelaksana dari undang-
undang terkait. Banyak peraturan pemerintah yang terkait dengan K3, salah satunya adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban disetujui pada ayat (1) berlaku untuk perusahaan:
1. sedikit pekerja (100) orang; atau
2. memiliki tingkat potensi bahaya tinggi.
(3) Ketentuan tentang tingkat potensi bahaya disetujui pada ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini dan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat mempertimbangkan konvensi atau standar
internasional.

Dasar Hukum K3 terdiri dari Peraturan Presiden


Salah satu Peraturan Presiden yang terkait dengan keselamatan kerja adalah Peraturan Presiden
Nomor 34 tahun 2014 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Kerangka Promosi Untuk
Keselamatan dan Kesehatan Kerja / Konvensi 187, 2006 (Terkait Tentang Kerangka
Kerja . Peraturan Presiden 34 tahun 2014 berisi:
Pasal 1
(1) Konvensi Mengesahkan Mengenai Kerangka Promosi untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja /
Konvensi 187, 2006 (membahas mengenai Kerangka Kerja Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja / Konvensi 187, 2006) yang telah disetujui oleh Organisasi Ketenagakerjaan Internasional
dalam penugasan ketenagakerjaan internasional ke-95 pada tanggal 15 Juni 2006 di Jenewa, Swiss.
Dasar Hukum K3 terdiri dari Peraturan Daerah
Provinsi
Salah satu contoh dasar hukum K3 terdiri Perda Provinsi adalah Peraturan Gubernur Jakarta nomor
143 tahun 2016 tentang Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung Dan Manajemen Keselamatan
Kebakaran Lingkungan.
Pasal 5
(1) Pemilik, pengguna dan / atau badan pengelola yang mengelola gedung yang memiliki potensi
bahaya ringan atau sedang, dengan jumlah penghuni paling sedikit 500 (lima ratus) orang wajib
membentuk MKKG.
(2) MKKG yang disetujui pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Fire Safety Manager yang bertindak
sebagai Kepala MKKG dan ditunjuk oleh pemilik, pengguna dan / atau badan pengelola bangunan
gedung.
(3) Manajer Keselamatan Kebakaran disetujui pada ayat (2), harus memiliki sertifikasi kompetensi
yang diperoleh dari lembaga sertifikasi profesi dan terdaftar di Dinas.
Dasar Hukum K3 terdiri dari Peraturan Menteri
Pasal 8 ayat (1) UU No. 12/2011, yang melibatkan:
“Jenis Peraturan Perundang-undangan selain disetujui dalam Pasal 7 ayat (1) diatur
oleh Dewan Permusyawaratan Rakyat , Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri , badan, lembaga, atau komisi yang menetapkan tingkat yang disetujui oleh
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten / Kota, Bupati / Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat. ”
Contoh Peraturan Menteri adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 tahun 2018 yang berisi
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja:
Pasal 2
Pengusaha dan / atau pengurus wajib melakukan persyaratan-persyaratan K3 Lingkungan Kerja
Kesimpulan
Dasar Hukum K3 terdiri dari berbagai macam tingkat peraturan seperti UUD 1945, Undang-undang
1 tahun 1970, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi serta Peraturan
Daerah Kabupaten / Kota. Sebagai orang yang berkecimpung dalam K3, kita harus mengatasi
berbagai peraturan K3 ini sehingga kita bisa memastikan pemenuhan peraturan K3 di tempat kerja
kita.

Penjelasan Dari Peraturan dan Perundangan


K3 yang Wajib Diketahui
 Posted byMAWI SARANA MAWI
 DateJULI 27, 2019
 Comments0 COMMENT

Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau yang disingkat dalam K3 merupakan elemen
penting yang harus disediakan perusahaan untuk melindungi pekerjanya. Atas dasar itulah
kemudian penerapan K3 ditetapkan oleh pemerintah.

Pelaksanaan dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengacu kepada
Veiligheidsreglement tahun 1919 (Stbl. No. 406) yang kemudian direvisi ke dalam Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Pekerja.

Dengan demikian, penyusunan undang-undang ini memuat berbagai ketentuan umum


terhadap keselamatan kerja sesuai dengan perkembangan masyarakat, teknologi, dan
industrialisasi.

Jika dikelompokkan, standarisasi dan penerapan K3 memiliki beberapa dasar hukum yang
kuat. Untuk itu, mau tidak mau, suka tidak suka, Keselamatan dan Kesehatan kerja haruslah
menjadi perhatian bagi setiap perusahaan, pemerintah, dan para pekerja. Adapun dasar
hukum pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika diurutkan dari yang tertinggi
adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang (UU)
Yakni, Undang-undang yang mengatur mengenai K3, yang meliputi tempat kerja, hak dan
kewajiban pekerja, serta kewajiban pimpinan tempat kerja.

Produk hukum yang mengatur tentang K3 di antaranya adalah UU No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. Peraturan Pemerintah (PP)


Peraturan pemerintah, yakni yang mengatur mengenai K3, yang meliputi izin pemakaian zat
radioaktif atau radiasi lainnya, keselamatan kerja terhadap dan pengangkutan zat radioaktif.

Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan
Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida; (3) Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan, (4) dan lain sebagainya.

3. Keputusan Presiden (Kepres)


Keputusan presiden, yakni mengatur aspek K3, meliputi penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja.

Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun
1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.

4. Peraturan dari Departemen Tenaga Kerja (Kepmenaker)


Yakni, peraturan tentang K3 terhadap syarat-syarat keselamatan kerja, yang meliputi syarat-
syarat K3 untuk penggunaan lift, konstruksi bangunan,  listrik, pemasangan alat APAR
(pemadam api ringan), serta instalasi penyalur petir.

Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5. Peraturan dari Departemen Kesehatan (Permenkes)


Yakni, peraturan yang mencakup aspek K3 di rumah sakit atau lebih terkait pada aspek
kesehatan kerja dibandingkan dengan keselamatan kerja. Hal tersebut disesuaikan
terhadap tugas dan fungsi dari Departemen Kesehatan.

Peraturan dan Perundangan K3


Berkaitan dengan beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, adapun dasar
hukum dan perundangan yang mengatur penerapan K3 di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini mengatur tentang kewajiban pengurus serta kewajiban dan hak pekerja.
Adapun hak dan kewajiban masing-masing yakni:

1. Kewajiban pengurus atau pimpinan tempat kerja, di antaranya adalah sebagai


berikut:
2. Mencegah serta mengendalikan timbul atau menyebarnya bahaya yang disebabkan
oleh suhu, debu, kelembaban, kotoran, uap, asap, gas, cuaca,  hembusan angin, radiasi,
sinar, getaran, dan suara.
3. Mencegah serta mengurangi terjadinya bahaya ledakan.
4. Mengamankan serta memperlancar dalam pengangkutan orang, barang, tanaman
ataupun binatang.
5. Mencegah, mengurangi, serta memadamkan kebakaran yang terjadi.
6. Mendapatkan penerangan yang cukup serta sesuai.
7. Mencegah terjadinya aliran listrik berbahaya.
8. Mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan.
9. Membuat tanda-tanda sign pada lokasi proyek supaya pekerja dapat selalu
waspada.
10. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
11. Memberi pertolongan ketika terjadi kecelakaan.
12. Memberi kesempatan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran maupun
kejadian berbahaya lainnya.
13. Menciptakan keserasian antara pekerja dengan lingkungan, alat kerja, serta cara dan
proses kerja.
14. Mencegah serta mengendalikan munculnya penyakit yang diakibatkan oleh kerja,
baik itu berupa keracunan, psikis, infeksi ataupun penularan.
15. Menyediakan alat-alat yang digunakan untuk melindungi  pekerja.
16. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
17. Mengamankan serta memelihara berbagai jenis bangunan.
18. Mengamankan serta memperlancar pekerjaan dalam hal bongkar muat,
penyimpanan, dan perlakuan barang.
19. Menyesuaikan serta menyempurnakan pengamanan terhadap pekerjaan yang
berbahaya supaya dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.
20. Melaksanakan pemeriksaan kondisi mental, kesehatan badan, serta kemampuan
fisik pekerja baru yang akan diterima oleh perusahaan ataupun yang akan dipindah
kerjakan. Yakni sesuai pada sifat pekerjaan yang akan diampu oleh pekerja. Dalam hal ini,
pemeriksaan dilakukan secara berkala.
21. Kewajiban untuk menempatkan segala syarat keselamatan kerja wajib pada tempat-
tempat yang mudah dilihat serta terbaca oleh pekerja.
22. Kewajiban untuk melaporkan segala kecelakaan kerja yang terjadi pada tempat
kerja.
23. Kewajiban untuk menyediakan alat perlindungan diri dengan cuma-cuma, yang
disertai dengan petunjuk yang diperlukan oleh pekerja serta siapa saja yang memasuki
tempat kerja.
24. Kewajiban untuk memasang segala gambar keselamatan kerja serta segala bahan
pembinaan lainnya di tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
25. Kewajiban untuk menunjukkan serta menjelaskan kepada semua pekerja baru
mengenai:
26. Kondisi  bahaya yang akan timbul pada tempat kerjanya.
27. Pengamanan serta dan perlindungan terhadap alat-alat yang terdapat pada area
tempat kerja
28. Alat-alat perlindungan diri untuk pekerja yang bersangkutan
29. Cara dan sikap aman yang harus dilakukan ketika melaksanakan pekerjaan.
30. Sedangkan kewajiban dan hak pekerja di antaranya adalah sebagai berikut:
31. Memenuhi serta mentaati segala syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja
yang diwajibkan
32. Memberikan keterangan secara jelas dan benar, jika diminta ahli atau pengawas
keselamatan kerja.
33. Menyatakan keberatan kerja, apabila syarat kesehatan dan keselamatan yang
diwajibkan diragukan, kecuali memang karena hal khusus yang ditentukan oleh
pengawas, namun dalam hal ini sesuai dengan batas yang masih bisa
dipertanggungjawabkan.
34. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara benar dan tepat
35. Meminta pada pimpinan supaya dilaksanakan segala syarat kesehatan dan
keselamatan kerja yang diwajibkan
Perlu digarisbawahi, bahwa peraturan ini harus ditaati oleh semua pihak, sebab jika terjadi
pelanggaran akan mendapatkan ancaman hukuman berupa pidana/ kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 100.000, (seratus ribu rupiah).

Baca juga: Penting! Ini Dia Tujuan Diterapkannya K3 di Perusahaan


2. Undang-undang RI No. 23 pasal 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Dalam peraturan dan perundangan K3 ini, meliputi tentang:

 Kesehatan Kerja diselenggarakan dengan tujuan supaya semua pekerja sehat,


sehingga tak membahayakan dirinya sendiri serta masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Dengan begitu, produktivitas kerja yang diperoleh dapat optimal sejalan terhadap
program perlindungan pekerja yang dituju.
 Kesehatan Kerja, yakni meliputi pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh
pekerjaan, pelayanan kesehatan kerja, serta syarat kesehatan kerja.
 Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Perlu digarisbawahi, bahwa ketentuan tentang kesehatan kerja ini, telah ditetapkan sesuai
peraturan pemerintah. Jika terjadi pelanggaran dan tidak dipenuhi oleh perusahaan, akan
mendapatkan ancaman hukuman pidana/ kurungan selama 1 tahun atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 15.000.000. (lima belas juta rupiah).

Referensi:
1. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) RI Versi
01. Diterbitkan oleh PortalK3.com tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai