Anda di halaman 1dari 15

PRODUK BANK SYARIAH

NAMA : WINING AULIANI

STAMBUK : C 201 17 184

KELAS/BTE : G/21

I. Penghimpunan
 Prinsip Wadi’ah
1. Giro Wadi’ah
Dalam undang-undang no 10 Tahun 1998,pasal 1 Ayat 6 disebutkan yang dimaksud
dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek,bilyet giro,sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.

Sumber :

(Sofyan Safri Harahap,Wiroso,Muhammad Yusuf ,2005 . Perbankan Syariah : PT Sardo Sarana


Media, Hal.89)

 Kasus Giro Wadi’ah


Tn. Dodi memiliki rekening giro wadiah di Bank Muamalat Sungailiat dengan saldo
rata-rata pada bulan Mei 2004 adalah Rp 2.000.000,-. Bonus yang diberikan Bank
Muamalat Sungailiat kepada nasabah adalah 40% dengan saldo rata-rata minimal Rp
200.000,-. Diasumsikan total dana giro wadiah di Bank Muamalat Sungailiat adalah
Rp 400.000.000,-. Pendapatan Bank Muamalat Sungailiat dari penggunaan giro
wadiah adalah Rp 10.000.000,-.
Pertanyaan : Berapa bonus yang diterima oleh Tn.Dodi pada akhir bulan Mei 2004.

Jawab :

Rp 2.000.000,-

Bonus yang diterima = x Rp 10.000.000,- x 40 %

Tn. Baris Rp 400.000.000,- (sebelum dipotong pajak)


= Rp 20.000,-

Sumber :

https://www.academia.edu/27668159/Contoh_Kasus_Penyimpangan_Pada_Bank_Syariah

2. Tabungan Wadi’ah
Simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati,tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat di
persamakan dengan itu.

Sumber :

(Sofyan Safri Harahap,Wiroso,Muhammad Yusuf ,2005 . Perbankan Syariah : PT Sardo Sarana


Media ,Hal.89-90 )

 Kasus
Pak Anton hendak membuka rekening tabungan Syariah di sebuah bank. Sebut saja
bank ABC. Setelah Pak Anton membuka tabungan, maka dia pun menabungkan uang
sejumlah Rp5.000.000 miliknya ke bank tersebut.

Sumber :

(https://www.finansialku.com/akad-wadiah/)

 Prinsip Mudharabah
1. Deposito Mudharabah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank.

Sumber :

(Sofyan Safri Harahap,Wiroso,Muhammad Yusuf ,2005. Perbankan Syariah : PT Sardo Sarana


Media Hal.93 )

 Kasus
Tn. Adriansyah memiliki deposito sebesar Rp 100.000.000, untuk jangka waktu 1
bulan di Bank Syariah Belinyu. Bagi hasil (nisbah) antara Bank Syariah Belinyu
dengan nasabah adalah 45%:55%. Saldo rata-rata deposito per bulan di Bank Syariah
Belinyu adalah Rp 10.000.000.. Kemudian pendapatan yang dibagihasilkan di Bank
Syariah Belinyu adalah Rp 500.000.000, -.
Pertanyaan : Berapa keuntungan Tn. Adriansyah dari nisbah yang ditetapkan.
Jawab:

Rp 100.000.000,-

Keuntungan = x Rp 500.000.000,- x 55%

nasabah Rp 10.000.000.000,-(sebelum dipotong pajak)

= Rp 2.750.000,-

Sumber :

https://www.academia.edu/27668159/Contoh_Kasus_Penyimpangan_Pada_Bank_Syariah

2. Tabungan Mudhrabah
Tabungan Adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati yang tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dapat dipersamakan dengan itu.

Sumber :

(Sofyan Safri Harahap,Wiroso,Muhammad Yusuf ,2005 . Perbankan Syariah : PT Sardo Sarana


Media Hal.92)

 Kasus
An. Fifi memiliki tabungan di Bank Syariah Surabaya. Pada bulan juni 2010 Saldo
rata-rata tabungan Tn. Derani adalah sebesar Rp 30.000.000. Perbandingan bagi hasil
(nisbah) antara Bank Syariah Pangkal Pinang dengan deposan adalah 20%:40%. Saldo
rata-rata tabungan per-bulan di seluruh Bank Syariah Pangkal Pinang adalah Rp
40.000.000.000,-. Kemudian pendapatan Bank Syariah Pangkal Pinang yang
dibagihasilkan adalah Rp 60.000.000,-.
Pertanyaan : Berapa keuntungan An. Fifi pada bulan yang bersangkutan.

Jawab :

Rp 30.000.000,-

Keuntungan = x Rp 60.000.000,- x 40 %

An. Fifi Rp 40.000.000.000,- (sebelum dipotong pajak)

= Rp 1.800.000,-

Sumber :

https://www.academia.edu/27668159/Contoh_Kasus_Penyimpangan_Pada_Bank_Syariah

II. Penyaluran
 Prinsip Jual Beli
1. Murabahah
Murabahah adalah istilah dalam fikih islam yang bearti suatu bentuk jual beli tertentu
ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang,dan tingkat keuntungan (Margin) yang
diinginkan.

Sumber :

(Ascaya, 2007 Akad dan Produksi Bank Syariah, Jakarta : PT. Grafindo Persada, Hal 81-82)

 Kasus
Sebagai contoh Ny. Ani memerlukan sebuah mobil senilai Rp 40.000.000,-. Jika Bank
Syariah Tanjung Pandan yang membiayai pembelian mobil tersebut maka Bank
Syariah Tanjung Pandan mengharapkan suatu keuntungan sebesar Rp5. 000.000,-
selama 3 tahun, maka harga yang ditetapkan kepada Ny. Ani adalah Rp 45.000.000,
Kemudian jika nasabah setuju maka nasabah dapat mencicil dengan angsuran Rp
1.000.000,-. per bulan (diperoleh dari Rp 45.000.000,- : 36 bulan) kepada Bank
Syariah Tanjung Pandan.

Sumber :

https://www.academia.edu/27668159/Contoh_Kasus_Penyimpangan_Pada_Bank_Syariah

2. Istishna
Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi barang atau
komoditas tertentu untuk pembeli/pemesan. Istishna merupakan salah satu bentuk jual
beli dengan pemesanan yang mirip dengan salam yang merupakan bentuk jual beli t
kedua yang di bolehkan oleh syariah.

Sumber :

(Ascaya, 2007 Akad dan Produksi Bank Syariah, Jakarta : PT. Grafindo Persada, Hal 96)

 Kasus
CV. Sungai Layang yang bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan sepatu
memperoleh order untuk membuat sepatu anak sekolah SMP senilai Rp 50.000.000,-
dan mengajukan permodalan kepada Bank Syariah Koba. Harga perpasang sepatu
yang diajukan adalah Rp 95.000,- dan pembayarannya diangsur selama tiga bulan.
Harga perpasang sepatu dipasaran sekitar Rp 100.000,-. Dalam hal ini Bank Syariah
Koba tidak tahu berapa biaya pokok produksi. CV. Sungai Layang hanya memberikan
keuntungan Rp 10.000,- persepasang sepatu atau keuntungan keseluruhan adalah Rp,-
yang diperoleh dari hitungan:

Rp 50.000.000,-
x Rp 10.000,- = Rp 5.263.157,-
Rp 95.000,-

Bank Syariah Koba dapat menawar harga yang diajukan oleh CV. Sungai Layang
dengan harga yang lebih murah, sehingga dapat dijual kepada masyarakat dengan
harga murah pula. Katakanlah misalnya Bank Syariah Koba menawar harga Rp
96.000,- per pasang, sehingga masih untung Rp 10.000,- per pasang dan keuntungan
keseluruhan adalah :

Rp 50.000.000,-
x Rp 10.000,- = Rp 5.208.333,-
Rp 96.000,-

Sumber :

https://www.academia.edu/27668159/Contoh_Kasus_Penyimpangan_Pada_Bank_Syariah

3. Salam
Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan penyerahan
barang dikemudiaan hari (advanced payment atau forward buying atau future sales)
dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas,
serta di sepakati sebelumnya dalam perjanjian.

Sumber :

(Ascaya, 2007 Akad dan Produksi Bank Syariah, Jakarta : PT. Grafindo Persada, Hal 90)

 Kasus
Sebagai contoh seorang petani Cabai yang bernama Tn. Anton Pratama hendak
menanam cabai dan membutuhkan dana sebesar Rp 200.000.000, untuk satu hektar.
Bank Syariah Toboali menyetujui dan melakukan akad di mana Bank Syariah Toboali
akan membeli hasil lada tersebut sebanyak 10 ton dengan harga Rp 200.000.000,-.
Pada saat jatuh tempo petani harus menyerahkan lada sebanyak 10 ton. Kemudian
Bank Syariah Toboali dapat menjual lada tersebut dengan harga yang relatif lebih
tinggi misalnya Rp 25.000,- per. kilo. Dengan demikian penghasilan bank adalah 10
ton x Rp 25.000, = Rp 250.000.000,-. Dari hasil tersebut Bank Syariah Toboali akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp 50.000.000,-. setelah dikurangi modal yang
diberikan oleh Bank Syariah Toboali yaitu Rp 250.000.000, dikurangi Rp
200.000.000,-.

Sumber :
https://www.academia.edu/27668159/Contoh_Kasus_Penyimpangan_Pada_Bank_Syariah

3. IMBT (Ijarah Muntahiya Bittamlik)


Ijarah Mntahiya Bittamlik adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual
atau menghibahkan objek sewa diakhir periode sehingga transaksi ini di akhir dengan
ahli kepemilikan objek sewa.

Sumber:

(Ascaya, 2007 Akad dan Produksi Bank Syariah, Jakarta : PT. Grafindo Persada, Hal 103)

 Kasus
Bapak Hasan hendak menyewa ruko selama satu tahun mulai dari tanggal 1 Agustus
2002 sampai 31 Juli 2003 dan bermaksud membelinya di akhir masa sewa. Pemilik
ruko menginginkan pembayaran sewa secara tunai di muka sebesar Rp 2 Milyar
(tanggal 1 Agustus 2002) dan Rp 2 Milyar diakhir masa sewa untuk membeli ruko
tersebut. Atau, bila ruko tersebut dibeli secara langsung pada tanggal 1 Agustus 2002,
pemilik took bersedia menjualnya dengan harga 3,5 Milyar. Dengan pola pembayaran
seperti diatas, kemampuan kuangan Bapak Hasantidak memungkinkan. Pak Hasan
hanya mampu membayar sewa secara cicilan sebesar Rp 300 juta perbulan dan
membeli ruko diakhir masa sewa. Oleh karena itu Pak Hasan meminta pembiayaan
dari Bank Syariah sebesar Rp 2 Milyar diawal masa sewa dan Rp 2 Milyar diakhir
masa sewa. Bank syariah menginginkan prosentase keuntungan sebesar 20% dari
pembiayaan yang diberikan.
Dari contoh kasus diatas, bank akan membuat analisis keuangan dan juga
memnentukan akad yang akan digunakan, yang dalam hal ini, bank akan
menggunakan akad IMBT. Adapun anaslisisnya adalah sebagai berikut:
1. Harga beli tunai + dengan margin keuntungan 20% = 3,5 milyar + 20% dari 3,5
milyar = 4,2 milyar.
2. Kemampuan membayar nasabah adalah 300 juta perbulan. Maka dalam setahun bank
akan menerima uang sebesar 3,6 milyar dari akad sewa, sehingga nasabah masih
harus membayar 600 juta.
3. Diakhir masa sewa, nasabah membeli barang tersebut dengan harga 600 juta sehingga
terjadi perpindahan kepemilikan barang tersebut.
Sumber:http://aldakyudha.blogspot.com/2017/11/ijarah-muntahiya-bitamlik.html

 Prinsip Bagi Hasil


1. Mudharabah
Mudharabah adalah penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia
mendapatkan persentase keuntungan (Al-Mushih dan Ash-Shawi 2004).

Sumber:

(Ascaya, 2007 Akad dan Produksi Bank Syariah, Jakarta : PT. Grafindo Persada, Hal.60)

 Kasus
Seorang pedagang yang memerlukan
modal untuk berdagang dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi
hasil seperti mudharabah. Caranya adalah dengan menghitung dulu perkiraan
pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan.
Misalnya dari modal 30 juta diperoleh pendapatan 5 juta per bulan.Dari
pendapatan ini harus disisihkan dahulu untuk tabungan pengembalian modal
misalnya 2 juta. Selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan
kesepakatan dimuka, misalnya 60% untuk nasabah dan 40% untuk bank
(Antonio,2001:172).

Sumber:
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&biw=1366&bih=635&ei=kud1XcfUBMOwvgS2gJmYAQ&q=contoh+kasus+mudharabah&o
q=contoh+kasus+mudha&gs_l=psy-
ab.1.0.0l7j0i22i30l3.7032.9945..13458...0.3..0.177.898.0j6......0....1..gws-
wiz.......0i71j0i67.h2wy9DRROSg

3. Musyarakah
Musyarakah merupakan istilah yang sering digunakan dalam kontek skim
pembiayaan syariah. Istilah berkonotasi lebih terbatas dari pada istilah syirkah yang
lebih umum digunakan dalam fikih islam (Usmani 1999). Syirkah berarti sharing
‘’berbagi’’ dan didalah terminology fikih islam dibagi dalam beberapa jenis.

Sumber:

(Ascaya, 2007 Akad dan Produksi Bank Syariah, Jakarta : PT. Grafindo Persada, Hal.49)

 Kasus
Bank Syariah Muttaqin menerima permohonan pengajuan pembiayaan Musyaraka sebuah
perusahaan makanan PT.Berkah yang mempunyai focus pada catering pegawai PT.Mulia.
Dalam rangka pengembangan usahanya PT.Berkah mengajukan pembiayaan musyarakah
kepada Bank Syariah Muttaqin untuk memperbesar usahanya.Analisis yang dilakukan
Bank Syariah Muttaqin sampai pada kesimpulan bahwa PT.Berkah akan mendapat
fasilitas pembiayaan musyarakah sebesar Rp.2.000.000.000,-dalam jangka waktu 4
tahun terhitung sejak tgl 3 januari 2010 s/d 31desember 2013. Nisbah yang disepakati
adalah 30% untuk bank dan 70% untuk nasabah (PT.Berkah). Pada tgl 10 januari
2010,bank syariah Muttaqin mencairkan pembiayaan untuk tahap pertama sebesar
Rp.1.200.000.000,-dan pada tgl 15 Februari 2010 dilakukan pencairan tahap kedua
sebesar Rp.800.000.000,-.Biaya pengurusan akad dan notaris sebesar Rp. 20.000.000,-
ditanggung oleh kedua belah pihak dan dibayarkan kepada Notaris pada tgl 20 januari
2010. Biaya yg ditanggung oleh PT. Berkah dibayar melalui outodebet rekeningnya
dibank syariah Muttaqin.

Sumber:

http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKTKEUSYA/AFD/Materi-12-AKS.pdf

III. Jasa-Jasa
1. Wakalah
Wakalah adalah pelantikan seorang untuk mengambil tempat tempat orang yang
melatiknya untuk mengerjakan suatu tugas bagi pihaknya. Wakalah merupakan salah
satu perjanjian yang memberikan kuasa orang yang mewakili kepada wakil untuk
menjalankan suatu kerja bagi pihak diwakili itu.

Sumber :

(Wiroso 2009. Produk Perbankan Syariah. Jl kyai Tapa No. 1 Gedung K Lt 2. Hal.400)

 Kasus
Dalam akad wakalah bil ujrah di bank syariah contoh penerapannya terdapat dalam
produk jasa transfer bank syariah. Jasa transfer merupakan proses transfer atau kiriman
uang ataupun pemindahan sejumlah uang/dana dari satu unit kerja bank (bisa berupa
Kantor Pusat, Cabang Pembantu) ke unit kerja bank lainnya. Yang dalam proses ini
jasa transfer yang diterapkan adalah suatu rekening yang dimiliki nasabah yang
memberikan amanat kepada bank syariah tersebut untuk mengirim atau mentransfer
sejumlah rekening kepada orang lain yang menggunakan jasa bank syariah, dari proses
transfer atau pengiriman tersebut pihak bank meminta upah atau imbalan kepada
nasabah sebagai balas jasa transfer tersebut.

Sumber

(https://muamala.net/akad-wakalah/)

2. Kafalah
Menurut Madzhab Maliki syafi’i dan Hambali Kafalah adalah menjadikan seseorang
(penjamin) ikut bertanggung jawabatas tanggung jawab seseorang dalam
pelunasan/pembayaran hutang, dan dengan demikian keduanya dipandang berhutang.

Sumber :

(Wiroso 2009, Produk Perbankan Syariah. Jl kyai Tapa No. 1 Gedung K Lt 2. Hal.407)

 Kasus
Dina akan membuat usaha ayam bakar, namun belum mempunyai modal, sedangkan
Dona sudah ingin memesan ayam bakar nya, agar tidak kehilangan konsumen
pertamanya, maka dari itu Dina mencari dana untuk meminjamkan uang untuk modal
usahanya.
Dalam rangka menjalankan usahanya, seorang kontraktor  sering memerlukan
penjaminan dari pihak lain melalui jaminan yang diberikan oleh Bank Syariah (kafiil)
kepada pihak ketiga(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
(kontraktor)  atau yang ditanggung (makfuul ‘anhu)
Sumber :

http://economicvalueoftime.blogspot.com/2013/03/pengertian-skema-dan-contoh-kafalah.html

3. Hiwalah
Hiwalah adalah pengalihan utanh dari orang yang berutang kepada orang lainyang
wajib menanggungnya .

Sumber :

(Wiroso 2009, Produk Perbankan Syariah. Jl kyai Tapa No. 1 Gedung K Lt 2. Hal.84)

 Kasus
Si  Ahmad meminjamkan uang Rp 2.00 kepada Bobi. Sedangkan Bobi memiliki
piutang kepada Cepot dengan jumlah yang sama, yakni Rp 2.000. dan ketika Ahmad
menagih utangnya keada Bobi, Bobi berkata "si Cepot memiliki utang sejumlah Rp
2.000 kepadaku dan engkau dapat menagih kepadanya".

Sumber :
https://www.kompasiana.com/skwr_real/5af7a2aef133442f00341373/hiwalah-dan-persamannya-
dalam-perbankan-konvensional

4. Rahn (Gadai)
Salah satu jasa pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga keuangan syariah
adalah Rahn. Dalam fatwa DSN-MUI N0. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn
dijelaskan bahwa murthain (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan
marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

Sumber :

(Sofyan Safri Harahap,Wiroso,Muhammad 2005: PT Sardo Sarana Media. Hal.298)

 Kasus
contoh gadai, misalnya, rahin berutang sebesar satu juta rupiah kepada murtahin. Ia
lantas menyerahkan barang yang dapat dijadikan jaminan untuk melunasi utangnya
kepada murtahin.
Sumber :
https://muslim.or.id/21225-transaksi-gadai-rahn.html
5. Qard (Mendesak/sosial)
Al-qard adalah suatu akad pinjaman kepada nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa
nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada lembaga keuangan
syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah.

Sumber :

(Wiroso 2009, Produk Perbankan Syariah. Jl kyai Tapa No. 1 Gedung K Lt 2. Hal.359-360)

 Kasus
Pak Juki meminjam uang untuk modal usaha batu akik ke bank sebesar Rp.15.000.000
dengan melakukan akad qard dan BPKB motor sebagai jaminannya, pengembalian
modal awal akan dikembalikan setahun mendatang secara cash ke bank, setelah itu ibu
Fatima mengolah batu akik selama setahun menghasilkan uang sebesar Rp 30.000.000.
Itu pula pak Juki mengembalikan Rp.15.000.000 sesuai akad pertama kepada bank,
dan Rp. 15.000.000, 100% sebagai keuntungan pak Juki.
Sumber :

http://ginaalna.blogspot.com/2016/04/makalah-pengertian-pemahaman-dan-contoh.html

6. Al-Sharf
Al-Sharf adalah jual beli mata uang. Asalnya mata uang hanya emas dan perak, uang
emas disebut dinar dan uang perak disebut Dirham. Mata uang kedua jenis itu disebut
interistik. Zaman sekarang, mata uang juga berbentuk nikel,tembaga dan kertas yang
dibeli nilai tertentu.

Sumber : (Wiroso 2009, Produk Perbankan Syariah. Jl kyai Tapa No. 1 Gedung K Lt 2. Hal.400)

 Kasus
Seorang dokter berkebangsaan Mesir bekerja si Saudi menabung sebagian uang dari
gajinya disalah satu Bank di Saudi. Saat dia akan pulang, dia berniat untuk menukar
mata uang Saudi ke pound Mesir. Di mesir dia akan mendapat dua hal yaitu
menukarkannya di bank atau di money changer. Di Mesir nilai tukar satu dolar
mencapai 80 qirsy mesir. Jika dia menukarkannya kepada pedagang mata uang maka
harga satu dolar bisa mencapai 120 qirasy mesir. Apakah hal tersebut haram?.
Jawabannya adalah apabila dia menukarkan uang kepada pedagang valas dengan harga
120 qirsy dari jenis yang berlainan, maka hukumnya halal.

Sumber :

https://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/

7. Ijarah
Ijarah adalah akan pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu asset dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri.

Sumber :

(Wiroso 2009, Produk Perbankan Syariah. Jl kyai Tapa No. 1 Gedung K Lt 2. Hal.Hal.264)

 Kasus
Harga mobil tersebut sebesar Rp100 jt/unit. Jangka waktu sewa selama 24 bulan.
Pembayaran sewa bulan atas mobil tersebut oleh bank syariah ditetapakan sebesar Rp
X/bulan. Selama bulan 1-24, Tenriagi bertindak selaku penyewa atas mobil dimaksud
dan kemilikan atas barang tersebut masih berada ditangan bank. Pada akhir bulan
ke24, terdapat nilai tebus sebesar Rp 10,-. Pada saat Tenriagi membayar nilai tebus
tersebut, maka barulah terjadi perpindahan kepemilikan atas mobil dimaksud dari bank
syariah kepada tenriagi.

Sumber :

https://irmadevita.com/2014/sewa-menyewa-ijarah-sebagai-salah-satu-skema-pembiayaan/

8. Qhordul Hasan
Qhordul Hasan adalah produk pembiayaan bagi usaha mikro yang tidak memberikan
keuntungan finansial bagi pihak yang meminjamkan.

Sumber :

(Ashori H.Abdul Ghofur, Perbankan syariah, 2008.Hal .90)

 Kasus
BMT Istiqomah Karangrejo untuk pembiayaan qardhul hasan di anggaran setiap
tahunnya, terlihat pada data diatas nasabah yang melakukan pembiayaan qardhul hasan
menurun ditahun 2015 dalam jumlah pembiayaan pencairannya tergantung kebutuhan
dan hasil survey yang dilakukan oleh pihak BMT istiqomah karangrejo. Setelah
pengajuan pembiayaan disetujui, kemudian nasabah dikenakan biaya wajib sebesar
Rp.1000. tidak ada jaminan barang berharga atau apapun pada pembiayaan qardhul
hasan ini. Jangka waktu pengembalian yang diberikan BMT ke nasabah tergantung
nasabah itu sendiri
Nasabah membayar pihak cicilan pembiayaan setiap bulannya dengan cara membayar
langsung ke BMT. Pembayaran untuk setia[ bulannya berkisar antara Rp. 50.000
sampai Rp.100.000 tergantung kemampuan nasabah dan kebijakan BMT misalnya
nasabah diberikan pinjaman dana qardhul hasan sebesar Rp.1.000.000. dalam
pembayaran perbulannya itu tergantung kemampuan nasabah. Terkadang nasabah ada
yang menunggak pembayaran dan adapula yang melunasinya sebelum jatuh tempo.
Jika dalam waktu jatuh tempo nasabah tidak bisa melunasi sisa pembiayaan maka
BMT akan melakukan analisis kerumah nasabah, mencari tahu sebab-sebab kenapa
nasabah tidak bisa membayar sisa pinjamamnya. Jika sudah ditahu sebab-sebab
kenapa nasabah tidak mau membayar pinjamannya. Jika sudah dianalisis pihak BMT
maka kebijakan selanjutnya adalah memperpanjang waktu peminjaman menjadi
maksimal satu tahun lagi untuk melunasi sisa pembayaran, tetapi di BMT Istiqomah
Karangrejo ini jarang ada nasabah yang telat dalam pembayarannya kebanyakan
nasabah membayar dengan tepat waktu.
Kebijakan BMT yang paling akhir setelah diberi waktu satu tahun lagi nasabah tidak
bisa juga mengembalikan dananya, maka BMT akan ,melakukan pemutihan dianggap
hibah atau sedekah.

Sumber :

http://blog.iain-tulangagung.ac.id/labfebi/2018/08/26/penerapan-produk-qardhul-hasan-dan-
realisasnya-di-bmt-istiqomah-karangrejo/

Anda mungkin juga menyukai