Komunikasi Interpersonal Pasangan Ta'Aruf Pranikah Dengan Mediator Ta'Aruf
Komunikasi Interpersonal Pasangan Ta'Aruf Pranikah Dengan Mediator Ta'Aruf
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NPM : 12.31.0018
Konsentrasi : Broadcasting
2016
ABSTRAK
Secara fitrah dasarnya, manusia senantiasa ingin hidup berdampingan satu
sama lain. Hal inilah yang membuat adanya kebutuhan pula untuk berkeluarga,
membina rumah tangga demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Terdapat
beberapa alternatif dalam hal memilih atau menentukan pasangan untuk tujuan
pernikahan. Salah satunya adalah berta’aruf. Ta’aruf merupakan suatu proses
pengenalan antara pria dan wanita yang bertujuan pada jenjang pernikahan.
Uniknya proses ta’aruf ini adalah media komunikasi yang digunakan pasangan
ta’aruf adalah manusia. Hal ini menjadi syarat mutlak dalam proses ta’aruf yang
dijalani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi
interpersonal antara pasangan ta’aruf pranikah dengan mediator ta’aruf. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data menggunakan informan
yang pernah menjalani proses ta’aruf dengan metode wawancara.
Hasil penelitian ditemukan bahwa pasangan ta’aruf pranikah dan mediator
yang sukses, terdapat pemenuhan pada lima karakteristik komunikasi
interpersonal. Sedangkan pasangan ta’aruf pranikah dan mediator yang gagal
tidak memenuhi beberapa karakteristik komunikasi interpersonal. Karakteristik
komunikasi interpersonal tersebut diantaranya adalah keterbukaan, empati,
dukungan ,rasa positif dan kesetaraan. Pelaku komunikasi ta’aruf harus memiliki
keterbukan satu sama lain, keterbukaan inilah memunculkan rasa empati terhadap
kondisi yang dimiliki. Dukungan yang baik oleh para pelaku komunikasi dan
sekitarnya akan memunculkan perasaan positif dalam proses komunikasi.
Perasaan positif ini pada akhirnya menumbuhkan sikap saling mengharagai
sebagai wujud kesamaan atau kesetaraan dalam proses komunikasi. Bukan hanya
pasangan ta’aruf saja yang berperan penting dalam proses komunikasi yang terjadi
didalamnya, namun moderator atau perantara juga menjadi kunci sukses dan
gagalnya sebuah proses ta’aruf.
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NPM : 12.31.0018
Konsentrasi : Broadcasting
2016
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi Oleh :
NPM : 12.31.0018
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan di hadapan tim
penguji.
Mengetahui / Menyetujui
Dosen Pembimbing
ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI
Mengesahkan,
Ketua Penguji
Tim Penguji I
Tim Penguji II
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Judul :________________________________________________
________________________________________________
Surat pernyataan tentang orisinalitas (keaslian) ini saya buat dengan penuh
kesadaran. Saya siap mempertanggungjawabkan dan menerima risiko apapun
bila di kemudia hari terbukti pernyataan ini tidak benar*
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
NPM. 12.31.0018
*Pernyataan yang dicetak dalam huruf miring (cursif) ditulis ulang dengan
tulisan tangan.
iv
MOTTO
Lakukanlah segala sesuatunya dengan sebaik dan semampu yang kamu bisa,
dengan segala cara yang kamu bisa, dimana pun yang kamu bisa, kapan pun
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sarana belajar, evaluasi
peneliti susun dan diselesaikan guna memenuhi syarat kelulusan Strata-1 Sekolah
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, dan
dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada :
2. Ayah & Ibu. Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Ayah & Ibu, bukan
tidak akan bisa membalas segala jerih dan upaya Ayah & Ibu yang
senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang tanpa jeda. Terima kasih
vi
3. Adik Ratna. Terima kasih yang tiada tara, karena selalu jadi partner
kemudahan dan kelancaran dalam setiap impian dan harapan yang kamu
miliki.
4. Kedua Nenek, Emak dan Mbah. Terima kasih atas segala doa yang kalian
tuangkan dalam setiap sujud. Terima kasih telah menjaga dan merawat
5. Feri Tri Irawan. Terima kasih yang tiada tara, untuk segala dukungan,
semangat dan doa yang tiada henti. Terima kasih karena tak pernah lelah
menjadi pendengar setia dalam setiap suka dan duka yang kita lalui
bersama. Tangis dan tawa dalam setiap cerita yang kita punya, akan
akan datang.
6. Ibu Hj. Djumiah. Ibu, terima kasih banyak untuk setiap semangat dan doa.
Tidak dapat peneliti pungkiri bahwa ibu adalah salah satu penyemangat
7. Adik Anggi Rara Shinta. Tetap semangat dalam belajar, meraih mimpi.
takut untuk menjadi hebat, karena untuk menjadi hebat harus banyak hal
vii
8. Ibu Dra. Puasini Aprilyantini, M. Si. Terima kasih atas segala dukungan
dan semangat yang diberikan kepada peneliti. Terima kasih banyak telah
peneliti hingga akhir. Terima kasih untuk segala pembelajaran dan proses
10. Ibu Suprihatin, S. Pd., M.Med.Kom., selaku Ketua Program Studi. Terima
kasih untuk semangat dan doa selama ini. Tidak dapat saya pungkiri
saya untuk tetap terus belajar dengan segala dinamika yang peneliti hadapi
selama perkuliahan.
11. Bapak Drs. Ismojo Herdono, M.Med.Kom. selaku Ketua Stikosa AWS.
Terima kasih atas segala ilmu dan dukungan bapak selama ini sedari awal
hingga akhir.
12. Seluruh jajaran Dosen pengajar di Stikosa AWS. Terima kasih atas segala
13. Seluruh Staf dan Karyawan Stikosa AWS yang turut membantu dalam
viii
14. Seluruh angkatan 2012 Stikosa AWS yang telah berproses bersama sedari
awal hingga akhir. Banyak cerita, banyak hal yang sudah kita lewati
15. Amalia Irawati. Sahabat, Adik, dan Partner organisasi yang tangguh.
denganmu. Suka dan duka telah kita lewati bersama, meski pada akhirnya
peneliti ambil.
16. Puspita Lestari, Rehana Widi Lestari, terima kasih telah menjadi sahabat
sekaligus adik untuk peneliti. Apapun yang telah terlewati, tidak akan
merubah apa pun bahwa kalian sudah seperti keluarga bagi peneliti. Tetap
17. Ni Nyoman Galuh Setyawati. Sahabat yang tidak pernah lelah untuk selalu
sabar.
18. Mbak Devi A. P, Atika Setia Sari, Nur Fitriatus Sholihah, Risma N., Triya
setiap diskusi penyusunan skripsi. Terima kasih atas segala bantuan dan
semangatnya.
ix
19. Rizky Dwi Puspitasari & Mbak Octovina Ane Bella Puturuhu, S.I.Kom,
terima kasih banyak atas dukungan dan semangat. Tidak akan ada waktu
yang dapat menggantikan kebersamaan kita dalam setiap tangis dan tawa
20. Jajaran Kabinet BEM Periode 2013-2014, dan Jajaran Kabinet BEM
periode 2015-2016. Terima kasih yang tiada tara untuk segala moment dan
diberikan.
22. Seluruh rekan-rekan di Stikosa AWS dan semua pihak yang tidak dapat
dari kesempurnaan. Maka kritik dan saran yang membangun akan sangat
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xvi
ABSTRAK……………………………………………………………….……. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.5.3 Ta’aruf……….………………………………………….21
1.5.3.4 Informasi……………………….……………….27
xiii
2.1.1.1 Catatan Bagi Pria yang Berta’aruf.........................36
xiv
3.2.4 Informan Keempat………………………………………....86
BAB IV – PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................97
4.2 Saran....................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
xvi
ABSTRAK
Secara fitrah dasarnya, manusia senantiasa ingin hidup berdampingan satu
sama lain. Hal inilah yang membuat adanya kebutuhan pula untuk berkeluarga,
membina rumah tangga demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Terdapat
beberapa alternatif dalam hal memilih atau menentukan pasangan untuk tujuan
pernikahan. Salah satunya adalah berta’aruf. Ta’aruf merupakan suatu proses
pengenalan antara pria dan wanita yang bertujuan pada jenjang pernikahan.
Uniknya proses ta’aruf ini adalah media komunikasi yang digunakan pasangan
ta’aruf adalah manusia. Hal ini menjadi syarat mutlak dalam proses ta’aruf yang
dijalani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi
interpersonal antara pasangan ta’aruf pranikah dengan mediator ta’aruf. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data menggunakan informan
yang pernah menjalani proses ta’aruf dengan metode wawancara.
Hasil penelitian ditemukan bahwa pasangan ta’aruf pranikah dan mediator
yang sukses, terdapat pemenuhan pada lima karakteristik komunikasi
interpersonal. Sedangkan pasangan ta’aruf pranikah dan mediator yang gagal
tidak memenuhi beberapa karakteristik komunikasi interpersonal. Karakteristik
komunikasi interpersonal tersebut diantaranya adalah keterbukaan, empati,
dukungan ,rasa positif dan kesetaraan. Pelaku komunikasi ta’aruf harus memiliki
keterbukan satu sama lain, keterbukaan inilah memunculkan rasa empati terhadap
kondisi yang dimiliki. Dukungan yang baik oleh para pelaku komunikasi dan
sekitarnya akan memunculkan perasaan positif dalam proses komunikasi.
Perasaan positif ini pada akhirnya menumbuhkan sikap saling mengharagai
sebagai wujud kesamaan atau kesetaraan dalam proses komunikasi. Bukan hanya
pasangan ta’aruf saja yang berperan penting dalam proses komunikasi yang terjadi
didalamnya, namun moderator atau perantara juga menjadi kunci sukses dan
gagalnya sebuah proses ta’aruf.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
maupun pikiran. Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan
sehari-hari tidak pernah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Unsur saling
lainnya. Jadi, adanya saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
seorang psikolog humanistik, Abraham Maslow (1984), salah satu dari lima
kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan cinta, sayang dan rasa kepemilikan.
Manusia membutuhkan rasa dimiliki dan diterima, baik datang dari kelompok
profesional, tim olahraga, dan lain-lain) atau koneksi sosial yang kecil (anggota
mencintai dan dicintai oleh yang lainnya. Ketika tidak tepernuhinya kebutuhan
ini, maka seseorang akan menjadi rentan sendirian, merasa gelisah dan kemudian
mengalami depresi. Di satu sisi, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa
hidup tanpa manusia lain. Manusia juga membutuhkan cinta, sayang dan
1
kepemilikan. Maka dapat dikatakan bahwa fitrah dasar manusia adalah mencintai
dan dicintai karena dengan begitu mereka dapat saling membagi segala sesuatu
yang mereka miliki karena pada dasarnya mereka tidak bisa melakukan segala
sesuatunya sendiri. Sehingga, rasa cinta dan memiliki antar manusia tersebut
1974 pasal 1 tentang perkawinan, definisi perkawaninan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hampir semua agama umat manusia menyerukan
untuk menikah sebagaimana bentuk dari perwujudan perasaan cinta, sayang dan
kepemilikan. Sama halnya dengan agama Islam. Dalam agama Islam, menikah
suatu anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada manusia dengan
menciptakan pasangan untuk setiap orang. Allah SWT juga menumbuhkan rasa
kasih sayang.
2
Dalam Islam juga terdapat hadist Rasul yang menganjurkan umat manusia untuk
menikah :
Realitas yang terjadi di era modern seperti sekarang ini, cara yang
dilakukan untuk menemukan dan mengenal pasangan adalah dengan cara pacaran.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu
bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Terdapat pengertian pacaran
yang selainnya yaitu menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-
senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi
dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan
proses pacaran dijadikan sarana bagi kaum laki-laki dan perempuan untuk saling
mengenal sebelum menuju pada tahap selanjutnya yaitu menikah dan membina
rumah tangga. Dalam pacaran tidak terdapat aturan tertentu yang membatasi
pasangan baik dari segi perilaku maupun lamanya hubungan pacaran tersebut
3
dijalankan. Karena tidak adanya batasan perilaku yang mengatur bagaimana
peluang lebih kepada setiap pasangan untuk melakukan hal apapun yang mereka
yakni pergaulan yang dilakukan sudah melanggar nilai dan norma yang berlaku di
Namun, realitas yang terjadi saat ini, pacaran dijadikan legalitas bagi para pelaku
pacaran untuk melakukan kontak fisik secara berlebihan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kontak fisik yang dilakukan, berujung pada aktifitas zina. Menurut Kamus
yang terikat perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, atau
seorang perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan
suaminya.
Jelas bahwa pacaran tidak diperbolehkan dalam Agama Islam. Karena jika
setiap pasangan melakukan zina, dapat dipastikan pihak yang paling dirugikan
laki-laki yang belum menjadi suaminya, sama halnya perempuan tersebut telah
di hadapan sesama umat muslim maupun di hadapan Allah SWT. Ustadz Felix Y.
Siauw menuliskan dalam akun Twitter miliknya, “Tidak semua pacaran diikuti
zina, tapi semua zina diawali dengan pacaran”. Perbuatan zina tentu berpotensi
4
terjadi bahkan menjadi alasan bagi pelaku pacaran untuk membuktikan kesetiaan
pacaran yang seperti ini telah menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat.
Paparan hadist di atas jelas maksudnya, bahwa laki-laki dan perempuan tidak
masih termasuk sanak saudara dekat karena keturunan, sesusuan, atau hubungan
kedua adalah orang laki-laki yang dianggap dapat melindungi wanita yang akan
melakukan ibadah haji (suami, anak laki-laki, dsb). (Kamus Besar Bahasa
Indonesia – KBBI).
Karena hal inilah, dalam Islam tidak mengenal istilah pacaran. Bahkan,
pacaran Islami pun tidak pernah diajarkan dalam Islam. Dalam agama Islam,
hanya mengajarkan istilah ta‟aruf. Kata ta‟aruf secara bahasa artinya adalah
berkenalan atau saling mengenal. Asal kata ta‟aruf adalah dari akar kata ta‟aarafa.
Sebagaimana yang telah tertulis di Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 13, sebagai
berikut :
daripada semua penciptaan Allah SWT adalah supaya manusia saling mengenal
satu sama lain. Sehingga, secara umum, ta‟aruf adalah upaya sebagian orang
5
untuk mengenal sebagian yang lain. Maka, ketika kita berkenalan dengan
seseorang baik itu tetangga, rekan kerja, atau sesama penumpang kendaraan
umum, dapat di sebut sebagai ta‟aruf. Tentunya, ta‟aruf jenis seperti ini
dianjurkan dengan siapa saja. Karena secara tujuannya adalah untuk mengikat
ketika proses ta‟aruf dilakukan oleh dua lawan jenis yaitu laki-laki dan
perempuan. Ta‟aruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam agama Islam adalah
dalam batas-batas yang tidak melanggar aturan agama Islam itu sendiri. Jika
dalam persoalan makan dan minum ditentukan oleh halal atau haram, dan tidak
sembarang pakaian boleh dipakai, maka untuk hal-hal yang lebih kompleks,
Ta‟aruf pada konteks penelitian ini adalah proses saling mengenal antara
pernikahan dan membina sebuah rumah tangga. Sehingga, dalam ta‟aruf tentu ada
itu sendiri. Mekanisme umum dalam proses ini adalah ta‟aruf (saling mengenal) –
rambu ta‟aruf yang harus dipatuhi, salah satunya adalah tidak boleh berdua-
duaan. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa jika lawan jenis
6
“Telah ditulis bagi tiap anak Adam bagiannya dari zina, dia pasti akan
melakukan, yaitu kedua mata berzina dengan memandang, kedua telinga
berzina dengan mendengar, lisan berzina dengan berbicara, tangan
berzina dengan memegang, kaki berzina dengan melangkah, sementara
hati berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang
membenarkannya atau mendustakannya.” (Riwayat al-Bukhari)
tidak boleh bercampur baur. Maka dari itu, dalam proses ta‟aruf harus menjaga
pandangan, pendengaran, lisan, tangan-kaki serta hati yang tidak boleh berlebihan
pacaran adalah berbeda. Dilihat dari segi tujuannya pun sudah berbeda. Ta‟aruf,
memiliki tujuan yang jelas yaitu proses untuk saling mengenal antara laki-laki dan
tidak selalu untuk menuju jenjang pernikahan. Bahkan, saat ini pacaran telah
untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan dengan alasan sebagai bentuk rasa
cinta dan kesetiaan sebagai pasangan pacaran. Selanjutnya, dari segi waktu pun,
ta‟aruf tidak seperti pacaran. Dalam ta‟aruf, jika memang sudah cocok dan sesuai,
maka dianjurkan untuk segera menikah. Karena dengan menikah, dapat menjaga
pandangan dan mengendalikan hawa nafsu. Selanjutnya dari segi waktu, ta‟aruf
terbilang cukup singkat jika dibandingkan dengan pacaran yang tidak mempunyai
oleh kalangan tertentu saja seperti halnya para santri dan santriwati yang
7
mengemban ilmu di pondok pesantren. Namun, justru saat ini proses ta‟aruf
menjadi salah satu pilihan masyarakat yang beragama Islam untuk menemukan
pasangan hidup. Bahkan para artis dan public figur di Indonesia pun juga memilih
Oki Setiana Dewi dan Ory Vitrio. Oki mulai dikenal masyarakat saat
membintangi salah satu film layar lebar yang diambil dari novel karya
dalam artikel tersebut menuliskan “Aktor tampan nan berkharisma Fedi Nuril,
seorang gadis cantik berjilbab yang telah meluluhkan hati Fedi untuk melalui
Jakarta.”
Perkembangan saat ini adalah proses ta‟aruf dapat ditempuh melalui dua
cara. Cara pertama yakni melalui teman, saudara ataupun kerabat dekat untuk
Cara kedua adalah melalui agen ta‟aruf. Bahkan agen ta‟aruf ini dapat kita
temukan secara online. Salah satu agen ta‟aruf tersebut adalah “Rumah Ta‟aruf
8
Berdasarkan paparan di atas membuktikan bahwa proses ta‟aruf bukanlah
hal yang tidak biasa di kalangan masyarakat. Kini ta‟aruf menjadi salah satu
pasangan mereka.
proses ta‟aruf. Seperti yang diketahui bersama bahwa banyak juga orang-orang
pasangan yang menikah melalui proses ta‟aruf. Didapatkan hasil bahwa ternyata
tidak sedikit pasangan yang menikah melalui proses ta‟aruf bercerai. Tidak hanya
itu, ta‟aruf dapat dikatakan bagai memilih kucing dalam karung. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah karena adanya batasan dalam hal bertatap muka
tidak pernah bertemu sebelumnya dan hanya bertukar biodata melalui mediator/
meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga
bedasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon. (Dedy M.,
komunikasi.
9
M. Budyatna dan Leila Mona Ganiem (2011) mengatakan dalam bukunya
pengungkapan diri atau self-disclosure yang tepat yaitu saling memberikan data
bagi orang lain, dan umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada
orang dan atau pesan-pesan mereka di dalam suatu hubungan. Paparan tersebut
mereka menjalankan ta‟aruf, mereka dituntut untuk tetap menjaga pandangan dan
mengendalikan hawa nafsu (terikat oleh aturan dalam Agama Islam). Padahal,
untuk dapat memperoleh informasi pasangan ta‟aruf tentu harus didukung dengan
pacaran. Ta‟aruf terikat oleh waktu yang dibilang cukup singkat. Bahkan ada yang
harus sudah memegang keputusan, apakah ta‟aruf ini berlanjut pada pernikahan
para pasangan ta‟aruf ini tidak boleh begitu saja menanyakan hal-hal yang
Mahram di sini dapat dikatakan sebagai wali atau mediator untuk pasangan
ta‟aruf. M. Fauzil Adhim (2008) dalam bukunya mengutip nasehat Sayyidina Ali
adalah memperantarai dua orang untuk menikah, dimana dengan itu Allah
10
mengumpulkan mereka berdua”. Terdapat beberapa keterangan mengenai
keutamaan menjadi perantara nikah, yakni menjadi sumber informasi bagi mereka
yang mau menikah. Sehingga dalam proses ta‟aruf, mediator atau perantara
pasangan yang menjalankan ta‟aruf. Karena hal inilah, pada penelitian ini
mediator atau perantara turut menjadi subjek penelitian. Ketika tidak ada peran
mediator atau perantara dalam proses ta‟aruf, maka bisa dipastikan bahwa
perilaku pacaran. Pada umumnya, media atau perantara komunikasi adalah alat
diketahui bersama bahwa peran mediator atau perantara berpengaruh pada proses
yang diutarakan oleh mediator atau perantara kepada pasangan ta‟aruf, tentu
meneliti para pasangan ta‟aruf saja, namun juga mediator atau perantara dari
yang dibuat oleh Fariza Yuniar Rakhmawati Mahasiswi Program Studi Magister
11
Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP Angkatan V dengan judul : Self Disclosure
dalam Ta‟aruf Pranikah Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Penelitian ini,
berfokus pada bagaimana keterbukaan diri kader PKS dalam proses ta‟aruf.
psangan yang menikah melalui proses ta‟aruf, sehingga penelitian ini mengarah
pasangan dan religiusitas pada seseorang yang menikah melalui proses ta‟aruf.
Pasangan yang Menikah melalui Proses Ta‟aruf (Studi Kasus pada Dua
Pasangan yang Menikah pada Fase Awal di Kota Bndung). Penelitian ini
berfokus bagaimana keintiman pada pasangan yang menikah pada proses ta‟aruf
12
yang mana keintiman dalam pernikahan ini akan berpengaruh pada penyesuaian
berfokus pada masa setelah ta‟aruf yakni masa pernikahan. Sedangkan penelitian
ini berfokus pada masa ta‟aruf pranikah, yakni masa di mana pasangan ta‟aruf
dikarenakan pada masa pranikah merupakan waktu di mana para pasangan saling
yang menjadi syarat utama setelah pasangan ta‟aruf adalah adanya mediator atau
perantara. Hal inilah yang menjadi pembeda antara proses ta‟aruf dan proses
pacaran. Sehingga, pada proses ta‟aruf ini mediator atau perantara memiliki andil
Proses dari ta‟aruf sendiri, termasuk pada kriteria komunikasi interpersonal yang
mana melibatkan beberapa orang didalamnya, adanya feedback atau umpan balik,
dan tidak harus bertatap muka seperti halnya mekanisme ta‟aruf itu sendiri.
mediator ta‟aruf?
13
1.3 Tujuan Penelitian
a. Menjadi bahan masukan atau bahan informasi dalam kajian studi Ilmu
pranikah.
c. Menjadi bahan masukan atau bahan informasi dalam kajian studi Ilmu
14
c. Dapat memberikan manfaat bagi para pendidik, serta masyarakat luas
tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial (M. Budyatna & Leila
Antarpribadi)
1. Keterbukaan (Openess)
15
yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa
tersebut.
2. Empati (Empathy)
yang sama dengan orang atau kelompok lain. Definisi lain dari
3. Dukungan (Supportiveness)
16
suasana menyenangkan sehingga pemutusan hubungan komunikasi
17
7. Dipengaruhi oleh konteks. Konteks merupakan tempat
et al., 2007).
pengungkapan diri atau self disclosure yang tepat yaitu saling memberikan
diketahui bagi orang lain, dan umpan balik berupa verbal dan renspons-
respons fisik kepada orang dan atau pesan-pesan mereka di dalam suatu
tipe orang yang disukai atau hal-hal yang tidak disukai atau
dibenci.
18
Pengungkapan diri (Self Disclosure) adalah kedua belah
sama lain ((M. Budyatna & Leila Moba Ganiem, 2011 : 38)
19
c. Menyatakan gagasan atau pendapat sudah mulai dijalin
1.5.3 Ta’aruf
saling mengenal. Asal kata ta‟aruf adalah dari akar kata ta‟aarafa.
20
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
mengenal antara dua orang lawan jenis yang ingin menikah. Jika di
jenjang pernikahan namun jika tidak maka proses pun berhenti dan
mengenal.
21
1.5.3.2 Langkah-langkah Ta’aruf
karakter, sifat, atau hal lain pada wanita yang ingin ia pinang
22
Kemudian Nabi – shallallahu „alaihi wa sallam – kembali
mahram).
23
cantik menurutnya. Sehingga Syekh Utsaimin – rahimahullah –
menegaskan,
tatkala memandangnya.
tempat tersebut.
24
4. Hendaknya ia memandang kepada apa yang biasanya
para wanita satu per satu, maka hal ini tidak diperbolehkan.
1. Menahan Pandangan
Allah berfirman,
25
suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat.‟ Katakanlah kepada wanita yang
beriman, „Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya …‟” (an-Nur: 30-31)
2. Menutup aurat
yakini sebagai aurat, menurut dasar yang jelas. Kecuali saat nazhar
fisik, seperti tersebut di atas. Saat itu boleh dibuka sebagian aurat,
kecocokan fisik saja, maka yang dilihat juga harus sangat dibatasi.
26
3. Tenang dan Terhormat dalam Gerak-Gerik
baik.
1.5.3.4 Informasi
informasi yang kita peroleh tentang pihak lain bila kita ingin
27
memhami bagaimana hubungan komunikasi berkembang. Kita
(perantara) ta‟aruf.
28
pihak yang bersangkutan dapat memutuskan apakah ia akan terus
29
1.6 Kerangka Berpikir
Pernikahan Ta’aruf
Bagaimana komunikasi
interpersonal antara
pasangan ta’aruf pranikah
dan mediator ta’aruf?
2. Empati
Karakteristik
Teori Komunikasi Interpersonal Komunikasi
Interpersonal oleh
3. Dukungan
Devito (1976)
4. Perasaan Positif
Analisis
5. Kesetaraan/
Kesimpulan Kesamaan
30
1.7 Metodologi Penelitian
(Mahi M. Hikmat, 2011 : 35). Metode penelitian adalah cara atau strategi
31
selanjutnya para pihak yang dijadikan informan penelitian adalah
dikaji sebelumnya.
32
1.7.4 Pemeriksaan Keabsahan Data (Operasional)
rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal
tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami
cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif dan
menemukan ciri-ciri dan unsur yang relevan dengan fokus penelitian untuk
temuan penelitian dalam suatu cara yang tak dapat diingkari. Interpretasi
data adalah suatu upaya peneliti menemukan makna dalam data dan
penelitian.
33
Banyak analisis data terjadi sebelum pengumpulan data selesai.
„berulang‟ dari review data untuk topik-topik umum atau tema-tema. Satu
34
BAB II
pasangan ta’aruf. Yakni terdiri dari satu pria & satu wanita yang nantinya
seorang laki-laki dan perempuan yang beragama Islam menikah, saat itu
semata sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Sehingga, langkah awal
yang perlu diperhatikan oleh para pasangan yang berta’aruf adalah niat
Islam, maka dari itu hendaknya disegerakan, bukan yang dilakukan secara
1
berbeda dengan tergesa-gesa. Seperti yang disampaikan sebelumnya
ta’aruf itu sendiri. Ketika niat yang baik sedari awal sudah dibangun,
Allah SWT.
tidak melakukan pernikahan. Sebaliknya pun juga begitu, jika seorang pria
mendapati wanita yang dia inginkan untuk dilamar ternyata sudah dilamar
oleh pria muslim yang lain, ia tidak diperbolehkan untuk melamar wanita
2
Terdapat satu hadis yang populer dari Abu Hurairah r.a.,
Rasulullah bersabda :
Rasulullah mengatakan,
3
kendaraan yang rusak jika dipakai hanya membuatmu lelah namun
jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah
yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”
(M. Fauzil Adhim, 2008 : 177-178)
seorang wanita yang sudah siap secara mental dan psikologis untuk
4
belakang keluarga calon pasangan. Namun yang menjadi
dinikahi.
yang dimiliki.
5
berperilaku baik atau buruk. Sehingga standar untuk menentukan
71).
suami istri yang sah di hadapan Allah. (M. Fauzil Adhim, 2008 :
140)
6
2.1.3.2 Peranan Mediator atau Perantara Ta’aruf
2. Tidak Persuasif
7
kekurangan, meskipun sedikit, sementara kebaikannya
sebenarnya banyak.
sampaikan.
8
5. Moderat dan Tidak Menyudutkan
bersikap netral.
9
Menceritakan aspek-aspek yang ada ada diri calon,
berinteraksi dengan salah satu pihak, baik itu orangtua, kakak, adik
atau perantara ta’arufnya yang mana terdiri dari satu pasangan ta’aruf pranikah
yang sukses menjalani ta’aruf pranikah hingga menuju jenjang pernikahan dan
bertahan hingga saat ini. Satu pasangan yang lainnya terdiri dari pasangan ta’aruf
Satu pasangan ta’aruf pranikah dan mediatornya, terdiri atas tiga orang, yakni satu
10
pria dan satu wanita, serta satu mediator atau perantara ta’aruf. Adapun profil
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Data diperoleh pada tanggal 13 Maret 2016 melalui via handphone pukul
15.30 WIB.
11
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Nama : Zaenuri
Usia : 61 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1 (Strata 1)
12
2.2.2 Pasangan Keedua Beserta Mediator Ta’arufnya (Ta’aruf
Usia : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Indonesia-Malasyia
Usia : 31 tahun
13
Agama : Islam
Pendidikan : Diploma 3
Usia : 46 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1 (Strata 1)
Data diperoleh pada tanggal 20 Juni 2016 melalui via handphone pukul 18,26
WIB.
14
BAB III
ANALISIS DATA
sebagai informan pada penelitian ini tidak dibatasi jumlahnya, akan tetapi peneliti
memilih beberapa informan yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Pada
yang diteliti.
3.1.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Mediator Ta’aruf
ta’aruf dengan mediator ta’aruf. Berikut ini hasil wawancara pada dua pasangan
Pertanyaan 1
pada waktu itu..hehehe… lagipula menikah itu kan ibadah, jadi ya…
harus disegerakan.”
ta’aruf tanpa arahan dari orang lain. Karena dia memandang, menikah
dengan proyek ruko yang sedang saya bangun. Nah.. dari situlah
Trus, saya nanya-nanya sama tante saya, kenal apa gak gitu sama dia.
dirinya.
Pertanyaan 3
Anda? Apakah menurut Anda dirasa cukup efektif dengan kurun waktu
tersebut?
“Berapa ya, enggak lama kok.. sekitar 1 bulanan. Itupun saya gak
“Hhmm.. menurut saya, cukup. Selama niat kita sedari awal udah
tulus, Insya Allah pasti dimudahkan oleh Allah. Nah, buktinya sampai
Pertanyaan 4
kalau gak ada mediatornya, sedangkan kami pada waktu itu juga gak
bisa seenaknya gitu aja ketemu dan ngobrol ini-itu. Ibaratnya nih.. saya
perantara ta’arufnya.
Pertanyaan 5
“Waktu itu, saya sengaja ngasih biodata pribadi gitu ke Risma, saya
taruh di map kertas. Terus saya titipkan sama walinya supaya di baca
kayak gimana saya. Hehehe.. Sampai pada akhirnya, saya janjian sama
walinya buat ketemu supaya bisa atur jadwal kami ketika pengen
Pertanyaan 6
dengan pasangan?
“Terus terang, banyak yang ngedukung saya waktu itu. Bukan hanya
juga keluarga saya, keluarga Risma, baik banget sama saya. Meraka
ramah-ramah.”
ta’aruf tersebut.
Pertanyaan 7
“Jelas punya latar belakang keluarga yang beda, kalau saya kan lahir di
Risma. Tapi, dia orangnya gak pernah tinggi hati, selalu merendah tiap
hati.
Pertanyaan 8
setelah menikah?
Menurut saya, gak ada masalah. Di mata saya, Risma itu sosok wanita
yang sederhana, dia gak pernah ngeluh sama apa yang dia kerjain.
Meskipun budaya kami sedikit berbeda karena dia asli orang Jawa
baik-baik aja.”
Anda jika sesudah menikah nanti? Jika ada, apa sajakah syarat khusus
tersebut?
“Jujur yaa.. Risma gak minta syarat yang aneh-aneh sama saya. Dia
dimiliki.”
Pertanyaan 10
ta’aruf Anda jika sesudah menikah nanti? Apakah Anda menerima atau
“Bagi saya, syarat yang Risma ajukan itu adalah memang suatu hal
yang harus dilakukan bagi seorang suami di belahan bumi mana pun.
Pertanyaan 11
sukai dan hal-hal yang tidak Anda sukai kepada pasangan ta’aruf Anda
“Iya pastinya, karena menurut saya itu dasar perkenalan. Dia harus
nantinya ketika menikah tentu semua hal-hal yang sederhana pun harus
saling mengetahui.
Pertanyaan 12
“Enggak sama sekali, yang ada saya malah seneng, bahagia karena
baik. Justru waktu itu, semakin hari, semakin bertambah besar rasa
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
“Sebenarnya udah kenal, Cuma belum begitu akrab gitu. Dulu, sering
ketemu dia di tempat kerja yang lama, yang waktu itu masih kerja di
Pertanyaan 3
Anda? Apakah menurut Anda dirasa cukup efektif dengan kurun waktu
tersebut?
“Seingat saya itu… nggak sampai dua bulan, bahkan bisa dibilang
“Sebenarnya kurang lama kalau menurut saya, Cuma waktu itu kan
sudah ada wali, jadi ya… semuanya terserah beliau mau gimana waktu
itu.”
Menurut Risma, proses ta’aruf yang ia lakukan tergolong cukup
Pertanyaan 4
Pada proses ta’aruf ini, siapakah yang terlebih dahulu menawarkan diri
“Pihak sang pria, kak Rahman sendiri yang menawarkan diri untuk
Rahman.
Pertanyaan 5
“Waktu itu saya memilih paman saya. Alasannya, yaa.. karena dia kan
seorang guru, jadi bayangan saya itu.. Insya Allah bisa ngebantu dari
Pertanyaan 6
keterbatasan.
Pertanyaan 7
kenal.”
Dilihat dari upaya Risma dalam mencari informasi, adanya rasa ingin
Pertanyaan 8
dengan pasangan?
“Selain Om saya, orang tua, adik dan kerabat saya senang sekali ketika
menikah.”
“Hhmm.. apa yaa.. kalau dilihat dari latar belakang keluarga jelas beda.
Dia asli Makassar, tapi aku asli Surabaya, itu yang kentara banget.
Segi pendidikan pun kami juga beda, secara perekonomian juga beda.”
Pertanyaan 10
setelah menikah?
karena kegigihan dia pada waktu itu, tidak peduli saya akan berkata iya
Pertanyaan 11
Anda jika sesudah menikah nanti? Jika ada, apa sajakah syarat khusus
tersebut?
“Iya, ada. Waktu itu kak Rahman memberikan syarat kepada saya,
kepadanya, jika nanti sudah menikah dia harus tinggal dengan Rahman
Pertanyaan 12
ta’aruf Anda jika sesudah menikah nanti? Apakah Anda menerima atau
“Jujur aja, waktu itu saya sempet mikir panjang. Pikiran saya mulai
tandanya saya setuju dengan syarat yang dia berikan kepada saya. Saya
sadar, saya juga nggak bisa seenaknya. Saya juga harus bisa
yang Risma lakukan, dia menerima syarat tersebut. Dalam hal ini
urusan pekerjaan.
Pertanyaan 13
sukai dan hal-hal yang tidak Anda sukai kepada pasangan ta’aruf Anda
“Iya. Saya menyampaikan hal-hal yang saya sukai dan hal-hal yang
tidak saya sukai, dengan alasan supaya suatu hari nanti jika memang
dia berjodoh dengan saya, dia mengetahui hal-hal yang tidak saya
Pertanyaan 14
kepada saya untuk melakukan proses ta’aruf, saya tidak pernah merasa
terpaksa untuk memberi dan menerima segala hal yang ada pada
merasa nyaman dengan apa yang dia jalani ketika berta’aruf dengan
Rahman.
3.1.2.3 Pertanyaan Untuk Informan Ketiga (Zaenuri)
Pertanyaan 1
Hal apa yang membuat Anda bersedia menjadi mediator atau perantara
ta’aruf?
“Awalnya.. saya ditunjuk oleh kakak ipar saya (ayahnya Risma), selain
Adanya penerimaan yang baik oleh Zaenuri, ketika dia diminta untuk
Pertanyaan 2
ta’aruf?
“Iya punya hubungan, jadi.. Risma itu keponakan saya, sedari kecil
sudah dekat dengan saya dan istri saya. Jadi ya… gitu.. komunikasinya
Zaenuri).
Pertanyaan 3
itu, seperti kesibukan Risma saat itu seperti apa, bekerja dimana,
Pertanyaan 4
ta’aruf yang mereka jalani. Saya selalu bilang sama mereka berdua,
“Kalau niat kita tulus karena Allah.. Insya Allah akan dimudahkan,
jadi kalian juga harus ada tekad untuk memberikan yang terbaik
dalam proses ta’aruf ini.” Begitu yang saya katakan ke mereka berdua
waktu itu.”
berlangsung?
“Tentu, dan itu jauh lebih baik jika dilakukan. Karena supaya mereka
Pertanyaan 6
“Tidak sama sekali. Niat saya karena Allah, jadi saya berusaha
moderator ta’aruf.
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
baik. Bagi saya itu hukumnya wajib. Bagaimana kita bisa tahu, apa
yang mereka mau dari proses ta’aruf ini, kalau kita gak mau dengerin
apa yang mereka mau. Semuanya kan berawal dari situ.. Setelah itu,
saya kumpulkan dulu data dari keduanya. Setelah itu saya identifikasi
saran yang bersifat netral dan bisa diterapkan oleh keduanya tanpa
ini. Ya…terlepas dari nantinya berhasil atau tidak kan, keduanya harus
misalnya, ya.. jelas nanti ada ketidakadilan yang dirasakan oleh salah
ta’aruf, tidak boleh ada perbedaan dengan tujuan kualitas pesan yang
diberikan.
Pertanyaan 1
“Berawal dari kakak Ipar saya. Karena memang ini tujuannya kan baik
untuk saya dan keluarga besar saya, akhirnya saya mau untuk
sendiri.
Pertanyaan 2
“Saya tidak mengenalnya, pada waktu itu dia benar-benar orang yang
Pertanyaan 3
Anda? Apakah menurut Anda dirasa cukup efektif dengan kurun waktu
tersebut?
“Wah… berapa ya? Seingat saya itu hampir 3 bulan sepertinya. Ya..
cukup efektif sih, kan bergantung kitanya juga ada tekad atau tidak
Proses ta’aruf yang dilakukan Amir adalah waktu rata-rata dari para
Pertanyaan 4
Pada proses ta’aruf ini, siapakah yang terlebih dahulu menawarkan diri
waktu itu langsung datang bersama kedua kakak saya ke rumah dia,
keduanya.
Pertanyaan 5
memang pemalu, jadi kalau ada mediator kan saya gak begitu
canggung kalau pengen cari tahu informasi tentang dia. Lalu, alasan
Pertanyaan 6
“Awalnya kami sempat bertukar CV, persis kayak pas kita lagi mau
Adanya keterbukaan satu sama lain dengan cara bertukar data pribadi
Pertanyaan 7
dengan pasangan?
“Jelas yang pertama Mbak Sari, kakak ipar saya. Yang kedua… suami
Mbak Sari, yaitu kakak kandung saya. Kedua orang tua dia. Udah
sih… seingat saya itu. Tidak banyak orang yang turut campur dalam
Pertanyaan 8
berbeda, pekerjaan juga berbeda. Kalau dari segi ekonomi saya rasa
dirinya.
Pertanyaan 9
setelah menikah?
“Menurut saya, itu gak jadi masalah besar. Gimana caranya kita
Pertanyaan 10
Anda jika sesudah menikah nanti? Jika ada, apa sajakah syarat khusus
tersebut?
“Tidak ada syarat yang khusus pada waktu itu, hanya saja ia ingin
ketika sudah menikah nanti, dia tidak ingin jauh dari ibunya. Itu aja.”
Pertanyaan 11
ta’aruf Anda jika sesudah menikah nanti? Apakah Anda menerima atau
itu.”
ajukan.
Pertanyaan 12
sukai dan hal-hal yang tidak Anda sukai kepada pasangan ta’aruf Anda
“Tentu. Saya sampaikan semua pada waktu itu. Mulai dari makanan,
tetapi tidak saya sukai, saya sampaikan itu dalam setiap kesempatan
ketika bertemu dengannya atau pada saat bertemu dengan Mbak Sari.”
Pertanyaan 13
“Tidak sama sekali, ya.. karena memang saya ingin segera menikah
pada waktu itu. Usia saya udah nggak muda lagi. Jadi.. saya benar-
Pertanyaan 1
rumah tangga.”
Adanya permintaan dari Ibu Rani untuk melakukan proses ta’aruf pada
waktu itu.
Pertanyaan 2
sebelumnya.
Pertanyaan 3
Anda? Apakah menurut Anda dirasa cukup efektif dengan kurun waktu
tersebut?
lama.”
Waktu berta’aruf mereka adalah rata-rata para pasangan melakukan
Pertanyaan 4
Pada proses ta’aruf ini, siapakah yang terlebih dahulu menawarkan diri
“Yang jelas bukan saya, yang saya ingat tiba-tiba ibu saya memberikan
saya foto dia. Jika saya bersedia, maka dia akan datang ke rumah saya
Pertanyaan 5
karna mbak Sari ini kan cukup akrab dengan ibu saya, jadi saya
perempuannya jadi kan nggak ada masalah, nggak mungkin kan kalau
mediatornya laki-laki sedangkan saya tidak ada ikatan wali yang sah.
berlangsung.”
Pertanyaan 7
“Yang saya ingat waktu, saya bertukar CV sama Amir. Terus, kalau
ada yang mau saya tanyakan terkait dia, saya bisa langsung tanya sama
Mbak Sari.”
kepada mediatornya.
Pertanyaan 8
dengan pasangan?
Tidak banyak orang yang turut dalam proses ta’aruf yang ia lakukan.
Pertanyaan 9
“Hhmm… gak begitu banyak hal yang sama di antara kami berdua
waktu itu. Dari segi pendidikan beberda, secara ekonomi pun juga saya
Pertanyaan 10
setelah menikah?
“Tidak ada masalah tentang hal itu, kami fine-fine aja kok.”
Pertanyaan 11
Anda jika sesudah menikah nanti? Jika ada, apa sajakah syarat khusus
tersebut?
“Hhmm.. waktu itu, dia sering bepergian ke luar negeri untuk urusan
pekerjaan. Jadi, dia sampaikan hal itu ke saya, ke orang tua saya kalau
Pertanyaan 12
ta’aruf Anda jika sesudah menikah nanti? Apakah Anda menerima atau
“Jujur yaa.. saya sulit untuk menerima itu. Karena saya ngebayangin
kalau nanti sudah menikah gimana, saya nanti pasti sering ditinggal
Pertanyaan 13
sukai dan hal-hal yang tidak Anda sukai kepada pasangan ta’aruf Anda
“Hhhm.. gak semuanya saya sampaikan ke dia. Ya.. karena saya belum
moderatornya, Sari.
Pertanyaan 14
Jadi, saya juga berusaha memberikan yang terbaik juga pada waktu
itu.”
Pertanyaan 1
Hal apa yang membuat Anda bersedia menjadi mediator atau perantara
ta’aruf?
Tegas dikatakan oleh Sari yaitu mencarikan jodoh untuk adik iparnya,
Amir.
Pertanyaan 2
ta’aruf?
“Iya, si Amir itu adik ipar saya. Adik kandung dari suami saya.”
Pertanyaan 3
dia perantarai.
Pertanyaan 4
dengan walinya”
Pertanyaan 5
berlangsung?
“Iya, tentu. Saya selalu ngasih motivasi. Terutama ke Amir waktu itu.
Mengingat usia dia yang sudah saya rasa sangat siap untuk menikah.”
Pertanyaan 6
sama lain. Jadinya saya ngerasa kayak punya beban moral pada waktu
itu.”
Muncul perasaan bersalah jika proses ta’aruf yang dia perantarai tidak
waktu itu.
Pertanyaan 7
berkelanjutan.”
disampaikan.”
Pertanyaan 8
“Mendukung apa pun yang meraka lakukan dalam proses ta’aruf ini.
Pertanyaan 9
masing-masing individu.”
Sari di atas.
1. Keterbukaan (Openess)
2. Empati (Empathy)
berbeda budaya.
3. Dukungan (Supportiveness)
yang terjadi.
4. Positif (Positiveness)
masing-masing.
1. Keterbukaan (Openess)
ta’arufnya.
2. Empati (Empathy)
4. Positif (Positiveness)
Rahman.
ta’aruf.
1. Keterbukaan (Openess)
moment.
2. Empati (Empathy)
Pada porsi moderator, Zaenuri dinilai memiliki
3. Dukungan (Supportiveness)
4. Positif (Positiveness)
1. Keterbukaan (Openess)
Malasyia.
2. Empati (Empathy)
3. Dukungan (Supportiveness)
Pada informan ini, tidak begitu banyak orang yang
4. Positif (Positiveness)
ta’aruf. Amir merasa, pada proses ini posisi dia dan Rani
1. Keterbukaan (Openess)
2. Empati (Empathy)
interpersonal ini.
3. Dukungan (Supportiveness)
menikah.
4. Positif (Positiveness)
1. Keterbukaan (Openess)
2. Empati (Empathy)
ta’aruf tersebut.
3. Dukungan (Supportiveness)
4. Positif (Positiveness)
seimbang.
Berikut ini hasil analisis wawancara terhadap informan yang
Komunikasi
Interpersonal
memberikan moderator /
pertimbangan
saling ditanyakan
ataupun yang
diinginkan.
kesulitan-kesulitan pasangan.
masing-masing
pasangan.
moderator/perantara memberikan
- Moderator/perantara - Moderator
memberikan memberikan
moderator/perantar
a pasangan ta’aruf
yang
sukses/berhasil.
moderator/perantara keterpaksaan
mengakibatkan
munculkan
ketakutan dan
kekhawatiran
ketika adanya
ketidakcocokan
pada keduanya
selama berta’aruf.
5. Kesetaraan - Meskipun keduanya - Pada pasangan ini,
memperlakukan memperlakukan
berhak memiliki
kesamaan informasi.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
pranikah yang sukses hingga menuju pernikahan (saat ini) dengan pasangan
ta’aruf pranikah yang gagal atau dapat dikatakan tidak sampai pada proses
keterbukaan, empati, dukungan ,rasa positif dan kesetaraan. Pada tahapan ini,
pelaku komunikasi ta’aruf harus memiliki keterbukan satu sama lain, terbuka dari
segi informasi-informasi dasar hingga informasi yang bersifat spesifik seperti hal-
hal yang disukai dan hal-hal yang tidak disukai. Keterbukaan inilah
pelaku komunikasi ta’aruf ini, yakni pasangan ta’aruf dan mediatornya. Dukungan
yang baik oleh para pelaku komunikasi beserta kerabat dekat akan memunculkan
diterima dapat berupa motivasi maupun nasehat-nasehat yang diberikan oleh para
1
kesetaraan dalam proses komunikasi. Bukan hanya pasangan ta’aruf saja yang
moderator atau perantara juga menjadi kunci sukses dan gagalnya sebuah proses
ta’aruf.
4.2 Saran
Adapun saran yang ingin peneliti berikan berkaitan dengan penelitian ini
adalah :
1. Untuk setiap individu yang memilih untuk melakukan ta’aruf, baik dari
melakukan ta’aruf. Ketika niat dan tujuan yang dibangun sedari awal
sudah jelas dan positif, maka secara upaya dan kualitas proses
2. Untuk individu yang ditunjuk atau memilih untuk menjadi mediator atau
berat sebelah atau bisa dikatakan lebih dominan pada salah satu individu
meluruskan niat, namun mediator pun juga harus mempunya misi yang
penting dalam proses berhasil atau tidaknya ta’aruf itu sendiri. Sehingga,
2
diharapkan para mediator ta’aruf mengambil langkah yang tepat dalam
3. Karena keterbatasan peneliti, diharapkan juga bagi peneliti lain yang akan
3
Daftar Pustaka
Graha Ilmu
Rosdakarya
Alfabeta.
Suratman dkk, 2013, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Malang Intimedia : Malang.
1
Skripsi
Febriana, Dilla Tria. (2013). Intimacy pada Pasangan yang Menikah melalui
Proses Ta’aruf (Studi Kasus pada Dua Pasangan yang Menikah pada Fase Awal
Angkatan V.
Non Buku
http://www.dailymoslem.com/inspiration/indahnya-pernikahan-para-artis-yang-
http://www.hipwee.com/hiburan/8-fakta-soal-proses-taaruf-fedi-nuril-dan-vanny-
2
http://ppsunj.org (Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data)