Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TYPOID

A. DEVENISI
Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluranpencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan
kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella
( Bruner and Sudart, 2015 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia /endokardial dan
juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang
lain melalui makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).

B. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan
debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 60 0 selama 15-20
menit. Akibat infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu :
1. AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
2. AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH
(berasal dari flagel kuman).
AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigenVi (berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya
aglutininO dan jugaH yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi
titernya makinbesar pasien menderita tifoid.
C. Patofisiologi
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2)
banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi,
pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton
/antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih
hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel
mukosa dan juga kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus,
tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus yang melapisi Peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri mencapai folikel
limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang
melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa.
Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear
didalam folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo,
Sumarmo S Poorwo, dkk. 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka
Salmonella yphi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ
manapun, akantetapi tempat yang disukai oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa,
sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal.
Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah/ penyebaran
retrograd dari empedu. Ekskresi organisme diempedu dapat menginvasi ulang
dinding usus /dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam patogenesis
demam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya
endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga
endotoksin dari Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa,
folikel limfoma usus halus dan juga kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi
sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan
nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang
belakang, kelainan pada darah dan jugamenstimulasi sistem imunologik
(Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.
Jakarta: IDAI).

D. WOC

Basil salmonella thhosa

Menginfeksi saluran Demam Hipertermi

tifus abdominals

Mual muntah,
anoreksia Diserap usus halus Tukak di usus Nyeri akut

Masuk dalam peredaran darah Peredaran dan perforasi


Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Menyebar ke selurun tubuh Resiko syok hipovolemi

Intoleransi aktivitas
Badan lemah, lesu

E. Manifestasi Klinis
inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10-14hari
1. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
2. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan komaRuam muncul pada hari ke 7-10 hari
dan bertahan selama 2-3 hari
3. Nyeri kepala, nyeri perut
4. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
5. Pusing, bradikardi, nyeriotot
6. Batuk
7. Epiktaksis
8. Lidah yang berselaput
9. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
10. Gangguan mental berupa somnolen
11. Delirium / psikosis
12. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia Periode infeksi
demam thypoid, gejala dan tanda :

Minggu Keluhan Gejala Patologi

Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan saluran Bakteremia


insidious, tipe cerna
panas stepladder
yang mencapai
39-40º c,
menggigil, nyeri
kepala

Minggu 2 Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,


abdomen, diare splenomegali, hiperplasi pada
atau konstipasi, hepatomegali peyer’s patches,
delirium nodul typhoid
pada limpa dan
hati

Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada


perdarahan ketegangan payer’s patches,
saluran cerna, abdomen, koma nodul tifoid pada
perforasi dan syok limpa dan hati
Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis,
relaps, penurunan berat, kakeksia carrier kronik
berat badan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuatantibody (agglutinin)
4. Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Anti Biotik (Membunuh KUman) :
 Klorampenicol
 Amoxicillin
 Kotrimoxasol
 Ceftriaxon
 Cefixim
Antipiretik (Menurunkan panas) :
 Paracatamol
2. Keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi perforasi usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
c. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
juga dekubitus.
d. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
e. Diet
H. Komplikasi
a. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai
nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang,
dan nyeri tekan
d. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis,kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain (Susilaningrum, Nursalam, &
Utami, 2013)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian B6
1. B1 (breathing)
Sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan adanya kelainan tetapi akan
mengalami perubahan jika terjadi respon akut dan gejala batuk kering. Pada
beberapa kasus berat bisa didapat adanya komplikasi tanda gejala pneumonia.
2. B2 (Blood)
Penurunan tekanan darah, keringat dingin dan diaphoresis sering didapatkan pada
minggu pertama. Kulit pucat dan akral dingin berhubungan dengan penurunan
kadar hemoglobin. Pada minggu ketiga respon lokasi sistemik dapat mencapai
otot jantung dan terjadi miokarditis dengan manifestasi penurunan curah jantung
dengan tanda denyut nadi lemah, nyeri dada dan kelemahan fisik.
3. (Brain)
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan terjadi penuruna perfusi serebral dengan
manifestasi klilnis sakit kepala, perasaan lesu, gangguan mental seperti halusinasi
dari delirium. Pada beberapa pasien didapatkan kejang umum yang merupakan
respon terlibatnya sostem saraf pusat oleh infeksi S.thyphi. didapatkan icterus
pada sclera terkadi pada kondidi berat.
4. B4 (Bladder
Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urin output respon dari penurunan
curah jantung
5. B5 (Bowel)
1. Inspeksi
a. Lidah kotor, terdapat selaput putih dan tepi hipertermis disertai
mistomatitis. Tanda ini jelas mulai Nampak pada minggu kedua
berhubungan dengan infeksi sistemik dan endokrin.
b. Sering muntah
c. Perut kembung
d. Distensi abdomen
2. Auskultasi
Didapat penurunan bising usus kurang dari 5x/menit pada minggu pertama
dan terjadinya konstipasi, serta selanjutnya meningkatkan diare.
3. Perkusi
Didapat suara timpani abdomen akibat kembung
4. Palpasi
a. Hepatomegaly dan splenomegaly. Pembesaran hati dan limfa
mengindikasikan infeksi yang mulai terjadi pada minggu kedua
b. Nyeri akan abdomen merupakan tanda terjadinya perforasi dan
peritonitis.
6. B6 (Bone)
Respon sistemik akan menyebabkan malaise. Kelainan fisik umum dan didaptkan
kram otot ekstremitas. Pemeriksaan integument sering didapatkan kulit menurun,
muka tampak pucat, rambut agak kusam, dan terpenting sering didapatkan tenda
roseola (bintik merah pada leher, punggung dan paha). Roseola merupakan nodul
kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-4 mm berwarna merah, pucat, serta
hilang pada penekanan, lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal
minggu kedua.
b. Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual-
muntah
3. Keletihan b/d kondisi fisiologi

4. Intervensi Keperawatan
:
No diagnose keperawatan tujuan dan kriteria intervensi
hasil
1 Hipertermi setelah dilakukan 1. Kaji TTV
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Kompres air hangat
proses penyakit diharapkan : 3. Anjurkan pasien banyak
tidak lagi demam minum air putih
dengan kriteria hasil 4. Kolaborasi dengan
suhu tubuh normal dokter dalam pemberian
obat paracetamol
2 Resiko etidak setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi
seimbangan nutrisi tindakan keperawatan makanan atau tidak
kurang dari kebutuhan diharapkan : 2. Berikan makanan yang
tubuh berhubungan kebutuhan nutrisi sudah terpilih
dengan ketidak adekuat dapat terpenuhi, tidak 3. Monitor mual muntah
intake makanan/mual mual dan muntah Kolaborasi dengan ahli
muntah gizi

3 Keletihan setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor yang


b/d tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
kondisi diharapkan : tidak 2. Monitor pola tidur
fisiologi terjadi keletihan ,dapat pasien
beristirahat dengan 3. Bantu aktifitas sehari-
baik hari sesuai kebutuhan
4. Observasi adanya
pembatasan dalam
melakukan aktifitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.


Jakarta : ECG. Direktorat Bina Gizi

Fadhillah Harif , 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia).Jakarta

Noer, Syaifullah. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta; EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit.
Jakarta: EGC;

Soedarmo,Sumarmo S. Poorwo.dkk, 2015.Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi


Kedua.Jakarta:Badan Penerbit IDAI.Hal.155-18

Nanda Nic-Noc 2018-2020


LAPORAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DEMAM TYPOID

DISUSUN OLEH :

NAMA : GELSSY LOUHATAPESSY

NIM : 1490120016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2021

Anda mungkin juga menyukai