FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 2020/2021 KOSMOLOGI Kosmologi adalah bidang studi yang menyatukan ilmu-ilmu alam, khususnya astronomi dan fisika, dalam upaya memahami alam semesta fisik sebagai satu kesatuan yang utuh. EKSPANSI KOSMOLOGIS Alam semesta yang ada saat ini terbentuk dalam waktu yang tidak singkat, yakni melalui sebuah proses yang dikenal dengan ekspansi kosmologis. Dalam skala kosmologis, berdasarkan Hukum Hubble diketahui bahwa 13,8 miliar tahun yang lalu semua materi di alam semesta dalam keadaan sangat padat dan kemudian terjadi ledakan (Big Bang). Ledakan tersebut membentuk gugusan galaksi bintang. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ledakan big bang yang membentuk alam semesta ini berasal dari radiasi gelombang mikro yang seimbang dan seragam. Gelombang mikro tersebut diyakini sebagai sisa-sisa cahaya ganas bola api purba yang direduksi oleh ekspansi kosmik. SIFAT RUANG DAN WAKTU Terbatas atau Tidak terbatas? Tokoh Tahun Pandangan Aristoteles Sebelum - Material yang ada di alam semesta terbatas secara ruang. abad 16 - Begitupun ruang juga terbatas. - Surga harus tidak terbatas untuk sementara waktu, tanpa awal atau akhir, karena tidak dapat binasa dan tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Johannes 1610 - Alam semesta harus terbatas (jika ada bintang tak terbatas maka langit akan Kepler benar-benar penuh dan malam tidak akan gelap) Edwin Abad 19 - Menjelaskan langit gelap di malam hari karena adanya pergeseran merah. Lebih Hubble lanjut kemudian melakukan pengukuran jarak ke galaksi terdekat dengan pergeseran merah (ditemukan hubungan linear). Dikenal dengan konstanta Hubble yang merupakan suatu parameter yang tergantung pada waktu yang menandakan perluasan alam semesta yang dipercepat) Einstein 1917 - Mempresentasikan model matematika alam semesta di mana volume total ruang terbatas namun tidak memiliki batas atau tepi.
Gravitasi dan geometri ruang-waktu
Pandangan Einstein tentang gravitasi dituliskan dalam dua postulat. Postulat pertama adalah prinsip relativitas: fisika klasik dibangun oleh teori relativitas khusus. Postulat kedua adalah prinsip kesetaraan: tidak ada cara bagi pengamat untuk membedakan secara klasik antara gravitasi dan percepatan. Adapun pandangan Einstein tentang alam semesta dikenal dengan istilah: a) Curved spacetime tells mass-energy how to move (ruang melengkung menggambarkan bagaimana energi- massa berpindah) b) Mass-energy tells spacetime how to curve (energi-massa menunjukkan bagaimana ruang-waktu melengkung) c) Contrast this with Newton’s view of the mechanics of the heavens (pandangan Newton tentang surga ditinjau dalam mekanika) d) Force tells mass how to accelerate (gaya menunjukkan bagaimana massa mengalami percepatan); e) Mass tells gravity how to exert force (massa memperlihatkan bagaimana penggunaan gaya gravitasi) KOSMOLOGI RELATIVISTIK Pada tahun 1917, Albert Einstein membuat tiga asumsi. Pertama yaitu beranggapan bahwa alam semesta homogen dan isotropik dalam skala besar. Kedua yaitu mengandaikan bahwa alam semesta yang homogen dan isotropik ini memiliki geometri spasial tertutup. Ketiga yaitu struktur ruang-waktu yang statis dan mempunyai kelengkungan positif yang konstan. Model ini kemudian dimodifikasi setelah Hubble menemukan bahwa alam semesta ini bukan statis tetapi terus mengembang. Willem de Sitter mengembangkan model kosmlogi de Sitter pada tahun 1917, bahwa model kosmologi untuk sebuah struktur ruang-waktu tanpa materi mempunyai kelengkungan negatif yang konstan. Perlu dicatat bahwa de Sitter adalah ilmuwan pertama yang membuktikan bahwa materi tidak diperlukan untuk menghasilkan kelengkungan dari ruang-waktu. Teori kosmologi modern dimulai oleh Aleksandr A. Friedmann Pada tahun 1922 dan dikenal juga sebagai model kosmologi standar. Model kosmologi standar di dalam skala besar, alam semesta homogen dan isotropik serta pengamat tidak berada pada posisi istimewa di alam semesta. Model ini juga menyatakan bahwa alam semesta seharusnya mengembang dalam jangka waktu berhingga, dimulai dari keadaan yang sangat panas dan padat. Kemudian pada tahun 1931, Georges Lemaitre lebih jauh memaparkan, pengembangan alam semesta-seiring- berjalannya waktu- memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring berbaliknya waktu, sampai pada suatu ketika di mana seluruh massa alam semesat berpusat pada satu titik, yaitu pada atom purba, di mana tempat, ruang dan waktu bermula. Selanjutnya teori alam semesta Einstein-de Sitter pada tahun 1932 mengusulkan bahwa konstanta kosmologis harus ditetapkan sama dengan nol, dan mereka menurunkan model homogen dan isotropik dan berasumsi bahwa kelengkungan spasial alam semesta bukanlah positif atau negatif melainkan nol. Geometri spasial alam semesta Einstein-de Sitter adalah Euclidean (volume total tak terhingga), tetapi ruang-waktu tidak datar secara global (yaitu, bukan ruang-waktu relativitas khusus). Secara matematis, ada tiga kemungkinan kelengkungan alam semesta. Pertama, alam semesta terbuka, ia akan mengembang selamanya, kedua, alam semesta datar maka akan terjadi pengembangan selamanya dengan laju pengembangan mendekati nol setelah waktu tertentu. Ketiga, alam semesta merupakan alam semesta tertutup, ia akan berhenti mengembang dan mulai mengalami keruntuhan terhadap dirinya sendiri dan kemungkinan akan memicu terjadinya dentuman besar lainnya. Untuk ketiga solusi ini, alam semesta akan mengalami perlambatan dalam mengembang sebagai akibat dari gravitasi. TEORI BIG BANG Teori Bigbang atau ledakan besar menyebutkan bahwa bumi terbentuk selama puluhan miliar tahun. Mulanya, terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut menyebabkan bagian- bagian kecil dan ringan dari kabut terlempar keluar dan berkumpul membentuk cakram raksasa. Disatu waktu, gumpalan kabut raksasa itu meledak membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama kurang lebih 4,6 miliar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk galaksi bima sakti yang di dalamnya terdapat tata surya. Bagian ringan yang terlempar keluar di awal mengalami kondensasi hingga membentuk gumpalan yang mendingin dan memadat menjadi planet-planet, termasuk Bumi. Evolusi kosmologis model alam semesta sangat sederhana dan dapat diterima untuk perhitungan pada pergeseran merah yang jauh lebih besar dari 10.000 (atau suhu jauh di atas 30.000 K) karena sifat fisik komponen dominan, foton, kemudian sepenuhnya diketahui. Di alam semesta awal yang didominasi radiasi, misalnya, suhu radiasi T sangat tepat dikenal sebagai fungsi usia alam semesta, waktu t setelah big bang. Dalam kosmologi, nukleosintesis primordial (bahasa inggris Big Bang Nucleosynthesis = BNN) merujuk pada produksi inti selain H-1, hidrogen normal, selama fase awal alam semesta, beberapa saat setelah bigbang. Dipercaya bahwa peristiwa ini bertanggungjawab pada pembentukan hidrogen (H-1 atau H) dan isotopnya yaitu deuterium (H-2 atau D) isotop helium He-3 dan He-4, dan isotop lithium Li-7. ALAM SEMESTA PALING AWAL Nukleosintesis tidak homogen Pada mikro detik pertama paling awal terbentuknya alam semesta terjadi proses modifikasi partikel yang disebut dengan nukleosintesis tidak homogen. Proses tersebut yaitu partikel subnuklir yang kemudian membentuk proton dan neutron dalam keadaan bebas sebagai plasma quark-gluon. Saat itu alam semesta mengembang dan mendingin plasma quark-gluon ini akan mengalami fase transisi dan meluruh menjadi masing-masing tiga quark. Neutron akan meluruh menjadi proton, sedangkan proton bergabung dengan electron membentuk detrium, lalu membentuk helium-4 dan kemudian menghasilkan litium-7. Asimetri Materi-Antimateri Bilangan baryon (jumlah proton dan neutron dikurangi dengan antiproton dan antineutron) dianggap memiliki kuantitas yang kekal. Namun, pada tahun 1970-an, menunjukkan bahwa sebenarnya bilangan baryon mengalami perubahan, tetapi hasil ini dapat terjadi energi yang relatif rendah, dan tidak dapat menjelaskan pada energi yang tinggi. Pada abad 20, kimiawan mulai menyadari bahwa unsur-unsur akan kekal jika hanya dipengaruhi oleh gaya kimia atau elektromagnetik. Misalnya proton dapat membusuk dan menjadi positron (antielectron). Jika hal tersebut memungkinkan, maka proton harus memiliki muatan yang sama dengan positron, karena muatan akan tetap sama di semua reaksi. Positron harus memiliki muatan yang sama dengan electron namun berlawanan, hal tersebut karena positron merupakan antipartikelnya. Dapat dikatakan bahwa proton (sebuah baryon) merupakan versi “tereksitasi: dari antielectron (antilepton). Pada 1980-an, fisikawan menetapkan menetapkan batas bawah yaitu 1032 tahun untuk masa pakai proton jika tidak stabil. Sehubungan dengan masalah kosmologis asimetri materi-antimateri, terdapat beberapa pendekatan yaitu pendekatan teoretis didasarkan pada gagasan Grand Unified Theory (GUT) dan pendekatan pada proses pelanggaran hukum konservasi konservasi gabungan yang terkait dengan konjugasi muatan (C) dan paritas (P) oleh gaya lemah. Konjugasi muatan menyiratkan bahwa setiap partikel bermuatan memiliki pasangan antimateri yang bermuatan berlawanan, atau antipartikel. Superunifikasi dan era Planck Dapat diperkirakan bahwa jumlah total proton dan jumlah total electron di alam semesta yang dapat diamati adalah sama atau hampir sama yaitu bilangan bulat sepanjang 80 digit. Kesimpulan ini berasal dari fakta bahwa, sejauh yang diketahui para astronom, muatan listrik total di alam semesta adalah nol (jika tidak gaya elektrostatis akan membanjiri gaya gravitasi). Sehingga seluruh alam semesta diciptakan dari ruang hampa karena ruang hampa memiliki muatan listrik nol. Semua gaya alam yang diketahui yang bekerja antara partikel dan antipartikel bersifat saling tarik-menarik untuk memusnahkan satu sama lain. Akan tetapi, dalam ruang-waktu yang meluas di alam semesta paling awal, partikel dan antipartikel dapat terpisah dan menjadi bagian dari dunia yang dapat diamati. Dengan kata lain, ruang- waktu yang melengkung tajam dapat menimbulkan penciptaan pasangan nyata dengan energi massa positif, sebuah fakta yang pertama kali ditunjukkan dalam konteks lubang hitam oleh astrofisikawan Inggris Stephen W. Hawking. Namun, gambaran gravitasi Einstein adalah bahwa kelengkungan ruang-waktu itu sendiri adalah konsekuensi dari energi massa. Pendekatan paling menjanjikan untuk mendeskripsikan situasi ini berasal dari teori "superstring". Superstring merupakan salah satu contoh kelas percobaan, yang secara umum diklasifikasikan sebagai teori superunifikasi, untuk menjelaskan empat gaya alam yang diketahui yiatu gravitasi, elektromagnetik, lemah, dan kuat pada satu basis. Ciri khas teori superstring adalah pernyataan bahwa partikel elementer bukan sekadar titik dalam ruang tetapi memiliki ekstensi linier. Dimensi linier karakteristik diberikan sebagai kombinasi tertentu dari tiga konstanta paling fundamental alam: (1) konstanta Planck h, (2) kecepatan cahaya c, dan (3) konstanta gravitasi universal G. Kombinasi, yang disebut panjang Planck (𝐺ℎ⁄𝑐 3 )1/2 , kira-kira sama dengan 10−33 cm, jauh lebih kecil daripada jarak di mana partikel elementer dapat diselidiki akselerator partikel di Bumi. Energi yang dibutuhkan untuk menghancurkan partikel dalam panjang Planck satu sama lain tersedia bagi alam semesta pada waktu yang sama dengan panjang Planck dibagi dengan kecepatan cahaya yang disebut waktu Planck (𝐺ℎ⁄𝑐 5 )1/2 , sama dengan kira-kira 10−43 detik. Pada masa Planck, massa jenis alam semesta diperkirakan mendekati massa jenis Planck, 𝑐 5 /ℎ𝐺 2 , kira-kira 1093 gram/𝑐𝑚 3. Yang terkandung dalam volume Planck adalah massa Planck (ℎ𝑐/𝐺)1/2 , kira-kira 10−5 gram. Objek dengan massa seperti itu akan menjadi lubang hitam kuantum, dengan cakrawala peristiwa dekat dengan panjang Compton-nya sendiri (jarak di mana partikel secara mekanis “kabur” secara kuantum) dan ukuran cakrawala kosmik pada waktu Planck. Di bawah kondisi ekstrim seperti itu, ruang-waktu tidak dapat diperlakukan sebagai kontinum klasik dan harus diberi interpretasi kuantum. Tujuan dari teori superstring, yang salah satu fiturnya memiliki gagasan aneh bahwa empat dimensi ruang- waktu (tiga dimensi ruang ditambah satu dimensi waktu) dari dunia yang dikenal mungkin merupakan ilusi. Ruang- waktu nyata, sesuai dengan gambar ini, memiliki 26 atau 10 dimensi ruang-waktu, tetapi semua dimensi ini kecuali empat yang biasa entah bagaimana dipadatkan atau digulung hingga ukuran yang sebanding dengan skala Planck. Dengan demikian, keberadaan dimensi lain lolos dari deteksi. Inflasi Teori inflasi yang diungkapkan oleh Alan Guth menyebutkan bahwa alam semester mengembang secara eksponensial yang disebabkan oleh gaya tolak, dan menggandakan ukurannya tiap 10−43 atau 10−35 detik sekali. Setelah 85 kali penggandaan ukuran, suhu yang awal mulanya 1032 𝐾 atau 1028 𝐾 akan turun secara drastic hingga mendekati nol mutlak. Pada suhu yang rendah ini terjadi keadaan vakum sebenarnya yang mungkin memiliki energi yang lebih rendah daripada keadaan vakum palsu (false vacuum). Pendinginan alam semesta tersebut mungkin telah menyebabkan transisi fase yang cepat dari kondisi vakum palsu ke vakum sebenarnya, dimana konstata kosmologis sama dengan nol. Transisi tersebut akan melepaskan diferensial energi yang memanaskan alam semesta kembali ke suhu tinggi. Dari rendaman suhu ini dan energi gravitasi ekspansi kemudian akan muncul partikel dan antipartikel kosmologi big bang noninflasi. Ketika inflasi berakhir alam semesta kembali memanas dan melanjutkan ekspansi normal, bagian-bagian yang lain melalui perjalanan waktu muncul kembali ke cakrawala. TEORI KEADAAN MAPAN DAN KOSMOLOGI ALTERNATIF LAINNYA Satu-satunya cara untuk menjelaskan kerapatan materi yang konstan (keadaan stabil) pada saat alam semesta mengembang adalah dengan mendalilkan penciptaan materi secara terus menerus untuk mengimbangi redaman yang disebabkan oleh ekspansi kosmik. Dalam teori kondisi mapan, usia rata-rata materi di alam semesta adalah sepertiga waktu Hubble, tetapi galaksi mana pun bisa lebih tua atau lebih muda dari nilai rata-rata ini. Dengan demikian, teori kondisi mapan memiliki keutamaan untuk membuat prediksi yang sangat spesifik, dan karena alasan ini rentan terhadap pembangkangan pengamatan. Adapun teori kosmologi alternative lainnya yaitu kosmologi variabel G, kosmologi cahaya-lelah, dan lain sebagainya.