Anda di halaman 1dari 61

TUGAS MATA KULIAH

ORGANISASI & MANAJEMEN PERUSAHAAN


INDUSTRI

Dosen Pengampu : Ir. Joko Sugiharjo

MANAJEMEN PERUSAHAAN INDUSTRI DI ERA


GLOBALISASI

Disusun Oleh :

Ristono MT Sitinjak 41620110078

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu, saya juga ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini :

1. Kepada Bapak Ir. Joko Sugiharjo sebagai dosen pangampu mata kuliah
Organisasi dan Manajemen Perusahaan Industri
2. Kepada orangtua yang telah memberikan dukungan dalam pengerjaan
makalah kali ini.
3. Kepada rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dalam pengerjaan
makalah kali ini.

Harapan saya bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan. Bagaimanapun makalah ini ini tidak akan lepas
dari segala kekurangan. Oleh sebab itu, berbagai kritik dan saran sangat dinanti, pada
akhirnya, semoga penyusunan makalah ini dapat menginspirasi dan memberikan banyak
manfaat untuk pembacanya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manajemen merupakan proses merancang, menjaga lingkungan dimana
individu bekerja sama dalam satu kelompok dan secara efisien dan efektif
merampungkan tujuan yang telah ditentukan
Fungsi manajemen menurut Weihrich & Koonz (1994) ada 5 fungsi :
a). Planning meliputi menentukan tujuan, strategi, kebijakan, pengambilan
keputusan
b). Organizing meliputi struktur organisasi, otoritas, budaya organisasi
c). Staffing meliputi manajemen sumber daya manusia, strategi karir, penilaian
kinerja, dan manajemen perubahan
d). Leading meliputi motivasi, kepemimpinan, komunikasi
e). Controling meliputi system pengendalian/control, teknik control dan
teknologi informasi(IT), termasuk didalamnya menghadapi tantangan global.

Gambar 1.1 Management Function


Globalisasi memberikan peluang sekaligus masalah kepada semua orang,
tergantung dari antisipasi yang disiapkan dan dilaksanakan. Dalam dunia
usaha dapat dikatakan memberi peluang atau positif dalam arti;
a). Peluang untuk meningkatkan penempatan jasa tenaga kerja lintas negara,
b). Memberi peluang kesempatan kerja bagi SDM maupun peluang bisnis
bila SDM maupun dunia usaha bisnis tersebut benar-benar mampu
memanfaatkan sekecil apapun peluang yang terbuka.
Globalisasi memberikan masalah atau berdampak negatif pada dunia usaha
dalam arti persaingan yang sangat ketat dan tajam serta suasana yang sangat
mudah meledak, apabila SDM dan dunia usaha bisnis tidak siap atau tidak
memiliki nilai jual untuk menghadapi tantangan yang akan terjadi.
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di
seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.
Dengan munculnya globalisasi tenaga kerja, perusahaan global akan mampu
memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti
penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki
pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara
berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah
dan bebas.
Dampak global yang sudah terjadi misalnya pada tahun 2009 Cina mampu
menggeser Amerika Serikat sebagai negara pengekspor ke posisi ke-2. Hal
tersebut tentunya tak semata-mata Cina raih karena keajaiban, namun dengan
menerapkan pola manajemen yang disiplin dan kerja keras. Negara yang memiliki
sumber daya manusia terbanyak di dunia ini juga mulai menduduki peringkat
pertama di Asia sebagai negara produsen dengan menggeser kedudukan Jepang.
Seiring semakin nyata adanya globalisasi, praktek-praktek manajemen pun
tentunya harus semakin menjurus ke arah yang dapat menanggulangi tantangan-
tantangan global. Manejemen global tak semata bagaimana mengetahui isu-isu
manajemen internasional tetapi bagaimana mengaplikasinkan manajemen yang
bermutu global di dalam sebuah organisasi atau perusahaan hingga mampu
bersaing secara global.
Pola pikir global manajerial harus mewadahi setiap level yang ada di
perusahaan, kompleksitas dan ketidakpastian selayaknya menjadi tantangan
manajerial untuk terus berkembang. Fenomena global yang berslogan “dunia
tanpa batas” ini memicu organisasi atau perusahaan untuk mengembangkan pola-
pola yang inovatif dalam setiap aktivitasnya. Manajemen global yang akan
dibahas dalam bab selanjutnya memberikan gambaran mengenai dinamika yang
terjadi dalam era gobalisasi.

1.2. Rumusan Masalah


Manajemen penting untuk semua gerakan berhasilnya dari suatu organisasi
dalam mencapai tujuannya. Konsep dan teori manajemen terus berkembang dari
waktu ke waktu dan mengalami penyesuaian dari era tradisioanal ke era modern
saat ini. Faktor teknologi dan komunikasi tak cukup menjamin suksesnya praktek
manajemen, haaruslah ada faktor tambahan seperti keahlian dan kemampuan yang
mumpuni.
Manajemen global lahir seiring muncul pesatnya globalisasi, pola pikir
global harus menjadi dasar dalam praktek-praktek manajemen global. Manajer-
manajer bermutu global selayaknya menentukan pencapaian tujuan yang sukses,
fungsi-fungsi manajemen yang ada sekarang ini tentunya tak cukup untuk
menghadapi tantangan dan persaingan era globalisasi.
Dari uarain di atas ada beberapa masalah yang dirumuskan dalam makalah
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen di era globalisasi.
2. Bagaimana pola pikir global manajer terhadap perusahaan.
3. Apakah ada hubungan antara pelaksanaan manajemen di era globalisasi dan
pola pikir global manajer terhadap perusahaan.

1.3. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memberkan gambaran bagaimana pelaksanaan manajemen di era globalisasi.
2. Mengetahui bagaimana pola pikir global manajer terhadap perusahaan
khususnya perusahaan-perusahaan internasional.
3. Memberikan gambaran apakah ada hubungan antara pelaksanaan manajemen
di era globalisasi dan pola pikir global manajer terhadap perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Manajemen


Secara sistematik manajemen mempunyai beberapa arti, tergantung dari
konteks dan makudnya. Tidak ada definisi yang standar dari manajemen yang bisa
diterima secara universal. Akan tetapi, meskipun kata manajemen mempunyai arti
kegunaan yang beraneka ragam, tidaklah menghilangkan kebutuhan akan arti kata
yang tepat dan benar. Kata manajemen yang kita pakai sehari-hari dan hidup
berorganisasi adalah merupakan terjemahan baku dari management dalam bahasa
Inggris. Management berasal dari kata kerja to manage yang dalam bahasa
Indonesia dapat berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan,
menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan
memimpin. Para ahli dibidang ilmu manajemen telah menemukan akar katanya
berasal dari bahasa latin yaitu “mano” berarti tangan, menjadi “manus” artinya
bekerja berkali-kali dengan mempergunakan tangan, ditambah imbuhan “agere”
yang artinya melakukan sesuatu sehingga menjadi “managiare” yang berarti
melakukan ssuatu berkali-kali dengan menggunakan tangan-tangan. Dengan kata
lain untuk mendapatkan sesuatu, dikerjakan dengan dan melalui kegiatan orang
lain. Maksudnya dalam mengerjakan sesuatu, pimpinan dari suatu organisasi tidak
hanya bekerja sendirian, akan tetapi dibantu melalui kegiatan orang lain/bawahan
yang merupakan perpanjangan tangan dalam menyelesaikan pekerjaan sampai
berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen bukan saja digunakan dalam bidang organisasi pemerintah,
swasta, lembaga-lembaga kemasyarakatan, bahkan dalam organisasi keagamaan
sekalipun, manajemen sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam
melaksanakan misinya.

2.1.1 Pengertian Manajemen Global


Globalisasi Manajemen adalah fakta kehidupan. Globalisasi mengacu pada
sikap baru, terbuka mengenai mempraktekan manajemen secara internasional.
Sikap ini menggabungkan keingintahuan mengenai dunia di luar batas nasional
dengan kemauan untuk mengembangkan kemampuan guna beradaptasi dalam
ekonomi global.
Demikian J.A.F. Stoner Ohmae (1991) yang mengatakan dengan
globalisasi berarti : tak ada luar negeri lagi. Dunia sekarang telah berubah menjadi
“Desa yang besar (big village) dan tanpa batas (bordeless)”. Setiap orang diakui
menjadi warga penduduk dunia, konsekuensinya baik sebagai individu, pemimpin
atau manajer dituntut untuk mempunyai wawasan tentang aktivitas-aktivitas yang
terjadi di dunia internasional. Baik yang menyangkut kegiatan ekonomi, sosial,
politik, budaya, perkembangan ilmu, teknologi dan informasi yang melewati
batas-batas negara.
Peter F. Drucker (1982) menyatakan bahwa : “Pada semua lembaga itu,
manajemen merupakan alat yang aktif dan efektif, tanpa lembaga tidak akan ada
manajemen, ekonomi maupun kerjasama. Tetapi alat itu tidak pernah ditentukan
oleh apa yang mereka kerjakan, juga bahkan oleh bagaimana mereka
mengerjakannya, alat ditentukan oleh sumbanganya. Dan manajemenlah yang
memungkinkan lembaga untuk menyumbang. Manajemen adalah tugas, juga
merupakan suatu disiplin.” Setiap karya manajemen adalah karya seorang
manajer. Yang mengelola adalah orang, bukan kekuatan atau fakta. Pandangan,
pengabdian dan integritas para manajer menentukan apakah ada manajemen
ataukah yang ada hanyalah suatu salah urus/mismanagement. Persepsi kebenaran
berfikir itu, telah diakui dan berlaku secara universal pada semua organisasi di
dunia internasional.
Dalam hal ini Drucker (1984) berpendapat, bahwa dalam cara pelaksanaan
manajemen global pada organisasi sangat dipengaruhi oleh cirri-ciri nasional,
tradisional, sejarah nasional dan kadang-kadang juga ditentukan oleh hal-hal itu.
Dengan demikian dalam prakteknya, patriotisme dan budaya bangsa serta
lingkungan turut mempengaruhinya tak dapat diabaikan agar manajemen global
dapat dipakai/diterapkan dan berjalan secara efektif.
2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan
dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu
tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaanya. Fungsi-fungsi manajemen,
sebagaimana diterangkan oleh Nickles, McHugh and McHugh (1997), terdiri dari
empat fungsi, yaitu :
1. Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan dating dan
penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan
organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis sekarang, misalnya, bagaimana
merencanakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancang organisas
bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya.

2. Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut


bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain
dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, system dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi bisa nekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi.
3. Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program
agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi
agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh
kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
4. Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis
yang dihadapi.

2.1.1.3. Evolusi dalam Bisnis Global


“Organisasi globalisasi harus baik atau bisa mati” telah dijelaskan dalam
ekonomi sejak abad 21. Beberapa tahun yang lalu, banyak U.S korporasi
multinasional yang beroperasi di Kanada atau barangkali Mexico, tetapi bukan di
banyak negara-negara lain. Perusahaan Amerika beroperasi di Kanada dan
Mexico, tetapi banyak sekarang mempunyai perusahaan di Hongkong, Singapura,
Jepang, Perancis, Jerman dan Bagian Tenggara Asia, untuk menyebut hanya
sedikit. Semakin banyak U.S korporasi global lakukan bisnis di negara-negara
timur terdahulu. Vietnam, negara Amerika Serikat memulai sejak 25 tahun yang
lalu.
Secara normal, perusahaan meningkatkan langsung potensi yang sedang
global di suatu periode. Kebanyakan perusahaan pada awalnya menjadi global
tanpa membuat cabang di negara-negara asing, dengan pengeksporan, perijinan,
atau monopoli. Pengeksporan memerlukan penjualan luar negeri, yang manapun
secara langsung atau secara tidak langsung, dengan menahan distributor dan agen
asing. Ini merupakan suatu cara yang banyak bila bisnis kecil ingin memasuki
pasar yang global.
Perijinan adalah suatu pengaturan dimana suatu organisasi mewariskan
suatu perusahaan asing,berhak untuk kekayaan intelektual seperti hak paten, hak
cipta, proses pabrikasi, atau nama dagang untuk suatu periode waktu spesifik.
Franchising adalah suatu pilihan di mana perusahaan induk mewariskan
perusahaan lain,hak untuk menentukan cara berdagang. Monopoli harus
mengikuti pedoman operasional lebih keras dibanding pengiriman dibanding
pemegang lisensi. Perijinan pada umumnya terbatas pada pabrikan, franchising
adalah populer dengan perusahaan jasa, seperti rumah makan dan hotel.
Harapan adalah bahwa ketika dunia menjadi lebih serentak terbuka,
globalisasi korporasi akan menjadi hal yang biasa. Beberapa tahun yang lalu
procter & spekulasi masih hanya pada suatu bisnis U.S. menginvestasikan dengan
berat di dalam merek makanan. sekarang ini merupakan suatu korporasi yang
global dengan operasi di 140 negara-negara dan variasi kategori produk luar biasa.
Para pemimpin [perseroan/perusahaan] 30 nya adalah suatu kelompok berbeda
yang mewakili kultur banyak orang dan latar belakang.
Pentingnya manajemen sumber daya manusia di (dalam) lingkungan yang global
digambarkan oleh fakta perusahaan internasional yang pertama HR ujian
sertifikasi akan diatur di SHRM konferensi forum global di (dalam) 2004. Enam
area sumber daya manusia internasional manajemen telah dikenali untuk
pengujian itu. Ini adalah: strategis manajemen internasional HR, pengembangan
karyawan dan efektivitas organisatoris, susunan kepegawaian global, manajemen
tugas internasional, ganti-rugi global dan manfaat, dan peraturan dan hubungan
dengan pegawai internasional.
Luther George James A.F. Koontz & Nickels, McHugh & Richard W.
Ernest Dale
Gullick Terry Stones O'Donnel McHugh Griffin

Planning

Organizing

Staffing Actuating Leading Staffing Directing Leading Staffing

Directing Directing Directing

Coordinatin
Innovating
g

Representin
Reporting
g

Controlling

Beberapa Pandangan Mnegenai Fungsi-Fungsi Manajemen


2.2. Dasar Fundamental Manajemen Global
Semua negara di dunia telah menyadari akan arti pentingnya kerjasama
internasional untuk mengatasi masalah-masalah nasional yang tidak dapat
dipecahkan sendiri, tapi perlu bantuan negara lain yang mempunyai
kemampuan lebih sehingga dapat menolongnya dari kesulitan.
Jalinan hubungan kerjasama (net working) ini diwujudkan dalam bentuk
organisasi antar negara-negara di dunia internasional yang disebut
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation organization). Selama lebih dari
empat puluh tahun, yaitu sejak didirikan hingga pada peretengahan decade
sembilan puluhan, masyarakat dunia melihat PBB lebih berperan di bidang
politik, sebagai upaya untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia,
dan yang lebih penting lagi mencegah meletusnya Perang Dunia III.
Terjadinya pergeseran peran PBB dari yang bersifat normative menjadi
bersifat operasional dipengaruhi oleh semakin kompleksnya permasalahan
internasional sebagai akibat terjadinya proses globalisasi, tidak hanya di
bidang politik dan pertahanan, tetapi juga dalam bidang lain, terutama bidang
ekonomi. Beberapa contoh dampak globalisasi adalah:
a) Makin banyak negara yang mengelola perekonomiannya berdasarkan
mekanisme pasar.
b) Terjadinya proses deregulasi dan debirokratisasi (berkurangnya
keterlibatan langsung birokrasi dalam pengelolaan perekonomian bangsa
sebagai institusi pengelola perekonomian).
c) Timbulnya fungsionalisasi pengelolaan perekonomian yang spesialistik,
seperti robotisasi dalam produksi penggunaan multimedia dalam kegiatan
promosi komputerisasi pengolahan data, dan otomatisasi dalam kegiatan
perkantoran.
d) Makin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya pelestarian lingkungan
hidup seiring kegiatan pembangunan.
e) Hasrat menghindari melebarnya jurang kesenjangan antara negara industry
maju dan negara sedang membangun.
Point (e) mendapatkan perhatian khusus dari berbagai kalangan karena
jika jurang kesenjangan terus melebar, dampak negatifnya akan dirasakan
seluruh umat manusia. Oleh karena itu, tantangan utama yang harus dihadapi
bersama, antara lain membuat badan-badan khusus PBB di bidang ekonomi
dan perdagangan semakin berfungsi dengan efektif. Artinya, organisasi
internasional tersebut dapat menghilangkan atau mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Untuk menghadapi tantangan
utama tersebut diperlukan kemitraan global.
Adanya pembentukan satu badan khusus Perserikatan Bangsa_Bangsa
yang dikenal dengan Dewan Ekonomi dan Sosial (Ecosoc). Ecosoc bertujuan
menciptakan kerja sama dan memecahkan masalah internasional di bidang
ekonomi, social, budaya, dan kemanusiaan, serta meningkatkan pengakuan
dan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan fundamental bagi
semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama.
Selain itu banyak lagi bentukan wujud kerjasama yang lainnya
diantaranya Organisasi Perdagangan Dunia/World Trade Organization
(WTO) sebagai perluasan dari Perjanjian Umum Tarif dan
Perdagangan/General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dalam bidang
bisnis ekonomi. Semua Negara yang telah menyetujui adanya organisasi
tersebut dengan aturan permainanya, mereka telah terikat untuk
melaksanakan dan menerima sanksi apabila terjadi penyimpangan dari aturan
yang telah disepakati bersama. Demikian halnya usaha-usaha kerjasama
ekonomi termasuk transaksi-transaksi yang melewati batas wilayah negara
termasuk barang, jasa, teknologi, modal, sumber daya alam dan manusia,
serta manajerial skills harus mengikuti aturan yang berlaku.
Beberapa contoh bentuk interaksi perusahaan antar negara, misalnya:
1. Ekspor/Impor barang dan jasa
Perusahaan yang melakukan ekspor adalah perusahaan yang menjual
produk yang dihasilkannya ke negara luar, sedangkan perusahaan yang
melakukan impor adalah perusahaan yang membeli produk dari negara
lain. Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk
impor merupakan barang-barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara
yang sudah dapat dihasilkan,tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan
rakyat.
Produk ekspor dan impor dari negara Indonesia:
Secara umum produk ekspor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu
barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi
dan gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas.
Barang non migas adalah barang-barang yangukan berupa minyak bumi
dan gas,seperti hasil perkebunan,pertanian,peternakan,perikanan dan hasil
pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas.
Produk ekspor Indonesia
1. Hasil Pertanian
Contoh: karet, kopi, kelapa sawit, cengkeh, the, lada, kina, tembakau,
dan cokelat.
2. Hasil Hutan
Contoh: kayu dan rotan. Ekspor kayu atau rotan tidak boleh dalam
bentuk kayu gelondongan atau bahan mentah, namun dalam bentuk
barang setengah jadi maupun barang jadi, seperti mebel.
3. Hasil perikanan
Contoh: ikan tuna, cakalang, udang dan bandeng
4. Hasil pertambangan
Contoh: timah, aluminium, batu bara, tembaga,dan emas.
5. Hasil industry
Contoh: semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.
6. Jasa
Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri antara lain ke Malaysia
dan negara-negara timur tengah.
Produk Impor Indonesia
Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan
penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-
barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti
makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. bahan baku dan
bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk
kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung,
seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor.
Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti
mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat.
produk  impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras,
terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang
berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.
Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lan
adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barng
industri antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia,
kendaraan. dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari
luar negeri.
Manfaat kegiatan ekspor dan impor:
 Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
 Pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa.
 Meningkatkan perekonomian rakyat.
 Mendorong berkembangnya kegiatan industri.

2. Persetujuan lisensi untuk memproduksi di negara-negara lain


Lisensi adalah bentuk kegiatan dari sebuah perusahaan yang
memperluas jaringan operasinya secara internasional dengan jalan menjual
hak penggunaan dari produk yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.
Perusahaan yang melakukan kegiatan lisensi memberikan lisensi atau hak
penggunaan produk kepada perusahaan di negara lain untuk menggunakan
produk yang dihasilkannya.
Sebagai contoh dari pemberian lisensi ini adalah apa yang dilakukan
oleh perusahaan pembuat perangkat lunak Microsoft yang dimiliki oleh
Bill Gates. Berbagai lisensi diberikan perusahaan Microsoft kepada
perusahaan rekanannya di seluruh dunia untuk penggunaan produk-produk
mereka seperti Microsoft Windows, Microsoft Office, Microsoft Visual
FoxPro, dan lain sebagainya.

3. Kontrak kerjasama/kemitraan manajemen dalam dan luar negeri


Saat tertentu perusahaan memutuskan untuk memperluas bisnisnya
secara global, tetapi tidak ingin tanggung jawab keuangan yang besar
untuk mengerjakannya, sehingga perusahaan tersebut melakukan kontrak
kerja sama dengan pemilik bisnis di luar negeri, yang membayar jasa
supaya diberikan hak untuk menyelenggarakan bisnis di negaranya. Dua
jenis kontrak kerja sama tersebut adalah lisensi dan waralaba (frenchise).
Franchise atau waralaba adalah sekumpulan jaringan kerja perusahaan
yang memproduksi atau memasarkan suatu produk atau jasa, dimana
franchisor memberikan seluruh bisninya kepada orang atau perusahaan
lain, sebagai franchisee. Sebagai harga awal franchise terdiri dari fee dan
royalty, franchisor menyediakan pelatihan, membantu pemasaran, dan
periklanan, serta memberikan hak eksklusif untuk menyelenggarakan
bisnis di lokasi tertentu. Kegiatan franchise adalah cara cepat memasuki
pasar luar negeri. Pihak franchisor menerima fee (imbalan) dan royalty
yang diberikan franchisee, maka usaha franchise bisa menjadi strategi
yang bagus saat penjualan perusahaan dalam negeri melemah. Walaupun
demikian, franchisor menghadapi kehilangan kendali saat mereka menjual
bisnisnya ke franchisee yang jaraknya ribuan mil jauhnya.

4. Kerjasama patungan (Joint Venture)


Perusahaan multinasional yang melakukan Joint Venture adalah
perusahaan yang melakukan kerja sama strategis atau strategic alliance
dengan perusahaan lain di negara lain dalam menjalankan suatu bisnis di
negaranya ataupun di negara dimana perusahaan rekanannya beroperasi.
Kegiatan bisnis dapat berupa kegiatan produksi, jasa, hingga distribusi dari
sebuah produk. Perusahaan otomotif Malaysia, Proton, adalah salah satu
bentuk perusahaan multinasional yang melakukan joint ventures di
antaranya dengan perusahaan Mitsubishi, Jepang dalam memproduksi
salah satu kendaraanya. Kerja sama berbentuk Joint Venture ini, selain
dapat dijadikan proses transfer teknologi dari suatu negara ke Negara
lainnya, juga dilakukan untuk saling melindungi hak-hak akan produk
yang dimiliki oleh keduanya, selain juga untuk melakukan aliansi strategis
dalam hal perluasan pasar.

5. Membuat cabang usaha di negara lain


Cara lain yang lebih agresif dan menantang untuk memasuki pasar
luar negeri adalah dengan mendirikan kantor cabang pemasaran luar
negeri. Kantor cabang luar negeri adalah suatu perusahaan pemasaran
diluar negeri yang dimiliki oleh perusahaan induk. Para karyawan kantor
cabang dapat direkrut dari penduduk asal perusahaan dan penduduk negara
setempat. Mereka dipekerjakan untuk memasarkan produk yang
diproduksi dinegara asal.
Semua itu dilakukan dalam rangka untuk memperoleh:
- Sumber daya yang lebih murah dan berkualitas
- Meningkatkan pangsa pasar
- Meningkatkan tingkat investasi
- Quota impor atau ekspor dan tariff yang lebih murah
- Hubungan kerjasama internasional atau regional.
Kegiatan bisnis internasional itu umumnya didominasi oleh
Perusahaan Multi Nasional (Multi National Corporation). Sekalipun
demikian ada juga perusahaan menengah, kecil dan koperasi yang
melakukan usaha ke luar negeri secara kemitraan yang saling
menguntungkan. Cara yang dilakukan melalui hubungan kerjasama
strategis global (Global Strategic Partnership) adalah merupakan suatu
hubungan kerjasama yang dibentuk oleh organisasi/perusahaan dengan
satu atau lebih negara luar secara umum bertujuan untuk mengusahakan
peluang-peluang yang ada di negara lain agar dapat dikelola dengan baik
dalam memproduksi barang ataupun jasa yang sama-sama mereka
butuhkan.
Menurut Perlemutter dan Heenan, sehubungan dengan kerjasama
strategis global hanya akan berhasil apabila terdapat 6 kondisi yang dapat
diciptakan atas dasar persetujuan kedua belah pihak, sebagai berikut:
1. Tiap partner harus merasa yakin memiliki pasangan yang mempunyai
sesuatu yang dibutuhkan
2. Tiap partner harus memilih-milih dahulu sebelum mereka melakukan
bisnis bukan sesudahnya.
3. Mereka harus saling membagi dan memiliki perilaku dan pandangan
yang sama atas fungsi pengawasan bagi usaha baru mereka.
4. Jenis operasi, budaya perusahaan dan nilai moral dimiliki perusahaan.
5. Joint venture harus memiliki kesempatan untuk
membuang/menghindari apapun bentuk organisasi yang tidak cocok.
6. Mereka harus mempunyai beberapa pembuat keputusan akhir dan yang
memikirkan beberapa cara dalam patokan pebuatan keputusan.
Pada saat suatu perusahaan memutuskan untuk memasuki kawasan
internasional, mereka harus mempertimbangkan masalah ekonomi, politik,
teknologi, social budaya yang membentuk lingkungan bisnis di negara
tempat perusahaan multi nasional mereka berada. Pada saat itu pula,
eksistensi manajemen internasional berperan dalam penanganannya.

2.2.1. Cakupan Fungsi Operasional dari Manajemen Global


Di antara fungsi-fungsi operasional dari manajemen global adalah
manajemen sumber daya global, manajemen operasi global, manajemen
keuangan global, manajemen pemasaran global, serta manajemen
informasi global.
 Manajemen Sumber Daya Manusia Global
Proses rekrutmen dan seleksi tenaga kerja tidak lagi terbatas pada
satu Negara saja, tetapi berasal dari berbagai negara. Sisi
positifnya, masyarakat local di mana perusahaan multinasional
tersebut beroperasi dapat terekrut untuk bekerja dalam perusahaan
multinasional tersebut. Sisi negatifnya, adalah jika kualifikasi yang
dimiliki masyarakat local tidak memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan oleh perusahaan multinasional tersebut, sehingga
masyarakat local tidak dapat bersaing dengan calon tenaga kerja
lain yang berasal dari negara lain. Akhirnya, masyarakat local
hanya dapat terserap sebagai tenaga kerja yang tanpa
keahlian(unskilled labor) yang pada umumnya bekerja sebagai
buruh kasar.

 Manajemen Operasi Global


Proses penentuan lokasi produksi, desain pabrik, pembelian bahan
baku produksi, hingga pendistribusian barang jadi tak lagi terbatas
di satu negara. Sebuah perusahaan multinasional Amerika yang
beroperasi di Indonesia mungkin saja membeli bahan baku dari
Cina untuk kemudian diproses di Indonesia dan kemudian
dipasarkan ke India. Hal ini memberikan konsekuensi adanya
proses pengaturan produksi yang tidak mudah, karena akan
berkaitan erat dengan berbagai regulasi antarnegara yang berbeda-
beda.

 Manajemen Keuangan Global


Kegiatan pendanaan dan investasi tidak saja terbatas pada satu
negara. Sebuah perusahaan di Indonesia dapat meminjam dana dari
bank di Jepang untuk kemudian diinvestasikan di Indonesia, akan
tetapi produknya kemudian dijual ke Amerika. Konsekuensinya,
akan terjadi transaksi keuangan yang melibatkan paling tidak tiga
jenis mata uang yang berbeda. Perbedaan nilai tukar yang berubah-
ubah akan menyebabkan manajemen keuangan sebuah perusahaan
multinasional juga perlu memahami dampak perbedaan nilai tukar
ini terhadap proses penganggaran yang mereka lakukan, pencatatan
transaksi, penyusunan laporan keuangan, pembayaran kewajiban,
hingga berbagai upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi
resiko akibat terjadinya fluktuasi nilai tukar antarmata uang asing
dan juga perubahan kebijakan mengenai keuangan di berbagai
negara.

 Manajemen Pemasaran Global


Perusahaan perlu memahami bahwa produknya akan dipasarkan ke
berbagai negara di belahan dunia. Oleh karena itu, perilaku
konsumen di berbagai negara akan sangat berbeda-beda. Sebagai
contoh misalnya, perilaku orang Eropa dalam hal mengonsumsi
teknologi komunikasi selular lebih cenderung pada aspek
manfaatnya, sedangkan untuk orang Asia, khusunya Indonesia
lebih pada aspek fiturnya. Selain itu, strategi pemasaran yang harus
diterapkan di berbagai negara juga perlu mengikuti budaya yang
berbeda-beda. Definisi kepuasan konsumen untuk setiap Negara
juga bisa jadi berbeda dari satu Negara ke Negara lainnya.

 Manajemen Informasi Global


Perusahaan multinasional perlu memiliki semacam system
informasi yang mampu mengolah berbagai informasi global yang
dibutuhkannya dari waktu ke waktu agar keputusan yang diambil
senantiasa tepat. Informasi mengenai pasar, pesaing, harga,
regulasi, hingga informasi mengenai budaya masyarakat setempat
perlu dikelola dengan baik oleh sebuah perusahaan multinasional.

2.3. Perusahaan Multi Nasional


Perusahaan Multi Nasional sadalah perusahaan yang memiliki kantor
pusat di suatu Negara, akan tetapi operasinya diberbagai Negara lain atau
lebih dari satu Negara. Perusahaan Multi Nasional adalah organisasi yang
menjelaskan usaha pada tingkat internasional menjalankan aktivitas-aktivitas
skala internasionan dengan mengabaikan batas-batas nasional dan dibesarkan
pada strategi umum perusahaan yang telah ditentukan oleh kantor pusat.
Salah satu contoh kegiatan perusahaan multi nasional, misalnya
perusahaan Ford, General Motor, Mobil Oil, Ban Fire Stone. Perusahaan
multinasional yang sangat besar, memiliki dana yang melewati dana banyak
negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena
pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga
sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan
melobi politik.
Karena jangkauan internasional dan mobilitas Perusahaan Multi nasional,
wilayah dalam negara, dan negara sendiri, harus berkompetisi agar
perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak
pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah
tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional
seringkali menawarkan insentif kepada Perusahaan Multi nasional, seperti
potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau
standar pekerja dan lingkungan yang memadai.
Neil H. Jacoby menyatakan bahwa sebuah perusahaan yang ingin
menjadi perusahaan multi nasional harus melalui tahap-tahap dalam mencapai
tingkatan tertinggi dengan multi nasionalisasi, yaitu terdiri dari 6 tahapan
multi nasionalisasi adalah sebagai berikut :
 Tahap 1 : Ekspor produk ke luar negeri
 Tahap 2 : Membangun organisasi-organisasi penjualan di luar negeri
 Tahap 3 : Menggunakan urgensi hak paten dan tahu bagaimana
perusahaan asing menbuat dan menjual produk mereka
 Tahap 4 : Membangun fasilitas-fasilitas di luar negeri
 Tahap 5 : Memultinasionalisasikan manajemen dari atas ke bawah
 Tahap 6 : Memultinasionalisasikan kepemilikan saham perusahaan
Perusahaan multi nasional bisa beragam tingkatannya mulai dari
organisasi multi nasional ringan yang mengekspor produk-produk sederhana
ke luar negeri, sampai pada tingkatan organisasi multi nasional kelas berat di
mana mereka memiliki kepemilikan atau perusahaan di Negara lain. Secara
umum, semakin besar organisasi, maka semakin besar kemungkinan untuk
ikut terlibat dalam ruang lingkup organisasi internasional
2.3.1. Karakteristik dan Syarat Perusahaan Multi Nasional
1. Lingkup kegiatan income generating atau perolehan pendapatan
dilakukan melalui batas-batas Negara.

2. Perdagangan Perusahaan Multi NAsional kebanyakan terjadi dalam


lingkup perusahaan itu sendiri, walaupun antar Negara.

3. Kontrol terhadap pemakaian teknologi dansangat diutamakan


mengingatkedua factor tersebut merupakan keuntungan kompetitif
Perusahaan Multi Nasional.

4. Pengembangan sistem manajemen dan distribusi yang melintasi


batas-batas Negara terutama dalam system modal ventura, lisensi dan
francise.

.5.4. Kompleksitas dalam Penanganan Perusahaan Multi Nasional


Definisi manajemen internasional dan pembahasan mengenai apa
yang terdapat dalam perusahaan multi nasional secara jelas
mengindikasikan bahwa manajemen intrenasional dan manajemen
domestik sangat berbeda. Manajemen dapat dibedakan dari manajemen
domestik dari keterlibatannya dalam oerganisasi:
1. Dalam kedaulatan-kedaulatan nasionalnya berbeda.
2. Dalam kondisi ekonomi yang jauh berbeda.
3. Dalam kehidupan orang-orangnya dalam sistem nilai dan
kelembagaan berbeda.
4. Pengalaman revolusi industri dalam waktu yang tidak sama.
5. Jarak geografisyang lebih luas dan jauh.
6. Pasar nasional yang bervariasi besarnya baik populasinya maupun
daerahnya.
Biasanya, perusahaan multi nasional yang sedang berkembang akan
membutuhkan investasi-investasi di negara-negara luar. Dan manajer
yang akan melakukan investasi di luar negeri biasanya harus yakin
bahwa investasi itu :
a) Mendapatkan peluang usaha di berbagai Negara.
b) Membuat fasilitas-fasilitas produksi, keuangan dan pemasaran lebih
efektif dan efisien.
c) Mendapatkan sumber daya dan bahan yang tidak tersedia di dala,
negeri.
d) Mendapatkan manajer serta tenaga ahli terbaik sacara selektif.
e) Menghasilkan profit yang tinggi dari hasil usaha di berbagai Negara.
Tetapi walau bagaimanapun juga resikp yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan untuk investasi di luar negeri pesti ada.
Misalnya: komplikasi politik yang melibatkan perusahaan induk (
Parent Compeny ) yaitu perusahaan yang berinvestasi dalam ruang
lingkup internasional dan berbagai golongan di negar pribumi ( host
country ).

.5.4. Faktor – Faktor Legal atau Politik


Beberapa factor utama ekonomi yang dihadapi manajer dalam
dunia internasional adalah berhubungan dengan kendala-kendala hukum
atau peraturan (laws) atau transaksi-transaksi internasional yang
memberi harapan. Termasuk didalamnya adalah :

 Tarif
 Quota
 Ukuran administrastif
 Pengawasan pertikaian
 Peraturan lokal
 Subsidi
 Bantuan promosi dagang
 Persetujuan perdagangan dan kartel produsen
Untuk mengurangi berbagai hambatan dalam perdagangan dibuat
konsep Intergrasi Ekonomi ( Economic Integration ). Konsep ini
mempengaruhi beberapa bentuk dianratanya :
1. Area perdagangan bebas (Free trade areas).

2. Pengaturan kebiasaan (Custom Unions).

3. Kesamaan pasar (Common Markets).

4. Unit Ekonomi (Economic Unions).

.5.4. Kerjasama Regional dalam Perdagangan Dunia


1. Model karjasama menurut F. Kahnert :

 Free Trade Association. Diantara negar anggota tidak ada


penbatasan baik quota impor, ekspor maupun pembebanan tariff
atau bea masuk.

 custom union. Antara Negara anggota tidak ada tarif-tarif atau


pembatasan-pembatasan dan terhadap dunia luar ada kesatuan
tarif.

 Tariff community. Ada common external dan lowered internal


tarif.

 Economic Union. Beberapa negara mempunyai letak geografis


yang berdakatan bergabung bersama mengatasi kepentingan
masalah ekonomi.

 Supra National Union. Gabungan dari beberapa Negara yang letak


geografis berdekatan kerjasama dibidang ekonomi, sosial, budaya
maupun masalah pertahanan dan keamanan.

 Free Port. Daerah wilayah pengembangan ekspor dipelabuhan laut


maupun pelabuhan udara dimana dilengkapi fasilitas dan sarana
penunjang yang diperlukan.

 Entreport. Pelabuhan laut dimana udara yang menjadi pelabuhan


transit yang mempunyai fasilitas teknologa canggih serta
merupakan daerah pengembangan wilayah industri untuk produksi
barang-barang re-ekspor. Missal : London, Rotterdam, S’pore.

 Bonded Warehouse. Daerah wilayah pergudangan yang ada di


pelabuhan untuk menampung barang-barang yang sedang dalam
penyelesaian administrasi.

2. Benelux (Belgia, Nederland, Luxebug). Tujuannya : Tariff


Community, Custom Union, Full Economic Union.

3. Pasar Bersama Eropa (Belanda, Belgia, Luxemburg, perancis,


Jerman, Itali, Inggris dan lain-lain). Tujuannya : Membentuk
komunitas Eropa.

4. AFTA (European Free Trade Area). Negara AFTA Inggris, Swedia,


Portugal, Yunani dan lain-lain. Tujuannya : menghapus
internasional dutiers.

5. ASEAN-Free Trade Arae (AFTA).

Latar belakang dibentuknya AFTA :

 Adanya perubahan eksternal transisi terbentuknya new eorld order

 Perubahan internal : pertumbuhan ekonomi dan ekspor 10 tahun


terakhir

 Meningkatkan daya saing

6. Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)


Bentuk kerjasama : teknik, investasi, pengembangan infrastruktur,
pendidikan tinggi, transportasi, telekomunikasi.
7. North American Free Trade Area (NAFTA)
Perdagangan bebas yang bersifat eksklusif antar anggota NAFTA
pada tahun 2010 barang bebas keluar masuk antar anggota dan tidak
ada hambatan non-tarif.
8. Forum untuk Pemecahan Isu-isu Perdagangan dan Moneter/General
Agreement on Tariff and Trade (GATT)
Tujuannya mengatur perdagangan dunia dan tarif perdagangan.

.5.4. General System of Preference ( GSP )


Preferensi umum yang diberikan kepada Negara berkembang olah
bangsa maju.
Negara Pemberi Donor : Australia, New Zeland, Canada, USA,
Jepang, dan lain-lain.
Negara Penerima Donor : ASEAN, Amerika Latin, Amerika
Tengah,
Negara miskin.
Keringanan konsep GSP :
1. Pembebasan tariff
2. Penurunan tariff
3. Keringanan bea masuk
4. Kelonggaran quota
5. Perlakuan cepat
6. Sistem pembayaran

Manfaat bagi Indonesia :


 Quota ekspor tekstil ke USA
 Quota ekspor hasil pertanian
 Keringanan tarif dan bea masuk impor
Dari perundingan paket 31 Juli 2004, Gusmardi Bustani (2004)
mengemukakan bahwa :
1. Pertanian, perundingan bidang pertanian merupakan isu yang paling
sulit untuk mendapatkan kesepakatan.

2. Sulitnya mempertemukan berbagai kepentingan antar anggota


disemua isu perundingan menghasilkan perundingan diharuskan
melalui format Green Room Process ( perundingan tertutup
kelompok kecil ).

3. Koalisi merupakan suatu cara untuk berjuang jika tidak mau ditelan
raksasa seperti UE dan AS.

4. Subsidi Domestik menurut berbagai ahli dan lembaga internasional,


terjadinya ketidakadilan yang sangat dalam, dalam perdagangan
global adalah sebagai akibat dari diperkenankannya nagara-negara
kaya membanjiri pasar global dengan makanan dan komoditas
murah yang mengakibatkan sulitnya Negara berkembang
meningkatkan kesejahteraan penduduknya (petani miskin) karena
kehilangan matapencaharian.

Perundingan non pertanian produk industri, untuk banyak anggota,


masalah non pertanian lebih penting daripada pertanian. Alasannya
sangat sederhana, penurunan tarif dan non tarif akan membuka akses
pasar ekspor yang diyakini akan dapat menghidupkan industry,
penciptaan kesempatan karja dan devisa.

 Isu Jasa
Perundingan jasa menginginkan terciptanya liberalisasi yang
progresif dibidang perdagangan jasa.

 Fasilitas Perdagangan
Inti pokok dari fasilitas perdagangan dalah aturan untuk
memperlancar arus barang di pelabuhan, termasuk pengaturan
mengenai barang transit. Dalam modalitas ini, berbagai kemudahan
untuk nagara berkembang dipenuhi, misalnya pengembangan
kafasilitas, perlakuan khusus dan berbeda. Untuk jangka panjang,
fasilitas perdagangan sangat bermanfaat bagi Indonesia karena akan
mempermudah dalam mengatur kelancaran barang impor di
pelabuhan sehingga dapat mengurangi biaya.
 Isu Pembangunan
Keputusan penting lainnya menyangkut bantuan teknis untuk Negara
berkembang guna meningkatkan partisipasi mereka dalam
perundingan, dan kemampuan Negara berkembang untuk
mengimplementasikan perjanjian WTO.

2.1.3 Resiko Politik Investasi Luar Negeri


1. Sumber resiko politik :
 Persaingan philosopi-philosopi politis (nasionalisme, sosialisme,
komunisme).
 Kerusuhan dan kekacauan sosial.
 Kepentingan pribadi dari kelompok-kelompok usaha local.
 Kebebasan politik sekarang dan masa yang akan datang.
 Konflik-konflik angkatan bersenjata dan pemberontakan-
pemberontakan internal untuk kekuasaan politik.
 Persekutuan internasional baru.

2. Kelompok-kelompok yang berpengaruh terhadap timbulnya resiko


politik:
 Kekuasaan pemerintah.
 Kelompok oposisi non perlementer.
 Kelompok-kelompok masyarakat yang tidak terorganisir misalnya
: mahasiswa, pekerja, kaum minoritas, dan sebagainya.
 Pemerintah luar negeri atau agen-agen inter pemerintah seperti
EEC (European Economic Community).
 Pemerintah luar negeri yang memungkinkan adanya konflik akan
mendukung terjadinya pemberontakan internal.

3. Akibat resiko politik :


 Pengambil alihan : hilangnya asset yanpa kompensasi.
 Pengambil alihan dengan kompensasi : kekurangan kebebasan
untuk menjalankan usaha.
 Batasan operasional : pangsa pasar, karakteristik produk,
kebijakansanaan pegawai, bagian lokal.
 Kehilangan kebebasan transfer : keuangan, barang, personel, atau
hak kepemilikan.
 Pemutusan atau revisi unilateral dalam kontrak atau kesepakatan.
 Diskriminasi misalnya pajak, kontrak.
 Kerusakan property asset atau personel dari pemberotakan,
revolusi, perang dan lain-lain.

Dampak Ekonomi Perusahaan Multi Nasional Bagi Negara yang


Ditempati
Perusahaan Multi Nasional membrerikan kontribusi dalam
pertumbuhan perekonomian suatu negara melalui proses penciptaan
keterkaitan yang meliputi :

 Keterkaitan kedepan : dimana perusahaan multi nasional memproduksi


barang-barang yang dipakai oleh perusahaan-perusahaan local untuk
kebutuhan produksi manufaktur mereka.

 Keterkaitan kebelakang : yang berkaiatan dengan upaya perusahaan


multi nasional untuk membeli bahan baku dari perusahaan-perusahaan
lokal.

Dampak Sosial Perusahaan Multi Nasional Bagi Negara yang


Ditempati
Perusahaan multi nasional menciptakan lapangan kerja baru baik di
dalam maupun di luar lingkungan perusahaan multi nasional. Besarnya
dampak tidak sama karena perusahaan multi nasional melibatkan banyak
perusahaan sebagai rekan maupun sub-kontraktor, tetyapi juga perbaikan
di dalam kebijakan lapangan kerja dengan mengikutio standar
internasional.
Cara-cara yang digunakan perusahaan untuk memperkecil konflik
dengan perusahaan pemerintah pribumi
Perbedaan ekonomi dan politik diantara Negara-negara biasanya suka
mengakibatkan perbedaan fundamental sosial, budaya diantara kelompok
etnik yang mendiami Negara-negara di dunia. Oleh karena itu untuk dapat
berjalannya kerjasama yang harmonis maka diusahakan agar terdapat
persepsi yang sama diantara Negara-negara itu demikian pula diantara
kerjasama suatu perusahaan dengan perusahaan lain atau antar perusahaan
dengan pemerintah suatu Negara dalam konteks dunia sebagai “Desa yang
Besar”, berarti bahwa antara satu Negara dengan Negara lain tidak dapat
memisahkan dari, karena kedua belah pihak akan mempunyai kelebihan
atau kekurangan yang dapat saling mengisi. Untuk itu perlu menjalani
huungan kemitraan (partnership) yang saling menguntungkan diantara
perusahaan yang besar berusaha menjadi lahan investasi di suatu Negara
atau pribumi dengan melalui :
1. Mendapatkan bahan-bahan atau komponen-komponen dari sumber
Negara pribumi.

2. Menggunakan kerjasama dengan mitra Negara pribumi.

3. Menggunakan pekerja dan manajer lokal dan Negara pribumi.

4. Menetukan pengadaan fasilitas riset dan pengembangan di Negara


pribumi.

5. Mengembangkan suatu program yang saling menguntungkan di


Negara pribumi.

6. Menginvestasikan kembali pendapatan di Negara pribumi’

7. Melatih manajer luar negeri untuk dapat berhubungan lebih baik


dengan budaya lokal.

8. Membantu mendorong adanya proyekkesejahteraan masyarakat.


9. Menghindarkan diri dari perbuatan penyuapan terhadap pimpinan
tertinggi pemerintah Negara pribumi yang syah.

10. Menjual saham (go public) kepada para peminat di Negara pribumi.

11. Menggunakan bank atau agar pinjaman dari Negara pribumi.

12. Rencana investasi kembali atas pemilikan asset oleh penduduk asli.

Semua usaha itu dimaksudkan untuk menghindari konflik salah


pengertian dalam melaksanakan kegiatan bisnis atau usaha Negara di
dunia internasional. Sehingga sorang manajer yang berkaliber
internasional dimasa depan, harus dapat mengakomodasi cara-cara
menghindari konflik melalui komunikasi, tukar menukar kebudayaan, dan
cara-cara lain dalam berhubungan dengan perintah untuk menciptakan
batas kebebasan pertukaran barang dan jasa. Kemitraan dalam persaingan
adalh cara kerjasama yang terbaik untuk kesejahteraan umat di dunia yang
saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling maenguntungkan.

2.1. Manajemen Komparatif


Manajemen komparatif adalah mempelajari proses manajemen di
negara-negara yang berbeda untuk menguji potensi tindakan manajemen di
bawah kondisi lingkungan yang berbeda. Komparatif manajemen di dalam
suatu negara memungkinkan untuk diterapkan di negara-negara lain.

.5.4. Modifikasi Model Manajemen Komparatif Koontz


Dalam membandingkan manajemen di berbagai negara, Prof.
Richard N. Farmer dan Barry M. Richman, dua ahli/pelopor di bidang
manajemen komparatif menekankan bahwa lingkungan eksternal dari
perusahaan mempengaruhi praktek-praktek manajemen. Organisasi
itulah yang pertama kali mengidentifikasikan elemen-elemen kritis
dalam proses manajemen dan untuk mengevaluasi operasi perusahaan
dalam budaya yang berbeda. Hal ini juga menggambarkan faktor-faktor
lingkungan yang dipertimbangkan memiliki pengaruh penting bagi
proses manajemen dan keberhasilan manajerial.

Faktor-faktor ini diklasifikasikan dalam:


1. Variabel Pendidikan
Latar belakang pendidikan masyarakat suatu negara
mempengaruhi manajemen dalam suatu perusahaan.

2. Variabel Sosial budaya dan etika


Budaya dan perilaku masyarakat suatu negara juga sangat
berpengaruh pada gaya manajemen berbagai negara. Filosofi
yang dianut masyarakat juga diterapkan dalam manajemen
perusahaan. Hal ini menjadi ciri khas manajemen setiap negara
yang terkadang sulit untuk diubah.

3. Variabel Politik legal


Variabel politik legal berupa sistem pemerintahan yang dianut
suatu negara juga mempengaruhi manajemen perusahaan suatu
negara. Apakah sistem pemerintahan tersebut berupa monarki
atau demokratis mempengaruhi gaya kepemimpinan perusahaan.

4. Variabel ekonomi
Variabel ekonomi yang mempengaruhi proses manajerial adalah
keadaan ekonomi suatu negara. Apabila situasi ekonomi suatu
negara sedang mengalami inflasi atau mengalami deflasi, maka
hal tersebut mempengaruhi pencapaian tujuan dalam suatu
perusahaan.

Pengetahuan tertentu atau ilmu sains seperti teknik (engineering),


produksi, pemasaran dan keuangan sangat penting bagi perusahaan.
Banyak perusahaan yang sukses meskipun manajemennya kurang baik
karena pemasarannya yang brilian, tekniknya yang kuat / fasilitas
produksinya yang dirancang dan dioperasikan dengan baik.

Aktivitas perusahaan dibagi ke dalam dua kategori utama, yaitu :

 Aktivitas manajerial
Aktivitas manajerial dipengaruhi oleh ilmu manajemen. Praktek
manajerial meliputi perencanaan, pengorganisasian, penyetapan,
pemimpinan, dan pengawasan.
 Aktivitas non-manajerial
Aktivitas non-manajerial sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan
atau sains yang relevan. Paraktek non-manajerial meliputi teknik,
produksi, pemasaran, dan keuangan.

Kedua aktivitas tersebut akan dipengaruhi oleh kesediaan sumber


daya manusia dan sumber daya material serta batasan dan pengaruh dari
ingkungan eksternal (pendidikan, politik, ekonomi, teknologi, dan
sosial budaya/etika).

Ilmu manajemen
- Konsep
- Prinsip
-Teori Praktek-praktek
- Aplikasi pengetahuan Manajerial :
secara umum - Perencanaan
- Pengorganisasian
Fungsi-fungsi Ilmu - Penyetapan
Pengetahuan - Pemimpinan Keberhasilan perusahaan
Perusahaan - Pengawasan berdasarkan pada :
- Teknik
1. Faktor-faktor
- Produksi
manajerial
- Pemasaran
2. factor-faktor non
- Keuangan Praktek-praktek Non-
manajerial
Manajerial :
Sumber daya manusia - Teknik
dan sumber daya - Produksi
mineral - Pemasaran
- Keuangan
Lingkungan eksternal
- Pendidikan
- Politik
- Ekonomi
-Teknologi
- Sosial Budaya/Etika
.4.2. Perbandingan Manajemen Jepang, Manajemen Amerika, dan
Manajemen Negara Lainnya

Manajemen Jepang
Manajemen dalam pandangan bangsa Jepang adalah komitmen
kolektif yang lahir dari kesadaran diri dan rasionalitas untuk mengabdi
pada instititusi atau perusahaan tempat mereka bekerja, baik secara fisik
maupun nalar. Kehidupan bangsa Jepang memiliki filosofi manajemen
kolektif, atau disebut juga manajemen konsesus, yang berarti
kolektivitas dengan makna bahwa kerjasama, sinergi, dan berkarya,
bukan hanya saling mendorong satu sama lain, namun lebih dari itu
dilakukan secara hand in hand, aktif dalam mengambil keputusan, dan
menentukan tujuan dari team work. Filosofi manajemen kolektif ini
banyak diterapkan dalam perusahaan-perusahaan Jepang.

Bangsa Jepang juga menerapkan filosofi Kaizen dalam institusi


atau perusahaan mereka. Kaizen diartikan sebagai perbaikan terus-
menerus (continous improvement), ciri lainnya yaitu manajemen kaizen
lebih memperhatikan proses, bukan hasil, selain itu menggunakan
lingkaran kualitas dan peralatan lain untuk mendukung peningkatan
yang terus-menerus. Europe Japan Centre menyimpulkan bahwa
“Kaizen menunjukkan hanya dengan terus-menerus tetap sadar dan
membuat beratus-ratus ribu peningkatan kecil, memungkinkan untuk
menghasilkan barang dan jasa yang bermutu otentik sehingga dapat
memuaskan pelanggan. Cara paling mudah untuk mencapainya adalah
dengan keikutsertaan, motivasi dan peningkatan terus-menerus dari
masing-masing serta seluruh karyawan dalam organisasi. Keikutsertaan
staf tergantung pada komintmen manajemen senior, strategi yang jelas
dan ketabahan – karena kaizen bukan jalan pintas melainkan proses
yang berjalan secara terus menerus untuk menciptakan hasil yang
diinginkan.” (Cane, 1998:265)

Keunggulan manajemen bangsa Jepang lainnya adalah bangsa


Jepang sangat mengandalkan kualitas-- atau nilai kerja tim, dan budaya
setiap orang. Melalui sikap tersebut, setiap orang merasa bahwa dirinya
adalah bagian dari anggota tim (perusahaan/institusi) dan sangat terkait
erat dengan rekan-rekan kerja mereka. Oleh karena itu, kelangsungan,
ketahanan, dan pertumbuhan merupakan target strategis bagi setiap
perusahaan yang bersifat profit centre. Selain itu, bangsa Jepang benar-
benar memusatkan perhatian pada kemahiran dan kemampuan
berkomunikasi serta berinteraksi dengan orang lain.

Pada manajemen Jepang terlihat ciri-ciri sebagai berikut: sistem


kerja seumur hidup, sistem evaluasi dan promosi lambat sehingga setiap
manajer sangat memahami seluk beluk perusahaannya sebelum
dipromosikan. Sistem pemberian insentif dalam perusahaan Jepang
bersifat fleksibel, bila perusahaan mendapat laba yang cukup besar
maka karyawannya pun akan mendapat insentif yang cukup besar pula,
begitu juga sebaliknya. Karier meningkat bukan berdasarkan
spesialisasi, melainkan secara menyeluruh dalam semua bidang. Yang
menjadi motivasi kuat bagi seluruh karyawan dalam perusahaan Jepang
adalah diikutsertakan dalam pengambilan suatu keputusan. Hal ini
berdampak pada tanggung jawab bahwa masing-masing karyawan
bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dan mereka dapat mengawasi
diri mereka sendiri saat sedang bertugas.

Manajemen Amerika
Dalam manajemen Amerika berlaku sistem kerja jangka pendek.
Akibatnya, seseorang berusaha untuk dipromosikan secara cepat. Jika
mereka tidak dipromosikan dalam beberapa tahun, maka mereka
memutuskan untuk pindah pekerjaan mencari keadaan yang lebih baik.
Sistem bonus diberikan berdasarkan potongan dan hal ini membuat
orang bekerja dengan sangat keras sehingga kadang-kadang
menimbulkan kejenuhan.

Karier dalam manajemen Amerika berdasarkan spesialisasi. Orang


tidak akan mudah berpindah ke bidang pekerjaan lain jika tidak
berdasarkan spesialisasinya. Jika perusahaan tidak lagi memerlukan
suatu spesialisasi, maka orang akan menganggur atau pindah ke
perusahaan lain yang membutuhkan spesialisasinya. Pengambilan
keputusan lebih banyak dilakukan pada manajemen tingkat tinggi
sehingga saat pelaksanaannya terkadang mengalami kesulitan karena
orang akan bekerja sesuai dengan target yang telah ditentukan sehingga
pengawasan dalam hal ini dilakukan oleh supervisor-nya.

Perbedaan Praktek Manajemen Jepang dan Manajemen Amerika

Perbandingan praktek-praktek manajemen Jepang dan manajemen


Amerika adalah sebagai berikut:

MANAJEMEN JEPANG MANAJEMEN AMERIKA


1. Pekerjaan seumur hidup 1. Pekerjaan jangka pendek
2. Evaluasi dan promosi lambat 2. Evaluasi dan promosi cepat
3. Jalur karir non spesialisasi 3. Jalur karir spesialisasi
4. Mekanisme pengawasan lengkap 4. Mekanisme pengawasan yang jelas
5. Tanggung jawab kolektif 5. Tanggung jawab perorangan
6. Pengambilan keputusan kolektif 6. Pengambilan keputusan perorangan
7. Perhatian terhadap pekerjaan menyeluruh 7. Perhatian terhadap pekerjaan terbagi-bagi

Selain itu, berikut perbandingan sudut pandang Amerika, Eropa,


dan Jepang dalam hal persaingan :
SUDUT PANDANG SUDUT PANDANG SUDUT PANDANG
PERSAINGAN
AMERIKA EROPA JEPANG
Sifat Persaingan Persaingan kekuatan Persaingan bukan baik Sudah menjadi sifat
moral yang kuat, atau buruk adanya adu konflik.
membentuk karakter Untuk menyelesaikan
konflik tiap individu
harus bersaing, tetapi
tujuan akhirnya adalah
harmoni antara sifat alam
dengan manusia.
Persaingan Usaha Persaingan usaha seperti Persaingan usaha Perusahaan seperti
permainan olahraga yang berpengaruh pada keluarga. Peraingan tidak
besar kehidupan orang dan punya tempat dalam
perkembangan secara keluarga. Tindakan
cepat pada kesejahteraan agresif melawan pesaing
orang. di pasar adalah untuk
kelangsungan hidup dan
kemajuan perusahaan.
Motivasi Seseorang tidak bisa Pegawai dimotivasi Sama dengan sudut
makan. Motivasi pegawai dengan fakta bahwa dia pandang Eropa.
kecuali ada imbalannya sudah disewa oleh
sebagai tambahan perusahaan.
upah/gaji.
Sistem Penghargaan Orang dievaluasi Gaji yang cukup, peluang Sama dengan sudut
berdasarkan promosi, tapi tidak ada pandang Eropa
image/kontribusi mereka insentif ekstra kecuali dari
pada perusahaan. Tip penjualan. Tip yang kecil
yang besar di hotel atau karena pelayanan jasa
restoran yang baik. sudah termasuk nilai
tambah
Persaingan yang tinggi Perusahaan harus kuat Terlalu banyak persaingan Persaingan yang tinggi
dari goncangan akan rusak dan terjadi akan merusak dan
kesejahteraan masyarakat konflik dengan etika menciptakan kebencian
secara umum karena tidak efisien Kristen dan sifat hanya persaingan yang
ada batasan persaingan. kekeluargaan terkendali yang akan
mengarahkan pada
harmoni dan bermanfaat
bagi masyarakat.
Kebijaksanaan Tenaga kerja yang ideal Adanya perbedaan Individu
Penyewaan adalah individu yang pendapatan atau perilaku dipekerjakan/disewa
agresif yang menyukai agresif individu dilihat biasanya bukan untuk
persaingan individu yang dari berbagai sudut pekerjaan tertentu, tetapi
menyadari perasaan tidak pangsa yaitu, dari berdasarkan kepribadian
cocok dengan perusahaan ideology nasional dari mereka dan kemampuan
jenis pekerjaan. mereka untuk menjadi
Ditekankan bukan anggota kehormatan
merupakan pertimbangan perusahaan. Ditekankan
untuk mendapatkan uag pada konsesus, kelompok
kerja harus agresif. dan permainan time.
Komparatif Manajemen di Berbagai Negara Lainnya

Rusia

Negara yang terbentuk dari sejarah Uni Soviet, yang kini tinggal nama, masih
mengusung pentingnya otoritas dalam suatu manajemen. Hingga kini, hierarki
dalam perusahaan masih merupakan faktor penting, terutama dalam pengambilan
keputusan. Meskipun dipandang tidak relevan lagi dengan iklim demokrasi saat
ini, gaya manajemen ini relatif masih diperlukan, terutama pada perusahaan atau
organisasi yang memiliki sistem yang baku dan ketat, seperti departemen atau
organisasi pemerintah.

Spanyol

Meskipun gaya manajemen di negara ini hampir sama dengan Rusia, namun
sudah ada peningkatan menuju ke manajemen demokratik. Pergeseran ini
diakibatkan oleh gelombang protes yang gencar dilakukan oleh para pekerja blue-
collar. Ada baiknya memang perusahaan yang memiliki pekerja dengan tipe
seperti ini menggunakan manajemen demokratik, dengan memberikan akses lebih
cepat ke top management, bisa melalui perwakilan pekerja secara individual
maupun serikat.

Polandia

Sejarah Polandia sangat mirip dengan Indonesia. Adanya kenaikan harga


yang menyebabkan ketidakpuasan di kalangan pekerja, yang berujung pada
kerusuhan, menyebabkan pemerintahan goyah. Hal ini melatarbelakangi
timbulnya perubahan yang signifikan pada gaya manajemen perusahaan di negara
ini, yang mulanya otoritatif menjadi manajemen partisipatif. Manajemen ini lebih
menekankan partisipasi pekerja untuk ikut memberikan saran bagi kebijakan
perusahaan, utamanya, tentu saja, masalah kesejahteraan.

Australia

Secara keseluruhan, ada kemiripan gaya manajemen Australia dengan


Amerika Serikat. Akan tetapi, gaya manajemen yang lebih kuat muncul di negara
ini ternyata adalah gaya autoritarian, karena memang ada hak pekerja untuk
berbicara, namun proses arbitrasi tetap diwajibkan sebelum hal tersebut dilakukan.

Yugoslavia

Berbeda dengan banyak negara lain, Yugoslavia menerapkan self-


management di perusahaan. Oleh karenanya, seluruh kebijakan dikontrol dan
ditetapkan oleh manajemen di perusahaan yang bersangkutan. Positifnya,
perusahaan bisa memberikan kesejahteraan yang lebih bagi pekerja ataupun
memperluas usahanya tanpa campur tangan berlebihan dari pemerintah.

China

Pekerja China memiliki kepribadian yang sangat unik. Seperti yang ditulis
Davidmann dalam Style of Management and Leadership: The Chinese worker has
apparently to live where he is told to live, has to work where he is told to work,
has to do what he is told to do. One has to ask for permission to leave one's work
and for permission to travel. Inilah yang terjadi di China pada masa lalu, sehingga
manajemen lebih berlandaskan otoritas. Namun demikian, China-lah negara yang
paling dinamis dalam menerapkan sistem manajemen, dari otoritas, self
management, hingga saat ini, partisipatif.

Jerman

Jerman adalah negara yang memiliki tingkat kompensasi yang tinggi dan
pemberian jaminan sosial yang relatif baik. Pengambilan keputusan ada di tangan
top management atau para kepala perusahaan, namun, pekerja tidak merasa
terlalu dianaktirikan karena pengangkatan manajer atau kepala perusahaan
haruslah disetujui oleh dua pertiga shareholder dan sepertiga sisanya ditentukan
oleh pekerja.

Tujuan mengadakan komparatif model manajemen dapat membantu


mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan manajemen dan
organisasi. Apabila membandingkan manajemen suatu negara dengan negara lain,
maka akan tampak banyak persamaan dalam hal yang universal, tetapi banyak
perbedaan dalam hal yang hakiki, terutama yang berakar pada budaya masing-
masing negara yang dapat dibedakan dari budaya manajemen negara lainnya.
Kelebihan yang ditunjukkan dipengaruhi oleh kemampuan menerapkan
manajemen universal dengan budaya setempat, setelah ditinjau bahwa hal tersebut
juga dapat menunjang kinerja manajemen organisasi.

2.2. Manajemen Masa Depan


2.5.1 Keahlian yang Penting Dimiliki oleh Manajer Masa Depan
Suksesnya suatu manajemen tak terlepas dari peran manajerial
yang handal, manajer harus memiliki pengetahuan mengenai teori
sistem dan empat dasar fungsi manajemen dan gaya mengetahui situasi
manajemen unik yang mereka hadapi dalam praktek dan memiliki
keahlian serta pengetahuan mengenai sistem-sistem masa depan.
Keahlian, sistem-sistem masa depan merupakan kemampuan untuk
memandang dan mengatur suatu usaha sebagai suatu kesatuan
komponen-komponen yang saling bekerja sama dan berfungsi sebagai
suatu kesatuan untuk mencapai tujuan. Jadi pendekatan sistem
manajemen merupakan cara menganalisis dan menyelesaikan masalah
dan mengimplementasikan solusi setelah mengidentifikasi bagian-
bagian sistem yang berhubungan dengan masalah dan mengevaluasi
efek dari tiap-taip solusi pada fungsi-fungsi dalam keseluruhan bagian
sistem. Frank T. Curtin, Wakil Presiden mesin di Cincinati, telah
melihat hasil/nilai dari aplikasi pendekatan sistem dalam masalah-
masalah manajemen dan mengindikasikan bahwa pendekatan sistem
merupakan alat yang sangat bernilai bagi manajer di masa depan.
Menurut Curtin, hanya setelah manajer mengerti “gambaran besar” atau
melihat semua bagian peralatan secara keseluruhan sehingga mereka
bisa menyelesaikan masalah-masalah manajerial secara tepat. Curtin
menyarankan agar lebih berhasil, maka harus lebih banyak individu
yang harus dididik secara formal dalam nilai pendekatan sistem ini dan
memperlihatkan langkah-langkah yang dapat diambil dalam
mengimplementasikannya.
Keahlian Fungsional Masa Depan, merupakan kemampuan untuk
mengaplikasikan konsep-konsep perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengontrolan secara tepat dalam sistem menejemen.
Aplikasi dari empat fungsi dasar ini merupakan pertimbangan bagi
manajemen sebagai subsistem dari keseluruhan sistem manajemen.
Keahlian Analisa Situasional di Masa Depan, merupakan
kemampuan untuk mengaplikasikan baik sistem teori fungsional
maupun praktek-praktek situasi yang yang dihadapi manajer. Keahlian
ini menekankan bahwa manajer harus mengerti situasi untuk
manajemennya sendiri, sebelum mereka dapat menggunakan sistem dan
keahlian fungsional untuk mendapatkan hasil terbaik. Pentingnya
keahlian analisa situasioanal didukung oleh pemikiran dan ide-ide
pendekatan kontroversi manajemen. Walau bagaimanapun manajer di
masa mendatang akan menghadapi situasi yang sangat berbeda dengan
manajemen sekarang dan masa lalu.

.5.2. Tantangan Manajerial


Memasuki era keterlibatan dinamika dan global, teori-teori
dipraktekkan dengan latar belakang perubahan cepat dan pemikiran
ulang yang mendalam, menunjukkan suatu pertanda bagaimana
manajemen dan organisasi akan berevolusi dalam abad mendatang.
Kecenderungan menandai menguatnya tingkat intensitas hubungan
organisasional modern dan intensitas tekanan waktu. Dalam menangani
kondisi semacam ini menurut pendapat Stoner (1996) dan kawan-
kawannya memerlukan suatu pendekatan yang disebut keterlibatan
dinamik mengekspresikan cara penuh semangat dari para manajer
sukses masa kini, memusatkan perhatian pada hubungan manusiawi
serta dengan cepat menyesuaikan pada kondisi yang berubah sepanjang
waktu. Ada enam (6) tema berbeda mengenai teori manajemen muncul
dibawah payung keterlibatan dinamik, yaitu menekankan pada
kepentingan pemahaman:
1. Lingkungan Organisasi yang Baru
Pendektan keterlibatan dinamik mengakui bahwa sebuah
lingkungan organisasi bukan sekumpulan kekuatan manusiawi yang
tidak tetap. Sebaliknya, lingkungan itu kompleks dan menunjukkan
jaringan dinamik dari orang-orang yang sering berinteraksi. Sebagai
hasilnya manajer tidak boleh hanya memperlihatkan pada
kepentingan mereka sendiri, tetapi juga harus memahami apa yang
penting bagi manajer lain dalam organisasi mereka maupun yang ada
dalam organisasi lain. Mereka saling berinterkasi dengan manajer
untuk menciptakan kondisi gabungan dimana mereka akan menjadi
makmur atau berjuang. Teori strategi kompetitif, yang
dikembangkan oleh Micheal porter, memusatkan pada bagaimana
manajer dapat mempengaruhi kondisi dalam sebuah industri pada
saat mereka berinteraksi sesuai peranannya. Variasi lain pada
pendekatan keterlibatan dinamik, paling terlihat dikemukakan oleh
Edward dan Jean Gerner Stead dalam Management for a Small
Planet, menempatkan ekologi pada pusat toeri manajemen.

2. Etika dan Tanggung Jawab Sosial


Manajer menggunakan pendekatan keterlibatan untuk
memperhatikan dengan seksama nilai-nilai yang menjadi pedoman
manusia dalam organisasi mereka, budaya perusahaan yang
mencakup nilai-nilai tadi, dan nilia-nilai yang dianut oleh orang-
orang di luar organisasi. Robert Solomon mengambil ide ini
selangkah lebih maju, menyatakan bahwa manajer harus
memperhatikan dorongan moral dengan menempatkan nilai
keunggulan sebagai sesuatu yang paling penting dalam agenda
mereka. Berjuang keras terus-menerus ke arah keunggulan
merupakan konsep etika, pendekatan keterlibaatan dinamik
memindahkan etika dari pinggiran teori manajemen ke pusatnya.

3. Globalisasi dan Manajemen


Pendekatan keterlibatan dinamik mengakui bahwa dunia berada
di depan pintu ruang kerja manajer era global. Pasar uang dunia buka
24 jm sehari dan bahkan tempat yang paling terpencil di planet ini
dapat dijangkau dengan telepon. Manajer dalam mensikapinya harus
memikirkan diri mereka sendiri sebagai warga negara dunia.
Kenichi Ohmae menguraikan dunia “tanpa batas”, disitu para
manajer memerlukan semua pelanggan dengan “jarak yang sama”
dari organisasi mereka.

4. Mendirikan dan Memperbaharui Organisasi


Manajer yang mempraktekkan keterlibatan dinamik terus-
menerus mencari jalan untuk membebaskan potensi kreatif dari
karyawan dan diri mereka sendiri. Semakin banyak ahli teori yang
mendesak agar manajer memikirksn ulang standar struktur organisasi
yang telah mereka kenal dengan baik. Michael Hammer dan James
Champy membuat konsep “rekayasa ulang” perusahaan
(reengineering the corporation) yang isinya mendesak manajer
untuk memikirkan ulang setiap proses yang menjadi fungsi
organisasi dan berani menggntikan proses yang menghambat
efisiensi organisasi.

5. Budaya dan Multi Budaya


Manajer yang menerima pendekatan keterlibatan dinamik
mengakui bahwa berbagai perspektif dan nilai yang dibawa oleh
orang dengan latar belakang budaya yang berbeda ke dalam
organisasi bukan sekedar suatu fakta kehidupan tetapi sumber
kontribusi signifikan. Mereka semua menghendaki para manajer
melihat manfaat yang akan datang dan menyambut serta memahami
perbedaan diantara orang-orang. Sekalipun demikian, tidak seorang
pun yang mengatakan bahwa menerima budaya yang berbeda
merupakan tindakan mudah. Multi budaya adalah target yang
bergerak, karena semakin banyak orang yang menyadari tradisi
budaya tertentu dan ikatannya. Disinilah “dinamik” dan
“keterlibatan” bersama-sama berperan dalam menangani organisasi
abad global.

6. Mutu
Dengan pendekatan keterlibatan dinamik, Total Quality
Management (TQM) haruslah menjadi perbendaharaan kata setiap
manjer. Semua manajer harus memikirkan mengenai bagaimana
setiap proses organisasi dapat dilakukan untuk menyediakan output
yang bertanggung jawab. Hubungan yang kuat dan jangka panjang
dapat menjadi produk samping yang bermanfaat dari kerangka
“Mutu” pikiran dan tindakan, dengan pandangan ini Total Quality
Management menambah satu lagi dimensi dinamik pada manajemen,
karena mutu juga selalu merupakan target yang bergerak. Dengan
demikian pada masa yang akan datang akan terjadi berbagai
tantangan yang lebih rumit terhadap teori dan praktek manajemen.
Pekerjaan manajer-manajer di waktu mendatang akan meminta lebih
banyak pengetahuan dan kecanggihan akibat organisasi yang
semakin kompleks. Organisasi komponen personalia akan dihitung
secara bervariasi baik gaji maupun bonus. Menurut H. Igor Ansof
dan R.G. Bradeburg berpendapat bahwa pada masa mendatang
manajer akan memberikan peranan multiplikasi, dan akan
membutuhkan kompetensi yang simultan sebagai pemimpin,
administrator, entreupreneur, negarawan, perencana dan sistem
arsitek dan lain sebagainya.
Digambarkan sebagai berikut:
Changes in Management Roles

Leader

Administrator Leader
Administrator
Entreupreneur
Entreupreneur Planner

Planner

Past Future
Peranan terpisah, Individu Kombinasi Peran, Team

Sumber: E.F. Lundgren, Organizationsl Management, New York, 1984.

Sekarang perlu adanya antisipasi menghadapi manajemen yang


kompleks. Berdasarkan hasil penelitian dari Craig dan Mitchael di
Amerika dalam bukunya The Future 500, ada enam hal yang harus
diantisipasi oleh 500 perusahaan yang tersebut dalam buku mereka
dalam menghadapi era global, yaitu;
1. Perusahaan–perusahaan harus lari dengan kecepatan tinggi di masa
depan.
2. Terjadinya perubahan-perubahan bisnis.
3. Persaingan keunggulan di masa mendatang.
4. Masuki era global
5. Kompleksitas manajemen:
a. Manajemen perspektif.
b. Harmonisasi : stakeholder & Corp. mutual benefit principle.
c. Manajemen kekuasaan.
d. Poros manajemen yang tinggi.
6. Dimensi-dimensi budaya:
a. Globalisasi perusahaan.
b. Aliansi-aliansi bisnis sektor pemerintah dan swasta.
c. Kerjasama kemitraan dalam kompetensi.
d. Hubungan inovasi investor perusahaan.
e. Kepemimpinan sosial dan etika.
f. Bentukan organisasi baru.
g. Integrasi cabang budaya.
h. Pemahaman kebutuhan individu.

Dalam era global para eksekutif di dera dan dituntut untuk mencari
cara pemikiran baru tentang ilmu dan seni manajemen, dimana mereka
berperan dan harus menerapkannya secara efektif dalam pemecahan
masalah-masalah manajemen yang kompleks dan cangging dengan
tingkat kemampuan puncak yang prima. Bagaimana pula Craig dan
Mitchael dengan pemikirannya mengajak para manajer, baik dalam
dunia usaha swasta maupun pemerintah untuk menerobos “foresight for
the future” dengan menunjukkan pola-pola pikir manajemen dalam
mengantisipasi perubahan dalam bidang-bidang era bisnis internasional.
Dalam setiap kurun waktu yang berubah-ubah, baik proses, sistem
manajemen strategi serta model konseptual mengikuti perkembangan
yang terjadi dan manajemen harus dinamis sehingga akan dapat
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang harus dihadapi oleh
setiap organisasi baik yang menyangkut antisipasi yang dikemukakan
Craig dan Mitchael ataupun masalah-masalah lain. Dengan berorientasi
pada masa lalu dan masa kini, setiap eksekutif akan mendapatkan
formula baru untuk menghadapi era baru, era persaingan bebas.

.5.3 Manajemen Kompleksitas (Complexity Management)


Para eksekutif dihadapkan pada dilema dalam menjalani era
global. Banyak orang merasa perlu menaruh perhatian pada usaha
mengobati sakitnya organisasi dengan menerapkan keahlian khusus.
Craig dan Mitchael mengemukakan pendapat akan pentingnya
“Manajemen Kompleksitas” sebagai teori baru. Kompleksitas akan
menggambarkan saran dan masukan akan semua variabel yang dapat
menyebabkan organisasi akan berhasil dalam memecahkan masalah dan
mencapai tujuannya. Pelajaran dari seratus tahun yang lalu,
keterampilan memikul beban dalam manajemen, akan tetapi pada akhir-
akhir ini harus mengharmonisasikan dan mengsingkronisasikan dengan
kemampuan kepemimpinan. Konsep kepemimpinan harus melengkapi
cara lama manajemen, yaitu “para pemimpin bekerja lebih dari sekedar
memanaj (leaders do more than merely manage)”. Dengan demikian,
kemahiran akan manajemen kompleksitas dapat melengkapi
kepemimpinan. Para manajer kompleksitas akan bekerja lebih dari
sekedar memimpin dan memanaj (Complexity Managers do more than
merely lead and manage). Manajemen kompleksitas akan menunjukkan
suatu sikap, bagaimana menanajemeni sebuah organisasi agar berhasil
dengan beranjak dan menggunakan tiga konsep , sebagai berikut:

1. Manajemen Perspektif (Perspective Management)


Manajemen perspektif harus mengharmonisasikan perbedaan
keinginan dan sudut pandang dari kelompok-kelompok tertentu yang
mempunyai hubungan dan kepentingan langsung dengan suatu
organisasi bisnis (stakeholders) dalam ekosistem korporat melalui
apa yang dinamakan prinsip-prinsip kesejahteraan yang saling
menguntungkan (mutualy benefiting principles). Manajer yang
berpandangan persfektif akan mengikatkan dirinya pada komitmen
untuk mencapai tujuan dengan konstan dan menyatukan tujuan
individu stakeholders dengan tujuan organisasi dalam mencapai dua
kepentingan, individu dan kelompok. Manajemen perspektif
mengakui nilai-nilai dari perbedaan dalam kesatuan (value diversity
within unity).
2. Manajemen Kekuasaan (Power Management)
Manajemen kekuasaan melepaskan tali kebebasan kreativitas,
mendorong dan menentukan individu-individu dan kelompok untuk
kepentingan kesejahteraan seluruh ekosistem korporat. Kekuatan
manajer juga mengekang kebebasan stakeholders yang tidak akan
atau tidak dapat mengikuti dirinya kepada tujuan utama yang akan
melancarkan kepentingan keseluruhan.
3. Manajemen Poros (Pivot Management)
Poros manajemen memelihara hubungan antara individu-
individu stakeholders untuk menjamin atau memastikan mereka pada
pemenuhan maksimal dan puncak kinerja. Poros manajer berupaya
meningkatkan keberfungsian peranan struktur proses, sistem dan
prosedur dari organisasi kepada fokus keunikan individu. Poros
manajer mengakui bahwa individu memperoleh pemenuhan
keuntungan yang sebenarnya dan mencapai penampilan kinerja
tertinggi untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen kompleksitas tertuju pada aplikasi atau peranan


khusus sebagai pertama dan terutama, mencakup pandangan baru atau
buah pikiran (mindset) baru yang berusaha untuk mendefinisikan kata
manajemen dan organisasi mencakup tidak hanya aksi orang-orang dan
pendapat mereka, akan tetapi juga keinginan dan pandangan jauh ke
depan dari para stakeholders dalam ekosistem korporat. Juga bukan
hanya sekedar setting skill baru akan tetapi merupakan suatu cara baru
berpikir tentang bagaimana para eksekutif menerapkan semua itu dalam
organisasi. Mencapai kepuasan itu akan menghendaki, bukan hanya
suatu penghalusan dari keberadaan teknik-teknik manajemen, akan
tetapi merupakan suatu cara pemikiran dan sungguh-sungguh original.

.5.4. Global Mindset dan Management Skills Global


Seorang manajer mensikapi perubahan-perubahan dalam keadaan
darurat serta kompleksitas kehidupan perusahaan harus berwawasan
global (global mindset). Manajer harus terbuka dengan kebudayaan luar
namun tetap mempertahankan norma-norma lokal. Hal itu harus dilihat
dari sudut pandang sebagai suatu kemudahan fasilitas-fasilitas yang
dapat dipakai dalam pengambilan keputusan apabila ada keinginan
berbaur dengan pihak luar. Selanjutnya dengan peluang tersebut
seorang manajer harus segera mengadakan pendekatan terpadu terhadap
pengaturan organisasi secara global yang dilakukan melalui
pendekatan: strategi, budaya, perusahaan/negara dan manusianya
secara komprehensif.
Pola pikir global (global mindset) dapat dibandingkan dengan
pola pikir manajemen yang sempurna untuk organisasi domestik, hanya
saja di dalam konteks yang global membutuhkan perspertif tambahan.
Catatan bahwa perspektif global tidak lebih baik dari pola pikir
tradisioanal, tetapi dalam “tambahan” kekompleksitasan yang lebih
luas. Kerumitan seperti itu adalah ciri dari dunia modern. Perbedaan
antara mindset manajemen global dan tradisional diilustrasikan sebagai
berikut:

Perbandingan Pola Pikir Tradisioanal dan Global

Unsur Pola Pikir Tradisioanal Pola Pikir Global

- Mengarahkan untuk gambaran


- Spesialisasi
Strategi/Struktur lebih luas
- Prioritas
- Menyeimbangkan perbedaan

- Memanage pekerjaan - Proses yang sedang berlangsung


Budaya Kerjasama
- Mengontrol hasil - Hasil dengan perubahan

- Memanage sendiri - Nilai perbedaan


Manusia
- Belajar secara domestik - Belajar secara global

Sumber: Stephan H. Rhinesmith, A Managers Guide to Globalization , Richard D


Irwin Inc. Chicago, USA, 1996.

Panduan bagi para manajer global untuk bertindak, menggunakan


strategi/struktur:
1. Mengatur persaingan dengan caara mengetahui dan mengendalikan
pandangan yang lebih luas.
2. Mengatur kesulitan dengan cara menganalisa dan menyeimbangkan
pertentangan.
3. Mengatur keterkaitan dengan cara proses strategi dan proses yang
terkait.
4. Mengatur perubahan dengan cara yang fleksibel dan mengikuti arus
perubahan tersebut.
5. Mengatur tim-tim melalui perbedaan yang peka dan perbedaan nilai.
6. Mengatur belajar secara terbuka dan mempelajari secara
keseluruhan.

Keenam langkah panduan tersebut, apabila dilakukan dengan


tepat akan meningkatkan kemampuan seorang manajer. Salah satu cara
dalam melihat manajer-manajer yang berbeda dalam suatu organisasi
global, telah dianjurkan oleh Enrico Auteri dan Vittirio Tesio dan Fiat
(1991) mereka telah menggambarkan empat kategori posisi operasi
pada tingkat yang berbeda-beda dalam sebuah organisasi global, yaitu:
1. Posisi Transnasional, berlaku pada seluruh area geografi dalam
bisnis tanpa segmentasi dan pembatasan.
2. Posisi Multinasional, berlaku dibeberapa negara, dibatasi oleh
batasan-batasan tertentu.
3. Posisi Open Lokal, berlaku dalam konteks bangsa tunggal, dengan
keterikatan, yang signifikan, titik-titk kesesuian dan ketegantungan
pada elemen-elemen diluar negeri.
4. Posisi lokal, berlaku dalam konteks bangsa tunggal atas dasar
variabel pembeda lokal, tidak dengan interaksi signifikan dengan
negara-negara lain.

.5.5. Ciri-ciri Seorang Manajer Global Kelas Dunia


Untuk menjadi seorang manajer kelas dunia, haruslah menjadi
seorang pribadi kelas dunia yang memilki sistem nilai yang tidak
tergoyahkan. Seseorang yang dapat diperhitungkan untuk berada di
pihak yang memerlukan. Beberapa cirinya menurut Gerhard Klenert
(1992:299) adalah:
1. Integritas (Jujur dan Etis).
2. Standar dan Sistem Nilai (Berfokus pada sasaran, Penuh kasih,
Rendah hati, Bermoral dan Taat).
3. Nilai Tambah bagi Masyarakat.
4. Pemimpim (Patut diteladani, Antusias, Berkompromi, Pengertian,
Sadar lingkungan, Sadar keselamatan kerja, Terbuka, Berbagi, Penuh
kasih dan Menyenangkan).

Integritas adalah mengatakan apa yang dilakukan, dan melakukan


apa yang dikatakan! Integritas menghindari sifat suka berahasia dan
tidak berterus terang dan berada “di depan” bersama setiap orang.
Integritas tidak berusaha memanipulasi orang dengan memberitahu
mereka “apa yang ingin mereka dengar”. Integritas lebih
memperhatikan kata-kata dari pada tulisan. Integritas merasa nyaman
dengan melakukan hal yang baik. Dengan mengetengahkan integritas
pribadi bukan berarti menekankan hanya pada pendekatan one man
show untuk keberhasilan akan tetapi kualitas pribadi setiap manajer
memerlukan kriteria tersebut apabila ia ingin mencapai atau diakui
sebagai seorang manajer tingkat dunia. Integritas abadi yang
menonjolkan sikap (attitude) perlu dikembangkan dengan pengetahuan
(knowledge) dan keterampilan (skill) serta kemampuan (competences).
Moran dan Ricsenberger membedakan antara pola pikir dan
keterampilan yang diperlukan oleh CEO, Staff, General Manager dan
Staff, dan seluruh pegawai, mereka mendiskusikan 12 kompetensi
global dan mencoba membedakan tingkat/derajatnya terhadap empat
kelompok di atas yang perlu memiliki tim kompeten.
Kompetensi global Moran dan Ricsenberger adalah:
1. Memilki suatu pola pikir global.
2. Bekerja setara dengan orang-orang dengan latar belakang yang
berlainan.
3. Memiliki orientasi jangka panjang.
4. Mempermudah perubahan organisasional.
5. Menciptakan sistem pembelanjaannya.
6. Memotivasi pekerja sebaik-baiknya.
7. Melakukan negosiasi dan pendekatan konflik dalam model
kolaboratif (kerjasama).
8. Mengelola dengan cermat tenaga kerja asing.
9. Memimpin dan berpartisifasi secara efektif dalam tim multikultural.
10. Memahami budaya, nilai dan asumsi dirinya.
11. Secara akurat menampilkan budaya organisasional dan bidaya
nasional.
12. Menghindarkan kesalahan kultural dan perilaku dengan tujuan
menunjukkan pengetahuan dan respek untuk negara lain.

Keduabelas kompetensi ini pada dasarnya berkaitan dengan enam


atribut pola pikir, karakteristik dan keterampilan. Jelas bahwa tidak
semua manajer dalam organisasi/perusahaan global memerlukan enam
atribut, karakteristik dan keterampilan tersebut. Semua manajer
memiliki tanggung jawab mengelola keberagaman, hal ini diperlukan
adanya partisipasi dari semua tim manajemen. Keberhasilan perusahaan
global sekarang adalah sangat tergantung pada kemampuan eksekutif
dalam membawa misinya, kriteria untuk eksekutif seperti itu harus
berpotensi dalam hal:
1. Keefektifan dalam berkonsep (visi, sintesis, profesional dan
kemampuan mengarahkan bisnis dengan tepat).
2. Keefektifan operasioanal (keefektifan individu, penentu dan
kontrol).
3. Keefektifan interpersonal mempengaruhi pribadi dan perilaku verbal.
4. Motivasi yang tinggi pada pencapaian tujuan (ambisi, minat
profesioanal dan kontrol emosi).
Suatu cara terbaik untuk mencetak matrik pola pikir, dengan itu
perusahaan global naik turunnya akan tergantung pada mobilitas.
Dalam perspektif internasional didapat melalui pelayanan luas, kembali
pada integrasi organisasi yang sangat ditentukan oleh manajer. Menurut
Gerhard Klenert (1999:177) seorang manajer global kelas dunia harus
dapat memadukan semua kekuatan, sebagai berikut:
1. Suatu perspektif “gambaran besar”.
2. Melakukan globalisasi visi, misi dan strategi.
3. Memanfaatkan transaksi internasional untuk memberikan nilai
tambah dan meminimalkan pemborosan.
4. Memahami persaingan global.
5. Melakukan sentralisasi dengan suatu perpektif yang terlokalisasi.
6. Mengembangkan perusahaan yang berpola pikir global.
7. Memahami perbedaan budaya, politik, demografis dan iklim bisnis
dan dampak-dampaknya pada transaksi bisnis.
8. Memahami baik buruknya globalisasi.
9. Memahami perbedaan dalam perspektif.
10. Memahami alih teknologi.
11. Memanfaatkan alat-alat perbandingan.
12. Beralih dari mentalitas penjiplak menjadi inovatif.
13. Belajar dari pesaing.
14. Memanfaatkan kemitraan strategis.

Apabila manajer dapat memadukan semua kekuatan, bisa


membentuk sinergi untuk memecahkan masalah-masalah kompleks
tingkat dunia dengan manajemen skill global untuk kesejahteraan dan
kemakmuran yang bermanfaat.
Disamping memperhatikan semua kekuatan di atas, menurut
Klenert faktor lain ikut mendorong suksesi manajemen kelas dunia
adalah dapat melihat perubahan sebagai tantangan dalam mencari
peluang-peluang baru dan bertindak berdasarkan skala prioritas yang
tepat, inovatif, kreatif, memiliki sasaran, yang jelas dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan profesionalnya. Selalu melakukan penilaian
dan pengukuran sebagai alat motivasi dan juga berusaha untuk
mengembangkan dirinya dan keahlian profesioanlnya melalui
pendidikan dan latihan. Selain itu juga memiliki adaptasi pergaulan
yang tinggi agar bisa menempatkan dirinya memiliki kemampuan
kepemimpinan yang mengutamakan produktivitas dan mutu. Disamping
itu juga harus memfokuskan perhatiannya pada pengembangan strategi
global dengan implementasi lokal, melalui pemanfaatan informasi dan
penggunaaan teknologi tepat guna mendorong terjadinya aliansi strategi
baik horizontal maupun vertikal secara terintegrasi sehingga merupakan
strategi dalam menghasilkan output yang menjadi pusat perhatian.
Tentunya semua sukses yang dicapai oleh suatu organisasi atau
perusahaan dalam konteks kelas dunia, banyak faktor yang ikut
menentukan baik intern maupun ekstern organisasi dunia sekitar.
Sebagai sosok organisasi atau perusahaan kelas dunia, keberhasilannya
akan lebih banyak ditentukan oleh sumber daya manusia dalam
mengelola sumber daya lainnya secara efektif dan efisien. Dengan
keunggulan dari keterhandalan sosok manajer maupun tim manajemen
yang mahirlah keberhasilan organisasi atau perusahaan dapat diraih.
Dengan kata lain, buatlah percaya diri bahwa dalam proses
memenangkan perjuangan dalam persaingan itu adalah buah hasil dari
kehidupan sebagai manajer kelas dunia yang memiliki kemampuan
global mindset dan management global skill.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Globalisasi manajemen merupakan fakta kehidupan. Manajemen global
adalah kinerja dari aktivitas-aktivitas manajemen yang melewati batas-batas
nasional. Manajemen global membantu mengatasi masalah-masalah yang
tidak dapat dipecahkan sendiri dalam kerjasama internasional. Tumbuh dan
berkembangnya perusahaan multi nasional memerlukan manajemen yang
bermutu global. Kompleksitas dalam penanganan perusahaan lintas negara
memacu sumber daya yang ada didalamnya untuk terus kreatif dan inovatif.
Empat dasar manajemen tradisioanal memerlukan penyesuaian-
penyesuaian dalam pelaksanaannya di manajemen global. Para manajer yang
bermutu haruslah memiliki kepribadian kelas dunia. Pola pikir global menjadi
dasar bertindak serta seorang manajer kelas dunia harus memiliki
management global skill.

3.2. Saran
Manajemen menyentuh dan mempengaruhi hampir semua kehidupan
manusia dalam bermasyarakat dan bernegara (Peter F. Drucker). Oleh karena
itu penyusun merekomendasikan pentingnya untuk menguasai konsep
manajemen terutama manajemen global. Manfaat yang didapat antara lain
memberikan pengetahuan pola pikir global dalam pelaksanaan manajemen,
mengetahui pemanfaatan alat-alat pemecahan masalah manajerial yang lebih
canggih, tepat guna, terpadu dan komprehensif, kesiapan menghadapi
tantangan dunia usaha, memberi gambaran aliansi multi korporat perusahaan
antara negara dengan networking perusahaannya di seluruh dunia, serta
panduan menjadi seorang manajer global.

STUDI KASUS
Sistem Manajemen Global

Perusahaan : Nestlé
Industri : Makanan
Daerah : Global
Intertek Solusi : Manajemen Audit Sistem dan Sertifikasi
Nestlé sangat terkemuka dalam dunia gizi, kesehatan dan perusahaan
kesehatan, dengan lebih dari 280.000 karyawan dan lebih dari 450 pabrik secara
global. Produk mereka, yang meliputi segala sesuatu mulai dari air kemasan
hingga makanan beku, dijual di hampir setiap negara di dunia. Nestlé selalu
percaya bahwa untuk bisnis yang akan berhasil dalam jangka panjang, ia harus
menciptakan nilai tidak hanya bagi para pemegang saham dan konsumen, tetapi
juga bagi masyarakat.

1. TANTANGAN
Pada bulan Mei 2006, Dewan Eksekutif Nestlé memutuskan untuk
mengadaptasi sistem manajemen Nestlé untuk sepenuhnya sesuai dengan
standar internasional ISO 14001 (Pengelolaan lingkungan) dan OHSAS
(kesehatan dan keselamatan kerja manajemen) serta untuk mengesahkan semua
pabrik Nestlé terhadap standar tersebut pada tahun 2010. Karena sangat
penting bagi Nestlé untuk menciptakan nilai, hal ini merupakan tantangan
untuk menemukan pasangan yang bisa menyediakan semua gabungan layanan
ini. Untuk Nestlé, sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS 18001 memberikan
pengakuan eksternal bahwa pabrik-pabrik mereka sesuai dengan kebutuhan
internal di bidang kelestarian lingkungan dan pekerjaan kesehatan dan
keselamatan, dan bahwa mereka memenuhi kebutuhan minimum, yang diakui
secara internasional tingkat implementasi sistem manajemennya. Kepercayaan
dari stakeholder eksternal lain merupakan faktor penting untuk Nestlé, karena
mereka ingin menjadi yang terdepan di dunia, diakui sebagai perusahaan
Nutrisi, Kesehatan dan Kebugaran. Sertifikasi membantu membangun
kepercayaan ini.
"Untuk Nestlé, sertifikasi merupakan akta kelahiran dan bukan “surat
pension”. Sertifikasi adalah awal dari sebuah perjalanan yang berkelanjutan
terus menerus unggul dalam kinerja, "kata Brett Carroll, Manajer Lingkungan
dan Keselamatan Global perusahaan Nestlé.
Mengingat tenggat waktu yang sangat ketat dan lingkup proyek ini
global, Nestlé menghadapi beberapa tantangan:
 Memotivasi sejumlah besar pabrik di seluruh dunia untuk mengikuti jadwal
yang ketat.
 Memonitor kemajuan untuk yakin tenggat waktu tercapai.
 Mencari mitra yang dapat menyediakan auditor lokal dengan pemahaman
tentang persyaratan khusus dan budaya lokal, tapi secara paralel dengan ini
memiliki konsistensi global dalam pelayanan.
Intertek mendukung Nestlé pada tingkat global dengan audit dan jasa
sertifikasi untuk memenuhi semua tantangan, serta untuk ISO 22000, kualitas,
dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

2. SOLUSI
Intertek bekerja sama dengan markas besar Nestlé di Swiss untuk
menetapkan program yang disesuaikan untuk memastikan mereka mencapai
tujuan ambisius mereka. Sebagai hasil dari pekerjaan ini, Nestlé telah diterima:
 Audit dan tindak lanjut inisiatif dikoordinasikan oleh salah satu tim
global Intertek.
Tim ini dapat berkoordinasi audit untuk semua layanan, membantu
mengurangi jumlah kunjungan situs. Oleh karena itu menghemat waktu dan
uang Nestlé yang berharga.
 Konsistensi pelayanan global.
Semua auditor dilatih dalam persyaratan spesifik yang ditetapkan Nestlé.
 Laporan triwulan dari Intertek.
Memberikan HQ Nestlé gambaran yang jelas tentang berapa banyak situs
yang telah menyelesaikan sertifikasi.
 Pendekatan audit Fleksibel
Untuk membuat pasar tertentu yakin kebutuhan mereka terpenuhi,
mengingat globalnya penyebaran proyek ini.
 Komitmen sumber daya yang jelas dari Intertek.
Untuk mengembangkan sumber daya di pasar yang dibutuhkan.

3. Hasil
Pada Oktober 2009, situs Nestlé telah menyelesaikan 639 sertifikasi
audit, dengan 200 audit lain lintas dunia diharapkan selesai sebelum akhir
tahun. Nestlé memiliki target internal yaitu menginginkan 850 sertifikat di
tangan pada akhir tahun 2009 (mewakili sekitar 90% dari sekitar 460 pabrik
yang sekarang disertifikasi untuk standar kedua), dan target eksternal bahwa
semua pabrik akan disertifikasi pada tahun 2010.
“Nestlé sangat senang dengan kinerja dari Intertek, baik di tingkat lokal
maupun global dalam hal perhitungan manajemen, “kata Mr Carroll. “Pada
tingkat lokal, auditor Intertek dilengkapi dengan baik dalam hal pengetahuan,
baik dari persyaratan sistem manajemen serta undang-undang lokal yang
relevan. Selain itu, fleksibilitas dan keterbukaan Intertek terhadap pendekatan
baru dan berbeda membantu untuk menambah nilai melalui proses audit.”
"Pada tingkat global, penyediaan Manajer akuntansi inti global
menyederhanakan program manajemen audit kami secara keseluruhan dengan
menyediakan satu titik kontak dengan pengawasan, audit secara global, yang
kemudian dapat mengatasi masalah, pertanyaan, analisis peluang dan perbaikan
yang terkoordinasi.
Dari uraian studi kasus di atas garis besar yang dapat diambil yaitu, untuk
meningkatkan kompetensinya perusahaan Nestlé menerapkan sistem
manajemen global melalui sertifikasi produk-produknya di seluruh dunia
bekerja sama dengan Interfek. Hal tersebut ditempuh dengan maksud untuk
mendapatkan pengakuan dunia atas kinerjanya yang unggul dalam bidang
nutrisi dan kesehatan makanan. Seiring pesatnya persaingan usaha Nestlé harus
percaya diri bahwa perusahaannya mampu bertahan dan tetap menjadi yang
terbaik.

Anda mungkin juga menyukai