Anda di halaman 1dari 17

MODUL PERKULIAHAN

Kewarganegaraan

Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Fasilkom Teknik 02 90003 Yustiarti, M.Ikom
Informatika

Abstract Kompetensi

Fungsi Pemahaman mahasiswa mengenai


Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup Mata Kuliah
Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi : Etika Berkewarganegaraan
Pembahasan

1. Definisi Negara

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di mana
terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan
keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-
unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan
dari negara lain.

Pengertian Negara Berdasarkan Pendapat Para Ahli :


- Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
- Georg Jellinek : Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia
yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.
- Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan
manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

Kata Negara berasal dari state(Inggris), staat(Belanda) dan etat (Perancis). Secara
etimologi(bahasa) Negara berarti keadaan yang berdiri tegak (kokoh), lurus (tak
tergoyahkan) termasuk mengandung unsur ketetapan akan kebaikan dan kebenaran.
Dari kata itu pula lahirlah status, statum, dan yang terakhir standing. Dari pengertian
yang terakhir itu juga mengarah pada kedudukan, tempat berdiri yang tetap,
konsisten dan jelas. Negara menjadi sesuatu pijakan yang kuat, tegak dan benar
terutama tentunya sesuai dengan kehendak orang atau sekelompok orang yang
mendiami.
Dari pengertian Negara secara bahasa(etimologi) tersebut mempertegas dan
menjelaskan bahwa Negara adalah organisasi yang mengarah pada sesuatu yang
tegak(lurus) dan jelas (tidak membingungkan) dan itu sejalan dengan kehidupan
bersama manusia sehingga sejalan dengan keinginan manusia. Manusia secara
umum selalu mendambakan kehidupan yang tegak, jelas dan mengarah pada
kebaikan. Kebaikan yang diinginkan umat manusia akan terwujud dan diupayakan
untuk dan demi manusia /kelompok manusia itu sendiri. Dari situ pengertian Negara
menjadi meluas dan semakin kompleks, terlebih-lebih di Negara modern di abad ini.

2015 Kewirausahaan II
2 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau
ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan
dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi
orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis

- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara orang-
orang dengan negara.

- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan
emosionak, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan
ikatan tanah air.

b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.

- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam


sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.

- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

B. Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

2015 Kewirausahaan II
3 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan
moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

• Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan :

1. nilai-nilai cinta tanah air;

2. kesadaran berbangsa dan bernegara;

3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;

4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;

5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta

6. kemampuan awal bela negara.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat dalam Permendiknas


No. 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menekankan


peda perkembangan dan membina warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter
serta bertindak sesuai dengan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. melalui
pengetahuan yang diberikan di sekolah – sekolah kepada peserta didik diharapkan akan
lahir generasi muda yang berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif memiliki sikap
demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga Negara yang sanggup melaksanakan
hak dan kewajibannya dalam kehidipan berbangsa dan bernegara.

2015 Kewirausahaan II
4 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3) Fungsi pembelajaran kewarganegaraan

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006, mata pelajaran Kewarganegaraan


berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga Negara yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang setia pada bangsa Indonesia dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Somantri (2001 : 166) memberikan pemaparan mengenai fungsi PKn sebagai
berikut :

Usaha sabar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik agar menjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan
Kewarganegaraan untuk melandasi tujuan nasional yang diwujudkan dalam intergritas
pribadi dan perilaku sehari – hari.

Berdasarkan pada fungsi di atas Pendidikan Kewarganegaraan harus dinamis dan mampu
menarik perhatian siswa yaitu dengan cara guru membantu mengembangkan pemahaman
baik materi maupun ketrampilan intelektual dan partisipasi yang menghasilkan pemahaman
tentang arti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

4) Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Permendiknas No. 22


tahun 2006 meliputi sebagai berikut :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara
kesatuan Republik Indonesia, sumpah pemuda, pengamalan nilai nilai pancasila dalam
kehidupan sehari hari, pancasila sebagai idiologi terbuka

b. Norma, hukum dan peraturan meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlakudimasyarakat, peraturan daerah, norma dalam kehidupan
baerbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional

c. Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan
perlindungan HAM

2015 Kewirausahaan II
5 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Kebutuhan warga Negara meliputi hidup gotong royong, harga diri setiap warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengemukakan pendapat ,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara

e. Konstitusi Negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama, konstitusi


konstitusi Yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi

f. Kekuasaan dan politik, meliputi Pemerintahan desa, Pemerintahan daerah dan


otonomi, Pemerintah pusat, demokrasi dan system politik, budaya politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, sistem Pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi

g. Pancasila meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan idiologi Negara,
proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara, pengamalan nilai pancasila dalam
kehidipan sehari hari, pancasila sebagai ideologi Negara

h. Globalisasi meliputi globalisasi lingkungan , politik luar negeri Indonesia di era


globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan
mengevaluasi globalisasi

Uraian diatas menegaskan bahwa materi PKn dapat diperoleh dari berbagai sumber yang
memiliki kualifikasi untuk dijadikan ajar yang tidak menyimpang dari kurikulum yang telah
ditentukan. Menurut Depdiknas (2007: 2) aspek – aspek kompetensi dalam pendidikan
kewarganegaraan adalah

1. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)

Menyangkut kemampuan akademik keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau
konsep politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran PKn merupakan bidang
kajian multi disipliner. secara terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi
pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga Negara, hak asasi manusia, prinsip –
prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional,
pemerintah berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi serta
nilai – nilai dan moral dalam masyarakat

2. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)

Meliputi keterampilan intelektual (intellectual skills) dan keterampilan berpartisipasi


(participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. contoh ketrampilan
intelektual adalah ketrampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya
merancang dialog dengan DPR contohnya keterampilan berpartisipasi menggunakan

2015 Kewirausahaan II
6 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ketrampilannya menggunakan hak dan kewajibannya dibidang hukum, misalnya melaporkan
kepada polisi atas tindak kejahaatan yang diketahui.

3. Watak Kepribadian Kewarganegaraan (civic disposition)

Watak kepribadian kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang paling


subtansif dan essensial dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimensi watak
atau karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua
dimensi sebelumnya dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan pelajaran ini ditandai
dengan penekanan dengan dimensi watak, karekter, sikap dan pontensi lain yang bersifat
afektif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, seorang warga Negara perlu memiliki pengetahuan
yang baik, terutama pengetahuan di bidang politik, hukum dan moral dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya pengetahuan dan ketrampilannya itu akan
membentuk suatu watak, karakter, sikap atau kebiasaan sehari – hari yang mencerminkan
warga Negara yang baik.

Unsur-unsur negara adalah:

1. Unsur pembentuk negara (konstitutif): wilayah/ daerah, rakyat, pemerintah yang berdaulat

• Memiliki Wilayah

Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah yang terdiri
atas darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh dari laut tidak
memerlukan wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat akan menjalani kehidupannya
sebagai warga negara dan pemerintah akan melaksanakan fungsinya.

• Memiliki Rakyat

Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang tinggal di negara tersebut dan dipersatukan
oleh suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu ngara maka
pemerintahan tidak akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber daya manusia
untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.

2015 Kewirausahaan II
7 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Pemerintahan Yang Berdaulat

Pemerintahan yang baik terdiri atas susunan penyelengara negara seperti lembaga
yudikatif, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk menyelengarakan
kegiatan pemerintahan yang berkedaulatan.

2. Unsur deklaratif: pengakuan oleh negara lain

• Pengakuan Dari Negara Lain

Untuk dapat disebut sebagai negara yang sah membutuhkan pengakuan negara lain baik
secara de facto (nyata) maupun secara de yure. Sekelompok orang bisa saja mengakui
suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan, namun tidak akan
disetujui dunia internasional jika didirikan di atas negara yang sudah ada.

Berdasarkan teori terbentuknya suatu Negara, dapat dijabarkan sebagai berikut:

• Teori Klasik:

a. Teori Ketuhanan

Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan.
Demikian juga negara terjadi atas kehendak Tuhan. Tandanya nampak pada UUD-nya “by
the grace of God” (Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa)

Para tokohnya adalah : Agustinus, Yulius Stahl, Haller, Kranenburg

b. Teori Perjanjian Masyarakat

2015 Kewirausahaan II
8 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Terjadinya negara karena adanya perjanjian masyarakat. Semua warga negara mengikat
diri dalam suatu perjanjian bersama untuk mendirikan suatu organisasi yang bisa melindungi
dan menjamin kelangsungan hidup bersama.

Para tokohnya adalah : Thomas Hobbes, John Locke, Montesquieu

c. Teori Kekuasaan

Negara terbentuk atas dasar kekuasaan dan kekuasaan adalah ciptaan mereka yang paling
kuat

Tokoh Penteorinya : Karl Marx, Oppenheimer, Kollikles

d. Teori Hukum Alam

Hukum alam bukan buatan negara, melainkan atas kekuasaan alam yang berlaku setiap
waktu dan tempat, serta bersifat universal dan tidak berubah. Menurut pendapat Plato
negara terjadi karena evolusi

Tokoh yang terkenal dari teori ini adalah : Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.

• Teori Modern:

a. Penaklukan atau Penjajahan

b. Pemisahan diri dari suatu wilayah atau Negara dll.

Fungsi-Fungsi Negara :

1. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat

2015 Kewirausahaan II
9 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Negara yang sukses dan maju adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia
secara umum dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan.

2. Melaksanakan ketertiban

Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan damani diperlukan
pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh masyarakat.

3. Pertahanan dan keamanan

Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari segala macam gangguan dan
ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar.

4. Menegakkan keadilan

Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat warganya meminta


keadilan di segala bidang kehidupan.

Tujuan Negara:

Setiap Negara mempunyai tujuan yaitu tujuan bangsa itu sendiri dalam hidup bernegara.
Tujuan Negara berbeda-beda sesuai dengan pandangan masyarakat pada bangsa tersebut
serta pandangan hidup yang melandasinya. Pada umumnya, tujuan Negara ditetapkan
dalam konstitusi atau hukum dasar Negara yang bersangkutan.

2015 Kewirausahaan II
10 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ada beberapa tujuan Negara yakni:

1. Tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta mengembangkan


daya cipta sebebas mungkin.

2. Tujuan Negara adalah menciptak. an keadaan yang baik agar rakyatya dapat mencapai
keinginan secara maksimal.

3. Tujuan Negara adalah menciptakan persamaan dan kebebasan bagi warganya.

Bentuk-bentuk negara dan pemerintahan :

1. Bentuk Negara

a. Negara kesatuan : Suatu negara berdaulat, yang berkuasa satu pemerintah pusat yang
mengatur seluruh daerah secara totalitas. Bentuk negara ini tidak terdiri atas beberapa
negara, yang menggabungkan diri sedemikian rupa hingga menjadi satu negara yang
negara-negara itu mempunyai status bagian-bagian. Negara Kesatuan dapat berbentuk :

 Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu dalam negara
itu langsung diatur dan diurs oleh pemeintah pusat dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.
 Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepala daerah diberikan
kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi
daerah) yang dinamakan daerah swatantra.

b. Negara Serikat (Federasi) : Suatu negara yang merupakan gabungan dari beberapa
negara yang menjadi negara-negara bagian dari negara serikat itu. Negara-negara bagian
itu asala mulanya adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri.
Dengan menggabungkan diri dengan negara serikat, berarti ia telah melepaskan sebagian
kekuasaanna dengan menyerahkan kepada negara serikat itu. Kekuasaan yang diserahkan
itu disebutkan satu demi satu (limiatif) yang merupakan kekuasaan yang didelegasikan.

Kekuasaan Asli ada pada negara bagian karena berhubungan langsung dengan rakyatnya.
Penyerahan kekuasaannya kepada negara serikat adlah hal-hal yang berhubungan dengan
hubungan luar negeri. Pertahanan Negara, Keuangan, dan urusan Pos. Dapat juga diartikan

2015 Kewirausahaan II
11 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahwa bidang kegiatan pemerintah federasi adalah urusan-urusan selebihnya dari
pemerintah negara-negara bagian.

2. Klasifikasi Negara

1. Berdasarkan jumlah orang: Monarkhi, Aristokrasi, Demokrasi, Tirani, Oligarkhi,


Mobokrasi.

2. Bentuk negara modern; Negara Kesatuan dan Federasi

3. Asas Penyelenggaraan Kekuasaan: Ekonomi (negara agraris, industri, industri maju);


Politik (demokratis, otoriter dll); Sistem Pemerintahan (presidensial, parlementer dll), Idiologi
(sosialis, liberal, komunis dll)

Teori-teori tentang bentuk pemerintahan klasik pada umumnya masih menggabungkan


bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mac Iver dan
Leon Duguit yang menyetakan bahwa bentuk negara sama dengan bentuk pemerintahan.
Prof. Padmo Wahyono, SH juga berpendapat bahwa bentuk negara aristokrasi dan
demokrasi adalah bentuk pemerintahan klasik, sedangkan monarki dan republik adalah
bentuk pemerintahan modern.

Dalam teori klasik pemerintahan dapat dibedakan atas jumlah orang yang memerintah dan
sifat pemerintahannya.

Ajaran plato (249 – 347 SM)

2015 Kewirausahaan II
12 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Plato mengemukakan lima bentuk pemerintahan negara. Kelima bentuk itu menurut Plato
harus sesuai dengan sifat – sifat tertentu manusia. Adapun kelima bentuk itu sebagai
berikut.

1. Aristrokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipengang oleh kaum cendikiawan


yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran keadilan,
2. Timokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang – orang yang ingin
mencapai kemashuran dan kehormatan,
3. Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh golongan hartawan,
4. Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat jelata,
5. Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang tirani (sewenang –
wenang) sehingga jauh dari cita – cita keadilan.

Ajaran Aristoteles (384 – 322 SM)

Aristoteles membedakan bentuk pemerintahan berdasarkan dua kriteria pokok, yaitu jumlah
orang memegang pucuk pemerintahan dan kualitas pemerintahannya. Berdasarkan dua
kriteria tersebut, perbedaan bentuk pemerintahan adalah sebagai berikut.

1. Monarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dibentuk oleh satu orang demi kepentigan
umum, sifat pemerintahan ini baik dan ideal.
2. Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang dibentuk oleh saru orang demi kepentingan
pribadi, bentuk pemerintahan ini buruk dan kemerosotan.
3. Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendikiawan
demi kepentingan kelompoknya. Bentuk pemerintahan ini merupakan pemerosotan
dan buruk.
4. Politea, yaitu bentuk pemerintahan yang dianggap oleh seluruh rakyat demi
kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik dan ideal.
5. Demokrasi, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu demi
kepentingan sebagina orang. Bentuk pemerintahan ini kurang baik dan merupakan
pemerosotan.

Ajaran polybios (204 – 122 M)

2015 Kewirausahaan II
13 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ajaran polybios yang dikenal dengan teori Siklus, sebenarnya merupakan pengembangan
lebih lanjut dari Aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu dengan mengganti bentuk
pemerintahan ideal politea dan demokrasi

Monarki adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya mendirikan kekuasaan atas nama
rakyat dengan baik dan dapat dipercaya. Namun pada perkembangannya, para penguasa
dalam hal ini adalah raja tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum,
bahkan cenderung sewenang – wenang dan menindas rakyat. Bentuk pemerintahan
monarki bergeser menjadi tirani.

Dalam situasi pemerintahan tirani yang sewenang – wenang, mumcullah kaum bengsawan
yang bersekongkol untuk melawan. Mereka bersatu untuk mengadakan pemberontakan
sehingga kekuasaan beralih kepada mereka. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh
beberapa orang dan memperhatikan kepentingan umum. Pemerintahan pun berubah dari
tirani menjadi aristokrasi.

Aristokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan umum, pada perkembangan
tidak lagi menjalankan keadilan dan hanya mementingkan diri sendiri. Keadaan itu
mengakibatkan pemerintahan Aristokrasi bergeser ke Oligarki.

Dalam pemerinyahan Oligarki yang tidak memiliki keadilan rakyat mengambil alih kekuasaan
untuk memperbaiki nasib lewat pemberontakan. Rakyat menjalankan kekuasaan negara
demi kepentingan rakyat. Akibatnya, pemerintahan bergeser menjadi demokrasi. Namun,
pemerintahan demokrasi yang awalnya baik lama kelamaan banyak diwarnai kekacauan,
kebobrokan, dan korupsi sehingga hukum sulit ditegakkan. Akibatnya pemerintahan berubah
menjadi okhlokrasi. Dari pemerintahan okhlokrasi ini kemudian muncul seorang yang kuat
dan berani yang dengan kekerasan dapat memegang pemeritahan. Dengan demikian,
pemerintahan dipengang oleh satu tangan lagi dalam bentuk monarki.

2015 Kewirausahaan II
14 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perjalanan siklus pemerintahan diatas memperlihatkan kepada kita adanya hubungan
kausal (sebab – sebab) antara bentuk pemerintahan yang satu dengan yang lain. Itulah
sebabnya polybios beranggapan bahwa lahirnya pemerintahan yang satu dengan yang lain
merupakan akibat dari pemerintahan yang sebelumnya telah ada.

BENTUK PEMERINTAHAN MONARKI (KERAJAAN)

Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional membedakan pemerintahan


dalam bentuk monarki dan republik. Perbedaan antara bentuk pemerintahan “monarki” dan
“republik” menurut Leon Duguit, adalah ada pada kepala negaranya. Jika ditunjuk
berdasarkan hak turun – temurun, maka kita berhadapan dengan Monarki. Kalau kepala
negaranya ditunjuk tidak berdasarkan turun – temurun tetapi dipilih, maka kita berhadapan
dengan Republik.

Dalam praktik – praktik ketatanegaraan, bentuk pemerintahan monarki dan republik dapat
dibedakan atas:

Monarki absolut

Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh
seorang (raja, ratu,, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya tidak terbatas.
Perintah raja merupakan wewenang yang hrus dipatuhi oleh rakyatnya. Pada diri raja
terdapat kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan legislatif yang menyatu dalam ucapan dan
perbuatannya. Contoh Perancis semasa Louis XIV dengan semboyannya yang terkenal
L’etat C’est Moi (negara adalah saya).

Monarki konstitusional

Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh
seorang raja yang kekuasaannya dibatasi undang – undang dasar (konstitusi). Proses
monarki kontitusional adalah sebagai berikut:

Ada kalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja itu sendiri karena takut
dikudeta. Contohnya: negara Jepang dengan hak octroon.

2015 Kewirausahaan II
15 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ada kalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena adanya revolusi rakyat
terhadap raja. Contohnya: inggris yang melahirkan Bill of Rights I tahun 1689, Yordania,
Denmark, Aarab Saudi, Brunei Darussalam.

Monarki parlementer

Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh
seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Dalam monarki parlementer, kekuasaan, eksekutif dipegang oleh kabinet
(perdanan menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja hanya sebagain
kepala negara (simbol kekeuasaan) yang kedudukannya ridak dapat diganggu gugat.
Bentuk monarki parlementer sampai sekarang masih tetap dilaksanakan di negara Inggris,
Belanda, dan Malaysia.

BENTUK PEMERINTAHAN REPUBLIK

Dalam pelaksaaan bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi republik absolut,
republik kontitusional, dan republik parlementer.

Republik absolut

Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Penguasa mengakibatkan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya
digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada, namun tidak
berfungsi.

Republik konstitusional

Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara dan
kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di samping itu,
pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.

2015 Kewirausahaan II
16 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Republik parlementer

Dalam sistem republik palementer, presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara.
Namun, presiden tidak dapat diganggu – gutat. Sedangkan kepala pemerintah berada di
tangan perdana menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam sistem ini,
kekuasaan legislatif lebih tinggi dari pada kekuasaan eksekutif.

Daftar Pustaka

Sumber: Buku Pendidikan Kewarganegaraan. Budiyanto. Penerbit erlangga.

Arnie, Fajar (2005). Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Azra Azymurdi. (1999). Menuju Masyarakat Madani Cetakan ke I. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya

Cholisin. (2000). Materi Pokok Ilmu Kewarganegaraan – Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogyakarta :UNY

Numan Somantri (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Permendiknas No. 22 tahun 2006

2015 Kewirausahaan II
17 Yustiarti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai