Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KARAKTERISTIK UNJUK KERJA SISTEM PENDINGIN (AIR

CONDITIONING) YANG MENGGUNAKAN FREON R-22


BERDASARKAN PADA VARIASI PUTARAN KIPAS PENDINGIN
KONDENSOR
Heroe Poernomo1)
1)
Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia
Email: heroe_p@na.its.ac.id

Abstrak
Pengkondisian udara pada ruangan berfungsi untuk mengatur kelembaban, pemanasan dan pendinginan
udara di dalam ruangan tersebut. Pengkondisian ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga mampu
mengurangi keletihan. Untuk mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan banyak
alternative yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan koefisien perpindahan kalor
kondensasi dan dengan menambahkan kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan
diperoleh harga koefisien prestasi yang lebih besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
percobaan dengan menggunakan peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin udara di laboratorium
Fluida, Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan dan perbedaan tekanan di kompresor. Untuk membuat
variasi putaran poros fan kondensor dilakukan dengan melakukan beberapa perubahan frequensi motor
listrik yang menggerakkannya. Variasi putaran motor listrik fan kondensor yang digunakan adalah 50 rpm
sampai dengan 150 rpm. Data hasil pencatatan berupa tekanan dan temperatur selanjutnya diplot pada
diagram P-h untuk refrigeran R-22. Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data yang diperoleh, dapat
ditarik beberapa kesimpulan karakteristik dan unjuk kerja sistem pendingin, Semakin besar laju aliran
udara untuk mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien prestasi semakin meningkat. Karena laju
pelepasan kalor yang besar akan berimbas pada temperature kondensor yang semakin rendah, sehingga
dapat mencapai temperatur yang lebih rendah lagi pada keluaran evaporator. Jadi kerja kompresor lebih
ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang paling besar.

Kata kunci : Kondensor, Motor fan, Refrigerant R-22, Pengkondisian udara, Koefisien prestasi, Variasi
putaran

1. PENDAHULUAN udara pada suatu ruang umumnya terdiri dari


evaporator, kondensor, receiver dan kadang-
Proses pendinginan atau refrigerasi pada kadang dilengkapi elemen pemanas yang
hakekatnya merupakan proses pemindahan energi tergabung menjadi satu dalam evaporator housing
panas yang terkandung di dalam suatu ruangan. [2].
Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka kita Sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki
tidak dapat menghilangkan energi tetapi hanya komponen utama yaitu kompresor, kondensor,
dapat memindahkannya dari satu substansi ke katup ekspansi, dan evaporator [1]. Untuk
substansi lainnya. Untuk keperluan pemindahan mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang
energi panas ruang, dibutuhkan suatu fluida diinginkan banyak alternative yang dapat
penukar kalor yang selanjutnya disebut diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan
Refrigeran. koefisien perpindahan kalor kondensasi [4] dan
Pengkondisian udara pada suatu ruang dengan menambahkan kecepatan udara pendingin
mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pada kondensor sehingga akan diperoleh harga
pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian koefisien prestasi yang lebih besar [2]. Lebih
ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga lanjut Kusnanto mengatakan bahwa dengan
mampu mengurangi keletihan yang efeknya untuk menambahkan kecepatan udara pendingin pada
meningkatkan kebugaran. Sistem pengkondisian kondensor maka laju aliran massa akan menurun

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 1


sehingga menyebabkan daya kompresor juga membuat perbedaan tekanan,sehingga bahan
mengalami penurunan. Namun demikian pendingin dapat mengalir dari satu bagian ke
fenomena ini perlu dikaji lebih jauh. arus laut bagian yang lain dalam sistem [3]. Karena ada
yang sering mengalami patah. perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan
sisi tekanan rendah,maka bahan pendingin dapat
2. TINJAUAN PUSTAKA menggalir melalui alat pengatur bahan pendingin
2.1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin ke evaporator.
Refrigerant merupakan media pemindah Kompresor dalam sistem refrigerasi berfungsi
kalor pada system refrigerasi, dimana refrigeran untuk [9]:
menyerap kalor pada tekanan rendah melalui - Menurunkan tekanan di dalam evaporator,
evaporator dan melepaskan panas pada tekanan sehingga bahan pendingin cair di
tinggi melalui kondensor. Evaporator menyerap evaporator dapat mendidih atau menguap
panas dari ruangan yang dikondisikan sehingga pada suhu yang lebih rendah dan menyerap
temperatur ruangan menjadi dingin dan refrigeran panas lebih banyak dari ruang di dekat
bertekanan rendah di dalam evaporator mengalami evaporator.
pendidihan. Uap refrigeran tersebut kemudian - Menghisap bahan pendingin gas dari
dikompresikan oleh kompressor ketekanan tinggi evaporator dengan suhu rendah dan tekanan
sehingga temperatur uap refrigeran tersebut juga rendah lalu memanpatkan gas tersebut
mengalami kenaikan sehingga panas refrigeran sehingga menjadi gas suhu tinggi dan tekanan
tesebut dapat dilepaskan ke lingkungan melalui tinggi. Kemudian mengalirkan ke kondensor,
kondensor sedangkan refrigeran mengalami sehingga gas tersebut dapat memberikan
kondensasi sehingga refrigeran berubah fasa panasnya kepada zat yang mendinginkan
menjadi cairan pada tekanan tinggi. Cairan kondensor lalu mengembun.
refrigeran tersebut kemudian diekspansikan ke Untuk menentukan beberapa suhu yang harus
tekakanan evaporator untuk siklus selanjutnya dicapai oleh evaporator, antara lain ditentukan
oleh alat ekspansi [12]. Siklus refrigerasi dapat oleh beberapa rendah suhu penguapan di
dilihat pada gambar 1 evaporator. Hal ini bergantung dari bahan
pendingin dan macam kompresor yang dipakai.
Kompresor yang banyak dipakai ada 2 macam
yaitu: [8]
1.Kompresor torak ( Reciprocating )
2. Kompresor rotari ( Rotary )

2.1.2. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk membuang
kalor dan mengubah wujud bahan pendingin
dari dari gas menjadi cair. Selain itu kondensor
juga digunakan untuk membuat kondensasi
Gambar 1. Siklus refrigerasi Standart bahan pendingin gas dari kompresor dengan
Pada gambar 1 diatas menunjukkan komponen- suhu tinggi dan tekanan tinggi [12]. Kondensor
komponen dan siklus sederhana dari sistem ada tiga macam menurut pendinginannya yaitu
pendingin berdasarkan siklus kompresi uap  Kondensor dengan pendinginan udara ( air
standart. cooled )
 Kondensor dengan pendinginan air ( water
2.1.1. Kompresor cooled )
 Kondensor dengan pendinginan campuran
Kompresor adalah jantung dari sistem udara dan air ( evaporative )
kompresi uap, karena kompresor adalah Faktor penting yang menentukan kapasitas
pemompa bahan pendingin keseluruh sistem. kondensor dengan pendinginan udara adalah :
Pada sistem refrigerasi kompresor bekerja [12]

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 2


1. Luas permukakaan yang didinginkan kira sama dengan 1,2 kali kapasitas
dan sifat perpindahan kalornya. pendinginannya [5].
2. Jumlah udara permenit yang dipakai Uap refrigerant menjadi cair sempurna di
untuk mendinginkan dalam kondensor, kemudian dialirkan ke dalam
3. Perbedaan suhu antara bahan pendingin pipa evaporator melalui katup ekspansi. Dalam hal
dengan udara luar. ini, temperature refrigerant cair biasanya 2 – 3 0C
4. Sifat dan karakteristik bahan pendingin lebih rendah dari pada temperature refrigerant cair
yang dipakai. jenuh pada tekanan kondensasinya. Temperature
tersebut menyatakan besarnya derajat pendinginan
Laju perpindahan kalor yang dibutuhkan di lanjut (degree of subcooling) [6].
dalam kondensor merupakan fungsi dari
kapasitas refrigerasi, suhu penguapan serta suhu 2.1.3. Evaporator
pengembunan. Evaporator berfungsi untuk menyerap panas
Uap refrigerant yang bertekanan dan dari udara atau benda di dalam lemari es dan
bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat mendinginkannya. Kemudian membuang kalor
dengan mudah dicairkan dengan mendinginkannya tersebut melalui kondensor diruang yang tidak
dengan air pendingin (atau dengan udara didinginkan. Kompresor yang sedang bekerja
pendingin pada system dengan pendinginan udara) menghisap bahan pendingin gas dari evaporator ,
yang ada pada temperature normal. Dengan kata sehingga tekanan didalam evaporator menjadi
lain, uap refrigerant menyerahkan panasnya (kalor rendah dan vakum [10].
laten pengembunan) kepada air pendingin (atau Evaporator fungsinya kebalikan dari
udara pendingin) di dalam kondensor, sehingga kondensor, yaitu membuang panas kepada udara
mengembun dan menjadi cair. Jadi, karena air sekitar tetapi untuk mengambil panas dari udara
(udara) pendingin menyerap panas dari refrigerant, didekatnya. Perencanan evaporator harus
maka ia akan menjadi panas pada waktu keluar mencakup : penguapan yang efektif dari bahan
dari kondensor. pendingin dengan penurunan tekanan yang
Selama refrigerant mengalami perubahan dari fase minimum dan pengambilan panas dari zat yang
uap ke fase cair, di mana terdapat campuran didinginkan secara efisien. Perencanan
refrigerant dalam fase uap dan cair, tekanan evaporator tergantung dalam penempatannya dan
(tekanan pengembunan) dan temperaturnya zat yang akan langsung didinginkan apakah
(temperature pengembunan) konstan. Oleh karena berwujud : gas, cair atau padat. Pada semua
itu temperaturnya dapat dicari dengan mengukur keadaan beban, bahan pendingin akan penguap
tekanannya. Table 2.1 menunjukkan hubungan waktu mengalir sepanjang pipa evaporator atau
antara temperature pengembunan (kondensasi) dan permukaan evaporator dan diusahakan agar
tekanan pengembunan (kondensasi). [11] cairan tetap membasai semua bagian dari
Tabel 1. Temperatur pengembunan dan telanan evaporator.
pengembunan dari beberapa refrigerant Berdasarkan prinsip kerjanya evaporator
dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu: [11]
Temperatur Tekanan (lebih) pengembunan
1. Evaporator banjir (flooded evaporator)
pengembunan (kg/cm2)
(0C) R12 R22 R500 R502
2. Evaporator kering (dry or direct-expansion
30 6,55 11,23 7,94 14,04
evaporator)
35 7,60 12,92 9,19 15,93
Evaporator (penguap) yang dipakai
40 8,74 14,76 12,06 17,99 berbentuk pipa bersirip pelat. Tekanan cairan
refrigerant yang diturunkan pada katup ekspansi,
Kalor yang dikeluarkan di dalam kondensor didistribusikan secara merata ke dalam pipa
adalah jumlah kalor yang diperoleh dari udara evaporator, oleh distributor refrigerant. Dalam
yang mengalir melalui evaporator (kapasitas hal tersebut refrigerant akan menguap dan
pendinginan), dan kerja (energi) yang diberikan menyerap kalor dari udara ruangan yang
oleh kompresor kepada fluida kerja. Dalam hal dialirkan melalui permukaan luar dari pipa
penyegaran udara, jumlah kalor tersebut kira – evaporator. Apabila udara didinginkan (di bawah
titik embun), maka air yang ada dalam udara

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 3


akan mengembun pada permukaan evaporator, - Katup ekspansi berpengendali superheat (
kemudian ditampung dan dialirkan keluar. Jadi, panas lanjut )
cairan refrigerant diuapkan secara berangsur – Jenis alat ekspansi yang paling populer untuk
angsur karena menerima kalor sebanyak kalor sistem refrigerasi berukuran sedang adalah
laten penguapan, selama mengalir di dalam katup berkendali lanjut panas atau katup
setiap pipa dari koil evaporator. Selama proses ekspansi termostatik. Pengendalian tidak
penguapan itu, di dalam pipa akan terdapat digerakkan oleh suhu di dalam evaporator,
campuran refrigerant dalam fase cair dan gas. tetapi oleh besarnya panas lanjut gas hisab
Dalam keadaan tersebut , tekanan (tekanan yang meninggalkan evaporator. Katup
penguapan) dan temperaturnya (temperature ekspansi panas-lanjut mengatur laju aliran
penguapan) konstan. Oleh karena itu refrigeran cair yang besarnya sebanding
temperaturnya dapat dicari dengan mengukur dengan laju penguapan didalam evaporator.
tekanan refrigerant di dalam evaporator. - Katup ekspansi tekanan konstan
Table 2. menunjukkan hubungan antara Katup ekspansi tekanan konstan berfungsi
temperature penguapan dan tekanan penguapan. mempartahankan tekanan yang konstan pada
Uap refrigerant (uap jenuh kering) yang terjadi sisi keluarnya, yang merupakan masukan
karena penguapan sempurna di dalam pipa, evaporator. Katup tersebut mengindera
dikumpulkan di dalam sebuah penampung uap tekanan evaporator, dan bila tekanan tersebut
(header). Selanjutnya, uap tersebut diisap oleh turun kebawah batas kendali, maka katub
kompresor. [7] membuka lebih besar. Bila tekanan
evaporator naik keatas batas kendali, katup
Tabel 2. Temperatur penguapan dan tekanan tersebut menutup sebagian.
penguapan dari beberapa refrigerant - Katup apung ( float valve )
Katup apung adalah suatu jenis katup
Temperatur Tekanan (lebih) pengembunan
ekspansi yang mempertahankan cairan berada
penguapan (kg/cm2)
pada level yang konstan didalam suatu wadah
(0C) R12 R22 R500 R502
atau evaporator. Dengan mempertahankan
5 2,67 4,97 3,31 5,75
6 2,78 5,15 3,46 5,96
level cairan didalam evaporator, katup apung
7 2,91 5,35 3,61 6,17 selalu menciptakan kondisi aliran yang
seimbang antara kompresor dan katup itu
sendiri.
2.1.4. Ekspansi Setiap alat tersebut terakhir dirancang
Alat ekspansi mempunyai dua fungsi yaitu untuk suatu penurunan tekanan tertentu. Katup
menurunkan tekanan refrigeran cair dan mengatur expansi yang biasa dipergunakan adalah katup
aliran refrigeran ke evaporator [12]. expansi termostatik yang dapat mengatur laju
Jenis alat-alat ekspansi: aliran refrigerant, yaitu agar derajat super
- Pipa kapiler panas uap refrigerant di dalam evaporator
Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan dapat diusahakan konstan. Dalam penyegar
lubang dalam yang sangat kecil. Panjang dan udara yang kecil, dipergunakan pipa kapilar
lubang kapiler dapat mengontrol jumlah sebagai pengganti katup expansi. Diameter
bahan pendingin yang mengalir ke dalam dan panjang dari pipa kapilar tersebut
evaporator. ditentukan berdasarkan besarnya perbedaan
Fungsi Pipa kapiler adalah : tekanan yang diinginkan, antara bagian yang
- Menurunkan tekanan bahan pendingin cair bertekanan tinggi dan bagian yang bertekanan
yang mengalir didalamnya. rendah, dan jumlah refrigerant yang
- Mengatur jumlah bahan pendingin cair yang bersirkulasi. Cairan refrigerant mengalir ke
mengalir melaluinya. dalam evaporator, tekanannya turun dan
-membangkitkan tekanan bahan pendingin di menerima kalor penguapan dari udara,
kondensor. sehingga menguap secara berangsur – angsur.

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 4


Selanjutnya proses siklus tersebut di atas Istilah prestasi di dalam siklus refrigerasi disebut
terjadi berulang – ulang. dengan koefisien prestasi atau COP yang
didefinisikan sebagai:
2.2. Tinjauan Termodinamika Siklus
Refrigerasi
Siklus refrigerasi akan dapat diilustrasikan
dengan mudah melalui diagram moiler secara dimana :
sekematis sebagai berikut [9]: h1 = Entalpi keluar evaporator [Btu/lb]
h2 = Entalpi masuk kondensor [Btu/lb]
h3 = Entalpi keluar kondensor [Btu/lb]
h4 = Entalpi masuk evaporator [Btu/lb]
mref = Laju aliran massa refrigeran [lbm/min]

3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah percobaan dengan menggunakan peralatan
dari mesin refrigerasi sistem pendingin udara di
laboratorium Fluida, dengan gambar skema
Gambar 2. Diagram P-h siklus kompresi uap peralatan seperti gambar 3 berikut ini:

Proses-proses yang membentuk siklus kompresi


uap standar adalah :
Proses 1-2, merupakan kompresi adiabatik dan
reversibel dari uap jenuh menuju tekanan
kondensor. Apabila perubahan energi kinetik dan
energi potensial diabaikan, maka kerja kompresor
adalah:

Proses 2-3 adalah proses pelepasan


kalor reversibel pada tekanan konstan,
menyebabkan penurunan panas lanjut Gambar 3. Susunan perangkat penelitian
(desuperheating) dan pengembunan refrigeran.
Kapasitas laju aliran kalor kondensasi Komponen utama, alat pendukung dan alat
pengukur yang telah dikalibrasi dirakit seperti
diagram gambar instalasi penelitian di atas.
Proses 3-4 ialah proses ekspansi tidak
Pengambilan data dilakukan setelah mesin
Reversibel pada entalpi konstan, dari cairan jenuh
pendingin berjalan selama sekitar satu jam atau
menuju tekanan evaporator. Proses pencekikan
setelah bekerja pada kondisi tunak.
(throttling process) pada sistem pendingin terjadi
Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan dan
di dalam pipa kapiler atau katup ekspansi. Proses
perbedaan tekanan pada orifice dengan variasi
di sini berlangsung pada proses adiabatik,
putaran kerja poros kompresor. Untuk membuat
sehingga
variasi putaran poros kompresor dilakukan dengan
melakukan beberapa perubahan frequensi motor
listrik yang menggerakkan kompresor. Variasi
Proses 4-1 merupakan penambahan
putaran motor listrik fan kondensor yang
Kalor reversibel pada tekanan tetap, yang
digunakan adalah 50 rpm sampai dengan 150 rpm
menyebabkan penguapan menuju uap jenuh.
dengan interval 25 dalam pengambilan data.
Kapasitas laju aliran kalor evaporasi dirumuskan
Dengan bertambahnya putaran motor fan
kondensor maka diharapkan jumlah aliran udara
akan semakin besar sehingga lajua aliran massa

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 5


refrigean akan semakin kecil. Data hasil 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pencatatan berupa tekanan dan temperatur Dari hasil percobaan didapatkan beberapa
selanjutnya diplot pada diagram P-h untuk data temperatur dan tekanan pada titik – titik yang
refrigeran Freon-22. Dari pembacaaan ini ditentukan untuk keperluan perhitungan sebagai
diketahui besarnya harga entalpi pada setiap titik berikut:
yaitu h1, h2, h3, h4 (kJ/kg), dan laju aliran massa Berdasarkan data dan perhitungan yang telah
refrigeran (lbm/min). Harga enthalpi ini didapatkan diatas, maka didapatkan karakteristik
selanjutnya sebagai dasar untuk menghitung efek dari pengaruh variasi laju pelepasan kalor
refrigerasi, kerja kompresi, dan koefisien prestasi kondensor Q cond (Kj/s) terhadap temperature di
dengan memanfaatkan persamaan (1) sampai (4). kondensor, seperti grafik dibawah ini:

Mulai
Hubungan Temp. Pendinginan
kondensor dengan laju aliran
Studi kondensor
Literatur
temperatur
50.0 kondensor =

Temp. Kondensor (0C)


45.0 laju
Persiapan:
Instalasi alat dan alat ukur. 40.0 perpindahan
35.0 di kondensor

210.0
210.0
209.0
203.0
203.0
R² = 0.978
Test kelayakan alat
Q Kondensor (KJ/s)

Gambar 5. Pengaruh laju pelepasan kalor


kondensor terhadap temp. Kondensor.
Setting putaran blower:
50 rpm, 100rpm, 150rpm,
Pada grafik diatas terlihat bahwa grafik
200rpm, 250rpm.
memiliki tren yang relatif turun, nilai temperature
kondensor refrigeran turun seiring dengan
kenaikan laju pelepasan kalor pada kondensor. Hal
ini disebabkan semakin bertambahnya kecepatan
putaran kipas dari pendingin di kondensor akan
Pengambilan data mempengaruhilaju pelepasan kalor di kondensor,
sehingga uap refrigran akan cepat menjadi cair.
Ketika laju pelepasan kalor pada kondensor
bertambah maka akan mengakibatkan Temperatur
Pengolahan data dan pembahasan
kondensor mengalami penurunan. Karena tekanan
berbanding lurus dengan suhu maka tekanan
kondensor akan menurun ketika suhu kondensor
Kesimpulan dan
Saran turun.

Selesai

Gambar 4. Diagram alir penelitian.

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 6


3.5 sisi isentropik relative konstan, karena
3.3
peningkatannya tidak sedrastis pada sisi actual,
Putaran Fan jika laju pelepasan kalor pada kondensor HS
3.1
COP

VS COP meningkat. Sedangkan pada kerja actual


2.9
kompresor HS mengalami penurunan yang
2.7 signifikan seiring bertambahnya laju pelepasan
2.5 Linear
(Putaran kalor pada kondensor HS, dan itulah yang
0 200 400 Fan VS COP) menyebabkan efisiensi isentropik dari kompresor
HS semakin meningkat.
Putaran Fan (Rpm)

Gambar 6. Pengaruh kecepatan putar terhadap 60.0

Daya Kompressor (Kw)


nilai COP. 55.0
Putaran
50.0 fan VS
Pada grafik diatas terlihat bahwa grafik
45.0 Daya
memiliki tren yang relatif naik, nilai COP naik
40.0 Kompres
seiring dengan naiknya putaran kipas pendingin di
sor
kondensor. Koefisien prestasi adalah bentuk 0 200 400
penilaian dari suatu mesin refrigeransi.
Putaran Fan (Rpm)
Koefisien prestasi yang tinggi sangat
diharapkan. Bila ditinjau dari segi perumusan:
𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄 Gambar 7. Pengaruh putaran fan kondensor
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 = terhadap daya kompressor.
𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊
Sehingga koefisien prestasi ditentukan oleh Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa tren
kapasitas refrigerasi dan daya kompresor total dari nilai daya kompressor sistem refrigerasi
dari high stage dan low stage. Sedangkan daya semakin turun seiring dengan penambahan
kompresor ditentukan dari kerja kompresor itu kecepatan putaran dari fan pendingin kondensor.
sendiri. Hal ini terjadi karena semakin cepat putaran fan
Harga koefisien prestasi yang semakin maka berdampak pada penambahan laju kecepatan
besar menunjukkan bahwa kerja mesin tersebut udara ke kondensor sehingga mengakibatkan laju
semakin baik. Besarnya COP dipengaruhi oleh pendinginan refrigeran naik. Kondisi yang
efek refrigeransi dan kerja kompresi. Kenaikan demikian menyebabkan cepat tercapainya suhu
kecepatan udara pendingin kondensor pendinginan sehingga kerja kompresor akan
menyebabkan efek refrigeransi meningkat, semakin menurun, sehingga akan meningkatkan
sedangkan kerja kompresi mengalami penurunan nilai COP system refregerasi semakin meningkat.
sehingga COP akan menjadi semakin naik.
Efisiensi tergantung pada sisi enthalpy dari 5. KESIMPULAN DAN SARAN
kerja actual kompresor dan kerja isentropic Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data
kompresor. Jika selisih enthalpy pada kerja yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa
kompresor actual kecil, maka keefisiensian dari kesimpulan sebagai berikut:
kompresor tersebut semakin baik. Karena semakin
kecilnya selisih Antara enthalpy kerja actual dari Semakin besar laju aliran udara untuk
masukan dan keluaran kompressor mengakibatkan mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien
kerja actual semakin kecil nilainya. prestasi semakin meningkat.Karena laju pelepasan
Jadi, oleh karena laju pelepasan kalor yang kalor yang besar akan berimbas pada temperature
semakin besar, maka temperatur kondensor kondensor yang semakin rendah, sehingga dapat
menjadi semakin turun, mengakibatkan enthalpy mencapai temperatur yang lebih rendah lagi pada
masuk kompresor dari kerja isentropik maupun keluaran evaporator. Jadi kerja compressor lebih
actual kompresor HS semakin turun. Akan tetapi ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang
dari analisa yang didapat, penurunan kerja pada paling besar.

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 7


DAFTAR PUSTAKA

[1]. Arismunandar, W. dan Saito, H., 2002, [6]. Marwan Efendi, “Pengaruh kecepatan Udara
“Penyegaran Udara”, Cetakan ke-6, PT pendingin kondensor terhadap koefisien
Pradnya Paramita, Jakarta. Prestasi Air Conditioning”. Jurnal teknik
[2]. Kusnanto, S. 2004. “Optimasi Pengaruh Gelagar vol 16. 2005
Kecepatan Udara Pendingin pada AC Mobil”. [7]. Marwani, “Pengaruh perubahan Putaran Fan
Tugas Akhir S-1 Teknik Mesin Universitas Kondensor terhadap Performansi Mesin
Muhammadiyah Surakarta pengkondisian Udara”. Seminar Nasional
[3]. Stoecker, W.F. dan Jerold, W.J., 1996, Tahunan Teknik Mesin ke 9 Palembang.
“Refrigerasi dan Penyegaran Udara”. 2010.
Terjemahan Supratman Hara. Penerbit [8]. K, Handoko “Teknik Room Air
Erlangga. Jakarta Conditioner”.PT Ichtiar Baru. Jakarta 1979
[4]. Yawara, Eka. Purnomo, Prajitno. 2002, [9]. Althouse A.D. { 1982 }, Modern
“Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi Refrigeration and Air Conditioning,The
Petrozon Rossy-12 di Dalam Pipa Vertikal”, Goodheart-Wilcot,Inc
Prosiding Simposium Nasional I RAPI UMS [10].Arora,CP,(1972) , Refrigeration and Air
Surakarta, 21 Desember 2002, hal: 24-28. Conditioning, Tata GrawHill Book Company,
[5]. Yawara, Eka 2003, “Koefisien Perpindahan IIT, New Delhi, India
Kalor Kondensasi Petrozon di dalam Pipa [11].ASHRAE Hand Book of Fundamentals,1972
Vertikal”, Tesis S-2 Teknik Mesin [12].Stoecker W.F., Jerold W. Jones dan Hara S.,
Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. {1996}, “Refrigerasi dan Pengkondisian
Udara”, edisi 2, Erlangga, Jakarta.

KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 8

Anda mungkin juga menyukai